Berikan sumbangan, maka engkau akan menerima kembali berlipat ganda.

Seruan untuk memberikan sumbangan finansial kepada misi evangelisasi dengan iming-iming untuk mendapatkan kembali apa yang diberikan secara berlipat ganda, seperti yang sering didengungkan oleh para televangelists yaitu para evangelis yang melakukan pewartaan melalui media televisi. Di satu sisi, mendukung misi evangelisasi adalah baik, namun kalau dilakukan dengan motivasi untuk mendapatkan kembali berlipat ganda apa yang akan diberikan, maka motivasi ini keliru. Dalam hal ini, seolah-olah sumbangan dilakukan bukan dengan alasan kasih, namun menjadi suatu urusan bisnis, yang dilihat dari segi untung dan rugi. Pemikiran seperti ini adalah suatu gambaran akan maraknya teologi kemakmuran.

Dalam artikel ini, kita akan melihat latar belakang dari teologi kemakmuran, pengaruh materialisme pada teologi kemakmuran. Lebih lanjut kita akan menelaah bahwa teologi seperti ini justru bertentangan dengan: 1) Alkitab, 2) jemaat perdana, 3) kehidupan para santa-santo, 4) akal sehat, 5) dimensi eskatologi. Dan pada akhirnya, kita akan melihat tentang apakah sebenarnya yang dimaksud dengan “hidup berkelimpahan“, yang sering didengung-dengungkan oleh banyak orang, terutama oleh penganut teologi kemakmuran. Dengan memahami makna  “hidup berkelimpahan” secara benar, maka kita dapat menempatkan nilai-nilai kekristenan dan semangat Injil di tempat yang semestinya. Yaitu,  hidup berkelimpahan ini terutama menyangkut hal spiritual dan mengarah pada tujuan akhir manusia, yaitu persatuan abadi dengan Allah di dalam Kerajaan Sorga, tanpa melihat apakah orang tersebut kaya maupun miskin secara jasmani.

I. Definisi dan sejarah teologi kemakmuran

1. Latar belakang teologi kemakmuran.

Teologi kemakmuran mulai dipopulerkan di Amerika pada waktu belakangan ini, terutama dengan menjamurnya televangelist yang cukup populer, dengan gaya penginjilan yang khas dan berapi-api. Secara prinsip, teologi kemakmuran mengajarkan bahwa Tuhan tidak hanya memberikan berkat spiritual, namun terutama adalah berkat kesehatan dan kekayaan. Dan kerap kali kesehatan dan kekayaan dapat diterima sebagai akibat dari tindakan menabur (seeding), yaitu dengan memberikan perpuluhan. Bahkan dikatakan bahwa kekayaan adalah suatu tanda bahwa akan kasih Tuhan kepada umat-Nya.

Kita dapat melihat akan beberapa pernyataan dari beberapa televangelist maupun pendeta-pendeta terkenal, salah satunya adalah Joel Osteen yang mengatakan di salah satu kotbahnya:

Bagaimana untuk hidup dalam kemenangan total? Yesus yang mati, telah bangkit pada hari ke-tiga. Yesus berkata “karena saya hidup, maka engkau juga akan memperoleh kehidupan.” Diinterpretasikan bahwa Yesus menginginkan kita semua untuk mendapatkan hidup yang berkelimpahan: hidup yang bukan dipenuhi dengan kebiasaan buruk, bukan hidup yang biasa-biasa saja. Bukan kemenangan setengah-setengah, di mana kita mempunyai keluarga yang baik, kesehatan yang baik, namun senantiasa mempunyai masalah dengan masalah keuangan. Ini bukanlah kemenangan yang total. Kalau Tuhan melakukan sesuatu di satu area, Dia akan melakukan juga di area yang lain. Orang yang mengalami masalah kesehatan dan menerimanya sebagai sebuah salib, adalah tidak benar, karena Yesus telah membayar semuanya, sehingga kita dapat bebas secara total – yang berarti bebas dari kebiasaan buruk maupun kecanduan, bebas dari ketakutan dan kekuatiran, bebas dari kemiskinan dan kekurangan, bebas dari kerendahan diri. Karena Yesus telah membayar harga agar kita bebas, maka kita harus bebas secara total. Untuk dapat bebas, maka kita harus tahu siapa diri kita, yang adalah anak-anak Allah, yang bukan orang-orang yang biasa, telah direncanakan oleh Allah sebagai pemenang, yang mempunyai kesehatan yang baik, dan juga banyak uang untuk membayar tagihan-tagihan, …

Kalimat-kalimat di atas adalah merupakan gambaran tentang teologi kemakmuran, yang ingin mengedepankan kesuksesan dan kemakmuran di dunia ini, seperti: relasi sesama yang baik, keluarga yang baik, punya harga diri yang baik, kesehatan yang baik, dan juga mempunyai kekayaan – sebagai manifestasi dari kebebasan yang total, yang seolah-olah ditawarkan oleh Yesus, karena Yesus telah membayar lunas seluruhnya. Dikatakan, dengan pengorbanan Kristus, maka seluruh umat Allah harus hidup dalam kelimpahan, termasuk dalam urusan kesehatan dan kekayaan. Namun, apakah benar bahwa pesan ini adalah sesuai dengan semangat Injil?

2. Pengaruh materialisme terhadap teologi kemakmuran.

Kalau kita melihat secara lebih cermat, maka kita dapat melihat bahwa materialisme yang melanda dunia ini mempengaruhi teologi kemakmuran. Dunia yang dilanda materialisme – paham di mana kesuksesan, kehormatan dan kemampuan seseorang menjadi parameter apakah seseorang menjadi berharga atau tidak, masuk ke dalam teologi kemakmuran. Hal ini dapat dibuktikan dengan perkembangan teologi kemakmuran yang baru marak di abad ke-20 ini, di mana materialisme melanda dunia dalam segala bidang.

Materialisme – paham yang percaya bahwa yang benar-benar ada adalah sesuatu yang bersifat materi – memberikan pengaruh kepada teologi kemakmuran. Rahmat Allah yang terbesar – yaitu janji akan kebahagiaan Sorgawi – direduksi menjadi kebahagiaan yang bersifat duniawi dan bersifat material, seperti rumah, kesehatan, kekayaan. Dengan demikian, efek dari pengorbanan Kristus di kayu salib direduksi menjadi kebahagian semu yang ada di dunia ini. Alasan untuk mendapatkan kebahagiaan material yang dibayar dengan pengorbanan Kristus, rasanya menjadi terlalu murah dan terlihat menjadi kesia-siaan, karena memang Kristus bukan datang ke dunia untuk memberikan kebahagiaan duniawi namun kebahagiaan sorgawi. Mari kita membandingkan teologi kemakmuran dengan prinsip-prinsip Alkitab.

II. Teologi kemakmuran salah dalam menangkap pesan Alkitab dan tidak didukung oleh kesaksian jemaat perdana.

1. Teologi kemakmuran bertentangan dengan Alkitab.

a. Memang ada bagian di Alkitab yang menyatakan bahwa Tuhan akan memberikan kemakmuran bagi orang-orang pilihan-Nya. Dikatakan “Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini.” (Ul 8:18). Kita juga melihat bagaimana kitab Amsal mengatakan “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” (Ams 10:22).

b. Namun di satu sisi, Alkitab juga mengatakan bahwa penderitaan – kurangnya kekayaan dan kesehatan – bukan sebagai bukti bahwa Allah tidak mengasihi umat-Nya. Kita melihat di kitab Ayub, di mana diceritakan bahwa Ayub yang saleh dan jujur serta takut akan Tuhan (lih. Ay. 1:1), tertimpa bencana. Dia kehilangan semua yang dimilikinya, termasuk kekayaannya, ternaknya, termasuk keluarganya, dan juga kesehatannya. Dan teman-teman Ayub mempergunakan teologi kemakmuran, dengan mengatakan “7 Camkanlah ini: siapa binasa dengan tidak bersalah dan di manakah orang yang jujur dipunahkan? 8  Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga.” (Ay. 4:7-8). Teman-teman Ayub melihat bahwa kesengsaraan Ayub adalah sebagai akibat dari dosa-dosanya, karena dalam pemikiran mereka, Allah akan memberikan kelimpahan materi, kesehatan yang baik, serta kehidupan keluarga yang baik, bagi orang-orang yang menjalankan perintah Allah. Namun, pemikiran ini tidak dibenarkan oleh Allah (lih. Ay 42:7). Dari kitab Ayub ini, kita sebetulnya melihat dimensi lain dari penderitaan, yang bukan sebagai hukuman atas dosa, namun sebagai penderitaan yang innocent, yang selayaknya diterima sebagai suatu misteri. ((Paus Yohanes Paulus II, Salvifici Doloris, 11)) Paus Yohanes Paulus II dalam ensiklik Salvific Doloris, menyingkapkan penderitaan sebagai kesempatan untuk pertobatan, yang membangun kebaikan dari orang yang mengalaminya. ((ibid, 13)) Dengan demikian, pengajaran teologi kemakmuran, yang melihat bahwa penderitaan fisik (jasmani maupun kemiskinan) sebagai sesuatu yang salah, seolah menutup adanya rahmat Allah yang dapat bekerja secara istimewa kepada orang-orang yang sedang mengalami penderitaan fisik.

Walaupun Kristus mengatakan “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mt 6:33), yang sering menjadi ayat andalan dari teologi kemakmuran, namun di ayat-ayat yang lain, Kristus juga memperingatkan para murid untuk berhati-hati terhadap bujukan mamon. Dikatakan “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.” (Mt 6:24). Bahkan ditegaskan sekali lagi “Sebab lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Lk 18:25). Dengan demikian, penekanan bahwa Tuhan pasti akan memberikan berkat-berkat material sebagai tanda kasih-Nya kepada umat manusia, tidaklah menyampaikan kebenaran penuh akan pesan Kristus. Hal ini  bahkan dapat menyesatkan, terutama jika Kristus kemudian seolah digambarkan sebagai tokoh semacam ‘sinterklas’ yang membagi- bagi hadiah.

2. Teologi kemakmuran bertentangan dengan kehidupan jemaat perdana.

Kalau kita menganalisa sejarah kekristenan, maka kita akan dapat melihat bahwa pada masa awal kekristenan, bukan kekayaan materi dan kesehatan yang baik, yang mereka dapatkan, namun justru dikejar-kejar oleh penguasa. Kita dapat melihat contoh mulai dari Yesus yang akhirnya meninggal di kayu salib, para rasul yang juga menderita dan mati dalam penganiayaan, para jemaat perdana yang juga menderita dan banyak yang meninggal dalam mempertahankan iman mereka. Tubuh mereka bukannya mendapat kesehatan yang baik, namun sering berakhir pada perut singa-singa yang buas. Mereka inilah yang dengan setia memegang dan menjalankan pengajaran Kristus sampai pada titik mengorbankan diri mereka. Mereka mencintai kebenaran yang diwartakan oleh Kristus lebih daripada harta kekayaan mereka, melebihi tubuh mereka dan melebihi nyawa mereka. Bahkan dikatakan bahwa Gereja dibangun di atas darah para martir.

3. Teologi kemakmuran bertentangan dengan kehidupan para santa-santo.

Kalau kita mempelajari kehidupan para santa-santo, maka kita melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang dipakai oleh Tuhan dengan begitu luar biasa. Mereka senantiasa bekerjasama dengan rahmat Tuhan, sehingga menghasilkan buah-buah yang limpah, dalam membawa banyak orang kepada Tuhan, melalui doa- doa dan  karya kerasulan mereka. Namun, apakah mereka mempunyai kesehatan yang baik serta kekayaan yang berlimpah? Mayoritas dari kehidupan para santa-santo diwarnai dengan begitu banyak penderitaan. Namun demikian mereka tetap memiliki keberanian untuk mengasihi Kristus dalam kondisi tersulit apapun. Kita melihat Santo Fransiskus dari Asisi, yang meninggalkan kekayaannya demi untuk mengikuti Kristus secara lebih total. Dia menjadi santo yang besar dalam sejarah Gereja, bukan karena kekayaannya, namun karena keberaniannya dalam mengikuti Kristus, termasuk dalam hal kemiskinan, kemurnian dan ketaatan. Lihatlah kehidupan Santo Thomas Moore dari Inggris, yang memilih kehilangan keluarga, kekayaan dan jiwanya untuk tetap setia pada Kristus dengan setia terhadap pengajaran Gereja Katolik.

4. Teologi kemakmuran bertentangan dengan akal sehat.

Kalau kasih Kristus kepada umat-Nya diukur dari seberapa banyak umat-Nya menerima berkat finansial, maka sungguh sangat disayangkan, dan bahkan tidak sesuai dengan akal sehat. Bayangkan nasib dari begitu banyak penduduk miskin di dunia. Menurut data tahun 2001, ada 1,1 milyar orang masuk dalam garis kemiskinan yang ekstrim dan 2,7 milyar masuk dalam garis kemiskinan, yang hidup kurang dari US$ 2 (Rp 18,000) per hari. Ini berarti ada sekitar 40% dari populasi dunia berada di bawah garis kemiskinan. Bahkan dikatakan bahwa 6 juta anak-anak meninggal setiap tahun atau sekitar 17,000 meninggal setiap hari. Kalau kekayaan material adalah identik dengan kasih Tuhan, maka bagaimana mungkin, kita dapat mengatakan bahwa Tuhan tidak mengasihi orang-orang miskin dan anak-anak yang meninggal setiap hari karena kemiskinan? Bagaimana mungkin bahwa Tuhan pilih kasih dan memberikan hukuman kepada mereka yang hidup dalam kemiskinan, dan sebagian bukanlah akibat kesalahan mereka sendiri…

5. Teologi kemakmuran menghilangkan dimensi eskatologi.

Dengan memberikan penekanan pada kemakmuran material di dunia ini, maka teologi kemakmuran secara tidak langsung mengaburkan dimensi eskatologi – yaitu yang berhubungan dengan akhir zaman. Penekanan yang terlalu banyak akan kebahagiaan material dari teologi kemakmuran membuat seseorang berfokus pada apa yang terjadi di dunia ini dan mengaburkan apa yang menjadi tujuan akhir dari seorang Kristen, yaitu berkumpul bersama dengan Allah untuk selamanya di dalam Kerajaan Sorga.

Kita tahu bahwa seorang Kristen hidup di dunia ini, namun bukan dari dunia ini. Seorang Kristen harus mempunyai kesadaran bahwa apa yang dialami di dunia ini hanyalah bersifat sementara, karena pada saatnya nanti ketika kemah kita di dunia ini dibongkar, maka Allah telah menyediakan tempat kediaman abadi di Sorga (lih. 2Kor 5:1). Seorang Kristen harus tahu bahwa kebahagiaan sejati bukanlah kebahagiaan material, namun kebahagiaan spiritual, yang akan diterima dan dialami secara penuh pada saat kita masuk dalam Kerajaan Sorga.

III. Arti yang sesungguhnya dari “hidup berkelimpahan“.

Kalau teologi kemakmuran menekankan kemakmuran material, maka sebenarnya tidak ada yang salah dengan kata “kemakmuran“, namun yang menjadi masalah adalah penekanan kemakmuran pada hal-hal yang bersifat material. Berjuang untuk memperbaiki taraf hidup, tentu merupakan sesuatu yang baik. Namun tentang hasilnya, apakah kita menjadi kelimpahan atau tidak secara duniawi, bukanlah yang menjadi fokus utama dalam kehidupan umat beriman. Sebab bukan itu yang menjadi janji Tuhan yang terutama. Kalau Tuhan memberi rejeki duniawi berkelimpahan, puji Tuhan. Kalau tidak, juga tetap puji Tuhan! Tuhan mengetahui yang terbaik bagi kita. Tuhan memang tidak melarang, bahkan mengajarkan kita untuk memohon rejeki/ makanan secukupnya setiap hari, dan ini kita ucapkan dalam Doa Bapa Kami. Janji inilah yang ditepati-Nya pada orang-orang yang percaya kepada-Nya. Namun Tuhan tidak menjanjikan kelimpahan materi kepada setiap orang. Memang Yesus mengatakan “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.” (Yoh 10:10). Rasul Paulus juga menekankan hidup yang berkelimpahan, namun bukan berkelimpahan dari sisi material, namun berkelimpahan dalam kasih karunia (lih. Rm 5:20; Ef 2:7) dan oleh kekuatan Roh Kudus, kita dapat hidup berlimpah-limpah dalam pengharapan (lih. Rm 15:13), serta kelimpahan akan iman, kebajikan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih (lih. 2Pet 1:6-8).

Dengan demikian, kita melihat bahwa kasih karunia Allah dicurahkan secara melimpah kepada umat yang terus bekerjasama dengan rahmat Allah. Namun, Yesus sendiri tidak pernah menjanjikan kelimpahan material, walaupun Dia juga akan memberikan rejeki kepada orang-orang yang mencari Kerajaan Allah dan bertanggung jawab terhadap panggilan hidupnya. Dia mengatakan kepada para murid yang telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti Yesus “Dan setiap orang yang karena nama-Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak-anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal.” (Mt 19:29). Apakah “seratus kali lipat” adalah merupakan janji untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat material (harta, kedudukan, kesehatan, dll) ataukah sesuatu yang bersifat spiritual? Untuk melihat ini, maka kita dapat melihat apa yang terjadi pada para rasul. Apakah para rasul mendapatkan kekayaan? Tidak sama sekali. Bahkan, semua rasul mendapatkan penderitaan dan kematian karena mengikuti dan mengajarkan kebenaran Kristus. Namun, di tengah-tengah penderitaan mereka, mereka tetap menerima rahmat yang berkelimpahan, yaitu rahmat spiritual – kegembiraan dalam menghadapi penderitaan dan rahmat pengharapan yang tak pernah surut, karena percaya akan janji Kristus.

Dengan demikian, makna dari hidup berkelimpahan sebagai rahmat yang mengalir sebagai orang yang percaya dan senantiasa bekerjasama dengan rahmat Allah adalah senantiasa bermakna spiritual, entah orang tersebut kaya maupun miskin. Atau kita harus menyetujui bahwa rahmat spiritual adalah lebih penting daripada rahmat material, karena spiritual adalah lebih utama dan kekal daripada material yang bersifat hanya sementara. Dengan demikian, hidup berkelimpahan terbuka bagi siapa saja, baik bagi yang kaya maupun yang miskin, yang berarti Tuhan memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang. Bahkan orang-orang yang miskin mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan hidup yang berkelimpahan, karena mereka adalah orang-orang yang senantiasa mengandalkan belas kasih Tuhan. Dikatakan “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mt 5:3) Dengan memberikan penekanan bahwa keutamaan hidup berkelimpahan adalah sesuatu yang bersifat spiritual, maka umat Allah akan senantiasa berfokus pada sesuatu yang spiritual dan mengarahkan pandangan pada tujuan akhir, yaitu persatuan abadi dengan Allah di dalam Kerajaan Sorga tanpa juga melupakan kebaikan badan yang harus dipenuhi selama kita berada di dunia ini.

Kesimpulan:

Dari pemaparan di atas, maka terlihat bahwa teologi kemakmuran adalah teologi yang berfokus pada sesuatu yang bersifat material dan sementara, yang bertentangan dengan pesan Kristus sendiri – yang senantiasa mengutamakan rahmat spiritual dan tujuan akhir dari manusia, yaitu persekutuan abadi dengan Allah di dalam Kerajaan Sorga. Dengan demikian, teologi kemakmuran terlalu menyederhanakan – mungkin lebih tepatnya membelokkan – pesan Injil. Teologi kemakmuran menjadi sangat berbahaya di tengah-tengah kehidupan yang didominasi oleh materialisme, karena seolah-olah mereka mendapatkan pembenaran dari orientasi mereka ke hal-hal yang bersifat material.

Para Bapa Gereja dan jemaat Kristen awal, tidak pernah mengajarkan tentang penekanan terhadap kemakmuran jasmani. Sebaliknya, yang diajarkan mereka adalah untuk menunjukkan kasih kita kepada Tuhan sampai ke titik darah penghabisan: menyebarkan Injil meski di dalam keadaan kekurangan dan penganiayaan, dan bahkan berani menyerahkan nyawa demi mempertahankan iman.

Sesuatu yang perlu direnungkan adalah buah- buah dari pengajaran Teologi sukses itu. Apakah umat jadi mau prihatin dan lebih berbelas kasih kepada sesama, atau malah cenderung menjadi sombong, dan menganggap bahwa orang miskin itu ‘layak’ miskin karena dosa mereka, sehingga mereka tidak diberkati? Bukankah ini namanya menghakimi? Hubungannya dengan Tuhan bisa seperti hubungan ‘dagang’, seolah mau memberi sekian persen penghasilan dengan harapan menerima berlipat ganda dari Tuhan, semacam investasi saja. Belum lagi kalau Teologi ini membuat umat menjadi terikat dengan kenikmatan materi, dan ini sudah pasti tidak sesuai dengan ajaran Kitab Suci, sebab malah dikatakan bahwa cinta uang adalah akar dari segala kejahatan (1 Tim 6:10); atau bahkan Tuhan Yesus mengajarkan agar menjadi sempurna seseorang dipanggil untuk memberikan semua harta miliknya kepada orang miskin dan kemudian mengikuti Dia (Mat 19:21).

Selayaknya kita mengingat bahwa Tuhan Yesus sendiri memilih untuk lahir sebagai orang miskin, untuk mengajarkan kepada kita untuk hidup ‘miskin di hadapan Allah’ (Mat 5:3). Semoga kita sebagai murid- murid Kristus dapat diberi kebijaksanaan untuk menilai mana ajaran yang berasal dari Tuhan, dan mana yang bukan. Dan agar jangan sampai kita memilih- milih ajaran, yang mudah dan enak didengar kita terima, tetapi yang sulit kita tolak. Kita harus berdoa agar kita dimampukan oleh Tuhan untuk melaksanakan “segala sesuatu yang diperintahkan oleh-Nya” (lih, Mat 28:20) dan bukan untuk memilih- milih ajaran sesuai dengan kehendak sendiri.

81 COMMENTS

  1. Shallom… salam kenal..
    pingin ikut nimbrung nich…

    menurut saya.. jika kita sudah terima Yesus sebagai Tuhan dan juruslamat dan lahir baru,
    kita berhak memperoleh kemakmuran dan kekayaan yang sudah dikerjakan dan diberikan Tuhan kepada kita.apakah makmur dan kaya itu dosa? tidak.
    ada orang yang beranggapan gak papa saya menderita dan miskin di dunia asal saya bahagia dan kaya disurga.. apakah mereka berdosa? tidak.. cuma (maaf) itu suatu kebodohan. Tuhan Yesus sering berkata… “jadilah sesuai imanmu”
    kenapa saya blg itu suatu kebodohan? krn mereka tidak mau menerima dan menggunakan apa yang sudah Tuhan Yesus kerjakan,sediakan dan berikan kepada kita sebagai anaknya di bumi ini.
    orang yang paham tentang apa yang sudah Tuhan Yesus kerjakan, sediakan dan berikan diresponi dengan baik dan mereka mengalami kemakmuran dan kekayaan. ” jadilah sesuai imanmu ”
    ada contoh kisah di alkitab tentang anak yang terhilang .( kalo saya boleh kasih tambahan judul “anak sulung yang bodoh” hehe)
    didalam Lukas 15:29-32 dikatakan:
    15:29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. 15:30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. 15:31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. 15:32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. ”

    dalam ayat 31 terhadap protes si anak sulung, sang ayah berkata (kalau boleh saya menggunakan bahasa sehari2):
    nak, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. kenapa tidak kau gunakan? gunakanlah sebaik2nya. tp jika engkau menyalahgunakan engkau akan mengalami spt adikmu.

    apakah kekristenan tidak bisa mengalami penderitaan? bisa saja.. Tuhan menggunakan hukum tabur tuai.
    bagaimana dengan Ayub? dia orang saleh dan kaya. kenapa Tuhan mengijinkan penderitaan terjadi dalam hidupnya? apakah ayub ada kesalahan? ayub memang orang baik, saleh dan takut akan Tuhan namun tidak demikian dengan anak2nya dan ayub membiarkannya dan tidak menegor mereka. itu kesalahan ayub.

    Jaman sekarang adalah jaman Kasih Karunia Tuhan. bukan jaman kemurkaan spt jaman di perjanjian lama.
    namun Tuhan menaruh Hukum-hukumNya. apa yang manusia tabur, itu yang akan dituai.

    Teologi kemakmuran bukan berorientasi cuma kepada materi sehingga membuat kekristenan yang metrialistis. justru Teologi Kemakmuran mengajarkan mengucap syukur atas apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita. kita menerimanya setelah kita percaya Tuhan Yesus menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamat, diselamatkan dan lahir baru, menjadi anak2 Tuhan sehingga bisa menerima apa yang sudah Tuhan berikan/sediakan bagi kita (kemakmuran,kekayaan, kesembuhan dll) asal kita mempercayai apa yang sudah Tuhan berikan adalah kebenaran dan mau menerima semua itu dengan ucapan syukur (terjadilah sesuai dengan imanmu). Kamakmuran bukan tidak bisa menderita.. Hukum Tuhanlah yang bekerja (Hukum Tabur Tuai).

    Banyak pengkritik tentang Teologi Kemakmuran bahwa teologi kemakmuran mengajarkan umat untuk menjadi matrialistis. saya rasa itu salah dan berlebihan.
    Teologi kemakmuran tidak berdiri sendiri. ada teologi Keselamatan. itu yang terpenting.
    kalau saya boleh mengartikan.. bahwa Teologi Keselamatan adalah esensi dari kekristenan dan teologi kemakmuran adalah bonus bagi keristenan.

    kalau ada yang menolak teologi kemakmuran dan cuma mau teologi keselamatan saja.. ya silahkan dan nikmati saja.
    kalau ada yang mau menggunakan Teologi Keselamatan dan teologi kemakmuran ya silahkan dan nikmati saja. terjadilah sesuai imanmu.
    Ilustrasi:
    ada orang kaya raya punya 2 anak dan semua fasilitas disediakan buat mereka. anak pertama dikasih baju bagus, maunya pakai baju lama dan kusang. disediakan mobil maunya jalan kaki. disediakan makanan yang enak2 maunya cuma makan sama kerupuk. disediakan kamar dengan tempat tidur nyaman maunya tidur di halaman dengan menggunakan tenda.
    sedangkan anak kedua mau menerima apa yang disediakan ayahnya dan dia menikmatinya.
    sang ayah memperlakukan sama terhadap anak2nya. ada konsekuensi atas tindakan anak2nya.
    ketika mereka sedang menghadap sang ayah. anak pertama berkata terima kasih ayah atas kasihmu, dan aku masih tetap anak ayah. anak kedua berkata terima kasih ayah atas kasihmu, aku tetap anak ayah dan terima kasih aku menikmati fasilitas yang ayah sediakan.
    (diantara kadua anak itu siapakah yang lebih banyak mengucap syukur?)

    hendaknya kita minta hikmat kepada Tuhan sehingga kita paham apa yang menjadi kehendak Tuhan.
    pelajari Alkitab dengan minta tuntunan roh Kudus, jangan cuma hanya mengandalkan ajaran pemimpin umat(tanpa mengurangi rasa hormat kpd beliau), krn beliau juga manusia biasa. hendaknya kita penuh hikmat dan Rohkudus.

    Efesus 5:17 – Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan.

    AMIN

    Tuhan Yesus Memberkati

    (mohon maaf jika ada kata2 yang salah..)

    • Shalom Pauljo,

      Apakah ada ayat Kitab suci yang menjadi dasar bagi Anda kesimpulan Anda, yaitu bahwa: “kita berhak memperoleh kemakmuran dan kekayaan yang sudah dikerjakan dan diberikan Tuhan kepada kita“?

      Sebab yang dikatakan oleh Rasul Paulus tentang kekayaan yang diberikan oleh Tuhan kepada jemaat adalah kekayaan dalam hal kasih karunia dan hal-hal rohani, dan bahkan ia tidak menghubungkannya dengan kekayaan jasmani.

      “Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, -dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami– demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini… Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.” (2Kor 8:9)

      Maka Anda benar bahwa yang diberikan oleh Kristus adalah karunia keselamatan. Hal apakah sesudahnya Tuhan memberikan kemakmuran secara jasmani atau tidak, itu tidak menjadi yang utama. Meminjam istilah Anda, ya, itu hanya bonus, bisa diberi, bisa tidak. Namun harus diakui, bahwa kenyataannya, orang-orang yang terdekat dengan Tuhan Yesus, yaitu Bunda Maria, St. Yusuf dan para rasul-Nya, semua tetap hidup miskin sampai akhir hidup mereka, seperti Yesus. Demikian pula kita bisa melihat ada banyak para orang kudus di sepanjang sejarah Gereja, yang karena kasih-Nya kepada Yesus, memilih untuk hidup dengan cara yang sama seperti ketika Yesus hidup: hidup miskin agar dapat menyerahkan diri mereka seutuhnya untuk Tuhan dan sesama. Orang-orang ini menghidupi dengan lebih nyata dan sepenuhnya, firman Tuhan yang mengatakan:

      “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mat 5:3)

      “Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (Mat 19:21; Luk 18:22)

      “Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.” (1 Yoh 2:6)

      Maka mungkin menurut Anda hidup miskin (memilih untuk tidak menikmati kekayaan, walaupun itu dalam jangkauan) mungkin merupakan suatu kebodohan, tetapi tidak demikian menurut firman Tuhan. Semangat untuk hidup miskin dalam arti tidak terikat dengan kekayaan dan tidak mengharapkan kekayaan, itu adalah suatu bentuk kebajikan yang dicontohkan oleh Tuhan Yesus sendiri, yang ketika mengambil rupa manusia, memilih untuk hidup sebagai orang miskin. Tentu kita tidak selayaknya mengatakan bahwa Kristus telah melakukan kebodohan, dengan memilih cara hidup seperti itu. Sebab firman Allah sendiri mengajarkan agar kita tidak menaruh harap kepada kekayaan, namun agar belajar menikmati segala sesuatu yang Tuhan berikan kepada kita:

      “Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.” (1Tim 6:17)

      Keterikatan terhadap uang/ kekayaan menjadi akar dari segala kejahatan (1Tim 6:10) dan oleh karena itu, Rasul Paulus memperingatkan agar kita tidak terobsesi dengan keinginan untuk menjadi kaya:

      “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1Tim 6:8-10)

      Sejujurnya, memang lebih mudah dan enak untuk hidup menikmati ataupun mengejar kekayaan jasmani; sebaliknya lebih sukar, namun lebih baik, untuk mengejar kesempurnaan rohani, dan melepaskan keterikatan dengan kekayaan jasmani. Jika Anda dan saya belum sepenuhnya dapat hidup dengan cara Yesus hidup (hidup sederhana dan total tidak terikat dengan materi), mari kita akui saja dengan rendah hati, sambil terus berjuang ke arah kesempurnaan yang diajarkan Yesus. Namun itu tidak berarti kita dapat mengatakan bahwa orang-orang lain yang telah memilih cara hidup miskin seperti Yesus itu, sebagai orang-orang bodoh. Kita juga tidak dapat menghakimi mereka, bahwa mereka miskin karena menabur sedikit maka menuai sedikit. Para rasul itu hidup miskin, namun mereka menabur begitu banyak kepada Gereja, dengan meneruskan ajaran Kristus dan hidup menurut teladan Kristus, sehingga kita yang hidup sekitar 2000 tahun sesudah mereka, dapat menerima warisan iman dan pengajaran Kristus dalam kepenuhannya.

      Maka, syukurlah, jika Anda mengatakan bahwa teori kemakmuran tidak menekankan kemakmuran jasmani dan materi. Namun tidak dapat dipungkiri, jika kita mendengarkan khotbah-khotbah dari para pengkhotbah teologi Kemakmuran, kesimpulan ini tidak dengan mudah kita peroleh. Sebab yang ditekankan di sana, jelas adalah bahwa kita seolah ‘berhak’ atas kemakmuran jasmani, dan dengan demikian secara implisit mendorong agar kita berharap kepada kemakmuran jasmani, seolah itu tidak terpisahkan dari janji keselamatan Tuhan. Atau jika kita belum makmur secara jasmani, artinya kita belum sepenuhnya menikmati janji Tuhan. Sejujurnya, hal inilah yang tidak diajarkan oleh Kristus dan para Rasul, yang tidak pernah menjadikannya sebagai satu paket, antara keselamatan kekal dengan kemakmuran jasmani.

      Ya, semoga Tuhan memberikan kepada kita kebijaksanaan agar kita mengerti kehendak Tuhan (lih. Ef 5:17) dan tidak cenderung untuk memilih yang lebih enak dan mudah menurut diri kita sendiri.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  2. Pak Stef, mohon penjelasannya karena saya kurang bisa memahami. Apakah artinya orang Katolik tidak boleh kaya? Sedangkan dg kekayaan materi kita bisa membantu sesama, bisa membantu pembangunan gereja dll? Misalnya seperti Maria Magdalena & beberapa ibu2 di jaman itu yg menjadi pendukung Yesus dalam hal pendanaan?
    Bagaimana Gereja Katolik memandang hal tsb?

    Terima kasih, salam damai,
    Maria

    • Shalom Maria,

      Maksud dari artikel di atas sebenarnya untuk mengungkapkan bahwa besarnya berkat Allah tidak berbanding lurus dengan kekayaan. Tuhan dapat mencurahkan berkat-berkat jasmaniah kepada kita, namun Dia juga dapat memilih untuk tidak memberikan berkat-berkat jasmani yang berlimpah dengan tetap memberikan berkat-berkat rohani yang sungguh berlimpah. Jadi, tidak salah untuk menjadi kaya, dan ini juga merupakan berkat Tuhan. Yang salah adalah dengan mengatakan bahwa orang yang tidak kaya berarti tidak diberkati Tuhan. Bahkan orang yang diberkati Tuhan dengan kekayaan dapat membantu begitu banyak kegiatan Gereja, termasuk dalam evangelisasi dan karya-karya misi lainnya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  3. Malah ada di Semarang tahun 2010 an klo kaga salah, ada gereja non Katolik beriklan di Koran Suara Merdeka bagi yang datang ke gereja tersebut dapat kupon undian berhadiah pertama Mercy dan hiburan lain yg menarik lho….

    Dunia sudah gila, bahwa harta sudah menjadi berhala dan ukuran…..keberhasilan berkat Tuhan……alias Kemakmuran.

    Menurut saya, mereka sudah melecehkan keadilan Tuhan akan rahmatnya bagi semua orang baik kaya,miskin,sehat sakit, bebas terbelenggu dsb…..

    Itulah akibatnya mengintepretasikan dan mengimplementasikan firman Tuhan sesuka sukanya….Waspadalah…Waspadalah….

    [Dari Katolisitas: Memang sudah menjadi kehendak Tuhan agar kita hidup menurut panggilan kita sebagai anak-anak Allah. Dan sebagai anak-anak Allah ini kita selayaknya berjuang untuk melakukan semua perintah-Nya sebagaimana diperintahkan oleh Kristus (lih. Mat 28:19-20). Semua perintah ini, termasuk juga perintah untuk memikul salib yang Tuhan izinkan terjadi dalam kehidupan kita, dan bukan hanya mau meminta berkat-berkat-Nya. Namun selanjutnya, adalah panggilan kita untuk menyampaikan kebenaran ini, dengan lemah lembut, dan tidak dengan prasangka buruk ataupun menuduh orang lain.]

    • Salam Damai Sejahtera

      Menanggapi sdr.budi
      “Yah bgtulah,namun biar saja,yg penting kita tidak ikt”an,klo mau menasehati dng sikap dn tingkah laku kita yg smakin baik saja”

      Namun untuk masukan saja ini,mohon pnjelasan dn saran yah kpd tim katolisitas dn pr romo,sdikit mnyimpang dr tema diskusi ini

      Di smg ini bnyk skali grj” Kristen prot. Yg mdoktrin para muda mudi nya untuk menarik para OMK masuk ke sel mereka..sbg ketua OMK di paroki sy
      prihatin,sudah usaha namun ttp bobol,krn 2 anggota OMK gereja kami akir nya menyebrang T.T
      Sy smpat berdiskusi dng bbrp dewan grj d paroki dn frater serta rm d paroki,dr diskusi itu sy mnyimpulkan bhwa gereja Kristen prot.lbh memfasilitasi dn mdukung keg. Para youth(muda mudi kristen),sedang d Gereja Katolik sendiri,t’bukti pd saat kolasi taun lalu di sala3 para awam dn rm d bbrp paroki sgt mnyoroti dn prihatin dng p’kembangan mudika (OMK) yg dr taun smakin mnyusut dn bahkan d bbrp paroki sudah hilang OMK nya,hal ini pun mnjdi tgs kita smua sbg warga Gereja untuk m’atasi p’maslahan ini,krn klo smpe d biarkan trus mnrus OMK tidak berkembang bgmn kelanjutan Gereja ke dpn nya?krn mnrt sy pr OMK inilah ujung tombak Gereja pd nanti nya.

      Ada 1 hal lg yg sy soroti bbrp hri blkgan ini,ttg p’kembangan PD Kharismatik Katolik,krn pr anggota nya seolah” m’ekslusif kan diri,ngga mau ikt gabung dng OMK maupun keg.di lingkungan” sungguh prihaytin dng keadaan ini,bahkan kmrn sy bru saja m’antar Rm paroki sy untuk rapat dng slh 1 ketua wilayah d paroki yg umat nya smakin habis krn lbh condong ikt ke keg.Kharismatik dn mninggalkan keg.lingkungan nya,smpai ketua lingk. Nya(org kharismatik)melepas jabatan sbg ketua lingk.untuk lebih fokus kpd keg.kharismatik nya…
      Apakah di benarkan hal” macam ini?krn mnrt pndangan sy tlalu bnyk PD” Kharismatik akan mnimbulkan efek” samping yg sdikit merugikan…
      Trima Kasih,mohon ptunjuk nya

      Berkah Dalem

      • Shalom Michael,

        Sebenarnya aktifitas kegiatan yang datang dari Kristen non-Katolik dapat menjadi pemacu kita juga. OMK harus memikirkan banyak hal secara serius. Ada banyak kegiatan-kegiatan dari OMK di Gereja Katolik yang terlalu bersifat hura-hura, takut bahwa kalau kegiatan terlalu serius, maka tidak ada yang datang. Namun, di satu sisi, kita melupakan bahwa ada sebagian OMK yang justru merindukan kegiatan-kegiatan yang lebih bersifat pendalaman Kitab Suci, sharing, pendalaman iman Katolik, dll. Dengan kata lain, memang kegiatan seperti olahraga, musik adalah baik untuk OMK, namun jangan juga melupakan kegiatan yang justru menjadi inti dari kegiatan OMK, yaitu pembentukan karakter dan spiritualitas dari masing-masing pribadi.

        Tentang anggota OMK yang ikut kegiatan karismatik namun meninggalkan komunitas basis lingkungan, maka paroki harus memikirkan strategi dengan pendekatan yang menyeluruh. Secara prinsip, seseorang yang aktif di dalam gereja, memang pada akhirnya harus memilih kegiatan yang harus dia ikuti. Dia tidak bisa mengikuti semua kegiatan. Oleh karena itu, paroki harus menentukan strategi, apakah lebih menekankan komunitas basis di lingkungan dan sampai seberapa jauh mengakomodasi kegiatan-kegiatan yang bersifat teritorial. Memang dari pengalaman, seseorang yang aktif di dalam kegiatan kategorial karismatik, mereka cukup sibuk dengan berbagai macam acara. Akhir kata, memang untuk menghidupkan umat basis di lingkungan, dibutuhkan strategi yang jitu dari semua elemen, termasuk dengan misa lingkungan dan wilayah, dll. Menjadi tantangan bagi OMK di lingkungan untuk membuat kegiatan yang berdaya pikat dan berdaya guna bagi OMK, sehingga OMK di lingkungan juga hidup.

        Mungkin ada pembaca yang dapat memberikan masukan?

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        stef – katolisitas.org

  4. “semakin banyak saya menderma, semakin murah rezeki datang kepada saya” apakah ini juga salah satu konsep Teologi Kemakmuran?

    [dari katolisitas: Semakin kita berderma demi kasih kita kepada Allah, maka kita akan mendapatkan balasan dari Tuhan, yang dapat terjadi di dunia ini maupun di kehidupan mendatang. Kalau kita berderma hanya untuk mendapatkan balasan dari Tuhan di dunia ini, maka telah masuk di dalam teologi kemakmuran.]

    • Ini saya stuju sangat stuju gini ya KRISTEN PRO jaman skarang banyak yg kasi teologi kemakmuran gini gitu sorry rada keras ngomongnya saya tapi emank itu yg saya rasakan saat ini. Waktu itu saya pernah ke greja kristen pro yg mengandung teori carilah dahulu kerajaan ALLAH dan kebenaranNYA maka semuaNYA itu akan di tambahkan ooh ternyata baru skarang saya ngerti ternyataa….tapi PUJI TUHAN saya menyaksikan kebaikan TUHAN bahwa mama saya mengajak ke SEMINAR HIDUP BARU DALAM ROH MELALUI PDKK HATI KUDUS YESUS lalu mengajak saya ke BCM hari ini dan di situ banyak skali dibahas mengenai gereja gereja yg mengandung teori KEMAKMURAN bahwa itu salah dan bertentangan dengan KITAB SUCI maka pada hari ini saya menyaksikan TUHAN BAIK KEMBALI MENYELAMATKAN SAYA untuk kembali kepada KOMUNITAS KATOLIK….DAN TUHAN baikNYA lagi menyelamatkan saya melalui ROMO YOHANES DWI HARSANTO….PUJI TUHAN…

  5. Pro katolisitas.
    Sekali lagi saya ucapkan terima kasih pada katolisitas karena telah memelekkan mata hati dan pikiran saya tentang Yesus semakin jelas. Saya menikmati sekali diskusi ini yang membuat saya makin kaya dan lebih senang lagi bila ada saudara seiman non katolik yang mengajukan pendapatnya, seperti saudara Sherly, Yunita dan lain-lain sebab dari sanggahan mereka dan jawaban katolisitas makin banyak yang dapat saya ketahui baik tentang saudara seiman non katolik dan tentu saja tentang kekatolikan. Hanya saya agak kecewa/ kurang puas karena sering kali diskusi tidak tuntas, misalnya waktu Stef atau Inggrit minta mereka menjawab pertanyaannya atau mengungkapkan pendapatnya, mereka tidak merespon tapi cenderung mengalihkan topik pembicaraan. Apakah saya keliru bila sikap diam ini tanda setuju? Kalo iya tolong dijawab setuju dan bila tidak berikan argumrntasi. Dengan demikian diskusi ini menjadi semakin indah. Atau saya boleh menyarankan saudara-daudara non katolik membentuk juga semacam tim pemikir agar topik yang diajukan semakin berbobod. Trimakasih salam damai dalam Yesus Kristus.

    • Shalom Frans,

      Memang ada begitu banyak dinamika dalam diskusi secara tertulis. Kendala diskusi juga terjadi karena keterbatasan waktu. Oleh karena itu, dalam diskusi panjang, katolisitas membatasi diskusi sekitar 3 x putaran. Kami ingin mengajukan pertanyaan-pertanyaan, sehingga keberatan-keberatan yang disampaikan dapat juga diberikan dasar-dasarnya. Dengan demikian, mudah-mudahan diskusi dapat berkembang semakin baik dan dapat mengupas topik semakin mendalam. Kami juga menghindari diskusi yang merupakan pengulangan, sehingga kami juga sering merujuk kepada diskusi yang telah ada agar dapat dibahas secara lebih mendalam. Yang terjadi, ada banyak yang ingin berdiskusi namun belum membaca arsip katolisitas, sehingga bertanya atau berdiskusi mengenai topik yang sama. Semoga kita semua dimampukan Tuhan untuk dapat menerangkan iman kita dengan baik dan benar.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  6. Syalom …

    Sering saya mendengar kata “perkenanan Allah” atau favor God’s. Dan ada sebuah gereja yang berpedoman dengan prinsip tsb dalam kehidupannya bergereja.

    Menurut mereka hubungan gereja sebagai anggota tubuh Kristus dan Kristus sebagai kepala adalah hubungan yang dekat/ intim seperti hubungan suami istri.

    Apakah gereja yang berkenan di hadapan Allah dan di hadapan manusia itu sudah pasti akan melahirkan kebaikan, yang tentunya kebaikan tersebut dapat diterima oleh semua pihak.

    Jika ada gereja yang ditolak oleh warga sekitarnya, apakah hal tersebut dikarenakan ada anggota gereja tsb yang tidak berkenan. Atau memang kabar baik yang diwartakan oleh gereja tersebut yang ditolak.

    Seperti yang terjadi di Gereja di wilayah Bekasi. Karena saya yakin ada pejabat gereja yang tidak berkenan di hadapan Tuhan, sehingga secara keseluruhan anggota gerejanya juga ditolak.

    Mohon tanggapannya, terimakasih

    Salam damai Kristus.

    • Shalom Pardohar,

      Menurut saya, kalau kita ingin berkenan di hadapan Allah atau God’s favour (DRV atau Douay Rheims Version) maka kita harus hidup kudus di hadapan Allah. Kitab Ibrani menuliskannya “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah / God’s favour is obtained.” (Ibr 13:15-16) Jadi, yang terpenting adalah menjalankan bagian kita, dan Allah yang setia akan menjalankan bagian-Nya dengan sempurna.

      Namun, kalau God’s favour diatikan sebagai berkat material maupun hal-hal yang kita dapatkan yang sesuai dengan apa yang kita inginkan, maka hal ini menjadi tidak tepat, karena lama kelamaan kita akan mengedepankan kemauan kita dan tidak dapat melihat segala sesuatu dari kacamata Allah – yang memang seringkali sulit kita mengerti. Kristus telah membuktikan-Nya, yaitu Dia memilih jalan salib, jalan yang sulit, untuk menyelamatkan manusia. Jadi, kita jangan terlalu cepat berpendapat bahwa satu gereja yang ditolak artinya tidak berkenan di hadapan Allah. Pada masa penindasan agama Kristen, semua umat Kristen ditolak dan banyak yang terbunuh. Namun, dengan kejadian tersebut, maka iman umat Kristen semakin dimurnikan. Satu hal yang pasti, Tuhan mampu mendatangkan sesuatu yang baik dari sesuatu yang terlihat buruk.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef  – katolisitas.org

      • Syalom Bpk. Stef

        Terimakasih atas penjelasanya, semoga motif yang benar dalam pelayanan di gereja dapat menular kepada jemaatnya, dan menciptakan rumah tangga yang rukun dan damai seperti yang diharapkan kita bersama.

        Terimakasih salam damai Kristus.

    • Salam Damai Sejahtera

      tanggapan sy dr semua diskusi di sni
      1.Tuhan tidak m’benci org kaya,namun Tuhan tidak berkenan pada org kaya yg m’gantungkan hidup sepenuh nya pd harta nya,m’gantikan Tuhan dng harta x_x
      2.Harta kekayaan bukan lah ukuran untuk rahmat ato berkat Tuhan
      3.Teologi kemakmuran mmg suatu p’ajaran yg menyimpang dr ajaran Kasih Yesus,m’ukur ato m’batasi kasih Allah pd manusia sebatas harta,sungguh mnyedihkan…bagi kami ato kita org Katolik dn p’ikut Kristus lain selayak nya menyadari bahwa tujuan kita m’ikut ajaran Yesus adl keselamatan dn hidup kekal..jng sampai seperti org kaya,dlm crita Lazarus(bacaan minggu 29’sept’13)
      4.Pd forum ini tidak ada p’hakiman,melainkan pelurusan suatu ajaran yg menyimpang,krn pd web ini di asuh para Romo yg scr hierarki merupakan wakil Tuhan atau bisa d blg sbg p’ganti pr Rasul,jd GEREJA tidak mungkin salah,yg salah itu oknum nya…
      5.Berdialog dng baik,m’utamakan Roh Kudus
      Yang membimbing,bukan roh jahat yg dng emosi melontarkan statemen yg tidak benar…

      Demikian tanggapan sy,apa bila ada yg slh mohon bimbingan nya….
      Trima Kasi,Berkah Dalem

  7. Matius 21:12-13
    Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dan berkata kepada mereka: /”Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.
    Kutipan ayat ini sempat jadi bahan diskusi kami dalam sebuah forum. Benarkan Yesus marah ? Mungkin saja benar. Tapi ..benarkah Bait Allah dijadikan tempat berdagang ? Ini masih tanda tanya. Sebab Bait Allah tempat yang amat suci dan tidak mungkin ada manusia yang melakukan perbuatan kotor disana karena itu sama dengan menghina Allah. Dan imam-imam kepala pun pasti marah besar bila ada yang berbuat seperti itu. Kesimpulan kami…ayat tersebut adalah perumpamaan tentang bagaimana Yesus mengusir orang-orang yang datang ke Bait Allah (gereja) untuk berdagang dan bertransaksi dalam iman mereka. Maka dalam Markus 11:18 imam-imam kepala dan para ahli taurat sangat marah . Karena merekalah yang dimakasud “para penyamun” tersebut. Dan dalam kehidupan moderen saat ini, para penyamun tersebut telah menjelma menjadi penginjil teologi kemakmuran. Bait Allah (hati manusia) telah dipenuhi transaksi jual beli antara manusia dan Allah. Kecintaan manusia kepada Allah dihargai dengan sebesar apa Allah mengasihi mereka.

    • Shalom Loren,

      Dalam satu perikop diceritakan bahwa Yesus membersihkan bait Allah (lih. Mat 21:12-13; Luk 19:45; Yoh 2:13-20). Memang pada saat itu diceritakan bahwa Yesus marah. Tentu saja marah sendiri bukanlah dosa, karena marah melihat ketidakadilan adalah tidak berdosa. Bait Allah memang dijadikan tempat berdagang pada waktu itu dan terjadi begitu banyak ketidakadilan, seperti: penukaran uang dengan komisi tinggi, binatang kurban dijual dengan harga yang jauh lebih tinggi dari harga pasaran, yang membawa kurban sendiri dan tidak membeli dari bait Allah akan dipersulit, dll. Karena melihat ketidakadilan ini, maka Yesus menjadi marah.

      Yang menjadi masalah, di bagian mana dari bait Allah yang dijadikan tempat berdagang? Kalau kita melihat dari tempat yang paling kudus dari bait Allah, maka dapat diurutkan sebagai berikut: tempat maha kudus (holy of holiest), tempat kudus (holy place), serambi untuk para imam (court of the priests), altar, serambi untuk bangsa Israel – kaum pria (court of Israelites), serambi bangsa Israel – kaum wanita (court of women), serambi untuk bangsa non-Yahudi (court of the Gentiles). Perdagangan terjadi di serambi untuk bangsa non-Yahudi atau di bagian terluar sebelum pintu gerbang. Dan akibat perdagangan ini, maka para bangsa non-Yahudi yang ingin beribadah juga menjadi terganggu. Semoga dapat memperjelas.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  8. Syaloom….salam dari manado…nimbrung yach
    Saya percaya bahwa Teologi Kemakmuran atau apa pun namanya adalah salah satu yang perlu kita refleksikan sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik n apostolik. Masalah sebenarnya adalah bukan mencari siapa yang salah atau yang benar. Tapi saya lebih percaya ‘seandainya ini dari Roh Kudus maka pemahaman ini tidak dapat dibendung’. kalau seandainya, Tuhan mau agar kita memahami seperti para teolog kemakmuran memahami hidup yang berkelimpahan…ya monggo…tapi seandainya kita percaya bahwa Allah yang mengasihi siapapun kita tanpa membedakan status ekonomi kita….ya monggo juga….satu hal yang kupercaya bahwa Allah yang maha adil akan menghakimi para nabi-nabi palsu dan pengajar sesat yang mencari keuntungannya sendiri…namun Tuhan juga tidak akan tinggal diam bagi mereka yang telah lama berada di dalam Gereja tapi tidak mengenal isi hati-Nya…..sekian

    • Shalom Liem,

      Allah memang mengasihi semua orang. Dan karena kasih tidak terpisahkan dari kebenaran, maka menjadi tugas umat beriman untuk berdialog dengan semangat kasih. Kita tidak dapat mengatakan bahwa semuanya benar walaupun saling bertentangan, karena ini akan menjadi paham relativisme dan justru mengaburkan kebenaran itu sendiri. Tentu saja keadilan Tuhan akan dinyatakan pada anggota Gereja Katolik dan non-Katolik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Bener….bener….tapi saya hanya merasa kebenaran yang sedang kita diskusikan membawa kita pada pemikiran bahwa kitalah seolah-olah menjadi allah. Jangan sampai bahwa Allah juga memang memakai cara-cara yang diamini dan diamini oleh para teolog dan mereka yang percaya kepada ‘injil kemakmuran’….:D

        [dari katolisitas: Pada akhirnya, sebagai umat Katolik kita dihadapkan pada dua pilihan: mempercayai apa yang kita pikir benar atau mempercayai apa yang Gereja Katolik ajarkan. Kalau kita mengatakan bahwa Gereja Katolik dapat salah, maka pendapat kita pribadi dapat lebih salah.]

  9. Ulasan yg bagus tentang teologi kemakmuran
    Secara pribadi memang menjadi hak tiap individu untuk mengimani teologi kemakmuran atau tidak.
    Tapi saya ingin berbagi sedikit pengalaman saya di akhri Tahun 2011
    Saya mendapatkan ini melalui seorang pembicara
    Perkatakan yg baik serap setiap berkah yg Tuhan berikan,percaya berkat akan turun 100x lipat 1000xlipat.doa yg harus diperkatakan setiap hari,ketika saya lakukan dan perkatakan tiap hari yg ada bukan nya kemakmuran tapi sebuah kemrosotan ekonomi cukup membuat iman saya down,karena di satu sisi pengajaran ini tanpa disadari mengajak kita utk mengukur kasih Allah dr segi materi,ketika unsur materi ini tak tercapai secara manusia respon nya adalah protes,kecewa,dsb krn apa yg diharapkan tidak dipenuhi oleh Tuhan,singkat kata pergumulan terus terjadi,di satu sisi iman semakin kering krn kekecewaan,di satu sisi hati ingin tetap terus melekat padaNya.sampai di suatu titik doa,dorongan begitu kuat muncul untuk membuka alkitab kembali “setelah masa kekeringan iman yg membuat saya jauh dr Tuhan” Tuhan arahkan kembali bukalah kitab sirakh,ya Yesus bin sirakh 20:10 bahwa ada pemberian yg tidak menguntungkan kepadamu sama sekali tetapi juga ada pemberia

  10. Syaloom,,

    Mao tanya.Saya jg lg bergumul. Kalau orang ga mau atau ga berani menjual semua dan tingallin harta,keluarga,pekerjaannya untuk melayani Tuhan itu salah? Apakah melayani Tuhan itu kita musti susah setiap hari jadi Tuhan berkenan kepada kita?

    Saya sempat di suruh ama Guru agama saya untuk belajar alkitab di Malang. Karena saya ketinggalan banyak. Waktu itu saya baru selesai operasi tumor otak. Saya kaget wkt itu karena ga ada kepikiran untuk jadi pendeta. tp saya ttp bilang ama kluarga mgkn mao ke malang karena janji ama guru agama saya. tp saya ttp ga yakin. Tiba2 penyakit saya kambuh lg. dan di saat itu saya benar putus asa saya bilang sama Tuhan “kalau saya sembuh tidak akan ragu2 ke malang” tp skrg saya sudah sembuh jadi ragu ke malang dan ga mao jadi pendeta pas saya ikut skolah alkitab reformed saya ikut 3 sessi da ga sanggup sama tekanan nya. Saya ingin melayani dengan bntuk lain. Tapi itu jg karena saya masi mao enak d Jakarta dekat keluarga, punya pekerjaan dan penghasilan yg baik. Apakah saya Sudah salah? mohon bantuannya. Karena saya biarpun saya melayani dengan bentuk lain tp saya tidak tahu apakah saya lari dr yg seharusnya saya lakukan karena Saya matrelialistis dan ga mau menderita.Jujur saya pun suka mkir saya ngelakuin pelayanan yg saya lakukan ini skrg kaya kabur dr Janji saya yg wkt itu.

    Saya ga tau apakah ini di thread yg benar. tp jika ini salah. aku tetap ingin pendapat dr pengurus ke email saya.

    Saya tau saya ingin mendengar jawaban saya ga salah. itu kelemahan saya. Apa saya ga layak untuk melayani Tuhan kalau saya sndiri ga brani menderita buat Dia? saya malah milih jalan melyani dengan pikiran yg mudah buat diriku.

    Terima kasih

    • Shalom Leonard,

      Terima kasih atas pertanyaannya. Yesus pernah mengatakan “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (Mat 19:21) Bahwa semua orang memang harus mengikuti Kristus dengan segala resikonya adalah benar. Namun apakah semua orang harus menjual segalanya dan mengikuti Kristus? Banyak santa-santo melakukannya dan para pastor dan suster melakukannya. Namun, bagi orang yang berkeluarga dan terikat tanggung jawab yang lain, tentu tidak dapat melakukan hal ini. Yang terpenting adalah senantiasa untuk melakukan kehendak Bapa dan mengikuti Kristus dengan segala resikonya, memikul salib dan menyangkal diri. (lih. Mat 16:24) Dan salah satu bukti otentik dari kekristenan kita adalah bukan pada kesusahan dan wajah yang berdukacita, namun sebaliknya hidup yang diwarnai dengan sukacita. Sukacita ini ada di dalam dan terpancar keluar, baik dalam menghadapi kesulitan maupun pada waktu senang. Anda dapat membandingkan dengan perumpamaan tentang seseorang yang menemukan harta yang terpendam, dan kemudian dengan sukacita dia menjual seluruh harta miliknya, sehingga dia dapat membeli ladang tempat harta itu berada (lih. Mat 13:44)

      Saya tidak tahu kapan anda membuat kaul itu dan apakah pada waktu itu anda telah dewasa. Namun, pada akhirnya, kita semua terikat untuk dapat mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, pikiran dan kekuatan. (lih. Mat 22:37) Oleh karena itu, pilihan untuk sekolah teologi merupakan satu komitmen untuk benar-benar belajar tentang iman. Kalau anda masuk ke dalam Gereja Katolik, maka anda tetap dapat melanjutkan komitmen ini, dalam bentuk yang lain, seperti: belajar Alkitab di KPKS (program 3 tahun), dan setelah itu mengajar katekese, dll. Dengan demikian, komitmen untuk benar-benar mempelajari iman inilah yang tetap harus anda laksanakan. Setelah anda melangkah satu langkah, kemudian lakukan lagi proses discernment, sehingga langkah apapun yang anda ambil dapat benar-benar merupakan refleksi dari kasih anda yang sungguh-sungguh kepada Tuhan. Semoga dapat diterima.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Syaloom Pak Stefanus

        Terima kasih atas jawabannya. Saya membuat kaul itu beberapa bulan yang lalu ketika saya benar2 putus asa karena sakit parah, (kata teman saya, saya sedang melacurkan diri kepada Tuhan). Apakah itu terhitung sebagai nazar?

        Saya juga ingin bertanya pada kesempatan ini. Saya ingin belajar Katakumen, dan ingin memulai dari dasar. Karena itu saya menolak kesempatan ikut SHBDR, karena saya ingin dasar kuat dulu. Apakah ini salah? Apakah saya tidak mengandalkan kekuatan Tuhan? Karena di SHBDR ada pencurahan Roh Kudus kalau saya tidak salah. Tapi saya pikir (padahal belum tentu saya mendapat karunia Roh) melompat dalam iman seperti itu tdk baik? Atau saya salah? Mohon bimbingannya.

        Terima Kasih.

        • Shalom Leonard,

          Tentang kaul/ nazar, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:

          KGK 2102    “Kaul, yakni janji kepada Allah yang dibuat dengan tekad bulat dan bebas mengenai sesuatu yang mungkin dan lebih baik, harus dipenuhi demi keutamaan agama” (KHK, Kan. 1191 ? 1). Kaul adalah satu tindakan penyerahan diri, yang dengannya warga Kristen menyerahkan diri kepada Allah atau menjanjikan satu perbuatan baik kepada-Nya. Dengan memenuhi kaulnya, ia mempersembahkan kepada Allah, apa yang telah ia janjikan atau ikrarkan. Santo Paulus misalnya, sebagaimana disampaikan Kisah para Rasul, sangat memperhatikan supaya memenuhi kaulnya (Bdk. Kis 18:18; 21:23-24).

          Dengan demikian, jika anda pernah membuat suatu janji kepada Tuhan untuk melakukan suatu perbuatan baik kepada-Nya, itu dapat disebut sebagai kaul/ nazar. Kaul/ nazar adalah janji yang dibuat kepada Tuhan. Menurut hemat saya, orang yang berjanji kepada Tuhan tidak dapat dikatakan sebagai ‘melacurkan diri‘ kepada Tuhan, seperti perkataan teman anda.

          Adalah keputusan yang baik jika anda memutuskan untuk mengikuti katekumen terlebih dahulu sebelum mengikuti SHBDR. Memang demikianlah seharusnya.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

          • Syaloom Ibu Inggrid

            Ketika saya membuat kaul itu sepertinya saya hanya memikirkan diri saya tidak utk perbuatan baik pada-Nya. Tetapi saya akan memikirkan kaul saya kembali. Karena sudah terucap. Walau tidak bisa persis seperti yang saya ucapkan. Karena saya berjanji “tidak akan ragu2 ke Malang utk belajar Agama (saya nangkap nya ketika saya di suruh ama guru agama saya ke sana untuk jadi pendeta)

            1. Kalau saya belajar di Jakarta? Apakah itu menyalahi kaul saya?
            2. Terima kasih buat nasehatnya, tp karena saya dibilang tidak apa2 untuk SHBDR walaupun tidak dibaptis atau sudah ikut katekumen. Jadi saya daftar.

          • Shalom Leonard,

            Seperti yang pernah kita bahas sebelumnya, maka kita harus mundur sedikit untuk menentukan langkah ke depan. Prinsipnya dari kaul anda adalah komitmen untuk belajar Kitab Suci dan bersiap-siap menjadi pendeta, yang artinya anda ingin mengabdikan diri anda untuk memberitakan Firman Tuhan. Namun, kalau setelah melalui proses pencarian kebenaran yang sungguh-sungguh kemudian anda tertarik masuk ke Gereja Katolik, maka ini dulu yang harus anda pikirkan. Anda harus memutuskan apakah anda benar-benar mantap untuk masuk ke Gereja Katolik atau belum. Kalau belum apa yang masih mengganjal dan kalau sudah mantap, maka ini berarti harus disusul dengan masuk secara penuh ke dalam Gereja Katolik. Dengan demikian, langkah awal ini sungguh sangat penting. Kalau setelah mempelajari dan mendalami iman Katolik, serta membawanya dalam doa, kemudian anda memutuskan untuk masuk dalam Gereja Katolik, maka lupakan untuk belajar Kitab Suci di Malang dan lupakan cita-cita anda untuk menjadi pendeta. Namun, jangan pernah melupakan prinsip dari kaul anda, yaitu untuk mewartakan Firman Tuhan. Karena anda masuk dalam lingkungan Gereja Katolik, maka untuk mewartakan Firman Tuhan juga harus menyesuaikan derap langkah Gereja Katolik, yang berarti anda harus mempelajari Kitab Suci berdasarkan pengajaran Gereja Katolik, yang dapat anda lakukan di Malang, Jogja, maupun Jakarta, atau kota-kota lain. Semoga jawaban ini dapat diterima.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – katolisitas.org

  11. Apakah di dalam agama Katolik terdapat hukum tanam-tuai; dalam arti apabila kita berbuat baik, kita akan mendapat buah yang baik (seperti dalam hukum karma dalam agama Budha)? Apakah yang dimaksudkan dalam 2Kor9:6? Terima kasih sebelumnya.

    • Shalom Maria,

      Terima kasih atas pertanyaannya. Silakan membaca tentang mengapa Gereja Katolik menolak teologi kemakmuran – silakan klik. Kalau  yang dimaksud dengan hukum tanam-tuai adalah sesuatu yang bersifat material – Tuhan akan memberikan berkat material bagi orang yang melakukan kehendak-Nya -, maka itu adalah sesuatu yang keliru. Kita tidak dapat mengatakan bahwa orang yang telah menyerahkan segala-galanya bagi Tuhan akan mendapatkan kelimpahan material. Kepada orang-orang yang mengasihi Tuhan, maka Tuhan ingin memberikan yang lebih baik dari sesuatu yang bersifat material, yaitu kebahagiaan kekal di Sorga. Oleh karena itu, perbuatan baik yang kita lakukan bukanlah berdasarkan harapan kita untuk mendapatkan berkat material, namun lebih dalam dari itu, kita berbuat baik karena kita mengasihi Kristus. Dengan demikian, perbuatan baik yang kita lakukan mempunyai nilai yang lebih atau bersifat adi kodrati. Kita tidak mempercayai karma, seperti yang dipercayai oleh agama Budha.

      2Kor 9:6 menuliskan “Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.” Adalah benar, bahwa bagi orang yang memberi kelimpahan hartanya, maka Tuhan dapat memberikan berlipat-lipat. Namun, bukan inilah yang menjadi dasar dari pemberian kepada sesama. Pemberian harus didasarkan oleh kerelaan hati dan dilakukan dengan sukacita. Ini berarti pemberian ini berdasarkan atas kasih. Dan kasih yang berdasarkan iman inilah yang akan mengantar manusia pada keselamatan kekal. Apa yang kita tabur (perbuatan kasih) bisa dituai di dunia ini, maupun dapat kita tuai pada saat kita bertemu dengan Tuhan muka dengan muka di dalam Kerajaan Sorga. Dan menerima tuaian di dalam Kerajaan Sorga adalah jauh lebih baik dan sempurna daripada semua tuaian (kelimpahan materi) yang kita terima di dunia ini. Akhirnya rasul Paulus mengingatkan kita “1 Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. 2  Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” (Kol 3:1-2) Mari kita memikirkan dan mencari sesuatu yang membantu kita untuk mencapai tujuan akhir, yaitu Sorga.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  12. terimakasih atas pencerahan yang luar biasa..
    yang membikin kita semakin rendah hati , tidak mengandalkan materi tetapi memuliakan Tuhan di segala kondisi, dan mengingatkan kita supaya tidak menghakimi orang dengan istilah diberkati dan tidak diberkati berdasarkan materi dan kesehatannya.

  13. wah..wah..kenapa website ini gak muncul 20 tahun lalu ya? just kidding. saya sangat terharu membaca artikel ini. semoga makin banyak umat Katholik yang membacanya, dan semoga makin banyak imam yang membahasnya di misa. dunia kita makin materialistis. suara kebenaran mesti makin sering didengungkan. tks.

    • Saya seorang penyandang cacat tubuh, 40 tahun yang lalu guru agama saya seorang pastor SY, menguatkan saya bahwa cacat saya bukan hukuman dari Tuhan, Tuhan hanya ingin saya ikut memanggul salibnya seperti Simon dari Kirene, ini menguatkan saya. Dengan keahlian/tugas saya, saya telah menjelajah Eropa, puji Tuhan. Tetapi bukan itu masalahnya, tetapi saya merasa tetap bersyukur, kecacatan saya/ salib, saya panggul dengan pasrah, bukan merupakan penghalang karier.

      • Pak Widiatmo,

        Kalau boleh apakah bisa dishare pengalaman hidup bapak di katolisitas. Sharing pengalaman hidup bapak tentu bisa menambah kekayaan rohani pembaca katolisitas.

        Salam

        • Background saya seorang engineer, tak fasih bicara. Tetapi walau hanya satu kalimat, ungkapan dari pastor sangat mengurangi beban/ rasa rendah diri saya. Saat itu buku Injil adalah barang langka, saya bingung atas ucapannya. Ketika mengajar di kelas beliau khusus bercerita tentang Simon dari Kirene, tanpa menyinggung dialog saya dengan beliau, tetapi saya merasa pelajaran ini ditujukan untuk saya.
          Ada pertanyaan saya : Adakah para Penggembala saat ini ( yang notabene terlalu sibuk ) sempat menyentuh kebutuhan pribadi umatnya yang berkebutuhan khusus ? Satu kalimat saja, siapa tahu menggugah semangat, membangkitkan rasa harga diri. Bantuan materi mungkin perlu, tetapi bantuan semangat dan perhatian atau sapaan lebih perlu.
          Puji Tuhan, saya dikaruniai kehidupan normal, beristri dikarunai anak. Saat bekerja rekan sekerja mengakui keahlian saya, setelah pensiun masih sering diperlukan. Artinya sapaan yang sederhana dari saudara seiman dapat mengubah saya, bahwa kami orang cacat bukan orang rendah dimata Tuhan. Kristus itu Tuhan, saat menjadi manusia, banyak hak dan kemampuanNya tidak digunakanNya, bahkan terhina. Kalau kita hanya kurang kaki, tangan atau mata, mengapa harus patah semangat, Tuhan tidak menghukum kita, Dia mengininkan kita merasakan salibnya, dengan cara merasakan malu, rendah diri juga takut masa depan.
          Terpaksa? Ya, tetapi bukankah Simon dari kirene juga dipaksa? Sapaan yang menguatkan dari saudara seiman, amat sangat diperlukan. Bersandarlah pada Kristus, semua akan baik-baik saja. Salam.

      • Syukur kepada Allah Bp. Widiatmo…..meskipun singkat tulisan anda telah tetapi telah menginspirasi dan memberkati saya untuk benar-benar secara tulus bersyukur kepada Tuhan.

        Terimakasih dan Tuhan memberkati anda.

        Shaloom…

  14. Saya sangat setuju pengertian yang salah ini dipublikasikan , supaya semua umat Katolik yang sudah kena masuk angin dan berpindah ke gereja-gereja semacam ini , untuk kembali lagi ke Gereja yang Kudus, Katholik dan Apostolik. Gerejanya Para Rasul yang didirikan oleh Tuhan Yesus sendiri. Bukan gereja yang dibentuk oleh orang jaman modern sekarang yang banyak bertentangan dengan semangat gereja perdana. Hal ini penting untuk segera dipublikasikan karena banyak Umat Katholik yang belum mengerti menjadi sasaran atau target gereja semacam ini …..kalo perlu dimasukan dalam siaran tv….karena gereja Katholik udah diserang melulu , tapi kita diam saja, akhirnya umat kita banyak yang berpindah karena terpengaruh sama pengertian yang salah.

  15. Saya sangat setuju memang Teologi Kemakmuran membodohi umat Kristiani, banyak umat kristiani yang dibodohi dengan khotbah yang berapi api untuk cuma ditarikin duitnya. Umat yang sudah susah masih harus membayar perpuluhan hanya untuk menambah kehidupan mewah para pendetanya. Terus pendetanya bilang “Tuhan memberkati saya”. Ini gawat memang….saya lebih menyebutnya gereja Religious Entertainment….dengan sound system yang hebat2, panggung yang hebat, penyanyi dan musik yang profesional, yang dibawakan secara berapi api persis kayak pertemuan MLM. Makanya gereja ini umumnya berkembang dengan metode Franchise. Padahal Tuhan Yesus telah berkata “Jangan jadikan Rumah Bapaku Sarang Penyamun” Penyamun itu identik dengan kata Pencuri yang kerjanya mencuri dimana dalam hal ini adalah Mencuri Kemuliaan Tuhan dan Mencuri Uang Umat. Sayangnya kok orang gak sadar sadar yah…..weleh weleh…..

  16. mungkin kata yang terbaik dalam mempelajari teologi kemakmuran adalah……..” SUDAH CUKUP ”
    itu saja dan direnungkan serta di terima dgn hati terbuka….. pasti kita akan merasakan……

    [dari katolisitas: mohon untuk memperjelas pesan, sehingga tidak menimbulkan arti ganda]

  17. WAH..WAH INI BARU LUAR BIASA PENJELASAN BU INGRID & PAK STEF…..
    BAGAIMANA KALO SAYA BERKEINGINAN UNTUK MENGEXPOSE TOPIK INI DALAM ACARA TELEVISI…..

    SAYA YAKIN DAN AKHUL YAKIN PASTI PARA PROTESTANT AKAN MENYADARI BETAPA OTAK MEREKA SUDAH DI BRAINWASH AMA PARA PENDETA2 YANG SANGAT BANYAK PUNYA PAHAM TEOLOGI KEMAKMURAN SEMACAN INI.

    COBA LIHAT KOTBAH [edit: nama pendeta dihapus] ….!

    TOPIK INI PERLU DISOSIALISASIKAN DI SELURUH GEREJA KATOLIK DI INDONESIA AGAR KITA SEMUA BENAR2 MEMMAHAMINYA. BISA MELALUI SELEBARAN,MAJALAH2 KATHOLIK,MEDIA MASA RELIGI DSB.

    SAYA SANGAT MENDUKUNG.

    • Shalom Budiaryotejo,

      Terima kasih atas tanggapan dan dukungannya untuk karya kerasulan ini. Memang teologi kemakmuran cukup marak belakangan ini, karena merupakan pengajaran yang sangat mudah diterima dan dapat menarik banyak pendukung. Tidak semua aliran Protestan setuju dengan teologi kemakmuran ini, sehingga kita tidak dapat memukul rata bahwa semua denominasi Kristen setuju dengan hal ini. Disinilah pentingnya untuk menangkap pesan Injil secara keseluruhan. Sama seperti Minggu Paskah harus dilalui setelah Jumat Agung, maka kebahagiaan sejati tidak dapat terlewati tanpa mengikuti salib Kristus. Jadi, mari kita berfokus pada pesan Kristus sendiri, yaitu untuk mengasihi-Nya, kita harus menjalankan semua perintah-Nya – dan perintah-Nya termasuk yang gampang dan yang sulit. Mari, kita belajar untuk tidak mendiskoun atau mengurangi perintah Kristus. Silakan untuk mendistribusikan artikel di katolisitas.org kalau dipandang berguna bagi perkembangan iman Katolik, dengan menyebutkan sumbernya, sehingga bagi yang ingin bertanya maupun memberikan masukan dapat menyampaikannya kepada kami.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      PS: Mohon untuk tidak menggunakan huruf besar semua dalam memberikan komentar, karena artinya dalam internet adalah berteriak. Saya yakin anda tidak mempunyai maksud ini.

      • Saya setuju pak…..
        Maaf klo saya gunakan huruf besar krn ketidaktahuan saya, next time sy ikuti guidance.

        Tuhan Yesus memberkati………

      • Buat Pak Martinus,

        Ada lho waktu saya di Semarang dikoran lokal Suara Merdeka mungkin setahun yang lalu kalo tidak salah ,gereja itu beriklan dengan berhadiah Mercy terbaru…….wow hebat juga tuh greja.
        Bikin greja non katholik lainnya pada syuuuurprise………………………dan bikin gereja kaholik ngelus dada…….abis malu ah ………mosok agama dibikin kaya iklan kacang,perment,tahapan bca n lain2.

        Kita doakan Smoga mereka segera sadar………..

  18. Bahkan ada pula gereja yang menawarkan hadiah demi menarik umat datang beribadat… dalam iklannya,tulisan hadiah/doorprize dipampang paling jelas. Ternyata memang jika tidak ada,ibadat menjadi sepi

  19. Katolisitas YTH. Sekedar komentar. Saya sebagai orang Katolik merasa asing dengan ajaran teologi kemakmuran. Saya melihat kehidupan orang Katolik lebih low-profile dibandingkan dengan saudara-saudara Protestan, apalagi Evangelist. Kadang-kadang Katolik dikritik kurang berani mewartakan Injil. Namun mereka tetap low-profile, seolah tanpa beban. Menurut seorang imam, Teologi Katolik ialah teologi salib. Bersolider dengan sesama yang menderita dan menjadi bagian dari kesusahan dunia yang merindukan keselamatan kekal ini. Bukankah Yesus itu menjadi yang pribadi yang dolider pada orang miskin. Ia telah menjadi miskin. Berbahagialah yang miskin, kata Yesus. Tentu saja Ia akan memberi bekal harta secukupnya, tetapi tentu tidak ingin manusia umatNya menjadi serakah dan egois. Saya terkesan dengan KAUL KEMISKINAN para religius, imam-imam dan uskup Katolik, yang tak ada di gereja protestan dan gereja evangelist. Bukan berarti para biarawan itu lalu tak punya apa-apa, melainkan mereka hidup wajar sesuai fungsinya di masyarakat sekitarnya.
    Salam: Isa Inigo

  20. Salam,
    Bu Ingrid, bisakah dijelaskan awal mula teologi kemakmuran memasuki beberapa denominasi Protestan ini? Karena orang Protestan ada juga yang menghayati kemiskinan sebagai rahmat, contohnya bruder Roger dari Taize.
    Trima kasih sebelumnya.

    • Shalom Chianx,

      Teologi kemakmuran atau Prosperity Theology memang baru marak dikenal di abad terkahir ini (abad 20), dan sering dikaitkan dengan berdirinya gerakan Pentekostal dan karismatik dalam gereja Protestan. Kebanyakan, dasar ayat yang dipakai adalah Mal 3:10, Ul 8:18, Mrk 11:24, Yoh 10:10, dan 3 Yoh 2-4. Para pendukung teologi kemakmuran ini misalnya adalah Joel Osteen -pendeta Lakewood church, Paul dan Jan Crouch dengan Trinity Broadcasting Network yang mereka kelola, Joyce Meyer dan Benny Hinn yang juga sudah dikenal di Indonesia.

      Namun di dalam tubuh gereja Protestan sendiri, teologi kemakmuran ini juga dikecam oleh banyak tokoh, seperti Rick Warren, pendeta pengarang buku Purpose of Driven Life, yang terkenal itu, John Piper dari gereja reformed, dan pendeta Pentakosta, Donnie Swaggart (anak dari pendeta Jimmy Swaggart). Menarik untuk disimak, adalah pengakuan Jim Bakker, salah satu pendiri the PTL club (Praise the Lord/ People that love) ministry. Pada tahun 1975, ia dan istrinya Tammy Faye Bakker memulai siaran televisi PTL yang berdasarkan atas teologi kemakmuran. Namun kemudian ia dipenjara karena kasus penipuan yang melibatkan dana sumbangan yang berjumlah 165 million dollar. Ia kemudian dihukum 18 tahun penjara. (Silakan klik di Wikipedia tentang informasi selanjutnya). Jim Bakker akhirnya menyadari kesalahannya dan menulis buku yang mengecam teologi kemakmuran ini, yang berjudul: I Was Wrong: The Untold Story of the Shocking Journey from PTL Power to Prison and Beyond. (Paperback- Oct 6 1997)

      Maka benar kata anda bahwa tidak semua gereja Protestan mendukung ataupun setuju dengan teologi kemakmuran. Ada banyak para evangelis dan penginjil yang sungguh mengikuti teladan Kristus, dan hidup dalam kesederhanaan dan kemiskinan demi mewartakan Injil. Sebab contoh yang diberikan oleh Kristus dan para rasul, sangatlah jauh berbeda dengan kemewahan dan kemakmuran duniawi yang diagung- agungkan para pendukung teologi kemakmuran ini. Mat 6:19-21, Luk 18:22-25, 1 Tim 6:7-10, Why 3:14-17, hanya merupakan beberapa ayat saja yang menentang teologi kemakmuran. Namun di atas semua itu, bukti yang paling nyata bahwa penekanan kemakmuran jasmani itu tidak benar adalah: fakta bahwa Yesus sendiri, ketika menjelma menjadi manusia, memilih untuk menjadi seorang hamba dan hidup dalam kemiskinan, untuk menunjukkan dengan sempurna makna kemiskinan di hadapan Allah, yang menghantar manusia untuk menjadi empunya Kerajaan Allah (Mat 5:3).

      Maka Gereja Katolik, berpegang pada ajaran keseluruhan Kitab Suci dan Tradisi Para Rasul, tidak mendukung teologi kemakmuran ini. Umumnya, komunitas religius Katolik bahkan menerapkan kaul kemiskinan sebagai salah satu kaul, di samping kaul ketaatan dan kemurnian. Demikian juga, ada juga komunitas Kristen non-Katolik yang berpandangan serupa, salah satunya komunitas Taize yang didirikan oleh Bro. Roger Schulz sekitar tahun 1940 di Taize, Perancis. Sekarang ini ada sekitar 100-an bruder di sana dari sekitar 30 negara, yang berasal dari tradisi Protestan maupun Katolik. Silakan klik di Wikipedia untuk mengetahui selanjutnya tentang Komunitas Taize ini.

      Demikian yang dapat saya sampaikan sehubungan dengan pertanyaan anda, semoga berguna.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  21. Salam kasih Bu Inggrid,

    Barangkali Ibu ingat kisah Zakheus yang disambut Yesus. seperti itulah kedekatan yang saya maksud.

    Lagipula, jika Tuhan memberikan berkat extra materi pd seseorang, apakah itu harus dimengerti orang itu dikutuk Tuhan?
    Tentu tidak bukan?
    bisa saja Tuhan punya maksud.

    Harta benda itu baik, karena itu ia bisa jadi persembahan, tapi menempatkan secara tidak wajarlah yg salah.

    • Shalom Heinriz,

      1. O, jika itu yang dimaksud, nampaknya anda perlu memperjelas maksud anda. Sebab kedekatan Yesus dengan Zakheus, bukan disebabkan karena ia orang kaya, tetapi karena ia orang berdosa (Luk 19:7). Nah, orang yang berdosa ini (termasuk anda dan saya), bisa saja kaya atau miskin, semua dekat di hati Yesus, karena Dia datang untuk menyelamatkan orang berdosa, yang disebut dalam kata kiasannya sebagai domba yang hilang (Luk 19:10; Luk 15:1-7).

      2. Benar pandangan anda, jika Tuhan memberikan extra materi pada seseorang, bukan berarti orang itu dikutuk oleh Tuhan. Saya juga tidak mengatakan demikian. Hanya Tuhan mengajarkan bahwa Ia tidak berkenan kepada orang kaya yang mengandalkan dirinya sendiri dan kekayaannya, seperti yang telah saya sebutkan di jawaban saya sebelumnya.

      Kalau Tuhan memberkati seseorang dengan banyak berkat, maka maksudnya adalah daripadanya Tuhan mengharapkan dia memberi lebih banyak daripada orang lain yang hanya mempunyai sedikit. Ini diajarkan dalam Luk 12:48.

      Maka harta benda itu sifatnya netral. Harta dapat mendatangkan kebaikan, jika dipergunakan untuk persembahan demi kemuliaan Tuhan. Namun harta yang sama dapat mendatangkan dosa, jika kemudian dipergunakan untuk hal- hal yang tidak baik, misalnya untuk menyogok, untuk berfoya- foya/ berpesta pora, untuk menuruti aneka kesenangan duniawi, dst.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Salam Bu Inggrid,

        Maaf baru sempat menanggapi lagi. Kalau begitu saya kira pandangan kita sudah sama, hanya saja mungkin ada kata-kata saya yang kurang informatif sebelumnya.

        Memang sayapun tidak bermaksud mengatakan kekayaan adalah ukuran orang itu dekat dengan Tuhan. Disayangkan bahwa ada jemaat Kristen tertentu yang bahkan mengatakan bahwa orang-orang kaya adalah orang yang dekat dengan Tuhan, sementara orang miskin dianggap sedang dikutuk Tuhan.

        Sebenarnya intinya saya hanya hendak mengatakan bahwa:

        1. Kekayaan itu berasal dari Tuhan, dalam hal inilah saya katakan Tuhan dekat dengan orang Kaya seperti yang dinyatakan dalam Ayub 1:21, namun tidak bisa dimengerti bahwa orang kaya itu lebih istimewa di mata Tuhan seperti yang justru dikisahkan dalam kitab Ayub tersebut. Tuhan memberi kekayaan kepada seseorang bukan karena orang itu lebih kudus hidupnya, Ayub yang hidupnya tidak bersalah malah Tuhan biarkan jatuh dalam kemiskinan dan kesakitan. Di sini saya membayangkan bagaimana Ayub merasa dihakimi oleh teman-temannya yang percaya bahwa Ayub mempunyai kesalahan serius sehingga dia kena “kutuk/.”

        2. Namun meskipun ada orang orang yang diberikan kekayaan oleh Tuhan, terhadap orang miskinlah Tuhan telah menyamakan DIri-Nya seperti pada Mat 25:37-40

        Dengan demikian, menurut hemat saya Ajaran Teology kemakmuran benar-benar bertentangan dengan (bukan lagi sekedar “tidak cocok”) dengan pesan injil, dimana justru orang-orang miskin sangat dipandang istimewa oleh Tuhan dan bahwa kekudusan tidak selalu berarti membawa kekayaan

        Salam Kasih

  22. saya percaya bahwa Tuhan dekat dan amat memberkati orang-orang kaya.
    namun, terhadap orang miskinlah Ia menyamakan diri-Nya (Mat 25:40)

    • Shalom Heinriz,

      Kitab Suci tidak mengajarkan, “Tuhan dekat dan amat memberkati orang- orang kaya“, seperti yang anda katakan. Yang dikatakan dalam Kitab Suci adalah:

      “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” (Mzm 34:18)

      “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” (Mat 5:3)

      Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa” (Luk 1:53)

      Kepada orang kaya yang bodoh, yang hanya mengumpulkan harta untuk dirinya sendiri, malah Allah tidak berkenan (lih. Luk 12:13-21).

      Yesus berkata, “Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Mat 19:24, Mrk 10:25; Luk 18:25)

      Maka kedekatan Tuhan Yesus dengan manusia tidak tergantung dari apakah ia kaya atau miskin secara jasmani. Kitab Suci mengajarkan kita agar kita merendahkan diri di hadapan Allah, menyadari kemiskinan kita di hadapan-Nya, bahwa segala yang ada pada kita sesungguhnya adalah milik Tuhan. Orang yang kaya sekalipun, harus memiliki sikap ini, agar ia berkenan di hadapan Allah dan dapat masuk dalam Kerajaan-Nya. Sebab pada dasarnya kita ini hanyalah “steward“/ pengelola dari berkat- berkat yang Tuhan percayakan kepada kita. Urusan kaya dan miskin secara jasmani tidak mempengaruhi kedekatan kita dengan Allah, yang terpenting adalah sejauh mana kita mengasihi Dia, dan melaksanakan kehendak dan perintah-Nya. Dengan pemikiran seperti ini, maka kita tidak boleh membeda-bedakan orang/ memandang muka; dan ini diajarkan secara jelas dalam surat Rasul Yakobus (lih. Yak 2:1-13).

      Tuhan Yesus sendiri saat penjelmaan-Nya memilih untuk menjadi orang miskin, untuk mengajarkan kepada kita bahwa kemiskinan bukan suatu kutukan. Kemiskinan di hadapan Allah, malah dapat mempersatukan kita lebih erat dengan Kristus. “Bukankah Allah memilih orang- orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?” (Yak 2:5).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  23. Salam Pak Stef/bu Inggrid,

    Apakah “hidup yg berkelimpahan” dalam Yoh 10: 10 itu dapat diartikan KEHIDUPAN KEKAL? Tuhan Yesus datang untuk memberikan Nyawa-Nya, spy kita memperoleh Hidup yang Kekal. Tks a lot katolisitas.

    Pax!
    Mercy

    • Shalom Mercy,

      Terima kasih atas pertanyaannya tentang Yoh 10:10. Ketika Yesus mengatakan “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.“, memang maksudnya adalah untuk menyatakan bahwa hidup berkelimpahan hanya ada di dalam Yesus, karena Yesus adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup (lih Yoh 14:6). Orang dapat merasakan hidup yang berlimpah, jika orang tersebut dapat berjalan dengan Yesus, baik dalam kondisi yang miskin atau kaya, dalam kondisi yang sulit atau mudah. Hal ini menjadi mungkin, karena orang yang berjalan bersama Yesus akan senantiasa percaya akan janji Kristus, yang akan memberikan kehidupan kekal bagi orang yang terus mengikuti Kristus dan memikul salib setiap hari. Jadi, hidup yang berkelimpahan secara absolut dapat kita peroleh di dalam Kerajaan Sorga, namun secara samar-samar dapat kita alami juga di dunia ini, ketika kita mempunyai hubungan yang baik dengan Yesus. Semoga dapat memperjelas.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Bro, Masak iya sih hidup berkelimpahan hanya ada dalam Yesus ?

        Bagaimana dengan ayat ini :
        Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya,dan berkata kepada-Nya: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”

        Iblis juga bisa memberikan hidup yang berkelimpahan dengan syarat menyembah dia.Dan itu banyak dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengenal kebenaran sebab mereka dan dunia ini milik iblis.

        • Shalom Yunita,

          Terima kasih atas tanggapannya. Hidup berkelimpahan memang hanya ada di dalam Yesus, kalau kita mempunyai definisi yang jelas tentang hidup berkelimpahan. Karena manusia mempunyai tubuh dan jiwa yang menjadi satu kesatuan, dan jiwa adalah bersifat kekal, maka hidup berkelimpahan haruslah dilihat sampai pada kehidupan kekal. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa hidup berkelimpahan hanya ada di dalam Yesus, karena Yesuslah yang telah membuktikan kasih-Nya kepada manusia dengan menebus dosa manusia, dan telah memberikan keselamatan kekal kepada manusia. Dalam contoh yang anda berikan, yaitu iblis menawarkan kerajaan dunia dan segala kemegahannya (Mt 4:8-9), maka ini adalah hidup berkelimpahan yang semu, karena hanya dapat dinikmati di dunia yang bersifat sementara, namun membuat manusia kehilangan kehidupan berlimpah yang sebenarnya, yaitu persatuan abadi dengan Tritunggal Maha Kudus. Jadi, saya rasa, kita mempunyai pandangan yang sama, hanya perlu memperjelas definisi tentang “hidup yang berkelimpahan”. Semoga keterangan ini dapat memperjelas.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

        • Shalom Yunita,
          Hidup berkelimpahan yang dimaksud di sini adalah hidup berkelimpahan yang sejati, yang bermuara dalam hidup ilahi dalam Allah. Sebab jika kita hidup dan tinggal di dalam Tuhan, maka kita akan dapat mengalami kebahagiaan sejati yang tidak dapat diberikan oleh dunia ini. Inilah yang dijanjikan oleh Yesus, dan ini tidak dapat diberikan oleh siapapun yang lain. Adalah kebijaksanaan Tuhan, perihal Ia akan memberkati seseorang secara jasmani di samping secara rohani, namun yang jelas, hanya Tuhanlah yang dapat memberikan kelimpahan berkat dan rahmat dalam hidup seseorang, yang puncaknya adalah kehidupan kekal di surga.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

          • Bro kalian berdua jangan hanya bisa menyalakan segala sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran Katolik.se-akan2 hanya gereja Katolik saja yang paling benar (sebab kalian membanggakan gereja Katolik adalah gereja yang didirikan oleh Kristus).
            Aku tidak melihat ada yang salah dalam teologi kemakmuran, dari tulisan2 diatas kita tahu bahwa kekayaan itu asalnya bisa dari Yesus, tapi juga bisa dari iblis, tergantung kemana kita mengharapkannya. Jadi sekalipun sampeyan berdua memberikan / mempersembahkan harta kekayaan sampeyan seluruhnya pada Tuhan, kalau Tuhan tidak memberkati, jangan harap akan keberkatan.
            Bagi mereka yang meyakini ajaran teologi kemakmuran ,memang tampaknya dengan keyakinan mereka akan kebenarannya, mereka diberkati berkelimpahan (sebab mereka memberi dengan ketulusan hatinya). Sebaliknya banyak juga yang karena ingin kaya, coba-coba mempersembahkan hartanya sebagai umpan supaya pada akhirnya Tuhan akan memberkati mereka (mereka memberikan tidak dengan tulus) dan ketika Tuhan tidak memberkatinya mereka jadi undur. Tuhan tidak bisa di-akali.

            Kutipan : maka hidup berkelimpahan haruslah dilihat sampai pada kehidupan kekal.

            Di Sorga hidup bersama Kristus mana ada yang hidup miskin/melarat ? Lazarus yang dipangku oleh Abraham pun hidup penuh dengan kelimpahan.Jadi jangan lagi melihat sampai hidup yang kekal, sebab didalam kekekalan semua hidup berkelimpahan

            Kutipan : Adalah kebijaksanaan Tuhan, perihal Ia akan memberkati seseorang secara jasmani di samping secara rohani, namun yang jelas, hanya Tuhanlah yang dapat memberikan kelimpahan berkat dan rahmat dalam hidup seseorang.

            Disini sampeyan menulis dengan jelas, bahwa berkat yang diberikan pada seseorang itu adalah dalam kebijaksanaan Tuhan.Kalau sampayen tidak menyalahkan teologi kemakmuran, dan mau mempersembahkan harta milik sampayen dengan tulus bagi kemuliaan Tuhan, saya yakin Tuhan akan memberkati sampeyan dengan limpah.

            Kelimpahan itu memang dicari oleh banyak orang, sampai-sampai Alkitab menulis banyak orang se-akan2 cemburu akan orang fasik yang hidup berkelimpahan .

            Coba baca ayat ini :
            Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik.Sebab kesakitan tidak ada pada mereka, sehat dan gemuk tubuh mereka;mereka tidak mengalami kesusahan manusia, dan mereka tidak kena tulah seperti orang lain.
            Sesungguhnya, itulah orang-orang fasik: mereka menambah harta benda dan senang selamanya! Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi.
            Kalau boleh aku tambahkan : mereka hidup senang berkelimpahan sampai pada matinya, setelah itu siapa yang tahu.
            Kalau sampeyan masih tetap menyalahkan ajaran orang lain, berarti sampeyan belum mengerti akan kebijaksanan Tuhan.

            Coba simak tentang kehidupan raja Yosafat, pada waktu dia keluar untuk berperang dengan raja Firaun Neko; Neko sudah mengingatkan supaya dia pulang saja sebab Tuhan ada dipihak Neko.Namun sebab kesombongannya (menganggap Neko adalah orang kafir mana mungkin Tuhan berbicara kepadanya, sedangkan dia adalah raja Jehuda yang selalu dekat dengan Allah), maka apa akibatnya , sampeyan bisa baca selengkapnya di Alkitab sampeyan.

            Bagi aku berkat jasmani (kelimpahan) itu adalah beban, jika aku tidak kuat menanggungnya maka aku pasti jatuh dalam dosa, untungnya Tuhan maha tahu, walaupun aku diberikan kelimpahan aku tidak jatuh sebab hati aku hanya ada pada Tuhan tidak pada harta yang berlimpah.Kekayaan adalah fasilitas yang Tuhan sediakan buat aku, supaya boleh aku memakainya tapi tidak dengan dosa.

          • Shalom Yunita,

            Jika kami mengatakan bahwa ajaran teologi kemakmuran itu salah, itu karena ajaran tersebut tidak menyampaikan kebenaran Firman Tuhan secara keseluruhan. Kitab Suci sendiri memang menyampaikan bahwa segala berkat datang dari Tuhan, dan tentu kami sebagai umat Katolik juga mengimani demikian. Namun Kitab Suci yang sama juga mengajarkan agar kita tidak terikat dengan segala berkat jasmani/ materi, karena kecintaan kita akan kemakmuran materi ini malah menjadi akar dosa (1 Tim 6:10) yang dapat memisahkan kita dari Tuhan. Ada banyak pengajaran Tuhan Yesus yang mengatakan agar seseorang tidak mengagungkan kemakmuran materi, seperti telah dijabarkan di artikel dan jawaban- jawaban di atas. Maka jika seseorang mau dengan obyektif mempelajari keseluruhan Kitab Suci, dan bukan hanya memilih sebagian ayat- ayatnya saja, maka ia tentu akan dapat menerima bahwa apa yang kami tuliskan di atas adalah berdasarkan kebenaran Firman Tuhan.

            Maka, jika anda tidak terikat dengan berkat materi yang Tuhan berikan, tentu saja itu adalah sikap yang benar. Namun adalah sikap yang salah jika kita mengukur cinta kasih Tuhan (hanya) dengan berkat- berkat materi dan jasmani; seolah- olah jika seseorang belum diberkati secara materi, maka artinya ia belum/ tidak sepenuhnya dikasihi oleh Tuhan. Hal inilah yang sering diajarkan oleh penganut paham teologi kemakmuran (contohnya seperti yang dikhotbahkan oleh pendeta Joel Osteen), dan ini yang kami katakan keliru, karena Kitab Suci tidak mengajarkan demikian. Yesus sendiri di masa hidup-Nya di dunia hidup sebagai orang miskin secara materi. Orang- orang yang paling dikasihi oleh Yesus yaitu Bunda Maria, Santo Yosef dan para Rasul, semuanya adalah orang- orang yang miskin secara materi. Mereka meninggalkan segala- galanya demi Kerajaan Allah, dan Yesus menjanjikan berkat lipat kali ganda baik dalam kehidupan di dunia, maupun kehidupan kekal di masa datang (lih. Mat 19:27-30; Mrk 10:28-31; Luk 18:28-30). Maka di sini yang dijanjikan oleh Yesus bukanlah semata- mata kemakmuran materi/ jasmani, sebab kita ketahui Yesus, Bunda Maria, St.Yosef dan para rasul hidup tetap miskin sampai akhir hidup mereka. Namun demikian, mereka hidup tidak berkekurangan, melainkan mengalami kelimpahan suka cita dan damai sejahtera yang dari Tuhan.

            Jadi, memang benar, penggenapan sempurna akan kehidupan yang berkelimpahan itu ada di Surga. Namun demikian Tuhan dapat mulai memberikan kelimpahan tersebut di dunia inni, walau tidak selalu berarti kelimpahan materi. Jika anda menganggap pernyataan kami keliru, silakan tunjukkan di mana salahnya, dan sebutkan alasannya. Sebab kami sudah menyampaikan argumen kami, mengapa kami mengatakan bahwa teologi kemakmuran itu adalah ajaran yang keliru; bukan karena semua yang disampaikan salah total, tetapi karena yang disampaikan itu tidak lengkap, sehingga dapat menimbulkan gambaran yang salah akan ajaran Kristus tentang hal ini.

            Anda menulis, “Kelimpahan itu memang dicari oleh banyak orang, sampai-sampai Alkitab menulis banyak orang se-akan2 cemburu akan orang fasik yang hidup berkelimpahan”, sambil kemudian mengutip Mzm 73: 4-5, 12-14. Nampaknya anda perlu mengingat juga bahwa Kitab Suci yang sama mengajarkan agar kita tidak mencari kelimpahan (dalam hal ini kelimpahan jasmani), sebab Rasul Paulus mengajarkan demikian, “Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” (Kol 3:1-2). Maka di sini kita mengetahui bahwa Allah menghendaki agar kita tidak memusatkan hati kepada kelimpahan jasmani di dunia, namun kepada kelimpahan kehidupan kekal di surga; dan bagaimana agar kita dapat sampai ke sana.

            Jika anda menganggap berkat jasmani adalah ‘beban’, dalam artian menuntut tanggung jawab anda untuk menggunakannya dengan baik untuk kemuliaan Tuhan, itu adalah sesuatu yang baik. Ini sesuai dengan firman Tuhan, seperti dituliskan dalam Luk 12:48, dan ini juga diajarkan oleh Gereja Katolik. Yang tidak diajarkan oleh Gereja Katolik adalah mengukur kasih Tuhan dengan berkat kemakmuran jasmani, seperti yang umum diajarkan oleh para pengajar teologi kemakmuran ini. Silakan anda membaca kembali artikel dan jawaban kami. Selanjutnya, harap anda pahami juga bahwa yang menentang prinsip ajaran teologi kemakmuran ini bukan hanya Gereja Katolik, tetapi juga di kalangan gereja Protestan sendiri, seperti contohnya gereja reformasi Injili.

            Akhirnya, Gereja Katolik memang merupakan Gereja yang didirikan Kristus, karena Kristus mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus (Mat 16:18) dan penerus Rasul Petrus sekarang adalah Bapa Paus, yang merupakan pemimpin tertinggi Gereja Katolik di dunia ini. Jika kami di Katolisitas menyatakan hal ini, ini bukan untuk maksud menyombongkan diri, tetapi kami menyatakan kebenaran firman Tuhan, seperti yang disampaikan dalam Injil tersebut. Silakan anda klik di judul rangkaian artikel Keutamaan Petrus berikut ini, jika anda tertarik untuk membaca apa dasarnya mengapa Gereja Katolik mengajarkan demikian:

            Keutamaan Petrus, bagian 1: Menurut Kitab Suci
            Keutamaan Petrus, bagian 2: Bukti sejarah tentang keberadaan Petrus di Roma
            Keutamaan Petrus, bagian 3: Tanggapan terhadap mereka yang menentang keberadaan Petrus di Roma
            Keutamaan Petrus, bagian 4: Menurut Dokumen paling awal Gereja

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- katolisitas.org

          • Syalom Katolisitas

            ING : Maka jika seseorang mau dengan obyektif mempelajari keseluruhan Kitab Suci, dan bukan hanya memilih sebagian ayat- ayatnya saja.

            YUN : bukankah anda juga memilih sebagian ayat-ayat saja, yang sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan ?

            ING : Yesus sendiri di masa hidup-Nya di dunia hidup sebagai orang miskin secara materi. Orang- orang yang PALING DIKASIHI oleh Yesus yaitu Bunda Maria, Santo Yosef dan para Rasul, semuanya adalah orang- orang yang miskin secara materi.

            YUN : Tapi Yesus juga MENGASIHI Zakheus (seorang pemungut cukai, tapi yang tidak seperti GAYUS) yang notabene orang kaya.
            mengutip tulisan Ibu Larasati : bahwa banyak nabi-nabi Allah yang hidup berkelimpahan. Apakah mereka tidak dikasihi oleh Allah ?

            ING : Jika anda menganggap pernyataan kami keliru, silakan tunjukkan di mana salahnya, dan sebutkan alasannya

            YUN : anda sudah menjawab sendiri pertanyaan anda seperti yang tertulis dibawah ini
            BUKAN karena semua yang disampaikan SALAH total, tetapi karena yang disampaikan itu tidak lengkap. Anda sendiri yang mengatakan bukan semuanya salah.

            ING : Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.” (Kol 3:1-2).

            YUN : Tepat sekali bahkan Tuhan kita juga mengatakan demikian :
            Carilah dahulu Kerajaan ALLAH beserta dengan kebenarannya, maka SEKALIANNYA akan diberikan kepadamu.
            Jadi kalau kita sungguh-sungguh mencari Tuhan, maka segala keperluan kita akan diberikan dengan berkelimpahan, sebab hati kita tertuju hanya pada Tuhan, bukan pada harta atau yang lain. Ini janji Tuhan bagi kita.
            Ini suatu ayat yang sangat indah bagi kehidupan saya, SEMAKIN SAYA MENCARI ALLAH dan segala KEBENARAN-NYA , saya semakin keberkatan. Saya tidak pernah minta diberkati dengan berkat jasmani, tapi Tuhan sendiri yang memberkatiku dengan berkelimpahan.
            Segala puji bagi Tuhan.
            Apa arti sekaliannya : artinya ROHANI dan JASMANI

            ING : Selanjutnya, harap anda pahami juga bahwa yang menentang prinsip ajaran teologi kemakmuran ini bukan hanya Gereja Katolik, tetapi juga di kalangan gereja Protestan sendiri, seperti contohnya gereja reformasi Injili

            YUN : boleh-boleh saja gereja Katolik atau reformasi Injili menentang, namun contohnya gereja Bethany (yang menurut Romo Wanta baptisannya tidak sah; sah tidaknya suatu baptisan itu bukan diputuskan menurut penilaian seorang Romo Wanta,tapi harus dilihat dari kelanjutan kehidupan rohani umat yang dibaptis tersebut) umatnya sangat keberkatan sehingga bisa membangun gereja-gereja besar dan hampir disemua pelosok tanah air ada gereja Bethany. Apakah mereka tidak diberkati oleh Allah ?

            ING : Akhirnya, Gereja Katolik memang merupakan Gereja yang didirikan Kristus, karena Kristus mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus (Mat 16:18) dan penerus Rasul Petrus sekarang adalah Bapa Paus, yang merupakan pemimpin tertinggi Gereja Katolik di dunia ini. Jika kami di Katolisitas menyatakan hal ini, ini bukan untuk maksud menyombongkan diri, tetapi kami menyatakan kebenaran firman Tuhan, seperti yang disampaikan dalam Injil tersebut.

            YUN : Bukan gedung gereja yang akan membawa kita sampai kepada Kristus, tapi iman percaya kita dan pimpinan Roh Kudus yang akan membawa kita sampai pada kehidupan yang kekal di Sorga bersama dengan Tuhan Allah kita. Tanpa pimpinan Roh Kudus kita tidak akan pernah sampai kepada Bapa, kepada segala Kebenaran. Oleh sebab itu umat gereja yang non Katolik sangat mendambakan pimpinan Roh Kudus, sebab dengan Roh Kudus di dalam diri kita, kita akan dipimpin didalam segala kebenaran.Begitu muncul pikiran atau angan-angan yang salah Roh Kudus langsung mengingatkan kita. Dan jika kita taat, maka Roh Kudus akan tetap tinggal di dalam kita, namun jika tidak “terpaksa” Roh Kudus meninggalkan kita dan kita akan jatuh dalam dosa (sebab Roh Kudus tidak bisa bersatu dengan dosa). Suatu kali kelak semua gereja akan musna termasuk gereja Katolik, yang tetap tinggal adalah umat pilihan-Nya dan itu tidak akan lama lagi.

          • Shalom Yunita,

            Saya akan melanjutkan diskusi tentang teologi kemakmuran ini. Saya tidak akan memberikan tanggapan tentang beberapa hal yang anda berikan, yang mungkin tidak secara langsung berhubungan dengan teologi kemakmuran. Untuk melihat pandangan anda tentang teologi kemakmuran, silakan memberikan tanggapan atas salah satu kotbah dari Joel Osteen, yang mengatakan:

            Bagaimana untuk hidup dalam kemenangan total? Yesus yang mati, telah bangkit pada hari ke-tiga. Yesus berkata “karena saya hidup, maka engkau juga akan memperoleh kehidupan.” Diinterpretasikan bahwa Yesus menginginkan kita semua untuk mendapatkan hidup yang berkelimpahan: hidup yang bukan dipenuhi dengan kebiasaan buruk, bukan hidup yang biasa-biasa saja. Bukan kemenangan setengah-setengah, di mana kita mempunyai keluarga yang baik, kesehatan yang baik, namun senantiasa mempunyai masalah dengan masalah keuangan. Ini bukanlah kemenangan yang total. Kalau Tuhan melakukan sesuatu di satu area, Dia akan melakukan juga di area yang lain. Orang yang mengalami masalah kesehatan dan menerimanya sebagai sebuah salib, adalah tidak benar, karena Yesus telah membayar semuanya, sehingga kita dapat bebas secara total – yang berarti bebas dari kebiasaan buruk maupun kecanduan, bebas dari ketakutan dan kekuatiran, bebas dari kemiskinan dan kekurangan, bebas dari kerendahan diri. Karena Yesus telah membayar harga agar kita bebas, maka kita harus bebas secara total. Untuk dapat bebas, maka kita harus tahu siapa diri kita, yang adalah anak-anak Allah, yang bukan orang-orang yang biasa, telah direncanakan oleh Allah sebagai pemenang, yang mempunyai kesehatan yang baik, dan juga banyak uang untuk membayar tagihan-tagihan, …

            Silakan anda memberikan tanggapan atas kotbah di atas. Apakah anda setuju dengan semua kalimat tersebut? Apakah ada kalimat di atas yang tidak anda setujui? Menurut anda, apakah orang miskin adalah orang-orang yang belum dimenangkan Yesus secara total? Apakah kemiskinan jasmani adalah suatu dosa atau tidak? Apakah kekayaan adalah merupakan tanda kasih dari Tuhan dan kemiskinan merupakan kutuk dari Tuhan? Menurut anda apakah orang kaya lebih dikasihi Tuhan daripada orang miskin? Silakan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, sehingga diskusi tentang teologi kemakmuran ini dapat berjalan sesuai dengan topik pembicaraan. Semoga dapat diterima.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – katolisitas.org

          • Sdri Yunita, mesti sadar bahwa kita hidup di era yang tidak adil. Orang kaya raya seperti Anda harusnya memperjuangkan keadilan. Bukan malahan merasa benar. Coba bacalah Mat 25: 31 – 45. Siapa menurut Yunita yang akan masuk hidup yang kekal? Maaf menurutku, fundamentalisme itulah yang membuat ketidakadilan di bumi. Dengan membangun gereja-gereja yang besar dan megah di pelosok tanah air, justru mayoritas penduduk Moslem merasakan ketidakadilan dari kaum Anda. Dan karena mereka tak tahu perbedaan bethany dan gereja-gereja protestan apalagi Katolik, maka semua gereja jadi dimusuhi oleh kaum moslem terutama fundamentalis. Maka jika Katolik mewartakan kebenaran, akan tahulah kaum moslem fundamentalis bahwa Gereja Katolik lain sekali dari gereja megah-megah bikinan kaum fundamentalis itu, yang sama sekali bukan tanda berkat tapi malah menimbulkan kesombongan. Siapa tokoh bethany yang memperjuangkan rakyat kecil? Kami punya banyak tokoh, beata Teresia, Romo Mangunwijaya, lembaga Credit Union untuk membantu rakyat berusaha, dan sebagainya. Tunjukkan imanmu dengan perbuatanmu khususnya untuk membantu yang miskin papa.

          • Shalom Isa Inigo,
            Tidak ada yang salah dengan membangun tempat ibadah yang megah, karena kita melakukannya dengan dasar kasih kepada Allah. Namun, kemegahan bangunan yang didasari oleh kasih kepada Allah, harus dibarengi dengan kasih kepada sesama – yang berarti umat Allah dituntut untuk menyatakan perbuatan kasih kepada keluarga, lingkungan dan masyarakat. Dan ini menjadi tantangan bagi kita semua.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – katolisitas.org

          • Syalom saudariku Yunita,

            Saya akan mencoba menanggapi beberapa pernyataan anda :

            YUN : bukankah anda juga memilih sebagian ayat-ayat saja, yang sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan ?

            Tanggapan 1 : Masalahnya ayat – ayat yang diambil “sebagian” itu berkaitan dengan KESELURUHAN PENGAJARAN PADA KITAB SUCI. Jadi bukan mengambil ayat – ayat YANG MENDUKUNG PENDAPAT ANDA sendiri. Tapi kalau saya melihat tanggapan anda, kayaknya anda masih kurang mengerti pernyataan dari Ibu Ingrid. Yang berbahaya didalam teologi kemakmuran itu adalah banyaknya orang berpikir dan meyakini bahwa KAYA = DIBERKATI TUHAN / DISAYANG TUHAN, MISKIN = DIBENCI TUHAN. Nah, inilah yang dikatakan oleh Bu Ingrid bahwa kebenaran itu BELUM SEPENUHNYA dikatakan ( bukan salah total ). Coba saya tuliskan lagi dari Bu Ingrid yang saya harap anda dapat memahami sepenuhnya :

            ________________________________________________________________________
            Namun adalah sikap yang salah jika kita mengukur cinta kasih Tuhan (hanya) dengan berkat- berkat materi dan jasmani; seolah- olah jika seseorang belum diberkati secara materi, maka artinya ia belum/ tidak sepenuhnya dikasihi oleh Tuhan. Hal inilah yang sering diajarkan oleh penganut paham teologi kemakmuran (contohnya seperti yang dikhotbahkan oleh pendeta Joel Osteen), dan ini yang kami katakan keliru, karena Kitab Suci tidak mengajarkan demikian
            _________________________________________________________________________

            YUN : Tapi Yesus juga MENGASIHI Zakheus (seorang pemungut cukai, tapi yang tidak seperti GAYUS) yang notabene orang kaya.
            mengutip tulisan Ibu Larasati : bahwa banyak nabi-nabi Allah yang hidup berkelimpahan. Apakah mereka tidak dikasihi oleh Allah ?

            Tanggapan 2 :TUHAN kita itu mengasihi semua orang baik kaya maupun miskin. Kalau anda berpendapat bahwa, “bahwa banyak nabi-nabi Allah yang hidup berkelimpahan. Apakah mereka tidak dikasihi oleh Allah ?” Nah dengan pertanyaan yang sama saya bisa mengatakan bahwa apakah LAZARUS dikasihi TUHAN ? Jadi disini parameternya kelimpahan materi itu bukan tolak ukur kasih TUHAN pada manusia.

            YUN : Tepat sekali bahkan Tuhan kita juga mengatakan demikian :
            Carilah dahulu Kerajaan ALLAH beserta dengan kebenarannya, maka SEKALIANNYA akan diberikan kepadamu.
            Jadi kalau kita sungguh-sungguh mencari Tuhan, maka segala keperluan kita akan diberikan dengan berkelimpahan, sebab hati kita tertuju hanya pada Tuhan, bukan pada harta atau yang lain. Ini janji Tuhan bagi kita.
            Ini suatu ayat yang sangat indah bagi kehidupan saya, SEMAKIN SAYA MENCARI ALLAH dan segala KEBENARAN-NYA , saya semakin keberkatan. Saya tidak pernah minta diberkati dengan berkat jasmani, tapi Tuhan sendiri yang memberkatiku dengan berkelimpahan.
            Segala puji bagi Tuhan.
            Apa arti sekaliannya : artinya ROHANI dan JASMANI

            Tanggapan 3 :Kalau kita mencari TUHAN & diberkati dengan kelimpahan, ya saya amini. Kalau kita mencari TUHAN & TIDAK diberkati kelimpahan, ya tetap saya amini semua. karena itu hak & rencana TUHAN untuk berbuat sesuatu pada diri kita. Tidak ada yang salah dengan berkat dari TUHAN untuk kita, tapi yang salah adalah PEMIKIRAN KITA tentang SEMUA orang kaya = Disayang TUHAN, sedangkan SEMUA orang miskin = dibenci TUHAN.

            YUN : boleh-boleh saja gereja Katolik atau reformasi Injili menentang, namun contohnya gereja Bethany (yang menurut Romo Wanta baptisannya tidak sah; sah tidaknya suatu baptisan itu bukan diputuskan menurut penilaian seorang Romo Wanta,tapi harus dilihat dari kelanjutan kehidupan rohani umat yang dibaptis tersebut) umatnya sangat keberkatan sehingga bisa membangun gereja-gereja besar dan hampir disemua pelosok tanah air ada gereja Bethany. Apakah mereka tidak diberkati oleh Allah ?

            Tanggapan 4 : Saya akan bahas satu persatu disini =
            *Tentang Romo Wanta. Romo tersebut berkata sah / tidaknya babtisan itu dikarenakan dari PERINTAH TUHAN YESUS sendiri yang mengajar melalui TRADISI SUCI. jadi bukan PENDAPAT SENDIRI. dan memang pembabtisan ini HARUS DISERTAI dengan kehidupan rohani yang baik pula. Tapi kalau saya melihat dari perkataan anda, seolah – olah anda mengatakan bahwa babtisan itu tidak diperlukan, yang penting kehidupan rohaninya 100% kudus. betulkah ?
            *Masalah Gereja Bethany diberkati oleh TUHAN atau tidak ? Itu bukan menjadi hak semua orang di dunia untuk menghakimi, karena TUHAN sendiri yang akan menghakimi. kewajiban kita orang katolik adalah melaksanakan SELURUH perintah TUHAN dengan sebaik-baiknya. Kalaupun Gereja Bethany ternyata hanya melaksanakan SEBAGIAN perintah TUHAN meskipun berkembang. Maka itu juga menjadi HAK TUHAN untuk menghakimi gereja tersebut.

            YUN : Bukan gedung gereja yang akan membawa kita sampai kepada Kristus, tapi iman percaya kita dan pimpinan Roh Kudus yang akan membawa kita sampai pada kehidupan yang kekal di Sorga bersama dengan Tuhan Allah kita. Tanpa pimpinan Roh Kudus kita tidak akan pernah sampai kepada Bapa, kepada segala Kebenaran. Oleh sebab itu umat gereja yang non Katolik sangat mendambakan pimpinan Roh Kudus, sebab dengan Roh Kudus di dalam diri kita, kita akan dipimpin didalam segala kebenaran.Begitu muncul pikiran atau angan-angan yang salah Roh Kudus langsung mengingatkan kita. Dan jika kita taat, maka Roh Kudus akan tetap tinggal di dalam kita, namun jika tidak “terpaksa” Roh Kudus meninggalkan kita dan kita akan jatuh dalam dosa (sebab Roh Kudus tidak bisa bersatu dengan dosa). Suatu kali kelak semua gereja akan musna termasuk gereja Katolik, yang tetap tinggal adalah umat pilihan-Nya dan itu tidak akan lama lagi.

            Tanggapan 5 :
            *Disini anda menangkap hal yang salah. Yang dimaksud Gereja Katolik = Semua orang beriman katolik dalam seluruh elemen Katolik itu sendiri ( Pengajaran, gaya hidup, peraturan dan sebagainya ), jadi tidak terbatas oleh Gedung. Kalaupun gedung gereja hancur mungkin karena force majeur atau perang, apakah umat Katolik tidak bisa berdoa ? tentu tidak bukan.

            YUN : Suatu kali kelak semua gereja akan musna termasuk gereja Katolik, yang tetap tinggal adalah umat pilihan-Nya dan itu tidak akan lama lagi.

            Tanggapan 6 :
            *Kalau anda mengatakan hal ini, maka hal ini bertentangan dengan perintah TUHAN bahwa “ALAM MAUTPUN TIDAK AKAN MENGUASAINYA” ( jelas yang ditujukan adalah untuk Gereja Katolik dalam arti keseluruhan ) karena pada saat itu tidak ada denominasi yang lain.

            Tuhan Yesus Memberkati & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putraNYA.

          • Salam Ibu Yunita,
            boleh saya ikut komentar? Saya awam, pelaku bisnis yg setiap hari bergumul dgn usaha mencari peluang dan uang, tapi saya bukan penganut teologi kemakmuran dan sukses. Masalahnya juga kita mendefinisikan berkat itu apa? bagi saya kira2 begini ; berkat adalah segala sesuatu yang membawa saya mendekat dan mengenal Allah, didalamnya (mungkin) termasuk jalan kegagalan dan penderitaan, membawa saya pada keselamatan jiwa. Lalu sebaliknya apa yg saya pahami ttg yg disebut Kutuk? yaitu segala sesuatu yg membawa saya menjauh dan semakin tidak mengenal Allah. kekayaan/harta/sukses dalam konteks tertentu adalah termasuk disini. Saya baru saja selesai membaca salahsatu buku ttg teologi kemakmuran “God wants you rich” karangan Scot Robinson, isi buku ini menakutkan saya, saya semakin yakin doktrin ini (menurut saya) bukan doktrin Kristen yang benar. Benar kata pak Stef, teologi ini gampang tapi salah.
            Buat orglain? terserah, buku ini dijual bebas di pasaran, silakan baca dan pakai dan nikmati kelimpahan berkat2 allah versi Scot Robinson, Joel Osteen, Joyce Meyer, dll.
            Antonius H.

          • Syalom Bpk Antonius H

            BERKAT bukan segala sesuatu yang membawa kita mendekat dan mengenal Allah, tapi Firman-Nya dan pimpinan Roh Kudus yang membawa kita mengenal Allah dengan benar.
            BERKAT juga tidak membawa kita kepada keselamatan, tapi hanya KRISTUS yang membawa kita kepada keselamatan.
            Kita harus bisa membedakan setiap berkat yang kita terima, sebab tidak semua berkat itu berasal dari Allah. iblis juga bisa memberi berkat.
            Sayang saya kurang suka membaca buku-buku yang lain, jadi saya tidak bisa mengikuti anjuran anda , sebab hanya Alkitab yang menjadi kesukaan saya dimana saya bisa menikmati segala kasih karunia ilahi dan tenggelam didalamnya.
            Terima kasih atas komentarnya.

            Laras

          • Shalom Yunita,

            Dari paparan yang anda berikan, maka anda perlu memberikan definisi tentang kata “berkat“. Cobalah memberikan definisi dari kata “berkat”, sehingga anda dapat menyimpulkan bahwa berkat dapat datang dari Allah dan juga dapat datang dari Iblis. Karena anda hanya mau membaca Alkitab, cobalah mendefinisikan dari Alkitab apakah definisi dari berkat dan bagaimana Alkitab mengaplikasikan berkat dalam beberapa kejadian di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru? Berkat seperti apakah yang datang dari Allah dan berkat seperti apakah yang datang dari iblis? Dapatkah anda memberikan referensi dari Alkitab bahwa iblis pernah memberikan berkat kepada manusia? Semoga dengan definisi yang jelas, maka diskusi juga dapat terfokus.

          • kalo alkitab yang menjadi kesukaan ibu…tetapi kenapa ibu hanya mampu menginterpretasikan teologi kemakmuran dari salah stu ayat saja ???
            kita tidak bisa menjelaskan stu hal dari satu ayat saja…harus dari keseluruhan alkitab !!!
            [edit]

          • to Yunita:
            Saya meragukan sdr: jangan jangan kelimpahan sdr itu berasal bukan dari Yesus, sebab anda sendiri mengatakan iblis juga bisa memberikan kelimpahan. Bagaimana sdr membedakan kelimpahan sdr dari Yesus atau dari iblis? Jangan jangan……Ajaran yang cukup aneh kalau mengatakan pusat segala kelimpahan bukan hanya pada Yesus. [edit] jangan jangan …..ANEH??

          • Yunita berkata:…….walaupun aku diberikan kelimpahan aku tidak jatuh sebab hati aku hanya ada pada Tuhan tidak pada harta yang berlimpah

            Ini salah satu produk teologi kemakmuran: KESOMBONGAN IMAN! Waspadalah…….Waspadalah…Waspadalah…….. Siapakah saudara? Malaikat? Bukan !Nabi? Bukan!. Malaikat dan nabi saja bisa jatuh dalam dosa. Siapakah engkau? Kiranya Tuhan mengampunimu dan menunjukkan jalan terangnya buat mu dan membuka semua akal budimu dengan menerima Roh Kudus yang sesungguhnya. [edit]

          • Hallo Katolisitas,

            Thanks again atas Temu Darat Katolisitas 7 Dec yg lalu. Saya sangat menyukainya.

            Julia ada pengalaman sedikit ttg Yoh 10:10. Ketika Yesus mengatakan “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.“
            Mungkin ada hubungannya, mungkin tidak, just want to share it to you.
            Suatu hari (2008), setelah 2-3 hari setelah retret di Lembah Karmel, Julia bernyanyi lagu rohani sepanjang pagi, dari rumah – busway – kantor. Setelah hampir sampai di gedung kantor, Julia menyanyikan sebuah lagu ttg kasih berlimpah dari Tuhan Yesus. Lalu di dlm imaginasi iman, terbayang sebuah wadah berbentuk hati, yang dituangi dengan air berwarna pink, diisi terus sampe penuh, sampe melimpah ruah. Pada saat airnya melimpah ruah ke sekeliling wadah tersebut, tiba2 Julia merasakan suatu sukacita, damai, kepenuhan yg sangat indah. Seakan2 kekosongan dalam hati Julia sudah terpenuhi……dengan cinta Tuhan. Selama 2 hari julia nyanyi “halleluyah” (hampir non-stop). Semua orang yg Julia temui selama 2 hari itu, kenal dan tidak kenal, semua tersenyum kepada Julia, ngajak ngomong, dll. (Sesuatu yg belum pernah Julia alami sebelumnya).
            Sejak saat itu, Julia tidak merasakan kekosongan dlm hati lagi….walaupun masih bete, marah, kesel, kecewa, dll, walaupun semua perasaan itu masih sering datang, tetapi Julia tidak merasa “am alone and lonely” tetapi ada suatu kepastian bahwa ‘everything’s gonna be alright and I AM right here with you”. (Sesuatu yg belum pernah Julia alami sebelumnya).
            So in my own perception, bagiku, arti kelimpahan dalam Yoh 10:10 adalah Yesus datang and masuk ke dalam hatiku, Dia mengisi kekosongan hatiku dengan cinta-Nya, Dia menghidupkan kasih dan cinta yg ada di dalam hatiku (sehingga aku bisa memperhatikan orang lain / sesama) dan semua itu diberikannya secara berlimpah. Suatu rasa disayangi, dilindungi, diberkati, dikaruniai oleh Tuhan Yesus Kristus.

            Semoga semua perasaan ini semakin bertumbuh (harus lebih rajin doa neh hehe) dan semoga semua ini membawaku kepada puncaknya, yaitu kehidupan kekal di surga. Amin.

            Cheers, Julia

  24. saya mau comment sedikit mengenai artikel ini. artikel ini sangat…sangat Baik. untuk direnungkan.

  25. web yang Luar biasa!!!!
    jangan lelah dan tetaplah sabar dan sopan dalam menjawab pertanyaan2 ‘menyakitkan’ ya pak stef dan Bu Inggrid.. Anda mempergunakan talenta yang Tuhan sudah beri dan akhirnya membuat kami2 ini tergugah untuk lebih mendalami Katholik…

    btw, Pak dan Bu saya punya pertanyaan:
    bagaimana dengan ajaran kemakmuran/berkat yang didengungkan oleh gereja protestan ataupun evangelis dan pantekosta? saya kok kurang setuju tho menyamakan berkat Tuhan dengan kemakmuran, walaupun memang berkat Tuhan bisa bermacam2 termasuk berkat duniawi..tetapi dengan kata2 indah dan berbalut ‘karunia roh kudus’ menurut mereka itulah yang banyak menyedot perhatian para kaum muda ..
    Cuma dalam hati saya kok saya tidak bisa menerima begitu saja bahwa berkat Tuhan berupa kemakmuran akan didapatkan bila kita hidup sesuai aturan Tuhan… Banyak tetangga saya atau orang yang saya kenal benar2 mengasihi Tuhan tetapi tidak hidup dalam kelimpahan, tetapi mereka toh bahagia… Mohon pendapatnya apakah benar teologia semacam itu Alkitabiah?? terutama karena kita manusia, siapa sih yang tidak ingin makmur?? tapi bukan berarti ‘menarget ‘ Tuhan kan!

    padahal banyak orang2 kudus dari Katholik yang bukan orang2 kaya, saya rasa kaya itu tidak dosa dan sah2 saja tetapi teologi kemkmuran itu menyedot perhatian kaum muda dan menalan mentah2 tanpa mempertanyakan kebenarannya atau bahkan sejarahnya hanya karena teologi itu enak di telinga dan hati manusia

    [dari katolisitas: silakan melihat artikel di atas – silakan klik]

    • Syalom Ibu Ingrid

      Kalau menurut saya teologi kemakmuran yang banyak di dengungkan oleh teman-teman Protestan tidak ada yang salah, diluar apa teologi itu alkitabiah atau tidak. Kalau Tuhan tidak menurunkan berkatnya bagi umatnya, biarpun mereka memberikan perpuluhan atau 90 presen dari penghasilannya , mereka akan tetap seperti keadaannya yang semula jadi. Dan kalau mereka setelah mendengar khotbah tentang teologi kemakmuran kemudian mempersembahkan perpuluhan atau sebagian dari miliknya dan …………… akhirnya ditambahi berkatnya oleh Tuhan . Bukankah itu berarti Tuhan berkenan kepadanya ?
      Kita tidak bisa membanding-bandingkan kehidupan para rasul atau para santo/santa yang hidup sederhana dan menjadikan itu sebagai pedoman bahwa hidup miskin itu yang dikehendaki oleh Tuhan. Memang alkitab mencatat bahwa kehidupan para rasul itu sangat sederhana atau kalau boleh dikatakan miskin, tapi alkitab yang sama juga mencatat tentang kehidupan para nabi yang berkelimpahan seperti misalnya : Abraham, Izak, Yacob, Daud,Salomo dan juga Yusuf.
      Hendaknya kita ingat bahwa setiap hal atau pengajaran baru yang muncul, itu semua sudah diizinkan oleh Tuhan. Mungkin teologi tersebut menurut kita tidak sesuai dengan ajaran yang kita pegang selama ini atau tidak alkitabiah, tapi saya yakin dibalik semua itu ada rencana Allah yang tersembunyi yang tidak pernah kita ketahui, sampai dinyatakan kelak pada waktunya.

      Laras

      • Shalom Laras,

        Agaknya di sini kita harus membedakan, antara prinsip bahwa Tuhan memberkati umat-Nya (baik jasmani maupun rohani), dan prinsip ajaran teologi kemakmuran. Sebab memang benar, Allah dapat saja menurunkan berkat- berkat-Nya secara jasmani/finansial kepada umat-Nya (tidak hanya berkat rohani saja), jika dipandang-Nya baik. Namun masalahnya di sini adalah jika orang yang menerimanya menganggap bahwa berkat tersebut merupakan tanda bahwa ia dibenarkan oleh Tuhan, sedangkan orang lain yang tidak diberkati merupakan orang yang belum sepenuhnya dibenarkan/ belum sepenuhnya mengalami kasih Tuhan. Di sinilah letak kesalahannya, sebab berkat finansial dan berkat jasmani bukan yang menjadi tolok ukur ‘hidup berkelimpahan’ yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus, seperti telah dijabarkan di artikel di atas. Terlalu banyak penekanan kepada kemakmuran jasmani, dapat membuat orang lupa akan hal- hal surgawi, ‘perkara yang di atas’ (Kol 3:2) yang justru harus kita utamakan untuk sampai pada keselamatan kekal.

        Bahwa ada orang yang diberkati secara finansial lalu ia merasakan kemurahan kasih Tuhan, itu tentu saja dapat dibenarkan. Namun demikian, ia tidak dapat mengajarkan bahwa tanpa berkat finansial maka seseorang tidak sungguh- sungguh mengalami kasih Tuhan, atau bahkan menganggap orang tersebut ‘masih hidup dalam dosa’. Jika demikian tolok ukurnya, bagaimana ia menjelaskan fakta bahwa orang- orang yang terdekat dengan Kristus, [yaitu Bunda Maria dan St. Yusuf, serta para Rasul], dan bahkan Kristus sendiri, adalah orang- orang miskin secara finansial?

        Memang benar bahwa para nabi dan patriarkh di masa Perjanjian Lama banyak yang diberkati Tuhan, namun itu tidak menjadi tanda bahwa orang yang dekat dengan Tuhan pasti diberkati secara jasmani seperti mereka. Apakah itu artinya orang beriman tidak perlu memohon berkat jasmani dari Tuhan? Tentu saja tidak! Sebab di dalam doa Bapa Kami, kita malah diajarkan untuk memohon rejeki yang secukupnya untuk setiap hari. Artinya kita boleh meminta berkat jasmani dari Tuhan. Apakah Tuhan dapat melakukannya (memberkati kita dengan limpah)? Tentu saja dapat. Tetapi dalam kebijaksanaan-Nya Tuhan dapat memberikannya sesuai dengan kemampuan/ kesanggupan kita (lih. Mat 25:15).

        Jadi sebenarnya, sederhana saja, Laras. Tentu saja Tuhan dapat memberkati kita dengan limpah secara jasmani/finansial, tetapi janganlah kita menganggapnya sebagai patokan yang berlaku bagi semua orang. Sebab Kitab Suci sendiri tidak mengajarkan demikian: buktinya orang- orang yang terdekat dengan Kristus malah bukan orang- orang kaya secara jasmani/ finansial. Bahwa ada juga pengikut Yesus yang adalah orang kaya (seperti Yusuf dari Arimathea) memang adalah suatu realita, tetapi harus diterima bahwa itu bukan kondisi umum semua sahabat Yesus. Prinsip yang harus dipegang malah seseorang tidak boleh terikat kepada kekayaannya (lihat kisah orang muda yang kaya, Mat 19: 16-26; Mrk 10: 17-27; Luk 18:18-27), supaya dengan demikian ia dapat dikatagorikan sebagai orang yang ‘miskin di hadapan Allah’ walaupun ia kaya secara jasmani.

        Maka sebagai umat Katolik, kita perlu waspada akan adanya ajaran- ajaran baru di abad ini, yang tidak sepenuhnya sesuai dengan keseluruhan ajaran Kitab Suci. Bukan berarti bahwa ajaran itu seluruhnya salah, tetapi sejujurnya, ajaran tersebut tidak menyampaikan kebenaran yang lengkap, sebab hanya menekankan sisi tertentu saja. (Sebab tentu lebih mudah untuk mengimani dan mengharapkan kemakmuran jasmani/ finansial dari Tuhan, daripada berjuang untuk hidup dalam kesederhanaan dan bahkan kemiskinan jasmani seperti teladan Yesus dan para rasul, untuk mewartakan Injil).

        Ajaran- ajaran yang tidak seluruhnya benar itu memang muncul terus di sepanjang sejarah Gereja, namun bukan berarti bahwa ajaran tersebut berasal dari Tuhan. Contohnya, di abad- abad awal sudah ada orang- orang yang memberitakan Injil yang lain dengan Injil yang diberitakan oleh para rasul, seperti dikatakan oleh Rasul Paulus (lih. 1Kor 11:4; Gal 1:6) dan Rasul Yohanes (lih. 2 Yoh 1: 7). Injil yang lain ini diajarkan oleh kaum Gnostics dan Docetists, yang walaupun mengakui Kristus (aliran ini mengaku sebagai Kristen) tetapi tidak mengakui bahwa Kristus adalah Tuhan yang sungguh menjelma menjadi manusia. Bahwa Tuhan mengizinkan adanya ajaran- ajaran yang demikian tidak berarti bahwa Tuhan menyetujui ajaran mereka, sama seperti fakta bahwa adakalanya Tuhan mengizinkan pencobaan/ ujian terjadi di dalam hidup kita, namun pencobaan itu sendiri bukan semata datang dari Tuhan, melainkan seringkali terjadi karena keputusan kita sendiri.

        Jadi bagaimana agar kita dapat yakin akan ajaran yang sepenuhnya benar? Bersyukurlah, bahwa sebagai umat Katolik kita dapat berpegang teguh pada pengajaran Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium, karena dari ketiga pilar inilah kita mengetahui: 1) kepenuhan kebenaran Sabda Allah (tidak hanya menekankan bagian- bagian tertentu dan mengabaikan yang lainnya), 2) ajaran yang tidak berdasarkan atas pemahaman manusia, namun atas kuasa Roh Kudus menjaga kebenaran itu sejak awalnya, sampai sekarang, 3) ajaran yang setia kepada pengajaran Kristus dan para rasul.

        Demikian, semoga kita dapat terus terdorong untuk mempelajari ajaran iman kita, dan dengan rendah hati menerima keseluruhan kebenaran ajaran Kristus dan para rasul, walaupun seringkali ajaran itu tidak mudah dilakukan. Justru di sinilah kita perlu memohon kekuatan dari Roh Kudus, untuk dapat melaksanakannya.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Shalom ibu Laras,
        Saya memiliki keluarga dan teman2 terdekat yg beragama kristen protestan. Saya tdk terlalu mendalami ajaran/doktrin mereka, namun yg saya amat sering dengar sbb : 1. Sebagian dari saudara2 saya tersebut justru AMAT KERAS menentang ajaran teologi sukses dan kemakmuran. Respon mereka jauh lebih keras dan tegas dibanding respon ibu Inggrid tadi. 2. Mereka menolak teologi kemakmuran dan sukses sebagai bagian dari kekristenan reformasi (atau protestan). Yang radikal bahkan menolak menganggap itu kristen.
        Utk membuktikan pengalaman saya tersebut silakan ibu mencari sumber2 pandangan dari teman kristen protestan sendiri dan membandingkannya.
        Mudah2an masukan saya ada gunanya.
        GBU,
        Antonius H

        • Syalom Ibu Ingrid dan Bapak Antonius H

          Saya sangat bersyukur atas ajaran gereja katolik yang saya hayati selama ini
          Terima kasih atas pencerahannya

          Laras

          • Steff & Inggrid

            Saya heran sekali ini anda berdua mengulas teologi kemakmuran dengan lugasnya namun terlihat menghakimi saudara kita dari Protestan. Yunita kelihatannya dari kalangan Protestan, tentu saja berusaha membela keyakinan imannya. Juga teman-teman lainnya sebagian besar memojokkan pemahaman Yunita yang notabone sepertinya mewakili pro teologi kemakmuran.
            ya Tuhan, di dunia ini manusia semakin hari semakin terpecah-pecah dan terkotak-kotak …
            semua mengatakan ini kebenaran yang ENGKAU ajarkan.

            Saya jadi teringat dengan kisah 3 orang buta yang ngotot satu dengan lainnya memperdebatkan seperti apa bentuk seekor gajah. (jika anda sudah pernah mendengar kisahnya, tentu tahu apa yang ingin saya sampaikan). Orang buta pertama mengatakan bahwa bentuk gajah adalah seperti pohon yang kekar berdiri tegak. Orang kedua mengatakan bahwa bentuk gajah adalah seperti sebuah selang yang panjang. Orang ketiga mengatakan bahwa bentuk gajah adalah seperti daun yang lebar. Mereka berdebat dengan mengemukakan argumentasi yang sangat ilmiah dan bukti bukti pendukung yang menurut mereka dapat dipertanggung-jawabkan. Saking serunya debat tersebut, menarik perhatian seorang yang matanya tidak buta. Lalu ia bertanya apa masalah yang dibahas sehingga timbul perdebatan sengit. Setelah ia tahu, ia tertawa terbahak-bahak dan berkata : “hai orang buta, tahukah kalian bahwa yang kalian debatkan itu adalah benar karena gajah itu terdiri dari belalai, kuping yang lebar, dan sepasang kaki yang kokoh.”

            Jika seorang mengajarkan ajaran lain dan tidak menurut perkataan sehat—yakni perkataan Tuhan kita Yesus Kristus—dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan ibadah kita, ia adalah seorang yang berlagak tahu padahal tidak tahu apa-apa. Penyakitnya ialah mencari-cari soal dan bersilat kata, yang menyebabkan dengki, cidera, fitnah, curiga… (1 Timotius 6:3-4).

            Bukankah yang sedang terjadi sekarang ini adalah mempertahankan pendapat masing2 antara ajaran Protestan mengenai teologi kemakmuran dengan pendapat Pak Jeff & Bu Inggrid serta pendapat teman2 lainnya. Bukankah dari kalangan Protestan juga bisa mengatakan bahwa teologi salib yang dianut kalangan Katolik juga tidak benar dan tidak sesuai dengan Alkitab.
            Akhirnya jadi seru seperti 3 orang buta yang berdebat tersebut.
            Dan saya yakin tulisan saya ini juga akan di perdebatkan oleh yang tidak setuju dengan pemaparan saya yang mungkin juga ada yang tersinggung karenannya.

            Bapak & Ibu Yang Terkasih dalam Yesus Kristus,
            Sudahlah, akhirilah segala macam “penghakiman” tentang ajaran kepercayaan orang lain, apalagi kita ini masih “saudara seiman” yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat manusia. Jika saudara kita meyakini iman : apa itu istilah teologi kemakmuran ataukah teologi salib kah … ya monggo, silahkan. toch nantinya kebenaran sejati akan terungkap jika kita semua sudah menghadap “pengadilan sejati dari Allah kita”.
            Jika hendak membahas suatu pengajaran menurut iman kepercayaan sendiri, yach tidak perlu disinggung-singgung ajaran kepercayaan orang lain. Bahas saja menurut keyakinan sendiri.
            Just Simple… Sederhana toch.
            Saya sendiri tidak berani membenarkan pengertian dan pengetahuan Alkitab yang saya ketahui sebab seperti Santo Agustinus (kalo ga salah inget, maaf saja kalo salah) bilang bahwa pengetahuan kita itu hanya segemgam air di tangan di bandingkan air di samudera yang hooo..3x amat sangat luas. kita ini ibarat orang buta tadi, baru tahu sebagian, langsung mengatakan sudah mengetahui kebenaran Allah… Jangan sampai kita ditertawakan karena ….haaa3x ga berani ah ntar saya dibilangin menghakimi lagi… ihhh, sekarang ini mendingan SILENT IS GOLD dalam hal pembahasan mengenai Alkitab.

            Kalo ga salah baca, katanya Alkitab Perjanjian Baru itu ditulis sekian puluh tahun setelah Yesus wafat dan bangkit , oleh orang-orang yang diberi insipirasi oleh Allah. Apalagi katanya Perjanjian Lama ditulis masa pembuangan di Babelonia …
            Yach, saya sih tahu sedikit saja dan coba renungin .. oh begitu toch proses penulisannya. belum lagi katanya setelah itu ada proses kanonisasi …yang masih saja sampe sekarang ada orang yang mau kotak-katik keabsahan kanonisasi.
            weleh..weleh … semakin banyak tahu, semakin pusing… ampun, saya mah mendingan jadi orang yang mohon belas kasih Allah agar selalu dituntun setiap hari langkah kaki saya agar tidak sesat jalannya kepada bimbingan Roh Kudus… soal teologi, aha… kumaha engke wae.

            Sekian saya ikutan nimbrung… stop ya, kita sudahi saja bicara soal teologi.
            Mendingan Steff & Inggrid mengupas ajaran katolik saja, tidak perlu singgung2 ajaran Protestan atau ajaran agama lain… Ajaran sendiri aja masih belepotan.

            Syaloom semuanya,
            Sandy

          • Shalom Sandy,

            Terima kasih atas tanggapan anda. Saya perlu memberikan klarifikasi bahwa situs katolisitas.org adalah situs dengan warna Katolik, yang bertujuan untuk memaparkan pengajaran iman Katolik. Dan topik tentang teologi kemakmuran sering ditanyakan umat Katolik, sehingga kami memutuskan untuk membuat artikel tentang teologi kemakmuran. Kalau memang anda tidak setuju dengan artikel tersebut, tentu saja itu adalah hak anda dan anda juga bebas untuk menyatakan keberatan anda dengan argumentasi yang baik.

            Kalau anda berpendapat bahwa teologi salib adalah tidak alkitabiah, silakan anda memberikan argumentasi, sehingga kami dapat menanggapinya. Saya tidak menyatakan bahwa semua denominasi Protestan mengajarkan teologi kemakmuran. Dengan demikian, tidak ada yang merendahkan denominasi Protestan. Yang kami ingin paparkan adalah ketidaksetujuan kami akan teologi kemakmuran, yang kami pandang dapat menyesatkan umat Allah.

            Kutipan St. Agustinus yang anda kutip bukanlah larangan untuk berdiskusi, karena kalau kita membaca riwayat St. Agustinus, maka kita dapat melihat bahwa dia menulis begitu banyak topik untuk melawan ajaran-ajaran sesat, seperti: Manichaeism, Pelagianism, Donatism, Arianism. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa diskusi adalah cara untuk mencari kebenaran. Dan pencarian dan penggalian akan kebenaran ini adalah penting, karena semakin kita mengasihi seseorang, kita semakin ingin tahu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan orang tersebut. Inilah esensi dari teologi, yaitu iman yang mencari pengertian, yang tidak menerima artikel iman begitu saja namun juga menggali alasan di balik apa yang kita percaya. Dengan demikian, teologi adalah sesuatu yang baik. Semoga anda dapat melihat diskusi iman dengan kacamata yang lebih positif. Kalau anda melihat bahwa pemaparan kami ada yang salah, silakan juga memberikan masukan, sehingga kami dapat memperbaikinya. Semoga dapat diterima.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – katolisitas.org

          • Salam sejahtera Pak Stef,

            Saya mendukung upaya pewartaan Pak Stef dan Bu Inggrid. Saya menilai yang dilakukan Pak Stef/Bu Inggrid/saudara2 seiman di Tim katolisitas.org dibimbing dan diberkati Roh Kudus.

            Dan juga saya yakin, Pak Stef/Bu Inggrid/Tim katolisitas betul2 mengikuti teladan Tuhan Yesus. Tuhan Yesus mengasihi orang miskin, orang sakit, orang teraniaya, dan sekaligus juga mengasihi orang berdosa yang mau bertobat. Tapi sebaliknya juga, Tuhan Yesus marah dan mengecam orang-orang yang tegar hati seperti para ahli taurat dan orang-orang farisi.

            Saya rasa katolisitas.org telah dapat memberikan ulasan yang obyektif atas dasar kasih.

            Salam sejantera dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus.
            Purwono S. W.

Comments are closed.