Teman-teman terkasih dalam Kristus,
Dalam kalender liturgi, Hari Minggu setelah Paskah disebut sebagai Minggu Kedua Paskah atau Minggu Kerahiman Ilahi. Kerahiman sendiri berasal dari kata hesed yang dalam bahasa Ibrani berarti belas kasih. “Hesed” ini bukan semata-mata perasaan, tetapi juga perbuatan yang dilakukan demi orang yang dikasihi. Allah sungguh adalah Allah yang Maharahim sebab Ia telah melakukan segala sesuatu untuk kita yang dikasihi-Nya. Inilah yang kita renungkan dalam Perayaan Minggu Kerahiman. Pertama, karena kerahiman/ belas kasih adalah sifat Allah yang paling utama. Kedua, karena Kristus sendiri menghendaki kita merayakan Kerahiman Ilahi-Nya.
Ketiga, karena perayaan ini dapat membantu kita untuk juga berbelas kasih kepada sesama.
Pertama, Allah adalah kasih (1Yoh 4:8); maka Ia tak dapat menyatakan diri-Nya sendiri
sebagai yang lain daripada belas kasih atau kerahiman. Mungkin ilustrasi ini dapat membantu kita untuk memahami kerahiman Allah: Andaikan kita pernah berhutang kepada seseorang, tentu kita akan bersyukur jika hutang kita dihapuskan oleh sang pemberi hutang. Rasa syukur itu akan lebih besar, jika hutang kita cukup banyak. Akan lebih besar lagi jika hutang itu adalah hutang nyawa, misalnya kita diselamatkan dari bahaya maut. Nah, kita yang sudah diciptakan Allah oleh kasih-Nya, dan dikuduskan melalui Baptisan, ternyata kemudian masih jatuh dalam dosa. Padahal, dikatakan dalam Kitab Suci bahwa upah dosa ialah maut (Rm 6:23). Maka kita semua yang berdosa layak menerima akibat dosa itu, yaitu maut. Artinya, jika kita tetap berdosa yang membawa maut itu, kita akan terpisah dari Allah—Sang Pemberi Kehidupan dan yang adalah Kehidupan itu sendiri. Namun karena Allah tahu bahwa kita tak dapat membayar hutang dosa kita sendiri, maka Ia mengutus Putra-Nya, yaitu Yesus Kristus, untuk menebus dosa-dosa kita. Dengan demikian, Allah yang kepada-Nya kita telah berdosa, malah mengambil upah dosa kita. Yaitu, Ia rela mengorbankan Putra-Nya untuk wafat di kayu salib, untuk menggantikan kita yang seharusnya menerima maut itu. Supaya apa? Supaya dengan wafat-Nya, Kristus dapat mengalahkan maut; dan dengan kebangkitan-Nya dari mati, Ia dapat memberikan kepada kita, hidup ilahi-Nya sendiri yang mengatasi maut itu. Dengan menerima hidup ilahi ini, kita diangkat oleh Allah menjadi anak-anak-Nya dan dapat bersatu denganNya di Surga.
Kedua, Kristus sendiri menghendaki perayaan ini. Ia menyatakannya beberapa kali kepada Santa Faustina. “Aku menghendaki agar Minggu Pertama setelah Paska menjadi Pesta Kerahiman.” (BCH, 299). Selanjutnya, Ia berkata kepada Santa Faustina, “Putriku, katakanlah kepada seluruh dunia tentang kerahiman-Ku yang tak terselami. Aku menghendaki agar Pesta Kerahiman menjadi tempat perlindungan bagi jiwa-jiwa, terutama para pendosa yang malang. Pada hari itu, kerahiman-Ku yang terdalam akan terbuka. Aku akan menumpahkan seluruh lautan rahmat kepada jiwa-jiwa yang mendekati mata air kerahiman-Ku. Jiwa yang akan datang menerima sakramen Tobat dan Komuni Kudus akan menerima keseluruhan pengampunan dosa dan hukumannya. Pada hari itu terbukalah semua gerbang ilahi yang mengalirkan rahmat. Janganlah ada satu jiwa pun yang takut untuk datang mendekat kepada-Ku, meski dosanya merah seperti kirmizi. Kerahiman-Ku begitu besar sehingga baik pikiran manusia maupun malaikat takkan mampu memahaminya di sepanjang kekekalan… (BCH 699)
Dari perkataan ini, Yesus menyatakan kehendak-Nya agar sebanyak mungkin orang
menerima kerahiman-Nya. Namun demikian, tidak semua orang berdosa secara otomatis
dapat menerima rahmat-Nya ini. Sebab Ia juga berkata bahwa yang dapat menerima rahmat pengampunan adalah mereka yang bertobat, dengan menerima sakramen Tobat,
dan kemudian bersatu dengan-Nya dalam Komuni Kudus.
Itulah sebabnya Gereja memberikan Indulgensi, pada hari Minggu Kerahiman Ilahi, sebagaimana ditetapkan dalam Apostolic Penitentiary[1], dengan persyaratannya sebagai berikut:
- Indulgensi penuh, diberikan kepada umat beriman yang telah menerima sakramen Tobat, Komuni Kudus, berdoa bagi intensi Bapa Paus, dan yang pada Hari Minggu Kerahiman tersebut, di gereja ataupun di kapel, tanpa keterikatan dengan dosa apapun (bahkan dosa ringan sekalipun), ikut mengambil bagian dalam doa-doa ataupun devosi yang ditujukan untuk menghormati Kerahiman Ilahi; atau yang di hadapan Sakramen Mahakudus atau di hadapan tabernakel, mendaraskan doa Bapa Kami dan Aku Percaya, dengan menambahkan doa yang tulus kepada Tuhan Yesus yang maharahim (seperti: Yesus yang maharahim, aku percaya kepada-Mu/ aku mengandalkan Engkau!)
- Indulgensi sebagian diberikan kepada umat beriman yang sedikitnya dengan hati yang menyesal berdoa kepada Tuhan Yesus, dengan rumusan doa permohonan yang telah disetujui.[2]
Ketentuan Indulgensi ini berlaku bagi semua umat beriman yang telah dibaptis dan berada dalam keadaan rahmat[3], artinya tidak dalam keadaan berdosa berat dan tidak sedang terkena sanksi ekskomunikasi. Juga, untuk menerima Indulgensi, seseorang perlu memiliki intensi untuk menerima Indulgensi. Intensi ini dapat disebutkan di pagi hari, atau sesaat sebelum melakukan perbuatan yang disyaratkan untuk perolehan Indulgensi tersebut.
Ketiga, perayaan Kerahiman juga membantu kita untuk bertumbuh dalam kekudusan, dengan melakukan perbuatan-perbuatan belas kasih. Tuhan Yesus berkata kepada Santa Faustina, “Minggu pertama setelah Paskah adalah Pesta Kerahiman, tetapi juga harus ada perbuatan-perbuatan kerahiman… Aku menuntut darimu perbuatan-perbuatan kerahiman yang mengalir dari kasihmu kepada-Ku. Kamu harus menunjukkan belas kasih kepada sesamamu, selalu dan di manapun. Kamu harus tidak mundur ataupun melemah dalam melakukan hal ini, atau mencoba melarikan diri atau membebaskan diri darinya.” (BCH 742)
Sebab dengan berbuat kasih kita menyatakan kasih kita kepada Tuhan Yesus sendiri, yang telah berkata, “…ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku…. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.” (Mat 25:35-40)
Maka teman-teman terkasih, dengan kita melakukan perbuatan belas kasih kepada mereka
yang miskin secara jasmani maupun yang miskin secara rohani, kita sebenarnya membagikan kerahiman ilahi kepada mereka, yang dengan kemiskinannya begitu dekat dengan Hati Yesus yang berbelarasa dengan mereka. Jadi pantaslah jika dalam perayaan Minggu Kerahiman Ilahi ini, kita berbagi kepada mereka yang miskin dan membutuhkan bantuan kita. Sebab dengan demikian, kita melakukannya untuk Kristus sendiri.
Nah, selain bahwa Allah itu maharahim, dan bahwa Dia lah yang menghendaki kita merayakan Minggu Kerahiman ini dengan pertobatan, doa dan perbuatan kasih, kita perlu mengingat juga bahwa buah-buah dari perayaan ini hanya dapat diperoleh jika kita percaya. Tuhan Yesus berkata kepada Santa Faustina, “Rahmat kerahiman-Ku mengalir dengan hanya satu saluran saja, dan itu adalah kepercayaan. Jiwa yang semakin percaya dan mengandalkan Aku, ia akan menerima lebih banyak rahmat” (BCH 1578).
Jadi percaya kepada Yesus adalah prasyarat bagi kita, untuk dapat menerima kelimpahan rahmat-Nya pada hari Minggu Kerahiman. Bacaan Injil hari ini mengingatkan kita akan hal ini.
Kepada Rasul Thomas yang sempat meragukan Dia, Tuhan Yesus berkata, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh 20:29). Maka pertanyaannya sekarang adalah: Apakah kita sungguh percaya dan mengandalkan Kristus? Semoga melalui perayaan Kerahiman Ilahi pada hari ini,
kita dapat semakin mengalami kerahiman Tuhan, meresapkannya dan kemudian membagikannya kepada sesama kita, terutama kepada mereka yang sedang membutuhkan bantuan. Sebab dengan demikian, kita melakukan apa yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus sendiri bagi kita. “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” (Luk 6:36)
Marilah berdoa:
“Tuhan Yesus, kami bersyukur untuk Kerahiman-Mu yang tak terselami, yang telah tercurah kepada kami, melalui pengorbanan-Mu. Ampunilah kami jika kami sering kurang menghargai kerahiman-Mu, atau malah meragukan kerahiman-Mu. Kami mohon, bantulah kami untuk selalu percaya dan mengandalkan Engkau di dalam hidup kami. Semoga rahmat-Mu menjadikan kami juga dapat berbelas kasih kepada sesama kami, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan pertolongan. Semoga Engkau berkenan menjadikan kami sarana bagi-Mu untuk menyampaikan kerahiman-Mu kepada banyak orang. Sebab Engkaulah Tuhan yang berkuasa bersama Bapa dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.
[1] Manual of Indulgences, Apostolic Penitentiary, Translated into English from the 4th edition (1999) of Enchiridion Indulgentiarum, Third printing, July 2013, Appendices, p. 109, Decree: Indulgences Attached to Devotions in Honor of Divine Mercy.
[2] Contohnya Doa Tobat, Doa dari Mazmur 130, dst
[3] Lih. KGK 1471: “Indulgensi adalah penghapusan siksa-siksa temporal di depan Allah untuk dosa-dosa yang sudah diampuni. Warga beriman Kristen yang benar-benar siap menerimanya, di bawah persyaratan yang ditetapkan dengan jelas, memperolehnya dengan bantuan Gereja, yang sebagai pelayan penebusan membagi-bagikan dan memperuntukkan kekayaan pemulihan Kristus dan para kudus secara otoritatif”.”Ada indulgensi sebagian atau seluruhnya, bergantung dari apakah ia membebaskan dari siksa dosa temporal itu untuk sebagian atau seluruhnya.” Indulgensi dapat diperuntukkan bagi orang hidup dan orang mati (Paulus VI, Konst. Ap. “Indulgentiarum doctrina” normae 1-3).
KHK 996 §1: “Agar seseorang mampu memperoleh indulgensi haruslah ia sudah dibaptis, tidak terkena ekskomunikasi, dalam keadaan rahmat sekurang-kurangnya pada akhir perbuatan-perbuatan yang diperintahkan.”