Pengantar dari editor:
Hidup membiara? Bagaimana rasanya? Seperti apa suasana dan kegiatannya sehari-hari? Apa saja kiranya pergumulan yang dihadapi para calon imam di dalam menjalani panggilan istimewa dari Tuhan di dalam hidup mereka itu? Tentu pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik itu sempat terlintas dalam benak kita. Kali ini Ioannes, yang sering menuliskan untuk kita kesegaran perenungan imannya kepada Tuhan dalam rubrik “Gulali Santo-Santa”, berkenan berbagi kisah secara garis besar mengenai kehidupan di balik tembok biara. Terima kasih Ioannes, semoga kisah ini menambah wawasan kita semua akan kehidupan para calon imam sejak sangat awal ketika mereka mengatakan ‘ya’ pada panggilan Tuhan. Semoga menggiatkan semangat kita semua untuk semakin peka dalam merespon panggilan Tuhan, serta semakin menyemangati kita untuk mendukung dan membawa dalam doa-doa kita, mereka yang terpanggil untuk menyerahkan hidupnya sepenuhnya untuk kerajaan Allah, sehingga mereka mampu menghidupi rahmat khusus itu dengan sukacita dan kesetiaan hingga akhir.
Selama ini, tidak banyak orang yang tahu betul gambaran kehidupan di dalam biara. Kalaupun ada, biasanya orang tersebut pernah tinggal atau live in di dalamnya. Di balik tembok biara, ada banyak kisah yang menarik, peristiwa yang unik, dan canda menggelitik. Tetapi, tak jarang pula memendam pergumulan sengit, kesepian dingin, dan kekeringan rohani tersendiri. Bagaimanakah keseharian hidup dalam biara? Anda dapat mengintip sedikit melalui jendela ini. Berikut adalah gambaran kehidupan di Postulat Stella Maris, salah satu rumah formasi yang menjadi tempat pendidikan paling dasar, sebelum pemuda-pemuda terpanggil di rumah ini melanjutkan ke biara Novisiat.
Jenjang Formasi
Para penghuni yang dididik di tempat ini disebut Postulan. Mereka belum disebut frater karena belum menjadi anggota tarekat manapun, namun sedang menjalani persiapan di postulat. Kebanyakan postulat mendidik calon anggota tarekat yang bersangkutan (misalnya postulat milik Karmel khusus mendidik calon Karmelit, postulat milik Kongregasi Misi/CM mendidik calon misionaris CM, dsb). Beberapa postulat lain, seperti Postulat Stella Maris, mendidik gabungan calon religius dari berbagai tarekat. Postulat Stella Maris sendiri menerima orang-orang yang berminat menjadi imam/religius Serikat Sabda Allah (SVD), Ordo Karmel (O.Carm), Kongregasi Misi (CM), Kongregasi Murid-murid Allah (CDD), Kongregasi Passionist (CP), atau imam Projo (Diosesan).
Postulat adalah tahap bagi orang-orang yang tergolong mendapat panggilan agak “terlambat” (menjalani formasi setelah lepas dari SMA umum). Mereka yang memiliki panggilan yang lebih “awal” telah mulai menjalani pendidikan sedari Seminari Menengah (setingkat SMA) dan dilanjutkan KPA.
Kehidupan Komunitas
Gotong royong dan kerjasama adalah warna khas dalam kehidupan membiara. Beragam kegiatan dalam biara dilakukan secara bersama-sama, mulai dari ibadat dan Misa bersama, makan bersama, kerja bersama, dan olahraga bersama. Kegiatan bersama menanamkan nilai hidup bersama dalam masyarakat, suatu nilai yang sangat vital untuk pelayanan di masa depan. Oleh sebab itu, setiap biara biasanya memiliki kegiatan bersama yang terjadwal.
Dalam Postulat, hampir seluruh kegiatan dilakukan secara bersama-sama. Aktivitas pagi setiap hari selalu dimulai dengan Ibadat Pagi (Laudes) dan Misa Harian, yang wajib diikuti oleh seluruh anggota komunitas. Setelah sarapan bersama di ruang makan, kegiatan belajar dilakukan di dalam kelas layaknya sekolah/kuliah hingga Ibadat Siang (Hora Media) dan makan siang. Di sore hari, dilakukan kerja (Opus Manuale) bersama dan olahraga sore bersama. Setelah Ibadat Sore (Vesper), baru ada waktu untuk studi pribadi. Ibadat Penutup (Completorium) diadakan setelah makan malam dan dilanjutkan acara rekreasi bersama. Komunitas juga melakukan outing bersama untuk rekreasi dan mengakrabkan seluruh anggota komunitas.
Kehidupan dalam biara tidak melulu serba tenang dan damai seperti yang tampak. Tetap ada konflik yang sesekali timbul karena setiap anggota tetap manusia yang lemah dan memiliki kekurangan tersendiri. Kebersamaan dalam biara mengajarkan bagaimana interaksi dan konflik diolah secara spiritual. Tidak mungkin melarikan diri dari konflik karena setiap orang saling bertemu secara intens 24 jam sehari. Jalan keluarnya adalah menghadapi dan menyelesaikan konflik dengan damai. Salah satu wadah yang lazim adalah correctio fraterna, di mana seluruh anggota berkumpul untuk saling mengoreksi kelemahan anggota yang lain. Dalam correctio fraterna, setiap anggota harus dengan rendah hati menerima koreksi dari saudara-saudaranya dan memperbaiki kelemahan tersebut demi kehidupan komunitas. Hidup bersama menumbuhkan sikap lapang dada untuk menerima perbedaan masing-masing anggota sekaligus kemurahan hati untuk memaafkan dan menyembuhkan setiap luka yang terjadi karena gesekan.
Kehidupan Doa dan Spiritual
Hidup doa adalah bagian tidak terpisahkan dari seorang Kristen (KGK 2558). Seorang pengikut Kristus harus senantiasa berdoa sebagai sarana relasi intim dengan Allah dan memperkuat iman melawan dosa dan setan (Mat 26.41). Terlebih lagi, seorang calon religius atau klerus. Hidup doa harus menjadi sumber kekuatan bagi setiap rohaniwan dan imam. Kehidupan doa ini dijalani secara bersama-sama dan pribadi. Baik doa pribadi maupun doa bersama adalah penting.
Misa adalah yang pertama dan terutama dari kehidupan doa dalam komunitas. Selama mereka mampu (sehat), setiap anggota diwajibkan mengikuti Misa setiap hari. Apabila ada anggota yang sakit hingga dirawat di rumah sakit, biasanya mereka menerima komuni yang dibawakan oleh romo/suster.
Selain Misa Kudus, anggota komunitas juga melakukan Doa Brevir. Ibadat Harian (Officium Divinum) adalah praktek doa yang sudah dilakukan dalam Gereja sejak abad-abad awal Gereja. Berakar dari pendarasan Mazmur Perjanjian Lama, doa ini berkembang seiring perkembangan hidup pertapa-pertapa Kristen dan memperoleh bentuk liturgisnya melalui Ordo Benediktin. Brevir didoakan pada 7 alokasi waktu sehari pada jam-jam tertentu (Mzm 119.164), yakni Ibadat Pagi (Lauds), Ibadat Jam Ke-tiga (Terce), Jam Ke-enam (Sext), Jam Ke-sembilan (None), Ibadat Sore (Vespers), Ibadat Malam (Compline), dan Ibadat Bacaan (Matins). Dalam tarekat-tarekat yang aktif, Brevir didoakan 4 waktu, di mana Ibadat Ke-tiga, Ke-enam, dan Ke-sembilan digabung menjadi Ibadat Siang (Hora Mediae).
Anggota komunitas juga didorong untuk memiliki devosi pribadi dengan menjalankan salah satu dari beragam devosi yang ada dalam Gereja. Beberapa devosi yang umum dilakukan bersama adalah doa Rosario dan Adorasi pada Sakramen Mahakudus/Salve. Dalam kehidupan Postulat, doa Rosario dilakukan bersama-sama secara berkala selama Bulan Maria dan Bulan Rosario. Salve dilakukan setiap Jumat Pertama. Selebihnya, devosi dapat dilakukan secara pribadi.
Pendidikan Intelektual
Seiring tuntutan zaman, setiap religius dan klerus harus memiliki pengetahuan yang memadai secara intelektual. Oleh sebab itu, para calon imam dan religius mendapat pendidikan intelektual sepanjang masa-masa formasi. Di tahap formasi awal, biasanya pendidikan yang diberikan meliputi bidang-bidang umum, seperti bahasa Inggris dan bahasa-bahasa daerah, Liturgi, bahasa Latin, dan ajaran dasar iman Katolik. Seiring tahap, pendidikan semakin terfokus untuk memperdalam bidang-bidang yang sesuai dengan pelayanan, visi-misi, dan spiritualitas masing-masing tarekat/keuskupan.
Dalam Postulat Stella Maris, para calon imam dan religius dibekali melalui berbagai kelas pelajaran, seperti Hidup Bakti, Bahasa Latin, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Liturgi, Agama, Spiritualitas, Psikologi Panggilan, dll. Pelajaran tersebut menjadi persiapan mendasar bagi para calon untuk menjalani pendidikan di tingkat yang lebih lanjut. Bidang intelektual akan diasah secara lebih intensif ketika menjalani pendidikan filsafat dan teologi di Seminari Tinggi.
Karya Kerasulan
Karya Kerasulan di tengah masyarakat sudah diperkenalkan sejak masa awal formasi, terutama untuk imam diosesan dan tarekat-tarekat aktif. Pengenalan ini terwujud dalam beragam bentuk, seperti kunjungan-kunjungan pastoral di tengah umat secara berkala, pelayanan di paroki dan tempat umum, pembekalan umat melalui retret. Beberapa tarekat suster, misalnya, memiliki tempat tinggal yang dekat dengan rumah sakit untuk melayani pasien-pasien di rumah sakit tersebut. Beberapa bruder atau imam tinggal dalam kompleks sekolah untuk menjadi pengurus dan pengajar. Frater-frater calon imam juga biasa melakukan kunjungan ke paroki dan rumah-rumah umat pada hari-hari tertentu.
Dalam Postulat Stella Maris, pengenalan karya kerasulan dilakukan melalui Kontak Sosial. Caranya, setiap anggota pergi berkelompok (umumnya berdua-dua) untuk menjelajahi daerah-daerah di sekeliling postulat. Mereka harus menemukan orang-orang yang lazimnya kurang diperhatikan oleh masyarakat sekitar, seperti pemulung, pengangkut sampah, pengemis & pengamen, pedagang kecil, dan sebagainya. Setiap pertemuan merupakan kesempatan untuk bercengkerama dan berbincang dengan pribadi-pribadi tersebut, yang membagikan kekayaan rohani tersembunyi pada para calon imam. Para postulan juga diharapkan membawakan penghiburan dengan menjadi teman yang hadir di tengah hiruk-pikuk kehidupan. Paling tidak, sebagai seorang teman bicara dan berbagi kisah hidup.
Pelayanan juga diwujudkan dengan melayani paroki dan warga sekitar. Biara yang berada dalam wilayah paroki tertentu biasanya turut melayani dalam kehidupan paroki dengan menjadi petugas liturgi, anggota pengurus paroki, atau koor Misa. Warga sekitar juga mendapat pelayanan di berbagai kesempatan, seperti mengadakan bakti sosial atau mengikuti kegiatan-kegiatan warga. Para postulan Postulat Stella Maris, misalnya, mengadakan acara lomba 17 Agustus bersama warga. Relasi dengan warga juga terwujud lewat silaturahmi di Hari Lebaran atau open house di Hari Natal.
Hidup Membiara : Hidup bersama Tuhan dan Saudara
Pada akhirnya, hidup membiara sebenarnya menjalani tantangan yang tidak jauh berbeda dari kehidupan masyarakat awam. Yang membedakan di sini adalah kehidupan membiara melatih kita untuk hidup sepenuhnya menjadi milik Tuhan dan sesama. Kehidupan biara membawa kita pada sikap bahwa hidup kita benar-benar seutuhnya melayani Allah, melalui doa dan sesama, tanpa melekat pada hal-hal duniawi dan urusan-urusan pribadi. Dengan menjalani hidup membiara dengan penuh sukacita, seseorang bersaksi bahwa hidupnya bahagia bukan karena memiliki pasangan hidup, harta kekayaan, kekuasaan, atau kehormatan, melainkan Allah. Hidup membiara memberi kesaksian akan bagaimana kebahagiaan di surga nanti, di mana Allah menjadi segalanya dalam segala.