Pertanyaan:

Ibu Ingrid

Minggu kemarin 28 Nov 2010 kita diingatkan kembali tentang Ber-jaga2
Mat 24 : 37 – 44
Mengapa Yesus memberikan nasehat tentang ber-jaga2 ini dengan zaman Nuh ?
Apakah pada saat itu Nuh tidak mengingatkan mereka (tetangga2nya)bahwa air bah akan datang, sehingga mereka tidak binasa tenggelam dalam air bah ?
Yesaya 2 : 1 – 5
Khususnya 2 : 4 Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.
Apakah waktu Yesus datang kembali, bangsa-bangsa hidup rukun sehingga tidak ada perang, sebab pedang2nya sudah dijadikan mata bajak dan tombak2nya dijadikan pisau pemangkas ?
Ataukah ayat tsb menyatakan akan zaman yang lain ?

Laras

Jawaban:

Shalom Laras,

Tentang berjaga-jaga Mat 24: 37-39:

“Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai pada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia.”

Demikianlah penjelasan yang saya sarikan dari the Navarre Bible:

Dengan sekilas Tuhan Yesus menggambarkan akan keadaan manusia yang tidak peka dan tidak mempedulikan hal- hal surgawi. Manusia cenderung berpikir bahwa lebih pentinglah urusan makan dan minum, untuk menemukan suami atau istri (menikah); tetapi jika demikian, maka sikap ini melupakan apa yang menjadi hal yang terpenting/ terutama, yaitu kehidupan kekal. Tuhan kita mengatakan bahwa keadaan akhir dunia adalah seperti banjir besar (seperti di jaman nabi Nuh); artinya kedatangan-Nya yang kedua akan terjadi secara tiba- tiba, akan mengejutkan banyak orang, apakah mereka saat itu sedang berbuat baik ataukah berbuat jahat.

Dengan demikian perumpamaan air bah Nabi Nuh dimaksudkan sebagai gambaran kondisi akhir dunia yang datangnya secara tiba- tiba. Jika kita membaca di Kitab Kejadian tentang Nabi Nuh, (Kej 6-9) maka kita akan mengetahui bahwa Nabi Nuh dan keluarganya dipilih oleh Tuhan untuk diselamatkan dari bencana air bah, karena Nuh adalah seorang yang benar (Kej 6:9). Maka hanya Nuh saja yang diselamatkan dengan keluarganya di bumi, sedangkan semua orang yang lain dilenyapkan oleh air bah. Sepanjang pengetahuan saya, tidak dikatakan di dalam Kitab Suci bahwa Nuh mengingatkan para tetangganya bahwa air bah akan datang. Yang dikatakan di dalam Alkitab adalah ‘semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi’ (Kej 6:12), sehingga mereka semua terkena hukuman Allah. Allah dengan kebijaksanaan-Nya menentukan demikian, atas dasar keadilan-Nya, namun kasih karunia-Nya ditunjukkan kepada Nuh sekeluarga (lih. Kej 6:8) dengan melindungi mereka dari bencana air bah yang melenyapkan hampir seluruh bumi.

Sedangkan untuk penjelasan Yesaya 2:1-5, demikianlah menurut Haydock Commentary on the Holy Scriptures:

Ayat ini menggambarkan keadaan damai di masa kepemimpinan Hizkia, raja Yehuda, anak Ahas (lih. 1 Raj 18), setelah kekalahan Sennacherib (anal raja Sargon II) sekitar abad 7 sebelum masehi. Namun keadaan ini juga dapat menggambarkan keadaan damai di dunia pada saat kelahiran Kristus.

Maka ayat dini dipilih sebagai bacaan masa Adven, untuk mengingatkan kita akan keadaan damai di dunia pada saat kedatangan Kristus yang pertama, yaitu saat kelahiran-Nya. Keadaan damai inilah yang semestinya diusahakan kembali pada saat ini, jika kita ingin menyambut kedatangan-Nya yang kedua.

Saya memahami ada orang- orang yang menginterpretasikan Yes 2:1-5 dan Yes 11:6-9 sebagai dasar adanya Kerajaan Damai 1000 Tahun. Namun bukan demikian yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Hal ini sudah pernah dibahas di artikel ini, silakan klik. Silakan pula membaca tanya jawab di bawahnya. Semoga dapat menjawab pertanyaan anda.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

7 COMMENTS

  1. Salam Katolisitas. Ada tafsir aneh dari perumpamaan Talenta (Mat 25: 14-30, Luk 19: 12-27). Tafsir ini saya dengar dari teman yang katanya mengikuti rekaman penjelasan “keynote speaker” pada Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2010, yaitu Mgr Ignatius Suharyo uskup agung Jakarta. Katanya, perumpamaan talenta itu tidak tidak hanya ditafsirkan sebagai “bakat, kemampuan pemberian Tuhan yang harus dikembangkan”, melainkan sebaliknya. Yaitu bahwa teks ini mau menyindir Arkelaus (?) seorang penguasa yg daerah Israel yg lalim. Tampaknya ia akan berangkat ke pusat di Roma untuk dilantik jadi pejabat Israel. Ia meninggalkan uang-uang kepada bawahan-bawahannya untuk memeras rakyat. Ia menuntut agar hasil perasan itu harus bernuah yaitu tambahan berkali-kali lipat dari modal yang telah diberikan oleh Arkelaus itu. Tapi ada satu orang yang melawan, istilahnya resisten. Ia menyimpan uang itu di dalam tanah. Ia tidak mau memeras rakyat dengan uang itu. Maka ketika pulang dari Roma, marahlah Arkelaus mendapati hambanya di Israel yang tidak loyal padanya itu. Maka hamba itu dihukum. Ini katanya merupakan tafsir yang minoritas. Sedangkan tafsir mayoritas lebih suka memakai tafsiran menggandakan modal (kapitalisme). Bagaimana pencerahan dari pak Stef dan Bu Ingrid? Terima kasih sebelumnya.

    • Shalom Isa Inigo,

      Terima kasih atas informasinya. Dalam menginterpretasikan Alkitab, maka kita dapat meninjau dari beberapa sisi. Artikel untuk menginterpretasikan Kitab Suci dapat dilihat di sini – silakan klik. Di artikel tersebut dikatakan “Jika Kitab Suci jelas mengatakannya bahwa yang disampaikan adalah perumpamaan, maka yang disampaikan tidak/ belum tentu terjadi. Contoh Yoh 10:6 “Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka…” yang kemudian dilanjutkan oleh Yesus, yang mengumpamakan Ia sebagai ‘pintu’ (Yoh 10:7). Demikian juga dengan Mat 13:33 yang mengatakan bahwa Yesus mengajar dengan perumpamaan. Di sini perumpamaan belum tentu terjadi secara nyata.

      Saya sendiri belum pernah mendengarkan rekaman dari SAGKI 2010. Mungkin Mgr Ignarius Suharyo hanya mencoba untuk menjelaskan bahwa ada interpretasi lain dari ayat tersebut. Kalau interpretasi minoritas ini mencoba meninjau perumpamaan tersebut dari sisi historis maka hal tersebut juga tidak menjadi masalah dan tidak bertentangan dengan arti moral seperti yang kita kenal – yaitu menjelaskan tentang talenta: bahwa Tuhan mempercayakan talenta kepada kita semua untuk dikembangkan demi Kerajaan Sorga. Dan dalam konteks anagogis, maka kita dapat menghubungkan dengan apa yang harus kita lakukan selama kita hidup sampai kedatangan Kristus yang ke-dua. Interpretasi ini dapat kita telusuri dari berbagai tulisan Bapa Gereja.

      Bahwa perumpamaan tersebut dihubungkan dengan Arkelaus juga dibahas di buku “The Collegeville Bible Commentary” hal 970. Menurut saya pribadi, sungguh sulit untuk mengecek kebenaran bahwa perumpamaan ini merujuk pada Arkelaus, karena teks tersebut tidak mengatakan demikian, dan sepengetahuan saya para Bapa Gereja tidak pernah menghubungkan perumpamaan tersebut dengan Arkelaus (anak dari Herodes Agung). Semoga dapat memperjelas.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  2. Syalom Ibu Ingrid

    Terima kasih atas jawabannya yang sangat jelas.

    Setelah saya membaca pencerahan Ibu Ingrid, maka saya berkesimpulan bahwa Kitab Perjanjian Lama adalah kitab yang menerangkan tentang hal-hal yang sudah terjadi dan tidak ada hubungannya dengan hal-hal yang akan datang.
    Sedangkan hal-hal yang akan datang semuanya ada di dalam Kitab Perjanjian Baru terutama di Kitab Wahyu.

    QUOTE :
    Yang dikatakan di dalam Alkitab adalah ’semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi’ (Kej 6:10), sehingga mereka semua terkena hukuman Allah.
    Kej 6 : 10 And Noah begat three sons, Shem, Ham, and Japheth. / 6:10 Nuh memperanakkan tiga orang laki-laki: Sem, Ham dan Yafet.
    Ayat ini koq ngak ada hubungannya dengan HIDUP YANG RUSAK ya ?
    Mungkin yang dimaksudkan Ibu Ingrid Kej 6 : 5 Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata,
    Manusia menjalankan hidup yang rusak bagaimana atau Kejahatan apa yang dilakukan manusia dalam ayat tersebut sehingga memilukan hati Tuhan ?

    Laras

    • Shalom Laras,
      Saya mohon maaf, kutipan yang saya maksud itu adalah Kej 6:12 bukan Kej 6:10. Terima kasih, anda sudah menunjukkan kepada saya, kesalahan ini, sehingga saya dapat mengkoreksinya.
      Memang tidak disebutkan secara jelas tentang apa kejahatan yang dilakukan oleh manusia di jaman nabi Nuh, yang memilukan hati Tuhan. Hanya memang dikatakan di ayat 11 dan 12, bahwa “bumi telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan….. semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi.” Tentu kata ‘semua’ ini dimaksudkan semua manusia secara umum, kecuali nabi Nuh yang dikatakan sebagai orang benar, tidak bercela, dan ia hidup bergaul dengan Allah (Kej 6:9).

      Izinkan saya mengkoreksi sedikit di sini akan pandangan anda bahwa ‘kitab Perjanjian Lama tidak ada hubungannya dengan hal hal yang akan datang’. Pernyataan ini tidak benar, sebab Kitab Perjanjian Lama itu merupakan gambaran samar- samar akan apa yang akan digenapi di dalam Perjanjian Baru. Dari Perjanjian Lama, kita mengetahui gambaran samar- samar tentang Kristus, Bunda Maria dan Gereja. Selanjutnya, ada pula pengajaran dalam Perjanjian Lama yang masih berlaku sampai sekarang, yaitu tentang kesepuluh perintah Allah. Dan ada banyak kisah tokoh- tokoh Kitab Suci Perjanjian Lama yang masih tetap relevan untuk diteladani, misalnya kisah iman Bapa Abraham; ataupun Yusuf yang jujur dan berbelas kasih. Tentang topik hubungan Perjanjian Lama dan Baru, silakan klik di sini, dan klik di sini.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Syalom Ibu Ingrid

        Terima kasih atas pencerahannya, sehingga saya lebih mengerti sekarang tentang Perjanjian Lama.

        Tapi izinkan saya sekali lagi menanyakan kejahatan yang dilakukan manusia di zaman itu seperti yang tertulis di kitab Kejadian 6 : 12.

        Jika saya baca Kejadian 6 dari ayat.1 & 2 ; disana tertulis anak-anak Allah mengambil anak-anak perempuan manusia sebagai istri. Dan di ayat ke 3 ,Allah mengurangi umur manusia menjadi 120 tahun saja.Ayat-ayat selanjutnya menceriterakan tentang penyesalan Allah sebab telah menciptakan manusia didunia, dan pada ayat ke : 12 bumi benar-benar telah rusak oleh kelakuan manusia.
        Kita memang tidak mengetahui dengan tepat kejahatan apa yang dilakukan manusia hingga dihadapan Allah nampak benar-benar rusak. Apakah kerusakan tersebut disebabkan oleh perzinahan, seperti yang ditulis Alkitab bahwa : akhir zaman itu seperti zaman Nuh dan zaman Lut.Kalau zaman Lut saya tahu bahwa Sodom dan Gomora dibakar sebab perzinahan yang merajalela, dan zaman Nuh sebab anak-anak Allah mengambil anak-anak perempuan manusia. Dan kini zaman kita , rasa-rasanya perzinahan itu hampir terjadi di-mana2,apakah karena hal perzinahan ini maka dunia akan segera di-akhiri ?
        Mohon pencerahan dari Ibu Ingrid

        Laras

        • Shalom Laras,

          Saya mengacu kepada A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard p. 189, untuk memperoleh penjelasan tentang Kej 6:1-8:

          “VI:1-8, Kejahatan keturunan Seth mendatangkan murka Tuhan.

          Kisah berlanjut secara khusus dengan keturunan Seth, yang keturunannya disebutkan dalam bab 5… Karena garis keturunan/ silsilah ini berawal mula dari Tuhan, yang keserupaan gambaranNya diteruskan oleh Adam kepada keturunannya, Set, pada acuan yang eksklusif ini diindikasikan juga dengan jabatan sebagai “anak-anak Allah” yang diberikan kepada keturunannya. Ekspresi universal di sini menurut idiom Ibrani adalah untuk dipahami hanya berkaitan dengan hal yang sedang dibicarakan….

          Ay.2
          ‘Anak- anak Allah’ diartikan sebagai malaikat di kitab Ayub (bab 1 dan 2) tetapi adalah tidak sah untuk menggunakan interpretasi dari kitab Ayub pada perikop ini… Di sini istilah tersebut mengacu kepada keturunan Seth… Para perempuan disebut sebagai ‘anak-anak perempuan manusia’ bukan karena mereka tidak berpengaruh dalam silsilah, tetapi karena keturunan Seth dalam kebiasaan mereka berpoligami, mengambil istri dari siapapun yang menarik menurut kesenangannya.

          Ay.3
          Referensi ini tidak dapat diterapkan pada panjangnya usia setiap hidup manusia, sebab keputusan bahwa manusia akan mati (the sentence of mortality) sudah diberikan kepada manusia, dan banyak di antaranya dilaporkan kemudian telah hidup lebih dari 120 tahun. [Maka] kata ‘manusia’ di sini adalah ‘umat manusia’ dan ‘roh Tuhan’ adalah nafas kehidupan (lih. Kej 2:7, Mzm 103:29). 120 tahun adalah periode yang mengijinkan manusia untuk bertobat sebelum murka Tuhan dalam Air Bah datang atas mereka (lih. Yun 3:4)….

          Ay.4
          The Nephilim‘ (orang- orang raksasa) ada di bumi… Orang- orang raksasa disebut dalam Bil 13:34 sebagai bangsa- bangsa Kanaan yang adalah raksasa, di jaman Nabi Musa… Arti raksasa di sini tidak bermaksud lebih daripada bahwa mereka adalah bangsa yang luar biasa tinggi perawakannya… Bangsa Yahudi sendiri bukanlah bangsa yang tinggi perawakannya…

          Ay.6
          Tuhan tidak berubah (Bil 23:19) maka frasa di sini adalah anthropomorfis. [Lihat arti dari anthropomorfis di sini, silakan klik Lihat sub judul Peran Gaya Bahasa dalam Alkitab, nomor 5.]. Perumpamaannya, seperti manusia dapat menyesal atas apa yang telah diperbuatnya.

          Ay.7
          Jika umat manusia binasa di dalam air bah, kehidupan binatang juga binasa.

          Ay.8
          Nuh adalah manusia yang tidak tersentuh oleh kerusakan manusia pada jaman itu.”

          Anda benar bahwa salah satu kejahatan manusia adalah perzinahan, dan memang sejak jaman dahulu sampai sekarang dosa perzinahan sudah mengoyak kehidupan umat manusia, sejak jaman nabi Nuh, Sodom dan Gomora , sampai sekarang. Bahwa sekarang semakin banyak orang melakukan dosa perzinahan, mungkin benar juga, terbukti juga dengan meningkatnya angka perceraian di seluruh dunia yang diakibatkan oleh PIL dan WIL, belum lagi dengan adanya pengaruh seks bebas dan pornografi. Namun apakah dengan demikian akhir jaman akan segera terjadi, dan dapat diperkirakan kapan saatnya, inilah yang tidak dapat dipastikan, jika kita ingin berpegang kepada perkataan Yesus sendiri dalam Mat 25:13.

          Demikianlah yang dapat saya sampaikan menanggapi pertanyaan anda. Semoga berguna.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Ibu Ingrid

    Minggu kemarin 28 Nov 2010 kita diingatkan kembali tentang Ber-jaga2
    Mat 24 : 37 – 44
    Mengapa Yesus memberikan nasehat tentang ber-jaga2 ini dengan zaman Nuh ?
    Apakah pada saat itu Nuh tidak mengingatkan mereka (tetangga2nya)bahwa air bah akan datang, sehingga mereka tidak binasa tenggelam dalam air bah ?
    Yesaya 2 : 1 – 5
    Khususnya 2 : 4 Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang.
    Apakah waktu Yesus datang kembali, bangsa-bangsa hidup rukun sehingga tidak ada perang, sebab pedang2nya sudah dijadikan mata bajak dan tombak2nya dijadikan pisau pemangkas ?
    Ataukah ayat tsb menyatakan akan zaman yang lain ?

    Laras

    [Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

Comments are closed.