Sumber gambar: http://www.marysrosaries.com/collaboration/index.php?title=File:The_empty_tomb_-_He_is_not_here.jpg

[Vigili Paska: Kej 1:1-2:2; Mzm 104: 1-24,35; Kel 14:15-15:1; Kel 15:1-18; Yes 55:1-11, Yes 2-6; Rm 6:3-11; Mzm 118:1-23; Mat 28:1-10]

Berikut ini adalah homili dari Paus Fransiskus di Malam Paska tahun 2013:

“Saudara saudari yang terkasih,
1. Dalam Injil di malam Vigili Paska yang bercahaya ini, pertama-tama kita mendapati para wanita yang pergi ke kubur Yesus dengan rempah-rempah untuk mengurapi jenazah-Nya (lih. Luk 24:1-3). Mereka pergi untuk melakukan perbuatan belas kasih, sebuah tindakan tradisional yang menyatakan perhatian dan cinta kasih kepada seorang yang tersayang, yang telah meninggal, seperti yang kita lakukan.  Mereka telah mengikuti Yesus, telah mendengarkan perkataan-Nya, mereka telah merasa dipahami oleh-Nya, martabat mereka diakui dan mereka telah menyertai Yesus sampai pada akhirnya, ke Kalvari dan sampai pada saat ketika Ia diturunkan dari Salib. Kita dapat membayangkan perasaan mereka, ketika mereka sedang berjalan menuju kubur: suatu perasaan sedih, duka cita bahwa Yesus telah meninggalkan mereka, Ia telah wafat, hidup-Nya telah sampai pada akhirnya. Kini hidup akan berjalan seperti sebelumnya. Tetapi para wanita terus merasakan cinta kasih, kasih kepada Yesus, yang mengarahkan mereka sampai ke kubur-Nya. Tetapi sampai pada titik ini, sesuatu yang benar-benar baru dan tak terduga terjadi, sesuatu yang menjungkirbalikkan hati dan rencana mereka, sesuatu yang akan menjungkirbalikkan seluruh hidup mereka: mereka melihat batu digeserkan dari mulut kubur, mereka mendekat dan tidak menemukan jenazah Tuhan. Ini adalah kejadian yang mengakibatkan mereka bingung, tertegun, dan bertanya-tanya: “Apa yang telah terjadi?”, “Apa arti dari semua ini?” (lih. Luk 24:4). Bukankah hal yang sama terjadi pada kita ketika sesuatu yang benar-benar baru terjadi dalam hidup kita setiap hari? Kita terkejut, kita tak mengerti, kita tak tahu harus berbuat apa. Ke-baru-an sering membuat kita takut, termasuk ke-baru-an yang Allah bawa kepada kita, ke-baru-an yang Allah minta dari kita. Kita adalah seperti para rasul dalam Injil: sering kita lebih memilih untuk berpegang kepada zona nyaman kita sendiri, untuk berdiri di depan kubur, untuk berpikir tentang seseorang yang telah meninggal, seorang yang akhirnya hidup hanya sebagai sebuah kenangan, seperti tokoh-tokoh besar sejarah di masa lalu. Kita takut akan kejutan-kejutan dari Allah; kita takut akan kejutan-kejutan dari Allah! Ia selalu memberikan kejutan kepada kita!

Saudara dan saudariku terkasih, janganlah kita tertutup kepada ke-baruan yang Allah ingin bawa ke dalam hidup kita. Apakah seringnya kita lelah, patah semangat dan sedih? Apakah kita merasa terbeban dengan dosa-dosa kita? Apakah kita berpikir kita tak dapat mengatasinya? Janganlah kita menutup hati kita, jangan kita kehilangan kepercayaan diri, jangan pernah menyerah: tak ada keadaan yang tak dapat diubah oleh Tuhan, tak ada dosa yang tak dapat diampuni-Nya, asalkan kita mau membuka diri kita kepadaNya.

Tapi marilah kita kembali ke Injil, kepada para wanita, dan mengambil selangkah lebih jauh. Mereka menemukan bahwa kubur kosong, jenazah Yesus tidak ada di sana. Sesuatu yang baru telah terjadi, tetapi semua ini tidak menceritakan kepada mereka apapun yang pasti: itu [malah] menimbulkan pertanyaan-pertanyaan, membuat mereka bingung, tanpa ada jawaban. Dan tiba-tiba, ada dua orang pria yang berpakaian menyilaukan yang berkata: “Mengapa kamu mencari orang hidup di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, tetapi telah bangkit” (Luk 24:5-6). Apa yang merupakan tindakan sederhana, yang dilakukan karena cinta—yaitu pergi ke kubur—kini telah menjadi sebuah peristiwa, sebuah peristiwa yang sungguh mengubah hidup. Tak ada yang tetap sama seperti kemarin seperti sebelumnya, tak hanya dalam hidup para wanita itu, tetapi juga dalam kehidupan kita sendiri, dan dalam sejarah umat manusia. Yesus tidak mati, Ia telah bangkit, Ia hidup! Ia tidak saja hanya kembali hidup, tetapi lebih tepatnya, Ia adalah hidup itu sendiri, sebab Ia adalah Anak Allah, Allah yang hidup (bdk. Bil 14:21-28; Ul 5:26; Yos 3:10). Yesus tak lagi termasuk masa lalu, tetapi hidup di saat ini dan tetap hadir mengarahkan ke masa depan. Ia adalah “hari ini” yang kekal dari Allah. Inilah bagaimana ke-baru-an Allah nampak kepada para wanita itu, para murid dan kita semua: sebagai kemenangan atas dosa, kejahatan dan kematian, atas semua yang menghancurkan hidup dan membuatnya seakan kurang manusiawi, Berapa sering Kasih harus berkata kepada kita: Mengapa kamu mencari orang hidup di antara orang mati? Masalah dan kekuatiran kita sehari-hari  dapat membungkus kita dalam diri kita sendiri dalam kesedihan dan kepahitan… dan itu adalah di mana kematian berada. Itu bukanlah tempat untuk mencari Dia yang hidup!

Biarlah Yesus yang bangkit masuk dalam hidupmu. Sambutlah Dia sebagai seorang Sahabat, dengan kepercayaan: Ia adalah Hidup! Kalau sampai sekarang engkau telah menempatkan-Nya jauh darimu, melangkahlah mendekat. Ia akan menerimamu dengan tangan terbuka. Kalau engkau telah acuh tak acuh, ambillah resiko: engkau tak akan dikecewakan. Kalau mengikuti-Nya kelihatan sulit, jangan takut, percayalah kepada-Nya, yakinlah bahwa Ia dekat padamu. Ia ada bersamamu dan akan memberimu damai sejahtera yang engkau cari dan kekuatan untuk hidup sebagaimana Ia menghendaki kamu memilikinya.

Ada satu elemen kecil terakhir yang ingin kutekankan dalam Injil di Vigili Paska ini. Para wanita itu berjumpa dengan ke-baru-an Allah. Yesus telah bangkit, Ia hidup! Tetapi dihadapkan dengan kubur kosong dan dua orang pria dengan pakaian yang menyilaukan, reaksi pertama mereka adalah ketakutan: “mereka ketakutan dan menundukkan kepala sampai ke tanah”, kata St. Lukas, mereka tidak punya keberanian untuk melihat. Tetapi ketika mereka mendengar pesan tentang Kebangkitan, mereka menerimanya dengan iman. Dan kedua pria dengan pakaian yang berkilau itu mengatakan kepada mereka sesuatu yang sangat amat penting: “Ingatlah bahwa Ia telah mengatakannya kepadamu ketika Ia masih di Galilea … Dan mereka mengingat perkataan-perkataan-Nya (Luk 24:6-8). Mereka diminta untuk mengingat perjumpaan mereka dengan Yesus, mengingat perkataan-Nya, perbuatan-Nya, hidup-Nya dan adalah justru kenangan kasih dari pengalaman dengan Sang Guru yang memampukan para wanita itu untuk mengatasi rasa takut dan untuk membawa pesan Kebangkitan kepada para Rasul dan semua yang lain (lih. Luk 24:9). Mengingat apa yang Tuhan sudah lakukan dan terus lakukan untuk saya, untuk kita, untuk mengingat jalan yang sudah kita tempuh; ini adalah apa yang membuka hati kita kepada pengharapan akan masa depan. Semoga kita belajar untuk mengingat semua yang Tuhan telah lakukan dalam hidup kita.

Di malam yang bercahaya ini, mari kita memohon doa perantaraan Perawan Maria, yang merenungkan semua kejadian ini di dalam hatinya (lih. Luk 2:19,51) dan memohon agar Tuhan memberikan kita bagian dalam Kebangkitan-Nya. Semoga Ia membuka hati kita kepada ke-baru-an yang mengubahkan. Semoga Ia membuat kita menjadi orang-orang yang mampu mengingat semua yang telah Ia lakukan dalam hidup kita masing-masing dan dalam sejarah dunia kita. Semoga ia membantu kita merasakan kehadiran-Nya sebagai Seorang yang hidup dan berkarya di tengah kita. Dan semoga Ia mengajarkan kita setiap hari, untuk tidak mencari di antara orang mati, Seorang yang Hidup. Amin.”