Pertanyaan:
Salam Damai Kristus
Ibu Inggrid dan Bapak Tay, saya ingin bertanya, sebenarnya apa yang terjadi..??, ketika Gereja Katolik begitu akrab dengan HITLER dan NAZI ???,banyak orang yang mencemooh, menghina, memojokkan Katolik dan ajarannya, dan topik diatas adalah satu bahasan favourite mereka.
Kalau saya perhatikan penghinaan-peghinaan itu kebanyakan karena politik mereka, seperti politik dagang dalam dunia usaha, dimana semua merk produk saling mengklaim barang dagangannya yang lebih bagus dari merk lain.
Tetapi jika saya lebih teliti dan saya renungkan, kasus-kasus seperti ini bisa muncul karena Gereja Katolik memang memiliki kesalahan-kesalahan dalam perjalanannya. Satu kasus besar yang sampai saat ini dijadikan sasaran untuk menjatuhkan Gereja Katolik adalah hubungan atau kedekatan Gereja Katolik dengan Hitler dan Nazi-nya, seakan-akan Paus sebagai inspirator, merestui, mendukung semua perbuatan NAZI yang kejam dan biadab tersebut.
Sebagai orang Katolik, saya prihatin dengan semua ini, saya sangat antusias mempelajari sejarah dari riwayat kehidupan Gereja Katolik dengan segala kejadian yang terjadi didalamnnya. Perjalanan Gereja Katolik ibarat perjalanan hidup manusia yang sering jatuh bangun didalam kehidupannya.
Saya ingin berbagi pengetahuan sehingga pertanyaan ini saya ajukan, tidak ada satu pun dari “serangan” seteru-seteru itu yang menggoyahkan iman saya akan Kristus di dalam Gereja Katolik.
Namun perlu menjadi bahan pemikiran bahwa tidak semua orang Katolik mampu bertahan dengan “serangan” tersebut, karena sedikit sekali orang Katolik yang mencari tahu tentang imannya dan tentang sejarah gerejanya, sehingga ketika mereka menghadapi hal-hal seperti ini, mereka tidak tahu harus berbuat apa.
Saya tidak suka berdebat soal iman, tetapi saya harus tahu dan yakin terhadap iman saya. Yang saya tahu bahwa Gereja Katolik mengajarkan hidup bersatu dengan Kristus di dalam doa, iman dan pengharapan, Gereja Katolik mengajarkan untuk belajar mengenal dan peka terhadap Kristus Yesus yang hadir di dalam diri kita masing-masing, belajar untuk rendah hati dihadapan ALLAH dan bergantung secara total hanya kepada Kristus Yesus.
Pak Tay dan Ibu Inggrid,
Kalau kita teliti, yang dipersoalkan oleh seteru-seteru ini adalah eksistensi Gereja Katolik dengan segala ajaran, tradisi dan struktur organisasinya, suka atau tidak sebagai orang Katolik kita harus menerima semua yang ada dalam kehidupan Gereja Katolik sebagai milik yang harus dipertahankan.
[Dari Katolisitas: link kami edit]
semoga diskusi ini juga bermanfaat bagi saudara-saudaraku yang lain yang seiman, terima kasih.
Semoga Tuhan memberkati kita, sekarang dan sepanjang segala masa. Amin.
Jawaban:
Shalom Anton,
Memang ada berita- berita beredar di internet yang menyudutkan Gereja Katolik, seperti: Vatikan mendukung NAZI ataupun Vatikan tidak mengakui holocaust. Ini adalah pernyataan- pernyataan yang keliru. Sejak terjadinya holocaust, Gereja Katolik telah mengakui bahwa hal itu benar- benar ada, sehingga pihak Vatikan turut melindungi para korban, secara khusus kaum Yahudi.
Berikut ini adalah faktanya tentang Paus Pius XII dan the Holocaust, yang saya kutip dari link berikut ini, silakan klik. Tulisan ini cukup objektif karena narasumbernya adalah orang Yahudi sendiri.
“….Konsulat Israel, Pinchas E Lapide di dalam bukunya, Three Popes and the Jews (New York: Hawthorn Books, Inc., 1967) membela Paus Pius XII. Menurut penelitiannya, Gereja Katolik di bawah pimpinan Pius XII sangat membantu dalam menyelamatkan 860,000 orang Yahudi dari kamp- kamp pembantaian Nazi (p. 214). Dapatkah Paus Pius menyelamatkan lebih banyak nyawa dengan berbicara lebih mendesak [kepada kaum Nazi]? Menurut Lapide, para narapidana di kamp konsentrasi tidak menghendaki Paus Pius untuk berbicara terang- terangan (p. 247). Seperti yang dikatakan oleh seorang juri dari pengadilan Nuremberg dalam WNBC di New York ((Feb. 28, 1964), “Any words of Pius XII, directed against a madman like Hitler, would have brought on an even worse catastrophe… [and] accelerated the massacre of Jews and priests.” (Ibid.)/ “Perkataan apapun dari Pius XII yang ditujukan kepada orang yang tidak waras seperti Hitler, akan mengakibatkan lebih banyak bencana… dan mempercepat pembantaian kaum Yahudi dan para imam.” Namun demikian Paus Pius tidak diam saja. Lapide mengutip sebuah buku karangan ahli sejarah Yahudi, “The Church Did Not Keep Silent (p. 256). Ia mengatakan bahwa setiap orang termasuk dirinya sendiri dapat berbuat lebih. Jika kita mengecam Paus Pius, maka keadilan akan menuntut semua orang lain. Ia menyimpulkan sengan mengutip Talmud bahwa “siapapun yang menyelamatkan satu nyawa, padanya akan diperhitungkan oleh Kitab Suci seolah ia telah menyelamatkan seluruh dunia. Dengan demikian, ia mengklaim bahwa Paus Pius XII layak untuk menerima penghormatan hutan yang terdiri dari 860,000 pohon di bukit- bukit Yudea (pp. 268-9). Harap diketahui bahwa enam juta orang Yahudi dan tiga juta umat Katolik mati terbunuh di dalam holocaust.
Kita harus mengingat bahwa Holocaust juga adalah anti- Kristen. Setelah Adolf Hitler menyatakan maksudnya, Gereja Katolik menentangnya. Bahkan Albert Einstein mengakui hal itu. Menurut majalah Time, edisi 23 Desember 1940, halaman 38, Einstein berkata:
“Sebagai seorang pencinta kemerdekaan, ketika revolusi terjadi di Jerman, saya mencari universitas- universitas yang mempertahankannya [kemerdekaan], saya mengetahui bahwa mereka telah membanggakan diri tentang devosi mereka kepada penyebab kebenaran; tetapi, tidak, universitas- universitas tiba- tiba bungkam. Lalu saya mencari editor- editor besar surat kabar yang sebelumnya telah berapi-api mengumumkan kecintaan mereka akan kemerdekaan; tetapi mereka, seperti universitas, bungkam dalam beberapa minggu…
Hanya Gereja yang berdiri terang- terangan melawan kampanye Hitler … Sebelum ini saya tidak pernah mempunyai ketertarikan kepada Gereja, tetapi sekarang saya merasakan ketertarikan yang besar dan kekaguman sebab hanya Gereja saja yang mempunyai keberanian dan konsistensi untuk mempertahankan kebenaran intelektual dan kemerdekaan moral. Oleh karena itu, saya terpaksa harus mengakui bahwa apa yang dulu saya benci, sekarang saya puji dengan sepenuhnya.”
Dalam pernyataan lain yang serupa, Einstein mengacu kepada secara eksplisit kepada Gereja Katolik (Lapide, p. 251). Ini adalah kesaksian yang luar biasa dari seorang Jerman yang agnostik keturunan Yahudi….
Tanggal 23 Desember 1940, majalah Time memuat artikel menarik tentang orang- orang Kristen yang hidup di Jerman, baik Katolik maupun Protestan, yang melawan dan menderita di bawah tekanan Nazi. Pada hal. 38, dikatakan bahwa pada akhir tahun 1940, 200,000 orang Kristen dipenjara di kamp konsentrasi Nazi, beberapa lainnya memperkirakan sampai 800,000 orang. Pada hal. 40, melaporkan bahwa Uskup Agung Munich, Michael Kardinal von Faulhaber- lah, yang memimpin oposisi Katolik di Jerman melawan Nazi. Di dalam khotbah Adven 1933, Kardinal mengatakan, “Janganlah kita lupa, bahwa kita diselamatkan bukan oleh darah Jerman, tetapi darah Kristus!” untuk menanggapi rasisme Nazi. Tahun 1934, Kardinal nyaris tertembak oleh peluru Nazi, sedangkan tahun 1938 serbuan Nazi merusak jendela- jendela tempat kediamannya. Meskipun beliau sudah berumur lebih dari tujuh puluh tahun dan dalam kesehatan yang buruk, tetapi ia masih memimpin umat Katolik Jerman melawan Hitler.
Tidak mempercayai regim yang baru, Vatikan menandatangani Konkordat dengan Reich pada tanggal 20 Juli, 1933 dalam usaha untuk melindungi hak- hak Gereja di Jerman. Tetapi pihak Nazi segera melanggarnya. Pada Masa Prapaska 1937, Paus Pius XI mengeluarkan surat ensiklik, “Mit brennender Sorge” (Dengan duka cita yang membara), dengan bantuan para uskup Jerman dan Kardinal Pacelli (kemudian menjadi Paus Pius XII). Surat ini diselundupkan ke Jerman dan dibacakan di hadapan semua umat Katolik di Jerman pada saat yang sama pada hari Minggu Palem. Surat itu tidak secara eksplisit menyebutkan nama Hitler ataupun Nazi, tetapi secara jelas mengecam ajaran- ajaran Nazi. Pada tanggal 20 September 1938, Paus Pius XI mengatakan kepada para peziarah German, bahwa tidak ada orang Kristen yang dapat mengambil bagian dalam gerakan anti- Yahudi, sebab secara spiritual, semua orang Kristen adalah Yahudi [keturunan Abraham].
Penghinaan baru- baru ini melawan Gereja dan Paus Pius II dapat ditemukan akarnya ke tahun 1963 pada drama Rolf Hochhuth, “The Deputy.” Di drama ini Hochhuth mengkritik Pius karena bungkam dan menggambarkannya sebagai ketidakpedulian. Meskipun kritik ini merupakan fiksi, namun orang- orang menganggapnya sebagai fakta.
Paus Pius XII adalah seorang diplomat dan bukan seorang pengkhotbah yang radikal. Ia tahu bahwa pertama- tama ia harus mempertahankan kenetralan Vatikan sehingga kota Vatikan dapat menjadi kota tempat perlindungan bagi korban perang. Palang Merah Internasional juga tetap netral. Kedua, Paus mengetahui betapa ia tidak berkuasa menentang Hitler. Mussolini dapat dengan cepat memutuskan aliran listrik di Radio Vatikan pada waktu siarannya (Lapide, p. 256). Akhirnya Nazi tidak mentolerir protes apapun dan menanggapinya dengan kejam. Sebagai contohnya, Uskup Agung Utrecht di bulan Juli 1942 memprotes dengan surat pastoral melawan penganiayaan Yahudi di Belanda. Dengan segara Nazi menangkap banyak orang Yahudi dan Katolik non- Aria sebanyak mungkin dan mengirimkan mereka ke kamp- kamp pembantaian, termasuk Edith Stein yang terberkati (Lapide, p. 246). Pius mengetahui bahwa setiap kali ia berkata melawan Hitler, pihak Nazi dapat membalasnya kepada para narapidana. Maka perlawanannya yang terbaik terhadap pihak Nazi adalah melalui diplomasi yang diam- diam dan tindakan di belakang layar. Menurut The 1996 Grolier Multimedia Encyclopedia (V8.01) di bawah Paus Pius XII, “Berharap untuk mempertahankan kenetralan Vatikan, takut kepada tindakan pembalasan, dan menyadari ketidakmampuannya untuk menghentikan Holocaust, Pius tetap bertindak sedikit demi sedikit (kasus per kasus) untuk menyelamatkan banyak orang Yahudi dan orang lainnya dengan uang tebusan Gereja, dokumen dan [menyediakan] tempat perlindungan bagi pengungsi.”
Kasih dan karya Paus Pius XII pada Perang Dunia II mengesankan bagi Kepala Rabbi di Roma, Israel Zolli, sehingga pada tahun 1944, ia menjadi terbuka tepada rahmat Allah, yang memimpinnya untuk bergabung dengan Gereja Katolik. Sebagai nama baptisnya, ia mengambil nama yang sama dengan nama baptis Paus Pius XII, yaitu Eugenio. Kemudian, Israel Zolli menulis buku yang berjudul, “Mengapa saya menjadi seorang Katolik.”
Tetapi Paus Pius XII tidak bungkam sama sekali, secara khusus pada pesan- pesan Natalnya. Pesan Natal pada tahun 1941 dan 1942, diterjemahkan dalam The New York Times (Dec. 25, 1941, p. 20 & Dec. 25, 1942, p. 10). Untuk menghindari serangan balasan, ia tidak menyebut nama Nazi, tetapi orang- orang pada saat itu tetap memahami [pesan]nya, termasuk kaum Nazi.
Editorial The New York Times, pada tanggal 25 Desember 1941 menuliskan: (Late Day edition, p. 24):
Suara Paus Pius XII adalah suara yang sendirian ditengah keheningan dan kegelapan yang menyelimuti Eropa pada Natal ini…. ia hampir adalah satu- satunya pemimpin di benua Eropa yang berani mengangkat suaranya …Paus menempatkan dirinya terang- terangan melawan Hitlerism …. ia tidak meninggalkan keraguan bahwa tujuan- tujuan Nazi juga tidak dapat dikompromikan dengan konsepnya tentang kedamaian Kristen.
Juga editorial The New York Times, pada tanggal 25 Desember 1942 menuliskan: (Late Day edition, p. 16):
Natal ini, lebih daripada sebelumnya, ia [Paus Pius XII] adalah suara tunggal yang berseru di luar kesunyian benua ini …. Paus Pius mengekspresikan dengan penuh perasaan sebagai pemimpin di sisi kami … perang bertujuan mencapai kemerdekaan, ketika ia mengatakan bahwa mereka yang bermaksud membangun sebuah dunia baru harus berjuang untuk pilihan yang bebas terhadap pemerintah dan order religius. Mereka harus menolak bahwa negara harus membuat para individu sebagai sebuah kawanan yang oleh negara dapat dibuang seperti seolah mereka adalah benda- benda yang tidak bernyawa.
Kedua editorial mengakui dan sangat memuji perkataan Paus Pius melawan Hitler dan totalitarianisme.
Memang ada para pengkhianat di Gereja yang menjadi anggota Nazi ataupun membantu Hitler. Mereka adalah orang- orang Katolik yang melakukan dosa bigotry/ melawan ajaran iman dengan kekerasan hati. Ada juga umat Katolik yang karena takut atau tidak peduli, berdosa dengan kebungkaman mereka. Gereja terdiri dari orang- orang berdosa yang untuk mereka Yesus telah mati…. Tetapi Paus Pius XII dan banyak umat Katolik lainnya tidak “diam/ bungkam”. Dapatkah nyawa 860,000 orang Yahudi diselamatkan oleh ketidakpedulian (silent indifference)?…”
Dari tulisan di atas, kita dapat melihat bahwa sejak terjadinya Holocaust, Gereja Katolik adalah pihak yang paling terang- terangan menentang ajaran Hitler. Kala tidak ada universitas, institusi ataupun mass media yang berani menyuarakan kebenaran malawan kebijakan Hitler di Eropa, Gereja Katolik melalui Bapa Paus Pius XII merupakan satu- satunya suara yang berani mengecam ajaran Hitler itu. Fakta ini dicatat bukan oleh Gereja Katolik sendiri tetapi dari sumber yang netral, seperti The New York Times, dan bahkan oleh tokoh Yahudi/ keturunan, seperti Pinchas Lapide dan Albert Einstein.
Maka tidak benar Gereja Katolik berpihak kepada NAZI. Sejak awalnya terjadi holocaust, Paus Pius XII terbilang sebagai seorang yang paling konsisten menentang Hitler. Orang- orang yang mengecam Paus Pius XII selayaknya melihat kepada fakta sejarah. Bahwa ada yang mengatakan bahwa sebenarnya Paus XI mungkin dapat berbuat lebih banyak untuk melindungi orang Yahudi/ menghentikan holokaus, itu mungkin masih dapat diperdebatkan (walau tetap tidak dapat memuaskan, karena tak seorangpun dari kita mengetahui secara persis keadaan sulit yang dihadapi Paus pada saat itu), tetapi tuduhan yang mengatakan bahwa Paus Pius XII memihak NAZI, atau tidak mengakui holocaust dan tidak melakukan apa-apa untuk menyelamatkan orang Yahudi, itu adalah tuduhan- tuduhan yang sangat keliru. Bahwa konon Hitler adalah seorang Katolik dan pernah bersekolah di sekolah Katolik, tidak menjadikan Gereja Katolik mendukungnya, karena Hitler jelas melanggar ajaran iman Katolik. Gereja Katolik tidak mungkin mendukung gerakan NAZI yang membunuh jutaan umat Katolik, selain membunuh jutaan umat Yahudi. NAZI merupakan gerakan nasionalisme Jerman yang ekstrem, dan ini tidak ada kaitannya dengan Vatikan ataupun Gereja Katolik.
Demikian tanggapan kami, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
mengapa Hitler bisa begitu tega untuk membunuh sedemikian banyak orang?
[Dari Katolisitas: Merupakan suatu misteri bahwa orang dapat menjadi demikian jahat kepada sesamanya manusia. Hal ini sudah pernah terjadi di sepanjang sejarah, entah dari zaman Raja Firaun, Antiokhus, Kaisar Nero, ataupun banyak pemimpin lainnya yang dengan begitu kejam membunuh rakyat demi mengejar kekuasaan. Namun Tuhan maha adil, dan kelak keadilan-Nya akan dinyatakan. Sebab setiap manusia akan diadili menurut perbuatannya (1 Pet 1:17) sehingga pasti ada konsekuensi dari segala perbuatan manusia.]
Shalom untuk semua,
Kalau punya kesempatan mungkin bisa membaca buku The Shadow of His Wings karangan Father Gereon Goldmann, OFM terbitan Ignatius Press. Sedikit sinopsis aja, Father Gereon saat masih seorang seminarian dipaksa masuk tentara NAZI sama seperti pemuda Jerman lainnya. Beliau mendapat ijin khusus dari Paus Pius XII untuk ditahbiskan sebagai imam oleh Uskup mana pun, di mana saja, dan kapan saja walaupun belum memenuhi syarat pendidikan filsafat teologi yang disyaratkan oleh hukum Kanon. Beberapa kali dia terlibat konfrontasi langsung dengan rekan-rekan, atasan, bahkan anak buahnya yang menghina Gereja. Ada juga keajaiban di mana beliau mendengar suara yang membangunkannya dari tidur dan menyuruhnya untuk menggali lubang perlindungan. Teman – temannya yang diajak untuk menggali menganggapnya gila, hanya satu orang yang ikut menggali. Tak lama kemudian ada serangan udara yang menewaskan seluruh tentara di barak kecuali dia dan temannya. Sebelum kejadian itu dia menulis surat kepada pimpinan NAZI untuk diberikan kebebasan beragama, teman – teman seminariannya tidak ada satupun yang mau ikut tandatangan. Karena surat itu ia dipenjara dan teman – temannya dikirim di garis depan. Karena dipenjara ia selamat dan teman – temannya tewas.
Buku ini sangat menarik karena kita mendapatkan gambaran hubungan antara NAZI dan Gereja dari seorang biasa yang tidak memiliki kekuasaan besar. Kita dapat melihat bahwa saat perang itu hubungan antara Gereja Katolik Jerman dan Gereja Katolik Perancis seperti musuh dalam selimut karena arogansi oknum – oknum tertentu. Tetapi kita juga melihat bahwa Roh Kudus selalu menyertai Gereja.
Menjawab pertanyaan, Vatikan memihak NAZI? Dari kisah Father Gereon kita dapat melihat betapa tidak mungkinnya Vatikan memihak NAZI.
Semoga menambah wawasan kita semua.
Edwin
Dear katolisitas,
Saya baru saja membaca daftar paus kita di http://parokistyoseptbk.blogspot.com/2013/02/info-gereja-para-paus.html. Saya cukup kaget ternyata Paus Pius XII dan Paus Yohanes XXIII belum mendapat gelar “Beato” atau juga “Santo”. Padahal Paus Pius sangat terkenal pemikirannya, dan Paus Yohanes XXIII terkenal sederhana dan rendah hati. Kenapa mereka belum mendapat gelar kudus, sementara Paus Yohanes Paulus II sudah? Apakah karena Paus Pius “terlibat” dalam holocaust? Apa kriteria sehingga seseorang mendapat gelar kudus?
Terima kasih!
[Dari Katolisitas: Silakan membaca kembali artikel di atas, dan semoga Anda dapat melihat bahwa tuduhan bahwa Paus Pius XII terlibat dalam holocaust ataupun dalam gerakan NAZI, adalah tuduhan yang tidak berdasar. Untuk gelar Beato/ yang terberkati sampai dengan Santo, memang ada kriterianya. Silakan membaca kriterianya di artikel ini, silakan klik. Paus Yohanes XXIII telah mendapat gelar Beato (Blessed/ yang terberkati) pada tanggal 3 September 2000.]
Dear Katolisitas,
Saya sudah baca tentang Paus Pius dan Holocaust itu. Saya setuju bahwa tuduhan itu tidak benar. Tapi kenapa Paus Pius XII ini belum juga mendapat gelar kudus. Kriteria apa yang belum dimiliki beliau untuk mendapatkan gelar itu? Maaf, saya selama ini kagum dengan beliau. Selama ini saya pikir beliau sudah mendapat gelar kudus, sampai saya membaca tulisan di blog paroki st. Yosep TBK.
Terima kasih informasi soal Paus Yohanes XXIII.
Salam,
[Dari Katolisitas: Silakan membaca kembali kriteria/ persyaratan agar seseorang dapat memperoleh gelar Beato/a dan Santo/Santa. Kemungkinan persyaratan tersebut belum terpenuhi, atau masih dalam pengujian oleh pihak Kepausan, sehingga gelar itu belum diberikan. Lagipula, kita tetap dapat mengagumi suatu tokoh dalam Gereja, walaupun ia tidak memperoleh gelar Beato/a atau Santo/a, sebab yang terpenting adalah kita tetap dapat meniru teladan hidup mereka, dan kita mempunyai pengharapan untuk kelak dapat bertemu dengan mereka dalam Kerajaan Surga.]
Bu Inggrid dan pak Stef saya boleh menanyakan mengenai buku yang berjudul “The Aryan Jesus” dan “Hitler’s Priest” yang di mana di situ dimuat banyak foto-foto yang menunjukkan hubungan gereja Katolik dan Nazi pada saat itu. Apakah ada klarifikasi yang jelas mengenai buku tersebut agar saya yang awam ini tidak langsung mengambil kesimpulan yang sepihak.
Terima Kasih
[Dari Katolisitas: Nampaknya buku- buku tersebut merupakan buku-buku yang bermaksud menyudutkan Gereja Katolik. Silakan Anda membaca pertanyaan serupa, dan tanggapan kami di sini, silakan klik]
Syalom….
sangat melegakan membaca bahwa Paus kita tidak pernah membantu Nazi. Sehubungan dgn Paus Hitler (The Hitler’s Pope), ada baiknya link di bawah ini dibaca. Ternyata buku itu ditulis dgn inkompentensi akedemik yg luar biasa fatal.
http://www.catholic.com/magazine/articles/yada-yada
ttg kepahlawanan tokoh Gereja Katolik dan anggotanya, dapat dilihat pula di film ‘Karol: A man who become A pope’
Salam damai dalam Tuhan Yesus
Memang Holocoust itu sangat menyedihkan , sehingga Gereja Katolik & kristen pastilah ikut tercoreng , karena sebagian pembuat kejahatan adalah orang 2 Kristen dan Katolik .
Saya pikir Paus Pius XI maupun XII sebagai pimpinan Gereja juga pasti tertekan hebat menyadari peristiwa tsb .
Saya lebih senang mengetahui hal 2 positive yang dilakukan beberapa pejabat Gereja seperti :
1. Uskup Angelo Roncalli ( nantinya akan menjadi Johannes XXIII – Paus Perdamaian ) , beliau dengan gigih membantu umat Yahudi yang keluar dari Jerman menuju timur melalui Turki memakai Kereta Api (dan akhirnya kereta api yang sudah akan dikembalikan ke jerman tsb berhasil meneruskan perjalanannya , sehingga semua umat Yahudi tsb selamat dari maut ).
2. Uskup Karol woytiwa ( Yohanes Paulus II ) , dukungan nya untuk umat Yahudi Polandia dan bagaimana beliau dengan jiwa besarnya meminta maaf bahkan kepada uskup 2 jerman karena tidak bisa membantu mereka menyadarkan kaum Nazi yang sebagian adalah umat Katolik juga.
Dari beberapa film dokumenter yang saya pernah lihat , ada satu yang saya rasakan “luar biasa ” :
CONSPIRACY – bagaimana Jendral Heydrich – si penjagal dari Praha dengan dibantu Adolf Eichman ; melaksanakan suatu meeting tertutup yang sangat efektive bersama pimpinan 2 top jerman guna mensukseskan ” Final solution ” perintah dari setan besar Hitler untuk melenyapkan semua yahudi dari eropa dalam waktu 1 tahun . Meskipun ada beberapa gelintir pemimpin yang mungkin hatinya tergetar mendengarkan hal tsb , tetapi ancaman yang ganas menjadikan mereka tunduk dan akhirnya mendukung kehendak jahat tsb . Inilah tragedi umat manusia terhenat sepanjang sejarah .
Juga dalam film tsb disebutkan ; sebagian pemimpin yang masih mempunyai sedikit hanura ; mempertanyakan kemungkinan Vatikan akan keberatan karena alasan sbb : bagi Yahudi German kawin dengan orang german harus diceraikan karena yang yahudi harus dimusnahkan , tapi yang german boleh tetap hidup . Tetapi semua alasan apapun juga tidak ada gunanya .
Disinilah kita melihat , bagaimana manusia bisa menjadi begitu jahatnya , saya pikir dari ambisi akan kekuasaan , kejayaan dan dari keangkuhan .
Paulus
Sebenarnya masalah hubungan antara vatikan dengan NAZI memang agak merepotkan terutama setelah terbitnya buku paus hitler yang seakan-akan membongkar hubungan rahasia antara vatikan dengan NAZI jerman akan tetapi berdasarkan pada referensi lain yakni sejarah ***** para paus dikatakan bahwa vatikan telah banyak membantu pihak yahudi bahkan universitas gregoriana milik jesuit pun pernah jadi tempat perlindungan bagi kaum yahudi . akibat tindakan yang dilakukan oleh vatikan ini banyak orang yahudi yang menjadi katolik, namun tidak jarang juga merek ayang menjadi katolik hanya sementara alias menghindar dari NAZI. terlebih ada rumor yang mengatakan bahwa musuh vatikan an NAzi itu sama yakni yahudi sehingga gerakan anti semit menjadi semakin luas dan vatikan dianggap turut bertanggung jawab atas pembantaian oranmg yahudi dan ada pula kesan bahwa mereka kaum yahudi dipaksa masuk menjadi pengikut katolik bila tidak ingin ditangkap NAZI dsb. Saya secara pribadi percaya bahwa vatikan memegang teguh ajaran iman sebagimana terdapat dalam kitab suci khususnya kisah tentang orang samaria dari injil lukas., bahkan paus pius ke 12 pernah melakukan exorcisme jarak jauh kepada Hitler. Terkadang sejarah ibarat 2 sisi mata uang tergantung dari sisi mana kita melihatnya………………………………….
Shalom Daniel,
Terima kasih atas komentarnya tentang Vatikan dan Nazi. Memang hal ini menjadi suatu perdebatan. Namun, adalah suatu kenyataan bahwa Paus Pius XII telah menyelamatkan orang-orang Yahudi lebih banyak dibandingkan dengan semua pemimpin pada waktu itu. Menjadi suatu kenyataan juga bahwa ada banyak umat Katolik yang juga dibunuh oleh Nazi. Jadi, sungguh sulit menerima bahwa Paus Pius XII yang telah menyelamatkan begitu banyak orang-orang Yahudi kini dihujat oleh begitu banyak orang karena dianggap beliau kurang aktif bertindak untuk menyelamatkan orang-orang Yahudi.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom,
Syukurlah bahawa Venerable Paus John Paul II akan dibeatifikasikan tidak lama lagi. Namun, saya sedih kerana Venerable Paus Pius XII tidak dapat dibeatifkasi serta dikanonisasi secepat mungkin sehingga 2014 walaupun banyak mukjizat telah terjadi melalui perantaraan doa beliau. Banyak halangan telah diterima oleh Vatikan untuk tidak menjadikan Paus Pius XII sebagai Beato ato Santo. Antara sebab yang menghalang proses tersebut adalah peristiwa Holocaust pada perang dunia kedunia. Ada diantara pihak mendakwa bahawa Paus Pius XII telah tidak melakukan sebanyak mungkin untuk menyelamatkan orang Yahudi. Pada pendapat saya, Paus Pius XII telah melakukan apa yang termampu untuk menyelamat orang Yahudi walaupun beliau tahu bahawa kedudukan Gereja juga akan terancam jika beliau terus bertindak lebih berani. Disamping itu, tidak ada pemimpin lain pun yang sezaman Paus Pius XII yang bersuara lantang untuk mengutuk kekejaman Nazi terhadap orang Yahudi selain beliau. Adakah wujud beberapa perkara lain yang menghalang beliau dibeatikasikan? Bagi saya, beliau adalah pahlawan Tuhan yang benar-benar berkarisma sewaktu perang dunia kedua. Menurut tim Katolisitas.org, adakah wajar untuk Paus Pius XII tidak dibeatikasikan kerana perkara tersebut? Sekian sahaja pertanyaan daripada saya. Semoga kalian terus sukses dan diberkati Kristus untuk terus berkarya dalam penginjilan. Terima kasih.
Shalom Ohsey,
Paus Pius XII telah lebih banyak menyelamatkan orang Yahudi dibandingkan dengan seluruh pemimpin dunia pada waktu itu. Yang banyak dipermasalahkan oleh sebagian orang Yahudi adalah karena Paus Pius XII tidak melakukan penyelamatan orang Yahudi secara terbuka. Namun, Paus Benediktus mengatakan “In light of the real situations of this complex historical moment, he sensed this was the only way to avoid the worst and save the greatest possible number of Jews“. Jadi, kita tunggu dengan sabar dan membawa hal ini di dalam doa, agar Paus suatu saat dapat menandatangani dekrit “heroic virtues” yang dilakukan oleh Paus Pius XII. Semoga.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam Damai Kristus.
Terima kasih Ibu Inggrid, atas penjelasannya, semoga saudara-saudara kita seiman mendapat pencerahan dari penjelasan (yang berdasar) dari Team Katolisitas.
Saat ada banyak hal yang jauh lebih baik kita lakukan, ditengah keadaan dunia yang semakin terpuruk kedalam kesesatan dan dosa semakin meraja dalam segala aspek kehidupan manusia, Yesus mengajak kita untuk menjadi sukarelawan-sukarelawan dalam DOA KERAHIMAN kepada-NYA sebagai pemulihan atas dosa dan kesalahan umat manusia di seluruh dunia.
Mari saudaraku…. kita turut peduli dan ambil bagian dalam DOA-DOA KERAHIMAN (KORONKA) yang Tuhan Yesus minta secara khusus, inilah kesempatan yang ditawarkan KRISTUS kepada kita semua untuk mengambil bagian dalam KARYA PENYELAMATAN KRISTUS sebagai wujud KERASULAN DOA kita, semoga doa-doa yang kita daraskan dari hati yang tidak bersih, dari akal budi yang kotor dan dari mulut yang berdosa ini, menjadi Kudus dan pantas bagi KRISTUS karena telah dimurnkan oleh DARAH dan AIR yang memancar dari HATI KUDUS YESUS, dan semoga doa-doa kita dapat menyatu dengan doa Para Kudus dan Malaikat di Surga karena KERAHIMAN KRISTUS.
Semoga Kerahiman Tuhan selalu tercurah kepada kita semua,
semoga berkat Kerahiman Tuhan kita semakin rendah hati dalam beriman kepada Kristus Tuhan,
dan semoga Damai Kristus selalu menyertai kita semua, sepanjang masa. Amin
Salam Damai Kristus,
Berikut link berita dari salah satu dari yang pak Stef jelaskan:
Menurut majalah Time, edisi 23 Desember 1940, halaman 38, Einstein berkata: http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,765103,00.html.
Salam Damai Kristus
Ibu Inggrid dan Bapak Tay, saya ingin bertanya, sebenarnya apa yang terjadi..??, ketika Gereja Katolik begitu akrab dengan HITLER dan NAZI ???,banyak orang yang mencemooh, menghina, memojokkan Katolik dan ajarannya, dan topik diatas adalah satu bahasan favourite mereka.
Kalau saya perhatikan penghinaan-peghinaan itu kebanyakan karena politik mereka, seperti politik dagang dalam dunia usaha, dimana semua merk produk saling mengklaim barang dagangannya yang lebih bagus dari merk lain.
Tetapi jika saya lebih teliti dan saya renungkan, kasus-kasus seperti ini bisa muncul karena Gereja Katolik memang memiliki kesalahan-kesalahan dalam perjalanannya. Satu kasus besar yang sampai saat ini dijadikan sasaran untuk menjatuhkan Gereja Katolik adalah hubungan atau kedekatan Gereja Katolik dengan Hitler dan Nazi-nya, seakan-akan Paus sebagai inspirator, merestui, mendukung semua perbuatan NAZI yang kejam dan biadab tersebut.
Sebagai orang Katolik, saya prihatin dengan semua ini, saya sangat antusias mempelajari sejarah dari riwayat kehidupan Gereja Katolik dengan segala kejadian yang terjadi didalamnnya. Perjalanan Gereja Katolik ibarat perjalanan hidup manusia yang sering jatuh bangun didalam kehidupannya.
Saya ingin berbagi pengetahuan sehingga pertanyaan ini saya ajukan, tidak ada satu pun dari “serangan” seteru-seteru itu yang menggoyahkan iman saya akan Kristus di dalam Gereja Katolik.
Namun perlu menjadi bahan pemikiran bahwa tidak semua orang Katolik mampu bertahan dengan “serangan” tersebut, karena sedikit sekali orang Katolik yang mencari tahu tentang imannya dan tentang sejarah gerejanya, sehingga ketika mereka menghadapi hal-hal seperti ini, mereka tidak tahu harus berbuat apa.
Saya tidak suka berdebat soal iman, tetapi saya harus tahu dan yakin terhadap iman saya. Yang saya tahu bahwa Gereja Katolik mengajarkan hidup bersatu dengan Kristus di dalam doa, iman dan pengharapan, Gereja Katolik mengajarkan untuk belajar mengenal dan peka terhadap Kristus Yesus yang hadir di dalam diri kita masing-masing, belajar untuk rendah hati dihadapan ALLAH dan bergantung secara total hanya kepada Kristus Yesus.
Pak Tay dan Ibu Inggrid,
Kalau kita teliti, yang dipersoalkan oleh seteru-seteru ini adalah eksistensi Gereja Katolik dengan segala ajaran, tradisi dan struktur organisasinya, suka atau tidak sebagai orang Katolik kita harus menerima semua yang ada dalam kehidupan Gereja Katolik sebagai milik yang harus dipertahankan.
[Dari Katolisitas: link kami edit]
semoga diskusi ini juga bermanfaat bagi saudara-saudaraku yang lain yang seiman, terima kasih.
Semoga Tuhan memberkati kita, sekarang dan sepanjang segala masa. Amin.
Comments are closed.