Pertanyaan:
Salam damai,
Saya ingin bertanya lagi kini berkaitan dengan umat Gereja Katolik dan GMAHK:
1.Saya melihat kehidupan rekan saya dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang begitu “ketat”. Entah ini ketat memang sedemikian, tetapi saya tidak pernah merasakannya sepanjang saya menjadi Katolik.
Misalnya ketika rekan saya ini mendapatkan kuliah di hari Sabtu (Sabat menurut dia), dia seperti menganggap ini adalah cobaan dan meminta pertolongan Tuhan agar ia tidak mungkin saja bisa diijinkan untuk tidak menghadiri kuliah.
Yang menurut saya tidak nyaman, saya bertanya dalam hati mengapa hal ini dianggap cobaan? Saya menganggap hal ini terlalu berlebihan.
Bagaimana Gereja Katolik menyikapi bila hal serupa terjadi, misalkan ada orang yang berhalangan pada akhirnya ia tidak dapat menghadiri misa Minggu. Apakah boleh umat menganggap ini adalah sebuah cobaan?
2. Saya pernah membaca bahan katekisasi GMAHK. Ada hal yang tidak berkenan bagi saya. Karena menurutnya:
“Pada waktu aniaya tidak berhasil menghabisi gereja Kristen, setan berusaha dengan metode serangan yang lain – ia menjadikan gereja populer dimata negara dan membawa upacara-upacara kekafiran kedalam gereja. Sedikit demi sedikit ajaran-ajaran yang salah tersaring masuk kedalam gereja.
Pada tahun 538 uskup Roma menjadi kepala gereja secara keseluruhan diseluruh wilayah
Kekristenan dan kuasa ini berlangsung selama 1260 tahun (sampai tahun 1798 waktu Paus ditangkap). Alkitab tidak ditaruh ditangan para anggota karena para pemimpin gereja Katolik takut para anggota akan tahu kebobrokan dalam gereja (Contoh: Surat pengampunan dosa) dan ajaran-ajaran salah (Contoh: kekekalan jiwa, penyembahan kepada Maria dan orang-orang suci lainnya).
Orang-orang Waldensia atau Vaudois, sekte agama yang hidup di Perancis dan Alpen Italia; didirikan di abad ke 12 oleh Peter Waldo, saudagar kaya dari Dari mereka yang menolak kuasa kepausan, orang- orang Waldensia adalah yang paling terdepan. Kendatipun dianiaya, mereka meloloskan diri ke gunung-gunung dan tetap menyalakan api kebenaran selama seribu tahun lamanya. Merekalah di antara orang-orang Eropa pertama yang mempunyai terjemahan Alkitab. Pasukan Katolik dari Bangsawan Savoy
memburu orang-orang Waldensia”
Bagaimana jawaban dari kita sebagai Gereja Katolik?
Salam,
Andreas
Jawaban:
Shalom Andreas,
1. Halangan sehingga tidak menghadiri Misa Minggu, apakah ini cobaan? Jawabnya secara umum: YA. Karena memang menurut perintah Tuhan sendiri, kita diwajibkan untuk mengkuduskan hari Tuhan (perintah ke-3 dalam 10 perintah Allah (Kel 20:8). Gereja Katolik memang mengajarkan hari Tuhan ini adalah hari Minggu, sehubungan dengan hari kebangkitan Kristus. Selanjutnya tentang diskusi mengenai hari Minggu sebagai hari Tuhan ini, silakan klik di sini.
Memang ada kondisi khusus di mana seorang tidak bisa ke misa karena orang tua/ diri sendiri masuk rumah sakit, atau seluruh daerah termasuk gereja kena banjir besar, atau seseorang kecelakaan di jalan menuju gereja, dst ini adalah hal-hal khusus, yang bukan termasuk sebagai cobaan yang melibatkan kehendak bebas seseorang untuk absen dalam mengikuti misa kudus. Namun ada kondisi-kondisi lain yang melibatkan kealpa-an seseorang, misalnya karena hari Senin ujian, dan anda belum selesai belajar, atau sedang pergi berlibur, dan anda tidak tahu di mana letak gereja Katolik di sekitar tempat itu, dst. Ini adalah “cobaan” yang dibuat sendiri, atau tepatnya kondisi yang sebenarnya tidak perlu terjadi karena dapat dihindari, karena sesungguhnya kondisi bisa diatur sebelumnya. Dan karena hari Minggu memang adalah hari libur, dan misa saja diadakan berkali-kali, bahkan jika tidak bisa di hari Minggu-pun, Gereja Katolik mengizinkan anda mengikutinya pada hari Sabtu malam, maka sesungguhnya tidak ada alasan bagi seseorang Katolik untuk tidak ke gereja untuk menguduskan Hari Tuhan.
2. Pertanyaan mengenai Waldensian:
Memang diperlukan keterbukaan dalam mempelajari sejarah, agar anda memiliki gambaran yang obyektif tentang suatu peristiwa. Saya menyarankan anda membaca link ini, silakan klik, untuk memperoleh gambaran yang lebih obyektif tentang aliran Waldensian ini, yang dipelopori oleh Peter Waldo di abad pertengahan. Pengajaran awal Peter Waldo ini didasari interpretasi yang ekstrim terhadap ayat (Mat 19:21) sehingga ia membagi- bagikan hartanya, dan terutama kepada orang-orang miskin. Pada tahun 1176 ia membuat suatu kaul kemiskinan yang kemudian diikuti oleh banyak orang. Kemudian sebuah confraternity diadakan, dan Waldo mulai mempunyai banyak pengikut, dan mereka berkhotbah di jalan-jalan. Namun sayangnya khotbah ini juga dimasuki oleh ajaran-ajaran yang menyimpang, (yaitu penolakan terhadap Api Penyucian, Indulgensi, dan mendoakan jiwa orang-orang yang sudah meninggal), sehingga dilarang oleh Uskup Lyons dan kemudian Konsili Lateran III (1179). [Jika anda ingin membaca doktrin Gereja Katolik tentang Api Penyucian, silakan klik di sini, Indulgensi, klik di sini, dan mendoakan jiwa orang yang sudah meninggal, klik di sini. Anda akan mengetahui bahwa pengajaran Gereja Katolik selalu didasari oleh Alkitab dan pengajaran Bapa Gereja. demikian juga dengan pengajaran tentang Bunda Maria, silakan anda membaca artikel-artikel dan tanya jawab yang ada di situs ini. Maka tidak benar tuduhan mereka bahwa pokok- pokok ajaran di atas tidak berdasarkan Kitab Suci.
Memang, pada masa abad awal dan pertengahan Kitab Suci belum umum dikenal dalam bahasa vernacular, umumnya masih dalam bahasa Yunani dan Latin. Maksud bahwa Gereja Katolik berhati-hati dalam menerjemahkannya juga sebenarnya didasari atas maksud yang baik, agar tidak terjadi salah interpretasi. Sebenarnya inipun sudah terbukti di dalam aliran Waldensian sendiri. Pengertian kaul kemiskinan sebenarnya tidak asing dalam tradisi Gereja Katolik, contohnya St. Fransiskus Asisi (1181-1226) yang hidup di abad pertengahan juga mempraktekkannya. Namun bedanya, St. Francis memiliki ketaatan dan kerendahan hati untuk menerima pengajaran dari Magisterium Gereja Katolik, sedangkan Peter Waldo tidak demikian.
Agak sulit memang untuk memahami kondisi pada saat itu, karena kita sekarang hidup di jaman yang sangat jauh berbeda keadaannya. Suatu fakta adalah di abad pertengahan hubungan Gereja dengan pemerintah/ negara sangat dekat, sehingga apa yang membuat kekacauan dan mengancam iman orang-orang yang pada saat itu (yang mayoritas beragama Katolik) ditanggapi oleh pemerintah, tidak jarang dengan kekerasan demi ketertiban/ keamanan umum. Ini adalah sesuatu yang tidak terjadi pada saat sekarang. Pada waktu abad pertengahan, hal inilah terjadi, walaupun motivasinya adalah demi menjaga kemurnian iman umat. Silakan membaca lebih lanjut di link yang saya sebutkan tadi, silakan klik tentang Waldensian. Memang jika dilihat dari fakta sejarah, cukup rumit kisahnya. Komunitas Waldesian memang kemudian bergabung dengan gereja Protestan di abad ke 16 di Perancis, Italia, Jerman dan Swiss, maka tak heran jika mereka menentang kepemimpinan Paus. Selanjutnya, terjadi pergolakan dengan para bangsawan Savoy, walaupun akhirnya Charles Albert memberikan kebebasan kepada komunitas Waldensian di abad ke 19. Mohon maaf saya tidak bisa menerjemahkan link di atas dengan detail, karena masih ada banyaknya pertanyaan yang lain yang harus saya jawab.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
Salam damai,
Saya ingin bertanya lagi kini berkaitan dengan umat Gereja Katolik dan GMAHK:
1.Saya melihat kehidupan rekan saya dari Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang begitu “ketat”. Entah ini ketat memang sedemikian, tetapi saya tidak pernah merasakannya sepanjang saya menjadi Katolik.
Misalnya ketika rekan saya ini mendapatkan kuliah di hari Sabtu (Sabat menurut dia), dia seperti menganggap ini adalah cobaan dan meminta pertolongan Tuhan agar ia tidak mungkin saja bisa diijinkan untuk tidak menghadiri kuliah.
Yang menurut saya tidak nyaman, saya bertanya dalam hati mengapa hal ini dianggap cobaan? Saya menganggap hal ini terlalu berlebihan.
Bagaimana Gereja Katolik menyikapi bila hal serupa terjadi, misalkan ada orang yang berhalangan pada akhirnya ia tidak dapat menghadiri misa Minggu. Apakah boleh umat menganggap ini adalah sebuah cobaan?
2. Saya pernah membaca bahan katekisasi GMAHK. Ada hal yang tidak berkenan bagi saya. Karena menurutnya:
“Pada waktu aniaya tidak berhasil menghabisi gereja Kristen, setan berusaha dengan metode serangan yang lain – ia menjadikan gereja populer dimata negara dan membawa upacara-upacara kekafiran kedalam gereja. Sedikit demi sedikit ajaran-ajaran yang salah tersaring masuk kedalam gereja.
Pada tahun 538 uskup Roma menjadi kepala gereja secara keseluruhan diseluruh wilayah
Kekristenan dan kuasa ini berlangsung selama 1260 tahun (sampai tahun 1798 waktu Paus ditangkap). Alkitab tidak ditaruh ditangan para anggota karena para pemimpin gereja Katolik takut para anggota akan tahu kebobrokan dalam gereja (Contoh: Surat pengampunan dosa) dan ajaran-ajaran salah (Contoh: kekekalan jiwa, penyembahan kepada Maria dan orang-orang suci lainnya).
Orang-orang Waldensia atau Vaudois, sekte agama yang hidup di Perancis dan Alpen Italia; didirikan di abad ke 12 oleh Peter Waldo, saudagar kaya dari Dari mereka yang menolak kuasa kepausan, orang- orang Waldensia adalah yang paling terdepan. Kendatipun dianiaya, mereka meloloskan diri ke gunung-gunung dan tetap menyalakan api kebenaran selama seribu tahun lamanya. Merekalah di antara orang-orang Eropa pertama yang mempunyai terjemahan Alkitab. Pasukan Katolik dari Bangsawan Savoy
memburu orang-orang Waldensia”
Bagaimana jawaban dari kita sebagai Gereja Katolik?
Salam,
Andreas
[Dari Admin Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di sini, silakan klik]
Comments are closed.