Pertanyaan:

saya mo tanya lagi nieh. bagaimana sih tips mengajak seseorang untuk menjadi katolik? terima kasih sebelumnya tuhan memberkati
Agust

Jawaban:

Shalom Agust,
Wah, pertanyaan anda cukup unik ya: apa tips untuk mengajak seseorang untuk menjadi Katolik. Ada banyak yang dapat kita lakukan, sebenarnya, namun kita perlu juga mengingat bahwa pada akhirnya, soal mengubah hati adalah pekerjaan Tuhan.
Namun tetap ada, bagian yang dapat kita lakukan dalam hal ini, misalnya:
1) Jadilah teman yang baik bagi orang itu. Semoga dengan kesaksian hidup anda yang tulus mengasihi, maka orang itu akan dapat tertarik pada apa yang menjadi iman anda, dan kepada Siapa anda beriman.
2) Jangan ragu untuk membagikan kisah pertobatan anda; dan bagaimana anda mengalami kasih Allah dalam hidup anda. Silakan anda berdoa terlebih dahulu, sebelum anda membagikan kisah pengalaman rohani ini, supaya Tuhan membantu anda dalam membagikan kesaksian ini, dan agar hati teman anda itu dapat terbuka menerimanya.
3) Dengarkanlah tanggapan dari teman anda. Jika ia tertarik mendengarkan lebih lanjut, anda dapat terus membagikan pengalaman anda, jika tidak, jangan memaksa. Setidaknya anda telah menanamkan ‘benih’ iman itu dalam hatinya. Semoga suatu saat nanti ia dapat mengingatnya, atau bahkan pada saat yang lain ia dapat tergerak untuk kembali mencari tahu akan apa yang anda sampaikan.
4) Jika pas kesempatannya, silakan mengajak teman  anda itu ke gereja, untuk mengikuti Misa Kudus, atau kegiatan komunitas di gereja. Alangkah baiknya jika anda mengetahui minat dari teman anda itu, misalnya jika senang menyanyi, ajaklah ia mengikuti koor atau ke persekutuan doa; jika ia berminat doa hening, carilah komunitas doa meditasi, dst. Atau dapat juga anda ajak ke komunitas teman-teman gereja, misalnya teman se-lingkungan atau teman-teman mudika, atau keluarga muda, dst, kelompok yang mungkin dapat menjadi ‘keluarga’ bagi teman anda itu.
5) Jika ia senang membaca atau mencari tahu akan kebenaran sehubungan dengan iman, silakan memberikan informasi atas buku-buku rohani yang cukup baik untuk dibaca, atau informasi situs- situs Katolik yang baik.
6) Berdoalah bagi pertobatan orang itu, terutama pada saat anda mengikuti Misa Kudus. Persatukanlah intensi doa anda dengan kurban Kristus, dan serahkanlah segala sesuatunya ke dalam tangan Dia. Jika itu sudah menjadi kehendak Kristus, maka percayalah, Tuhan Yesus akan turut berkarya dalam membawa teman anda itu ke dalam pangkuan Gereja Katolik. Anda dapat membawa permohonan anda ini dalam doa-doa devosi anda, misalnya dalam doa rosario, doa kerahiman Ilahi atau novena kepada Hati Kudus Yesus, dst. Atau bahkan menyertai doa-doa anda dengan berpuasa. Tentang pantang dan puasa pernah ditulis dalam artikel: Mengapa kita berpantang dan berpuasa? dan juga dalam jawaban ini (silakan klik).
7) Jika anda melihat, bahwa terdapat kerinduan yang tulus pada teman anda itu untuk mengenal lebih dalam tentang agama Katolik, silakan mengajak teman anda itu mengikuti proses katekumen. Jika anda bisa, dampingilah teman anda itu dalam proses katekumen, dan jawablah jika ia memiliki pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan iman. Jika anda kurang yakin bagaimana menjawabnya, silakan bertanya kepada pastor, atau kepada pengajar katekumen (atau juga kepada kami di katolisitas, kami akan berusaha menjawabnya). Selanjutnya, biarlah Roh Kudus bekerja dalam hatinya, dan semoga Allah memberikan kemantapan hati kepadanya untuk menjadi Katolik.

Di atas semua itu, kita harus percaya bahwa Tuhanlah yang paling mengetahui kedalaman hati seseorang dan segala yang terbaik bagi jiwa orang itu. Jika sampai orang tersebut menjadi Katolik, itu semua karena rahmat Tuhan, dan bukan semata karena usaha anda. Namun bersyukurlah anda, karena dalam mewujudkan rencana-Nya, Tuhan melibatkan anda untuk sedikit mengambil bagian dalam karya penyelamatan Tuhan ini.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga berguna. Selamat berjuang untuk menjadi saksi Kristus.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- https://katolisitas.org

22 COMMENTS

  1. Shallom Bu Inggrid, saya maw bertanya.. saya sedang menjalin hubungan dengan pria yang tidak beragama (Atheis).. saya sudah mengajak dia ke acara kebangunan rohani katolik (KRK), dia menyukainya. saya juga ajak dia ke gereja untuk ikut sakramen ekaristi, dia merasa biasa saja. tidak ada kerinduan untuk mengenal Yesus Kristus lebih dalam lagi. apakah yang saya harus lakukan agar dia bisa mempunyai kerinduan untuk mengenal Tuhan Yesus lebih dalam lagi? sementara kami menjalin hubungan yang serius dan kami telah memikirkan untuk ke tahap selanjutnya (menikah)..

    • Shalom Natalia,

      Memang kita tidak dapat memaksakan agama kita kepada orang lain. Namun, di satu sisi, pernikahan yang berbeda agama memang sungguh sulit untuk dapat berjalan dengan baik dan terutama akan terjadi kebingungan dalam mendidik iman anak-anak yang dipercayakan Tuhan kepada pasangan tersebut. Jadi, di samping mendoakan pasangan Anda, Anda dapat terus mengajak dia untuk turut dalam Ekaristi. Kalau dia memang tertarik pada acara seperti KRK, mungkin Anda dapat mengajak pasangan Anda ke kelompok doa di paroki Anda. Cobalah mengajaknya untuk masuk dalam komunitas, sehingga dia juga dapat merasakan persahabatan dengan teman-teman di dalam kelompok kategorial maupun teritorial. Dalam beberapa kesempatan, ada baiknya Anda dan pasangan juga harus berdiskusi tentang iman secara serius. Lebih baik terjadi diskusi yang melelahkan sekarang daripada terjadi belakangan setelah menjadi pasangan suami istri. Silakan menggunakan artikel-artikel dari katolisitas, jika dipandang dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  2. Shalom
    Saya ingin bertanya dan semoga bisa membantu saya,

    Banyak orang yang sudah mulai kembali ke Gereja Katolik. Namun pertanyaan saya, mengapa Tuhan tidak bekerja lebih besar lagi dan lebih cepat lagi supaya semua umat manusia dapat kembali ke Gereja yang didirikan-Nya? Mereka yang berada dalam gereja protestan, saya lihat mereka sangat2 taat, memuliakan Allah, saya merasa melihat mereka saya harus lebih bisa rajin berdoa dan beribadah. demikian halnya dengan yang beragama lain. mereka banyak yang taat berdoa dan memuliakan Allah. Mengapa Tuhan tidak bertindak lebih cepat agar mereka dapat pulang kembali ke Gereja Katolik? mengapa di katekismus gereja katolik hanya ada hubungan gereja katolik dengan gereja non katolik dan dengan muslim? agama lain tidak? seperti hindu, budha, dll?
    Terima kasih dan Tuhan memberkati!

    • 1. Anda bertanya, “mengapa Tuhan tidak bekerja lebih besar lagi dan lebih cepat lagi supaya semua umat manusia dapat kembali ke Gereja yang didirikan-Nya?”

      Terus terang, saya tidak dapat menjawab pertanyaan ini. Namun saya percaya Tuhan mempunyai kebijaksanaan dan cara-Nya yang tersendiri, untuk menuntun mereka yang tulus mencari-Nya dan bekerjasama dengan rahmat-Nya kepada keselamatan.

      2. “Mengapa di katekismus gereja katolik hanya ada hubungan gereja katolik dengan gereja non katolik dan dengan muslim? agama lain tidak? seperti hindu, budha, dll?”

      Dalam surat ensikliknya Mystici Corporis, Paus Pius XII menuliskan tentang gambaran hubungan kita semua sebagai umat manusia bagaikan lingkaran yang berlapis- lapis menuju ke pusatnya. Pada pusatnya adalah Gereja Katolik, dan lapisan lingkaran yang terdekat dengannya adalah saudara/i kita yang sama- sama mengimani Kristus. Maka memang dalam Katekismus (KGK), inilah yang pertama- tama kita sebut sebagai sesama saudara dalam Kristus, walaupun mereka tidak sepenuhnya bersatu sempurna dengan kita dalam Gereja Katolik. Lapisan lingkaran selanjutnya dari para umat beragama, adalah dengan umat yang menyembah kepada satu Allah, dan ini adalah umat Yahudi dan Islam. Maka ini jugalah yang dituliskan dalam KGK 839-840 (hubungan Gereja Katolik dengan umat Yahudi) dan KGK 841 (hubungan Gereja Katolik dengan umat Islam).

      Selanjutnya, lapisan berikutnya adalah hubungan dengan umat beragama lainnya (KGK 842- 844). Memang tidak disebutkan di sini secara spesifik agama apa saja, namun secara umum tergabung di sini semua umat beragama lainnya. Tentang semua agama non- Kristen ini, Gereja menganggapnya sebagai persiapan bagi Injil.

      KGK 843 Gereja mengakui bahwa agama-agama lain pun mencari Allah, walaupun baru “dalam bayang-bayang dan gambaran”. Ia memang belum dikenal oleh mereka, namun toh sudah dekat, karena Ia memberi kepada semua orang kehidupan, napas, dan segala sesuatu, dan Ia menghendaki agar semua manusia diselamatkan. Dengan demikian Gereja memandang segala sesuatu yang baik dan benar yang terdapat pada mereka sebagai “persiapan Injil dan sebagai karunia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan.” (Lumen Gentium 16, Bdk. Nostra Aetate 2; Evangelii Nuntiandi 53).

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  3. Hmmm….
    memang tidak mudah untuk mengajak orang berlainan kepercayaan untuk mengikuti iman kita. Semua membutuhkan waktu yang panjang dan usaha yang keras. Namun yang paling penting di sini adalah kita tetap menggunakan kasih. Usahakan seminimal mungkin , dan akan lebih baik tidak sampai menjelek-jelekkan agama yang msh dia anut. namun yang perlu kita berikan adalah kekayaan yang ada di dalam diri kita dan kekayaan yang ada di tubuh gereja katolik sendiri.
    Kekayaan yang ada di dalam diri kita adalah kekudusan, ketaatan, kesetiaan, kasih, dan masih banyak lagi yang bisa menjadi kekayaan yang ada di dalam diri kita. Sebelum kita merubah diri orang lain, sebaiknya kita merubah diri kita terlebih dahulu. Jangan sampai apa yang menjadi “cacat” yang ada di dalam dri kita menjadi batu sandungan dan membawa kita ke dalam kemunafikan, yang malah bisa membuat orang yang akan kita “bawa” mejadi jauh dari Tuhan.
    Klo ngomong soal kekayaan yang ada di dalam gereja katolik…memang ada banyak sekali.
    Yang pasti apa yang ada di dalam tubuh gereja katolik, belum tentu ada di dalam tubuh gereja lain di luar gereja katolik.
    Itu bisa menjadi sebuah kekayaan yang luar biasa bila kita menjumpai orang yang imannya goyah akan iman pada Kristus yang terbagi menjadi banyak gereja.
    misal…gereja Pantekostal….di dalam tubuh gereja katolik, kita punya Komunitas Tritunggal Mahakudus dan PD Kharismatik Katolik.
    Gereja Evangelisasi…kita punya kursus2 evanjelisasi yang tiap tahun dibuka.

    Dan yang pasti….
    Misa Ekaristi yang paling dibanggakan..
    karena dengan misa, semua orang dengan pemikiran tantang kekatolikan bisa menjadi 1…..
    dalam tubuh Kristus.

    trima kasih..

    Zepe
    kalau ingin tahu lebih banyak tentang iman katolik ada di:
    http://www.kidungkasihkristiani.blogspot.com

  4. Saya seorang katolik. sejak dari dulu saya jatuh bangun dalam hal iman karena dosa. Saya tidak begitu tahu jelas karena baru saat2 inilah iman katolik saya mulai diuji dan diteguhkan sampai akhirnya saya menemukan situs ini. Dosa manusia sebagai pria wanita, harta, dan kekuasaan. Saya sejak remaja sampai sekarang(24 tahun), merasa terikat oleh keinginan daging, yaitu nafsu akan pikiran2 kotor, sehingga saya sering jatuh dan melakukan masturbasi. Sering jatuh bangun, jika saya sedang taat, saya bersih dari perbuatan itu, namun jika sedang banyak masalah, pasti saya terjatuh lagi. Namun saya tahu itu adalah dosa. Puji Tuhan saya sekarang bisa benar2 bebas dari belenggu itu, Dan ketika saya sedang mulai kembali taat dalam iman Katolik saya, iman katolik saya diuji kembali. saya bertemu dengan seorang wanita, dan dia memeluk kristen protestan, dan kami saling sayang satu sama lain. Kami berdua saling tahu akan perasaan itu. Dari awal saya mulai menyukai dia pun saya sudah tau akan sulit jika saya ingin membina suatu hubungan dengan dia, karena dia kristen yang taat, dan dia rajin sekali ibadahnya, rajin membaca kitab suci juga. Orangnya ramah, sopan, dan sangat baik. saya tidak menemukan satu alasan pun untuk tidak menyayangi dia. DAn saya tidak menemukan satu alasan pun untuk mengajak dia pindah ikut saya ke gereja katolik. dan dia memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan kami karena perbedaan iman dan prinsip. Saya tidak masalah jika berbeda, bagi saya kita sama2 percaya kepada Tuhan Yesus. tapi bagi dia tidak bisa. dia sampai menyebutkan bahwa di alkitab pun tertulis carilah pasangan hidup yang seiman. akhirnya saya sempat bergumul dan terpikir untuk meninggalkan gereja katolik dan pindah ke gereja kristen. karena saya yakin dialah orang yang tepat untuk saya. saya yakin jika saya pindah pun dia akan bisa membimbing saya karena dia kristen yang sangat taat. cuma saya memiliki ketakutan akan jemaat2 kristen yang sering menjelek2an agama katolik dan cara2 ibadah agama katolik. dan saya sempat berpikir saya tidak peduli dengan semua itu asalkan ada dia di sisi saya, tapi dia tetap tidak mau. dia menjelaskan kepada saya mengenai aturan perpuluhan.. dan bagi saya, saya akan toleransi dengan aturan2 itu. dan saya mengambil keputusan untuk toleransi ke dia. saya bersedia menemani dia ke gereja dia, dia tidak menemenani saya ke gereja katolik pun saya tidak masalah. namun dia tetap bersedia melanjutkan. saya tidak memaksa dia dan akhirnya kita putuskan untuk tidak melanjutkan hubungan kita. saya sadar dan saya bersyukur, saya mengambil keputusan untuk tidak pindah. Teman saya berperan besar dalam hal ini, saya sempat membaca di kompas senin, 23 November 2009 di mana di situ dibahas mengenai Tuhan Orang Kristen yang selalu benar, arogan, dan serius. dan Tuhan mereka adalah gambaran manusianya sendiri yang menciptakan Image Tuhan yg seperti itu. dan ketakutan2 saya terjawab mengenai umat kristen yg seperti itu. dan satu lagi, teman saya menyuruh saya untuk membaca buku, ROME SWEET HOME… dan saya bersyukur saya mendapat jawaban melalui buku itu.. Puji Tuhan saya tidak meninggalkan gereja katolik. Dan skrg saya sadar saya tidak akan meninggalkan gereja Katolik sekarang, besok, dan selamanya. Saya sempat berpikir, saya ingin mencoba mengajak dia untuk kembali ke gereja katolik setelah saya sadar akan hal ini dan setelah saya menemukan buku itu, menemukan situs ini. Namun apakah itu mungkin? saya tidak bisa berbuat begitu banyak karena pengetahuan katolik saya pun masi kecil… NAmun saya percaya jika memank rencana Tuhan seperti itu adanya.. biar Tangan Tuhan yang bekerja untuk orang yang saya sayangi itu agar dia bisa kembali ke gereja Katolik. Mohon tanggapannya…
    Salam dan Tuhan memberkati!

    Roma adalah rumahku.. dan akan selalu menjadi rumahku selamanya…

    • Shalom Hendri,
      Terima kasih atas sharing pengalaman hidup anda. Saya percaya keteguhan anda untuk menempatkan Kebenaran di atas perasaan anda merupakan suatu bukti bahwa anda mengasihi Tuhan lebih dari segalanya, dan Tuhan sungguh berkenan atas keputusan anda. Saya percaya, Tuhan akan terus berkarya di dalam hidup anda, sepanjang anda terus bekerja sama dengan rahmat Tuhan, dalam usaha anda untuk semakin mengenal dan mengasihi Allah. Memang kita semua dipanggil untuk mengenal, mengasihi dan melayani Allah, supaya kita bisa hidup berbahagia bersamanya di dunia ini dan juga di dalam kehidupan di surga kelak.
      Adalah suatu awal yang baik jika anda merasa kecil di hadapan Allah, karena sikap kerendahan hati yang sedemikian dapat membantu anda bertumbuh secara rohani. Maka saya mengajak anda untuk terus hidup di dalam pertumbuhan iman, dengan semakin mengenal iman anda, dan semakin bertumbuh di dalam kehidupan doa, membaca dan merenungkan sabda Tuhan setiap hari dan menerima sakramen-sakramen, terutama sakramen Ekaristi dan sakramen Tobat. Dengan demikian, rahmat Tuhan akan membantu anda untuk hidup kudus, bukan dari kekuatan anda semata-mata. Dengan kekuatan yang dari Tuhan, semoga anda diubah menjadi seseorang yang semakin dapat mengasihi dengan tulus, baik kepada Tuhan maupun orang-orang di sekitar anda.
      Mengenai soal jodoh, silakan anda bawa juga ke hadapan Tuhan setiap hari. Saya percaya adalah sesuatu yang baik bahwa anda memutuskan untuk mendapatkan jodoh yang seiman. Maka bawalah permohonan anda ini kepada Tuhan, disertai dengan ucapan syukur, seperti yang dikatakan diajarkan oleh rasul Paulus dalam Flp 4:6:
      “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”

      Jika memang teman anda itu yang menjadi jodoh anda, maka Tuhan akan membuka jalannya bagi anda, namun jika tidak, janganlah berputus asa. Sebab bisa saja Tuhan sudah mempersiapkan seseorang yang lain yang lebih cocok dengan anda, yang mempunyai kesamaan dengan anda dalam hal iman dan kerinduan untuk mengenal dan mengasihi Tuhan di dalam Gereja Katolik. Dalam hal ini, diperlukan keterbukaan hati untuk menerima rencana Tuhan, sebab Tuhan mengetahui yang terbaik bagi anda. Prinsipnya, kita dapat memohon kepada Tuhan, kita dapat berusaha juga memperkenalkan iman kita kepada orang lain, namun pada akhirnya kita harus menyerahkan segalanya ke dalam tangan Tuhan.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

      • Terima kasih bu Inggrid atas jawabannya. ada yang ingin saya tanyakan lagi. Apakah salah mereka yang Kristen? mereka memisahkan diri dari gereja Katolik karena Martin Luther yang mengajarkan pada saat itu.
        Namun, umat Kristen jg sama2 memuliakan Allah, memuji Tuhan. Mereka rajin beribadah dan rajin membaca kitab suci. Maksud pertanyaan saya di sini, apakah semua Umat Tuhan dan murid2 Yesus, sudah sepantasnya kembali ke pangkuan Gereja Katolik?
        Dan kedua, saya menyayangkan bahwa di gereja Katolik dalam misa kita tidak membawa kitab suci, melainkan sudah tertulis semuanya di lembaran misa, apakah itu tidak bisa diubah? jadi kita bisa membawa kitab suci kembali? saya dengar di gereja teman saya di tangerang sudah seperti itu. tapi setahu saya semuanya masi menggunakan lembaran misa.
        Dan ketiga, berat bagi saya untuk cobaan ini, tapi saya percaya Tuhan akan memberi yang terbaik untuk saya, dan mengenai pertanyaan saya tentang apakah jika permohonan saya untuk orang yang saya sayangi itu bisa kembali ke pangkuan gereja katolik, itu berhubungan dengan pertanyaan saya yang pertama.
        Terima kasih dan Tuhan memberkati!

        • Shalom Hendri,

          1. Sehubungan dengan pertanyaan anda: salahkah seseorang jika ia menjadi Kristen Protestan?, mungkin anda dapat membaca di artikel yang pernah ditulis di sini, silakan klik, anda akan memperoleh jawabannya. Kita sebagai umat Katolik tidak dapat menyalahkan mereka yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam iman akan Kristus sebagai jemaat Protestan. Ini dengan jelas dikatakan di dalam Konsili Vatikan II, Unitatis Redintegratio 3, yang mengatakan:

          Dalam satu dan satu-satunya Gereja Allah itu sejak awalmula telah timbul berbagai perpecahan[15]], yang oleh Rasul dikecam dengan tajam sebagai hal yang layak di hukum[16]]. Dalam abad-abad sesudahnya timbullah pertentangan-pertentangan yang lebih luas lingkupnya, dan jemaat-jemaat yang cukup besar terpisahkan dari persekutuan sepenuhnya dengan Gereja katolik, kadang-kadang bukan karena kesalahan kedua belah pihak. Tetapi mereka, yang sekarang lahir dan di besarkan dalam iman akan Kristus di jemaat-jemaat itu, tidak dapat dipersalahkan dan dianggap berdosa karena memisahkan diri. Gereja katolik merangkul mereka dengan sikap bersaudara penuh hormat dan cinta kasih. Sebab mereka itu, yang beriman akan Kristus dan dibabtis secara sah, berada dalam suatu persekutuan dengan Gereja katolik, baik perihal ajaran dan ada kalanya juga dalam tata-tertib, maupun mengenai tata-susunan Gereja, persekutuan gerejawi yang sepenuhnya terhalang oleh cukup banyak hambatan, diantaranya ada yang memang agak berat. Gerakan ekumenis bertujuan mengatasi hambatan-hambatan itu. Sungguhpun begitu, karena mereka dalam Baptis dibenarkan berdasarkan iman, mereka disaturagakan dalam Kristus[17]]. Oleh karena itu mereka memang dengan tepat menyandang nama kristen, dan tepat pula oleh putera-puteri Gereja katolik diakui selaku saudara-saudari dalam Tuhan[18]].

          Maka kesimpulannya, terhadap saudara/i seiman dalam Kristus namun beda Gereja ini, kita sebagai umat Katolik harus merangkul dengan penuh kasih. Kita mengusahakan dialog dengan mereka, tanpa mengaburkan kebenaran. Mereka yang dibesarkan sebagai jemaat Protestan, mungkin tidak pernah mendapat pengajaran Gereja Katolik dengan benar, sehingga pandangan mereka tentang Gereja Katolik sesungguhnya agak distortif. Untuk inilah kita dipanggil, yaitu untuk menjelaskan ajaran iman kita, baik kepada mereka yang tidak pernah mendengar ajaran iman Katolik, mereka yang salah paham dengan ajaran Katolik dan mereka yang sebelumnya Katolik namun karena satu dan lain hal telah meninggalkan iman Katoliknya. Di atas semua itu, aturan yang paling utama adalah: penjelasan harus disampaikan dengan kasih. Selanjutnya, terpulang kepada orang yang menerima penjelasan itu, untuk menyikapinya.

          Semakin kita mengasihi Kristus, maka kita akan menjadi semakin terdorong untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Kristus. Dan atas dasar itulah saya ingin menjawab pertanyaan anda, apakah semua umat Tuhan harus kembali ke pangkuan Gereja Katolik. Jika kita membaca Injil Yohanes bab 17, yaitu di doa-Nya yang terakhir kepada Allah Bapa, sebelum sengsara-Nya, Yesus dengan jelas menyatakan kerinduan-Nya agar semua pengikut-Nya bersatu (Yoh 17:20-21). Dan jika Kristus telah mendirikan Gereja-Nya di atas Petrus (Mat 16:18), maka tentulah Yesus menginginkan bahwa semua pengikut-Nya dapat bersatu di dalam Gereja yang didirikan-Nya, yaitu Gereja Katolik.

          Memang kita harus mengakui ada banyak hal baik yang dilakukan oleh umat gereja-gereja Kristen, yang bahkan kitapun harus belajar dari mereka, misalnya semangat mereka bersaksi dan membaca firman Tuhan, keramah tamahan mereka dalam menyapa umat, terutama yang baru datang, dst. Namun itu tidak mengubah kenyataan, bahwa Kristus telah menyediakan kepenuhan rahmat dan kebenaran di Gereja Katolik yang didirikan-Nya. Kita sebagai umat Katolik harus berjuang untuk menghayati iman kita, dan bukannya karena tidak cukup memahaminya lalu meninggalkannya.

          Prinsipnya adalah Gereja dan ajaran- ajaranNya adalah sesuatu yang diberi oleh Tuhan, bukan sesuatu yang bisa kita bentuk/ pilih sendiri sesuai dengan keinginan kita. Jadi sebenarnya dalam hal iman, Kristuslah pusatnya, dan kita yang berusaha memahaminya, dan bukannya sesuatu yang kita pilih berdasarkan ‘selera’ kita (apa yang kira rasa cocok). Sebab jika demikian, kita yang menjadi pusatnya dan bukan Tuhan Yesus. Namun kalau kita sudah berusaha memahami keinginan Kristus, sedikit demi sedikit Ia-pun memampukan kita untuk merasa ‘cocok’, sebab Tuhan dapat membentuk kita untuk menerima kepenuhan pengajaran yang berasal dari-Nya di dalam Gereja Katolik.

          2. Mengenai membawa Alkitab ke Misa di gereja Katolik. Ya itu adalah usul yang baik. Tetapi sebenarnya, kita sebagai umat Katolik dapat tetap menghayati Misa Kudus, atau bahkan lebih menghayatinya, jika kita sudah membaca dan merenungkan bacaan Misa Kudus di hari Minggu (atau hari biasa) itu dari rumah. Artinya sebelum kita ke gereja, dalam doa pagi, misalnya, kita sudah terlebih dahulu membaca dan merenungkan bacaan yang akan kita baca di Misa Kudus. Jika ini sudah kita lakukan, maka tidak terlalu masalah, apakah kita membawa Alkitab ke Misa atau hanya menggunakan lembaran Misa. Silakan anda klik di Kalender Liturgi, silakan klik, dan anda dapat mengetahui bacaan Misa Kudus setiap harinya; dan persiapkanlah diri anda sebelum Misa Kudus, dengan membaca dan merenungkan bacaan Misa Kudus hari itu sebelum anda mengikuti Misa Kudus. Silakan anda membaca artikel ini: Bagaimana mempersiapkan diri untuk menerima Ekaristi, silakan klik. Dengan demikian kita dapat lebih menghayati dan meresapkan Sabda Tuhan yang disampaikan dalam Misa Kudus itu.

          Maka untuk menghayati Ekaristi dengan lebih baik, tidak hanya tergantung dari membawa Alkitab ke gereja dalam Misa (walaupun jika ini dilakukan juga sangat baik), tetapi juga dengan persiapan hati sebelumnya, dan di sepanjang Misa menyatukan hati dengan keseluruhan rangkaian ibadah tersebut. Sehingga bisa dikatakan bukan hanya kita ‘menonton’ pastornya, tetapi kita mengambil bagian di dalamnya. Dengan mengikuti Misa Kudus dengan sikap hati yang baik, maka kita kita mengambil bagian dalam misi Kristus dengan menjalankan peran imamat bersama yang kita terima pada saat Pembaptisan.

          3. Maka apakah permohonan anda dapat dikabulkan Tuhan, yaitu agar pasangan anda dapat bergabung (kembali) dengan Gereja Katolik, itu sungguh hanya tergantung dari kebijaksanaan Tuhan. Tentu kita dapat berharap dan memohon, namun keputusan akhir ada di tangan orang yang anda sayangi itu. Namun anda dapat terus berusaha untuk memperkenalkan tentang iman Katolik kepadanya.

          Untuk menghadapi saat-saat yang sulit ini, jika saya boleh menyarankan, silakan anda berdoa rosario setiap hari, atau berdoa novena Hati Kudus Yesus di samping doa-doa spontan/ doa lainnya. Serahkan pergumulan anda ini ke tangan Tuhan, dan mohonlah agar Bunda Maria mendoakan anda. Saya dan Stef pernah secara luar biasa ditolong oleh Bunda Maria melalui doa rosario, dan saya percaya hal itu dapat pula terjadi pada anda. Jika memungkinkan, ikutilah Misa Kudus harian, dan persembahkan dan serahkanlah segala harapan maupun kesedihan anda ke hadapan Tuhan Yesus. Saya percaya, anda akan memperoleh kekuatan yang berasal dari Tuhan, dan pada saat yang Tuhan sudah tentukan, Ia akan menjawab doa anda, sesuai dengan kehendak-Nya.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

          • Prinsipnya adalah Gereja dan ajaran- ajaranNya adalah sesuatu yang diberi oleh Tuhan, bukan sesuatu yang bisa kita bentuk/ pilih sendiri sesuai dengan keinginan kita. Jadi sebenarnya dalam hal iman, Kristuslah pusatnya, dan kita yang berusaha memahaminya, dan bukannya sesuatu yang kita pilih berdasarkan ’selera’ kita (apa yang kira rasa cocok). Sebab jika demikian, kita yang menjadi pusatnya dan bukan Tuhan Yesus. Namun kalau kita sudah berusaha memahami keinginan Kristus, sedikit demi sedikit Ia-pun memampukan kita untuk merasa ‘cocok’, sebab Tuhan dapat membentuk kita untuk menerima kepenuhan pengajaran yang berasal dari-Nya di dalam Gereja Katolik.

            Saya sangat bersyukur dan setuju atas jawaban Bu Inggrid di atas…Dia pun dengan anggota keluarganya tidak ada yang sama gerejanya. Dia blg di gereja itu tidak bertumbuh, dan di gereja ini lah baru aku bisa bertumbuh. itu suatu hal yang aneh buat saya.

            Dan saya semakin memahami betapa berharganya warisan gereja katolik dan iman katolik yang kita miliki. Dari mulut orang yang saya sayangi, akhirnya terlontar, “orang katolik kan nyembah patung”
            Langsung saya jawab sebagai pertanggungjawaban saya sebagai orang katolik beserta ayat2 yang mendukung. tapi tetap tidak ada pengaruhnya sm sekali. dan mengenai Bunda Maria juga, dia tidak bisa membalas jawaban saya. tapi dia tetap kekeh dengan iman Protestan dia. Saya sudah bertekad akan mendoakan dia. dan saya sedang berdoa rosario untuk dia, dan doa saya ini saya sudah tidak libatkan perasaan saya lagi, karena saya terpanggil untuk mendoakan dia supaya dia bisa kembali ke pangkuan gereja katolik.
            Terima kasih bu Inggrid atas jawabannya dan Tuhan memberkati selalu!

  5. saya butuh saran..
    gmn cara yg baik ksh pengertian ke orang tua..
    kl saya niat belajar katolik?

    mohon bantuannya…

    • Shalom Irma,
      Pertama-tama sebelum membicarakan keinginan Irma untuk menjadi Katolik, sebaiknya anda berdoa dulu. Berdoalah dengan sungguh, dan jika perlu berpuasalah. Mohonlah kepada Tuhan agar Tuhan sendiri yang memberikan perkataan di dalam mulut Irma, pada saat nanti anda membicarakan keinginan Irma dengan orang tua anda. Jangn kita lupa bahwa soal mengubah hati adalah urusan/ perbuatan Tuhan; dan kita berdoa agar Tuhan berkenan melembutkan hati mereka, dan dapat menerima kerinduan anda untuk menemukan Sang jalan kebenaran dan hidup yaitu Yesus Kristus di dalam Gereja Katolik. Mohonlah juga kepada saudara/ teman anda yang Katolik untuk turut mendoakan anda dan orang tua anda.
      Renungkanlah dalam hati anda alasan yang terutama, mengapa anda mau menjadi Katolik dan saya sarankan anda menemui pastor di paroki. Katakanlah maksud anda ini, dan dengarkanlah nasihat beliau. Mohonkan berkat dari pastor paroki, dan juga doa dari beliau.
      Jika anda sudah siap, carilah waktu yang baik untuk membicarakannya dengan orang tua. Sebisa mungkin jangan dalam keadaan terburu-buru, dan pada saat suasana hati mereka juga sedang baik dan tidak dalam keadaan lelah/ capai.
      Apapun yang terjadi, serahkanlah kepada Tuhan segalanya, dan tetaplah mengasihi orang tua anda. Kita percaya Tuhan akan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya. Segala usaha yang kelihatannya sangat sulit di waktu kita hidup di dunia ini, semoga membentuk diri kita untuk tetap beriman dan bertumbuh di dalam iman kita kepada Kristus.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati, http://www.katolisitas.org

  6. [quote] Maka, makna pertobatan bagi kita adalah kembalinya seseorang ke dalam kepenuhan rencana Allah ini [unquote]

    terima kasih – membaca koreksi anda ini membuat saya menyimpulkan
    tidak hanya bahwa kristianitias itu paling benar [anda menulis [quote] Nah, pertanyaannya adalah Allah yang mana? [unquote] ] tetapi lebih-lebih diantara kristianitas gereja Katolik saja yang paling benar [ seperti disarankan oleh [quote] amun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan [unquote] ]

    persahabatan dengan sesama yang non katolik adalah persahabatan yang sendu – karena kita meyakini bahwa sahabat kita tidak “penuh” dan sedang menatap pada Allah yang salah – how sad

    terima kasih dan salam

    • Shalom Skywalker,

      Pada saat saya membaca komentar anda, saya terus terang terhenyak. Sebab saya tidak bermaksud dan berpikir demikian. Dan saya pikir Gereja Katolik-pun tidak menginginkan kita seolah ‘merendahkan’ agama lain. Sebab inti dari ajaran Kristiani adalah kasih, yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama demi kasih kita kepada Allah. Dengan prinsip ini memang sesungguhnya tersirat adanya pemahaman yang benar tentang Allah. Iman Kristiani mempercayai Allah yang ber-pribadi, yang mengasihi kita ciptaan-Nya dengan tiada batasnya melalui Kristus Putera-Nya, dan karena itu Ia layak kita kasihi dengan segenap kekuatan kita.

      Namun, kita melihat, karena satu dan lain hal, ada banyak orang yang belum sampai kepada pengertian ini. Namun jangan lupa bahwa dalam agama mereka juga ada banyak hal yang baik, yang sesungguhnya dapat kita teladani. Misalnya saja, kita dapat belajar dari para teman-teman kita yang beragama Islam, lihatlah bagaimana mereka taat berdoa lima kali sehari, dan juga pada waktu mereka berpuasa. Sesungguhnya ini membawa inspirasi kepada kita; bahwa seharusnya, kita juga harus lebih berdisiplin dalam berdoa, dan bahkan juga dalam berpuasa/ mati raga. Hanya bagi kita, kita berdoa dengan cara kita, dan jika kita berpuasa, motivasi utamanya bukan pengendalian diri, tetapi berpuasa menggabungkan mati raga kita dengan kesengsaraan Kristus di kayu salib, agar bersama Kristus kita dapat bangkit bersama Dia. Kebangkitan kita bersama Dia ini memang dapat menghasilkan pengendalian diri yang lebih baik, kemampuan untuk menghidari dosa di masa yang akan datang, menjadikan kita lebih peka terhadap dorongan Roh Kudus, untuk mengasihi Tuhan dan sesama, and mengambil bagian dalam karya keselamatan Allah. Atau, jika kita melihat para biksu/ pendeta Buddha; betapa kita juga bisa belajar dari mereka untuk menerapkan cara hidup sederhana dan melepaskan diri dari keterikatan dunia, walaupun mungkin tujuannya berbeda dengan tujuan Kristiani. Dalam hal ini kita juga dapat belajar dari mereka, sebab dalam kehidupan spiritual, kita diarahkan juga pada “the spirit of detachment” terhadap kesenangan-kesenangan duniawi yang seringkali menghambat hubungan kita dengan Allah.

      Jadi saya rasa, persahabatan itu tidak ‘sendu’, seolah-olah mereka salah total, dan kita sendiri yang benar. Dalam agama-agama lain, ada juga kebenaran, walaupun kita mengakui bahwa kepenuhan kebenaran ada dalam Gereja Katolik. Jangan lupa bahwa masalah iman kepada Tuhan, sesungguhnya hanya Tuhan sendiri yang tahu, sebab hanya Tuhan yang dapat membaca kedalaman hati setiap manusia. Bagian kita adalah, sedapat mungkin kita hidup sesuai dengan iman dan kebenaran yang kita yakini, sehingga itu menjadi kesaksian yang hidup bagi teman-teman kita. Jika situasinya kita pandang tepat, kita dapat membagikan kepada mereka kisah iman kita, namun tentu kita tidak dapat memaksa. Kita perlu percaya, bahwa Tuhan akan bekerja dalam hati nurani semua orang yang mencari kebenaran, dan sesungguhnya kebenaran yang sejati itu dengan sendirinya akan menarik mereka. Setidaknya dari dalam hati mereka akan tumbuh kerinduan ke arah sana. Hal pergumulan dalam hati mereka mencari kebenaran inilah yang tak sepenuhnya kita ketahui, maka, kita tidak dalam posisi untuk menghakimi mereka.

      Saya mengutip apa yang dikatakan dalam Vatikan II, Nostra Aetate, 2:

      Gereja Katolik tidak menolak apapun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, Tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.[4]

      Maka Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka.”

      Jadi mungkin sikap kita seharusnya demikian: kita percaya bahwa Tuhan sudah memberikan karunia iman kepada kita, sehingga dengan kata lain kita ‘dipercaya’ oleh Tuhan dengan lebih banyak karunia dari pada mereka yang belum mengenal Kristus. Namun Alkitab mengatakan, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, daripadanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, daripadanya akan lebih banyak lagi dituntut.”(Luk 12:48). Dan kalau kita mau jujur, tuntutan ini adalah cukup sulit untuk dilaksanakan, yaitu tuntutan agar kita dalam segala hal lebih mengasihi, lebih rendah hati, lebih bijaksana, dst, agar melalui kita orang dapat mengenal dan merasakan kasih Allah. Jika kita punya prinsip pemikiran seperti ini, maka kita tidak menganggap persahabatan kita dengan orang-orang non-Katolik/ non-Kristen sebagai sesuatu yang menyedihkan [atau menurut istilah anda, ‘how sad’]. Karena dalam perjalanan hidup ini, kita sama-sama menuju Tuhan, dan begitu banyak yang dapat kita pelajari satu sama lain dari kelebihan maupun kekurangan masing-masing. Semasa hidup di dunia ini kita belajar untuk bertumbuh dalam iman dan hal itu merupakan perjuangan.

      Mari kita mengingat wejangan dari Rasul Paulus, “Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh”. (1 Kor 10:12)

      Semoga kita semua yang sudah mengenal Kristus, dibimbing oleh Tuhan untuk dapat menjadi saksi-Nya dalam keseharian kita, dengan melaksanakan kasih yang tulus kepada semua orang.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

      • terima kasih koreksinya
        saya kutip hal-hal yang menurut saya tidak 100% sejalan – alias ada ‘ketegangan’ antara iya dan tidak

        [quote] Tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan [unquote]

        perhatikan kata “memantulkan” versus “namun” dan “jalan, kebenaran dan hidup”
        pantulan bukan aslinya, hanya bayangan, macam bulan – sumber cahaya tetap mentari
        apalagi dihadapkan pada Yoh 14:6 – ‘skak maat’

        kita memang bisa belajar pada sesama – tetapi yang kita pelajari sebenarnya adalah ilmu yang seyogya-nya kita gali dari khazanah kita sendiri. Ibarat kita belajar gamelan dari orang asing – ridiculous, karena di yogya banyak guru gamelan

        satu lagi [quote] Karena dalam perjalanan hidup ini, kita sama-sama menuju Tuhan [unquote]
        ah – not necessarily true – karena dalam tulisan sebelumnya anda menulis dan saya quote: Pertobatan/ bertobat, berasal dari kata Metanioa, yang artinya berbalik kepada Allah. Nah, pertanyaannya adalah Allah yang mana? Bagi kita orang Katolik, kita percaya pada Allah Tritunggal, unquote
        perhatikan emphasize anda: “pertanyaannya adalah Allah yang mana?”

        bagi saya ada tension disini – tidak mungkin sama-sama menuju kalau tujuannya tidak sungguh sama – salah satu mesti sedang tersesat, (dan bukan kita yang sedang tersesat itu)

        mestinya saya sesat pemahaman soal ini- maka mohon koreksi

        • Shalom Skywalker,
          Ya, saya setuju, bahwa sebaiknya memang kita gali dari khazanah ajaran Gereja kita sendiri. Namun, seperti Lumen Gentium juga menyatakan, Gereja juga mengakui bahwa ada hal-hal yang baik yang ada dalam agama-agama lain. Saya pikir ini adalah contoh nyata dari kerendahan hati pihak Magisterium Gereja, yang juga mengajarkan kepada kita untuk melihat dengan objektif, baik praktek maupun ajaran yang baik yang ada dalam agama- agama lain.
          Tentang pernyataan saya, “kita sama-sama menuju Tuhan”, itu maksudnya, walaupun kita berangkat dari titik asal yang berbeda (karena latar belakang pengajaran agama yang tidak sama), namun jika kita sama-sama mencari kebenaran, sebenarnya kita sama-sama berjalan ke arah yang sama, walaupun bukan berarti persis sejajar. Jika kita percaya kebenaran itu hanya satu, karena Tuhan itu hanya satu, maka sesungguhnya kita mempunyai harapan besar, agar suatu saat kita sungguh-sungguh bertemu di tempat tujuan yang sama itu.
          Memang masalahnya, tidak semua orang yang berjalan mencari kebenaran, dapat sampai kepada Allah yang satu itu, yaitu Allah Tritunggal yang menyatakan kasih-Nya kepada manusia melalui Yesus Sang Putera Allah. Oleh sebab itu saya pernah menuliskan juga, “pertanyaannya adalah Allah yang mana?” Dan ini sangat relevan di jaman sekarang ini, di mana ada juga aliran-aliran New Age yang ‘menciptakan’ sendiri gambaran tentang Allah dan bahkan menjadikan diri sendiri sebagai Allah.
          Pada kondisi ini memang kita dapat mengatakan walaupun banyak orang sama-sama berjalan menuju Allah, ternyata ada juga yang tidak sampai kepada Allah; sebab mereka mengikuti kehendaknya/ gambarannya sendiri tentang Allah, dan bukannya menerima kebenaran yang diwahyukan oleh Allah kepada manusia. Mungkin ibaratnya, harusnya perjalanan kita bertemu di satu titik, namun kenyataannya ada banyak orang yang dalam perjalanannya berbelok terlalu jauh, sehingga tidak sampai kepada titik pertemuan.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

          • terima kasih atas tanggapan nya

            [quote] Jika kita percaya kebenaran itu hanya satu, karena Tuhan itu hanya satu, maka sesungguhnya kita mempunyai harapan besar, agar suatu saat kita sungguh-sungguh bertemu di tempat tujuan yang sama itu.
            Memang masalahnya, tidak semua orang yang berjalan mencari kebenaran, dapat sampai kepada Allah yang satu itu, yaitu Allah Tritunggal yang menyatakan kasih-Nya kepada manusia melalui Yesus Sang Putera Allah. [unquote]

            kasus hipotetik :
            jika dua orang dengan iman berbeda [satu katolik satu lagi non katolik atau lebih ekstrim satu lagi humanis agnostik] berbuat amal baik yang sama [katakan : menyantuni anak yatim piatu] sehingga dapat dikatakan oleh pengamat netral bahwa keduanya [quote] berjalan mencari kebenaran [unquote] – tetapi karena iman nya yang bukan katolik itu maka si non katolik [no matter what does and what he does not do] tidak akan sampai pada [quote] tempat tujuan yang sama itu [unquote] alias [unquote] Allah yang satu itu [unquote]

            mengutip kalimat anda sebelumnya [quote] Jadi saya rasa, persahabatan itu tidak ’sendu’, seolah-olah mereka salah total, dan kita sendiri yang benar. Dalam agama-agama lain, ada juga kebenaran, walaupun kita mengakui bahwa kepenuhan kebenaran ada dalam Gereja Katolik [unquote]

            pertanyaan
            – benarkah kesimpulan saya bahwa ada yang disebut “setengah kebenaran” ?
            – dalam hal praktis apa bedanya menemukan “setengah kebenaran” versus [quote] kepenuhan kebenaran ada dalam Gereja Katolik [unquote] ; apakah ibarat /misalnya orang katolik masuk surga yang lain cuma halaman saja atau malah sama sekali tidak sampai
            – apakah budi baik tidak penuh nilainya dimata Bapa jika sang pelaku bukan katolik ?

            mohon tanggapan dan terima kasih

          • Shalom Skywalker,

            Terima kasih atas tanggapannya. Dari kasus yang anda kemukakan, maka jawaban saya adalah sebagai berikut:

            Perbuatan yang secara moral dianggap baik (morally good) harus dilihat bukan dari apa yang dilakukan oleh seseorang, namun dari: 1) object , 2) circumstances dan 3) intention. Object dan circumstances mungkin dapat dilihat dan didiskusikan oleh kita, namun hanya Tuhan yang mengerti intensi/maksud dari perbuatan baik tersebut. Pada intinya, pertanyaan untuk sampai kepada kebenaran adalah apakah seseorang menempatkan kebenaran di atas semua kepentingan pribadi. Apakah seseorang benar-benar mencari kebenaran dengan segenap hati, segenap pikiran, dan segenap kekuatan. Dan pada waktu seseorang melakukan hal tersebut, maka Tuhan akan membiarkan diri-Nya ditemukan. Bahkan, Tuhan sendiri yang memberikan rahmat yang membantu (actual grace), sehingga seseorang dapat sampai kepada kebenaran.

            Dalam hal ini, perbuatan baik yang dilakukan oleh umat Katolik kalau tidak memenuhi tiga hal di atas juga tidak diperhitungkan oleh Tuhan. Untuk umat Kristen, perbuatan baik yang kita lakukan bagi sesama adalah berdasarkan kasih kita kepada Tuhan.

            Kemudian untuk pertanyaan yang lain:

            a) Apakah ada yang disebut setengah kebenaran? Kalau maksudnya setengah bukan dalam artian literal, maka bisa. Maksudnya adalah, Gereja Katolik percaya bahwa kepenuhan kebenaran ada di dalam Gereja Katolik, dan gereja-gereja lain dan agama lain mempunyai unsur-unsur kebenaran yang tidak penuh. Namun ini tidak membuat umat Katolik menjadi sombong, bahkan umat Katolik mempunyai tanggung jawab besar untuk mewartakan kepenuhan kebenaran ini.

            b) Ketidakpenuhan kebenaran yang dimaksud dalam hal ini, misalkan: bagi orang atheis – tidak dapat menerima kebenaran akan Tuhan; bagi agama yang percaya banyak tuhan – tidak menerima kebenaran akan Tuhan yang satu; bagi agama Islam dan agama yahudi – tidak menerima akan Tuhan yang menjelma menjadi manusia; bagi agama kristen non-Katolik – tidak menerima bahwa Yesus mendirikan Gereja Katolik sebagai tubuh mistik Kristus. Dan untuk pertanyaan tentang keselamatan, silakan melihat tanya jawab ini (silakan klik).

            c) Budi baik tidak perlu jika pelakunya adalah bukan Katolik? Perlu, namun sesuatu yang baik harus mempunyai 3 kriteria yang saya sebutkan di atas. Tanpa itu, maka budi baik tersebut tidak diperhitungkan oleh Allah.

            Semoga dapat memperjelas.
            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – http://www.katolisitas.org

  7. [quote]Berdoalah bagi pertobatan orang itu [unquote]
    apakah orang bukan Katolik dengan sendirinya belum bertobat ? pemahaman saya ttg keselamatan mungkin perlu anda koreksi – saya pikir dalam Nostra Aetate (NA) dipahami bahwa ada yang baik dan benar dalam agama-agama lain – apakah NA ini tidak sungguh tulus menghargai agama lain dengan berkata – meski ada yang baik dalam agam lain tetapi mereka semua “belum bertobat” ?

    mohon koreksi dan termina kasih

    • Shalom Skywalker,
      Pertobatan/ bertobat, berasal dari kata Metanioa, yang artinya berbalik kepada Allah. Nah, pertanyaannya adalah Allah yang mana? Bagi kita orang Katolik, kita percaya pada Allah Tritunggal yang menyatakan Diri-Nya dalam Diri Kristus yang oleh kuasa Roh Kudus menjelma menjadi manusia, yang wafat dan bangkit dari mati demi menebus dosa manusia, dan yang terus berkarya melanjutkan karya keselamatan-Nya dalam Gereja Katolik; yang menjadi tanda dan sarana persatuan manusia dengan Tuhan dan persatuan seluruh umat manusia (lihat Lumen Gentium 1).
      Maka, makna pertobatan bagi kita adalah kembalinya seseorang ke dalam kepenuhan rencana Allah ini. Jangan lupa bahwa kita-pun yang sudah menjadi pengikut Kristus, perlu selalu bertobat untuk kembali menjadi bagian dari rencana Allah ini, apalagi mereka yang belum sepenuhnya mengenal kebenaran Allah ini.

      Berikut ini saya sertakan teks dari Nostra Aetate, 2, yang mungkin menjadi referensi anda,
      "Gereja katolik tidak menolak apapun, yang dalam agama-agama itu serba benar dan suci. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, Tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6); dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.[4]

      Di sini kita melihat, bahwa ajakan pertobatan itu bukan karena kita menganggap agama-agama yang lain itu buruk, tetapi, bahwa kita, terdorong oleh kasih, selayaknya mengajak mereka untuk mengalami kepenuhan hidup yang ditawarkan oleh Allah dalam Kristus. Walaupun memang pada akhirnya, kita tidak dapat memaksa, dan orang itu sendirilah yang berhak menentukan sesuai dengan hati nuraninya, apakah ia mau percaya kepada Kristus, atau tidak.
      Kita perlu mengingat ajakan Rasul Petrus setelah Pentakosta, "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus…." (Kis 2: 38). Karena, jika kita telah mengalami besarnya kasih Kristus, bukankah baik jika kita terdorong pula agar semakin banyak orang mengalami kepenuhan kasih-Nya ini?

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

Comments are closed.