[Pesta Pembaptisan Tuhan: Yes 42:1-4,6-7; Mzm 29:1-10; Kis 10:34-48; Mat 3:13-17]

Salah satu pertanyaan yang sering kami terima di situs katolisitas.org adalah, ‘Kalau Yesus itu Tuhan, mengapa Ia perlu dibaptis?’ Karena salah satu makna baptisan adalah penghapusan dosa, maka dengan Yesus dibaptis, ada sejumlah orang yang bertanya-tanya, apakah Yesus juga berdosa sehingga perlu dibaptis? Tentu Yesus yang adalah Tuhan tidak berdosa, namun toh, Ia menghendaki agar dibaptis oleh Yohanes. Mengapa? Paus Benediktus XVI dalam bukunya, Jesus of Nazareth, menjelaskan, bahwa dengan dibaptis, Yesus memulai karya publik-Nya dengan menempatkan Diri di tempat para pendosa. Langkah ini menjadi gambaran awal akan kurban salib-Nya, di mana Yesus menerima kematian karena dosa-dosa umat manusia. Sedangkan suara Allah Bapa dari Surga, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi…” merupakan gambaran awal akan kebangkitan Kristus, sebab melalui kebangkitan-Nya nyatalah bahwa Kristus adalah sungguh Putera Allah.

Baptisan berasal dari kata baptizein, artinya adalah mencelup. Secara umum memang kata baptisan mengingatkan kita kepada apa yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis saat mempersiapkan orang-orang akan kedatangan Yesus. Yesus sendiri  datang kepada Yohanes, minta agar dibaptis olehnya (lih. Mat 3:13-15). Merasa bahwa seharusnya yang terjadi adalah sebaliknya, Yohanes Pembaptis menolaknya. Namun setelah Yesus mengatakan bahwa permintaan-Nya adalah untuk menggenapkan seluruh kehendak Allah, Yohanes menuruti-Nya. Benarlah, melalui Pembaptisan itu Allah Bapa menyatakan ke-Allahan Putera-Nya (lih. Mat 3:17), dan Kristus sendiri menyatakan pentingnya Baptisan bagi para murid-Nya. Namun baptisan bagi Yesus bukan hanya bermakna pencelupan ke dalam air. Baptisan menggambarkan betapa Yesus yang adalah Tuhan, mau dicelupkan bahkan ditenggelamkan ke dalam kemanusiaan, karena Ia mau mengalami segala sesuatu yang dialami oleh manusia. Ia mau solider dengan kita. Ia mau turun ke dalam kehidupan kita manusia agar dapat mengangkat kita di dalam kehidupan ilahi bersama-Nya agar kita memperoleh keselamatan kekal.

Maka puncak makna baptisan Yesus tercapai dalam pengorbanan dan wafat-Nya di salib, yang menghantar kepada kebangkitan-Nya. Sebab melalui korban salib-Nya, Yesus sungguh ditenggelamkan dalam kehinaan sebagai manusia: Ia yang adalah Allah, rela mengosongkan diri-Nya dengan mengambil rupa sebagai hamba, sampai wafat di kayu salib (Flp 2:5-8). Sejak awal karya-Nya, seluruh hati dan perhatian Yesus terarah kepada maksud pengosongan diri-Nya ini. Maka saat mengajar, jauh setelah Ia dibaptis oleh Yohanes, Yesus berkata, “Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku, sebelum hal itu berlangsung!” (Luk 12:50). Baptisan yang dimaksud Yesus di sini adalah kematian-Nya, di mana Ia bagaikan ditenggelamkan di dalam darah-Nya sendiri yang tertumpah di kayu salib, sebelum keluar dari kematian itu, dengan kebangkitan-Nya. Maka baptisan Yesus di sungai Yordan merupakan gambaran akan makna baptisan-Nya di Golgota. Baptisan di awal karya publik-Nya berada dalam kesatuan makna dengan baptisan-Nya di kayu salib di akhir hidup-Nya di dunia.

Maka jika kita dibaptis, artinya kita menyatukan diri dengan baptisan Kristus. Sebab melalui baptisan, kita dikuburkan ke dalam kematian Kristus, untuk dibangkitkan dengan Dia sebagai ciptaan yang baru, yang lahir kembali di dalam air dan Roh Kudus (lih. Yoh 3:5), sehingga kita diangkat menjadi anak-anak Allah di dalam Kristus. Rasul Paulus mengajarkan, “Kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Allah Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru… kamu telah mati bagi dosa tetapi kamu hidup bagi Allah di dalam Kristus Yesus” (Rm 6:4,11). Mari, sebagai orang-orang yang sudah dibaptis, kita hidup seturut dengan makna baptisan itu, yaitu, kita menguburkan hidup kita yang lama dengan segala dosa kita, untuk hidup baru di dalam Kristus dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya.

3 COMMENTS

  1. bagai mana ajaran katolik tentang pembaptisan orang yang sudah meninggal ???

    mohon penjelesannya ……

    • Shalom Restu,

      Baptisan mensyaratkan kehendak bebas untuk menanggapi keselamatan yang ditawarkan oleh Allah. Orang yang meninggal tidak dapat memberikan kehendak bebasnya. Oleh karena itu, orang yang meninggal tidak perlu dibaptis. Jadi, selama orang tersebut dapat memberikan kehendak bebasnya sebelum dia meninggal, maka Gereja dapat membaptis orang tersebut.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • bagaimana dengan yang disebut dengan babtisan kerinduan …..??

        [Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel ini:
        Apa itu “implicit desire for Baptism”, silakan klik
        Baptisan Rindu menurut St. Thomas, silakan klik.]

Comments are closed.