Dikatakan dalam Kitab Keluaran “Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (lih. Kel 20:8; bdk Ul 5:12; Yeh 20:20). Yesus sendiri menyatakan “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17). Nah timbul pertanyaan, jika dalam PL dikatakan perintah untuk menguduskan hari Sabat dan Yesus tidak datang untuk meniadakan hukum Taurat,  mengapa sekarang umat Kristen secara umum beribadah pada hari Minggu?

Sabat DALAM PERJANJIAN LAMA

Pertama, mari kita lihat apa itu Sabat. Sabat (Ibrani: shabbath)  dimulai dari hari Jumat sore (matahari terbenam) sampai Sabtu sore (matahari terbenam). Prinsipnya, Allah menginginkan manusia menyembah-Nya secara khusus, karena Allah adalah Pencipta dan Pemelihara kehidupan. Sabat, hari ke tujuh dalam penciptaan, adalah hari yang dikuduskan Allah dan Ia berhenti dari segala pekerjaan ciptaan yang telah dibuat-Nya (lih. Kej 2:2-3; Kel 20:11). Karena itu, Allah pun melarang umat-Nya bekerja pada hari Sabat (Kel 20:9-11). Sabat merupakan tanda peringatan antara manusia dengan Allah, sebagai perjanjian kekal (lih. Kel 31:13; Kel 31:16; Kel 31:17).  Allah  memerintahkan manusia agar memelihara hari Sabat (Im 19:3, 30) dan menghukum mati yang melanggarnya (lih. Kel 31:14; Kel 31:15; Bil 15:32-36).

Perjanjian Baru menggenapi dan menyempurnakan Perjanjian Lama

Namun demikian, Yesus sendiri menunjukkan bahwa Ia mengatasi hari Sabat. Beberapa kali Ia menolak pandangan kaum Farisi  dan  menyatakan bahwa hari Sabat dibuat untuk manusia, bukan sebaliknya (Mrk 2:27). Yesus sendiri menyembuhkan orang pada hari Sabat dan membela murid-Nya ketika mereka mengambil makanan di ladang, dengan mengacu kepada apa yang dilakukan oleh Daud (Mat 12:3; Mrk 2:25; Luk 6:3; Luk 14:5). Selanjutnya Rasul Paulus menegaskan bahwa hari Sabat tidak mengikat umat Kristen (Kol 2:16; Gal 4:9-10; Rom 14:5-6). Demikian pula Rasul Yohanes menuliskan wahyu yang diterimanya pada hari Tuhan (Why 1:10).

Maka, Gereja merayakan liturgi khususnya pada hari Minggu karena hari Minggu (hari pertama dalam minggu) adalah hari Kebangkitan Yesus yang menjadi pusat dan inti Misteri iman Kristiani. Maka tak mengherankan jika liturgi berpusat pada hari Minggu. dan memuncak pada Masa Paska, yaitu perayaan Misteri sengsara dan wafat Kristus, yang menghantar kepada kemenangan atas maut dalam kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga. Sebab dikatakan: “Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu” (1Kor 15:14,17).

Nah, bagaimana dengan hari Sabat?  Memang dalam PL, dituliskan perintah untuk menguduskan hari Sabat (lih. Kel 20:8), yaitu hari dimana Tuhan beristirahat setelah penciptaan (lih. Kej 2:3). Namun Kitab Suci sendiri menyatakan bahwa apa yang ditulis dalam Perjanjian Lama adalah gambaran yang akan digenapi dalam Perjanjian Baru. Demikian kata Rasul Paulus, “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus” (Kol 2:16-17). Juga, “Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakikat dari keselamatan itu sendiri…” (Ibr 10:1). “Sebelum iman itu datang kita berada di bawah pengawalan hukum Taurat, dan dikurung sampai iman itu telah dinyatakan. Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.” (Gal 3:23-25)

Maka aturan Sabat maupun sunat jasmani yang menjadi salah satu pusat hukum Taurat di Perjanjian Lama merupakan bayangan akan keselamatan sesungguhnya yang dikaruniakan Allah melalui sengsara, wafat, kebangkitan Kristus [Misteri Paska Kristus], yang menjadi dasar dan inti iman Kristiani. Setelah itu digenapi di dalam Kristus, hukum Taurat tentang Sabat dan sunat itu tidak lagi mengikat umat beriman.

1) Baptisan ~ Sunat Rohani

Karunia iman Kristen ini diberikan/ dinyatakan dalam Baptisan yang merupakan “sunat Kristus yang terdiri dari penanggalan tubuh yang berdosa” (Kol 2:11). Baptisan menggenapi makna sunat jasmani [yang diwujudkan dengan penanggalan kulit khatan] dalam Perjanjian Lama. Di PB, penanggalan seluruh tubuh yang berdosa itu adalah pertobatan: mati terhadap dosa. Kita dikuburkan dalam Baptisan agar dibangkitkan oleh iman akan kuasa Allah yang membangkitkan Yesus dari mati (lih. Kol 2:12).

2) Hari Minggu sebagai Hari Tuhan menggenapi makna Sabat

Demikian pula tentang Sabat. Hari Sabat—hari ke tujuh dalam minggu mengacu kepada hari istirahat di akhir Penciptaan. Sedangkan hari Minggu adalah hari ke-delapan/ hari pertama dalam minggu, mengacu kepada Penciptaan. Karena oleh misteri Paskah Kristus, kita menjadi ciptaan yang baru: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2Kor 5:17). Makna istirahat dari pekerjaan tetap ada, tetapi bukan itu saja, melainkan mengarah kepada puncak dari maksud Allah menciptakan segala sesuatu: yaitu untuk dijadikan semuanya menjadi ciptaan baru di dalam Kristus.

Peringatan puncak Misteri Paska yaitu Kebangkitan pada hari Minggu, juga ditunjukkan oleh Kristus sendiri. Ia bangkit dari mati pada hari pertama Minggu (Mat 28:1; Mrk 16:2; Luk 24:1; Yoh 20:1), menampakkan diri kepada para rasul dan memecah roti juga pada hari yang sama (Luk 24:13-36; Yoh 20:19), dan kemudian pada kesempatan berikutnya (Yoh 20:26). Tak mengherankan bahwa para rasul melestarikan perayaan kenangan akan Kristus pada hari pertama minggu dan bukannya pada hari ketujuh.  Di Kisah Para Rasul, tertulis: “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul (synaxis) untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya….” (Kis 20:7, bdk 1 Kor 16:2).

Selanjutnya, perayaan Hari Tuhan bagi umat Kristen adalah hari Minggu yang dikatakan sebagai hari pertama di dalam minggu, dan bukan Sabat (hari terakhir dalam minggu). Sebab kita tidak dapat kembali kepada gambaran atau bayang-bayang yang bukan hakikat keselamatan (lih. Ibr 10:1), setelah hakikat keselamatan itu sendiri sudah digenapi di dalam Kristus.

Dasar dari Kitab Suci tentang perayaan Hari Minggu sebagai Hari Tuhan

Berikut ini adalah ayat-ayat Kitab Suci yang menjadi dasar ajaran  Gereja untuk merayakan Hari Tuhan pada hari Minggu, sebagaimana dipaparkan oleh St. Paus Yohanes Paulus II dalam Surat Apostoliknya, Dies Domini:

“20. …. Kebangkitan Yesus Kristus dari kematian terjadi pada “hari pertama setelah hari Sabat” (Mrk 16:2, 9; Luk 24:1; Yoh 20:1). Pada hari yang sama, Tuhan yang bangkit menampakkan diri kepada dua orang murid ke Emaus (lih. Luk 24:13-35) dan kepada kesebelas Rasul yang berkumpul bersama (cf. Luk 24:36; Yoh 20:19). Seminggu kemudian -seperti yang dihitung oleh Injil Yohanes (lih. Yoh 20:26)-  para murid berkumpul kembali sekali lagi, ketika Yesus menampakkan diri kepada mereka dan membuat-Nya dikenali oleh Tomas, dengan memperlihatkan kepadanya tanda-tanda dari Sengsara-Nya. Hari Pentakosta -hari pertama dari delapan minggu setelah Paska Yahudi (lih. Kis 2:1), ketika janji yang dibuat oleh Yesus kepada para Rasul setelah Kebangkitan-Nya digenapi dengan pencurahan Roh Kudus (lih. Luk 24:49; Kis1:4-5)- juga terjadi pada hari Minggu. Ini adalah hari proklamasi yang pertama dan Baptisan yang pertama: Petrus mengumumkan kepada orang-orang yang berkerumun bahwa Kristus telah bangkit dan “mereka yang menerima sabda-Nya dibaptis” (Kis 2:41). Ini adalah hari epifani Gereja, dinyatakan sebagai bangsa yang di dalamnya anak-anak Allah yang terpencar dikumpulkan dalam kesatuan, melampaui semua perbedaan mereka.

21. Adalah untuk alasan ini maka sejak dari zaman para Rasul, “hari pertama setelah hari Sabat”, hari pertama minggu, mulai membentuk ritme kehidupan bagi para rasul Kristus (lih. 1Kor 16:2). “Hari pertama setelah hari Sabat” adalah juga hari di mana jemaat di Troas berkumpul “untuk memecahkan roti”, ketika Paulus mengucapkan perpisahan dan secara mukjizat menghidupkan Eutikhus kembali (lih. Kis 20:7-12). Kitab Wahyu memberikan bukti praktek untuk menyebut hari pertama minggu sebagai “Hari Tuhan” (Why 1:10). Ini kini menjadi sebuah ciri yang membedakan umat Kristen dari dunia di sekitar mereka… Dan ketika umat Kristen menyebut “Hari Tuhan”, mereka memberikan kepada istilah ini arti yang penuh dari pemberitaan Paskah: “Yesus Kristus adalah Tuhan” (Flp 2:11; lih. Kis 2:36; 1Kor 12:3). Maka Kristus diberi gelar yang sama, yang oleh kitab Septuaginta biasanya digunakan untuk menerjemahkan apa yang dalam wahyu Perjanjian Lama adalah nama Tuhan yang melampaui segala ucapan: YHWH.

22. Di masa Kristen awal, ritme mingguan dari hari-hari, umumnya tidak menjadi bagian kehidupan di kawasan di mana Injil tersebar, dan hari-hari perayaan kalender Yunani dan Romawi tidak bertepatan dengan hari Minggu-nya umat Kristen. Maka, untuk umat Kristen, adalah sangat sulit untuk melaksanakan/ menerapkan Hari Tuhan pada suatu hari tertentu dalam setiap minggu. Hal ini menjelaskan mengapa umat beriman harus berkumpul sebelum matahari terbit. Namun demikian kesetiaan terhadap ritme mingguan kemudian menjadi norma, sebab hal itu berdasarkan atas Perjanjian Baru dan berkaitan dengan wahyu Perjanjian Lama. Ini sungguh digarisbawahi oleh para Apologist dan para Bapa Gereja dalam tulisan-tulisan dan khotbah mereka, di mana dalam mengatakan Misteri Paska, mereka menggunakan teks Kitab Suci yang sama, yang menurut kesaksian St. Lukas (lih. Luk 24:27, 44-47), Kristus yang bangkit sendiri telah menjelaskan kepada para murid. Menurut terang teks-teks ini, perayaan hari Kebangkitan tersebut memperoleh nilai doktrinal dan simbolis yang mampu menyatakan keseluruhan misteri Kristiani dalam segalanya yang baru.

23. Adalah ke-baru-annya [Misteri Kristiani] ini yang dalam katekese abad-abad pertama ditekankan sebagaimana diarahkan untuk menunjukkan keutamaan hari Minggu dibandingkan dengan Sabat Yahudi. Adalah di hari Sabat bangsa Yahudi harus berkumpul di sinagoga dan untuk beristirahat dengan cara yang ditentukan oleh hukum Taurat. Para Rasul, secara khusus St. Paulus, pada awalnya terus hadir di sinagoga sehingga di sana mereka dapat mewartakan Yesus Kristus, menjelaskan “perkataan nabi-yang dibacakan setiap hari Sabat” (Kis 13:27). Sejumlah komunitas [jemaat] melaksanakan Sabat sementara juga merayakan hari Minggu. Namun demikian, segera, kedua hari mulai dibedakan dengan lebih jelas, utamanya sebagai reaksi terhadap tuntutan sejumlah orang Kristen yang berasal dari kaum Yahudi, yang membuat mereka cenderung untuk mempertahankan kewajiban hukum Taurat yang lama …. Pembedaan hari Minggu dari Sabat Yahudi bahkan bertumbuh lebih kuat dalam pemahaman Gereja, meskipun terdapat masa dalam sejarah, ketika, karena kewajiban istirahat Minggu begitu ditekankan, sehingga Hari Tuhan cenderung menjadi mirip dengan hari Sabat. Tambahan lagi, terdapat kelompok-kelompok dalam kalangan Kristen yang melakukan baik Sabat maupun Minggu sebagai “dua hari yang bersaudara.”

24. Perbandingan hari Minggu Kristen dengan hari Sabat menurut visi Perjanjian Lama mendorong besarnya perhatian pandangan-pandangan teologis. Secara khusus, di sana timbul kaitan yang unik antara Kebangkitan dan Penciptaan. Pandangan Kristen secara spontan menghubungkan Kebangkitan Kristus, yang terjadi “di hari pertama minggu itu”, dengan hari pertama dari hari kosmik (lih. Kej 1:1-24) yang membentuk kisah Penciptaan di Kitab Kejadian: hari penciptaan terang (lih. Kej 1:3-5). Kaitan ini mengundang sebuah pemahaman Kebangkitan sebagai awal dari ciptaan yang baru, buah-buah sulung yang tentangnya Kristus yang mulia adalah, “yang sulung dari segala ciptaan” (Kol 1:15) dan “yang sulung dari antara orang mati” (Kol 1:18).

25. Akibatnya, hari Minggu adalah hari di atas semua hari yang lain, yang memanggil umat Kristen untuk mengingat keselamatan yang diberikan kepada mereka dalam Baptisan dan yang telah membuat mereka baru di dalam Kristus. “…Dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati… (Kol 2:12; lih. Rom 6:4-6). Liturgi menggarisbawahi dimensi baptis dari hari Minggu, baik dengan menyebutnya sebagai perayaan baptisan- sebagaimana pada Malam Paska- pada suatu hari dalam minggu “ketika Gereja memperingati Kebangkitan Tuhan”, dan dengan menganjurkan pemercikan air suci sebagai ritus tobat yang layak di awal Misa, yang mengingatkan akan saat Baptisan yang melaluinya lahirlah semua kehidupan Kristiani.” ( St. Paus Yohanes Paulus II, Dies Domini, 20-25)

Dasar dari Tradisi Suci: Ajaran para Bapa Gereja

Memang pada awalnya, sejumlah para murid merayakan ibadah pada hari Sabat dan hari Minggu, namun segera di zaman Gereja awal jemaat telah beribadah pada hari Minggu untuk memperingati dan merayakan hari Kebangkitan Kristus, sebagai penggenapan makna hari Sabat Perjanjian Lama. Demikianlah, para Bapa Gereja membandingkan hukum Sabat dengan hukum sunat; dan  seperti halnya para Rasul tidak lagi memberlakukan sunat (Kis 15, Gal 5:1-6) demikian pula halnya dengan Sabat.

Ibadah pada hari Minggu  telah dilakukan oleh jemaat perdana, sebagaimana diketahui dari tulisan-tulisan para Bapa Gereja:

1. Didache (70)

“Tetapi setiap hari Tuhan…. berkumpullah kamu bersama dan pecahkanlah roti, dan mengucap syukurlah setelah mengakukan dosa-dosamu, supaya kurbanmu menjadi murni. Tetapi jangan ada seorang yang berselisih dengan sesama saudara yang datang bersama denganmu, sebelum mereka berdamai, supaya kurbanmu tidak menjadi profan.” (Didache 14)

2. St. Barnabas (74)

“Kami merayakan hari kedelapan (Minggu) dengan sukacita, yaitu hari di mana Yesus bangkit dari kematian.” (Letter of Barnabas 15:6–8)

3. St. Ignatius dari Antiokhia (35-107)

Dalam suratnya kepada jemaat di Magnesia, St. Ignatius mengatakan: “Jika mereka yang hidup di keadaan terdahulu harus datang menuju pengharapan yang baru, dengan tidak lagi menerapkan hari Sabat tetapi melestarikan Hari Tuhan, [yaitu] pada hari hidup kita telah muncul melalui Dia dan kematian-Nya …., rahasia/ misteri itu, yang darinya kita menerima iman kita, dan di dalamnya kita berteguh agar dapat dinilai sebagai para murid Kristus, Pemilik kita satu-satunya, bagaimana mungkin kita lalu dapat hidup tanpa-Nya, sedangkan faktanya, para nabi juga, sebagai para murid-Nya di dalam Roh Tuhan, menantikan Dia sebagai Pemilik [mereka]?” (St. Ignatius, To the Magnesians 9, 1-2: SC 10, 88-89.)

4. St. Yustinus Martir (150-160)

Dan pada hari yang disebut Minggu, semua yang hidup di kota maupun di desa berkumpul bersama di satu tempat, dan ajaran-ajaran para rasul atau tulisan- tulisan dari para nabi dibacakan, sepanjang waktu mengijinkan; lalu ketika pembaca telah berhenti, pemimpin ibadah mengucapkan kata- kata pengajaran dan mendorong agar dilakukannya hal- hal yang baik tersebut. Lalu kami semua berdiri dan berdoa, dan seperti dikatakan sebelumnya, ketika doa selesai, roti dan anggur dan air dibawa, dan pemimpin selanjutnya mempersembahkan doa- doa dan ucapan syukur… dan umat menyetujuinya, dengan mengatakan Amin, dan lalu diadakan pembagian kepada masing- masing umat, dan partisipasi atas apa yang tadi telah diberkati, dan kepada mereka yang tidak hadir, bagiannya akan diberikan oleh diakon. Dan mereka yang mampu dan berkehendak, memberikan (persembahan) yang dianggap layak menurut kemampuan mereka, dan apa yang dikumpulkan oleh pemimpin, ditujukan untuk menolong para yatim piatu dan para janda dan mereka yang, karena sakit maupun sebab lainnya, hidup berkekurangan, dan mereka yang ada dalam penjara dan orang asing di antara kami, pendeknya, ia (pemimpin) mengatur [pertolongan bagi] semua yang berkekurangan. Tetapi hari Minggu adalah hari di mana kami mengadakan ibadah bersama, sebab hari itu adalah hari yang pertama, yaitu pada saat Tuhan, …. telah menciptakan dunia; dan Yesus Kristus Penyelamat kita pada hari yang sama telah bangkit dari mati. Sebab Ia telah disalibkan pada hari sebelum hari Saturnus (Sabtu); dan pada hari setelah hari Saturnus itu, yaitu hari Minggu, setelah menampakkan diri kepada para rasul dan murid-Nya, Ia mengajarkan kepada mereka hal- hal ini…..” (St. Justin, First Apology, ch. 67)

5. Tertullian (203)

“… Sebab jika sunat memurnikan seseorang, karena Tuhan menciptakan Adam tak disunat, mengapa Ia tidak menyunatkan Adam setelah ia berdosa, jika sunat memurnikan?… Maka karena Tuhan menciptakan Adam tak disunat dan tak menerapkan Sabat, demikian juga Habel, yang mempersembahkan kurban, juga tak disunat dan tak menerapkan Sabat, namun dipuji oleh Tuhan (lih. Kej 4:1-7, Ibr 11:4)… juga Nuh, tak disunat, dan tak menerapkan Sabat, Tuhan membebaskannya dari air bah. Sebab Henokh juga, orang yang paling benar, tidak disunat dan tak menerapkan Sabat, diangkat dari dunia, yang tidak mengalami kematian, menjadi kandidat bagi kehidupan kekal, ia menunjukkan kepada kita bahwa kita juga dapat, tanpa beban hukum Musa, berkenan kepada Tuhan” (Tertullian, An Answer to the Jews 2)

6.Teks Didascalia (abad ke-3)

“Para Rasul selanjutnya menentukan: Pada hari pertama dalam minggu, biarlah diadakan ibadah, dan pembacaan Kitab Suci, dan kurban (kurban Misa), sebab pada hari pertama minggu [hari Minggu] Tuhan kita bangkit dari tempat orang mati, dan di hari pertama minggu Ia bangkit ke atas dunia, dan di hari pertama minggu, Ia naik ke Surga, dan di hari pertama minggu Ia akan datang kembali di akhir nanti dengan para malaikat surgawi.” (Didascalia, II)

“Tinggalkan segala sesuatu pada Hari Tuhan…, dan berlarilah dengan rajin kepada Ibadahmu, sebab itu adalah pujian bagi Tuhan. Jika tidak, dalih apakah yang mereka buat di hadapan Tuhan, mereka yang tidak bersekutu pada Hari Tuhan untuk mendengarkan sabda kehidupan dan makan santapan rohani yang bertahan selamanya?” (Didascalia, II, 59, 2-3: ed. F. X. Funk, 1905, pp. 170-171.)

7. Pernyataan para martir di zaman Diocletian (sekitar tahun 303)

Di zaman penganiayaan Diocletian di sekitar tahun 303, perkumpulan jemaat dilarang dengan keras, namun banyak di antara mereka dengan berani menentang dekrit kerajaan Roma, dan menerima kematian daripada kehilangan kesempatan mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu, sebagaimana disebutkan oleh St. Yustinus sebagai “Ibadah Minggu/ the Sunday Assembly“. Inilah yang terjadi pada para martir di Abitinam di Prokonsular Afrika, yang menjawab demikian kepada para penganiaya mereka: “Tanpa takut apapun kami merayakan Perjamuan Tuhan, sebab hal itu tak dapat dilewati, itu adalah hukum kami; Kami tak dapat hidup tanpa Perjamuan Tuhan.” Salah satu dari para martir itu mengatakan, “Ya, saya pergi ke Ibadah, dan merayakan Perjamuan Tuhan, dengan saudara-saudariku, sebab aku seorang Kristen.” (Acta SS. Saturnini, Dativi et aliorum plurimorum Martyrum in Africa, 7, 9, 10: PL 8, 707, 709-710.)

8. Eusebius dari Kaisarea (312)

“Mereka [para orang kudus di zaman awal Perjanjian Lama] tidak melakukan sunat tubuh, demikian pula kita [umat Kristen]. Mereka tidak menerapkan Sabat, demikian juga kita. Mereka tidak pantang jenis-jenis makanan tertentu, juga mereka tidak membedakan hal-hal lain yang disampaikan oleh Musa untuk diturunkan sebagai simbol-simbol; demikian pula, umat Kristen di masa sekarang tidak melakukan hal-hal itu.” (Eusebius, Church History 1:4:8)

“Hari terang-Nya (Kristus) … adalah hari kebangkitan-Nya dari mati, yang… adalah satu-satunya dan hari yang sungguh  kudus dan hari Tuhan, lebih baik daripada hari apapun yang umumnya kita pahami, dan lebih baik dari hari-hari yang dikhususkan oleh hukum Musa untuk perayaan-perayaan, bulan baru, dan Sabat, yang dikatakan oleh Rasul Paulus sebagai bayangan dari hari-hari … [bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus (Kol 2:17)] (Proof of the Gospel 4:16:186)

9. St. Athanasius (345)

“Hari Sabat adalah akhir dari penciptaan yang pertama, sedangkan hari Tuhan adalah awal dari penciptaan yang kedua, di mana Ia memperbaharui dan memperbaiki yang lama, dengan cara yang sama seperti Ia menentukan bahwa mereka harus menerapkan Sabat sebagai peringatan akan akhir dari penciptaan pertama, maka kita menghormati hari Tuhan sebagai peringatan akan penciptaan yang baru.” (St. Athanasius, On Sabbath and Circumcision 3)

10. St. Sirilus dari Yerusalem (Catechetical Lectures 4:37)

“Jangan kamu jatuh ke sekte Samaria atau  sekte Judaisme, sebab Yesus Kristus telah menebus kamu. Hindarilah pelaksanaan Sabat dan menyebut daging apapun sebagai halal atau haram” (Catechetical Lectures 4:37)

11. St. Basil (329-379)

St. Basilus menjelaskan bahwa hari Minggu melambangkan hari yang sungguh-sungguh satu-satunya yang akan sesuai dengan saat ini, suatu hari tanpa akhir yang tidak mengenal senja maupun pagi, suatu masa yang tak akan punah, yang tak akan menjadi tua; Minggu adalah nubuat kehidupan tanpa akhir yang memperbarui pengharapan umat Kristen dan menguatkan mereka di sepanjang jalan mereka. (St. Basil, Cf. On the Holy Spirit, 27, 66: SC 17, 484-485)

12. Konsili Laodikia (360)

“Orang-orang Kristen jangan menjadi kaum Yahudi dan tidak melakukan apa-apa pada hari Sabat, tetapi harus bekerja pada hari itu; namun demikian, mereka harus, secara khusus menghormati hari Tuhan, dan jika mungkin, tidak bekerja pada waktu itu, sebab mereka adalah orang-orang Kristen.” (Canon 29)

13. St. Hieronimus (347-420)

Sunday is the day of the Resurrection, it is the day of Christians, it is our day, Hari Minggu adalah hari Kebangkitan [Kristus], hari itu adalah hari umat Kristen, itu adalah hari kita.” (St. Jerome, In Die Dominica Paschae II, 52: CCL 78, 550.)

14. St. Yohanes Krisostomus (387)

“Ketika Ia [Tuhan] bersabda, “Jangan membunuh…” Ia tidak menambahkan, “sebab pembunuhan adalah sesuatu yang jahat.” Alasannya adalah bahwa hati nurani telah mengajarkan ini sebelumnya, dan maka Ia berkata, seperti kepada mereka yang tahu dan mengerti hal ini. Maka ketika Ia bersabda tentang perintah yang lain, yang tidak diketahui oleh kita melalui hati nurani, Ia tidak hanya melarang tetapi memberikan alasannya. Ketika, contohnya, Ia memberi perintah tentang Sabat, “Pada hari ketujuh, janganlah kamu bekerja”- Ia menerangkan pula alasannya mengapa demikian. Apakah ini? “Sebab pada hari ketujuh Tuhan beristirahat dari semua pekerjaan-Nya yang telah Ia lakukan” (lih. Kej 20:10-11) … Sebab untuk maksud apa, aku bertanya, Ia menambahkan alasan untuk menghormati Sabat, tetapi tidak melakukannya ketika melarang pembunuhan? Sebab perintah ini bukanlah merupakan perintah-perintah yang terpenting. Itu tidak termasuk perintah yang secara akurat ditentukan oleh hati nurani kita, tetapi sesuatu yang partial dan sementara, dan karena itu tidak diberlakukan kemudian. Tetapi perintah-perintah yang penting dan mendukung kehidupan kita adalah berikut ini: “Jangan membunuh… jangan berbuat zinah…. jangan mencuri.” Pada hal ini, Ia tidak menambahkan alasan, atau memberikan instruksi apapun tentang hal itu, tetapi sudah cukup dengan larangan yang apa adanya (bare).” (St. John Chrysostom, Homilies on the Statutes 12:9)

“Kamu telah mengenakan Kristus, kamu telah menjadi anggota Tuhan dan telah termasuk dalam kota surgawi, dan kamu masih tunduk takut dalam hukum itu [hukum Musa]?  Bagaimana mungkin kamu mencapai Kerajaan Allah? Dengarkanlah perkataan Rasul Paulus, bahwa pelaksanaan hukum Musa mengabaikan Injil, dan pelajarilah, jika kamu mau, bagaimana hal ini dapat terjadi, dan gemetarlah dan hindarilah jebakan ini. Mengapa kamu menerapkan Sabat dan berpuasa dengan orang- orang Yahudi?” (St. John Chrysostom, Homilies on Galatians 2:17)

“Ritus sunat dihormati dalam ketentuan Yahudi, …. dan Sabat lebih rendah tingkatannya dari sunat… Ini [sunat] dianggap lebih agung daripada Sabat, sebab tidak dihapuskan pada waktu-waktu tertentu. Maka ketika sunat tidak dilakukan lagi, terlebih lagi Sabat.” (St. John Chrysostom, Homilies on Philippians 10)

15. Konstitusi Apostolik (400)

“Dan pada hari kebangkitan Tuhan yaitu Hari Tuhan, berkumpullah dengan rajin, memuji Tuhan yang oleh Kristus menciptakan alam semesta, dan mengutus-Nya kepada kita, dan dengan rela membiarkan Ia menderita, dan membangkitkan-Nya dari kematian. Kalau tidak,  pembelaan apa yang akan Ia buat kepada Allah, bagi mereka yang tidak bersekutu pada hari itu [hari Tuhan]… yang di dalamnya dibacakan bacaan dari para nabi, pewartaan Injil dan kurban penebusan, karunia makanan yang kudus…” (Apostolic Constitutions 2:7:60)

16. St. Agustinus (354-430)

St. Agustinus, juga mengajarkan tentang hari Minggu sebagai Hari Tuhan, sebagai berikut: “Oleh karena itu, Tuhan juga telah menempatkan meterai-Nya pada hari-Nya, yang adalah hari ke-tiga setelah Sengsara-Nya. Namun demikian, dalam siklus mingguan, hari itu [Minggu] adalah hari ke-delapan setelah hari ke-tujuh, yaitu hari setelah hari Sabat, dan hari yang pertama dalam minggu.” (St. Augustine, Sermon 8 in the Octave of Easter 4: PL 46, 841.)

“Sekarang, …  manakah di antara kesepuluh perintah ini, kecuali pelaksanaan Sabat, yang harus tidak dilakukan oleh seorang Kristen… Manakah dari perintah-perintah ini yang orang katakan umat Kristen harus tidak melaksanakannya? … Bukanlah hukum yang ditulis di atas kedua loh batu itu yang dijabarkan oleh Rasul Paulus sebagai ‘hukum tertulis yang mematikan’ (2Kor 3:16), tetapi hukum sunat dan ritus-ritus lainnya yang kini tidak berlaku.” (St. Agustinus, The Spirit and the Letter 24)

Dalam pengajarannya tentang akhir zaman, yang menggenapi simbolisme akhir dari hari Sabat, St. Agustinus menyimpulkan hari akhir itu sebagai, “kedamaian dari ketenangan, kedamaian Sabat, sebuah kedamaian tanpa senja.” (St. Augustine, Confession, 13, 50: CCL 27, 272.) Dengan merayakan hari Minggu, baik sebagai hari pertama dan hari kedelapan, umat Kristiani diarahkan kepada tujuan akhir kehidupan kekal. (cf. St. Augustine, Epistle. 55, 17: CSEL 34, 188)

17. St. Gregorius Agung (597)

“Telah sampai ke telingaku bahwa orang- orang tertentu dengan roh yang menyimpang telah menebarkan di antara kamu sesuatu yang salah dan berlawanan dengan iman yang kudus, dengan melarang pekerjaan apapun untuk dilakukan pada hari Sabat. Dengan apakah aku akan menyebut orang-orang ini selain pengkhotbah antikristus, yang ketika datang akan menyebabkan hari Sabat seperti hari Tuhan, harus dibebaskan dari semua pekerjaan. Sebab ia [sang Antikristus] berpura-pura mati dan bangkit lagi, ia menghendaki agar hari Tuhan dihormati; dan karena ia mengharuskan orang-orang untuk menjadi Yahudi, supaya ia mengembalikan lagi ritus hukum Musa, dan untuk menundukkan pengkhianatan kaum Yahudi, ia menghendaki hari Sabat untuk diterapkan. Sebab ini yang dikatakan nabi, “Janganlah membawa barang-barang melalui pintu-pintu gerbang kota ini pada hari Sabat (Yer 17:24) dapat dipegang sepanjang itu diperbolehkan oleh hukum untuk dilakukan sesuai dengan apa yang tertulis. Tetapi setelah itu, rahmat Allah yang mahabesar, Tuhan kita Yesus Kristus, telah muncul, perintah-perintah hukum yang dikatakan secara figuratif tidak dapat dilakukan sesuai dengan apa yang tertulis. Sebab jika barangsiapa mengatakan bahwa ini tentang Sabat adalah harus dilakukan, ia harus juga mengatakan bahwa kurban-kurban binatang juga harus dilakukan. Ia juga harus berkata juga, bahwa perintah tentang sunat tubuh harus juga dipertahankan. Tetapi biarlah ia mendengar Rasul Paulus berkata menentang dia: “Jika kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu (Gal 5:2)” (St. Gregory the Great, Letters 13:1)

Maka menurut Paus Yohanes Paulus II,  mengutip pengajaran para Bapa Gereja di atas: “Maka, lebih dari “penggantian” bagi hari Sabat, hari Minggu adalah penggenapannya, dan dalam arti tertentu adalah kelanjutannya dan ekspresi yang penuh dalam pengungkapan sejarah keselamatan menurut ketentuan, yang mencapai puncaknya di dalam Kristus.” (Paus Yohanes Paulus II, Surat Apostolik, Dies Domini, 59). Tak mengherankan jika Konsili-konsili para Uskup pun menetapkan bahwa hari Minggu adalah hari Ibadah bagi umat Kristen, dimulai dari Konsili Elvira (300), Konsili Laodikia (abad ke-4), Konsili Orleans (538).

Dasar dari ajaran Magisterium Gereja Katolik

Berikut ini adalah apa yang diajarkan oleh Katekismus Gereja Katolik tentang hari Sabat dan Hari Tuhan:

KGK 2168  Perintah ketiga dari dekalog menekankan kekudusan Sabat. “Hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, hari kudus bagi Tuhan” (Kel 31:15).

KGK 2169  Dalam hubungan ini, Kitab Suci mengenangkan perbuatan penciptaan: “Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya” (Kel 20:11).

KGK 2170 Alkitab melihat dalam hari Tuhan juga satu peringatan akan pembebasan Israel dari perbudakan di Mesir: “Sebab haruslah kau ingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh Tuhan, Allahmu, dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya Tuhan, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat” (Ul 5:15).

KGK 2171  Allah telah percayakan Sabat kepada Israel supaya ia mematuhinya sebagai tanda perjanjian yang tidak dapat diputuskan (Bdk. Kel 31:16). Sabat itu untuk Tuhan; ia telah dikhususkan dan ditahbiskan untuk memuja Allah, karya penciptaan-Nya dan karya-karya penyelamatan-Nya untuk Israel.

KGK 2172  Perbuatan Allah adalah contoh untuk perbuatan manusia. Allah berhenti pada hari ketujuh dan “beristirahat” (Kel 31:17). karena itu, manusia harus berhenti pada hari ketujuh dan orang lain, terutama orang miskin dapat “melepaskan lelah” (Kel 23:12). Sabat menghentikan sebentar pekerjaan sehari-hari dan memberi istirahat. Itulah hari protes terhadap kerja paksa dan pendewaan uang (Bdk. Neh 13:15-22; 2 Taw 36:21).

KGK 2173      Injil memberitakan kejadian-kejadian, di mana Yesus dipersalahkan karena Ia melanggar perintah Sabat. Tetapi Yesus tidak pernah melanggar kekudusan hari ini (Bdk. Mrk 1:21; Yoh 9:16). Dengan wewenang penuh Ia menyatakan artinya yang benar: “Hari Sabat diadakan untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat” (Mrk 2:2). Dengan penuh belas kasihan Kristus menuntut hak, supaya melakukan yang baik daripada yang jahat dan menyelamatkan kehidupan daripada merusakkannya pada hari Sabat (Bdk. Mrk 3:4).. Hari Sabat adalah hari Tuhan yang penuh kasih dan penghormatan Allah (Bdk. Mat 12:5; Yoh 7:23). “Jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat” (Mrk 2:28).

KGK 2174  Yesus telah bangkit dari antara oang mati pada “hari pertama minggu itu” (Mat 28:1; Mrk 16:2; Luk 24:1; Yoh 20:1). Sebagai “hari pertama”, hari kebangkitan Kristus mengingatkan kita akan penciptaan pertama. Sebagai “hari kedelapan” sesudah hari Sabat Bdk. Mrk 16:1; Mat 28:1, ia menunjuk kepada ciptaan baru yang datang dengan kebangkitan Kristus. Bagi warga Kristen, ia telah menjadi hari segala hari, pesta segala pesta, “hari Tuhan” [he kyriake hemera, dies dominica], “hari Minggu”.
“Pada hari Minggu kami semua berkumpul, karena itulah hari pertama, padanya Allah telah menarik zat perdana dari kegelapan dan telah menciptakan dunia, dan karena Yesus Kristus. Penebus kita telah bangkit dari antara orang mati pada hari ini” (Yustinus, apol. 1,67).

KGK 2175  Hari Minggu jelas berbeda dari hari Sabat, sebagai gantinya ia – dalam memenuhi perintah hari Sabat – dirayakan oleh orang Kristen setiap minggu pada hari sesudah hari Sabat. Dalam Paska Kristus, hari Minggu memenuhi arti rohani dari hari Sabat Yahudi dan memberitakan istirahat manusia abadi di dalam Allah. Tatanan hukum mempersiapkan misteri Kristus dan ritus-ritusnya menunjukkan lebih dahulu kehidupan Kristus Bdk. 1Kor 10:11.
“Kalau mereka yang berjalan-jalan di dalam kebiasaan lama sampai kepada harapan baru dan tidak lagi menaati hari Sabat, tetapi hidup menurut hari Tuhan, pada hari mana kehidupan kita juga diberkati melalui Dia dan kematian-Nya… bagaimana kita dapat hidup tanpa Dia?” (Ignasius dari Antiokia, Magn. 9, 1).

KGK 2176  Perayaan hari Minggu berpegang pada peraturan moral, yang dari kodratnya telah ditulis dalam hati manusia: memberikan kepada Allah “satu penghormatan yang tampak, yang resmi dan yang teratur sebagai peringatan akan perbuatan baik dan umum, yang menyangkut semua manusia” (Tomas Aqu., Summa Theology. 2-2,122,4). Perayaan hari Minggu memenuhi perintah yang berlaku dalam Perjanjian Lama, yang mengambil irama dan artinya di dalam perayaan setiap minggu akan Pencipta dan Penebus umat-Nya.

Kesimpulan

Dari keterangan tersebut di atas, kita melihat bahwa adalah Allah sendiri, yang menghendaki Gereja-Nya merayakan Hari Tuhan pada hari Minggu. Gereja Katolik, yang berpegang kepada ajaran para Rasul, hanya mengikuti apa yang difirmankan oleh Allah dalam Perjanjian Baru, sebagai penggenapan dan penyempurnaan Perjanjian Lama. Karena makna Kebangkitan Kristus menggenapi makna penciptaan, maka kita tidak lagi merayakan hari terakhir penciptaan, namun hari pertama penciptaan, karena di dalam Kristus, melalui Pembaptisan, umat Kristen dijadikan ciptaan yang baru. Dan karena Kebangkitan Kristus terjadi pada hari Minggu, maka kita merayakan Hari yang menjadikan kita ciptaan baru yang menggabungkan kita menjadi anggota Kristus itu, sebagai Hari Tuhan. Inilah yang menjadi tanda bahwa kita adalah umat Kristen, yaitu kita telah dijadikan anggota Kristus, karena Kebangkitan-Nya. Jadi jika suatu gambaran sudah digenapi oleh Kristus, kita tidak dapat kembali merayakan gambarannya seolah Kristus yang menggenapinya belum datang. Sebagai Gereja, justru kita merayakan  penggenapan gambaran itu, sesuai dengan kepenuhan maknanya di dalam Kristus.

Maka hal menjadikan hari Minggu sebagai Hari Tuhan, telah lama dilaksanakan oleh jemaat perdana sebelum zaman Konstantin di abad ke-4. Mari kita bersama-sama mensyukuri akan karunia hari Minggu, hari bagi umat Kristen untuk beribadah kepada Tuhan secara khusus. Namun kita juga dipanggil untuk beribadah setiap hari, dengan ucapan syukur dan senantiasa mengingat Yesus Tuhan kita dan mengikutsertakan Dia dalam kehidupan kita sehari-hari. Terpujilah Tuhan.

Beberapa keberatan dan jawaban seputar hari Sabat dan hari Minggu

1. Kis 20:7 membuktikan tidak ada ibadah pada hari Minggu?

Ada sejumlah orang berargumen bahwa Kis 20:7 dan ayat-ayat selanjutnya menunjukkan bahwa pemecahan roti yang dilakukan oleh Rasul Paulus itu adalah acara makan-makan biasa dan bukan ibadah, dan bahwa hal memecah roti itu terjadi dua kali, sebelum Eutikhus jatuh dan dilanjutkan lagi setelah Eutikhus jatuh dan dihidupkan kembali. Benarkah demikian?

Untuk mengetahui apakah pertemuan itu merupakan ibadah atau bukan, kita melihat kepada bahasa asli yang digunakan pada ayat itu:

“Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.” (Kis 20:7)

Kata kerja ‘berkumpul‘ yang digunakan di sana adalah ‘synaxis‘ (dari kata synago, serupa dengan kata sinagoga yang artinya adalah tempat berkumpul untuk beribadah). Bagi umat Kristen, kata ‘synaxis‘ mengacu kepada berkumpulnya jemaat untuk merayakan Ekaristi (lih. Kis 11:26;14:27, dst). Kata ‘synaxis’ ini juga digunakan dalam surat-surat Bapa Gereja (lih. Didache, ix, 4; xiv, 1; Epistle of Clement 34.7, St. Ignatius, Letter to the Magnesians 10.3)

Dengan demikian, interpretasi yang mengatakan bahwa ‘memecah-mecah roti’ di sana hanya makan-makan biasa, itu adalah interpretasi pribadi, yang tidak sesuai dengan maksud penggunaan kata tersebut pada zaman itu oleh para Rasul. Sebab jelas kata sebelumnya, yaitu ‘berkumpul/ synaxis‘ itu artinya adalah berkumpul untuk beribadah.

Sedangkan interpretasi bahwa kejadian memecah roti sebanyak dua kali itu juga merupakan kesimpulan yang diambil sendiri, tetapi hal itu tidak disebutkan secara eksplisit dalam perikop tersebut. Yang disebutkan dalam ayat Kis 20:7 adalah bahwa para murid “berkumpul untuk memecah-mecahkan roti” (tidak disebut kapan tepatnya pemecahan roti dilakukan), dengan Paulus yang bertindak sebagai pembicara. Namun demikian, tidak dikatakan di sana bahwa sementara Paulus berbicara, atau sebelum Paulus berbicara mereka sudah memecah-mecah roti. Yang eksplisit dikatakan di sana adalah  “Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda [Eutikhus] itu tidak dapat menahan kantuknya… ” (ay. 8). Maka jelas ia tertidur bukan karena sedang makan, tetapi karena pembicaraan Paulus yang lama.

Maka yang lebih masuk akal di sini adalah bahwa mereka berkumpul untuk tujuan memecah-mecahkan roti (yaitu beribadah mengenang Perjamuan Tuhan, sebagaimana disebutkan juga dalam Kis 2:42), yang didahului dengan khotbah pengajaran Rasul Paulus. Cara ibadah sedemikian, diajarkan oleh Yesus sendiri kepada dua orang murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus, yaitu bahwa pemecahan roti dilakukan setelah pembacaan dan penjelasan Kitab Suci (lih. Luk 24:13-35). Namun kemungkinan karena pengajaran/ khotbah Rasul Paulus itu yang berlangsung amat lama, maka salah seorang pendengarnya, yang bernama Eutikhus, tertidur. Hal ini, walau tidak ideal, mungkin saja terjadi, karena ibadah saat itu berlangsung sampai menjelang tengah malam, dan pembicaraan yang lama, dapat saja membuat orang mengantuk.

Nah maka istilah “memecah-mecahkan roti” yang mengikuti kata ‘synaxis‘ itu maksudnya adalah perayaan Ekaristi (lih. Kis 2:42). Sejujurnya, kata “memecah-mecahkan roti” yang tertulis dalam Injil  mempunyai hubungan arti dengan Ekaristi, sebagaimana digambarkan dalam mukjizat pergandaan roti (Mat 14:19, 15:36; Mrk 6:41, 8:6,19; Luk 9:16); Perjamuan Terakhir (Mat 26:26; Mrk 14:22; Luk 22:19); dan Perjamuan Ekaristi (Luk 24:30, 35). Oleh karena itu, kata “memecah-mecahkan roti” dalam Kisah para Rasul (Kis 20:7; 27:35) bukan untuk diartikan sekedar makan-makan biasa. Rasul Paulus juga menggunakan istilah ‘memecah roti’ (the breaking of bread) dalam 1 Kor 10:16, yang berarti ‘persekutuan dengan Tubuh Kristus’.

Dengan menerima bahwa istilah “memecah-mecahkan roti” itu mengacu kepada perjamuan Ekaristi, maka menjadi jelas juga, bahwa perayaan ibadah tersebut terjadi “pada hari pertama dalam minggu” (Kis 20:7). Maka, jika dihitung menurut perhitungan Yahudi, malam itu adalah Sabtu malam, sebab Sabtu malam (di atas jam 6 sore) sudah terhitung sebagai hari pertama minggu. Mengapa saat itu para murid berkumpul pada malam hari untuk merayakan Perjamuan Ekaristi, hal itu telah dijelaskan oleh Paus Beato Yohanes Paulus dalam Surat Apostoliknya, Dies Domini, paragraf #22, silakan klik di sini untuk membacanya.

St. Yohanes Krisostomus (347-407) menjelaskan bahwa bahkan pada saat itu, Jemaat awal telah merayakan Hari Tuhan pada hari pertama minggu, sebagaimana dilestarikan oleh semua umat Kristen sampai sekarang (kecuali denominasi tertentu). Di sini dikatakan bahwa Rasul Paulus memecah-mecah roti (Ekaristi) pada hari Minggu, dan memberi pengajaran kepada jemaat, baik sebelum maupun sesudah perayaan misteri ilahi tersebut (lih. St. Augustine, Epistle. lxxxvi. ad Casulanum.; Ven. Bede, in xx. Act.)

2. Pada abad awal, Rasul Paulus dan para murid masih datang ke sinagoga pada hari Sabat, dan tidak pada hari Minggu?

Pada saat Gereja awal, untuk beberapa waktu para Rasul memang masih datang ke sinagoga pada hari Sabat, sebab tujuan mereka adalah mewartakan Kristus kepada orang-orang Yahudi yang beribadah di sana (lih. Kis 13:14, 42-44; 17:2-3; 18:4). Namun ini tidak berarti bahwa para murid tidak berkumpul pada hari pertama di dalam minggu (yaitu hari Minggu) untuk merayakan Kebangkitan Kristus. Hal ini dijelaskan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam Dies Domini, paragraf 23, silakan klik.

3. 1Kor 16:2 hanya menyangkut tentang pengumpulan sumbangan?

Dikatakan dalam 1 Kor 16:2, demikian: “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing -sesuai dengan apa yang kamu peroleh- menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.”

Berikut ini adalah penjelasan A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard OSB, dan beberapa sumber lainnya:

Pada saat itu, Paulus mengorganisasikan pengumpulan uang dari Gereja-gereja yang didirikannya di empat propinsi: Akhia, Makedonia, Asia dan Galatia, untuk Gereja di Yerusalem, yaitu jemaat Kristen keturunan Yahudi yang berada dalam keadaan yang lebih miskin. Di sini terlihat bahwa sejak awal Gereja mempunyai perhatian kepada kaum miskin, dan mengajarkan agar mereka yang lebih kuat menolong yang lebih lemah, sebagaimana nyata dalam cara hidup jemaat perdana, di mana mereka dengan rela menjual harta miliknya dan membagi-bagikannya untuk kepentingan bersama (lih. Kis 2:45). Hal memberikan kontribusi/ persembahan kepada kaum miskin ini dilakukan dalam kesatuan dengan ibadah jemaat, dan ini secara eksplisit tertulis dalam tulisan St. Yustinus Martir, tentang perayaan ibadah yang dilakukan pada hari Minggu, sebagaimana dikutip di artikel di atas. Maka, selain untuk meringankan beban jemaat yang miskin, ayat ini juga menunjukkan: 1) bukti kesetiaan Paulus dan semua jemaat yang diajarnya, terhadap ajaran Kristus, untuk merayakan ibadah -termasuk di dalamnya mengumpulkan kolekte/ uang persembahan untuk Gereja di Yerusalem- pada hari Minggu. 2) bahwa Rasul Paulus menghendaki agar jemaat sudah menyisihkan dari rumah, sejumlah persembahan untuk dikumpulkan, dan bukan baru melakukannya pada saat ibadah dilangsungkan.

4. Penentuan Hari Minggu sebagai Hari Tuhan artinya membatalkan kesucian hari Sabat?

Tidak. Ini adalah kesalahpahaman seseorang jika ia tidak membaca Kitab Suci sebagaimana Gereja, menurut ajaran Kristus dan para Rasul, membacanya. Gereja Katolik mengajarkan agar kita membaca Kitab Suci dalam kesatuan: artinya bahwa Perjanjian Lama dibaca dalam terang Perjanjian Baru, dan sebaliknya Perjanjian Baru dalam terang Perjanjian Lama (lih. KGK 129). Artinya, apa yang diajarkan dalam Perjanjian Lama adalah untuk digenapi oleh Kristus dalam Perjanjian Baru. Nah penggenapan ini tidak mengharuskan bahwa pelaksanaannya harus sama persis dengan Perjanjian Lama, sebab jika demikian artinya Perjanjian Lama itu tidak pernah diperbaharui oleh Kristus. Adalah kehendak Allah sendiri, untuk menggenapi Perjanjian Lama di dalam Kristus dalam Perjanjian Baru. Itulah sebabnya sebelum Kristus menyelesaikan misinya di dunia melalui Misteri Paska-Nya, pelaksanaan Sabat masih mengikuti hukum Taurat; tetapi setelah seluruh nubuat para nabi dalam Perjanjian Lama tergenapi dengan Misteri Paska Kristus (sengsara, wafat, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Surga) dan Pentakosta, maka perayaan Hari Tuhan diadakan berdasarkan Misteri Paska itu, yaitu hari Kebangkitan Kristus (hari Paska).

5. Apakah dengan demikian, maka kita mengubah perintah Tuhan di Kel 20:9-11?

Mungkin beberapa pertanyaan berikut ini dapat membantu untuk merenungkan topik ini: (1) Apakah hukuman bagi orang yang tidak menjalankan ibadah pada hari Sabat? Kalau hukumannya neraka, apakah para rasul, jemaat perdana dan seluruh umat Kristen akan masuk ke neraka? (2) Apakah orang yang menjalankan Sabat dengan alasan itu adalah ketetapan Allah di dalam Perjanjian Lama, maka mereka juga menjalankan ketetapan-ketetapan yang lain seperti: ketetapan tentang sistem kurban (Im 1-4), penghapusan dosa untuk dosa-dosa khusus, pelanggaran kepada Tuhan dan sesama (Im 5-6); makanan yang najis dan tidak najis (Im 11); pemurnian setelah melahirkan (Im 12); peraturan yang berhubungan dengan kusta (Im 13-14); peraturan tentang seksual (Im 15); tentang ritual dan persembahan (Im 16-17); tentang larangan pernikahan (Im 18); tentang kehidupan sosial (Im 19) termasuk di dalamnya tidak boleh memakai kain dengan dua bahan; tentang hukuman termasuk hukuman rajam, hukuman mati untuk mengutuk orang tua, perzinahan (Im 20); memelihara kalendar-kalendar yang ditetapkan (Im 23); tentang sabatikal dan yubilium (Im 25); tentang sumpah (Im 27), dll. Secara lebih mendetail, kita dapat melihat beberapa ayat berikut ini:

Dalam Kel 20:10 dikatakan “tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.” (lih. juga Im 23:3) Kalau seseorang mengikuti hukum taurat (tanpa membedakan ada beberapa hukum dalam Perjanjian Lama), apakah orang tersebut tidak bekerja pada hari Jumat Sore – Sabtu Sore? Apakah pembantu di rumah juga tidak bekerja sama sekali?

Dikatakan “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada perhentian kudus bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh bagi TUHAN; setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, haruslah dihukum mati.” (Kel 35:2; lihat juga Kel 31:14). Apakah ada yang masih menerapkan hukuman mati bagi yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat (Jumat sore – Sabtu sore)?

Dikatakan “Janganlah kamu memasang api di manapun dalam tempat kediamanmu pada hari Sabat.” (Kel 35:3) Apakah kita tidak boleh menyalakan penerangan pada hari Sabat?

Dikatakan “Pada hari Sabat: dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela, dan dua persepuluh efa tepung yang terbaik sebagai korban sajian, diolah dengan minyak, serta dengan korban curahannya.” (Bil 28:9). Apakah masih ada yang menerapkan kurban dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela dan dua persepuluh efa tepung sebagai korban sajian setiap hari Sabat?

108 COMMENTS

  1. Setelah membaca artikel ini sya menjadi bingung!!
    mengapa anda beribadah pada hari yang tidak ditetapkan oleh Allah namun oleh para “Rasul”.
    Matius 12:8 “Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”
    Matius 5:17-18
    “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.”
    Matius 12:36 “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.”
    JANGAN MEMBINGUNGKAN ORANG YANG INGIN MENCARI KEBENARAN!!!!!

    [dari katolisitas: Silakan membaca terlebih dahulu artikel di atas serta diskusi yang ada. Argumentasi seperti ini hanyalah merupakan pengulangan-pengulangan.]

  2. salam sejahtera.

    kepada penulis artikel.
    Kolose 2:16-17

    Sebelum menyimpulkan ayat-ayat Alkitab kita harus menyadari bahwa bahasa yang digunakan dalam Alkitab PL adalah bahasa Ibrani. Untuk arti terjemahan indonesia “Sabat” dan terjemahan aslinya harus kita ketahui. kata “sabat” bahasa indonesia sangatlah sempit. sebaiknya digali ulang bagi penulis artikel dan pembaca. apabila benar ingin memahami tentang Hari sabat perhentian silahkan digali sendiri.

    sebagai petunjuk:
    apakah kata “sabat” Kolose 2:16-17 bahasa indonesia, mengacu pada arti “Sabat perhentian”? mengapa Yesus memelihara hari “Sabat Perhentian”? Apa benar kedatangan Yesus yang menggenapi hukum taurat termasuk menjadikan “sabat perhentian” tidak perlu dipelihara lagi? Apakah kita sudah mengetahui bahwa kata “sabat” bahasa indonesia dalam terjemahan aslinya dapat berarti “sabat mingguan yaitu sabat perhentian”, “sabat tahunan”, “sabat 7 tahunan”, dan “sabat 50 tahun”.

    Tuhan Yesus menunjukkan kepada masyarakat Yahudi kesalahpahaman mereka mengenai perintah-perintah PL. Mereka telah membuat pengudusan sabat lebih keras daripada yg diperintahkan Allah sendiri. Tidak salah makan pada hari Sabat, sekalipun makanan itu harus didapat dengan memetik gandum di ladang. Juga tidak salah berbuat baik pada hari Sabat. Menyembuhkan adalah perbuatan belas kasihan, dan Tuhan dari hari Sabat itu penuh belas kasihan (lih juga Yoh 5:1-18; Luk 13:10-17; 14:1-6).

    Apabila anda belajar Alkitab, sebaiknya cari tahu bahasa aslinya. atau setidaknya, gunakan Alkitab versi King James Version bahasa Inggris.

    [dari katolisitas: Silakan melihat pembahasan tentang hal ini dalam diskusi ini – silakan klik]

  3. Karenanya disebut SUNDAY ( Hari Matahari ) ?

    [dari katolisitas: Jadi pesan yang ingin disampaikan ?…]

  4. Saudara-saudariku yang kukasihi,,mungkin jawaban yang diberikan masih membingungkan kita.Hendaknya sebelum kita mempelajari Firman Tuhan dan ingin mencari tahu kebenarannya,jangan mengintepretasikan menurut pendapat dan pengetahuan pribadi kita, apa saudara yakin yang saudara intepretasikan itu sesuai dengan apa yang Tuhan maksudkan? marilah kita rendahkan hati,berdoa meminta kuasa Tuhan untuk memberikan kebijaksanaan sebelum kita mulai membaca firman Tuhan,sehingga saudara-saudari dapat mengetahui apa maksud Tuhan yang sesungguhnya… Dalam mempelajari alkitab,coba disertai dengan pembacaan sejarah mengenai kaisar konstantine,sehingga saudara akan lebih memahaminya,dan jangan lupa disertai dengan konkordansi ALKITAB! disana kita semua akan mendapat penjelasan yang Tuhan ingin kita ketahui..mari rendahkan hati kita..Tuhan memberkati kita semua

    [dari katolisitas: Jadi, darimana seseorang tahu mana interpretasi yang sungguh sesuai dengan kehendak Allah atau tidak?]

  5. Kidung Agung

    7:1 Betapa indah langkah-langkahmu dengan sandal-sandal itu, puteri yang berwatak luhur! Lengkung pinggangmu bagaikan perhiasan, karya tangan seniman.
    7:2 Pusarmu seperti cawan yang bulat, yang tak kekurangan anggur campur. Perutmu timbunan gandum, berpagar bunga-bunga bakung.
    7:3 Seperti dua anak rusa buah dadamu, seperti anak kembar kijang.
    7:4 Lehermu bagaikan menara gading, matamu bagaikan telaga di Hesybon, dekat pintu gerbang Batrabim; hidungmu seperti menara di gunung Libanon. yang menghadap ke kota Damsyik.
    7:5 Kepalamu seperti bukit Karmel,rambut kepalamu merah lembayung; seorang raja tertawan dalam kepang-kepangnya.

    Kenikmatan cinta
    7:6 Betapa cantik,betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi.
    7:7 Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya.
    7:8 Kataku: “Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gugusannya Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan nafas hidungmu seperti buah apel.
    7:9 Kata-katamu manis bagaikan anggur!” Ya, anggur itu mengalir kepada kekasihku dengan tak putus-putusnya, melimpah ke bibir orang-orang yang sedang idur!
    7:10 Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju.
    7:11 Mari, kekasihku, kita pergi ke padang, bermalam di antara bunga-bunga pacar!
    7:12 Mari, kita pergi pagi-pagi ke kebun anggur dan melihat apakah pohon anggur sudah berkuncup, apakah sudah mekar bunganya, apakah pohon-pohon delima sudah berbunga! Di sanalah aku akan memberikan cintaku kepadamu!
    7:13 Semerbak bau buah dudaim; dekat pintu kita ada pelbagai buah-buah yang lezat, yang telah lama dan yang baru saja dipetik. Itu telah kusimpan bagimu, kekasihku!

    4:12 Makanlah roti itu seperti roti jelai yang bundar dan engkau harus membakarnya di atas kotoran u manusia yang sudah kering di hadapan mereka.”
    4:15 Lalu firman-Nya kepadaku: “Lihat, kalau begitu Aku mengizinkan engkau memakai kotoran lembu ganti kotoran manusia dan bakarlah rotimu di atasnya

    kiranya saya ingin melksanakan ini bersama di dalam gereja…. boleh ..?


    [dari katolisitas: Kalau Anda sungguh-sungguh serius ingin mengetahui bagaimana Gereja Katolik menginterpretasikan Kitab Kidung Agung, silakan membaca link ini – silakan klik, dan klik ini]

  6. SYALOM,,

    MOHON PENCERAHAN ,APAKAH PASTOR PLUS SEGENAP DEWAN PAROKI BOLEH MENGGESER/MERUBAH MISA MINGGU PADA HARI SABTU, MENURUT SAYA FAKTOR ALAM GEMPA /BANJIR/TEMPAT YG TIDAK MEMUNGKIN YG BISA MERUBAH/MENIADAKAN MISA MINGGU .. MOHON TANGGAPAN ,,

    • Salam Anang,

      kalau Misa hari Minggu dipindahkan ke hari Sabtu pagi atau siang tidak dimungkinkan, tetapi dimungkinkan pada Sabtu sore menjelang matahari terbenam atau Sabtu malam, karena sudah termasuk waktu liturgis hari Minggu. Yang penting ada alasan yang kuat dan dipertanggungjawabkan.

      Salam dan doa. Gbu.
      Rm B.Boli Ujan, SVD.

  7. saya hanya mau memberi tanggapan..

    saya tertarik comment yng mmbahas tentang Kis 20:7 yng membuktikan bahwa hari minggu sedang diadakan kebaktian.. sehingga dinyatakn bahwa hari mnggu adalah hari perbaktian…
    tetapi,, di perjanjian baru ada juga yang menyatakan bahwa hari sabat tetap hari yg dikuduskan..Ingatkah waktu penyaliban Yesus (Yoh 19:31) dimana karena hari persiapan dan esoknya hari sabat sehingga yang disalibkan dan mayat2 di turnkan dengan alasan “Sebab Sabat itu hari besar” (kalimat di dalam tanda petik ada di Alkitab Yoh 19:31, tidak saya kurangkan atau tambahkan)…
    Berarti ada ayat perjanjian lama dan perjanjian baru yang SELALU menyatakan bahwa sabat itu hari yang dikuduskan…

    lalu saya tertarik dengan pendapat ke 5 tentang Keberatan dan alasan tentang hari sabat dan hari minggu…
    Di bagian 5 akhir, ibu menyatakan bahwa : Apakah masih ada yang menerapkan kurban dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela dan dua persepuluh efa tepung sebagai korban sajian setiap hari Sabat?
    saya tertarik dengan hal itu,,,karena kita tidak perlu melakukan hal itu lagi. karena Yesusla korban kita sekrang. 1 Petrus 2:24 = Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.
    Jadi bukan berarti dengan kita tidak memberikan kurban seperti yng ada dalam perjanjian lama pada hari sabat, maka sabat yng dikatakan dalam perjanjian lama tidak berlaku lagi. Justru dalam perjanjian baru dijelaskan bahwa Yesus sekarang korban kita, sehingga tidak perlu lagi kurban domba.

    Jadi menrut saya, ibu sudah memberikan kesimpulan di awal pembahasan ibu di atas. bahwa: Sabat (Ibrani: shabbath) adalah dimulai dari hari Jumat sore (matahari terbenam) sampai Sabtu sore (matahari terbenam). Dan secara prinsip, Allah menginginkan manusia untuk menyembah-Nya secara khusus, karena Allah adalah Pencipta dan Pemelihara kehidupan.

    dan yang saya bingungkan, kenapa di dalam Alkitab tidak terterah langsung bahwa hari yang di kuduskan adalah hari pertama atau hari minggu.. Justru dalam PL dan PB semua menyatakan supaya kita beribadah pada hari sabat, di mana arti sabat itu sudah ibu sendiri yang sudah memberikan artinya di pembahasan ibu di atas…

    Terima kasih…

    • Shalom Bernard,

      1. Yoh 19:31 adalah dasar ayat Perjanjian Baru (PB) untuk perayaan Sabat?

      Anda menjadikan ayat Yoh 19:30, “Sebab Sabat itu hari yang besar”, sebagai dasar mengatakan bahwa hari Sabat adalah hari besar. Tentu saja ayat itu benar. Namun, silakan dilihat konteksnya, sebab memang Sabat adalah hari besar bagi orang-orang Yahudi, yang meminta kepada Pilatus agar kaki orang-orang yang disalibkan itu agar dipatahkan, agar mereka ‘lekas’ wafat, sehingga orang-orang itu mempunyai waktu untuk mempersiapkan diri menjelang perayaan Sabat. Orang-orang Yahudi itu adalah mereka yang menentang Yesus dan menyalibkan Dia. Mereka adalah orang-orang yang tidak percaya kepada Kristus, yang tidak menerima bahwa Kristus adalah Juruselamat mereka, yang menebus mereka dengan wafat dan kebangkitan-Nya. Sekalipun mungkin saja, pada saat itu para murid Yesus juga mempersiapkan diri untuk melaksanakan hari Sabat, itu disebabkan karena kebangkitan Yesus belum terjadi, dan para murid belum menerima Roh Kudus di hari Pentakosta, yang membuat mereka memahami akan makna hari Sabat dan penggenapannya.

      Namun setelah para murid menerima Roh Kudus yang adalah Roh Kebenaran, yang memimpin mereka kepada seluruh kebenaran (lih. Yoh 16:13), mereka ini mengetahui bahwa hari Sabat dan perayaan-perayaan Yahudi lainnya hanya merupakan bayang-bayang akan penggenapannya di dalam Kristus (Kol 2:16-17). Karena itu, mereka tidak lagi merayakan Sabat pada hari ketujuh, namun merayakan hari Tuhan di hari pertama di dalam minggu yaitu hari Minggu, (lih. 1 Kor 16:2, Kis 20:7) untuk merayakan kebangkitan Tuhan Yesus (lih. Mat 28:1; Mrk 16:2,9; Luk 24:1), hari Yesus menampakkan diri-Nya kepada para murid-Nya setelah kebangkitan-Nya (lih. Yoh 20:19).

      Sebenarnya, orang-orang yang memaksakan menggunakan ayat Yoh 19:31 sebagai dasar pelaksanaan Sabat dalam PB, secara obyektif mengabaikan  sejumlah ayat lainnya dalam PB, yang menunjukkan bahwa setelah kebangkitan Tuhan Yesus dan Pentakosta, para murid merayakan hari Tuhan pada hari pertama di dalam minggu. Fakta ini didukung oleh banyak tulisan para Bapa Gereja di abad-abad pertama, yaitu mereka yang menjadi murid/ penerus para Rasul, yang telah menerapkan hari Tuhan pada hari Minggu, sejak awal. Adalah sesuatu yang memprihatinkan bahwa berabad selanjutnya, terutama di abad ke-19, ada denominasi Kristen yang ingin kembali merayakan Sabat, dan dengan demikian memisahkan diri dari pengajaran para Rasul dan mayoritas umat Kristen lainnya yang merayakan hari Tuhan pada hari kebangkitan Tuhan Yesus. Sebab perayaan kebangkitan (hari penciptaan yang baru di dalam Kristus) menggenapi maksud perayaan hari Sabat pada Perjanjian Lama (hari istirahat di akhir penciptaan awal mula dunia).

      2. Merayakan korban Yesus pada hari Sabat?

      Anda menanggapi pertanyaan saya kepada yang menerapkan Sabat, “apakah mereka juga menerapkan kurban dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela dan dua persepuluh efa tepung sebagai korban sajian setiap hari Sabat?” Anda mengatakan demikian, “Kita tidak perlu melakukan hal itu lagi. Karena Yesuslah korban kita sekarang. 1 Petrus 2:24 = Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh. Jadi bukan berarti dengan kita tidak memberikan kurban seperti yang ada dalam perjanjian lama pada hari sabat, maka sabat yang dikatakan dalam perjanjian lama tidak berlaku lagi. Justru dalam perjanjian baru dijelaskan bahwa Yesus sekarang korban kita, sehingga tidak perlu lagi kurban domba…

      Di sini terlihat prinsip ajaran yang secara obyektif tidak lengkap, sebab dengan merayakan hanya korban Yesus pada hari Sabat (Sabtu), menunjukkan perayaan iman Kristiani yang hanya sebagian. Sebab perayaan yang benar dan lengkap adalah sebagaimana yang ditunjukkan oleh Yesus sendiri, dalam penampakan-Nya di perjalanan kedua murid-Nya ke Emaus. Setelah bangkit dari mati, Yesus menampakkan diri kepada mereka, memecahkan roti sebagai peringatan akan pengorbanan, wafat, dan kebangkitan-Nya, pada hari pertama di dalam minggu (lih. Luk 24:1, 13).

      Anda lalu mempertanyakan mengapa tidak ada pernyataan dalam Kitab Suci yang secara langsung menyatakan bahwa murid-murid diharuskan menguduskan hari pertama/ hari Minggu. Sesungguhnya hal ini tidak menjadi pertanyaan bagi jemaat sejak awal, sebab sudah sejak awal Gereja merayakan hari Tuhan pada hari Minggu, mengikuti ajaran lisan dari Tuhan Yesus dan para Rasul, yang melengkapi dan menjelaskan apa yang tertulis dalam Kitab Suci tentang hari Tuhan, yang sebenarnya juga sudah jelas menunjukkan bahwa para murid melakukan ibadat pada hari pertama dalam minggu, yang artinya adalah, mereka menguduskan hari tersebut.

      Silakan, jika Anda tertarik dengan topik ini, untuk membaca pengajaran para penerus Rasul itu sejak abad pertama, yang menunjukkan bahwa sejak awal Gereja merayakan hari Tuhan pada hari minggu, yang baru saja kami tambahkan/ lengkapi di artikel di atas, silakan klik. Bukti-bukti ini lebih kuat daripada interpretasi sejumlah orang tertentu di abad ke-19 tentang hari Sabat untuk menggantikan perayaan hari Tuhan. Adalah lebih otentik untuk mempelajari tulisan para Bapa Gereja tentang suatu ajaran para Rasul, sebab mereka hidup lebih dekat kepada sumbernya, dan menjadi saksi akan pelaksanaan ketentuan itu, daripada orang yang hidup berabad-abad sesudahnya yang mencoba mengira-ngira, apakah sebenarnya yang diajarkan oleh Kristus dan para Rasul, sehubungan dengan menguduskan suatu hari tertentu bagi Tuhan, seperti yang dikehendaki oleh Tuhan.

      Saya juga baru saja menjawab pertanyaan serupa dengan pertanyaan Anda tentang Sabat, jika Anda tertarik, boleh juga Anda membacanya, silakan klik.

      Akhirnya, mari kita memohon kepada Roh Kudus, yaitu Roh Kebenaran, untuk membantu kita memahami dan menghayati apa yang menjadi kehendak Tuhan akan pengudusan suatu hari dalam seminggu bagi Tuhan. Jika maksud-Nya adalah agar kita menjadi semakin disatukan dengan Kristus, yang menjadi puncak penggenapan rencana keselamatan Allah, maka bukankah sudah selayaknya kita mengikuti apa yang dilakukan-Nya sendiri dan diajarkan-Nya melalui para Rasul-Nya dan para penerus mereka?

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  8. Salam sejahtera untuk kita semua.

    Menurut Penanggalan kalender masehi
    Hari 1.senin 2.selasa 3.rabu 4.kamis 5.jumat 6.sabtu 7.minggu
    perhitungan selalu berawal dari 1 bukan dari 0 karena nol tidak bernilai
    Tuhan Allah bekerja 6 hari lamanya dimana itu dimulai dari hari 1(pertama) sampai hari ke 6(enam) nah pada hari ke 7/ tujuh (minggu) Tuhan Allah berhenti bekerja.
    jadi itu bukanlah sebuah dosa.

    [Dari Katolisitas: Namun Kitab Suci mengatakan bahwa Tuhan mencipta mulai dari hari pertama sampai keenam (Kej 1), dan Allah beristirahat pada hari ketujuh (Kej 2:2). Sedangkan hari Kebangkitan Yesus jatuh di hari pertama di dalam Minggu (Yoh 20:1) yaitu yang kemudian dikenal sebagai hari Minggu. Hari kebangkitan Yesus yang menjadikan kita sebagai ciptaan baru (lih. 2 Kor 5:17), menggenapi makna penciptaan Allah, sejak hari pertama sampai keenam yang diakhiri oleh hari ketujuh di mana Allah beristirahat. Hari kebangkitan Kristus inilah yang dijadikan patokan bagi Gereja perdana untuk merayakan hari Tuhan.]

  9. Tolong dijelaskan sedikit mengapa hari beribadah yang dulunya disucikan pada hari sabat atau hari sabtu sekarang diganti menjadi Hari Minggu atau hari pertama?? Apakah ada ayat Alkitab yang menyatakan bahwa hari kebaktian sudah dipindahkan dari hari Sabat menjadi Hari Minggu??

    Terimakasih…

    Tuhan Yesus Memberkati.

    [Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel di atas terlebih dahulu, silakan klik]

  10. Matius 15:9
    Percuma mereka beribadah pada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.
    Matius 13:24-30 dan 36-43
    jelas ayat itu menunjukkan bahwa musuh sudah menebarkan Lalang diantara gandum, dan itu terjadi ketika hari sabat diganti menjadi hari Minggu, sadarkah kalian kalau Tuhan bukan Tuhan yang plin-plan yang akan merubah Hukumnya begitu saja. Siapa yang mau terima berkat yaitu harus mengindahkan hari Sabat/Sabtu, karena hari itulah Tuhan disembah, kalau kau sembah dihari minggu siapa yang anda sembah sedangkan Tuhan juga memulai lagi pekerjaannya? Dewa matahari itulah yang kalian sembah. Kalian sangat jahat! kalian sengaja melakukan itu. Jangan pernah samakan Tuhan dengan Dewa matahari, karena Tuhan lah sendiri yang menciptakan matahari.

    [Dari Katolisitas: Gereja sejak awalnya telah merayakan hari Tuhan pada hari Minggu untuk memperingati hari kebangkitan Kristus. Silakan Anda mempelajari sejarah Gereja, dan Anda akan mengetahuinya. Maka sebaiknya jangan menuduh kami jahat atau menyembah dewa matahari. Tidak ada yang menyembah dewa matahari di sini. Allah itu memang tidak plin plan, oleh karena itu, Ia mengutus Kristus, untuk menggenapi hukum Taurat Musa, dan setelah hukum itu digenapi di dalam Kristus, Ia tidak kembali lagi kepada ketentuan hukum Taurat seolah hukum itu belum digenapi di dalam Kristus. Maka apa yang sudah digenapi Allah di dalam Kristus itulah yang dilestarikan oleh Gereja sejak awal sampai sekarang. Perubahan untuk kembali merayakan hari Sabat pada hari Sabtu, justru baru terjadi di abad ke-19 oleh suatu denominasi tertentu. Mayoritas umat Kristen lainnya yang berpegang kepada ajaran para Rasul, tetap merayakan Hari Tuhan pada hari Minggu.]

  11. Makasih bu inggrid, dan pak Andhika, sy jadi bisa lebih mengetahui dng jelas kebenaran yg sesungguhnya, Holy Sabbath on Saturday

  12. Apakah anda juga beriman kepada Yesus Sang Juruselamat…Jika anda beriman kepada-Nya…hendaklah anda sekalian mengikuti ajaran yang telah Ia ajarkan kepada kita seperti yang telah tertulis dalam Alkitab…

    [Dari Katolisitas: Gereja Katolik berpegang kepada seluruh ajaran Yesus dan para Rasul-Nya, baik yang tertulis dalam Kitab Suci, maupun yang lisan, dalam Tradisi Suci Para Rasul, sebab Kitab Suci memerintahkan demikian (lih. 2Tes 2:15). Dengan pimpinan Roh Kudus itulah, Gereja menetapkan dan merayakan hari Tuhan pada hari Minggu, sebab demikianlah yang diajarkan oleh para Rasul. Sebab makna hari Sabat/ hari Tuhan mencapai penggenapannya pada hari Kebangkitan Tuhan Yesus Kristus pada hari Minggu. Maka setelah penggenapan sempurna ini terjadi, umat Allah tidak merayakan hari Sabat menurut Perjanjian Lama, namun menurut Perjanjian Baru yang mencapai puncaknya pada kebangkitan Kristus itu.]

  13. Pak Stef/Bu Inggrid.

    Saya sedang berdiskusi/berargumentasi dengan teman saya tentang perubahan hari sabat ke hari minggu. Teman saya itu dari advent, yakin bhw yg merubah hari minggu adalah Gereja Katholik.
    Ini sebagian sy copas di sini. Saya harapkan pak Stef/bu Inggrid bisa meyakinkan teman saya itu bh Gereja Katiholik tidak merubah hari Sabat ke Hari Minggu (ibadatnya).
    Dear Martin,

    Supaya lebih mudah terbaca, jawabanku aku ketik dengan warna biru ya. Sebelumnya aku kasi warning dulu, ini email jadinya panjang seperti novel, wkwkwkwk, jadi tolong dibaca pelan-pelan semuanya ya. Aku sudah ngetik susah-susah beberapa jam nyusun email ini sampai pukul 02:30 pagi, jangan kamu baca dengan setengah merem lho, hehehe.

    Sebetulnya semua sdh pernah aku mengerti. Dan kenapa aku masih tetap menampilkan Act 20:7 dan Kor 16:2, karena di situlah yg menjadi dasar awal mula kebaktian pada hari Minggu.

    Bukan karena Constantin dan konsilinya. Konsili Elvira,Konsili Laodecia dan Konsili Orleans daiadakan pada waktu itu karena agama Kristen ditetapkan menjadi agama negara. Konsili2 tersebut sifatnya hanya meneguhkan yg sudah ada. Aku menulis hari kedelapan=hari kesatu. jadi sebetulnya aku bukan mengadakan hari kedelapan.

    Aku gembira sekali kamu menyebut dua ayat ini, karena kedua ayat ini justru membuktikan bahwa di zaman para rasul, tidak ada ibadah pada hari Minggu, hehehe.

    Aku copy saja pembahasan Kis 20:7 di sini supaya lebih mudah kita merefernya:

    Kis. 20:7

    “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.”

    Kesalahan banyak orang dalam mengerti Alkitab adalah hanya mengambil 1-2 ayat tetapi tidak membaca seluruh konteksnya. Marilah kita baca seluruh konteksnya mulai ayat 7-12:

    (7)“Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam. (8) Di ruang atas, di mana kami berkumpul, dinyalakan banyak lampu. (9) Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati. (10)Tetapi Paulus turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: “Jangan ribut, sebab ia masih hidup.” (11) Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat. (12)Sementara itu mereka mengantarkan orang muda itu hidup ke rumahnya, dan mereka semua merasa sangat terhibur.”

    a. Pertama-tama jika membaca seluruh perikop ini dengan teliti, kita tahu bahwa “memecah roti” pada kesempatan ini ternyata bukanlah Perjamuan Suci seperti yang disangka banyak orang, melainkan hanya acara makan bersama sambil berbincang-bincang. Sama sekali tidak disebut tentang cawan anggur yang harus ada dalam Perjamuan Suci dan juga tidak ada kata-kata bahwa perjamuan itu dilakukan sebagai peringatan penebusan Kristus. Bacalah 1 Korintus 23-31, terutama ayat 27:

    “Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan.”

    Nah, mana mungkin di depan Paulus ada yang berani tertidur seandainya ini betul acara Perjamuan Suci!

    b. Tidak beda dengan yang dikatakan dalam ayat berikut:

    “Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati.” (Kis. 2:46)

    Kebiasaan orang Yahudi kalau makan, rotinya dirobek dengan tangan, maka istilah makan adalah “memecah roti”.

    c. Bila kita baca cerita tentang Euthikus yang terjatuh karena mengantuk, lalu bagaimana Paulus turun ke bawah untuk menolongnya, dan setelah itu mereka “kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan” lagi. Jadi ini hanyalah makan bersama yang terjadi paling sedikit 2 x malam itu, dalam suatu pertemuan yang panjang selama sekitar 11 jam, pertama sebelum Euthikus jatuh, dan dilanjutkan lagi setelah Euthikus ditolong. Masa mengadakan Perjamuan Suci 2 x dalam satu pertemuan dengan orang-orang yang sama?

    d. Mengapa mereka berkumpul selama itu sampai fajar menyingsing, sekitar 11 jam? Untuk beribadah kepada Tuhan? T I D A K ! Mereka berkumpul karena Paulus mau berbicara dengan mereka sebelum dia berangkat pagi harinya (fajar Minggu). Paulus mau memberikan pesan-pesannya kepada pengikut-pengikut Kristus ini.

    e. Janganlah menganggap bahwa ayat ini bicara tentang pukul 8 Minggu pagi! Ayat 8 berkata “dinyalakan banyak lampu.” Berarti waktu itu sudah gelap, bukan pagi atau siang hari! Satu-satunya saat gelap (tidak ada matahari) pada hari yang pertama dari suatu minggu adalah setelah matahari tenggelam Sabtu petang hingga datang fajar sekitar 11-12 jam lamanya. Kalau menurut hitungan kita sekarang adalah dari pukul 18:00 hari Sabtu malam Minggu hingga pukul 05:00-06:00 Minggu pagi. Jangan lupa pada zaman Alkitab pergantian hari itu terjadi pada saat matahari tenggelam.

    “Pada hari pertama dalam minggu itu”(ayat 7) berarti setelah matahari tenggelam hari yang ketujuh (Sabtu) mulai pukul 18:00 waktu kita sekarang). Jadi, setelah mereka selesai menjalankan ibadah sabat hari ke-7 (yang berakhir saat matahari tenggelam) mereka melanjutkannya ke acara bincang-bincang sambil makan-makan “sampai fajar menyingsing” (ayat 11).

    Jadi ini sama sekali bukanlah ibadah mingguan kepada Tuhan, mereka melanjutkan pertemuan mereka setelah berakhirnya hari sabat dengan acara bincang-bincang sambil makan karena Paulus akan meninggalkan mereka begitu fajar menyingsing. Memakai ayat ini untuk mengatakan Paulus telah menggeser hari ibadah dari sabat hari ketujuh ke hari pertama dalam minggu, adalah suatu kesalahan dan sama sekali tidak berdasar.

    Hanya satu insiden ini di mana di Alkitab dicatat tentang pertemuan Paulus dengan jemaat pada hari Minggu (sebenarnya malam Minggu hingga fajar Minggu pagi). Dan seperti yang sudah diuraikan di atas, itu bukan ibadah, bukan worship. Itu adalah bincang-bincang sambil makan-makan. Tidak ada orang beribadah sambil makan itu. Jadi ini seperti yang sering terjadi di gerejaku. Setelah acara sabat selesai (magrib malam Minggu), sering-sering diteruskan di gereja dengan acara lain, terutama kalau ada pembicara/pendeta/pengajar dari luar kota. Ini untuk menghemat biaya, supaya si tamu tidak usah bermalam terlalu lama di sini. Hanya saja, belum pernah acara itu dilangsungkan sepanjang malam sampai fajar besoknya, paling-paling pukul 21:00 sudah bubar, hehehe. TAPI ITU TIDAK BERARTI IBADAH HARI MINGGU!

    Sebaliknya, Paulus dan murid-murid Yesus lainnya, SETELAH KEBANGKITAN YESUS tetap beribadah pada hari Sabat. Coba kita cek di ayat-ayat di bawah ini:

    Kis. 17:2-3

    Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: “Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu.”

    Kis. 13:42-44

    Ketika Paulus dan Barnabas keluar, mereka diminta untuk berbicara tentang pokok itu pula pada hari Sabat berikutnya.

    Setelah selesai ibadah, banyak orang Yahudi dan penganut-penganut agama Yahudi yang takut akan Allah, mengikuti Paulus dan Barnabas; kedua rasul itu mengajar mereka dan menasihati supaya mereka tetap hidup di dalam kasih karunia Allah.

    Pada hari Sabat berikutnya datanglah hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Allah.

    Di sini sangat jelas bahwa mereka ber”ibadah” pada hari Sabat itu, dan diminta datang mengajar lagi pada Sabat berikutnya. Mengapa mereka tidak minta supaya Paulus dan Barnabas mengajar pada keesokan harinya saja yang adalah hari Minggu? Karena pada hari Minggu tidak ada ibadah!! Maka Paulus dan Barnabas ditunggu pada sabat berikutnya untuk “mendengar firman Allah.”

    Kis. 13:14

    Dari Perga mereka [Paulus dan kawan-kawannya] melanjutkan perjalanan mereka, lalu tiba di Antiokhia di Pisidia. Pada hari Sabat mereka pergi ke rumah ibadat, lalu duduk di situ.

    Kis. 13:27

    Sebab penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya tidak mengakui Yesus. Dengan menjatuhkan hukuman mati atas Dia, mereka menggenapi perkataan nabi-nabi yang dibacakan setiap hari Sabat.

    Kis. 15:21

    “Sebab sejak zaman dahulu hukum Musa diberitakan di tiap-tiap kota, dan sampai sekarang hukum itu dibacakan tiap-tiap hari Sabat di rumah-rumah ibadat.”

    Kis. 18:4

    Dan setiap hari Sabat Paulus berbicara dalam rumah ibadat dan berusaha meyakinkan orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani.

    Seandainya memang Paulus dan murid-murid yang lain ini sudah mengubah hari ibadah dari hari ketujuh menjadi hari pertama, tentunya mereka sudah mengajarkan perubahan ini kepada orang-orang yang mereka injili. Karena sebetulnya ini menguntungkan mereka, untuk membedakan mereka dari agama Yudaisme. Tetapi tidak. Justru setiap sabat, bahkan “tiga hari sabat berturut-turut” Paulus menginjil di tempat yang sama. Jika Paulus sudah mengajarkan injil yang berbeda dari agama Yahudi, yaitu pembenaran oleh iman, (agama Yahudi mengatakan pembenaran oleh Taurat), maka seharusnya sekalian mengajarkan perubahan hari ibadah supaya agama Kristen bisa lebih nyata bedanya dari agama Yahudi. Tetapi mengapa tidak? KARENA MEMANG TIDAK ADA PERUBAHAN ITU.

    Sekarang mari kita bahas ayat satunya yang kamu sebutkan, 1 Kor 16:2 (terbukti kamu memang tidak membaca attachments yg aku kirimkan ke kamu, wkwkwkwk ) karena seandainya kamu baca, pasti kamu tidak menyebut dua ayat ini lagi, hehehehe. Karena kedua ayat ini bukan membuktikan hari pertama sudah menggantikan hari ketujuh, justru sebaliknya, hehehehe.

    1 Kor. 16:2

    “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing–sesuai dengan apa yang kamu peroleh–menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.”

    Coba baca ayat ini dengan pikiran terbuka. Mana ada kata-kata yang mengatakan jemaat disuruh datang ke gereja atau berkumpul untuk beribadah pada hari pertama??? Yang ada justru, “menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah”. Tidak ada instruksi untuk membawa simpanan itu ke perkumpulan/gereja pada hari pertama itu. Jelas disebutkan “di rumah!”

    Mengapa tidak disuruh datang ke gereja atau tempat perkumpulan? Karena memang bukan waktunya!

    Yang dibicarakan di ayat ini adalah mengumpulkan sumbangan. Sumbangan pada masa dahulu kebanyakan berbentuk materi [hasil bumi, pakaian, dll] jadi proses mengumpul-kannya lebih ribet. Justru karena Paulus tidak mau jemaahnya baru sibuk mengumpul-kan sumbangan pada hari sabat pada waktu mana mereka harus konsentrasi kepada beribadah dan berbakti kepada Tuhan, maka segala kesibukan mengumpulkan sumbangan ini supaya diadakan pada hari pertama setiap minggu [yang bukan hari sabat], dan sumbangan itu supaya disiapkan di rumah masing-masing .

    Coba kita membaca kalimat Paulus dengan lebih cermat. Paulus berkata “jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.” Jadi kesimpulannya apa?

    1. Paulus minta sumbangan disisihkan dan dikumpulan di rumah pada hari pertama.

    2. Paulus berkata, jangan mengumpulkan kalau dia datang.

    Jadi kesimpulannya apa? PAULUS TIDAK AKAN DATANG PADA HARI PERTAMA! Karena itu, hari itu bisa dipakai untuk kesibukan mengumpulkan sumbangan.

    Shocking revelation, bukan?

    Mengapa ayat ini justru dipakai untuk membuktikan hari pertama menggantikan hari ketujuh? Justru terbalik, hehehe. Ayat ini justru membuktikan hari Minggu Paulus tidak datang beribadah!

    Wow, this is fun! Hehehehe.

    Martin, jangan kecil hati karena aku pernah mengalami apa yang kamu alami dulu. Aku juga mengira hari pertama sudah menggantikan hari ketujuh sebagai hari Tuhan, tetapi tidak ada indikasi itu sama sekali dalam Alkitab.

    Bahwa orang Portugis menyebut hari pertama itu Dominggo, itu tidak bisa dijadikan patokan Tuhan yang telah mengubahnya. Pasti orang Portugis tidak bertanya dulu kepada Tuhan sebelumnya, heheheh.

    Tetapi bangsa lain di Eropa menyebut hari Minggu itu hari matahari.

    Hanya di Alkitab, Tuhan menyebut hari ketujuh itu “hari sabat Tuhan Allahmu” (Kel. 20:8-11). Tidak ada satu hari lain pun yang diidentifikasi Tuhan sebagai hari milikNya!

    Tentang nama Dominggo ini nanti aku bahas lagi di bawah.

    Untuk konteks markus 2:27 mari kita baca dari selurh ayatnya(dari ayat 1) , karena menurut aku artinya seperti makan untuk hidup bukan hidup untuk makan.

    Ayo kita bahas Markus 2:23-28 (padahal ini juga sudah ada lho di attachment yang aku kirim). Ayat ini merupakan ayat-ayat paralel dengan Matius 12:1-8.

    Mar 2:27-28

    Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”

    Ini adalah salah satu ayat yang sering dipakai untuk mendukung pembelaan bahwa sabat (hari ketujuh) sudah tidak mengikat lagi, dengan alasan manusia lebih tinggi derajatnya daripada Sabat Hari Ketujuh, jadi manusia boleh saja membatalkannya.

    Tapi ini adalah pengertian yang sama sekali keliru. Coba kita baca ayat itu dengan teliti:

    1. “Hari Sabat (1)diadakan (2)untuk manusia”

    · Kata “diadakan” berasal dari kata dasar “ada” yang artinya “eksis”, “berwujud.” “diadakan” artinya “dijadikan ada”.

    Jadi sabat [perhentian] hari ketujuh itu dijadikan ada/diciptakan oleh Tuhan untuk manusia.

    Karena yang menciptakannya itu adalah Tuhan, maka manusia tidak boleh mengubahnya sesuka hati. Yang berhak mengubahnya hanyalah Tuhan, tetapi karena Tuhan itu tidak pernah berubah, maka peraturanNya pun tidak berubah.

    “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.” [Ibr 13:8]

    “Aku tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan Allah akan tetap ada untuk selamanya; itu tak dapat ditambah dan tak dapat dikurangi; Allah berbuat demikian, supaya manusia takut akan Dia. Yang sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada; dan Allah mencari yang sudah lalu. [Pengkh 3:14-15]

    Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. [Yak 1:17]

    · “untuk manusia” jelas menunjukkan bagi siapa Hari Sabat itu diadakan. Bukan untuk hewan, bukan untuk bangsa Yahudi saja, tetapi “untuk manusia”. Semua yang masuk golongan manusia. Apakah ada dari antara kita yang merasa tidak termasuk golongan manusia? Bagi yang merasa tidak termasuk golongan manusia, maka Hari Sabat itu memang bukan untuk dia.

    2. “dan bukan manusia untuk hari Sabat.”

    Kalimat ini menerangkan bahwa manusia-lah yang membutuhkan Hari Sabat. Hari Sabat tidak membutuhkan manusia! Pada proses penciptaan, Tuhan tidak menciptakan Hari Sabat dulu, baru menciptakan manusia untuk hari Sabat. Tetapi justru setelah Tuhan menciptakan manusia, maka Tuhan mengadakan Hari Sabat untuk kepentingan manusia. Andai Tuhan tidak menciptakan manusia, Tuhan tidak perlu menciptakan hari Sabat!

    Sabat (hari ketujuh) itu dibutuhkan manusia karena setiap hari yang ke-7 kita diingatkan bahwa kita hanyalah makhluk ciptaan, dan keberadaan dan kesejahteraan kita bergantung seluruhnya kepada Khalik Pencipta kita. Inilah salah satu bentuk ketaatan kita kepada Khalik kita.

    Sabat hari ketujuh adalah untuk memperingati event penciptaan dunia. Inilah alasan mengapa setiap hari ke-7, manusia harus berhenti dari pekerjaannya yang rutin, bersujud dan menyembah Tuhan, karena Dia-lah yang menciptakan kita, Dia-lah yang patut kita sembah.

    3. “Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.’”

    Nah, di sini jelas Yesus yang mengklaim bahwa Dia-lah Tuhan atas hari Sabat.

    Bukan manusia yang menjadi tuan atas hari Sabat, oleh sebab itu manusia tidak boleh sesuka hatinya mengubah harinya! Tetapi Tuhan Yesus sendiri-lah yang memiliki hari Sabat itu. Dialah Tuhan atas hari Sabat.

    Sekali lagi di sini jelas, hari Sabat itu bukan punya kita, jadi kita tidak boleh berbuat sesukanya dengan hari itu. Hari Sabat itu kepunyaan Tuhan. Mark. 2:28 ini dengan jelas mengatakan demikian. Begitu juga Kel. 20:10

    “tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.”

    Andai Sabat hari ketujuh itu sudah dihapus, bagaimana Yesus bisa berkata Dia-lah Tuhan atas hari Sabat? Bagaimana Yesus bisa menjadi Tuhan atas sesuatu yang tidak berlaku atau tidak eksis? Memangnya Tuhan Yesus itu Tuhan atas sesuatu yang omong kosong? Ayat ini saja sudah meneguhkan bahwa Sabat hari ketujuh itu TETAP EKSIS! Dan Tuhannya adalah Yesus Kristus sendiri, yang menciptakannya.

    Kesimpulan: Mar.2:27-28 sama sekali tidak memberi manusia wewenang untuk mengubah hari Sabat. Ayat ini justru meneguhkan, bahwa kita sebagai bangsa manusia diberi Hari Sabat oleh Tuhan supaya kita peliharakan, karena hari Sabat itu milik Tuhan, Yesus-lah Tuhan atas hari Sabat. Kalau kita bilang kita mencintai Yesus, tentunya kita menghormati apa yang diklaim sebagai milikNya.

    Sekarang marilah kita membahas seluruh perikop ini sesuai permintaanmu, hehehe, yaitu Markus 2:23-6 dan Matius 12:1-8. Ini juga sudah ada di dalam attachment yang aku kirim. Kita ambil dari tulisan Markus saja.

    Matius 12:1-8

    Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: “Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat.” Tetapi jawab Yesus kepada mereka: “Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah, namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi Bait Allah. Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”

    Orang Farisi menuduh murid-murid Yesus melanggar sabat karena memetik bulir gandum untuk dimakan. Yesus secara sarkastis mengatakan, Dia-lah Tuhan atas hari Sabat, dengan kata lain Dia yang menciptakannya, maka sudah jelas Dia-lah yang paling tahu bagaimana kesucian hari Sabat itu harus dipelihara menurut kehendakNya! Jelas bukan seperti yang diajarkan orang-orang Farisi.

    Sesungguhnya tidak ada larangan untuk makan pada hari sabat. Bagi mereka yang ada di rumah pada waktu makan, tentunya makanan untuk sabat sudah disiapkan sebelumnya. Tetapi bagi murid-murid Yesus yang bepergian terus mengikuti Sang Guru, maka tidak ada orang yang menyiapkan makanan/bekal untuk mereka. Jika pada hari-hari lain mereka bisa membeli makanan, tetapi justru karena hari itu mereka menghormati kesucian hari sabat, mereka tidak membeli makanan mereka. Jadi mereka memetik gandum untuk dimakan. Itu sah-sah saja. Apa bedanya mengambil roti dari atas meja dan memasukkannya ke dalam mulut dengan memetik bulir gandum di ladang lalu memasukkannya ke dalam mulut? Lain halnya kalau mereka memetik gandum, lalu dikumpulkan dan dijual. Itu baru namanya melanggar kesucian hari sabat. Jadi tindakan memetik bulir gandum dan memakannya, SAMA SEKALI BUKAN MEMBATALKAN KESUCIAN HARI SABAT!

    Orang-orang Farisi yang telah membuat peraturan-peraturan tambahan sehingga hari sabat itu sedemikian beratnya dan menjadi beban. Orang-orang Farisi ini mengira bahwa jika hukum Tuhan itu dibuat semakin berat, maka bagi yang bisa melaksanakannya, pastilah dia mendapat pahala terbesar. Mereka tidak mengerti bahwa melaksanakan hukum Taurat tidaklah menyelamatkan mereka. Mereka tidak mengerti konsep iman Abraham. Mereka justru tidak punya iman. Mereka menolak Mesias yang ada di depan mereka karena mereka tidak punya iman. Mereka menganggap mereka bisa mencapai keselamatan itu lewat perbuatan mereka sendiri.

    Luk. 12:1

    “… Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi.”

    Luk. 11:46

    Tetapi Ia menjawab: “Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jaripun.”

    Mat. 23:13

    “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.”

    Jadi teori-teori orang Farisi tentang cara memelihara kesucian hari sabat ini salah besar menurut Tuhan. Tuhan tidak pernah mengajarkan demikian.

    Mat. 5:20

    “Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu [NKJV: righteousness = kebenaran] tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”

    Jadi bagaimana seharusnya cara memelihara kekudusan hari Sabat itu menurut kehendak Tuhan?

    Yesaya 58:13-14

    Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan (1) tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau (2) menyebutkan hari Sabat “hari kenikmatan”, dan hari kudus TUHAN “hari yang mulia”; apabila engkau menghormatinya dengan (3) tidak menjalankan segala acaramu dan dengan (4) tidak mengurus urusanmu atau (5) berkata omong kosong,

    maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu, sebab mulut Tuhanlah yang mengatakannya.

    Hanya itu! Sederhana, bukan? Prinsipnya adalah karena hari itu sudah diklaim Tuhan sebagai milikNya, maka apa pun yang kita lakukan, katakan dan pikirkan pada hari tersebut haruslah terfokus kepada Tuhan. Segala pekerjaan rutin kita yang berhubungan dengan nafkah, dengan kesibukan rumah tangga, dengan aktivitas dunia (belanja, pesta, olahraga, nonton dll) kita hentikan dulu. Kita sudah diberi Tuhan 6 hari untuk kita pakai sesuka hati kita, tetapi 1 hari dalam seminggu, hari yang ketujuh, itu Tuhan mau kita memakainya untuk kemuliaanNya.

    Jika kita bisa justify bahwa apa yang kita lakukan pada hari itu adalah untuk kemuliaan Tuhan, maka perbuatan itu sah kita lakukan pada hari sabat, misalnya merawat orang sakit, misalnya menghibur orang berduka, misalnya bersaksi untuk Tuhan, misalnya mengantarkan orang ke dokter atau rumah sakit ~ semua yang kita lakukan untuk melayani sesama yang kita lakukan untuk kemuliaan Tuhan, itu sah dilakukan pada hari Sabat. Semua rumah sakit Advent pun tetap beroperasi pada hari sabat, semua perawat dan dokternya juga tetap memberikan pelayanan. Itu yang dimaksud Tuhan bahwa hari Sabat diadakan untuk manusia, untuk kebaikan dan manfaat manusia.

    • Shalom Martinus,

      Silakan membaca kembali artikel di atas, yang telah saya lengkapi untuk menanggapi pertanyaan Anda, silakan klik.

      Silakan untuk secara khusus membaca sub-judul: Beberapa Keberatan dan Jawaban seputar hari Sabat dan hari Minggu, point 1 sampai dengan 4, silakan klik, yaitu:

      1. Kis 20:7 membuktikan tidak ada ibadah pada hari Minggu?
      2. Pada abad awal, Rasul Paulus dan para murid masih datang ke sinagoga pada hari Sabat?
      3. 1Kor 16:2 hanya menyangkut tentang pengumpulan sumbangan?
      4. Penentuan Hari Minggu sebagai Hari Tuhan artinya membatalkan kesucian hari Sabat?

      yang baru saja saya tambahkan, untuk menanggapi pertanyaan Anda.

      Maka, jika ada orang Kristen yang berkeras berpegang kepada hari Sabat Yahudi, ya kita sebagai umat Katolik hanya dapat menghormati keyakinannya, namun kita tidak dapat setuju dengan pemahaman itu, walaupun ia mengutip banyak ayat dalam Kitab Suci. Sebab jika seseorang membaca Kitab Suci, tanpa mengindahkan Tradisi Suci para Rasul, maka ia dapat sampai pada kesimpulan yang berbeda dengan yang diajarkan oleh Gereja, dan bahkan dapat sampai pada pemahaman yang keliru/ bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Kristus sendiri. Hal ini terjadi pada banyak orang yang tidak percaya kepada Kristus, yang juga membaca Kitab Suci, namun tidak sampai kepada pemahaman maknanya yang sebenarnya, karena mereka sudah mempunyai prakonsepsi dalam pikiran mereka. Prakonsepsi ini mengakibatkan kecenderungan untuk menjadi selektif dalam membaca dan mengartikan ayat-ayat Kitab Suci: ayat-ayat yang diperhatikan adalah ayat-ayat yang sepertinya mendukung pemahaman mereka saja, sedangkan ayat-ayat lainnya yang menentang argumennya, tidak diindahkan. Gereja Katolik tidak membaca Kitab Suci dengan cara sedemikian. Dalam menginterpretasikan Kitab Suci, Gereja selalu membacanya secara keseluruhan – PL dan PB- dalam bimbingan Roh Kudus yang sama, yang bekerja juga dalam Tradisi Suci para Rasul. Sebab baik Kitab Suci maupun Tradisi Suci, merupakan Sabda Allah yang kita terima dari para Rasul dan para penerus mereka. Dan karena itu, baik Kitab Suci maupun Tradisi Suci berasal dari satu Sumber yang sama, dan keduanya harus diberi penghormatan yang sama. Para Bapa Gereja, yaitu para penerus Rasul, yang hidup lebih dekat dengan zaman para Rasul, lebih benar dalam menginterpretasikan pengajaran para Rasul, jika dibandingkan dengan interpretasi orang di zaman modern yang hidup terpisah sekian abad dengan para Rasul. Para Bapa Gereja adalah para saksi hidup praktek Gereja pada abad-abad awal, sehingga merekalah yang lebih tahu persis tentang apa yang dilakukan oleh para Rasul, yang menerima perintah dari Kristus sendiri, sebagaimana ditulis dalam Injil Lukas (lih. Luk 24:13-35). Para Bapa Gereja itulah yang melestarikan ajaran para Rasul, dan dengan demikian, menghubungkan kita dengan para Rasul, jika kita ingin memperoleh pemahaman yang benar tentang ajaran mereka. Kita perlu dengan rendah hati membaca tulisan-tulisan para Bapa Gereja tersebut, agar kita dapat memahami kehendak dan ajaran Kristus. Kegagalan untuk melakukan hal ini dapat menghantar seseorang kepada pemahaman yang subyektif, atau bahkan keliru. Perlu kita sadari bahwa kuasa mengajar tentang hal iman dan moral yang tidak mungkin salah diberikan kepada para Rasul, secara khusus Rasul Petrus dan para penerus mereka (lih. Mat 16:18,18:18, 28:19-20) namun kuasa ini tidak diberikan kepada setiap orang secara pribadi. Buktinya sudah cukup jelas, yaitu kelompok yang menginterpretasikan Kitab Suci atas dasar pemahaman pribadi akan terpecah belah sendiri, sedangkan Gereja Katolik, yang tekun berpegang kepada ajaran para Rasul, tetap teguh berdiri sebagai Gereja yang satu, selama 2000 tahun, dengan mempertahankan ajaran yang sama.

      Bahwa Gereja sudah sejak awal merayakan Hari Tuhan pada hari Minggu, telah diketahui dari Kitab Suci dan Tradisi Suci, dan telah diterapkan selama berabad-abad. Klaim yang mengatakan bahwa hal ini keliru, sama saja mau mengatakan bahwa Tuhan Yesus membiarkan Gereja-Nya telah disesatkan selama berabad-abad, dan dengan demikian, tidak menepati janji-Nya sebagaimana disebutkan dalam Mat 16:18-19. Padahal Kristus tidak mungkin ingkar janji, dan tidak mungkin Ia tidak setia (lih. 2 Tim 2:13). Maka, jika Kristus berjanji akan menyertai Gereja-Nya sampai akhir zaman (Mat 28:19-20), Ia pasti tidak akan membiarkan Gereja-Nya salah mengiterpretasikan ajaran yang penting ini, dan membiarkannya salah bahkan sampai berabad-abad. Yang lebih masuk akal adalah, Gereja Katolik, atas kehendak Kristus dan pimpinan Roh Kudus, mengajarkan penggenapan makna hari Sabat dalam Hari Kebangkitan Tuhan pada hari Minggu; namun ada sejumlah orang yang tidak mempunyai pemahaman yang sama di zaman modern ini, sebab mereka tidak membaca Kitab Suci dalam kesatuan dengan Gereja Katolik yang melestarikan ajaran para Rasul.

      Nampaknya, harus diakui bahwa perbedaan interpretasi tentang Hari Tuhan ini adalah salah satu akibat dari paham “Sola Scriptura” (Kitab Suci saja). Sejujurnya ini adalah fakta yang memprihatinkan, dan semoga membuka mata hati saudara-saudari kita yang berpegang kepada prinsip Sola Scriptura ini, sebab sungguh perbedaan paham tentang hari Sabat/ hari Tuhan ini adalah salah satu contoh yang jelas, yang memecah belah pandangan sesama umat Kristen non- Katolik itu sendiri. Sebab meskipun mayoritas umat Kristen non-Katolik tetap merayakan hari Tuhan pada hari Minggu, ada sejumlah dari mereka yang ingin berbalik memegang ketetapan Sabat pada hari Sabtu seperti dalam hukum Taurat Musa. Gereja Katolik, berpegang kepada pengajaran para Rasul dan Bapa Gereja, menerapkan hari Minggu sebagai Hari Tuhan yang mengenangkan hari Kebangkitan Kristus, dan mewajibkan umat untuk menguduskannya dengan mengikuti perayaan perjamuan Ekaristi. Namun demikian, setiap hari Gereja Katolik juga mengadakan perayaan Ekaristi, yang dapat diikuti oleh umat, walaupun tidak menjadi kewajiban. Perayaan Ekaristi setiap hari oleh Gereja Katolik di seluruh dunia, merupakan penggenapan dari nubuat Maleakhi (lih. Mal 1:11) yang mengatakan bahwa korban yang tahir akan dipersembahkan di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat, dari terbitnya matahari sampai terbenamnya. Korban yang tahir ini adalah Kristus yang dalam diri para imam-Nya mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya dalam perjamuan Ekaristi/ pemecahan roti.

      Mari kita bersyukur kepada Tuhan atas karunia Gereja-Nya yang telah diberi kuasa oleh-Nya untuk melestarikan segala ajaran-Nya sampai akhir zaman.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • Terima kasih Bu Inggrid. Seperti yg Bu Inggrid/Pak Stef selalu tekankan di katolisitas.org, bhw kami hanya menyatakan iman Katolik kami, kami tidak memaksakan ajaran katolik kepada org lain yg berbeda iman. Itulah yg ingin saya nyatakan kepada teman saya. Kalau dia mempunyai presepsi yg tidak betul tentang iman Katholik ( Katholik merubah hari sabat menjadi hari Minggu), rasanya wajib bagi saya untuk menjelaskannya.
        Dari katolisitas.org inilah saya mendapat banyak pengetahuan tentang Katholik, dan sekaligus menumbuhkan iman saya.
        Tuhan memberkati misi kerasulan bu Inggrid dan pak Stef.

      • “Bahwa Gereja sudah sejak awal merayakan Hari Tuhan pada hari Minggu, telah diketahui dari Kitab Suci dan Tradisi Suci, dan telah diterapkan selama berabad-abad.”

        komentar: kenapa terkesannya bahwa era awal gereja itulah sebagai hukum utama menggantikan hukum yang diajarkan yesus????

        • Shalom Emanuel,

          Jika seseorang menginterpretasikan Kitab Suci seturut pemahaman pribadinya sendiri tanpa mengindahkan ajaran para Rasul dan para penerus mereka, maka ia dapat saja sampai pada pengertian sendiri tentang hari Sabat yang berbeda dengan pengertian Gereja. Inilah yang terjadi pada orang-orang tertentu yang ingin kembali menerapkan hukum Sabat, sunat, maupun larangan-larangan/ ketentuan hukum Taurat. Namun jika ia mau mempelajari apa yang diajarkan oleh para Rasul, yang telah memperoleh urapan Roh Kudus, dan kuasa dari Kristus sendiri untuk mengajar mengenai iman dan moral, maka ia akan mengetahui bahwa sejak semula, Gereja, atas dasar Kitab Suci tidak lagi memberlakukan hukum Sabat, seperti halnya Gereja tidak lagi memberlakukan hukum sunat (lih. Kis 15), dan berbagai ketentuan seremonial Yahudi lainnya. Mengapa demikian, sudah cukup panjang lebar diuraikan di atas.

          Ajaran para Bapa Gereja yang meneruskan ajaran para Rasul itu disebut Tradisi Suci. Tradisi suci para Rasul ini sama pentingnya dengan Kitab Suci, sebab Kitab Suci sendiri menyatakan demikian, yaitu agar Gereja berpegang tidak saja kepada ajaran tertulis -dalam Kitab Suci- tetapi juga kepada ajaran lisan -dalam Tradisi Suci- sebagaimana disebutkan dalam 2 Tes 2:15.

          Anda dan saya tidak diberi kuasa oleh Kristus untuk menginterpretasikan Kitab Suci dengan tidak mungkin salah/ sesat, namun Rasul Petrus dan para Rasul lainnya diberikan kuasa itu (lih. Mat 16:19; 18:18). Maka, jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang topik ini, saya juga mengundang Anda untuk membaca kembali penjelasan para Bapa Gereja tentang mengapa para Rasul dan Gereja perdana merayakan hari Tuhan pada hari pertama dalam minggu, yaitu hari Minggu, dan tidak lagi memberlakukan ketentuan hari Sabat, silakan klik.

          Atau silakan secara khusus membaca dasar Tradisi Suci/ penjelasan dari para Bapa Gereja (yang juga mengajar berdasarkan Kitab Suci), yang baru saja saya lengkapi, silakan klik.

          Tentang hal hari Tuhan ini, para Bapa Gereja hanya menuliskan apa yang telah dilakukan oleh Gereja sejak awal, atas dasar ajaran para Rasul. Ketentuan hari Minggu sebagai hari Tuhan memang baru terjadi setelah kebangkitan Kristus, yang menjadi puncak penggenapan rencana keselamatan Allah. Tak mengherankan, bahwa sebelum Yesus wafat dan bangkit, memang Yesus dan para murid-Nya merayakan hari Sabat. Namun setelah para murid itu dipenuhi Roh Kudus pada hari Pentakosta, mereka sampai kepada keseluruhan pengetahuan bahwa hari Sabat itu hanyalah bayangan samar-samar akan penggenapannya di dalam Kristus pada hari Tuhan, di hari kebangkitan-Nya. Demikianlah Rasul Paulus berkata, “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus….” (Kol 2:16-17). Ayat ini hanyalah satu dari ayat-ayat lainnya yang menyatakan bahwa Gereja sejak awalnya beribadah pada hari pertama dalam minggu (Minggu), sebab hari itulah yang dipilih Tuhan Yesus untuk menyatakan puncak penggenapan rencana Allah, yaitu dengan kebangkitan-Nya dari kematian.

          Maka jika ada sejumlah orang yang ingin kembali ke hukum Taurat, sesungguhnya ia mengabaikan ajaran para Rasul, dan sesungguhnya ia juga mengabaikan ajaran Kristus, yang mengajar Gereja melalui mereka, setelah Kristus sendiri tidak lagi berada secara fisik di dunia. Sebab Yesus berkata, siapa yang tidak mendengarkan/ menolak para Rasul, ia menolak Kristus dan menolak Bapa yang mengutus-Nya (lih. Luk 10:16). Di samping itu, dengan kembali ke hukum Taurat, artinya orang itu lebih memilih untuk mengikuti hukum yang menjadi bayangan/ gambaran samar-samar daripada penggenapannya di dalam Kristus.

          Sejujurnya, Kristus tidak pernah secara eksplisit mengajarkan bahwa merayakan hari Tuhan harus pada hari Sabat. Yang dikatakan Yesus adalah secara umum, tak setitikpun/ tak satu iotapun dari hukum Taurat dapat ditiadakan (lih. Mat 5:18). Dengan merayakan hari Tuhan pada hari Minggu, kita umat Krisiani tidak mengabaikan ajaran Kristus ini. Sebab kita tetap mengakui bahwa pada zaman Perjanjian Lama, memang ada hukum Sabat, dan hal ini jangan dianggap tidak ada. Namun setelah digenapi dalam kebangkitan Kristus, maka makna pelaksanaan hukum Sabat itu dilakukan dengan cara yang berbeda, yaitu dengan memperingati hari penggenapannya yang jatuh pada hari pertama minggu, yaitu hari Minggu, sebab Kristus memilih untuk menggenapinya pada hari Minggu. Gereja sebagai pengikut-Nya, hanya mengikuti apa yang dipilih-Nya.

          Demikianlah, tanggapan saya, semoga berguna.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • termasuk pembantaian jutaan orang yg menentang dominasi dan pengekangan gereja selama ratusan tahun oleh kepausan katolik itu juga sesuai dengan tuntunan suci penerus rasul2 suci ya, tolong minta ayat2nya yg membenarkan penumpahan darah itu.

        • Shalom Sony,

          Sungguh, tak akan ada dasar ditemukan dalam Kitab Suci, untuk melakukan perbuatan pembantaian sesama umat manusia. Bahwa sejarah mencatat adanya pembantaian manusia, itu memang memprihatinkan, tetapi adalah suatu kesimpulan tergesa-gesa, jika Anda hanya menganggap Gereja Katolik yang bersalah dalam hal ini. Sebab faktanya, perbuatan pembantaian umat manusia itu, dilakukan tidak hanya oleh sejumlah oknum anggota Gereja Katolik, namun juga oknum anggota Gereja-gereja non-Katolik, oleh mereka yang non-Kristiani, dan bahkan secara oleh mereka yang tidak mengenal agama. Kenyataan ini membuat kita selayaknya melihat sejarah dengan lebih obyektif. Oknum tidak mewakili keseluruhan, dan kita tahu bahwa ajaran agama yang benar dan tuntunan hati nurani yang bersih, menunjukkan bahwa perbuatan pembantaian manusia adalah perbuatan yang salah.

          Silakan jika Anda tertarik membaca topik ini, untuk membaca artikel berikut ini (silakan klik di judul berikut):

          Tentang Inkuisisi
          Tentang pembantaian Kaum Huguenot di abad ke-16
          Tentang Perang Salib, klik di link ini, dan klik di link ini.

          Barangkali fakta yang tertulis di artikel-artikel itu dapat menjadi masukan bagi pertanyaan Anda.

          Mari menyikapi fakta yang sudah terjadi dalam sejarah sebagai pembelajaran bagi kita untuk mengusahakan perdamaian, dan bukan untuk menuding siapa yang lebih bersalah dalam hal ini. Ada banyak hal dalam hidup ini yang tak dapat kita ubah, antara lain adalah sejarah yang sudah terjadi di masa lalu. Yang dapat kita ubah adalah keadaan di masa mendatang. Dan jika damai itu yang kita cari, marilah memulai dari diri kita sendiri, dengan perkataan dan perbuatan kita.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

  14. syalom,..
    terima kasih kepada Katolisitas atas penjelasannya, semoga dengan membaca artikel ini Iman kita semakin ditumbuhkan.

    Untuk bapak Stefanus dan Ibu Ingrid, bagaimana caranya untuk bisa memperoleh kesabaran seperti yang anda tunjukkan.
    Terima kasih

    [Dari Katolisitas: Terima kasih atas apresiasi Anda. Sejujurnya, kamipun jatuh bangun untuk mengusahakan agar dapat melaksanakan karya kerasulan ini dengan kesabaran dan semangat kerendahan hati dan kelemahlembutan. Kami memperoleh kekuatan terutama dari Kristus yang setiap hari kami sambut dalam perayaan Ekaristi, demikian juga dari doa-doa pribadi, maupun dukungan doa dari sesama saudara/i dalam Kristus. Semoga Tuhan juga berkenan menyertai Anda sekeluarga.]

  15. kenapa umat katolik beribadah di hari minggu (hari pertama)? bukankah firman Tuhan sendiri berkata untuk menguduskan hari ketujuh (Sabtu)? Apakah KGK lebih prioritas dari alkitab itu sendiri?

    [dari katolisitas: Silakan membaca tanya jawab di atas – silakan klik, beserta dengan diskusinya di bagian bawah.]

  16. apakah gereja katolik mengubah hari sabat ke hari minggu? jawabnya Ya. dalam cateism of the councel of trent yang diterjemahkan oleh jhon A, Mc. hugh dan J. callan. dalam buku itu juga kita menemukan beberapa pertanyaan yang ditanyakan seputar tentang perubahan hari sabat ke minggu.

    pertanyaan : mengapa kita memelihara hari minggu ganti hari sabtu?
    Jawab: karena majelis laodekia ( 336 TM) memindahkan hikmad dari hari sabtu ke hari minggu. Gereja Allah (katolik) telah memikirkannya baik untuk memindahkan perayaan dan pemeliharaan hari sabat ke Minggu.

    pertanyaan: adakah engkau mempunyai cara lain untuk membuktikan bahwa gereja mempunyai kuasa untuk menetapkan hari raya atau peraturan?

    jawab: sekiranya ia tidak mempunyai kuasa demikian , ia tidak dapat melakukan itu di mana semua pemimpin agama modern setuju kepadanya, ia tidak dapat menggantikan pemeliharaan hari minggu hari pertama untuk pemeliharaan hari sabtu hari ketujuh, suatu perubahan untuk mana tidak ada kekuasaan kitab suci. A doctrinal catesism hal 174.

    pertanyaan : bagaimanakah engkau membuktikan bahwa gereja ( katolik) mempunyai kuasa untuk memerintahkan pesta – pesta dan hari suci?

    jawab: Dengan tindakan menukar hari sabat ke hari minggu yang di ijinkan kaum pembaharu dan oleh sebab itu mereka sendiri bertentangan oleh memelihara hari minggu dengan setia, dan melanggar kebanyakan hari pesta-pesta lain yang dieperintahkan oleh gereja yang sama.

    pertanyaan : bagaimana engkau membuktikannya?
    jawab: karena dengan memelihara hari minggu mereka mengakui kuasa gereja untuk mentahbiskan pesta-pesta dan memerintah mereka di bawah dosa, dan dengan tidak memelihara pesta-pesta lainnya yang diperintahkan olehnya sebenarnya mereka kembali menyangkal kekuasaan yang sama. Rev. henry tubewille, D.D.R.c., an abridgement of the christian Doctrine, hala 58

    [Dari Katolisitas: Ini adalah pandangan Anda dan mungkin sejumlah lainnya yang mengartikan Kitab Suci menurut pemahaman pribadi tanpa memperhitungkan ajaran Gereja yang diturunkan oleh para Rasul. Pemahaman yang memisahkan Perjanjian Lama dari penggenapannya dalam Kristus dalam Perjanjian Baru, tidak berasal dari zaman para Rasul, dan dengan demikian pengertian macam ini justru tidak memiliki dasar yang kuat. Diskusi serupa tentang hal ini sudah banyak sekali di situs ini, sehingga tidak perlu diulangi di sini. Jika Anda tidak setuju dengan penjelasan kami, kami tidak memaksa Anda, namun silakan juga menghormati keputusan kami untuk setia pada pengajaran para Rasul dalam mengartikan Sabat ini dalam kehidupan Gereja].

  17. Daniel 7:25 berbunyi: Ia akan mengucapkan perkataan Yang Mahatinggi dan akan menganiaya orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi; ia berusaha untuk mengubah waktu dan hukum, dan mereka akan diserahkan ke dalam tangannya selama satu masa dan dua masa dan setengah masa.

    Gereja katolik melalui kepausan mengubah hukum ke IV dari sepuluh hukum.

    KELUARAN 20 : 8 – 11

    8) Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat:

    (9) enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,

    (10) tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.

    (11) Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.

    Perjanjian baru menguatkannya.

    Mateus 5:16,17 dan 18 berbunyi :

    (17) Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

    (18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

    Lukas 16:17

    (17) Lebih mudah langit dan bumi lenyap dari pada satu titik dari hukum Taurat batal.

    Jadi atas dasar apa kepausan merobah hari Kudus hari ketujuh hari sabat/ Sabtu hari perbaktian yang diperintahkan Tuhan melalui sepuluh hukum?

    Mohon saudara-saudaraku kita kembali kepada ajaran Yesus hanya berpedoman kepada kitab suci Alkitab.

    [dari katolisitas: Silakan melihat tanya jawab di atas – silakan klik, dan dialog di bawahnya.]

  18. Pro saudara-saudara yang mengimani hukum sabat / non-Katolik.
    Saya senang sekali mengikuti diskusi ini, tetapi saya merasakan ketimpangan dalam prosesnya:
    Saya tidak begitu yakin bahwa saudara non Katolik memiliki niat untuk mencari kebenaran berdasarkan ajaran Yesus. Artinya saya menduga mereka ini bermaksud meruntuhkan doktrin Gereja Katolik. Sebagai buktinya:
    a. Pertanyaan mereka sama, dan di ulang-ulang. Yaitu berkisar pada bahwa Gereja Katolik tidak alkitabiah.
    b. Mereka tidak pernah memberikan sanggahan yang berdasarkan fakta ilmiah terhadap jawaban katolisitas.
    c. Mereka tidak pernah memberikan kesimpulan terhadap hasil diskusi, setuju atau tidak setuju, tapi cenderung diam, atau meninggalkan arena tanpa pesan.
    Semoga Roh Kudus memberikan karunia kepada mereka.

    [dari katolisitas: Kadang dalam beberapa diskusi panjang, memang kita membatasi beberapa kali putaran, karena keterbatasan waktu]

  19. Syaloom….
    Yohanes 14 : 15 “Jikalau kamu mengasihi aku turutlah SEGALA HUKUMKU”, Tuhan yang penuh Kasih sanggup mengampuni manusia ciptaannya yang berdosa, melalui darah dan tubuh Yesus di kayu Salib. apakah bapak dan ibu juga Kasih terhadap Tuhan? Jika bapak dan Ibu Kasih tentunya menuruti SEGALA HUKUM TUHAN, bukan merubah HUKUM TUHAN… 10 Hukum bukan menyelamatkan kita,tapi Kasih Karunia Tuhan Yesus yang menyelamatkan kita, melalui Iman dan perbuatan kita yang sesuai dengan 10 PERINTAH ALLAH…kalau bapak dan ibu menganggap HARI SABAT TUHAN sudah tidak berlaku karena Yesus telah hadir dan bangkit, bagaimana dengan Larangan jangan membunuh,Jangan Berdusta,Jangan Berzinah… apakah itu ikut juga dihapuskan..?? Ingat Kitab Daniel 7 : 25 Jelas disebutkan bahwa Setan atau anti Kristus akan mengubah waktu dan HukumNYA…untuk itu Tuhan Allah kita Allah yang Maha tau menuliskan dengan jarinya sendiri dihukum yang ke IV dengan kata awal INGATLAH Akan Hari Sabat, karena Tuhan tahu bahwa hari Sabat itu akan dilupakan Manusia. dan pada kenyataannya Manusia telah merubah hari SABAT menjadi hari Minggu…
    Rasul -rasul setelah Yesus naik ke Surga apakah menguduskan Hari Minggu? Kisah 13:14,42 dan Kisah 16 : 13, Kisah 18:3,4…Rasul Paulus tetap mengikuti apa yang Yesus lakukan beribadah pada hari Sabat bukan hari Minggu, tidak ada ayat dalam FIRMAN TUHAN yang menyatakan setelah aku bangkit dan naik ke Surga maka Hari Sabat yang sudah ditentukan Tuhan dirubah menjadi hari Minggu dimana AKU BANGKIT….! sebaiknya back to Bible ajarkanlah Ajaran yang dilakukan TUHAN YESUS..
    Bukankah Bapak dan Ibu mau menuruti apa yang Yesus katakan..dan lakukan?

    Tuhan memberkati

    [dari katolisitas: Saya yakin Anda berniat berdiskusi dengan baik. Salah satu cara untuk berdiskusi dengan baik adalah dengan mencoba memahami posisi teman dialog Anda. Karena topik ini telah dibahas cukup lama, maka ada dialog yang telah dilakukan dan tanya jawab di atas – silakan klik – juga telah memberikan argumentasi. Jadi, kalau Anda berniat berdiskusi dengan baik, maka Anda dapat meberikan sanggahan atas apa yang telah dituliskan dan jangan mengulang argumentasi yang telah diberikan. Semoga dapat dimengerti.]

  20. sayang sekali,
    kesimpulan saya ini,…. orang yang menyakini postingan ini lebih mendengar ciptaan daripada penciptanya sendiri.
    I hope you learn to think clearly in the Bible

    [Dari katolisitas: Sayang sekali Anda belum mau membaca argumentasi yg telah diberikan serta diskusi yg telah ada, sehingga tuduhan-tuduhan yang diberikan selalu sama dan tidak ada perubahan apapun.

    • Salam, Amapara

      Terima kasih atas perhatian anda pada kami, umat Katolik, agar selalu mendengarkan Sabda Allah dalam Kitab Suci. Semoga Sabda Allah senantiasa menjadi jalan kebenaran dan hidup umat Kristiani.

      Permasalahan Amapara mengenai “think clearly in the Bible” sebenarnya adalah masalah klasik yang berakar dari satu peristiwa : Reformasi Protestan. Di zaman itu, Martin Luther menggagaskan bahwa Gereja tidak memiliki kuasa mengajar dan menafsirkan Kitab Suci. Tentu saja, ini konsekuensi dari penolakannya terhadap otoritas Gereja secara keseluruhan. Akibatnya, ia harus mencari suatu tonggak yang dapat dijadikan patokan kebenaran, dan ia memilih Kitab Suci dan hanya Kitab Suci saja, yang sebenarnya salah satu dari tiga pilar kebenaran Gereja.

      Pola pikir ini mengakibatkan tidak adanya kuasa mengajar yang berwenang menjadi garis pemandu dalam menafsirkan Kitab Suci. Setiap orang memiliki tafsirannya masing-masing dan mengklaim Roh Kudus yang mengilhami mereka. Ini terbukti dari banyaknya denominasi Kristen yang memiliki ajaran berbeda-beda. Salah satunya adalah apa yang Amapara yakini.

      Gereja Katolik percaya bahwa penafsiran yang Gereja pegang adalah benar karena : 1) Kristus sendiri yang berjanji memberi kuasa mengajar pada Gereja, yang tentu saja disertai rahmatNya supaya apa yang diajarkan Gereja tidak sesat, dan 2) Terbukti secara historis bahwa Gereja sedari dahulu menjalankan ibadah dan penyembahan pada Allah di hari Minggu. Berikut adalah beberapa kutipan yang dapat kita lihat :

      The Didache
      “On the Lord’s own day, assemble in common to break bread and offer thanks, but first confess your sins so that your sacrifice may be pure.” (Didache 14 – 70 AD)

      Ignatius
      “If, therefore, those who were brought up in the ancient order of things have come to the possession of a new hope, no longer observing the Sabbath, but living in the observance of the Lord’s Day, on which also our life has sprung up again by Him and by His death–whom some deny, by which mystery we have obtained faith, and therefore endure, that we may be found the disciples of Jesus Christ, our only Master.” (To the Magnesians 9:1 – 110 AD)

      Clement of Alexandria
      “The seventh day, therefore, is proclaimed a rest – abstraction from ills – preparing for the Primal Day, [The Lord’s Day] our true rest; which, in truth, is the first creation of light, in which all things are viewed and possessed. From this day the first wisdom and knowledge illuminate us. For the light of truth–a light true, casting no shadow, is the Spirit of God indivisibly divided to all, who are sanctified by faith, holding the place of a luminary, in order to the knowledge of real existences. By following Him, therefore, through our whole life, we become impossible; and this is to rest.” (Stromata 6:16 – 202 AD)

      Tertullian
      “In fine, let him who contends that the Sabbath is still to be observed as a balm of salvation, and circumcision on the eighth day because of the threat of death, teach us that, for the time past, righteous men kept the Sabbath, or practiced circumcision, and were thus rendered “friends of God.” For if circumcision purges a man since God made Adam uncircumcised, why did He not circumcise him, even after his sinning, if circumcision purges? At all events, in settling him in paradise, He appointed one uncircumcised as colonist of paradise. Therefore, since God originated Adam uncircumcised, and inobservant of the Sabbath, consequently his offspring also, Abel, offering Him sacrifices, uncircumcised and inobservant of the Sabbath, was by Him commended; while He accepted what he was offering in simplicity of heart, and reprobated the sacrifice of his brother Cain, who was not rightly dividing what he was offering. Noah also, uncircumcised – yes, and inobservant of the Sabbath–God freed from the deluge. For Enoch, too, most righteous man, uncircumcised and in-observant of the Sabbath, He translated from this world; who did not first taste death, in order that, being a candidate for eternal life, he might by this time show us that we also may, without the burden of the law of Moses, please God.” (An answer to the Jews 2 – 203 AD)

      Teaching of the Apostles
      “The apostles further appointed: On the first day of the week let there be service, and the reading of the Holy Scriptures, and the oblation: because on the first day of the week our Lord rose from the lace of the dead and on the first day of the week He arose upon the world, and on the first day of the week He ascended up to heaven, and on the first day of the week He will appear at last with the angels of heaven.” (Teaching of the Apostles 2 – 225 AD)

      Origen
      “Hence it is not possible that the rest after the Sabbath should have come into existence from the seventh of our God; on the contrary, it is our Saviour who, after the pattern of His own rest, caused us to be made in the likeness of His death, and hence also of His resurrection.” (Commentary on John 2:27 – 229 AD)

      “On the seventh day He rested from all His works, and blessed it, and sanctified it. On the former day we are accustomed to fast rigorously, that on the Lord’s day we may go forth to our bread with giving of thanks. And let the parasceve become a rigorous fast, lest we should appear to observe any Sabbath with the Jews, which Christ Himself, the Lord of the Sabbath, says by His prophets that ‘His soul hateth;’ which Sabbath He in His body abolished.” Victorinus, On the Creation of the World (A.D. 300).

      Amapara mungkin dapat berargumen bahwa ajaran tersebut adalah “hasil hikmat dan kehendak manusia, bukan kehendak Allah”. Namun, bila kita mau jujur, orang-orang tersebut lebih dekat secara waktu dan budaya pada zaman Yesus dan saksi-saksi penerus ajaranNya masih hidup.

      Di samping itu, bila banyak orang mengklaim ajarannya diilhami oleh Roh Kudus, apa yang menghambat Roh Kudus untuk mengilhami mereka? Bukankah bisa jadi ajaran mereka diilhami oleh Roh Kudus? Apabila Roh Kudus mengilhami mereka untuk meneruskan ajaran Rasul untuk beribadah di hari Minggu, tidak mungkin Roh Kudus mengatakan hal sebaliknya berabad-abad kemudian. Bukankah Allah kekal dan tidak berubah? Bukankah Firman Tuhan kekal dan tidak berubah?

      Semoga melalui penjelasan ini, setidaknya Amapara dan teman-teman Kristiani lainnya bisa melihat bahwa Gereja Katolik tidak mengubah dan memang tidak berkuasa untuk mengubah apa yang sudah Kristus ajarkan sedari dahulu, seperti yang terlihat pada bukti-bukti historis diatas. Masih ada banyak bukti dan kutipan lainnya dalam situs Katolisitas maupun sumber lainnya untuk menjelaskan hal ini. Semoga Allah membawa kita pada kepenuhan kebenaranNya.

      Pacem,
      Ioannes

  21. berdasarkan penjelasan. memang logik jika saya baca menurut kehendak manusia. tetapi Demi kebenaran saya kasihan pada umat yang sanggup menurut tradisi hanya kerana majoriti. sejarah gereja membuktikan “manusia” yg dianggap suci telah ubah ketentuanNya. saya sarankan agar cari kebenara bukan cari Firman untuk menyokong “ungkapan manusia” yang mengubah kebenaran. apa pun alasan tiada perintahNya 1 menggantikan ketujuh. tiada langsung

    • Shalom Jkb,
      Anda mempunyai pendapat demikian, karena Anda tidak meyakini bahwa para Rasul dan para penerus mereka dipimpin oleh Roh Kudus yang sama dengan Roh Kudus yang menginspirasikan penulisan Kitab Suci. Namun kami umat Katolik percaya bahwa Roh Kudus terus bekerja membimbing Gereja, sejak dari zaman para Rasul sampai sekarang. Jika kemudian para Rasul dan para penerus mereka menerapkan Sabat pada hari pertama Minggu, karena menghormati hari Kebangkitan Kristus, maka itulah yang menjadi kehendak Allah bagi Gereja-Nya. Maka hal hari Minggu sebagai hari Tuhan, bukan ketentuan manusia semata atau ketentuan mayoritas seperti perkiraan Anda. Kebangkitan Kristus yang menjadi puncak penggenapan rencana keselamatan Allah terjadi pada hari Minggu, dan adalah kebijaksanaan Tuhan yang menentukan bahwa Kristus bangkit pada hari tersebut.

      Jika Anda tidak setuju dengan kami, tidak apa-apa, sebab itu adalah hak Anda. Tetapi kami juga mempunyai hak untuk dengan teguh memegang pengajaran para Rasul yang jelas memperoleh kuasa Roh Kudus, dan telah menerima jaminan dari Kristus bahwa ajaran mereka tidak mungkin salah (lih Mat 16:18-19, 18:18). Dari para Rasul-lah kita menerima kitab-kitab Perjanjian Baru yang menjadi penggenapan kitab-kitab Perjanjian Lama. Jika Gereja sejak awal merayakan hari Tuhan pada hari Minggu (Hari Kebangkitan Kristus) maka sudah selayaknya hal tersebut dilestarikan demi penghormatan kita kepada Kristus yang menjadi penggenapan  hukum Taurat pada Perjanjian Lama, dan bukannya kembali kepada ketentuan Perjanjian Lama, padahal penggenapannya yang lebih sempurna sudah ada. Maka yang terpenting ditangkap adalah esensi dari hukum Taurat, dalam hal ini ketentuan Sabat, yaitu bahwa Tuhan menghendaki kita menguduskan satu hari dalam seminggu bagi-Nya; dan bahwa kemudian Kristus menggenapinya pada hari Kebangkitan-Nya pada hari pertama dalam Minggu (lih. Mat 28:1, Mrk 16:9, Luk 24:1, Yoh 20:1). Inilah yang dirayakan oleh para Rasul dan Gereja perdana (Kis 20:7) sampai sekarang. Di sinilah terlihat bagaimana Kristus sendiri menggenapi hukum Sabat, namun Ia sendiri tidak terikat di bawah hukum itu, namun mengatasi dan menyempurnakannya.

      Rasul Paulus mengatakan, “Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang, supaya kita dibenarkan karena iman. Sekarang iman itu telah datang, karena itu kita tidak berada lagi di bawah pengawasan penuntun.” (Gal 3:24-25). Sebab di dalam Kristus kita yang percaya dijadikan ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Kor 5:17). Kebangkitan yang menandai penciptaan kita sebagai manusia baru itu terjadi di hari pertama Minggu yang menjadi penggenapan makna Penciptaan Allah di hari pertama. Demikianlah pengudusan hari pertama dalam Minggu menggenapi makna pengudusan hari Sabat.

      Akhirnya, mohon maaf kami tidak dapat menayangkan komentar-komentar Anda yang Anda sertakan pada komentar-komentar pembaca yang lain tentang Sabat, karena hal Sabat ini sudah panjang lebar dibahas di sini, dan komentar-komentar Anda-pun senada dengan komentar beberapa pembaca yang sudah ditayangkan sebelumnya. Kami umat Katolik tidak memaksa Anda jika Anda tetap mempertahankan Sabat pada hari Sabtu, sesuai dengan yang diajarkan pemimpin Anda. Namun kami memilih untuk melestarikan Tradisi Suci para Rasul, sesuai dengan Kitab Suci, yaitu untuk merayakan hari Tuhan pada hari pertama dalam minggu, yaitu hari Minggu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

      • saya kecewa dengan pendapat anda mengatakan tradisi sesuai dengan kitab suci karna Tuhan Yesus berkata pada orang farisi bahwa lebih mengikuti tradisi dari pada firman Tuhan….

        apakah masa penganiayan orang2 yg di sebut bidat padahal mereka belajar kitab suci di ilhami oleh roh kudus??
        atau??? anda jawab sendiri dalam hati…
        sejarah mencatat dan anda tak bisa bohong gereja menganiaya orang2 tak berdosa, karna belajar kitab suci,apa Yesus tipe penganiaya…??
        tapi ingatlah bahwa segala sesuatu itu ada masanya dan Tuhan akan membawa semua perbuatan itu kedepan pengadilan yg adil…

        • Shalom Maydri,

          Tradisi yang dikecam oleh Tuhan Yesus adalah tradisi yang ditentukan oleh manusia, yang akhirnya malah mengaburkan hukum Tuhan yang terutama yaitu hukum cinta kasih kepada Tuhan dan sesama (misalnya aturan hari Sabat yang sangat rumit, sehingga orang tak berani menolong sesama yang membutuhkan pertolongan pada hari Sabat itu karena takut melanggar aturan tersebut). Tradisi manusia macam ini tidak sesuai dengan Kitab Suci, sehingga Tuhan Yesus mengecamnya. Namun Tradisi Suci para Rasul, itu berasal dari Kristus sendiri, dan karena itu tidak mungkin bertentangan dengan Kitab Suci, sebab keduanya bersumber dari satu sumber yang sama, yaitu Sang Firman Allah yaitu Kristus sendiri.

          Gereja Katolik percaya, bahwa Roh Kudus yang sama yang telah dicurahkan pada saat Pentakosta, masih terus membimbing Gereja. Dan bimbingan ini nyata dalam ajaran Gereja yang didirikan Kristus, sebab Kristus menjamin kuasa mengajar kepada para rasul, terutama Rasul Petrus dan para penerusnya sampai akhir zaman (lih. Mat 16:18-19; 18:18, 28:19-20). Nah pernyataan Gereja bahwa suatu ajaran itu sesat, umumnya ditentukan oleh para penerus Rasul ini, demi menjaga kemurnian ajaran iman sesuai dengan yang diajarkan oleh para Rasul. Sedangkan bahwa para pengajar sesat ini dihukum, hal ini tidak terpisahkan dari sistem hukum dan kemasyarakatan pada saat itu, yang memang memberlakukan hukuman sedemikian kepada mereka yang mengakibatkan kekacauan dalam masyarakat.

          Maka tidak benar bahwa Gereja Katolik menganiaya orang-orang tak berdosa. Mungkin ada baiknya Anda membaca terlebih dahulu fakta sejarah tentang hal ini, yang telah pernah diulas di situs ini:

          Tentang Ajaran Sesat Albigenses
          Tentang Inkuisisi
          Tentang Pembantaian Kaum Huguenot di abad ke-16

          Tanggapan terhadap video the World’s Last Chance

          Ya, Tuhan akan menyatakan segala yang benar dan salah pada akhirnya nanti dalam Pengadilan Terakhir. Kita semua mempunyai pengharapan akan keadilan dan belas kasih Tuhan yang akan menyatakan segala sesuatunya sesuai dengan yang sesungguhnya terjadi. Kesadaran akan hal ini seharusnya membuat kita tidak lekas menghakimi sesama, karena tahu bahwa kitapun akan dihakimi oleh Tuhan berdasarkan ukuran yang kita pakai untuk menghakimi tersebut (lih. Luk 6:38).

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          Ingrid Listiati- katolisitas.org

  22. maaf boleh kah saya bertanya..
    1.Apakah Natal Alkitabiah atau dari perintah paus atau sebagainya..
    2.kalau kita benar2 mengerti arti sunday artinya adalah Hari Matahari,sedangkan sesuai Saturday artinya Duduk atau beristirahat..bukankah kita diperintahkan ibadah Hari sabat..
    atau Sabat itu menurut katolik hari apa..sabtu atau minggu..
    terimaksih..

    • Shalom Holong,

      Tentang Sabat, mohon agar Anda dapat membaca terlebih dahulu tanya jawab di atas dan diskusi di bawahnya – silakan klik. Kalau Anda menolak Sunday yang sepertinya berkaitan dengan kebiasaan pagan, maka kalau mau konsisten, Anda juga harus menolak hari-hari lain, karena: Sebab Sunday, berkaitan dengan matahari (Sun), Monday, dengan bulan (moon), Tuesday dengan dewa Tiu, Wednesday dengan dewa Woden, Thursday dengan dewa Thor, Friday dengan Freya, Saturday dengan Saturnus. 

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  23. syalom katolisitas

    bukankah lebih mudah mengatakan bahwa katolik bukan/tidak memindahkan hari sabat dari hari sabtu ke hari minggu karena memang yang dirayakan pada hari itu memang berbeda.

    hari sabat dirayakan/dikuduskan untuk memperingati selesainya penciptaan.
    sedangkan hari minggu memperingat kebangkitan kristus, kebangkitan Tuhan.

    jika katolik memindahkan hari sabat, berarti memindahkan hari berhentinya penciptaan dari hari sabtu ke hari minggu.

    seharusnya yang menjadi pertanyaan bukan apakah katolik mengubah/memindah hari sabat ke hari minggu, tetapi mengubah hari yang dikuduskan Tuhan, dari hari sabat ke hari minggu?

    1. dengan begitu pertanyaannya : apakah hari sabat tidak lagi kudus bagi orrang katolik?
    (Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat” (lih. Kel 20:8; bdk Ul 5:12; Yeh 20:20)

    2. menurut saya semua tindakan yesus dalam alkitab (yang sering bertentangan dengan orang farisi)tentang hari sabat tidak bermaksud untuk mengubah kekudusan hari sabat, tetapi justru meneguhkan.

    mengapa begitu, sebab, orang yahudi memberikan peraturan dalam hari sabat yang justru malah membuat hari sabat yang kudus, menjadi tidak kudus.

    misal ketika yesus menyembuhkan orang pada hari sabat, adalah melanggar peraturan/hukum sabat.

    maksud yesus adalah(menurut saya) : Allah yang adalah kasih tidak mungkin melarang umatnya untuk menyembuhkan orang sakit karena itu bertentangan dengan kasih Allah.

    jadi yang di tentang oleh yesus BUKAN MENGENAI KEKUDUSAN HARI SABAT, tetapi peraturan umat yahudi dalam sabat yang tidak sesuai dengan kasih Allah.

    3. kalu umat katolik merayakan hari minggu (kecuali karena alasan berhentinya penciptaan adalah hari minggu-fakta : sabtu/sabat)sebagai hari Tuhan juga tidak masalah.

    namun tidak menguduskan hari sabat, hanya karena tidak lagi terikat oleh aturan tsb, atau hanya karena ada hari lain yang lebih kudus, juga sepertinya tidak benar.

    menurut saya menguduskan dua hari, sabat/ sabtu dan minggu bisa lebih baik, menguduskah hari pertama dan terakhir.

    terima kasih

    • Shalom Xellz,

      Terima kasih atas komentarnya. Memang apa yang dirayakan antara hari Sabat dan hari Minggu adalah berbeda, di mana hari Sabat adalah hari ke-tujuh masa penciptaan dan hari Minggu adalah hari ke-delapan atau hari pertama masa penciptaan. Tuhan memang memerintahkan untuk mengkuduskan hari Sabat di dalam Perjanjian Lama, yang dijalankan oleh bangsa Israel. Dengan hukum moral yang sama – yaitu untuk menguduskan hari Tuhan – maka umat Kristen, termasuk jemaat perdana beribadah pada hari Minggu. Dengan beribadahnya jemaat perdana pada hari Minggu, maka juga menyatakan iman yang telah diperbaharui di dalam Kristus, yang memuncak pada kebangkitan Kristus – yang terjadi pada hari Minggu. Dengan demikian, iman Kristen tidak terikat pada hari Sabat, namun mengkuduskan hari Minggu sehingga ibadah umat Kristen berakar dalam dalam misteri Paskah Kristus. Tentu saja semua hari adalah kudus, namun dengan mempunyai hari Minggu sebagai hari seluruh umat beriman beribadah, maka kita melihat adanya persatuan seluruh umat beriman untuk bersama-sama datang kepada Tuhan dan memuji dan memuliakan nama-Nya.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  24. Bapak Stefanus dan Ibu Ingrid yang dikasihi Tuhan
    Hari Sabat adalah hari dimana Allah telah selesai menciptakan langit dan bumi, sedangkan hari minggu adalah hari kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian. Keluaran 20 : 8 Hari yang disucikan Allah Bapa sendiri adalah Sabat(sabtu) bukan minggu. Dengan menyucikan sabat berarti kita mengakui bahwa Allah adalah khalik pencipta langit dan bumi dan segala isinya. Walaupun minggu hari kebangkitan Tuhan Yesus tidak ada hubungannya dengan hari perhentian (sabat)dimana Allah telah selesai menciptakan dunia dan segala isinya. Hari sabat adalah hari ketujuh dan hari minggu adalah hari pertama.Allah berhenti dari segala pekerjaannya pada hari sabat bukan hari minggu.Mengenai jangan mehyalakan api, mempersembahkan kurban, hukum tradisi dsb itulah yang disalibkan TUhan Yesus, bukan 10 hukum taurat

    • Shalom Aritra,

      Terima kasih atas tanggapan Anda tentang hari Sabat. Memang benar bahwa hari yang disucikan oleh Tuhan dalam Perjanjian Lama adalah hari Sabat, karena pada hari ketujuh atau hari Sabat, Allah beristirahat. Dalam artikel di atas – silakan klik, saya mencoba untuk menjawab keberatan ini. Kalau Anda mau memberikan argumentasi bahwa 10 perintah Allah yang terus berlaku sedangkan perintah-perintah yang lain telah diperbaharui di dalam Kristus, maka bagaimana Anda memberikan penafsiran terhadap ayat ini “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17) Apakah yang dimaksud dengan Hukum Taurat atau Kitab Para Nabi di ayat tersebut? Apakah hanya terbatas pada 10 perintah Allah, atau juga hukum taurat yang lain, seperti yang dijabarkan di dalam Kitab Imamat dan kitab-kitab lain? Bagaimana Anda menafsirkan

      Silakan juga melihat alasan teologis yang telah diberikan di atas, yaitu kita beribadah pada hari Minggu, yaitu hari pertama penciptaan, karena kita menjadi ciptaan yang baru di dalam Kristus, yaitu dengan Sakramen Baptis. Dan hal ini dipraktekkan oleh para rasul dan jemaat perdana.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

    • @ Aritra.

      Dengan diciptakannya langit dan bumi, misi Allah belum selesai ( dlm PL dikiaskan Allah beristirahat). Missi Allah “baru” dimulai justru setelah manusia pertama jatuh dalam dosa. Misi itu adalah menebus manusia dari dosa dosanya. jadi misi Allah menebus manusia dari dosa / menyelamatkan manusia dari dosa itu lebih penting. nah karena misi penyelamatan itu memuncak / tergenapi dalam wafat dan kebangkitan Yesus, maka hari Minggu (hari kebangkitanNya) lebih bermakna / lebih pantas dihormati / dirayakan / dikuduskan daripada hari sabat. So, sabat hanyalah gambaran akan datangnya hari yang lebih bermakna yaitu hari kebangkitan dan pemecahan roti.

      [Dari Katolisitas: pesan digabungkan]

      pada hari sabat Allah beristirahat. Istirahat berarti berhenti sejenak untuk kemudian bekerja lagi untuk menyelesaikan pekerjaan. Pekerjaan utama Allah adalah menyelamatkan manusia dari dosa. Pekerjaan Allah itu selesai saat Yesus Wafat di salib dan mengatakan: “Sudah selesai”. Itulah puncaknya. jadi sangat masuk akal jika hari sabat “digantikan” hari Minggu, krn kebangkitan Yesus pd hari Minggu adalah bukti bahwa Allah memuliakan PuteraNya karena sudah menyelesaikan misi penyelamatan manusia dengan tuntas.
      semoga bisa dipahami.

      [Dari Katolisitas: Ya, memang hari Minggu dimaksudkan bukan untuk menggantikan Sabat, tetapi untuk menggenapi makna hari Sabat, yaitu sebagai puncak karya keselamatan Allah yang menyempurnakan karya penciptaan Allah. Hal inilah yang diajarkan oleh para Rasul, yang adalah para saksi kebangkitan Kristus, yang memang terjadi pada hari pertama minggu, yaitu hari Minggu].

      • Pak Stef dan Bu Ingrid, meski terlambat saya ucapkan selamat Natal dan tahun baru. Selama ini saya cuti jadi tidak lihat katolisitas. Juga selamat Natal dan tahun baru buat team katolisitas yang lain. Tuhan memberkati

        [dari Katolisitas: selamat Natal dan tahun baru juga bagi Anda sekeluarga, semoga rahmat kasih Allah Bapa yang setia selalu menyertai perjalanan iman kita semua di tahun yang baru ini dan tahun-tahun selanjutnya]

  25. shalom sdr Rio dan kawan -kawan dalam Kristus, saya sarankan kepada anda untuk berpikir ulang tentang pemahaman anda pada PL dengan menyandingkan dengan PB agar kebenarannya menjadi lebih terang. Gunakan hukum kasih, jangan hukum bermegah diri. Semoga Tuhan menerangi pikiran anda.

  26. Saya ingin bertanya mengenai sabat yg di tunjukan dari hukum yg di tuliskan di atas. apakah sabat/ hari Tuhan berbeda dengan Sabat hari ke7? tolong berikan penjelasan.
    apakah Sabat yg di tuliskan di atas sabat/ hari Tuhan adalah Sabat hari sabtu?

    [dari katolisitas: Silakan membaca terlebih dahulu tanya jawab di atas – silakan klik, beserta dengan tanya jawab di bagian bawah.]

  27. Katolik mengubah hari Sabat ke hari Minggu?
    dlm hal ini manusia ataupun a/n gereja TIDAK berhak merubah segala sesuatu aplgi hukum Tuhan,,, krna hukum Tuhan tdk akan pernah berubah… DIA maha bijaksana melampaui segala akal. tdk ada catatan Kitab Suci yg memerintahkan perubahan dr isi kitab itu sndiri… tp dr semuanya tergantung pd SETIAP PRIBADI. Tergantung pd PILIHAN MASING2^_^

    [dari katolisitas: Sayang ada banyak orang menuduh, namun tidak memberikan argumentasi yang baik, sehingga tidak terjadi dialog yang baik.]

  28. Bu Ingrid dan Pak Stef bisa cariin respond GK tentang buku ini ga? Rome’s Challenge—Why do Protestants Keep Sunday? trims…

    [dari katolisitas: Bagaimana kalau mulai dari artikel di atas – silakan klik. Cobalah anda baca artikel di atas dan juga artikel dari non-Katolik. Anda coba buat keberatan yang diajukan oleh mereka.]

  29. syalom..
    saya membaca tadi ada kata.
    Yesus sendiri menyembuhkan orang pada hari Sabat dan membela muridnya ketika mereka mengambil makanan di ladang, dan Yesus mengutip tentang apa yang dilakukan oleh Daud (Mat 12:3; Mk 2:25; Luk 6:3; Lk 14:5).

    saya ingin meluruskan bahwa dalam agama saya mengajarkan dalam salah satu buku Hamba Yahwe Ny. Ellen .G .White..
    bahwa orang boleh mengambil makanan atau memetik buah pada hari sabat asalkan itu sudah menjadi hal yg sangat penting. conohnya agama kami menyatakan bahwa pada jam 6 tepat di hari jumat hari sabat telah berjalan sampai penutupan pada jam 6 sabtu malam. tapi pada hari Jumat makanan harus sudah disiapkan supaya pada hari yg Ketujuh atau Sabat para umat Tuhan yg memelihara hari sabat hanya perlu memanaskan..
    jadi intinya hari Sabat berlaku sampai saat ini dan sampai disorga,,
    kalau masih GALAU baca dalam buku Karangan Hamba Tuhan Ny. White…
    dalam buku … Kemenangan Akhir, Nasehat bagi sidang dan buku-buku lainnya,,,
    Pakatuan wo Pakalawiran,

    [dari katolisitas: Saya telah memberikan argumentasi tentang hari Sabat di atas. Kalau memang anda tidak setuju, anda dapat memberikan argumentasi yang lain, setelah membaca beberapa diskusi yang telah ada, sehingga tidak terjadi pengulangan.]

  30. Syalom pak Stefanus. Saya ingin bertanya 2 pertanyaan:
    (1.) Atas dasar apa manusia mengubah kekudusan sabat menjadi hari minggu? karena Tuhan sendiri tidak pernah mengubah Sabat ke hari yang lain, demikian juga para Rasul.

    Para Rasul Tidak pernah mengubah Sabat ke Minggu:
    Kis 20:7, pemahaman yang sebenarnya adalah pertemuan itu bukanlah pertemuan untuk perjamuan tetapi merupakan pertemuan biasa karena besoknya mereka akan berpisah dengan Paulus.

    1 Korintus 16:2, pemahaman yang sebenarnya adalah untuk menyisihkan dan menyimpan di rumah (bukan dibawa ke gereja seperti persembahan) oleh perseorangan (masing-masing/bukan semua orang) bantuan kepada jemaat di Yerusalem karena sedang terjadi bencana di sana. Dan itu akan dikumpulkan oleh Paulus atau pembantunya ketika mereka akan berangkat ke Yerusalem (ayat 3,4). Jadi jelas bahwa Rasul Paulus tidak pernah menyinggung tentang perubahan Sabat ke Minggu.

    Mengenai Kolose 2:16, coba kita baca kembali dari ayatnya yang ke 14-17:
    dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib: Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka. Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.

    Dalam Alkitab, tidak semua sabat diartikan sebagai hari ketujuh dalam minggu (sabat mingguan). Tetapi ada sabat-sabat yang lain (sabat bayangan dalam Imamat 23). Sabat bayangan ini hanyalah upacara-upacara yang melambangkan tentang kematian Yesus sehingga ketika Yesus mati disalib, tirai bait Allah robek dari atas ke bawah sebagai tanda sabat bayangan ini telah dipakukan dan telah berakhir disalib.

    Dalam Imamat 23:37,38 disebutkan jelas bahwa sabat bayangan berbeda dengan sabat mingguan yang diciptakan Tuhan sebagai hari perhentian (sabat hari ketujuh). “belum termasuk hari-hari Sabat TUHAN…” Itu berarti sabat bayangan bukanlah, atau di luar dari Sabat Mingguan (sabat hari ketujuh).
    Jadi jelas Kolose 2:16, Tidak berbicara mengenai sabat hari ke tujuh. tetapi sabat bayangan yang melambangkan kematian Yesus disalib (ayt 17).

    Markus 2:27, Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.
    Jika kita mengaku manusia, berarti kita juga harus menguduskan Sabat hari ketujuh. Karena sabat diadakan untuk manusia dan itu akan dikuduskan sampai di sorga (Yes 66:22,23)

    (2.) kenapa ada hari ke delapan padahal Tuhan menciptakan bumi dan segala isinya hanya selama 6 hari dan pada hari ke 7 DIA sucikan.

    • Shalom Raymond,

      Saya tidak tahu apakah anda telah membaca beberapa diskusi sebelumnya tentang topik yang sama. Saya mengajak anda untuk melihat hal ini dari sisi yang lain. Apakah hukuman bagi orang yang tidak melaksanakan perintah untuk mengkuduskan hari Sabat secara literal (Jumat sore – Sabtu sore), namun beribadah pada hari Minggu? Kalau hukumannya neraka dan para rasul dan seluruh jemaat perdana dan umat Kristen sampai saat ini beribadah pada hari Minggu, apakah berarti para rasul dan seluruh jemaat perdana dan mayoritas umat Kristen sampai saat ini masuk ke neraka semua? Kalau anda mengatakan bahwa anda harus melaksanakan semua hukum di Perjanjian Lama tanpa membedakan adanya tiga hukum – seremonial, yudisial, moral – apakah seorang Kristen harus menjalankan semua peraturan di dalam Perjanjian Lama secara literal, termasuk: memukul orang hingga mati atau memukul ayah ibu akan dihukum mati, menculik orang dihukum mati, mengutuki orang tua dihukum mati, yang kusta harus berpakaian cabik-cabik dengan rambut terurai dan membunyikan bel, berhubungan sesama jenis dihukum mati, perbudakan, dll, seperti yang diuraikan di Kitab Musa? Coba anda bandingkan beberapa ayat ini:

      Dalam Kel 20:10 dikatakan “tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.” (lih. juga Im 23:3) Kalau anda mau mengikuti hukum taurat (tanpa membedakan ada beberapa hukum dalam Perjanjian Lama), apakah anda tidak bekerja pada hari Jumat Sore – Sabtu Sore? Apakah pembantu di rumah juga tidak bekerja?

      Dikatakan “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada perhentian kudus bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh bagi TUHAN; setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, haruslah dihukum mati.” (Kel 35:2; lihat juga Kel 31:14). Apakah ada yang masih menerapkan hukuman mati bagi yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat (Jumat sore – Sabtu sore)?

      Dikatakan “Janganlah kamu memasang api di manapun dalam tempat kediamanmu pada hari Sabat.” (Kel 35:3) Apakah kita tidak boleh menyalakan api dimanapun atau memasak pada hari Sabat?

      Dikatakan “Pada hari Sabat: dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela, dan dua persepuluh efa tepung yang terbaik sebagai korban sajian, diolah dengan minyak, serta dengan korban curahannya.” (Bil 28:9). Apakah masih ada yang menerapkan kurban dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela dan dua persepuluh efa tepung sebagai korban sajian setiap hari Sabat?

      Gereja Katolik memilah hukum di dalam PL menjadi tiga, yaitu: Yudisial, Seremonial dan Moral. Semua Hukum Yudisial dan Seremonial senantiasa bersumber pada hukum moral. Dan hukum moral inilah yang tidak akan pernah berubah melainkan disempurnakan di dalam Kristus. Silakan melihat uraian tentang tidak hukum ini di artikel di atas. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan untuk pertanyaan anda:

      1. Kis 20:7 – Pertemuan biasa dan bukan pertemuan perjamuan: Kis 20:7 menuliskan “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.” Ketika kami berkumpul (sunēgmenōn hēmōn) – Genitive absolute, perfect passive participle of sunagō, to gather together, yang merupakan acara berkumpul secara formal. Dan kata kerja yang sama digunakan di: Kis 4:31; Kis 11:26; Kis 14:27; Kis 15:6, Kis 15:30; Kis 19:7, Kis 19:8; 1Kor 5:4. Kita mungkin masih bisa berargumentasi bahwa berkumpul secara formal juga dapat merupakan persidangan. Namun kalau berkumpulnya mereka untuk memecah-mecahkan roti, maka sebenarnya mau tidak mau kita harus mengakui bahwa berkumpulnya mereka adalah untuk beribadah, seperti yang dapat kita lihat di Kis 2:42 “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.”

      2. 1Kor 16:2 “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing–sesuai dengan apa yang kamu peroleh–menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.” Menjadi tradisi pada masa awal pada kolekte tidak dibuat pada saat beribadah. Namun, fakta bahwa persembahan yang diberikan pada tiap-tiap Minggu telah mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang terjadi pada hari Minggu, karena pada hari Minggu itu memang ada ibadah. Ketika kebiasaan ini hilang di Konstantinopel, maka St. Krisostomus kemudian memberikan kotbah bahwa persembahan harus diadakan di hari Minggu, karena hari itulah permulaan dunia diciptakan, diperbaiki ketika dunia rusak, ketika Kristus bangkit pada hari pertama, ketika Kristus mengirimkan Roh Kudus-Nya, sehingga kita harus mengingat hari di mana Tuhan telah berbelas kasih kepada kita. Dan inilah yang terus dipraktekkan bahwa umat beriman memberikan persembahan pada di dalam ibadah hari Minggu.

      3. Kolese 2:16: “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat. ” Ayat ini sebenarnya ditujukan kepada orang-orang Kristen yang masih berkutet dengan makanan dan minuman serta orang-orang Kristen Yahudi yang masih terikat pada hari raya, termasuk adalah hari Sabat. Oleh karena itu, seorang Kristen Yahudi jangan terikat pada hari Sabat, seolah-olah masih terikat pada hukum Perjanjian Lama, yang merupakan bayang-bayang dari apa yang terjadi di dalam Perjanjian Baru, yang terpenuhi dalam diri Kristus. Saya pernah memberikan ulasan tentang Kol 2:16 sebagai berikut:

      a) Kita melihat di Kol 2:16 “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat;” Dalam KJV “LetG2919 noG3361 manG5100 thereforeG3767 judgeG2919 [G5720] youG5209 inG1722 meatG1035, orG2228 inG1722 drinkG4213, orG2228 inG1722 respectG3313 of an holydayG1859, orG2228 of the new moonG3561, orG2228 of the sabbathG4521 days

      Kita dapat melihat bahwa pemakaian hari Sabat atau dalam bahasa Yunani (G4521) merujuk kepada hari Sabat seperti yang dikatakan di dalam 10 perintah Allah. Kalau kita melihat Strong’s Hebrew and Greek Dictionaries, maka G4521 (sabbaton) merujuk kepada shabbath (H7676). Dan kalau kita melihat dalam 10 perintah Allah, maka dikatakan: “RememberH2142 [H8800] the sabbathH7676 dayH3117, to keep it holyH6942 [H8763].” (Kel 20:8) Oleh karena itu, tepatlah bahwa pemakaian hari Sabat di dalam konteks Kol 2:16 merujuk kepada hari Sabat (H7676), seperti yang dipakai juga dalam 10 perintah Allah (Kel 20:8).

      b) Saya tidak tahu bagaimana anda dapat menganalisa bahwa sabat di Kol 2:16 merujuk kepada Imamat 23 dan kemudian mendapatkan pengertian bahwa Sabat di ayat Kol 2:16 merujuk kepada festival bulan baru. New Moon memakai bahasa asli G3561, sedangkan sabbath memakai G4521 (merujuk pada H7676 dalam bahasa Ibrani). Dan kalau kita melihat Imamat 23:3 dikatakan “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat bagi TUHAN di segala tempat kediamanmu.” atau “SixH8337 daysH3117 shall workH4399 be doneH6213 [H8735]: but the seventhH7637 dayH3117 is the sabbathH7676 of restH7677, an holyH6944 convocationH4744; ye shall doH6213 [H8799] no workH4399 therein : it is the sabbathH7676 of the LORDH3068 in all your dwellingsH4186.” Jadi dalam Imamat 23:3 sabat juga memakai H7676, seperti pemakaian di Kol 2:16.

      c. Kalau anda mengatakan bahwa Sabat di Kol 2:16 mengacu kepada hari-hari Sabat yang lain, karena memakai bentuk plural, maka sebenarnya argumentasi ini juga tidak konsisten. Di beberapa ayat dipakai juga Sabat dalam bentuk plural, namun kita tahu bahwa hal itu mengacu kepada hari Sabat dalam 10 perintah Allah. Ayat-ayat ini adalah: Mat 28:1; Luk 4:16; Kis 16:13; Kel 20:8 (septuagint); Im 23:37-38 (septuagint), di mana semuanya memakai sabbaton (bentuk jamak dalam bahasa Yunani).

      4. Markus 2:27: “Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,” Oleh karena Yesus bangkit pada hari pertama dalam Minggu, atau hari Minggu, maka perayaan Sabat yang adalah untuk manusia menjadi tidak masalah kalau dilakukan pada hari Minggu, karena memang hari Sabat adalah untuk manusia, sehingga manusia dapat memuji dan memuliakan Allah. Dan seluruh jemaat perdana dan mayoritas umat Kristen beribadah pada hari Minggu.

      Demikian tanggapan yang dapat saya berikan. Silakan juga melihat dasar teologis dari mengapa ibadah hari Sabat menjadi hari Minggu, yang diperkuat dengan kesaksian dari para Bapa Gereja.

      Tentang hari ke-delapan adalah sama seperti hari pertama atau hari Minggu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • jangan salah artikan hari sabat dengan hari minggu, karna hari sabat adalah hari yang disucikan oleh Tuhan sendiri… dan hari sabat sekarang ini telah diganti oleh oleh manusia berdosa…. apakah kita manusia berdosa layak mengganti hukum Tuhan…..
        berdoalah minta pengampunan kepada Tuhan….

        • Shalom Rio,

          Sebenarnya topik ini telah dibahas secara panjang lebar. Namun, karena Anda mempertanyakan kembali, maka saya mengajak Anda untuk membaca lima Kitab Musa, terutama Kitab Imamat dan Kitab Ulangan dari awal sampai akhir. Cobalah meneliti dengan jujur, apakah Anda menjalankan semua hal yang tertulis di Kitab-kitab tersebut tanpa terkecuali, termasuk: memakai pakaian yang tidak terbuat dari dua bahan (Im 19:19), peraturan tentang makanan, mana yang najis dan tidak, hukuman rajam, dll. Kalau ada peraturan yang tidak dijalankan, maka silakan memberikan alasan, mengapa peraturan tersebut tidak dijalankan. Mungkin dari sini, kita dapat memperoleh titik temu dalam diskusi.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

        • @ Rio,
          kata kunci terletak pada kata PERJANJIAN LAMA dan PERJANJIAN BARU.
          Kita mengatakan kita kristen karena mengikuti Kristus (yang telah menggenapi semua yang ada dalam perjanjian lama, termasuk hari sabat yang adalah milik / nama hari dalam perjanjian lama).

          Jika pusat iman kita adalah Kristus, maka kita harus siap meninggalkan tradisi perjanjian lama (hari sabat, korban kambing, dsb). Jadi kita harus siap/rela mengikuti perintah Kristus. Jika Kristus bangkit pada hari Minggu dan memecahkan roti pada hari minggu, maka sangatlah tepat jika kita siap menggantikan hari sabat dengan hari minggu.

          Jika Anda masih “memuja” hari sabat, seharusnya anda juga masih setia potong kambing, siap dihukum mati jika kerja pada hari sabat dsb.
          apakah Yesus serendah itu, membiarkan orang dihukum mati hanya krn kerja di hari sabat. tidak bukan.
          seperti pak Stef bilang, apa yang terjadi pada PL, termasuk sabat, hanyalah bayang bayang, atau prolog/pengantar ke PB. So kalau sudah siap membajak (mengikuti Kristus) jangan lagi menoleh ke belakang (PL)

        • 2 Kor 16:2, ayat ini tidak sama sekali membicarakan mengenai peribadatan.
          Baca ceritanya baik-baik.
          “…menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah,…”, bukan dalam perkumpulan pada hari minggu itu.
          Ayat ini membicarakan mengenai apa yang harus dilakukan oleh jemaat untuk perjalanan paulus ke Yerusalem, makedonia dan akhaya.

          Yesus secara rutin/menurut kebiasaan beribadah pada hari sabat:
          1. Lukas 4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan MENURUT
          KEBIASAAN-NYA pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu
          berdiri hendak membaca dari Alkitab
          2. Markus 1:21 Mereka tiba di Kapernaum. Setelah hari Sabat mulai,
          Yesus segera masuk ke dalam rumah ibadat dan mengajar.

          Rasul-rasul pun berhenti pada hari sabat
          1. Lukas 23:56b Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum
          Taurat.

          2. Kisah 16:13 Pada hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami
          menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang
          sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada
          perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ
          3. Kisah 17:2 Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga
          hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-
          bagian dari Kitab Suci.

          Ini menunjukkan bahwa Yesus dan rasul-rasul sejak awal tetap memelihara hukum HARI SABAT.

          Konteks berdoa bisa dilakukan setiap saat, tetapi konteks beribadah hanya pada waktu tertentu.

          • Shalom Rafael,

            Hari Minggu ditentukan sebagai hari Tuhan (penggenapan hukum Sabat) atas dasar hari kebangkitan Tuhan Yesus. Maka wajarlah, bahwa ketika Yesus belum wafat, dan karena itu belum mengalami kebangkitan yang menjadi puncak rencana keselamatan Allah, Yesus dan para rasul merayakan hari Sabat sebagaimana dirayakan dalam Perjanjian Lama, yang dirayakan sebagai hari ketujuh dalam minggu.

            Namun setelah Yesus bangkit dari mati pada hari pertama minggu itu (lih. Mat 28:1; Mrk 16:2,9; Luk 24:1, Yoh 20:1), maka para murid memaknai hari kebangkitan tersebut sebagai penggenapan makna hari Sabat, sebab oleh kebangkitan Kristus, Allah menciptakan segala sesuatunya menjadi baru, lewat kelahiran baru dalam Baptisan, yang maknanya adalah menggabungkan orang yang dibaptis dengan kematian Kristus untuk dapat disatukan dengan kebangkitan-Nya untuk memperoleh hidup baru di dalam Kristus (lih Rom 6:1-11). Demikianlah yang diajarkan oleh para rasul, dan yang terus dilestarikan oleh Gereja Katolik.

            Maka, jika ada orang yang ingin kembali ke hari Sabat Perjanjian Lama, sesungguhnya ia tidak mengartikan makna Sabat sebagaimana para rasul memaknainya. Gereja Katolik tidak dapat setuju dengan interpretasi macam ini, karena hal ini tidak sesuai dengan Tradisi Suci para Rasul, yang melihat kebangkitan Kristus sebagai puncak dari penggenapan rencana keselamatan Allah. Oleh karena itu, Gereja merayakan hari Tuhan tepat pada hari tersebut, yaitu hari Minggu (hari pertama dalam minggu), yang dipilih oleh Tuhan Yesus sebagai hari kebangkitan-Nya dari kematian.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            Ingrid Listiati- katolisitas.org

        • “Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah hari kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat itu, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara bangsanya.,” (Keluaran 31:14).

          Para pejuang Sabat!.. saya belum pernah mendengar apalagi menonton anggota SDA selama 100 tahun ini pesta menghukum mati karena melanggar perintah Sabat di atas. Bermaksud SDA sebenarnya gagal menjalankan perintah Sabat, sebab belum ada seorang pun dalam berita dihukum bunuh. Sedangkan begitu ramai anggota SDA saya nampak tidak menghormati Sabat.

          Maka Tuhan memperbaharui manusia melalui kebangkitan Nya pada hari Minggu yg juga bermaksud Sabat.

  31. Salam kasih dalam Kristus

    Sebelumnya saya membaca artikel incest, dan natal. Ulasan yang amat menarik bagi saya. Saya adalah penganut ajaran Kristen Advent. Saat membaca artikel natal, saya melihat link menuju halaman ini. Ajaran kami mengenai hari sabat merupakan doktrin yang termasuk doktrin utama ajaran Advent. Saya yakin bapak Stefanus pernah mendengar ajaran Advent. Alasan saya beribadah pada hari sabtu adalah karena Yesus mengajarkan kita untuk beribadah pada hari sabtu. Terbukti bahwa pada hari sabtu Yesus selalu ke rumah Bapa-Nya dan menjadi kesenangannya untuk mengajar disana. Dalam penciptaan, tidak dipungkiri bahwa alam semesta diciptakan dalam 7 hari x 24 jam. Ditekankan pada ulasan Alkitab sendiri terdapat kalimat “terbit” dan “terbenam”. Kita juga mengetahui kosa kata “hari” bahasa indonesia dengan “hari” bahasa yunani/ibrani bisa mengandung makna berbeda yaitu hari 1×24 jam dan hari dengan arti “berhari-hari dengan rentang waktu tertentu”. Allah berhenti pada hari terakhir (1x24jam) dan memberkati hari itu.

    Perumpamaan:
    Saya janjian dengan pacar saya,”sayang, hari rabu aku tunggu di plaza X ya.” Lalu saya datang hari kamis. Akankah saya bertemu dengan pacar saya?

    Benar bahwa ada tertulis upacara korban, makanan, minuman, dan sabat adalah bayang-bayang dari kedatangan Yesus. Tapi kita perlu menyelidiki sabbat mana yang dimaksut. Sama dengan hari 1×24 jam dengan hari “rentang waktu tertentu.” Bahasa ibrani / yunani (yang menjadi bahasa asli Alkitab) memiliki kosa kata lebih lengkap dibanding bahasa lainnya. Kita perlu menyelidiki apakah sabbat yang dimaksut adalah sabbat mingguan (hari sabtu kita), sabbat bulanan, atau sabbat tahunan. Untuk perjanjian baru, kita semua percaya bahwa perjanjian baru menceritakan tentang Yesus hingga akhir zaman. Yesus berkata bahwa ia datang bukan untuk mentiadakan hukum tapi menyempurnakannya. Kita setuju bahwa membaca Alkitab harus mengetahui keadaan zaman saat itu, kebiasaan, bahasa yang dipergunakan agar memahami Firman Tuhan lebih baik. Benar bahwa Yesus memetik gandum, mengajar, dan menyembuhkan yang sakit bahkan pada hari sabat. Kita harus memahami cara Yesus menjalankan hari istimewa, hari sabat, hari yang diberkati Tuhan kita. Apakah Yesus mengajarkan kita beribadah (secara lebih istimewa pada hari istimewa) pada hari sabat (sabtu), ataukah Yesus mengajarkan kita untuk beribadah pada hari selain hari sabat.

    • Shalom Ishak,

      Terima kasih atas pertanyaan anda. Sebenarnya alasan tentang mengapa umat Kristen beribadah pada hari Minggu dan bukan pada hari Sabat telah dibahas cukup panjang di artikel di atas, maupun tanya jawab di bagian bawah artikel (ada dua halaman). Silakan membaca terlebih dahulu apa yang telah diulas, dan kalau masih ada yang belum dapat diterima, anda dapat mengemukakannya lebih lanjut. Tentang sabat bayang-bayang dan bahasa asli dari Sabat, telah dibahas di sini – silakan klik, yang mengindikasikan bahwa pemakaian kata Sabat di dalam Kolese 2:16 memang mengacu kepada Sabat di dalam sepuluh perintah Allah.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  32. Tidak ada alasan manusia merubah Hukum TUHAN,tidak ada manusia setara dengan TUHAN yg mampu meniadakan atau merubah hukum ke 4.manusia yg merubah Hukum TUHAN harus mempertanggung jawabkan kepadaNYA. Catatan.sampai pada saat ini blum ada satu kata pun dari mulut TUHAN yg menjadikan hari pertama hari yg suci.

    [dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]

  33. Shalom Pak Stefanus dan ibu Ingrid.

    Saya mau tanya: (1) mengapa umat kristen sekarang beribadat pada hari minggu, padahal hari sabbath itu seharusnya hari sabtu. (2) Mengapa Gereja mengabaikan hari sabbath, ini agak mirip dengan pertanyaan-1, lebih pada alasan mengapa Gereja mengabaikannya; (3)Kalau para rasul mula-mula beribadat pada hari sabbath, lalu sejak kapan gereja menggantikannya dengan hari minggu. (4) Apakah gereja tidak melanggar hukum Tuhan, yang salah satunya untuk menghormati hari sabbath

    [dari Katolisitas: silakan membaca penjelasannya di artikel di atas, “Katolik mengubah hari Sabat ke hari Minggu?”, silakan klik]

  34. Shalom kepada saudara penulis yang dikasihi… Saya ingin bertanya kepada anda 1 soalan buat masa ini. DALAM HUKUM 10 ALLAH ada mengatakan kuduskanlah hari Sabat. Tuhan JESUS ALLAH kita juga pernah mengatakan “AKU DATANG BUKAN UNTUK MENGUBAH HUKUM MELAINKAN MENGGENAPINYA”. Menurut pembacaan dalam kajian sejarah dunia sebelum wjudnya RC Sabat adalah sabtu, namun selepas RC wujud Sabat berubah kepada ahad. Yang menjadi pertanyaan saya, kenapa kebanyakan agama Christian dunia tidak memelihara hukum Hari Sabat yang sebenarnya yang diberikan oleh ALLAH, TETAPI TELAH MEMELIHARA HARI AHAD/MINGGU YANG MERUPAKAN HARI PERTAMA DALAM MINGGU?

    [dari katolisitas: silakan melihat diskusi di atas – silakan klik.]

  35. demi kuasa dan pengaruh untuk kedudukan yang kukuh serta sentiasa mendapat sokongan majoriti, apa yang benar telah diubah mengikut kesesuaian manusia dan bukan lagi mengikut kehendak Tuhan.

    [Dari Katolisitas: pesan ini digabungkan karena masih satu topik]

    kesepuluh hukum Tuhan kalau anda lihat salah satu daripadanya adalah jangan membunuh, jangan mencuri, jangan berdusta, jangan berzina, semua larangan ini adalah di dalam senarai sepuluh hukum Tuhan bermakna taraf semuanya adalah sama, larangan dan seruan Tuhan. Sekiranya membunuh itu satu dosa, sudah tentu dengan mengabaikan hari sabat juga adalah satu dosa yang sama berat dengan perbuatan membunuh atau yang lain-lain. (maaf ini hanya lah pemahaman saya, mohon betulkan saya sekiranya saya salah kerana saya juga ingin belajar.)

    • Shalom Nisha,

      Gereja Katolik mengajarkan bahwa Hari Tuhan tersebut adalah hari Minggu, atas dasar bahwa Kristus yang merupakan penggenapan hukum Taurat, memang menjadikan hari Minggu (hari pertama di dalam minggu) sebagai hari yang istimewa dengan ditandai dengan kebangkitan-Nya dari kematian. Sejak saat itu, para murid Kristus melakukan ibadah di Hari Tuhan pada hari Minggu.

      Katekismus Gereja Katolik mengajarkan demikian

      KGK 2174    Yesus telah bangkit dari antara orang mati pada “hari pertama minggu itu” (Mat 28:1; Mrk 16:2; Luk 24:1; Yoh 20:1). Sebagai “hari pertama”, hari kebangkitan Kristus mengingatkan kita akan penciptaan pertama. Sebagai “hari kedelapan” sesudah hari Sabat (Bdk. Mrk 16:1; Mat 28:1), ia menunjuk kepada ciptaan baru yang datang dengan kebangkitan Kristus. Bagi warga Kristen, ia telah menjadi hari segala hari, pesta segala pesta, “hari Tuhan” [he kyriake hemera, dies dominica], “hari Minggu”.
      “Pada hari Minggu kami semua berkumpul, karena itulah hari pertama, padanya Allah telah menarik zat perdana dari kegelapan dan telah menciptakan dunia, dan karena Yesus Kristus. Penebus kita telah bangkit dari antara orang mati pada hari ini” (Yustinus, apol. 1,67).

      KGK 2175    Hari Minggu jelas berbeda dari hari Sabat, sebagai gantinya ia – dalam memenuhi perintah hari Sabat – dirayakan oleh orang Kristen setiap minggu pada hari sesudah hari Sabat. Dalam Paska Kristus, hari Minggu memenuhi arti rohani dari hari Sabat Yahudi dan memberitakan istirahat manusia abadi di dalam Allah. Tatanan hukum mempersiapkan misteri Kristus dan ritus-ritusnya menunjukkan lebih dahulu kehidupan Kristus (Bdk. 1Kor 10:11).
      “Mereka yang hidup menurut kebiasaan lama telah sampai kepada harapan baru dan tidak lagi menaati hari Sabat, tetapi Hari Tuhan, yang di dalamnya kehidupan kita diberkati oleh-Nya dan oleh kematian-Nya.” (Ignasius dari Antiokia, Magn. 9, 1).

      KGK 2176    Perayaan hari Minggu berpegang pada peraturan susila, yang dari kodratnya telah ditulis dalam hati manusia: memberikan kepada Allah “satu penghormatan yang tampak, yang resmi dan yang teratur sebagai peringatan akan perbuatan baik dan umum, yang menyangkut semua manusia” (Tomas Aqu., s.th. 2-2,122,4). Perayaan hari Minggu memenuhi perintah yang berlaku dalam Perjanjian Lama, yang mengambil irama dan artinya di dalam perayaan Sang Pencipta dan Penebus umat-Nya di setiap minggu.

      KGK 2177    Perayaan hari Minggu yakni hari Tuhan dan Ekaristi-Nya merupakan pusat kehidupan Gereja. “Hari Minggu di mana dirayakan misteri Paska dari tradisi apostolik, harus dipertahankan sebagai hari pesta wajib yang paling pertama di seluruh Gereja” (CIC, can. 1246, 1).

      Gereja Katolik mempertahankan Tradisi suci Para Rasul, merayakan hari Tuhan (yang menggenapi makna hari Sabat) pada hari Minggu. Memang sekarang terdapat gereja- gereja yang merayakan hari Sabtu sebagai hari Sabat, namun ini tidak berasal dari Tradisi para Rasul. Mungkin mereka mengacu kepada hukum Taurat, tetapi Gereja Katolik mengacu kepada penggenapan hukum Taurat tersebut sebagaimana ditunjukkan oleh Kristus dan para Rasul. Jadi pelaksanaan ketentuan hari Sabat pada hari Minggu tidak melanggar kesepuluh perintah Allah; sebab makna rohaninya untuk mengkhususkan hari bagi Tuhan, tetap dilaksanakan. Penggeserannya ke hari Minggu justru menunjukkan adanya penggenapan dan penyempurnaan ketentuan hukum Taurat: bahwa Hari Tuhan mengacu kepada hari di mana manusia menjadi ciptaan baru di dalam Kristus yang telah bangkit dari kematian.

      Demikianlah yang dapat saya sampaikan menanggapi pernyataan Anda.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- katolisitas.org

  36. Ternyata sulit yah menjelaskan bahwa Hari Tuhan adalah hari Minggu. Maju terus pak Stef. Tidak satu pun ajaran Gereja Katolik yang salah. Dan argumen pak Stef sudah lengkap dan mendetil, mereka2 saja yang tidak mau menerima karena kedegilan hati mereka.

    Bukankah jelas bahwa Tuhan Yesus berkuasa atas Sabat? Dan Sabat bertujuan menyucikan seluruh hari dalam satu pekan itu. Nah dengan membagikan Tubuh dan DarahNya Tuhan Yesus menyucikan umat manusia. Atas wewenangNya Tuhan Yesus melakukan hal itu pada hari Minggu (dgn murid di Emaus). Bukankah itu jelas?

    Masalahnya orang Kristen Protestan dan sebagian Katolik meragukan keutamaan Sakramen Ekaristi. Bagi mereka Sakramen Ekaristi hanya sekedar upacara peringatan kurban Yesus yg sebenarnya, kata mereka, tidak perlu. Mereka gagal melihat bahwa lewat Sakramen Ekaristi Tuhan Yesus memperbaharui dan menguduskan dunia, sehingga itulah Sabat sesungguhnya. Menurut saya, bagi Katolik, memperingati Sabat tanpa pergi ke Misa berarti tidak memperingati Sabat sama sekali.

    Salam damai

    • Mereka hrs membaca “Rome Sweet Home” karangan teolog mantan pendeta dan isterinya yg jadi katolik. Saya senang baca buku itu, membuat saya tahu artinya Katolik dan artinya Protestan. Jauh levelnya prot dari katolik, protestan banyak kehilangan perjanjian Allah. Yang paling besar kehilangan mereka adalah Ekaristi, Tubuh Kristus sendiri, karena pandangan protestan sudah ada dalam Yoh 6:66, mereka menolak dan meninggalkan tubuh Kristus, menolak Sang Roti Hidup. Bacalah buku itu. Shaloom.

  37. Yang membuat saya bingung itu kok hari Minggu ditulis hari kedelapan?

    Setiap kali saya membaca bahwa primacy hari Minggu berasal dari tradisi Suci sebagaimana yang tertuang dalam Sacrosanctum Concilium 106 yang berbunyi:
    “By a tradition handed down from the apostles which took its origin from the very day of Christ’s resurrection, the Church celebrates the paschal mystery every eighth day; with good reason this, then, bears the name of the Lord’s day or Sunday. For on this day Christ’s faithful are bound to come together into one place so that; by hearing the word of God and taking part in the eucharist, they may call to mind the passion, the resurrection and the glorification of the Lord Jesus, and may thank God who “has begotten them again, through the resurrection of Jesus Christ from the dead, unto a living hope” (1 Pet. 1:3). Hence the Lord’s day is the original feast day, and it should be proposed to the piety of the faithful and taught to them so that it may become in fact a day of joy and of freedom from work. Other celebrations, unless they be truly of greatest importance, shall not have precedence over the Sunday which is the foundation and kernel of the whole liturgical year. ”

    http://www.vatican.va/archive/hist_councils/ii_vatican_council/documents/vat-ii_const_19631204_sacrosanctum-concilium_en.html

    Saya semakin bingung kenapa selalu disebut hari ke delapan.

    Padahal dari hari Senin sampai Minggu kalau dihitung cuma ada 7 hari.
    Lha hari kedelapan itu dari mana asalnya??

    [dari katolisitas: Hal ini dipengaruhi oleh banyak tulisan dari Bapa Gereja yang menyatakan bahwa hari Minggu atau hari pertama disebut hari ke-delapan, yang ingin menyatakan hari setelah hari ke-tujuh. Silakan melihat kalendar Roma “Nundinal cycle”]

  38. Saya juga ingin menanyakan tentang hal ini, kita semua setuju Allah yang menciptakan alam ini beserta isinya. Bukankah Allah dari awal sudah berfirman dan menjadikan hari ke 7 (Sabtu) sebagai hari yang disucikan? Bahkan Yesus Kristus pun menghormati hari Sabat. Atas dasar apa kita manusia dengan segala alasan dan pembenaran manusiawi kita menyimpangkan hari Sabat menjadi hari Minggu? Kita tahu firman Tuhan Allah kekal, Yesus sendiri tidak pernah memberitahukan kita untuk mengganti hari Sabat.

    Menurut sejarah, justru karena kaum pagan Roma dahulu masuk Katolik kemudian mereka tidak menghilangkan sifat kafir mereka terhadap pemujaan dewa matahari mereka. Itu kenapa hari Minggu disebut Sun Day = Hari pemujaan terhadap dewa matahari.

    Begitu juga dengan hari kelahiran Yesus yang sengaja ditetapkan tgl 25 Desember. Karena apa? Karena itu adalah hari pemujaan terhadap dewa matahari kaum pagan, dan gereja Katolik Roma melakukan berbagai alasan pembenaran menurut manusia.

    Siapa kita ini sehingga begitu berani menyimpangkan firman Tuhan dan memberlakukan ketentuan2 menurut pemikiran manusia?

    • Shalom Hartono,

      Terima kasih atas tanggapan anda tentang hari Sabat. Apakah  anda telah membaca argumentasi yang diberikan di tanya jawab di atas – silakan klik? Silakan anda melihat beberapa ayat berikut ini: Mat 12:1-12; Luk 6:1-10; Luk 13:10-17; Yoh 5:9-18; Kis 20:7; 1Kor 16:1-2; Gal 4:10; Rev 1:10. Silakan melihat ayat-ayat ini dan argumentasi yang telah diberikan di link tersebut. Tentang Sunday dalam hubungannya dengan kekafiran, maka apakah anda juga menolak Monday, Tuesday, Wednesday, Thursday, Friday dan Saturday? Jangan lupa bahwa sedikit banyak nama hari- hari dalam bahasa Inggris semua dapat dihubungkan dengan asal- usul pagan. Sebab Sunday, berkaitan dengan matahari (Sun), Monday, dengan bulan (moon), Tuesday dengan dewa Tiu, Wednesday dengan dewa Woden, Thursday dengan dewa Thor, Friday dengan Freya, Saturday dengan Saturnus. Jadi jika mau konsisten, sebaiknya mereka yang menolak Sunday juga menolak semua nama hari dalam bahasa Inggris yang kedengarannya juga berbau pagan. Tentang hari Natal, silakan membaca jawaban ini – silakan klik. Semoga jawaban ini dapat diterima.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  39. Marilah kita mengikuti apa yang sudah diteladankan Yesus, yaitu pergi ke rumah ibadah pada setiap hari Sabat (Sabtu). Saya pengikut Kristus harus mengikuti teladan Yesus, jika murid2 Yesus berkumpul pada hari Minggu untuk berbakti memperingati kebangkitanNya, tidak ada salahnya karena kita berbakti tiap hari pun boleh, tidak ada batasan, tapi hari sabat Tuhan Allahmu tidak pernah berubah, yaitu tetap hari Sabtu seperti yang sudah diteladankan Yesus. Sabat pada mulanya yaitu untuk memperingati penciptaan dunia… dan bagi orang Yahudi sabat hari ketujuh untuk memperingati pembebasan dari Mesir… dan sebagai orang Kristen sabat adalah untuk memperingati kemerdekaan kita dari belenggu dosa karena kita sudah ditebus, dan dibayar lunas dengan kematianNya di kayu salib… berbakti pada hari Minggu untuk memperingati kebangkitanNya, tidak ada salahnya… tapi bukan berarti meninggalkan perbaktian sabat sebagai hari Tuhan. Karena tidak ada satu manusia pun termasuk murid2 Yesus yang punya kuasa untuk memindahkan hari Sabat Tuhan dari hari Sabtu ke hari Minggu…

    Akhir2 ini sudah banyak Kristen pemelihara hari Minggu yang baru menyadari bahwa Sabat Tuhan itu Hari Sabtu, dan mereka datang ke gereja / mencari gereja yang berbakti hari pada Sabtu untuk itu berbakti berbakti bersama2 tanpa meninggalkan kebiasaan mereka pergi ke gereja pada hari Minggu. Mereka tetap beribadah pada hari Minggu sebagai ibadah tambahan, bukan sebagai pengakuan atas hari Tuhan.

    [dari katolisitas: Kalau anda ingin berdiskusi tentang topik ini, silakan menanggapi argumentasi yang telah diberikan di atas – silakan klik.]

  40. Saya seorang katolik dan disini saya belum mendapat satu kesimpulan yang saya butuhkan! Saya rasa tidak perlu bertele-tele dalam membahas hal ini… saya mmg agak bodoh dan tidak begitu memahami alkitab. pertanyaan saya ;

    1. mengapa orang katolik beribadah pada hari minngu padahal dalam alkitab diminta beribadah pada hari sabat??
    2. Dialkitab juga tertulis bahwa orang yang tidak menjalankan perintah Allah hukumannya neraka. kita tidak menjalankan perintah Allah dalam hal hari sabat. apakah kita akan masuk neraka? di alkitab tertulis klo percuma kita beribadah jika tidak sesuai dengan kehendakNya…

    Mohon penjelasannya… sesuai alkitab! karna jujur saya lebih percaya apa yang terulis di alkitab dari pada yang sejarah…
    terima kasih…
    salam… :)

    [dari katolisitas: saya telah memberikan argumentasi di atas – silakan klik. Kalau anda tidak setuju dengan argumentasi di atas, maka silakan memberikan argumentasi yang lain. Silakan juga menjawab pertanyaan saya di sini – silakan klik.]

  41. Susah neranginnya karena yang satu berpegang teguh hanya pada perjanjian lama saja.

    Tetap semangat Bro Steph dan Ingrid

    Doa kami menyertaimu.

  42. Adakah tertulis bahawa hari sabat ditukar kepada hari minggu..? dalam Alkitab mengatakan hari Sabat adalah Hari Sabtu iaitu hari ke-7 bukannya hari pertama..
    memang tidak dapat dinafikan bahawa hari kebangkitan Tuhan Yesus adalah hari pertama, namun adakah hari kebangkitan-Nya itu secara automatik mengubah hari Sabat kepada hari minggu..?
    siapakah yg menetapkan hari Sabat .? bukankah Tuhan Yesus.?
    Adakah sabat pada hari minggu adalah kebenaran sperti yg tertulis dalam Alkitab..?
    Sila jawab melalui kebenaran melalui Alkitab saudara…haleluya

    • Shalom Deon,

      Terima kasih atas tanggapannya. Saya telah memberikan argumentasi di artikel di atas – silakan klik, yang mempunyai dasar Alkitab dan juga Tradisi Suci. Kalau memang anda tidak setuju, silakan memberikan argumentasi. Sebagai bahan pemikiran, apakah anda melihat bahwa para rasul dan jemaat perdana yang beribadah pada hari pertama dalam minggu atau hari Minggu adalah merupakan dosa? Dan apakah dosa karena beribadah pada hari Minggu dan bukan pada hari Sabat membuat orang masuk neraka? Kalau demikian, apakah mereka semua – para rasul, jemaat perdana dan seluruh umat Kristen sampai saat ini selain aliran Adventis – kemungkinan besar masuk neraka? Apakah para rasul yang telah menerima Roh Kudus pada hari Pentakosta telah memberikan pengajaran yang salah karena mereka beribadah pada hari Minggu? Kalau demikian, bagaimana kita tahu bahwa apa yang diajarkan dan yang dituliskan oleh para rasul adalah benar atau salah? Semoga pertanyaan-pertanyaan di atas, minimal dapat memberikan sisi pandang yang berbeda.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

      • Saya ingin memberikan beberapa pendapat mengenai tanggapan Saudara di atas (Jawaban atas pertanyaan Deon) :

        1. Kuantitas tidak menentukan kualitas. Kemudian, kita sebagain orang Kristen, jangan menjadi orang yang legalis. Saya kurang setuju kalau pemeliharaan Sabat memastikan kita masuk surga, karen kita diselamatkan oleh kasih karunia, bukan usaha kita (penurutan hukum). itu jelas dikatakan dalam Efesus 2:8.

        2. Mungkin saudara melupakan kebiasaan Yesus yang tercatat dalam Lukas 4:16. “MENURUT KEBIASAAN-NYA PADA HARI SABAT, IA MASUK KE RUMAH IBADAT…”. Secara simpel, kalau kita mengaku KRISTEN, kita pasti mengikuti KRISTUS YESUS TUHAN kita karena arti KRSTEN adalah pengikut Kristus. Berarti kita juga harus PADA HARI SABAT MASUK KE RUMAH IBADAT (Bangunan Gereja).

        3. Jauh setelah hari Pentakosta, Paulus masih mengikuti kebiasaan Yesus seperti yang tertulis dalam Kisah 17:2 ” SEPERTI BIASA PAULUS MASUK KE RUMAH IBADAT ITU, TIGA HARI SABAT BERTURUT-TURUT…” Kalau memang setelah hari Pentakosta, hari pertama (MInggu) itu sebagai hari ibadah, mengapa Paulus masih masuk rumah ibadat pada hari Sabat? dan sesuai dengan tanggapan saudara, berarti Paulus masuk neraka?

        4. Hari Pentakosta (Kecurahan Roh Kudus) bagi jemaat mula-mula itu kalau pun disebutkan dengan ibadah, sama sekali bukan ibadah seperti yang biasa dilakukan pada Hari Sabat dan bukan ibadah PENGGANTI hari Sabat. Alasan saya mengatakan itu berdasarkan beberapa hal: A. Alkitab tidak mencatat peristiwa itu terjadi di Rumah Ibadat. B. Tujuan utama orang-orang percaya berkumpul saat itu bukanlah untuk ibadah seperti yang biasa di lakukan pada hari Sabat tetapi hanya menerima kecurahan Roh Kudus. C. Orang percaya dan Para Rasul mulai mengajar stelah mereka menerima kecurahan Roh Kudus.Sebelum itu, Alkitab tidak mencatat apa yang mereka lakukan. Kalau ibadah Sabat, hanya seorang Imam yang boleh mengajar atau orang yang sanggup untuk mengajar, sementara yang lain memperhatikan. Tetapi di hari Pentakosta ini, semua orang percaya dan Rasul berbicara / mengajar, orang yang ada di luar tempat itu yang mendengarkan. Jadi, saya kurang setuju kalau hari Pentakosta itu dianggap sebagai ibadah pertama Jemaat mula-mula sebagai ganti ibadah hari Sabat.

        5. Alkitab mengatakan dengan tegas Ingatlah dan Kuduskanlah hari Sabat. Kalau memang ada perubahan hari yang harus dukuduskan dari hari Sabat menjadi Hari Minggu, mangapa Alkitab tidak tegas mengatakan Ingatlah dan Kuduskanlah hari Minggu? dan memang tidak ada ayat Alkitab yang menyatakan hal itu. bukan kah itu artinya Hukum Sabat masih tetap berlaku?

        Mohon maaf bila ada kata-kata saya yang salah. mohon tanggapannya. Terimakasih. Tuhan Memberkati Kita

        • Shalom Shine,

          Terima kasih atas tanggapan anda. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:

          1. Saya terus terang tidak tahu apa maksud dari perkataan anda “Kuantitas tidak menentukan kualitas” dalam diskusi ini. Dalam jawaban yang saya berikan, saya ingin memberikan argumentasi sebagai berikut: (a) Deon mengatakan bahwa umat Kristen kebanyakan telah melanggar perintah Tuhan, yaitu perintah kuduskanlah hari Sabat, karena memang sebagian besar umat Kristen beribadah pada hari Minggu. (b) Pricilia (klik ini) mengatakan bahwa melanggar hari Sabat akan menyebabkan seseorang masuk neraka. (c) Jadi, kesimpulannnya, semua orang – termasuk para rasul, jemaat perdana, dan semua orang Kristen yang beribadah pada hari Minggu – akan masuk neraka. Apakah anda setuju dengan kesimpulan ini? Dalam hal ini kita tidak membahas bagaimana kita diselamatkan, namun yang dibahas sebelumnya adalah apakah tidak menjalankan perintah Tuhan untuk beribadah pada hari Sabat membuat seseorang secara otomatis masuk neraka.

          2. Anda memberikan argumentasi bahwa karena umat Kristen adalah pengikut Kristus, maka kalau Kristus juga beribadah pada hari Sabat (lih. Luk 4:16), maka umat Kristen harus beribadah pada hari Sabat. Memang sebelum kebangkitan Kristus, tidak ada orang yang beribadah pada hari Minggu, karena konsep beribadah pada hari Minggu adalah karena kebangkitan Kristus. Jadi, sebelum kebangkitan Kristus, semua pengikut Kristus beribadah pada hari Sabat. Namun, setelah kebangkitan Kristus, maka Kristus memberikan arti beribadah pada hari Minggu, seperti yang telah saya tuliskan di atas:

          – Kita masih mengingat bahwa Yesus sendiri beberapa kali berdebat dengan kaum farisi yang memberikan beban yang tak tertanggungkan kepada manusia (Mat 23:4) dan kemudian Yesus menyatakan bahwa hari Sabat dibuat untuk manusia, bukan sebaliknya (Mk 2:27).

          – Yesus sendiri menyembuhkan orang pada hari Sabat dan membela muridnya ketika mereka mengambil makanan di ladang, dan Yesus mengutip tentang apa yang dilakukan oleh Daud (Mat 12:3; Mk 2:25; Luk 6:3; Lk 14:5).

          – Kebangkitan Yesus terjadi pada hari Minggu, yang disebut sebagai hari pertama di dalam minggu (Luk 24:1)

          – Tuhan Yesus menampakkan diri dalam perjalanan ke Emmaus, dan melakukan pemecahan roti di depan murid-murid-Nya pada hari kebangkitan-Nya, yaitu hari Minggu, hari pertama minggu itu (Luk 24:13-35, Luk 24:1).

          – Rasul Paulus mengatakan bahwa hari Sabat tidak mengikat umat Kristen (Kol 2:16; Gal 4:9-10; Rom 14:5).

          – Jemaat Kristen perdana yang non Yahudi merayakan hari Tuhan pada hari Minggu (Kis 20:7; 1 Kor 16:2). Selanjutnya, maka perayaan hari Tuhan bagi umat Kristen adalah hari Minggu yang dikatakan sebagai hari pertama di dalam minggu, dan bukan hari terakhir dalam minggu (bukan Sabat).

          – Silakan juga membaca Wahyu 1:10 “Pada hari Tuhan aku dikuasai oleh Roh dan aku mendengar dari belakangku suatu suara yang nyaring, seperti bunyi sangkakala,..” Di situ tidak dituliskan hari Sabat.

          Kalau memang Kristus ingin menekankan bahwa umat Kristen harus beribadah pada hari Sabat, mengapa pada waktu kebangkitan-Nya, Dia tidak melakukannya pada hari Sabat? Dan mengapa para murid juga beribadah pada hari Sabat? Dan mengapa para jemaat perdana beribadah pada hari Sabat? Dan mengapa seruan untuk beribadah pada hari Sabat baru dimulai pada abad 19?

          3. Anda memberikan argumentasi bahwa Paulus beribadah pada hari Sabat dengan mengutip Kis 17:2 “Seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci.” Namun, argumentasi ini kurang tepat, karena masuknya Rasul Paulus ke rumah ibadah adalah bukan untuk menunjukkan bahwa ibadah harus diselenggarakan pada hari Sabat, melainkan untuk meyakinkan kaum Yahudi yang memang beribadah pada hari Sabat. Dengan demikian, pada ayat di atas, Rasul Paulus masuk ke dalam komunitas yang bukan Kristen melainkan komunitas Yahudi. Bagaimana Rasul Paulus beribadah bersama-sama dengan jemaat Kristen? Paulus beribadah pada hari pertama atau pada hari Minggu (lih. Kis 20:7; 1 Kor 16:2)

          4. Anda menyetujui bahwa Pentakosta terjadi terjadi pada hari pertama atau pada hari Minggu. Dan ini memang benar, kalau kita melihat Im 23:15-16 “15 Kemudian kamu harus menghitung, mulai dari hari sesudah sabat itu, yaitu waktu kamu membawa berkas persembahan unjukan, harus ada genap tujuh minggu; 16  sampai pada hari sesudah sabat yang ketujuh kamu harus hitung lima puluh hari; lalu kamu harus mempersembahkan” Namun, bagi anda, persetujuan ini tidak memberikan justifikasi bahwa Pentakosta bukanlah suatu ibadah, karena kejadiannya tidak terjadi di rumah ibadah dan tujuan orang berkumpul di situ bukan untuk beribadah. Memang Pentakosta bukanlah ibadah biasa, namun ibadah yang sungguh luar biasa. Begitu luar biasanya, sehingga melalui kekuatan Roh Kudus dan pewartaan para rasul, ada 3,000 orang memberikan diri mereka dibaptis (lih. Kis 2:44). Kalau anda tidak menganggap Pentakosta bukanlah suatu ibadah, maka silakan memberikan definisi ibadah dan mengapa suatu ibadah tidak dapat disebut ibadah tanpa bangunan ibadah. Dan bukti bahwa para jemaat perdana beribadah pada hari Minggu, bukan hanya Pentakosta, namun juga dari Kis 20:7 dan 1Kor 16:2. Dan hal ini diteruskan oleh para jemaat perdana.

          5. Perjanjian Lama memang memerintahkan untuk menguduskan hari Sabat. Namun, di dalam Perjanjian Baru, Yesus menyatakan bahwa hari Sabat dibuat untuk manusia, bukan sebaliknya (Mk 2:27). Dan dinyatakan bahwa Kristus bangkit dan menampakkan Diri pada hari pertama dalam minggu atau hari Minggu(Mrk 16:9; Mat 28:1; Mat 28:5-6; Mat 28:9; Yoh 20:19; Yoh 20:1; Yoh 20:11-16; Yoh 20:26). Kita juga melihat bagaimana jemaat perdana beribadah pada hari pertama atau hari Minggu (lih. Kis 20:7; 1 Kor 16:2) dan kemudian diteruskan oleh jemaat perdana, seperti terlihat dalam tulisan St, Ignasius dari Antiokia dan St. Justin Martir. Dengan melihat pemikiran ini, maka terlihat bahwa ibadah pada hari Minggu mempunyai alasan biblis dan sejarah, di samping alasan teologis – yang menunjukkan bahwa iman kita bersandar pada Kristus yang menderita, wafat dan bangkit. Demikian jawaban yang dapat saya berikan. Semoga dapat diterima.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

  43. mohon penjelaskan tentang hari sabat (menguduskan hari Tuhan) yang didalam alkitab jatuh pada hari sabtu, kenapa kita menguduskan hari Tuhan pada hari Minggu?

    [Dari Katolisitas: Silakan anda membaca artikel di atas, silakan klik, dan tanya jawab di sini tentang topik Sabat tersebut]

  44. shallom salam damai dalam nama yesus kristus.

    saya daripada aliran gereja englikn, ada hal yang saya mahu katakan kepada saudara, umat kristian hari ini seling bergaduhhan antara satu dengan yang lain. ( mereka bergaduh sesama sendiri, ada kadang kala gereja di antara gereja yang yang saling bergaduh. Apa ini yang tuhan mahukan? ada tertulis dalam kitab( 1 korintus 1 ayat 10) tetapi aku nenasihatkan kamu, saudara-saudaraku, demi nama tuhan kita yesus kristus , supaya kamu seia sekata dengan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir.

    kenapa ayat ini sering kali dilangar oleh umat-umat kristian?
    sebenarnya tuhan mahukan kita sentiasa bersatu tanpa mempersoalkan apa-apa dalam alkitab tanpa mengira dinomanasi/ aliran mana-manapun.
    bagai mana kita mahu menang kalau kalau kita sesama seling bergaduhan. UNTUK PENGETAHUAN IBLIS SEKARANG SEDANG MENGAMBIL KESAMPATAN ATAS PERGADUHAN INI.

    banyak jemaat yang telah meningglkan yesus untuk beralih ke agama lain.
    dan pasti masalah ini akan berterusan jika umat-umat kristian di dunia tidak bersatu hati.

    baru-baru ini pengunaan nama allah di haramkan juga tidak dapat di atasi oleh umat kristian..
    apa ini yang tuhan mahukan??? kita seing kali mendoakan perkara sedemakin tetapi bagai mana dengan tindakan kita?? tuhan mahu dengan adanya usaha kita dan doa kita baru dapat di genapi dengan sempurna..( tiba masanya kita bersatu sama-sanma) .. seperti daud dan denil dalam kitab mereka seling bersatu untuk menantang musuh tanpa mengira bangsa. Ini yang tuhan ingin kan bukan sekadar kita mengharapkan doa tanpa usaha.

    Jangan la kita memandang denomanasi / atau aliran gereja mana-manapun untuk sering kali bergaduhan menganai sabat dan apa-apa pun. ( UNTUK PERINGATAN ANDA GEREJA SEBAGI KUNCI KESETIAAN BUKAN UNTUK MENYELAMATKAN TETAPI YANG MENYELAMATKAN KITA ADALAH TUHAN YESUS KRISTUS SENDIRI.

    jadi marila kita sama-sama bangun dan bersatu antara satu dengan yang lain..
    untuk pengetahuan anda saya sembayang tidak mengira aliran kadang-kadang saya bersembayang ke sib, englikn, ketolik, yesus benar dan banyak lagi yang saya pernah pergi, kerana apa? sebab saya mahu kometmen dengan tuhan dan terus setia kepadanya dan semua gerja yang pernah saya sembhayang banyak muksizat saya dapat di samping roh kudus dalam hidup saya semakin bertumbuh di hadapan tuhan.setakat ini saya melayani tuhan kristus di englikn selama beberapa tahun dan bila saya melanjutkan pengajian saya di peringkat universty tuhan terus memakai saya melayani di sib aliran yang lain sehingga sekarang..

    • Shalom Wel,

      Terima kasih atas tanggapan anda. Saya ingin menjelaskan bahwa website katolisitas.org adalah website yang mempunyai warna Katolik, yang berusaha untuk memaparkan apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja Katolik. Dalam proses ini, ada banyak pertanyaan yang masuk, termasuk pertanyaan-pertanyaan dari saudara Kristen non-Katolik. Kami berusaha untuk menjelaskan apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik. Dan dari sinilah terjadi dialog. Selama perbedaan ini disikapi secara dewasa, maka dialog ini dapat berguna dalam proses pencarian kebenaran. Tentang apakah Gereja dapat menyelamatkan, anda dapat membaca tanya jawab ini – silakan klik. Tentang mengapa memilih Gereja Katolik, anda dapat membaca artikel ini – silakan klik. Memang ada perbedaan tentang ekklesiologi atau pengertian tentang Gereja di antara kita. Kalau anda ingin mengerti tentang gereja dari sisi Gereja Katolik, maka anda dapat membaca beberapa artikel ekklesiologi berikut ini:

      Tulisan ini menjabarkan Gereja Katolik sebagai Gereja yang didirikan oleh Kristus sendiri, dan bahwa Gereja telah direncanakan oleh Allah sejak awal penciptaan dunia (Bagian 1). Gereja juga menjadi tujuan akhir manusia sekaligus sarana untuk mencapai tujuan itu (Bagian 2). Untuk itu Gereja menyampaikan keutuhan rencana Allah (Bagian 3), sebagai Tanda Kasih- Nya untuk semua manusia (Bagian 4). Kebenaran ini merupakan karunia, tetapi juga membawa tugas bagi kita sebagai orang Katolik (Bagian 5).

      Semoga link-link di atas dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  45. menurut ku kalau Tuhan merubah Sabat menjadi minggu itu sama dengan Tuhan merubah perjanjiannya kepada musa dan umat percaya.
    trus saya tidak akan pernah sudi untuk beribadah hari minggu
    1 karena jari Allah lebih berkuasa menulis 10 hukum di dua loh batu dari pada manusia yg menulis diatas kertas
    2 sun’s day adalah hari matahari hari Tuhan adalah special tidak bisah dicampuri sama hari orang kafir yg menyembah matahari.
    3kebangkitan tidaklah simbol bahwa Tuhan yesus menggantinya karena sesudah Tuhan yesus terangkat murid2ya menyembah dia pada hari Sabat. saya baca ayat yg dikisah it adalah murid2 berkumpul tpi bukan maksudnya beribadah ok!!!
    4. mau gereja perdana,second atau apapun yg memulai tetap saja perubahan dilakukan manusia bukan Tuhan.
    5. Allah tidak pernah menyatakan hari mingguuntuk kamu beribadah jadi untuk apa saya percaya
    6. inilah bukti bahwa ALlah tidak berubah “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” Matius 5:17, 18.
    7. igat didalam sejarah orang susah untuk membaca alkitab ”Dark Ages” setelah reformasi protestan barulah org bebas mebaca alkitab puji Tuha saya tidak diajarkan oleh ajaran sesat karena saya mempunyai Alkitab yg saya bisah saya baca oleh mata saya sendiri bukan preeching by not perfect human for example POPE.
    trimakasih

    Komentar digabung

    Submitted on 2011/02/04 at 10:39pm

    syalom…
    saya Jhonesly seorang Advent
    di keluaran 20:8 ingat dan kuduskanlah hari Sabat.
    itu adalah bagian dari 10 hukum taurat.
    “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi. AKU DATANG BUKAN UNTUK MENIADAKANNYA, MELAINKAN UNTUK MENGGENAPINYA. // Mat 5:17.
    coba lihat disemua hukum taurat dari 1-10 tidak ada kata ingat. ini diperigat kan Tuhan supaya kita jangan lupa karena kalu kita lihat Zaman skarang orang keristen sudah banyak melupakan hari Sabat.
    ayat Kisah 13:14, 42, 44; 17:1-3; 18:4.menyatakan rasul2 pun tidak merubah hari Sabat.

    Bagaimanakah terjadinya perubahan hari kebaktian dari Sabtu menjadi Minggu?

    Banyak ahli sejarah gereja memperkirakan permulaan adanya perubahan hari-hari itu secara perlahan-lahan. Sesudah kehancuran kota Yerusalem pada tahun 70 M dan pecahnya pemberontakan orang Yahudi terhadap bangsa Romawi (saat itu orang Yahudi dalam penjajahan bangsa Romawi) yang dipimpin oleh Bar-Kokkba pada tahun 135 M, orang-orang Yahudi itupun terpencar di seluruh kekaisaran itu. Nama dan agamanya ditentang habis-habisan. Di beberapa tempat, orang Yahudi diperlakukan sebagai “orang yang tidak disenangi”. Setelah pemberontakan Yahudi yang dipimpin oleh Bar-Kokkba dihancurkan oleh Kaisar Hadrian, Hadrian melarang praktek agama Yahudi di seluruh kerajaan, khususnya melarang pemeliharaan Sabat. (“Divine Rest for Human Restlessness”, Dr. Samuele Bacchiocchi, hal 238)

    Salah satu ciri yang paling nyata dari orang Yahudi adalah pemeliharaan hari Sabat. Karena pemeliharaan hari Sabat adalah juga bagian dari gereja Kristen, maka beberapa penguasa Romawi menganggap Kekristenan sebagai satu sekte Yahudi. Karena dihubungkan dengan sekte Yahudi inilah maka banyak orang Kristen dianiaya di zaman permulaan sejarah gereja ini. Dan penganiayaan ini telah menuntun beberapa bishop gereja untuk mencari jalan keluar agar tidak menghubungkan Kekristenan mula-mula itu dengan agama Yahudi. Maka secara berangsur hari ibadah berpindah ke hari Minggu, demi membedakan diri dengan bangsa Yahudi dan menghindari penganiayaan Roma.

    Lalu mengapa hari Minggu yang dipilih sebagai pengganti hari Sabtu?

    Orang-orang kafir dalam Kerajaan Roma adalah penyembah matahari yang meng-keramat-kan hari Minggu (sun’s day). Para kaisar Roma pun menyatakan diri mereka sebagai dewa matahari, memeteraikan lambang matahari di atas mata uang mereka dan membangun serta menuntut penyembahan dari rakyat. Beberapa ahli teologia percaya bahwa gereja melihat suatu keuntungan dalam berkompromi dengan agama kafir. Dengan mengambil beberapa kebiasaan kafir, maka orang-orang kafir akan bertobat menjadi orang Kristen lebih cepat dan lebih merasa senang. Juga akan menguntungkan kerajaan Roma karena menyatukan rakyatnya menjadi satu agama yang besar.

    Kebangkitan Kristus pada hari pertama dalam minggu telah menjadi jembatan antara kekafiran dan keKristenan. Dengan jalan berkompromi, maka para pemimpin gereja yang mula-mula secara bertahap sudah meninggikan hari Minggu sebagai pengganti hari Sabat yang benar. Namun demikian permeliharaan hari Sabat masih tetap dipraktekkan. Di berbagai tempat pembela-pembela kebenaran Allah yang setia tidak rela menyerahkan pernyataan Allah yang sudah ada dalam hati nurani mereka. Bagi mereka, hari Sabat itu bukanlah sekedar hari saja. Hal itu adalah masalah ketaatan kepada Allah.
    semoga anda semua bisah menrima hari yag dipilih ALLAH bkan manusia
    ada yg ingin ditanyakan tanya di fb gereja sion
    Gbu

    • Shalom Jhonesly,

      Terima kasih atas tanggapan anda tentang hari Sabat. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:

      1. Anda mengatakan “karena jari Allah lebih berkuasa menulis 10 hukum di dua loh batu dari pada manusia yg menulis diatas kertas” Saya tidak yakin apakah maksud anda dengan ditulis di atas kertas. Apakah kertas di sini adalah maksudnya Perjanjian Baru? Kalau memang maksud anda adalah Perjanjian Baru, maka pertanyaannya adalah bagaimana pengertian anda tentang Perjanjian Baru? Apakah PB ini adalah merupakan wahyu Ilahi yang diinspirasikan oleh Roh Kudus? Kalau anda percaya bahwa PB juga inspirasi Roh Kudus, mengapa anda seolah-olah menempatkan PB di bawah PL?

      2. Anda mengatakan “sun’s day adalah hari matahari hari Tuhan adalah special tidak bisah dicampuri sama hari orang kafir yg menyembah matahari.“Sun’s day adalah memang hari matahari. Namun, agama Kristen tidak mendasarkan hari Tuhan berdasarkan hari matahari, namun berdasarkan apa yang ditulis di dalam Alkitab dan diperkuat oleh pernyataan dari para Bapa Gereja pada abad-abad awal.

      3. Anda mengatakan “3kebangkitan tidaklah simbol bahwa Tuhan yesus menggantinya karena sesudah Tuhan yesus terangkat murid2ya menyembah dia pada hari Sabat. saya baca ayat yg dikisah it adalah murid2 berkumpul tpi bukan maksudnya beribadah ok!!!

      Mari kita melihat ayat ini: Kis 20:7 “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.Apakah maksud dari mereka berkumpul dan memecah-mecahkan roti? Apakah ini bukan suatu ibadat? Apakah ada kemiripan dengan Kis 2:42 “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.“?

      Mari sekarang kita melihat apa yang dikatakan oleh para Bapa Gereja di awal-awal masa kekristenan:

      The Letter of Barnabas [70-90 AD] Epistle of Barnabas
      “We keep the eighth day [Sunday] with joyfulness, the day also on which Jesus rose again from the dead” (Letter of Barnabas 15:6–8 [A.D. 74]).
      Didache, The [70-100 AD] The Didache
      “But every Lord’s day . . . gather yourselves together and break bread, and give thanksgiving after having confessed your transgressions, that your sacrifice may be pure. But let no one that is at variance with his fellow come together with you, until they be reconciled, that your sacrifice may not be profaned” (Didache 14 [A.D. 70]).
      Ignatius of Antioch [50-117 AD] Epistle to the Magnesians
      “[T]hose who were brought up in the ancient order of things [i.e. Jews] have come to the possession of a new hope, no longer observing the Sabbath, but living in the observance of the Lord’s day, on which also our life has sprung up again by him and by his death” (Letter to the Magnesians 8 [A.D. 110]).
      Justin Martyr [100-165 AD] First Apology
      But Sunday is the day on which we all hold our common assembly, because it is the first day on which God, having wrought a change in the darkness and matter, made the world; and Jesus Christ our Savior on the same day rose from the dead” (First Apology 67 [A.D. 155]).
      Justin Martyr [100-165 AD] Dialogue with Trypho (Chapters 9-47)
      “[W]e too would observe the fleshly circumcision, and the Sabbaths, and in short all the feasts, if we did not know for what reason they were enjoined [on] you-namely, on account of your transgressions and the hardness of your heart. . . . [H]ow is it, Trypho, that we would not observe those rites which do not harm us-I speak of fleshly circumcision and Sabbaths and feasts? . . . God enjoined you to keep the Sabbath, and imposed on you other precepts for a sign, as I have already said, on account of your unrighteousness and that of your fathers . . .” (Dialogue with Trypho the Jew 18, 21 [A.D. 155]).
      Tertullian [160-240 AD] An Answer to the Jews
      “[L]et him who contends that the Sabbath is still to be observed as a balm of salvation, and circumcision on the eighth day . . . teach us that, for the time past, righteous men kept the Sabbath or practiced circumcision, and were thus rendered ‘friends of God.’ For if circumcision purges a man, since God made Adam uncircumcised, why did he not circumcise him, even after his sinning, if circumcision purges? . . . Therefore, since God originated Adam uncircumcised and unobservant of the Sabbath, consequently his offspring also, Abel, offering him sacrifices, uncircumcised and unobservant of the Sabbath, was by him [God] commended [Gen. 4:1–7, Heb. 11:4]. . . . Noah also, uncircumcised-yes, and unobservant of the Sabbath-God freed from the deluge. For Enoch too, most righteous man, uncircumcised and unobservant of the Sabbath, he translated from this world, who did not first taste death in order that, being a candidate for eternal life, he might show us that we also may, without the burden of the law of Moses, please God” (An Answer to the Jews 2 [A.D. 203]).
      Origen [185-254 AD] Commentary on the Gospel of John (Book II)
      “Hence it is not possible that the [day of] rest after the Sabbath should have come into existence from the seventh [day] of our God. On the contrary, it is our Savior who, after the pattern of his own rest, caused us to be made in the likeness of his death, and hence also of his resurrection” (Commentary on John 2:28 [A.D. 229]).
      Victorinus [240-303 AD] On the Creation of the World
      “The sixth day [Friday] is called parasceve, that is to say, the preparation of the kingdom. . . . On this day also, on account of the passion of the Lord Jesus Christ, we make either a station to God or a fast. On the seventh day he rested from all his works, and blessed it, and sanctified it. On the former day we are accustomed to fast rigorously, that on the Lord’s day we may go forth to our bread with giving of thanks. And let the parasceve become a rigorous fast, lest we should appear to observe any Sabbath with the Jews . . . which Sabbath he [Christ] in his body abolished” (The Creation of the World [A.D. 300]).
      Eusebius of Caesarea [265-340 AD] Church History (Book I)
      They [the early saints of the Old Testament] did not care about circumcision of the body, neither do we [Christians]. They did not care about observing Sabbaths, nor do we. They did not avoid certain kinds of food, neither did they regard the other distinctions which Moses first delivered to their posterity to be observed as symbols; nor do Christians of the present day do such things” (Church History 1:4:8 [A.D. 312]).
      Eusebius of Caesarea [265-340 AD] Church History (Book IV)
      [T]he day of his [Christ’s] light . . . was the day of his resurrection from the dead, which they say, as being the one and only truly holy day and the Lord’s day, is better than any number of days as we ordinarily understand them, and better than the days set apart by the Mosaic law for feasts, new moons, and Sabbaths, which the apostle [Paul] teaches are the shadow of days and not days in reality” (Proof of the Gospel 4:16:186 [A.D. 319]).
      Eusebius of Caesarea [265-340 AD] Church History (Book V)
      A QUESTION Of no small importance arose at that time. For the parishes of all Asia, as from an older tradition, held that the fourteenth day of the moon, on which day the Jews were commanded to sacrifice the lamb, should be observed as the feast of the Saviour’s passover. It was therefore necessary to end their fast on that day, whatever day of the week it should happen to be. But it was not the custom of the churches in the rest of the world to end it at this time, as they observed the practice which, from apostolic tradition, has prevailed to the present time, of terminating the fast on no other day than on that of the resurrection of our Saviour.
      Athanasius, St [296-373 AD] On Luke 10:22 (Matthew 11:27)
      The Sabbath was the end of the first creation, the Lord’s day was the beginning of the second, in which he renewed and restored the old in the same way as he prescribed that they should formerly observe the Sabbath as a memorial of the end of the first things, so we honor the Lord’s day as being the memorial of the new creation” (On Sabbath and Circumcision 3 [A.D. 345]).
      Cyril of Jerusalem, St [315-386 AD] Catechetical Lecture 4
      Fall not away either into the sect of the Samaritans or into Judaism, for Jesus Christ has henceforth ransomed you. Stand aloof from all observance of Sabbaths and from calling any indifferent meats common or unclean” (Catechetical Lectures 4:37 [A.D. 350]).
      John Chrysostom, St [347-407 AD] Homily 10 on Philippians
      “The rite of circumcision was venerable in the Jews’ account, forasmuch as the law itself gave way thereto, and the Sabbath was less esteemed than circumcision. For that circumcision might be performed, the Sabbath was broken; but that the Sabbath might be kept, circumcision was never broken; and mark, I pray, the dispensation of God. This is found to be even more solemn than the Sabbath, as not being omitted at certain times. When then it is done away, much more is the Sabbath” (Homilies on Philippians 10 [A.D. 402]).
      John Chrysostom, St [347-407 AD] Homily 2 on Galatians
      “You have put on Christ, you have become a member of the Lord and been enrolled in the heavenly city, and you still grovel in the law [of Moses]? How is it possible for you to obtain the kingdom? Listen to Paul’s words, that the observance of the law overthrows the gospel, and learn, if you will, how this comes to pass, and tremble, and shun this pitfall. Why do you keep the Sabbath and fast with the Jews?” (Homilies on Galatians 2:17 [A.D. 395]).
      John Chrysostom, St [347-407 AD] Homily 12 on the Statues
      “[W]hen he [God] said, ‘You shall not kill’ . . . he did not add, ‘because murder is a wicked thing.’ The reason was that conscience had taught this beforehand, and he speaks thus, as to those who know and understand the point. Wherefore when he speaks to us of another commandment, not known to us by the dictate of conscience, he not only prohibits, but adds the reason. When, for instance, he gave commandment concerning the Sabbath- ‘On the seventh day you shall do no work’-he subjoined also the reason for this cessation. What was this? ‘Because on the seventh day God rested from all his works which he had begun to make’ [Ex. 20:10-11]. . . . For what purpose then, I ask, did he add a reason respecting the Sabbath, but did no such thing in regard to murder? Because this commandment was not one of the leading ones. It was not one of those which were accurately defined of our conscience, but a kind of partial and temporary one, and for this reason it was abolished afterward. But those which are necessary and uphold our life are the following: ‘You shall not kill. . . . You shall not commit adultery. . . . You shall not steal.’ On this account he adds no reason in this case, nor enters into any instruction on the matter, but is content with the bare prohibition” (Homilies on the Statutes 12:9 [A.D. 387]).
      Augustine of Hippo, St [354-430 AD] On the Spirit and the Letter
      Well, now, I should like to be told what there is in these ten commandments, except the observance of the Sabbath, which ought not to be kept by a Christian. . . . Which of these commandments would anyone say that the Christian ought not to keep? It is possible to contend that it is not the law which was written on those two tables that the apostle [Paul] describes as ‘the letter that kills’ [2 Cor. 3:6], but the law of circumcision and the other sacred rites which are now abolished” (The Spirit and the Letter 24 [A.D. 412]).
      Gregory the Great, Pope [540-604 AD] Book VII, Letter 4
      “It has come to my ears that certain men of perverse spirit have sown among you some things that are wrong and opposed to the holy faith, so as to forbid any work being done on the Sabbath day. What else can I call these [men] but preachers of Antichrist, who when he comes will cause the Sabbath day as well as the Lord’s day to be kept free from all work. For because he [the Antichrist] pretends to die and rise again, he wishes the Lord’s day to be held in reverence; and because he compels the people to Judaize that he may bring back the outward rite of the law, and subject the perfidy of the Jews to himself, he wishes the Sabbath to be observed. For this which is said by the prophet, ‘You shall bring in no burden through your gates on the Sabbath day’ [Jer. 17:24] could be held to as long as it was lawful for the law to be observed according to the letter. But after that the grace of almighty God, our Lord Jesus Christ, has appeared, the commandments of the law which were spoken figuratively cannot be kept according to the letter. For if anyone says that this about the Sabbath is to be kept, he must needs say that carnal sacrifices are to be offered. He must say too that the commandment about the circumcision of the body is still to be retained. But let him hear the apostle Paul saying in opposition to him: ‘If you be circumcised, Christ will profit you nothing’ [Gal. 5:2]” (Letters 13:1 [A.D. 597]).

      Dari pemaparan para Bapa Gereja, yang diantaranya adalah Ignasius dari Antiokia (murid rasul Yohanes), juga pemaparan dari Didache – yang merupakan ajaran dari para rasul, maka kita dapat melihat bahwa jemaat perdana telah mempunyai kesepakatan – berdasarkan apa yang dipraktekkan oleh para rasul – bahwa hari Tuhan adalah hari Minggu dan bukan hari Sabat. Hal ini diperkuat secara teologis bahwa, hari Minggu adalah hari kebangkitan Kristus, yang menjadi harapan iman kita. Kalau anda ingin benar-benar memberikan argumentasi yang baik, cobalah anda menggali tulisan dari para Gereja yang menyatakan bahwa kita harus beribadah pada hari Sabat dan tidak boleh diganti ke hari Minggu. Kalau anda mengatakan bahwa Gereja mempunyai kepentingan politik dengan beribadah hari Minggu, mengapa jemaat awal Gereja telah mempraktekkan beribadah pada hari Minggu, seperti keterangan Bapa Gereja di atas, walaupun mereka masih dianiaya oleh pemerintahan Roma? Kalau argumentasi anda berdasarkan perang Bar-Kokkba tahun 135M, maka bagaimana pernyataan dari para rasul, epistle of Barnabas, Ignatius of Antioch yang semuanya dibuat sebelum tahun 135? Apakah dasar pernyataan mereka bahwa Hari Tuhan adalah Hari Minggu dan bukan hari Sabat, walaupun pernyataan tersebut dibuat tanpa ada muatan politik, karena mereka juga dibunuh?

      4. Anda mengatakan “mau gereja perdana,second atau apapun yg memulai tetap saja perubahan dilakukan manusia bukan Tuhan.” dan kemudian anda melanjutkan dengan “Allah tidak pernah menyatakan hari minggu untuk kamu beribadah jadi untuk apa saya percaya” Argumentasi ini lemah, karena Alkitab juga menuliskan bahwa jemaat awal beribadah pada hari Minggu dan bukan Sabat. Apakah dengan demikian mereka semua salah? Kekristenan awal juga beribadah pada hari Sabat, apakah mereka semua salah? Apakah seluruh jemaat Kristen dari awal sampai abad 19 salah semua dan kemudian baru di abad 19 tiba-tiba seseorang menyadari bahwa beribadah seharusnya pada hari Sabat? Kalau pelanggaran hari Sabat begitu serius, mengapa Tuhan membiarkan umat Allah salah selama 19 abad?

      5. Anda menuliskan “6. inilah bukti bahwa ALlah tidak berubah “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” Matius 5:17, 18.” Anda dapat melihat penjelasan tentang ayat-ayat ini di sini – silakan klik. Kalau memang anda benar-benar konsekuen dengan hukum taurat dan termasuk hari Sabat, maka bagaimanakah anda mengartikan ayat-ayat berikut ini:

      Dalam Kel 20:10 dikatakan “tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.” (lih. juga Im 23:3) Kalau anda mau mengikuti hukum taurat (tanpa membedakan ada beberapa hukum dalam Perjanjian Lama), apakah anda tidak bekerja pada hari Jumat Sore – Sabtu Sore? Apakah pembantu di rumah juga tidak bekerja?

      Dikatakan “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada perhentian kudus bagimu, yakni sabat, hari perhentian penuh bagi TUHAN; setiap orang yang melakukan pekerjaan pada hari itu, haruslah dihukum mati.” (Kel 35:2; lihat juga Kel 31:14). Apakah ada yang masih menerapkan hukuman mati bagi yang melakukan pekerjaan pada hari Sabat (Jumat sore – Sabtu sore)?

      Dikatakan “Janganlah kamu memasang api di manapun dalam tempat kediamanmu pada hari Sabat.” (Kel 35:3) Apakah kita tidak boleh memasak pada hari Sabat?

      Dikatakan “Pada hari Sabat: dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela, dan dua persepuluh efa tepung yang terbaik sebagai korban sajian, diolah dengan minyak, serta dengan korban curahannya.” (Bil 28:9). Apakah masih ada yang menerapkan kurban dua ekor domba berumur setahun yang tidak bercela dan dua persepuluh efa tepung sebagai korban sajian setiap hari Sabat?

      Itu adalah sebagian dari ayat-ayat yang berhubungan dengan Sabat, dan ada begitu banyak ayat-ayat yang menunjukkan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan hukum Taurat, seperti: peraturan tentang makanan, kalau mencuri harus dikembalikan empat kali lipat, hukuman rajam, dll. Kalau anda mau menjalankan semua hukum taurat (tanpa melihat pembagian hukum taurat dan pengecualiannya), maka anda harus menjalankannya semua tanpa kecuali, termasuk hukuman rajam, hukuman mati karena memukul atau mengutuk ayah ibu (lih. Kel 21:15; 21:17) atau hukuman mati karena karena berzinah (lih. Im 20:10) atau hukuman mati karena membunuh sesama (lih. Im 24:17), dll. Apakah anda masih menjalankan semua perintah-perintah di dalam hukum taurat seperti di atas tanpa pandang bulu (catatan: semua peraturan tersebut dikatakan oleh Tuhan)?

      6. Anda mengatakan “igat didalam sejarah orang susah untuk membaca alkitab ”Dark Ages” setelah reformasi protestan barulah org bebas mebaca alkitab puji Tuha saya tidak diajarkan oleh ajaran sesat karena saya mempunyai Alkitab yg saya bisah saya baca oleh mata saya sendiri bukan preeching by not perfect human for example POPE.

      a. Bahwa Gereja Katolik melarang orang-orang untuk membaca Alkitab adalah tidak benar. Silakan melihat jawaban ini – silakan klik. Intinya adalah di sekitar tahun 1229 beredar banyak Alkitab yang telah diselewengkan oleh sekte Albigensian, sehingga berbahaya bagi perkembangan spiritual umat Allah. Gereja hanya ingin agar umat Allah membaca Alkitab bersama Gereja, sehingga tidak mendapatkan pengertian yang menyesatkan. Dan kekuatiran Gereja akan penafsiran keliru jika dilakukan tanpa campur tangan Gereja terbukti, yaitu dengan perpecahan sampai 28,000 denominasi gereja dari jaman Martin Luther sampai sekarang. Kalau Alkitab yang dipakai sama, mengapa terjadi perpecahan gereja sampai 28,000 denominasi?

      b. Tentang dark ages, sebenarnya juga istilah yang terlalu menyimpang, karena justru pada abad-abad pertentangan, kekristenan membentuk Eropa. Bagaimana ordo Benediktus berjasa dalam menyalin Alkitab dan juga buku-buku ilmu pengetahuan yang lain tidaklah dapat dipungkiri. Seni menjadi begitu luar biasa perkembangannya dan universitas juga berkembang.

      c. Kalau anda menganggap bahwa ajaran Katolik sesat, silakan menyebutkan salah satu doktrin dari Gereja Katolik yang anda anggap sesat dan kita dapat mendiskusikannya secara lebih mendalam. Anda benar bahwa paus adalah manusia biasa dan tidak sempurna sama seperti anda dan saya. Perbedaannya adalah anda dan saya tidak diberi kuasa oleh Tuhan untuk melepaskan dan mengikat serta tidak diberikan kunci Kerajaan Sorga (lih. Mt 16:16-19) dan Gereja tidak didirikan di atas anda dan saya melainkan di atas rasul Petrus, di mana para para paus adalah penerusnya. Kalau anda masih menganggap bahwa paus sesat, maka silakan memberikan satu contoh dari ajaran paus yang anda anggap sesat. Apakah anda menganggap bahwa pengertian yang anda dapatkan dari membaca Alkitab adalah pasti benar? Apakah anda pernah berbeda pendapat dengan teman anda tentang ayat-ayat di dalam Alkitab, sebagai contoh Mt 24:36 – apakah Yesus tahu atau tidak hari kiamat? Dalam kondisi seperti ini, maka bagaimana menyelesaikannya? Darimana anda tahu pengertian mana yang benar dan mana yang salah dan apakah parameternya? Jadi, darimana anda mendapatkan suatu keyakinan bahwa apa yang anda percaya adalah benar-benar merupakan suatu kebenaran?

      Kalau anda ingin meneruskan diskusi ini, silakan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya beri warna merah. Mari kita bersama-sama menggali lebih dalam terhadap iman kita dalam dialog ini. Semoga dapat diterima.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

    • saya setuju,karena tidak ada satu ayat pun dalam Alkitab yang berisi perintah munguduskan hari pertama. maklum,,sekarang kan udah akhir jaman, dalam nubuat Daniel kan sudah dinyatakan bahwa akan ada nabi palsu yang berusaha mengubah hukum dan waktu. namun kita umat pilihan harus tetap mentaati apa yang difirmankan Tuhan dalam Alkitab, bukan apa yang dikatakan manusia.
      Sekian.. Tuhan memberkati

      • Shalom Lisa,
        Terima kasih atas komentarnya. Saya telah memberikan argumentasi seperti yang telah dipaparkan pada artikel di atas. Kalau anda tidak menyetujuinya, silakan memberikan argumentasi. Cobalah juga menganalisa dari sisi yang berbeda. Kalau memang kesalahan untuk tidak menerapkan hari Sabat adalah dosa yang berat, mengapa Tuhan membiarkan hal ini terjadi sampai abad ke-19? Apakah semua orang yang tidak menerapkan hari Sabat sebagai hari beribadah umat beriman masuk ke neraka? Apakah dengan demikian, para rasul juga masuk neraka karena mereka beribadah pada hari pertama?

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        stef – katolisitas.org

  46. kesimpulan saya sebagai orang bodoh:

    semua ajaran protestan muncul abad ke 16, baru 400 tahun belakangan ini. sementara 1600 tahun yl ajaran Kristus sudah ada dan berakar dalam gereja Katolik. Pertanyaan saya buat orang orang yang selalu menentang ajaran iman Katolik:

    Apakah anda semua merasa bahwa sebelum abad ke 16 tidak ada seorang Katolik pun yang bisa membaca dan memahami Kitab Suci dengan baik? Apakah para paus dan teolog2 termasyur sepanjang sejarah Gereja tidak ada yang bisa membaca huruf huruf “S ” A “B “A” T” dalam kitab Suci selama kurun waktu 1500an tahun?Apakah semua umat dan pemimpin Gereja waktu itu buta huruf semua? Tiba tiba Roh Kudus bertiup dan membisikkan kepada pendiri jemaat Adventis bahwa harus ada Sabat?Alangkah teganya Roh Kudus membiarkan 1500an tahun semua jiwa tersesat! roh macam apa ini?Benar benar mementahkan semua karya Kristus dari kelahiran sampai kematianNya.
    Maaf, semua protestan menentang hal hal yang ditulis secara harafiah dalam kitab Suci. Mohon maaf sdr protestan semua, Kitab suci di kanon oleh Gereja Katolik dan Gereja ini mengerti apa yang mereka kanon dan mereka baca dan mereka lakukan selama dalam kurun waktu 1500 an tahun. Bukan masa yang pendek saudara!!!!!!. Kalau sdr merasa bahwa kebenaran di Gereja katolik ini salah, maka secara tidak langsung kalian menghakimi Tuhan Yesus ingkar janji kepada muridNya untuk menyertai GerejaNya sampai akhir jaman. sesuatu yang sangat tidak bisa diterima. Padahal Kristus adalah Kepenuhan Kebenaran. Sesuatu diciptakan oleh Dia, dalam Dia, dan untuk Dia.

  47. Mungkin kita bisa membaca blog berikut…. tidak perlu umat kristen/katolik kita bimbang, justru semakin kita semakin sadar akan siapa kita…..” Bukan kamu yang memilih Aku….. tapi…… silahkan cari kelanjutannya di kitab suci. Syalom

  48. Umat Kristen…….
    sapa yang mngaku umat kristen ?
    anda…?
    …..
    percayakah anda pada alkitab?
    kalo percaya…..setan pun percaya kalo Yesus adalah ANAK ALLAH…
    ,,,
    kalo Yesus beribadah hari sabat….
    anda ikut juga?…
    …..
    kalo di alkitab dituliskan hari sabat hari ke tujuh…
    anda ikut worship hari yang lain?
    ….
    lantas…
    buat apa 1o Hukum ALLAH….
    …..OOOooooooh. bukan kah itu sudah di paku di kayu salib….?

    kalo begitu…..
    saya tidak berdosa donk jika saya suatu saat membunuh anda…
    ….
    …..
    sederhana saja…..
    anda mau ikut alkiitab punya tulisan….
    atau…
    ikut Paus punya tulisan….

    anda ikut Tuhan Yesus….
    atau….
    tuhan paus?………
    pikirkan……
    anak kecil saja bisa bedain itu……….
    apalgi anda yang sudah dewasa…..???
    dewasakah iman anda?

    • Shalom Norman,

      Terima kasih atas tanggapan anda. Saya terus terang tidak terlalu menangkap argumentasi yang ingin anda sampaikan. Saya ingin mengusulkan agar anda membaca tanya jawab di atas tentang hari Sabat – silakan klik, beserta dengan beberapa diskusi di bawah artikel tersebut. Setelah itu, cobalah untuk menyusun argumentasi atau menanggapi argumentasi yang telah saya berikan, sehingga terjadi diskusi yang membangun. Kalau anda lihat argumentasi yang saya berikan juga bersumber pada Alkitab dan juga dari sisi historis – yang tertuang dalam beberapa tulisan para Bapa Gereja. Setelah anda memberikan argumentasi, saya akan menanggapinya point demi point. Semoga usulan ini dapat diterima.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – katolisitas.org

  49. Mohon diberi tulisan Alkitab yang menunjukkan bahwa hari Sabat adalah hari Sabtu atau Minggu dalam kalender Gregorian.
    Mohon untuk dikirim ke email saya: [edit: email pribadi tidak ditampilkan di publik]
    Terima kasih banyak.

    • Shalom Aryanto,
      Terima kasih atas pertanyaannya tentang hari Sabat. Mungkin ada baiknya Aryanto membaca artikel dan diskusi di sini (silakan klik). Mohon membaca juga komentar dan tanya jawab di bawah artikel tersebut. Kalau setelah membaca dan masih ada pertanyaan, silakan untuk bertanya kembali. Semoga dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

  50. [dari katolisitas: saya pindahkan komentar ini ke artikel – Katolik merubah hari Sabat ke hari Minggu?]

    Saya ingin menjelaskan. Dulu ada seorang yang bernama Alexander,dia menyembah patung yang bernama patung Sunday. Dulu banyak orang menguduskan hari Sabat,tetapi karena orang-orang ditindas dan tidak diperbolehkan memelihara Hari Sabat oleh Alexander dan akan memenjarakan dan menyiksa orang-orang yang memelihara Hari Sabat. Maka, Alexander menyuruh mereka memelihara hari M,inggu. Kita dapat melihat bahwa gereja Hari Minggu dibuat oleh manusia. DAN HARI NATAL ( 25 Desember ) BUKANLAH HARI KELAHIRAN YESUS,ITU HANAYA MENURUT PERKIRAAN ORANG ROMA SAJA KARENA YESUS LAHIR PADA MUSIM DINGIN.Terimakasih.

    [dari katolisitas: pesan sebelumnya digabung di sini]

    TIDAK ADA DITULIS DALAM ALKITAB MENGENAI MEMELIHARA HUKUM HARI MINGGU. DAN JIKA BENAR ADA, DIMANA TERTULIS AYATNYA. SAYA MENUNGGU JAWABAN DARI anda SECEPATNYA!!!!!!!!

    • Shalom Christine,

      Terima kasih atas komentar dan pertanyaannya. Mari kita berdiskusi dengan hormat dan lemah lembut (lih. 1 Pet 3:15). Kita dapat berbeda pendapat, namun mari kita berdialog dengan baik, sebagaimana layaknya umat beriman. Sebenarnya, kalau Christine mencari dalam arsip tanya jawab (silakan klik), maka Christine akan menemukan artikel sehubungan dengan apa yang ingin Christine ketahui. Silakan Christine membaca tanya jawab ini: (silakan klik), dan jangan lupa juga melihat dialog ini (silakan klik), dan ini (silakan klik). Kalau setelah membaca artikel tersebut, Christine masih mempunyai pertanyaan, silakan untuk menanyakannya atau menanggapinya kembali. Kemudian, untuk kelahiran Yesus Kristus dan Natal, silakan untuk membaca diskusi ini (silakan klik).

      Christine juga dapat masuk dalam diskusi-diskusi di atas, dengan menekan tombol “REPLY”. Mungkin ada baiknya kalau memberikan pesan jangan menggunakan huruf besar semua, karena di dalam internet itu sama saja dengan ekspresi berteriak. Dan saya yakin bahwa Christine mempunyai maksud baik dalam berdiskusi dan tidak ingin mengekpresikannya dengan berteriak.
      Semoga artikel-artikel tersebut dapat membantu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

      • Salut lugas….maju trus Bang stef….luar biasa….benar katakan benar yg salah tetap salah…salah bisa menjadi sebuah kebenaran ..apabila melalui pertobatan..ndak bisa hanya ditipex….

        Salam Damai……Berkah dalem

  51. Salam damai,

    saya Robby, seorang Katolik. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih karena katolisitas.org telah berusaha keras untuk memberikan penjelasan tentang iman Katolik kepada awam seperti saya.

    Dalam Lukas 24:13-35, saat Tuhan Yesus menampakkan diri, saya membaca bahwa Yesus melakukan pemecahan roti di depan murid-murid-Nya pada hari kebangkitan-Nya, yaitu hari minggu.

    Nah, saya mau menanyakan apakah perikop ini menyiratkan bahwa Yesus menghendaki sabat baru, yaitu hari Kebangkitan-Nya?

    Terima Kasih.

    • Shalom Robby,
      Ya, dapat dikatakan demikian. Yesus sendiri menampakkan diri dan memecahkan roti pada “hari pertama minggu itu” (Luk 24:1; 13-35).
      Terima kasih atas masukan anda. Kami sudah menambahkannya pada artikel di atas.
      Semoga Tuhan memberkati.
      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid & Stef- http://www.katolisitas.org

  52. Shalom…..

    saya mau menanya..saya beribadah di gereja katolik. Gereja katolik sini beribadah pada hari ahad dan kadangkala hari sabtu…tapi yang kerap nya hari ahad..dan pada hari sabtu pula di adakan pada sebelah petang kira2jam 5.30petang(ianya di panggil sunset mass)..jadi pertanyaan saya, adaka ianya sah beribadah pada hari sabtu?sebab bdsrkn petikan di atas, kita diarahkan beribadah hari ahad??

    makaseh….

    • Shalom PoNy,

      Memang, Hari Tuhan yang dirayakan oleh Gereja Katolik adalah hari Minggu, atau hari-hari besar lainnya. Ketentuannya menurut Katekismus adalah:

      KGK, 2177 menyatakan "Perayaan hari Minggu yakni hari Tuhan dan Ekaristi-Nya merupakan pusat kehidupan Gereja. "Hari Minggu di mana dirayakan misteri Paska dari tradisi apostolik, harus dipertahankan sebagai hari pesta wajib yang paling pertama di seluruh Gereja" (CIC, can. 1246, ? 1)."
      KGK 2180 mengatakan "Salah satu perintah Gereja menjabarkan dengan lebih rinci hukum Tuhan; "Pada hari Minggu dan pada hari-hari pesta wajib lainnya orang beriman berkewajiban untuk ambil bagian dalam misa" (CIC, can. 1247). "Perintah untuk ambil bagian dalam misa dilunasi oleh orang menghadiri misa di mana pun misa itu dirayakan menurut ritus Katolik, entah pada hari pesta sendiri atau pada sore hari sebelumnya" (CIC, can. 1248, § 1)."  

      Misa Sabtu Malam dikenal dengan nama Anticipated Mass atau Sunset Mass memang maknanya sama dengan Misa Hari Minggu. Misa Sabtu malam juga berkaitan dengan tradisi Yahudi yang menghitung hari dari matahari terbenam sampai matahari terbenam keesokan harinya (sekitar jam 6 sore). Dalam tradisi Gereja, kita mengenal bahwa Misa Sabtu malam ini terutama diperuntukkan bagi orang-orang yang berhalangan datang pada Misa hari Minggu, misalnya jika hari Minggu mereka harus pergi ke luar kota di mana mereka tidak tahu apakah mereka dapat menemukan gereja/ mengikuti misa Minggu. Jadi sesungguhnya sifatnya bukan untuk dijadikan kebiasaan, tetapi hanya jika sangat diperlukan, yaitu jika seseorang tidak bisa mengikuti misa pada hari Minggu tersebut. Jadi seharusnya motivasi orang yang datang ke misa Sabtu malam itu bukan supaya bisa bangun lebih siang pada hari Minggu, atau supaya bisa bersenang-senang sepanjang hari Minggu, dst. Karena seharusnya setiap hari Minggu adalah saatnya kita mengenang hari Paskah Kebangkitan Kristus dan saatnya kita beristirahat dari kegiatan rutin/ pekerjaan selama seminggu.  Jadi sesungguhnya jika tidak ada halangan khusus, kita sedapat mungkin mengikuti Misa pada hari Minggu.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  53. Katolik…………………
    Tidak munafik… untuk menyatakan kesalahan pada diri kita……………………..
    sekarang……………………….
    kita harus sering………………………… berpikir…………
    bahwa agama hanyalah jalan, agama hanya lah produk diam………………………
    doktrin diam……………….layaknya pisau…………… yang hanya diam……………….

    entah bagaimana manusia mau menggunakan agama itu mau menuangkan nya dalam suatu ideologi………………..
    untuk berkat bagi dirinya dan sesama??

    atau

    untuk beban dan sengsara bagi diri dan sesamanya…………..

    jawab dengan toleran dan jujur………..
    bukan kepada saya atau dia atau mereka…………………….

    tapi jawablah itu bagi diri anda sendiri……………
    dan bagi jiwa anda sendiri…………

    kemudian barulah……………………..

    tentukan sikap anda atas hal itu…………..

    sekali lagi jangan menjawab dengan munafik……….
    karena tidak ada yg perlu diperdebatkan……………………antara anda dan jiwa anda sendiri………….

    • Shalom Silver,

      Saya minta maaf sebelumnya, karena saya tidak tahu maksud dari tanggapan atau pesan dari Silver. Silver membuat tanggapan dari tanya-jawab "Apakah Katolik merubah hari Sabat ke hari Minggu". Jadi, apakah maksudnya Silver setuju atau tidak setuju dengan hal ini? Apakah komentar ini adalah untuk komentar tentang hubungan agama dan keselamatan? Kalau ya, silakan melihat di jawaban ini (silakan klik). Kalau tidak, mohon untuk memperjelas pertanyaan atau tanggapan. Silakan membuat pernyataan yang jelas, seperti "saya setuju" atau "saya tidak setuju" dengan alasan …..

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

      • TIDAK PERLU MEMBODOHI MASYARAKAT GEREJA. ITU JUSTRU MENAMBAH BEBAN DOSA KITA DI HADAPAN ALLAH. JIKA SAUDARA BACA DI KATEKISMUS KATOLIK, JELAS DISANA DIAKUI BAHWA GEREJA KATOLIKLAH YANG MEMINDAHKAN KESUCIAN HARI SABAT KE HARI MINGGU. DENGAN ISTILAH “OTORITAS GEREJA”. DAN KATOLIK PERCAYA BAHWA “TRADISI DAN ALKITAB” ADALAH DASAR PENGAJARAN GEREJA KATOLIK. JADI HARI MINGGU BUKANLAH BIBLICAL DOCTRINE, TETAPI AJARAN TRADISI ROMAWI KAFIR. DIRAYAKAN SEBAGAI HARI PENYEMBAHAN TERHADAP DEWA SOL/ DEWA MATAHARI. “SUN DAY”

        • Shalom Ebyeth,

          Terima kasih atas tanggapannya tentang hari Sabat. Saya mengusulkan untuk menuliskan pesan tidak dengan huruf besar semua, karena dalam internet menulis semuanya dengan huruf kapital, adalah seperti berteriak. Dan tentu saja saya percaya bahwa Ebyeth mempunyai maksud baik dalam berdiskusi. Berikut ini adalah tanggapan saya pesan Ebyeth:

          1) Pertama, saya tidak mempunyai maksud untuk membodohi masyarakat gereja (maksud Ebyeth, yang termasuk masyarakat gereja itu yang mana?), justru sebaliknya, saya mengharapkan bahwa website ini dapat menjelaskan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Situs katolisitas.org ini adalah website Katolik, yang memuat pengajaran Gereja Katolik. Kalau Ebyeth bukan umat Katolik, tentu saja apa yang disampaikan di sini mungkin ada sebagian yang bertentangan dengan pengajaran dari gereja yang Ebyeth ikuti, dalam hal ini adalah gereja Adven. Hal ini sama seperti kalau saya mengunjungi website gereja Ebyeth, maka artikel-artikel di website tersebut, tentu saja ada sebagian yang tidak sesuai dengan pengajaran Gereja Katolik.

          2) Kedua, di dalam artikel di atas, Gereja Katolik tidak merubah perayaan dari hari Sabat ke hari Tuhan atau hari Minggu, namun Gereja Katolik mengikuti apa yang diajarkan oleh para rasul yang dapat dibuktikan dari tulisan para Bapa Gereja. Dan perubahan ini mempunyai alasan teologis yang kuat dan tradisi yang telah berlangsung dari awal. Bahkan Jemaat Kristen perdana merayakan hari Tuhan pada hari Minggu (Kis 20:7; 1 Kor 16:2).

          3) Ketiga, untuk hubungan antara Tradisi Suci dan Alkitab, silakan untuk melihat tanya-jawab di sini (silakan klik).

          4) Keempat, kalau Ebyeth menyimpulkan bahwa perayaan pada hari Minggu adalah tradisi romawi kafir, dapatkah Ebyeth membuktikannya? Silakan memberikan sumber, dan juga alasan teologis mengapa Ebyeth tidak menyetujui tentang hari Minggu sebagai hari Tuhan.

          5) Berikut ini adalah 2 pertanyaan yang ingin saya ajukan kepada Ebyeth:

          a) Menurut Ebyeth, sejak kapankah Gereja Katolik mulai merubah hari Tuhan dari hari sabat ke hari Minggu? Dan apakah buktinya?

          b) Apakah gereja Ebyeth merayakan Hari Natal pada tanggal 25 Desember? Apakah semua gereja Seventh Day Adventist seluruh dunia tidak pernah merayakan natal pada tanggal 25 Desember sampai saat ini? Kalau ya, kenapa boleh? Kalau tidak, apakah alasannya?

          Mari kita bersama-sama berdialog dengan penuh hormat, walaupun kita mempunyai pendapat yang berbeda.

          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – http://www.katolisitas.org

          • Gini bro stevanus, saya ini dibesarkan dilingkungan katolik, saya kenal katolik lama banget.
            Saya sangat menghargai bro stevanus yang saya lihat sangat open heart jadi saya akan bantu kasih penjelasan, juga untuk teman2 yang lain.

            ini 10 perintah yang diajarkan dan perbedaannya bisa dilihat disana:
            http://www.earthsfinalwarning.com/PWH-html/changedLaw.html

            Begini mengenai pernyataan anda tentang perjanjian baru mengenapi dan menyempurnakan perjanjian lama bro stevanus. saya copy lg di bawah ni:

            Rasul Paulus mengatakan bahwa hari Sabat tidak mengikat umat Kristen (Col 2:16; Gal 4:9-10; Rom 14:5).

            itu bisa dibaca lg apakah maksud rasul Paulus disitu sabatnya Tuhan? silakan direnungkan dan dibaca kembali dalam kitab Leviticus atau Imamat 23. Anda akan tau jelas disana yang dimaksud oleh Paulus ada satu lg sabat yg ditetapkan Musa disamping 10 perintah, yang mana ditulis itu sebagai festival bulan baru atau sabat festival. jadi yg dimaksud Paulus apabila anda membacanya dengan cermat konteknya bukan sabat dalam 10 perintah Tuhan.
            ada 2 sabat: sabat 10 perintah Tuhan (hari Sabtu), sabat festival Musa.
            Banyak hal yang bisa jadi pertimbangan/perenungan:
            – Anda bisa lihat berapa kali sabat diulang di alkitab. banyak banget
            – 10 perintah ditulis oleh Tuhan sendiri sampe 2x artinya sangat penting
            – Apakah sabat diciptakan hanya untuk Yahudi?
            Tentu tidak dari awal penciptaan dunia dimana belon ada yang namanya Jews udah ada yang namanya sabat (kitab Genesis atau Kejadian 2:1-3)
            – Dari segi bahasa: Italy, Latin (sabat = sabato), Indonesia (sabat = sabtu), jerman itu mengenal rabu sebagai mitwoch yang artinya middle of week (pertengahan minggu atau hari ke 4 dari 7 hari) jadi hari ke 7 itu hari sabtu.
            – Tidak ada perubahan dalam weekly cycle dari perhitungan hari. yang ada perubahan dari kalender Yahudi ke Kalender masehi itu penentuan perhitungan tahun, dimana Yahudi menghitung tahun dari summer ke summer atau musim panas ke musim panas. (sekitar Oktober ke Oktober)
            – ditahun sekitar 1500 an ada perubahan tanggal tapi weekly cycle (siklus minggu dan harian) semuanya tetap dimana waktu itu tanggal dimajukan 10 hari. dari tanggal 5 – 15
            – masalah GMT sekarang, kita hidup di GMT yang berbeda2, Tuhan juga tau itu saya rasa. dan Tuhan kita Tuhan yang sempurna, baik dan pengertian. saya rasa kita tidak akan bersalah karena GMT, Tuhan tau niat kita menjaga sabat. inilah sabat kita di GMT kita masing2.

            Apakah penting menjaga sabat?
            – Ezekiel 22:26
            – James atau Yakobus 2:9-11 (satu perintah gugur kita memutuskan rantai artinya)
            – Mazmur 89:34
            – Sincerity cann’t convert/change error.
            Tuhan sering bilang kita mempelainya bukan? apabila sabat adalah hari perjanjian kita dinner dengan istri, pacar, atau teman kita. dan kita datangnya dilaen hari selain hari sabat(sabtu), misal hari minggu, senin atau selasa. Apakah kita masih benar? itu pertanyaan saya.

            Seorang suster di beritahu dokternya kasih pasien ini 1 mg vitamin K setiap pagi hari, jangan lupa periksa tekanan darahnya tiap 12 jam sekali. si suster mencatat semuanya dengan baik. dan tiba2 2 hari kemudian sisuster menghadap si dokter, “Dokter2 bisa ngak jatah vitamin K nya dirubah jadi 10 mg, karena saya kemaren menyuntikkan 10 mg ke pasien itu, tolong rubah catatannya” si dokter menolak permintaan si suster.

            Saya harap 2 cerita analogy diatas dapat membantu pengertian.

            Mengenai perubahan hukum memang katolik merubahnya sudah bukan rahasia lagi, anda bisa lihat dari catatan2 sejarahwan dan pastur atau kardinal katolik bagaimana mereka sendiri memahami hal2 tersebut, cobalah untuk googling dalam bahasa inggris. Ini diubah di jaman Constantine untuk menyatukan pagan dan Christianity atau sering disebut “political correctly thinking”.

            Dan banyak lagi dijaman itu yang dirubah seperti patung2 mulai bermunculan dimana itu berkaitan dengan hukum ke -2. Kalau anda pergi ke Italy dan pergi ke katedral St. Petrus anda akan melihat patung St. Petrus disana, pertanyaan saya apakah yang anda lihat itu benar2 patung St. Petrus??? anda bisa lihat ada apa diatas kepalanya, ada lambang matahari. dimana sebenarnya itu patung Dewa matahari roma atau Jupiter.

            saya akan kasih satu ayat lagi dari perkataan rasul Paulus:
            – Kisah Para Rasul 20:28-30
            Acts 20:28 Take heed, therefore, to yourselves, and to all the flock, in which the Holy Spirit has made you overseers, to shepherd the assembly of the Lord and God which he purchased with his own blood.
            Acts 20-29 For I know that after my departure [Paul dead], vicious wolves [Pagan Rome] will enter in among you, not sparing the flock.
            Acts 20-30 Men will arise from among your own selves, speaking perverse things, to draw away the disciples after them.

            Tambahan lg bro stevanus ni,

            Gini2 ada yang pernah dengar tentang Oswald Glait ngak? atau Mr and Mrs. Andreas Fischer?
            Mungkin kita sering dengar tentang Martin Luther, atau Calvin.
            Tp Oswald Glait, dkk. adalah tokoh reformasi Christiani yang dikenal karena memberitakan hari sabat adalah sabtu dan mereka dihukum mati. Oswald dihukum mati dengan di tenggelamkan. dan Pasangan Fischer jg sama sihukum mati karena memberitakan sabat itu sebenarnya sabtu.
            trus ada cerita lagi mengenai pasangan suami istri dari Inggris yang merayakan sabat pada hari sabtu jg di hukum penjara, suaminya dihukum penjara 3 tahun lalu akhirnya menyerah dan istrinya dihukum sampai 15 tahun.
            Satu hal dari cerita reforman2 diatas, apakah demi menutup kebenaran sampai mengorbankan begitu banyak nyawa… logikanya kalau kita benar nih ya kita buktikan kita benar ajarannya, bukan maen bunuh…

            John 8:32 / Yohanes 8:32 = “and you shall know the truth, and the truth shall make u free, amen.
            dan kamu akan tau kebenaran dan kebenaran akan membebaskanmu. Amin

            GBU.

          • Shalom Omni,

            Terima kasih atas tanggapannya tentang topik hari Sabat. Kalau Omni dibesarkan dalam lingkungan Katolik dalam waktu yang lama, maka saya menjadi umat Katolik lama sekali. Walaupun demikian, saya tidak dapat mengatakan bahwa saya tahu semua akan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik, namun saya berusaha dengan segala kekuatan saya untuk terus bertumbuh di dalam iman kekatolikan. Dalam jawaban ini, saya tidak menanggapi pernyataan Omni tentang hal-hal lain yang tidak berkaitan dengan diskusi tentang hari Sabat, sehingga diskusi kita menjadi lebih fokus. Mari kita sekarang masuk dalam diskusi kita tentang hari Sabat.

            1) 10 perintah Allah yang dipakai oleh Gereja Katolik dan gereja-gereja non-Katolik memang berbeda. Gereja Katolik mengikuti rumusan yang dipakai oleh St. Agustinus, dan alasannya dapat dilihat di sini (silakan klik).

            2) Omni memberikan argumentasi bahwa Sabat dalam Kol 2:16; Gal 4:9-10; Rm 14:5 (yang saya tulis sebelumnya) adalah bukan sabat dalam pengertian sabat di dalam 10 perintah Allah namun sabat festifal (bulan baru).

            a) Kita melihat di Kol 2:16 “Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat;” Dalam KJV “LetG2919 noG3361 manG5100 thereforeG3767 judgeG2919 [G5720] youG5209 inG1722 meatG1035, orG2228 inG1722 drinkG4213, orG2228 inG1722 respectG3313 of an holydayG1859, orG2228 of the new moonG3561, orG2228 of the sabbathG4521 days

            Kita dapat melihat bahwa pemakaian hari Sabat atau dalam bahasa Yunani (G4521) merujuk kepada hari Sabat seperti yang dikatakan di dalam 10 perintah Allah. Kalau kita melihat Strong’s Hebrew and Greek Dictionaries, maka G4521 (sabbaton) merujuk kepada shabbath (H7676). Dan kalau kita melihat dalam 10 perintah Allah, maka dikatakan: “RememberH2142 [H8800] the sabbathH7676 dayH3117, to keep it holyH6942 [H8763].” (Kel 20:8) Oleh karena itu, tepatlah bahwa pemakaian hari Sabat di dalam konteks Kol 2:16 merujuk kepada hari Sabat (H7676), seperti yang dipakai juga dalam 10 perintah Allah (Kel 20:8).

            b) Dengan alasan di atas, saya tidak tahu bagaimana Omni dapat menganalisa bahwa sabat di Kol 2:16 merujuk kepada Imamat 23 dan kemudian mendapatkan pengertian bahwa Sabat di ayat Kol 2:16 merujuk kepada festival bulan baru. New Moon memakai bahasa asli G3561, sedangkan sabbath memakai G4521 (merujuk pada H7676 dalam bahasa Ibrani). Dan kalau kita melihat Imamat 23:3 dikatakan “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat bagi TUHAN di segala tempat kediamanmu.” atau “SixH8337 daysH3117 shall workH4399 be doneH6213 [H8735]: but the seventhH7637 dayH3117 is the sabbathH7676 of restH7677, an holyH6944 convocationH4744; ye shall doH6213 [H8799] no workH4399 therein : it is the sabbathH7676 of the LORDH3068 in all your dwellingsH4186.” Jadi dalam Imamat 23:3 sabat juga memakai H7676, seperti pemakaian di Kol 2:16.

            Oleh karena itu menjadi jelas, bahwa Sabat yang dipakai disini adalah Sabat dalam konteks 10 perintah Allah dan bukan festival bulan baru.

            3) Sabat memang banyak sekali dipakai: di dalam Perjanjian Baru, Sabat (G4521) dipakai sebanyak 62x dan dalam Perjanjian Lama, Sabat (H7676) dipakai sebanyak 89x. Namun dalam pemakaian-pemakaian tersebut, Yesus juga memakai beberapa perkataan seperti “Lalu kata Yesus kepada mereka: “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,” (Mk 2:27). Dan kemudian rasul Paulus menegaskan bahwa hari Sabat bukanlah keharusan bagi umat Kristen, seperti yang telah disebutkan di atas (Kol 2:16; Gal 4;9-10; Rm 14:5). Dan lebih lanjut, jemaat awal beribadah pada hari Minggu, seperti yang ditegaskan di beberapa ayat berikut ini:

            Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.” (Kis 20:7)

            Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing–sesuai dengan apa yang kamu peroleh–menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.” (1 Kor 16:2)

            Hari pertama dalam minggu itu menurut perhitungan kalendar Yahudi adalah hari Minggu. Oleh karena itu, Gereja Katolik bukannya merubah Hari Tuhan dari hari Sabat Yahudi (Jumat sore – Sabtu Sore) atau hari ke-tujuh ke hari Minggu (atau hari pertama). Gereja Katolik hanya menjalankan apa yang sebenarnya diajarkan oleh para rasul, dimana dikatakan “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” (Kis 2:42). Dan kapankah mereka berkumpul? Hari pertama setiap dalam minggu itu, atau hari Minggu. Dan Hari Minggu sebagai Hari Tuhan diperkuat dengan kesaksian dari para Bapa Gereja, seperti yang telah saya sebutkan dalam artikel di atas.

            4) Kalau memang Oswald Glaith dan Andreas Fisher ternyata benar tentang hari Tuhan adalah hari Sabat (hari ke tujuh) dan menyatakannya di tahun 1527, apakah Omni berpendapat bahwa semua jemaat perdana, termasuk para rasul dan rasul Paulus – yang mengatakan bahwa Hari Tuhan adalah hari pertama -, serta para Bapa Gereja – yang mengatakan bahwa Hari Tuhan adalah Hari Minggu – semuanya telah membuat kesalahan? Dan tiba-tiba pada abad ke-16, Andreas fisher dan Oswald Glaith menyadari bahwa seharusnya hari Tuhan adalah hari Sabat (hari ke tujuh)?

            Mari kita melihat apa yang dikatakan oleh para Bapa Gereja jemaat awal, yang saya kutip dari salah satu site (silakan klik):

            The Didache: “But every Lord’s day . . . gather yourselves together and break bread, and give thanksgiving after having confessed your transgressions, that your sacrifice may be pure. But let no one that is at variance with his fellow come together with you, until they be reconciled, that your sacrifice may not be profaned” (Didache 14 [A.D. 70]).

            The Letter of Barnabas: “We keep the eighth day [Sunday] with joyfulness, the day also on which Jesus rose again from the dead” (Letter of Barnabas 15:6–8 [A.D. 74]).

            Ignatius of Antioch: “[T]hose who were brought up in the ancient order of things [i.e. Jews] have come to the possession of a new hope, no longer observing the Sabbath, but living in the observance of the Lord’s day, on which also our life has sprung up again by him and by his death” (Letter to the Magnesians 8 [A.D. 110]).

            Justin Martyr: “[W]e too would observe the fleshly circumcision, and the Sabbaths, and in short all the feasts, if we did not know for what reason they were enjoined [on] you—namely, on account of your transgressions and the hardness of your heart. . . . [H]ow is it, Trypho, that we would not observe those rites which do not harm us—I speak of fleshly circumcision and Sabbaths and feasts? . . . God enjoined you to keep the Sabbath, and imposed on you other precepts for a sign, as I have already said, on account of your unrighteousness and that of your fathers . . .” (Dialogue with Trypho the Jew 18, 21 [A.D. 155]).
            “But Sunday is the day on which we all hold our common assembly, because it is the first day on which God, having wrought a change in the darkness and matter, made the world; and Jesus Christ our Savior on the same day rose from the dead” (First Apology 67 [A.D. 155]).

            Tertullian: “[L]et him who contends that the Sabbath is still to be observed as a balm of salvation, and circumcision on the eighth day . . . teach us that, for the time past, righteous men kept the Sabbath or practiced circumcision, and were thus rendered ‘friends of God.’ For if circumcision purges a man, since God made Adam uncircumcised, why did he not circumcise him, even after his sinning, if circumcision purges? . . . Therefore, since God originated Adam uncircumcised and unobservant of the Sabbath, consequently his offspring also, Abel, offering him sacrifices, uncircumcised and unobservant of the Sabbath, was by him [God] commended [Gen. 4:1–7, Heb. 11:4]. . . . Noah also, uncircumcised—yes, and unobservant of the Sabbath—God freed from the deluge. For Enoch too, most righteous man, uncircumcised and unobservant of the Sabbath, he translated from this world, who did not first taste death in order that, being a candidate for eternal life, he might show us that we also may, without the burden of the law of Moses, please God” (An Answer to the Jews 2 [A.D. 203]).

            The Didascalia: “The apostles further appointed: On the first day of the week let there be service, and the reading of the holy scriptures, and the oblation [sacrifice of the Mass], because on the first day of the week [i.e., Sunday] our Lord rose from the place of the dead, and on the first day of the week he arose upon the world, and on the first day of the week he ascended up to heaven, and on the first day of the week he will appear at last with the angels of heaven” (Didascalia 2 [A.D. 225]).

            Origen: “Hence it is not possible that the [day of] rest after the Sabbath should have come into existence from the seventh [day] of our God. On the contrary, it is our Savior who, after the pattern of his own rest, caused us to be made in the likeness of his death, and hence also of his resurrection” (Commentary on John 2:28 [A.D. 229]).

            Victorinus: “The sixth day [Friday] is called parasceve, that is to say, the preparation of the kingdom. . . . On this day also, on account of the passion of the Lord Jesus Christ, we make either a station to God or a fast. On the seventh day he rested from all his works, and blessed it, and sanctified it. On the former day we are accustomed to fast rigorously, that on the Lord’s day we may go forth to our bread with giving of thanks. And let the parasceve become a rigorous fast, lest we should appear to observe any Sabbath with the Jews . . . which Sabbath he [Christ] in his body abolished” (The Creation of the World [A.D. 300]).

            Eusebius of Caesarea: “They [the early saints of the Old Testament] did not care about circumcision of the body, neither do we [Christians]. They did not care about observing Sabbaths, nor do we. They did not avoid certain kinds of food, neither did they regard the other distinctions which Moses first delivered to their posterity to be observed as symbols; nor do Christians of the present day do such things” (Church History 1:4:8 [A.D. 312]).
            “[T]he day of his [Christ’s] light . . . was the day of his resurrection from the dead, which they say, as being the one and only truly holy day and the Lord’s day, is better than any number of days as we ordinarily understand them, and better than the days set apart by the Mosaic law for feasts, new moons, and Sabbaths, which the apostle [Paul] teaches are the shadow of days and not days in reality” (Proof of the Gospel 4:16:186 [A.D. 319]).

            Athanasius: “The Sabbath was the end of the first creation, the Lord’s day was the beginning of the second, in which he renewed and restored the old in the same way as he prescribed that they should formerly observe the Sabbath as a memorial of the end of the first things, so we honor the Lord’s day as being the memorial of the new creation” (On Sabbath and Circumcision 3 [A.D. 345]).

            Cyril of Jerusalem: “Fall not away either into the sect of the Samaritans or into Judaism, for Jesus Christ has henceforth ransomed you. Stand aloof from all observance of Sabbaths and from calling any indifferent meats common or unclean” (Catechetical Lectures 4:37 [A.D. 350]).

            Council of Laodicea: “Christians should not Judaize and should not be idle on the Sabbath, but should work on that day; they should, however, particularly reverence the Lord’s day and, if possible, not work on it, because they were Christians” (Canon 29 [A.D. 360]).

            John Chrysostom: “[W]hen he [God] said, ‘You shall not kill’ . . . he did not add, ‘because murder is a wicked thing.’ The reason was that conscience had taught this beforehand, and he speaks thus, as to those who know and understand the point. Wherefore when he speaks to us of another commandment, not known to us by the dictate of conscience, he not only prohibits, but adds the reason. When, for instance, he gave commandment concerning the Sabbath— ‘On the seventh day you shall do no work’—he subjoined also the reason for this cessation. What was this? ‘Because on the seventh day God rested from all his works which he had begun to make’ [Ex. 20:10-11]. . . . For what purpose then, I ask, did he add a reason respecting the Sabbath, but did no such thing in regard to murder? Because this commandment was not one of the leading ones. It was not one of those which were accurately defined of our conscience, but a kind of partial and temporary one, and for this reason it was abolished afterward. But those which are necessary and uphold our life are the following: ‘You shall not kill. . . . You shall not commit adultery. . . . You shall not steal.’ On this account he adds no reason in this case, nor enters into any instruction on the matter, but is content with the bare prohibition” (Homilies on the Statutes 12:9 [A.D. 387]).
            “You have put on Christ, you have become a member of the Lord and been enrolled in the heavenly city, and you still grovel in the law [of Moses]? How is it possible for you to obtain the kingdom? Listen to Paul’s words, that the observance of the law overthrows the gospel, and learn, if you will, how this comes to pass, and tremble, and shun this pitfall. Why do you keep the Sabbath and fast with the Jews?” (Homilies on Galatians 2:17 [A.D. 395]).
            “The rite of circumcision was venerable in the Jews’ account, forasmuch as the law itself gave way thereto, and the Sabbath was less esteemed than circumcision. For that circumcision might be performed, the Sabbath was broken; but that the Sabbath might be kept, circumcision was never broken; and mark, I pray, the dispensation of God. This is found to be even more solemn than the Sabbath, as not being omitted at certain times. When then it is done away, much more is the Sabbath” (Homilies on Philippians 10 [A.D. 402]).

            The Apostolic Constitutions: “And on the day of our Lord’s resurrection, which is the Lord’s day, meet more diligently, sending praise to God that made the universe by Jesus, and sent him to us, and condescended to let him suffer, and raised him from the dead. Otherwise what apology will he make to God who does not assemble on that day . . . in which is performed the reading of the prophets, the preaching of the gospel, the oblation of the sacrifice, the gift of the holy food” (Apostolic Constitutions 2:7:60 [A.D. 400]).

            Augustine: “Well, now, I should like to be told what there is in these ten commandments, except the observance of the Sabbath, which ought not to be kept by a Christian. . . . Which of these commandments would anyone say that the Christian ought not to keep? It is possible to contend that it is not the law which was written on those two tables that the apostle [Paul] describes as ‘the letter that kills’ [2 Cor. 3:6], but the law of circumcision and the other sacred rites which are now abolished” (The Spirit and the Letter 24 [A.D. 412]).

            Pope Gregory I: “It has come to my ears that certain men of perverse spirit have sown among you some things that are wrong and opposed to the holy faith, so as to forbid any work being done on the Sabbath day. What else can I call these [men] but preachers of Antichrist, who when he comes will cause the Sabbath day as well as the Lord’s day to be kept free from all work. For because he [the Antichrist] pretends to die and rise again, he wishes the Lord’s day to be held in reverence; and because he compels the people to Judaize that he may bring back the outward rite of the law, and subject the perfidy of the Jews to himself, he wishes the Sabbath to be observed. For this which is said by the prophet, ‘You shall bring in no burden through your gates on the Sabbath day’ [Jer. 17:24] could be held to as long as it was lawful for the law to be observed according to the letter. But after that the grace of almighty God, our Lord Jesus Christ, has appeared, the commandments of the law which were spoken figuratively cannot be kept according to the letter. For if anyone says that this about the Sabbath is to be kept, he must needs say that carnal sacrifices are to be offered. He must say too that the commandment about the circumcision of the body is still to be retained. But let him hear the apostle Paul saying in opposition to him: ‘If you be circumcised, Christ will profit you nothing’ [Gal. 5:2]” (Letters 13:1 [A.D. 597]).

            Dari pemaparan di atas, sebenarnya cukup jelas, bahwa jemaat Kristen perdana telah merayakan hari Tuhan pada hari Minggu. Gereja Katolik tidak pernah merubah, namun hanya menegaskan kembali dari kepercayaan ini. Untuk mengatakan bahwa Gereja Katolik menghukum seseorang untuk menutupi kebenaran hari Sabat adalah terlalu berlebihan. Sebagai informasi, Andreas Fisher dan Oswald Glaith yang sebelumnya adalah pastor telah berpindah ke Lutheran sebelum akhirnya meyakini bahwa umat Kristen harus beribadah pada hari Sabat (hari ke tujuh). Saya telah mencoba membuktikan bahwa perayaan Hari Tuhan adalah Hari Minggu dan bukan hari Sabat (hari ke tujuh). Semoga jawaban ini dapat memperjelas.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – http://www.katolisitas.org

          • Terima kasih atas ulasannya, tapi masih ada yang belum aku mengerti.
            1. Dalam ulasan diatas dituliskan bahwa bukan Gereja Katolik yang merubahnya pada jaman kaisar Konstantin, namun Gereja mengikuti apa yang difirmankan oleh Allah di dalam Perjanjian Baru, tapi kalau saya baca dalam buku The Convert’s Catechism of Catholic Doctrine karangan Peter Geierman ( Rockford,IL: Tan Books and Publishers, 1977 hal.50) memuat serangkaian tanya jawab sebagai berikut :
            Tanya : Yang manakah hari sabat?
            Jawab: Hari sabtu adalah hari sabat.
            Tanya: Kalau begitu mengapa kita memelihara hari Minggu, bukan hari Sabtu?
            Jawab : Kita memelihara hari Minggu ganti hari Sabtu karena gereja Katolik memindahkan
            kekhidmatannya dari sabtu ke minggu.
            Kemudian dalam Saint Catherina : Catholic church Sentinel 21 Mei 1995 tertulis: ” Barangkali hal yang paling berani yang gereja pernah lakukan dalam perubahan yang revolusioner terjadi pada abat yang pertama, dimana hari yang suci, Sabat dirubah dari sabtu ke minggu…..bukannya apa yang ditulis oleh kitab suci melainkan atas kuasa gereja itu sendiri…
            Mohon penjelasannya atas pernyataan diatas.

            2. Jika hari sabat sudah tidak mengikat lagi, maka apakah ayat dalam Yesaya 66: 22,23 yang intinya bahwa di dunia baru yang akan dijadikan Tuhan ( yang saat ini belum terjadi ) umat Tuhan akan sujud menyembah Tuhan , sudah tidak berlaku lagi? mohon penjelasannya . ( yesaya 66:22,23: “Sebab sama seperti langit yang baru dan bumi yang baru yang akan Kujadikan itu, tinggal tetap di hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN, demikianlah keturunanmu dan namamu akan tinggal tetap.
            Bulan berganti bulan, dan SABAT berganti SABAT, maka seluruh umat manusia akan datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku, firman TUHAN”)
            3. Apakah perjanjian lama dan baru itu bertentangan satu dengan yang lain?
            4. Apakah Tuhan itu berubah-ubah sehingga dia bisa merubah hari yang kudus berbeda antara perjanjian lama dan baru?? (Ibrani 13:8)
            5. Bagaimana tanggapan anda tentang pernyataan teman saya bahwa kesalahan terbesar bangsa Israel adalah karena mereka terlalu mengagungkan hukum dan menolak Tuhan Yesus sedangkan kesalahan Orang Kristen adalah mereka mengagungkan Tuhan Yesus dan Menolak hukum terutama hukum hari sabat.
            Terima kasih atas Jawabannya.

          • Saya sepakat dengan pertanyaan sdr Madago dan saya memiliki pertanyaan yaitu :

            1. Alkitab mengajarkan bahwa kita diselamatkan oleh iman kepada Tuhan Yesus (Yohanes 3:16) dan dalam Yakobus menjalaskan bahwa ada iman yang mati yaitu iman yang tidak disertai dengan perbuatan/penurutan.Yakobus 2: 14,22,26 berbunyi ” Apakah gunanya, sudara-saudaraku,jika seseorang mengatakan bahwa ia memiliki iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia?”. “Kamu lihat, bahwa iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna” .”Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati”. Dalam Yakobus 2: 10-11tertulis :”sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tapi mengabaikan satu bagian daripadanya ia bersalah terhadap seluruhnya. Sebab ia yang mengatakan :”Jangan berzinah”,Ia mengatakan juga :Jangan membunuh”. Jadi jika kamu tidak berzinah tapi membunuh, makakamu menjadi pelanggar hukum juga”.
            Jadi jika seseorang mengatakan bahwa ia memiliki iman tapi tidak mempunyai perbuatan/penurutan maka imannya dikatakan mati karena penurutan adalah bukti/buah dari iman yang hidup. Berarti jika kita hanya menuruti 9 hukum dan mengabaikan satu yaitu hukum hari SABAT (hukum ke 4) apalagi mengatakan bahwa itu sudah tidak mengikat lagi berarti kita bersalah terhadap seluruhnya???
            Kemudian dalam Roma 3:31 berbunyi :”Jika demikian,adakah kami membatalkan hukum taurat karena iman? sekali-kali tidak! Sebaliknya,kami meneguhkannya”.
            Atau dengan kata lain bahwa Rasul Paulus mengatakan bahwa justru karena menurut hukumlah yang membuktikan kita memiliki iman yang hidup. Ibarat mata uang yang mempunyai dua sisi yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain demikian pula dengan iman dan penurutan.
            Dalam 1 Yohanes 2:3,4 berbunyi :” dan inilah tandanya bahwa kita mengenal Allah, yaitu jika kita menuruti perintah-perintah-Nya. Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia,tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah SEORANG PENDUSTA dan DIDALAMNYA TIDAK ADA KEBENARAN.
            Berarti jika kita tidak menuruti perintah TUHAN berarti kita adalah PENDUSTA ??? Mohon penjelasan Sdr. Stefanus Tay .

            2. saya setuju dengan pernyataan kesalahan terbesar bangsa Israel adalah karena mereka terlalu mengagungkan hukum dan menolak Tuhan Yesus sedangkan kesalahan terbesar Orang Kristen adalah mereka mengagungkan Tuhan Yesus dan Menolak hukum terutama hukum hari sabat. Karena ciri-ciri umat TUHAN adalah gabungan antara iman dan penurutan karena tidak bisa dipisahkan seperti uang yang mempunyai dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Wahyu 14:12 berkata : “Yang penting di sini ialah ketekunan ORANG-ORANG KUDUS, YANG MENURUTI PERINTAH ALLAH dan IMAN KEPADA YESUS”.

          • Shalom Eli,
            Terima kasih atas tanggapannya tentang hari Sabat. Saya telah menjawab pertanyaan yang serupa di sini (silakan klik). Silakan membaca link yang saya berikan. Kalau masih tidak setuju dengan argumentasi yang saya berikan, silakan memberikan argumentasi lagi. Semoga link tersebut dapat membantu.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – http://www.katolisitas.org

          • Shalom Madago,

            Terima kasih atas komentarnya tentang hari Sabat. Pada waktu saya mengatakan bahwa “Gereja Katolik yang merubahnya pada jaman kaisar Konstantin, namun Gereja mengikuti apa yang difirmankan oleh Allah di dalam Perjanjian Baru“, maksudnya adalah Gereja Katolik tidak merubah Sabat dari Sabtu menjadi Minggu pada jaman kaisar Konstantin. Namun, saya ingin menegaskan bahwa Gereja – seperti yang terekam dalam Perjanjian Baru – melalui jemaat perdana telah merubah hari Tuhan dari hari Sabat ke Hari Minggu. Dan hal ini berdasarkan alasan yang begitu kuat, seperti: 1) Kita tidak merayakan hari terakhir penciptaan, namun hari pertama penciptaan. Hal ini disebabkan karena di dalam Kristus, dengan pembaptisan, umat Kristen menjadi manusia ciptaan yang baru. Dan kita menjadi ciptaan baru karena kebangkitan Kristus, yang terjadi pada hari Minggu. 2) Orang yang merayakan hari Tuhan pada hari Sabat seolah-olah mereka masih terikat dengan tradisi, dan belum hidup baru dalam Kristus (lih. Kis 20:7; 1 Kor 16:2).

            1) Pertanyaaan selanjutnya adalah apakah Sabat yang diperintahkan di dalam Perjanjian Lama tidak mengikat lagi? Untuk menjawab pertanyaan ini, St. Thomas Aquinas (ST, I-II, q. 98-108) mengatakan bahwa ada 3 macam hukum di dalam Perjanjian Lama, yaitu:

            a) Moral Law: Moral Law atau hukum moral adalah menjadi bagian dari hukum kodrati, hukum yang menjadi bagian dari kodrat manusia, sehingga Rasul Paulus mengatakan “Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela” (Rom 2:15). Contoh dari hukum ini adalah yang tertulis di 10 perintah Allah, dimana terdiri dari dua loh batu, yang mencerminkan kasih kepada Allah (perintah 1-3) dan juga kasih kepada sesama (perintah 4-10). Hukum kodrati ini adalah hukum yang tetap mengikat (bahkan sampai sekarang) dan dipenuhi dengan kedatangan Kristus, karena hukum kodrati ini adalah merupakan partisipasi di dalam hukum Tuhan.

            b) Ceremonial law atau hukum seremonial: sebagai suatu ekpresi untuk memisahkan sesuatu yang sakral dari yang duniawi yang juga berdasarkan prinsip hukum kodrat, seperti: hukum persembahan, tentang kesakralan, proses penyucian untuk persembahan, tentang makanan, pakaian, sikap, dll. Hukum ini tidak lagi berlaku dengan kedatangan Kristus, karena Kristus sendiri adalah persembahan yang sempurna; sebab Kristus menjadi Anak Domba Allah yang dikurbankan demi menebus dosa-dosa dunia. Maka kurban sembelihan seperti yang disyaratkan di dalam Perjanjian Lama tidak lagi diperlukan, karena telah disempurnakan di dalam kurban Kristus di dalam Perjanjian Baru. Itulah sebabnya di Gereja Katolik sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Yesus dan juga para rasul (Petrus dan Paulus) tidak mempermasalahkan makanan-makanan persembahan, karena bukan yang masuk yang najis, namun yang keluar. Ulasan ini dapat melihat di jawaban ini (silakan klik ini).

            c) Judicial law: Ini adalah merupakan suatu ketentuan yang menetapkan hukuman (sangsi) sehingga peraturan dapat dijalankan dengan baik. Oleh karena itu, maka peraturan ini sangat rinci, terutama untuk mengatur hubungan dengan sesama, seperti: peraturan untuk penguasa, bagaimana memperlakukan orang asing, dll. Dalam Perjanjian Lama, Judicial law ini ditetapkan sesuai dengan tradisi bangsa Yahudi. Contoh dari judicial law: kalau mencuri domba harus dikembalikan empat kali lipat (Kel 22:1), hukum cambuk tidak boleh lebih dari empat puluh kali (Ul 25:3), memberikan persembahan persepuluhan (Mal 3:6-12). Setelah kedatangan Kristus di Perjanjian Baru, maka judicial law ini tidak berlaku lagi; sebab Kristus membuka pintu keselamatan bagi bangsa-bangsa lain, sehingga ketentuan hukuman (sangsi) diserahkan kepada pemerintahan bangsa-bangsa lain tersebut, dan di dalam konteks umat Kristiani, maka judicial law ditetapkan oleh Gereja Katolik yang memiliki anggota dari seluruh bangsa.

            Jadi tradisi dan law yang bersifat ceremonial law dan judicial law harus dilakukan dalam terang Perjanjian Baru, seperti yang saya tulis di atas.

            Tanpa perbedaan tersebut di atas, maka kita dapat terjebak pada pemikiran bahwa semua yang dituliskan di dalam Perjanjian Lama harus dijalankan secara persis, yang berarti kita harus menjalankan semua hal yang ditulis di dalam kitab Imamat. Cobalah anda membandingkan akan perintah Tuhan yang diberikan di kitab Imamat dan apakah kita masih tetap menjalankannya? Banyak hal yang tidak kita jalankan, karena yang tercantum di dalam Kitab Imamat adalah merupakan “ceremonial law” dan “judicial law“, yang telah diperbaharui di dalam Kristus. Jadi, hari Sabat dalam hal ini termasuk dalam “moral law” yang tetap berlaku sampai saat ini dalam konteks untuk memberikan hari khusus untuk beribadah kepada Tuhan. Sedangkan tentang harinya, bukanlah termasuk dalam moral law, sehingga kalau kita melihat jemaat perdana telah beribadah pada hari Minggu. Dan ini juga ditegaskan oleh para Bapa Gereja.

            2) Nubuat Yesaya 66:22-23 mengatakan “22 Sebab sama seperti langit yang baru dan bumi yang baru yang akan Kujadikan itu, tinggal tetap di hadapan-Ku, demikianlah firman TUHAN, demikianlah keturunanmu dan namamu akan tinggal tetap. 23 Bulan berganti bulan, dan Sabat berganti Sabat, maka seluruh umat manusia akan datang untuk sujud menyembah di hadapan-Ku, firman TUHAN.” Tentu saja Firman ini akan terus berlangsung, namun kita juga harus melihatnya di dalam terang Perjanjian Baru (lih. Mt 24:30; 2 Pet 3:13; Why 21:1, dll.) Dengan demikian, hari Sabat juga harus dilihat dalam terang Perjanjian Baru, yaitu dalam terang kebangkitan Kristus yang jatuh pada hari Minggu, dimana kebangkitan ini adalah merupakan iman dan pengharapan umat Kristen. Dan rasul Paulus mengatakan “Dan selanjutnya kata Yesaya: “Taruk dari pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit untuk memerintah bangsa-bangsa, dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan.” (Rm 15:12).

            3) Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru tidak bertentangan satu sama lain. Hubungan antara keduanya diterangkan dalam Katekismus Gereja Katolik, (KGK, 121-123)

            KGK, 121 – “Perjanjian Lama adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Kitab Suci. Buku-bukunya diilhami secara ilahi dan tetap memiliki nilainya (Bdk. DV 14.) karena Perjanjian Lama tidak pernah dibatalkan.

            KGK, 122 – “Tata keselamatan Perjanjian Lama terutama dimaksudkan untuk menyiapkan kedatangan Kristus Penebus seluruh dunia.” Meskipun kitab-kitab Perjanjian Lama “juga mencantum hal-hal yang tidak sempurna dan bersifat sementara, kitab-kitab itu memaparkan cara pendidikan ilahi yang sejati. … Kitab-kitab itu mencantum ajaran-ajaran yang luhur tentang Allah serta kebijaksanaan yang menyelamatkan tentang peri hidup manusia, pun juga perbendaharaan doa-doa yang menakjubkan, akhirnya secara terselubung [mereka] mengemban rahasia keselamatan kita” (DV 15).”

            KGK, 123 – “Umat Kristen menghormati Perjanjian Lama sebagai Sabda Allah yang benar. Gereja tetap menolak dengan tegas gagasan untuk menghilangkan Perjanjian Lama, karena Perjanjian Baru sudah menggantikannya [Markionisme].”

            4) Apakah dengan demikian Tuhan berubah-ubah karena merubah hari Sabat ke Hari Minggu? Tuhan tidak berubah-ubah dalam memberikan perintah untuk menguduskan hari Tuhan. Yang berubah adalah masalah hari, dari Sabat (Sabtu) menjadi hari Minggu, yang bukan merupakan moral law – sehingga dapat berubah. Dan perubahan ini adalah suatu perubahan yang didasarkan oleh kepenuhan rencana keselamatan Allah, yaitu pada kebangkitan Kristus yang jatuh pada hari Minggu. Dengan beribadah pada hari Minggu, umat Kristen menyatakan bahwa mereka mempunyai hukum yang baru, yaitu hukum rahmat yang membebaskan, di mana rasul Paulus mengatakan “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.” (Rm 6:14).

            5) Tentang kesimpulan bahwa kesalahan umat Kristen adalah mengagungkan Tuhan Yesus dan menolak hukum hari Sabat, maka saya mengatakan bahwa itu bukanlah kesalahan, namun suatu kebenaran yang berdasarkan akan iman akan Yesus dan mengikuti para murid yang beribadah pada hari Minggu dan bukan pada hari Sabat. Dan saya pikir, penjelasan point 1 – tentang moral law, ceremonial law, dan judicial law – telah menjelaskan hal ini. Kalau orang yang menyalahkan umat Kristen yang beribadah pada hari Sabat, dengan alasan karena Perjanjian Lama mengharuskannya, maka mereka juga harus konsisten untuk menjalankan semua peraturan yang disebutkan di dalam Kitab Imamat. Dan kalau alasan mereka adalah hari Sabat dirubah oleh Gereja, mereka harus melihat bagaimana para murid di dalam Perjanjian Baru, yang beribadat pada hari Minggu, yang juga diperkuat dari tulisan para Bapa Gereja di abad-abad awal.

            Semoga keterangan ini dapat membantu.

            Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
            stef – http://www.katolisitas.org

Comments are closed.