Pertanyaan:
Salam damai,
Saya ingin bertanya kepada Bapak Stefanus. Ada suatu pemikiran bahwa tidak perlu memikirkan apakah itu dosa berat atau dosa ringan, yang terpenting adalah untuk berusaha berbuat baik/menghindari dosa. Benarkah pemikiran seperti ini? Mohon penjelasannya. Trims – Thomas
Jawaban:
Shalom Thomas,
Untuk menjawab pertanyaan Thomas, saya ingin mengambil suatu contoh tentang suatu penyakit jasmani. Pertanyaannya adalah, apakah kita perlu tahu, kalau kita terserang radang tenggorokan atau kanker tenggorokan? Tentu saja, kalau kita tahu secara persis penyakit kita, maka penyakit tersebut akan dapat ditangani dengan lebih baik daripada kalau kita tidak tahu. Memang kita harus menghindari semua penyakit, namun pengetahuan ada penyakit yang tidak terlalu berbahaya untuk tubuh kita dan penyakit yang dapat menyebabkan kematian adalah sangat penting. Contoh di atas dapat kita terapkan dalam hal dosa, karena dosa memang sebetulnya adalah penyakit rohani.
- Kita memang harus menghindari dosa, baik dosa ringan maupun dosa berat. Namun, dengan pengetahuan akan dosa berat, maka kita akan segera mengakukan dosa kita di Sakramen Tobat, jika kita melakukan dosa berat tersebut, karena dosa berat yang dilakukan setelah kita dibaptis hanya dapat diampuni lewat Sakrament Tobat. Bagaimana untuk menghapuskan dosa ringan? Kita harus mempunyai “penyesalan yang sempurna” atau mengikuti “Ekaristi.” Disinilah pentingnya untuk mempunya bapa pengakuan yang tetap, sehingga bapa pengakuan kita akan dapat menganalisa dan memberikan arahan untuk kemajuan kehidupan rohani kita.
- Kita tahu bahwa dosa ringan memperlemah kasih, dan dosa berat dapat menghancurkan kasih (lihat Katekismus Gereja Katolik, 1856 dan 1863) dan kalau dosa ringan dibiarkan akan dapat berkembang menjadi dosa berat. Dengan pengetahuan tersebut, maka kita akan sedapat mungkin berusaha agar sebelum dosa ringan berkembang menjadi dosa berat, kita harus bekerjasama dengan rahmat Tuhan untuk menolak dosa ringan tersebut, sebelum berkembang menjadi dosa berat.
- Marilah kita sama-sama berjuang untuk benar-benar berusaha untuk berkata “TIDAK” terhadap dosa. Ini adalah perjuangan seumur hidup. Namun, para Kudus telah membuktikan, bahwa mereka semua manusia biasa sama seperti kita, yang mempunyai kelemahan dan kecenderungan untuk berbuat dosa, namun karena rahmat Tuhan dan kedekatan serta kasih mereka kepada Tuhan, mereka berusaha dengan segala kekuatan mereka untuk menolak dosa.
Semoga hal tersebut di atas dapat menjawab pertanyaan Thomas.
Salam kasih dari: https://katolisitas.org
stef
Shalom katolisitas.
Dapat kah seorang yg berdosa berat semasa hidup nya dan dia bertobat dgn sungguh2 di akhir hidupnya boleh memasuki syurga tapi dgn syarat mlalui purgatorium?? Dan jika dia berdosa berat dapatkah ia berdoa rosario sahaja ?
Sbagai contoh …jika seseorang itu sudah cuba sdaya upaya menghindari berbuat dosa tetapi ia tidak dapat menahannya lalu membuat dosa itu dgn hati yg berbelah bagi juga disebut dosa berat?
Shalom Nelson,
Prinsipnya adalah orang yang meninggal dalam keadaan dosa berat, maka dia akan masuk neraka. Kalau orang tersebut telah bertobat dengan sungguh-sungguh sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, maka tentu saja pengampunan dan belas kasih Tuhan akan memberikan rahmat pengampunan, sehingga orang tersebut tidak masuk ke dalam neraka. Namun, karena orang tersebut meninggal tidak dalam kondisi kasih yang sempurna, maka dia akan dimurnikan di dalam Api Penyucian.
Silakan melihat FAQ apakah dosa berat dan bagaimana dosa berat dapat diampuni.
[qa id=14365]
[qa id=14364]
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shaolom,
Apakah niat untuk mahu meninggalkan iman Katolik merupakan suatu dosa?
Tolong jelaskan. Terimakasih.
Shalom Rita,
Pertama-tama mohon diketahui terlebih dahulu adanya perkembangan tahapan tentang dosa. Anda dapat membacanya terlebih dahulu di artikel ini, silakan klik.
Pada kasus seseorang Katolik yang ingin meninggalkan iman Katolik, perlu diteliti, apakah orang itu sungguh mengetahui bahwa hal meninggalkan imannya adalah suatu pelanggaran yang tidak ringan, dan bahwa ia mengetahui bahwa hal itu adalah sesuatu yang salah dan meskipun telah mengetahui bahwa itu salah, ia tetap melakukannya juga. Jika ketiga hal ini dipenuhi, maka ia melakukan dosa berat. Sebab sejujurnya, jika kita mengetahui bahwa Kristus telah mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus, dan Gereja itu adalah Gereja Katolik yang dipimpin oleh penerus Rasul Petrus, maka tidak selayaknya kita memutuskan untuk meninggalkan Gereja Katolik dan seluruh ajarannya. Namun dapat terjadi, orang tersebut tidak sungguh-sungguh tahu bahwa meninggalkan iman Katolik adalah suatu pelanggaran berat, atau keinginan meninggalkan Gereja Katolik ini baru dalam tahap di pikiran saja, namun tidak sampai dilaksanakan. Nah, jika ini keadaannya maka belum dapat dikatakan sebagai dosa berat.
Jika kemudian ia menyadari kesalahannya, maka ia selayaknya mengakui dosanya tersebut kepada Tuhan Yesus dalam sakramen Pengakuan Dosa, sebab biar bagaimanapun niatan untuk meninggalkan Gereja Katolik tidak terlepas dengan niatan untuk meninggalkan kepercayaannya akan perkataan Kristus bahwa Ia telah mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus (Mat 16:18-19) dan akan menyertai Gereja-Nya itu sampai akhir zaman (Mat 28:19-20).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Bu Ingrid,
Terimakasih di atas penjelasan yang amat membantu. Tuhan memberkati.
Mengikuti Ekaristi disini, apa maksudnya mengikuti misa setiap minggu dan menerima komuni?
[Dari Katolisitas: Mengikuti Ekaristi yang dimaksud adalah mengikuti perayaan Ekaristi, sedikitnya setiap hari Minggu, dan lebih baik lagi jika dapat mengikuti perayaan Ekaristi setiap hari, tentu dengan persiapan batin yang baik]
Comments are closed.