Pertanyaan:

Shalom Pak Stef & Bu Ingrid
Mau tanya nich :
1. Apakah Bunda Maria dan Santo Yosef juga Dibaptis dan menerima Komuni (I)?
2. Kapan Misa pertama dilakukan (setelah Pengorbanan & Kenaikan Yesus ke Surga) dan siapa yang memimpin Misa tsb?
Thanks, GBU
Simon

Jawaban:

Shalom Simon,Terimakasih atas pertanyaan anda yang sangat unik ini. Saya sampai memohon bantuan kepada profesor saya yang mengajar tentang Kristologi dan Mariologi, yaitu Dr. Lawrence Feingold, untuk menjawab pertanyaanmui, dan inilah yang dapat saya sampaikan. (Many thanks to Dr. Feingold!)
1) Walaupun kita tidak dapat secara pasti mendapatkan jawaban tentang hal ini, namun masuk akal jika kita berpikir bahwa St. Yusuf tidak dibaptis, sebab ia telah wafat sebelum pengajaran Injil, dan sebelum dikenal Pembaptisan Kristus. Sakramen Baptis belum didirikan pada saat itu [yaitu pada masa hidup St, Yusuf]. Pensyaratan Baptisan sebagai jalan untuk menperoleh keselamatan baru berlaku pada saat Pembaptisan didirikan dan diajarkan secara luas.
Maka sebelum pengajaran Injil dan pendirian/ institusi sakramen-sakramen, Tuhan membuat keselamatan memungkinkan dari rahmat pengudusan melalui jasa pengorbanan Kristus yang baru akan terjadi pada jaman Perjanjian Baru. [Hal ini memungkinkan karena Allah mengatasi ruang dan waktu]. Oleh karena itu St. Thomas Aquinas berpendapat bahwa Tuhan memberikan rahmat dan mengampuni dosa asal orang-orang Israel [yang hidup sebelum Kristus] pada saat mereka disunat pada hari ke-8 setelah kelahiran mereka. Walaupun St. Thomas tidak secara spesifik menyebutkan untuk kasus anak-anak perempuan, namun dapat pula kita simpulkan bahwa anak-anak perempuan, walaupun tidak disunat,  juga menerima rahmat pengudusan pada hari ke-8, pada upacara pemberian nama. Upacara tersebut tidak sama maknanya dengan sakramen, namun Allah memakai kesempatan ini untuk memberikan rahmat-Nya, sebagai tanda yang kelihatan bagi penggabungan mereka [baik anak-anak laki-laki maupun perempuan] ke dalam bangsa pilihan-Nya. Pemberian rahmat pengudusan yang diberikan pada bayi/ anak-anak Israel pada hari ke-8 memang tidak diajarkan oleh Magisterium Gereja, namun merupakan pendapat umum para Pujangga Gereja (Doctors of the Church), termasuk di antaranya St. Thomas Aquinas.
Namun, jika dikatakan bahwa rahmat pengudusan itu tidak diberikan pada saat sunat, Tuhan akan tetap memberikan rahmat tersebut pada anak-anak Israel pada saat mereka mencapai “the age of reason”, pada saat mereka mereka menerapkan tindakan iman, pengharapan dan kasih. Tentu saja, mereka dapat kehilangan rahmat awal ini jika mereka berbuat dosa berat, dan ini hanya dapat dipulihkan melalui pertobatan yang sungguh seperti yang dilakukan oleh Raja Daud sehabis ia berbuat dosa berat.

Karena itu, kita dapat yakin bahwa St. Yusuf berada dalam kondisi rahmat ini, sebab Rasul Matius menjabarkannya sebagai “orang benar”/ a just man, dan justice dalam Alkitab mengacu kepada kekudusan. Demikian pula halnya dengan para kudus dari Perjanjian Lama, seperti Abraham, Musa, Daud, dst.

Adalah benar bahwa kepenuhan rahmat Roh Kudus baru terpenuhi setelah pengajaran Injil dan pendirian/ institusi dari sakramen-sakramen. Namun demikian, para orang kudus di Perjanjian Lama menerima kepenuhan rahmat secara khusus sesuai dengan misi mereka dalam rencana keselamatan Allah, dan melalui kerjasama mereka yang tulus dan sepenuh hati dengan rahmat yang telah mereka terima.
Secara jelas dan khusus adalah St. Yusuf, sehubungan dengan misinya yang sangat besar sebagai bapa angkat dari Yesus Putera Allah yang menjelma menjadi manusia, dan perannya sebagai kepala keluarga kudus di Nazareth. Selama hidupnya ia hidup dalam persekutuan yang erat dengan Yesus dan Bunda Maria. Ia dan Bunda Maria sungguh merupakan orang-orang pilihan Allah yang diberi kesempatan untuk hidup bersama-sama di bawah satu atap dengan Kristus, Sang Putera Allah. Sehingga, St. Yusuf tidak memerlukan Sakramen Baptis untuk membantunya untuk hidup kudus. Rahmat Allah yang secara khusus diberikan kepadanya dan Kristus sendiri yang hidup bersamanya setiap hari- itu sudah menuntunnya untuk hidup kudus. Ia juga tidak menerima Komuni/ Ekaristi selama hidupnya, sebab Ekaristi baru di-institusikan oleh Yesus pada Perjamuan Terakhir. Namun demikian, kehidupan St. Yusuf sudah merupakan perwujudan paling nyata sebuah komuni/ persekutuan yang erat mesra dengan Kristus.

Sekarang, tentang Bunda Maria. Menjadi sangat masuk akal untuk beranggapan bahwa Bunda Maria menerima Sakramen Pembaptisan, setelah Sakramen Pembaptisan tersebut didirikan oleh Yesus. Namun, karena Bunda Maria tidak mempunyai dosa asal (lihat artikel: Bunda Maria tetap Perawan: mungkinkah? silakan klik di sini) dan juga tak mempunyai dosa pribadi, maka ia tidak memerlukan Sakramen Baptisan untuk pengampunan dosa ataupun pemberian rahmat pengudusan; sebab ia telah menerima kepenuhan rahmat Allah sejak ia masih dalam kandungan dalam kadar yang lebih besar daripada manusia yang lain. Namun, kita ketahui bahwa Pembaptisan tidak hanya bertujuan untuk mengampuni dosa, melainkan juga untuk memberikan meterai/ karakter Baptisan dan untuk menggabungkan seseorang ke dalam Tubuh Kristus yang kelihatan (Gereja). Nah, Bunda Maria adalah Bunda Gereja, dan anggota Tubuh mistik Kristus yang paling istimewa. Maka sangat layaklah Bunda Maria tergabung di dalam Gereja dengan cara yang kelihatan juga, dan menerima meterai/ karakter Baptisan. Apabila Yesus saja yang mau merendahkan diri untuk dibaptis oleh St. Yohanes Pembaptis, walaupun Ia tidak mempunyai dosa sedikitpun- maka sangat pantaslah jika Bunda Maria-pun mau merendahkan diri untuk menerima Baptisan dari Puteranya, meskipun ia juga tidak berdosa.
Meskipun hal ini hanya merupakan pendapat Teologi dan tidak tercatat di dalam Alkitab, tetapi sesungguhnya hal ini sangat masuk akal dan kami sendiri sangat yakin akan hal ini.

Pandangan ini dijelaskan dengan sangat indahnya dalam buku karangan Gregory Alastruy, The Blessed Virgin Mary, (St. Louis: B. Herder Book Co., 1963), vol. 1, p. 172-173,[berikut ini saya terjemahkan]

Ia mengatakan, “Mengenai Sakramen-sakramen Hukum yang Baru, Bunda Maria menerima Pembaptisan, yang menghasilkan efek di dalamnya. Ketika Baptisan diberikan kepada orang yang sudah dibenarkan, Baptisan itu akan meningkatkan rahmat; dan karenanya Bunda Maria meningkat dalam rahmat, meskipun ia telah menerima kepenuhan rahmat pada sejak ia terbentuk di dalam kandungan. Terlebih lagi, adalah pantas dalam pembaptisan, melalui meterai/ karakter yang diberikan, seseorang digabungkan di dalam Kristus dan Gereja-Nya yang kelihatan dan untuk membuatnya mampu untuk menerima sakramen-sakramen yang lain. Karena Bunda Maria telah menerima Pembaptisan, maka ia telah ditandai oleh meterai/karakter Baptisan sebagai yang pertama dari semua orang beriman, dan sebagai anggota Gereja yang paling mulia/ terhormat; dan melalui Baptisan itu, ia telah siap menerima sakramen-sakramen yang lain. Akhirnya, dengan menerima Pembaptisan, Bunda Maria mengikuti jejak Kristus, yang juga dibaptis oleh Yohanes Pembaptis. Maka ia memberikan kepada orang beriman sebuah teladan akan pemenuhan hukum Allah dengan sempurna, seperti pada waktu sebelumnya, ia juga tunduk pada ritual pemurnian, dengan setia memenuhi hukum Allah, meskipun sesungguhnya hal itu tidak perlu baginya.
“Tetapi kapan dan oleh siapa Bunda Maria dibaptis? Meskipun sudah pasti bahwa Pembaptisan tidak diperlukan sebelum kematian Kristus, para rasul diordinasikan menjadi imam dan menerima Komuni sebelum sengsara Yesus di salib. Menurut ketentuan umum (yang darinya tidak mungkin Yesus memberi pengecualian kepada para murid-Nya), tak seorangpun dapat menerima sakramen-sakramen lain, sebelum ia dibaptis terlebih dahulu, maka sudah selayaknya para rasul itu juga sudah dibaptis sebelum kematian Kristus, dan juga Bunda Maria, sebelum mereka semua, sebab Bunda Maria selalu mendahului mereka dalam hal kebajikan dan kekudusan.”
“Jika mereka telah dibaptis sebelum sengsara Kristus, kata Maldonado, tak diragukan lagi mereka dibaptis oleh Kristus, sebab Ia membaptis sebelum sengsara-Nya, dan membaptis di dalam Roh Kudus. Pernyataan Yohanesbahwa Kristus tidak membaptis (Yoh 4:2) dapat diinterpretasikan bahwa Yesus tidak biasanya membaptis, walaupun pada kesempatan khusus Ia dapat membaptis. Suarez setuju…. bahwa adalah suci, dan kemungkinan Kristus membaptis Petrus dan Bunda Maria Ibu-Nya, dan Petrus membaptis para rasul yang lain. Adalah masuk akal dan layak, mengingat bahwa Bunda Maria mempunyai kehormatan yang utama, maka ia dibaptis langsung oleh Puteranya sendiri.”
“Bunda Maria juga menerima Penguatan, tidak dalam tanda yang kelihatan atau dengan ritus yang digunakan sekarang dalam Gereja, tetapi dalam bentuk efek/ akibat sakramen: rahmat dan kekuatan iman dari Roh Kudus untuk menyatakan iman. Bunda Maria menerima efek ini pada hari Pentakosta.”
Tentang apakah Bunda Maria menerima Komuni, maka masuk akal jika ia menerima Komuni dari para rasul, sebab ia selalu menyertai para rasul setelah wafat dan kebangkitan Kristus. Rasul Yohanes telah menerimanya sebagai ibunya, sesuai dengan pesan Kristus di kayu salib (Yoh 19:26-27).

2) Mengenai Misa Pertama.
Sebelum wafatnya, yaitu pada Perjamuan Terakhir, Kristus menginsitusikan Ekaristi. Ini sudah sangat jelas. Silakan melihat (Mat 26:20-29, Mrk 14:17-25, Luk 22: 14-23).
Sesudah kebangkitan Yesus,  Yesus menampakkan Diri kepada dua orang murid-Nya di jalan ke Emmaus (lihat perikop Luk 24:13-35). Jika ini dianggap sebagai Misa pertama setelah kebangkitan Yesus, maka Misa ini dipimpin oleh Yesus sendiri. Walaupun Alkitab tidak menyebutkan teks misa secara detail namun kedua bagian Misa sangat jelas disebutkan di sini. Dimulai dengan penjelasan tentang Kitab Suci (Luk 24:27) dan diikuti dengan pemecahan roti (Luk 24:30). Inilah yang menjadi dasar ada dua liturgi dalam Misa Kudus, Liturgi Sabda, dan Liturgi Ekaristi.
Sesudah kenaikan Yesus dan Pentakosta, dalam Alkitab dikatakan bahwa para murid “bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul dan memecahkan roti dan berdoa.” (Kis 2: 42) Hal ini dikisahkan sebagai bagian dari perikop “Cara hidup jemaat yang pertama”, yang dikisahkan sebagai kelanjutan dari khotbah Petrus dalam perikop sebelumnya (Kis 2:14-40) yang mengambil peran sebagai pembicara dan wakil dari para rasul untuk menjelaskan peristiwa Pentakosta. Peristiwa Pentakosta sendiri yang merupakan hari ‘pencurahan Roh Kudus’ atas para Rasul, kita yakini sebagai hari manifestasi kelahiran Gereja. Setelah dipenuhi oleh Roh Kudus, Rasul Petrus dan kesebelas rasul berdiri di hadapan orang Yahudi, dan Rasul Petrus berkhotbah dengan berani tentang Kristus. Mereka yang mendengar dan percaya segera dibaptis pada hari itu juga. Maka, walaupun tidak tertulis, besar kemungkinan, bahwa Rasul Petrus yang pertama tampil sebagai pembicara/ pemimpin, ia pula-lah yang memimpin Misa Kudus (pemecahan roti) yang pertama, walaupun mungkin bentuknya belum baku seperti sekarang ini. Baru kemudian tradisi ini dilanjutkan oleh para rasul yang lainnya dan diteruskan kemudian oleh para uskup, imam (presbiter). Hal ini kita ketahui dari tulisan St. Ignatius Martir  (110), yaitu dalam suratnya kepada jemaat di Trallian, n.2, 7. Ia adalah murid langsung dari Rasul Yohanes, dan juga yang menjadi Uskup di Antiokhia setelah Rasul Petrus.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org

16 COMMENTS

  1. Salam Sejahtera pak Stef dan Bu Inggrid.

    Pada usia berapa kira-kira Tuhan Yesus dibaptis/dipermandikan oleh Yohanes pembaptis?

    [Dari Katolisitas: Yesus dibaptis ketika Dia berumur kira-kira tiga puluh tahun, lih. Luk 3:23.]

  2. Salam sejahtera.
    saya mau bertanya,
    1. bagaimana jalannya misa dalam agama katolik?
    2. mengapa misa itu diadakan?
    tolong jawabannya.
    terima kasih, GBU

    • Shalom Lauren,

      1. Teks misa secara garis bersar, contohnya dapat anda lihat di sini, silakan klik.

      Pada dasarnya misa kudus terbagi menjadi dua bagian, yaitu Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Hal ini mengikuti yang dilakukan oleh Kristus sendiri pada saat menampakkan diri kepada murid-murid-Nya dalam perjalanan ke Emmaus (lih. Luk 24: 13-35). Kristus menjelaskan arti Kitab Suci, dan kemudian mengadakan pemecahan roti (Ekaristi). Demikian pula sekarang di dalam Liturgi Sabda, Kitab suci dibaca, umumnya bacaan pertama dari Perjanjian Lama, kitab Mazmur dinyanyikan/ dibaca, bacaan kedua umumnya dari surat para rasul, dan Bacaan Injil, yang merupakan perikop dari salah satu dari keempat Injil, diikuti dengan Homili/ khotbah dari pastor. Kemudian dilanjutkan dengan Liturgi Ekaristi di mana ada doa umat, persembahan, konsekrasi, doa Bapa Kami, Komuni dan penutup.

      2. Misa diadakan karena perintah Kristus. Kristus memerintahkan kepada para Rasul, agar peristiwa perjamuan kudus di mana Ia menyerahkan Tubuh dan Darah-Nya untuk menyelamatkan umat manusia tersebut diperingati sampai Ia datang kembali (lih. Luk 22: 19- 20; 1 Kor 11:23- 32). Tentu peringatan ini bukan sekedar kenangan tetapi juga sebagai penghadiran kembali korban Tubuh dan Darah-Nya yang dapat disambut oleh para anggota Gereja-Nya. Oleh sebab itu, Rasul Paulus mengajarkan agar kita menyambut Ekaristi, yang adalah sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Tuhan Yesus sendiri, dengan sikap hati yang baik, agar tidak mendatangkan hukuman terhadap diri sendiri (1 Kor 11: 26). Ibadah ini yang mencakup pengajaran para rasul, persekutuan, pemecahan roti adalah ibadah yang dilakukan oleh Gereja, sejak abad awal (lih. Kis 2:42), dan yang sampai sekarang diteruskan di dalam perayaan Misa dalam Gereja Katolik.

      Jika anda belum membaca, silakan anda membaca rangkaian artikel tentang Ekaristi:

      – Sudahkah kita pahami pengertian Ekaristi, silakan klik
      – Ekaristi, sumber dan puncak kehidupan Kristiani, silakan klik
      – Cara mempersiapkan diri menyambut Ekaristi, silakan klik
      – Sejarah yang mendasari pengajaran tentang Ekaristi, silakan klik

      Demikian, semoga dapat berguna bagi anda.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  3. sy br membc situs ini dan sy terkesan sekali…menambah pengetahuan sy ttg banyak hal yg berkaitan dg agama & grja.

  4. saya kesulitan menjawab pertanyaan anak saya: “siapa nama ayah dan ibu dari Bunda Maria”.
    tolong dibantu. terima kasih

    • Shalom Puri,
      Nama ayah dan ibu dari Bunda Maria adalah St. Yoakim dan St. Anna. Informasi ini kita ketahui dari apocryphal literature, yaitu the Gospel of the Nativity of Mary, the Gospel of Pseudo-Matthew and the Protoevangelium of James.
      Silakan anda klik di sini untuk membaca lebih lanjut tentang St. Anne, dan klik di sini untuk membaca lebih lanjut tentang St. Yoakim.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

  5. Dear Ingrid
    meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, –(Yoh 4 : 2)

    Kalau nas Alkitab tidak boleh dibatalkan seperti kata Yesus maka seharusnya kita tidak menginterpretasikan seperti yang ditulis oleh Suarez :

    Pernyataan Yohanesbahwa Kristus tidak membaptis (Yoh 4:2) dapat diinterpretasikan bahwa Yesus tidak biasanya membaptis, walaupun pada kesempatan khusus Ia dapat membaptis. Suarez setuju…. bahwa adalah suci, dan kemungkinan Kristus membaptis Petrus dan Bunda Maria Ibu-Nya, dan Petrus membaptis para rasul yang lain. Adalah masuk akal dan layak, mengingat bahwa Bunda Maria mempunyai kehormatan yang utama, maka ia dibaptis langsung oleh Puteranya sendiri.”

    Mungkin saja Bunda Maria dibaptiskan tetapi yang pasti bukan oleh Puteranya sendiri.

    Salam
    Machmud

    • Shalom Machmud,

      Dalam hal bagaimana pembaptisan Bunda Maria, maka memang kita tidak dapat mengetahuinya secara pasti, sebab tidak dijelaskan di dalam Alkitab. Untuk hal inilah maka para Teolog, sama seperti kita juga, mempertanyakan bagaimana terjadinya hal itu. Ini adalah sikap positif, artinya, "faith seeking understanding", yang maksudnya berusaha untuk lebih mendalami iman kita.

      Perlu diketahui, ada sedikit perbedaan tentang cara membaca Alkitab menurut Gereja Katolik, dan menurut Gereja Protestan. Gereja Protestan umumnya memegang pengertian literal, sedangkan, walaupun Gereja Katolik menerima bahwa pada dasarnya pengertian literal itu harus dipegang sebelum kita memperoleh pengertian lainnya (allegoris, moral, anagogis), namun ada ayat-ayat tertentu yang disampaikan dengan gaya bahasa penulisnya, sehingga pengertian literal tersebut tidak mutlak dapat dipegang. Gaya bahasa ini antara lain, simili, metafor, perkiraan, fenomenologi, personifikasi dan hiperbolisme. Tentang hal ini sudah pernah dituliskan dalam artikel ini (silakan klik). Gaya bahasa hiperbolisma dipakai untuk menyampaikan kontras yang dimaksudkan oleh penulis. Gereja Katolik mengajarkan bahwa kita perlu mempelajari gaya bahasa ini, supaya lebih dapat memahami maksud penulisnya.

      KGK 110 Untuk melacak maksud para penulis suci, hendaknya diperhatikan situasi zaman dan kebudayaan mereka, jenis sastra yang biasa pada waktu itu, serta cara berpikir, berbicara, dan berceritera yang umumnya digunakan pada zaman teks tertentu ditulis. "Sebab dengan cara yang berbeda-beda kebenaran dikemukakan dan diungkapkan dalam nas-nas yang dengan aneka cara bersifat historis, atau profetis, atau poetis, atau dengan jenis sastra lainnya" (DV 12,2).

      Gaya bahasa hiperbolisme yang ada dalam Alkitab, misalnya adalah ayat Rom 3:23 dimana dikatakan, "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah." Maksudnya di sini adalah orang kebanyakan, dan tidak termasuk kasus khusus seperti Yesus dan Bunda Maria. Yesus adalah sungguh manusia juga, walaupun Ia sungguh-sungguh Allah, dan dalam kemanusiaan-Nya, Ia tidak berdosa, Demikian juga dengan Bunda Maria, dengan kepenuhan rahmat yang diberikan oleh Allah (lih. Luk 1: 28), maka iapun disucikan Allah dan tidak berdosa. Maksud ayat Rom 3:23 ini adalah untuk menunjukkan kontras antara akibat dosa dengan karunia yang diberikan melalui penebusan Kristus. Jadi tentu penggunaan gaya bahasa hiperbolisme ini bukan untuk ‘membatalkan’ nas Kitab Suci, tetapi untuk menyampaikan makna pesan yang dimaksud penulis kitab dengan lebih jelas.

      Juga misalnya, ungkapan bahwa Rasul Paulus tidak pernah membaptis, toh disambung dengan kekecualian (lihat 1 Kor 1:14), sehingga perkataan ‘tidak ada seorangpun yang aku baptis’, di sini juga dapat berarti secara umum memang Rasul Paulus tidak membaptis, namun ada juga kekecualian, di mana ia membaptis sejumlah kecil orang. Demikian maka Suarez menanggap adalah fitting, jika Yesuspun demikian. Sebab kepenuhan makna baptisan memang diperoleh setelah kebangkitan Kristus, namun adalah hak Kristus untuk memberikan ‘kekecualian’ kepada orang-orang pilihan-Nya yang secara khusus akan berperan dalam Gereja. Menurut Suarez, Bunda Maria dan Rasul Petrus- lah yang menerima Pembaptisan antisipasi ini, dan selanjutnya, pembaptisan ini disempurnakan oleh karunia Roh Kudus yang dimanifestasikan pada waktu Pentakosta. Jika kita memperhitungkan kedekatan Yesus dengan Ibu-Nya, bagaimana Yesus merencanakan baptisan sebagai gerbang keselamatan bagi umat-Nya yang akan diberikan oleh Gereja-Nya sepanjang segala abad, maka sangat mungkin bahwa Yesus memberikan kekecualian tersebut kepada Bunda Maria. Karena Bunda Maria adalah anggota Gereja yang pertama, yang dengan iman dan ketaatan-nya menyediakan diri untuk dipakai Allah sebagai saluran untuk menghadirkan Yesus ke dunia.

      Namun, karena Magisterium tidak mengajarkan secara definitif mengenai hal ini, maka umat Katolik dapat saja memegang pengertian Suarez, ataupun pengertian anda. Karena keduanya sebenarnya statusnya sama, tidak dapat dipastikan. Yang terpenting adalah kita sama-sama berpegang bahwa adalah ‘fitting‘ bahwa Bunda Maria dibaptis, karena Yesus yang Putera Allah- pun mau merendahkan diri untuk dibaptis, apalagi Maria. Dan juga karena peran Maria sebagai Bunda Gereja, maka sudah selayaknya, ia memberi teladan dan menerima Baptisan, sebelum ia menuntun orang-orang lain untuk dibaptis. Tentang siapa yang membaptis, nanti bisa kita tanyakan kalau kita berjumpa dengan Bunda Maria di surga.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati, http://www.katolisitas.org

  6. Hai,
    nampaknya website ni semakin menarik,tahniah.Saya agak terkejut bila mula2 buka sebentar tadi sekali lagi tahniah dan saya ingin bertanya:
    1. Di manakah mungkin nenek moyang kita bila mereka mati dulu? di Syurga atau Nereka? sebelum kedatangan Katolik? adakah roh mereka diadili juga berdasarkan sikap(baik dan buruk) semasa mereka masih hidup?
    2. Ataupun,kerana mereka belum lagi Katolik dan belum dibaptis maka mereka automatik masuk Syurga kerana masa itu belum ada Katolik lagi? seperti St Yusof(maaf jika pertanyaan saya kurang tepat)

    • Shalom Semang,
      1) Tentang nenek moyang kita yang belum mengenal Kristus.
      Gereja Katolik mengenal ada 3 kemungkinan bagi jiwa-jiwa yang sudah meninggal, yaitu masuk surga, neraka, atau api penyucian.
      Jika mereka semasa hidupnya tidak mengenal Kristus dan Gereja, karena bukan kesalahan mereka, dan selama hidupnya mereka menerapkan kasih dan kebenaran, sesuai dengan hati nurani mereka, maka Gereja Katolik mengajarkan, bahwa mereka dapat diselamatkan. Anggapan kita adalah, jika seandainya mereka tahu bahwa Pembaptisan itu perlu bagi keselamatan, mereka akan mau dibaptis. Ini sesuai dengan KGK 1260 dan Lumen Gentium 16 yang mengatakan:
      "Pun dari umat lain, yang mencari Allah yang tak mereka kenal dalam bayangan dan gambaran, tidak jauhlah Allah, karena Ia memberi semua kehidupan dan nafas dan segalanya (lih. Kis 17:25-28), dan sebagai Penyelamat menhendaki keselamatan semua orang (lih. 1Tim 2:4). Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal[33]. Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yang diperlukan untuk keselamatan kepada mereka, yang tanpa bersalah belum sampai kepada pengetahuan yang jelas tentang Allah, namun berkat rahmat ilahi berusaha menempuh hidup yang benar.. "
      Silakan membaca keterangan lebih lanjut pada jawaban yang pernah saya berikan di sini (silakan klik).
      Maka tergantung dari prinsip ini, maka Tuhan yang melihat kedalaman hati mereka, untuk memutuskan, kemanakah jiwa-jiwa tersebut akan menuju. Jika-pun diselamatkan, besar kemungkinan mereka akan dimurnikan dahulu di api penyucian, sebelum akhirnya mereka dapat mencapai surga.
      Selanjutnya tentang Api penyucian, silakan membaca artikel ini (silakan klik)
      Dengan prinsip yang sama maka, kita melihat, bahwa para nabi dan orang-orang kebanyakan yang hidupnya relatif baik dalam Perjanjian Lama yang wafat sebelum kebangkitan Kristus, maka mereka semetara menunggu di tempat Penantian, yang dikenal sebagai "limbo of the just", seperti yang kita ketahui dari kisah Lazarus dan orang kaya (Luk 16:16-31). Nah, setelah kebangkitan Yesus, dan Yesus menjemput para jiwa tersebut, sehingga bagi mereka yang sudah siap untuk masuk surga,  mereka dapat masuk surga bersama Yesus, atau jika mereka masih perlu dimurnikan, mereka akan masuk api penyucian, sebelum mereka dapat masuk ke dalam surga. Pertanyaan dan jawaban tentang topik ini ada di sini (silakan klik).

      2) Jadi mereka yang belum mengenal Kristus dan Gereja Katolik tidak secara otomatis masuk surga, tidak seperti St. Yusuf. Karena St. Yusuf dikatakan di dalam Alkitab sebagai orang yang ‘benar’/ tulus hati (Mat 1:19) [dalam bahasa Inggrisnya ditulis, "….Joseph, being a just man….], sehingga kenyataan bahwa dia wafat sebelum dibaptis, itu sungguh bukan karena kesalahannya. Dan pasti jika waktu itu Pembaptisan sudah ada, dia pasti mau dibaptis. Sedangkan pada nenek moyang kita, misalnya kakek nenek kita yang sudah meninggal, kita tidak tahu persis apakah mereka dapat dikatakan hidupnya ‘benar’ seperti St. Yusuf, atau apakah Tuhan sudah pasti menilainya demikian.
      Justru karena itulah, maka kita yang masih berziarah di dunia ini dapat mendoakan arwah para nenek moyang kita, mohon agar Tuhan dapat berbelas kasihan kepada mereka.

      Demikian jawaban saya. Terima kasih atas dukungan Semang terhadap website ini. Mohon doanya agar website ini dapat terus menjadi sarana untuk menyampaikan kebenaran ajaran Gereja Katolik.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
       

    • Shalom Skywalker,

      Terima kasih atas komentarnya. Saya belum pernah membaca buku “Pagan Christianity”. Namun dari chapter-chapter yang saya ambil dari Amazon.com, maka saya cenderung untuk mengatakan bahwa buku tersebut tidak bagus.

      1-Have We Really Been Doing It By The Book?
      2-The Church Building: Inheriting the Edifice Complex.
      3-The Order of Worship: Sunday Mornings Set In Concrete
      4-The Sermon: Protestantism’s Most Sacred Cow
      5-The Pastor: Obstacle To Every-Member Functioning
      6-Sunday Morning Costumes: Covering Up The Problem
      7-Ministers of Music: Second-String Clergy
      8-Tithing and Clergy Salaries: Sore Spots On The Wallet
      9-Baptism and the Lord’s Supper: Diluting The Sacraments (???)
      10-Christian Education: Swelling The Cranium
      11-Reapproaching the New Testament: The Bible Is Not A Jigsaw Puzzle
      12-A Second Glance at the Savior: Jesus The Revolutionary
      -The Next Step
      -Final Thoughts: Q&A with Viola and Barna

      Kalau ingin mengetahui sejarah perkembangan dari liturgi Misa, silakan untuk melihat sumber-sumber yang lebih dapat dipercaya, seperti: 1) New Advent (silakan klik), dan 2) Anscar J. Chupungco, Handbook for Liturgical Studies Vol.III: The Eucharist, (Collegeville, Minnesota, 1999). Secara prinsip Misa yang kita ketahui sekarang dapat ditelusuri dari Perjamuan Kudus yang diinstitusikan oleh Yesus sendiri, kemudian dari tulisan bapa Gereja, panduan liturgi, dll. Oleh karena itu, kita dapat menelusuri perkembangan Misa secara organik, tanpa terlepas dari Perjamuan Kudus pertama.

      Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
      stef – http://www.katolisitas.org

      • [quote] maka saya cenderung untuk mengatakan bahwa buku tersebut tidak bagus [unquote]

        kata orang never judge a book by its cover :)

        saya melihat banyak tradisi yang kita terus jalankan sekarang adalah “pagan” pada aslinya
        mungkin yang populer adalah tradisi Natal tgl 25 desember dan bulan Mei sebagai bulan Maria

        [quote] Perjamuan Kudus yang diinstitusikan oleh Yesus sendiri [unquote] setuju – tetapi Yesus tidak merinci soal detail (misal menghadap kemana Imam ? Pra Vatikan II versus Vatikan II, warna jubah imam, doa-doa yang didaraskan).

        Tidak mengatakan semua yang berasal dari “pagan” itu jelek, tetapi dalam buku yang sebut itu dikisahkan evolusi tradisi-tradisi yang sekarang kita jadikan baku. cukup menarik kalau dibaca dengan semangat ‘explore your world’

        • Shalom Skywalker,
          Terima kasih atas komentarnya. Karena saya belum pernah membaca buku tersebut, dan hanya melihat dari chapternya, maka saya mengatakan bahwa “cenderung untuk mengatakan bahwa buku tersebut tidak bagus”. Mungkin kalau sudah baca saya dapat katakan bahwa bukunya tidak bagus dan saya dapat tunjukkan tidak bagusnya dimana. Melihat sekilas dari chapter-chapter tersebut di atas, terutama Ch.9, “Baptism and the Lord’s Supper: Diluting The Sacraments”. Bagi kita Baptism adalah gerbang keselamatan dan Ekaristi adalah puncak kehidupan umat beriman. Namun Ch.9 mengatakan bahwa dua Sakramen tersebut adalah “diluting” (to dilute = to weaken, to reduce the strength)?

          Tentu saja Yesus tidak memperinci soal detail, seperti orientasi dari Misa atau pakaian, dll. Namun hal ini dapat ditelusuri dari perkembangan liturgi, yang sebenarnya begitu banyak sumber-sumber yang lebih bagus dibandingkan dengan buku pagan christianity. Saya lebih cenderung untuk mengatakan “bacalah terlebih dahulu dari sumber-sumber yang dapat dipercayai, seperti dokumen Gereja, tulisan para santa-santo, dan perkembangan liturgi Gereja, dan setelah itu, silakan membandingkan dengan sumber-sumber yang lain.”
          Semoga dapat memperjelas.
          Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
          stef – katolisitas.org

          • [quote] Saya lebih cenderung untuk mengatakan “bacalah terlebih dahulu dari sumber-sumber yang dapat dipercayai, seperti dokumen Gereja, tulisan para santa-santo, dan perkembangan liturgi Gereja, dan setelah itu, silakan membandingkan dengan sumber-sumber yang lain.” [unquote]

            kecenerungan/nasehat yang amat baik
            terima kasih

  7. Shalom Pak Stef & Bu Ingrid
    Mau tanya nich :
    1. Apakah Bunda Maria dan Santo Yosef juga Dibaptis dan menerima Komuni (I)?
    2. Kapan Misa pertama dilakukan (setelah Pengorbanan & Kenaikan Yesus ke Surga) dan siapa yang memimpin Misa tsb?
    Thanks, GBU
    [Dari Admin: Pertanyaan ini telah dijawab oleh Ingrid pada tulisan di atas]

Comments are closed.