[Hari Minggu Paskah ke IV: Kis 2:14, 36-41; Mzm 23: 1-6; 1Ptr 2: 20-25; Yoh 10:1-10]

Konon, salah satu kemajuan suatu paroki ditunjukkan dari berapa banyak anggotanya yang menjadi imam, ataupun menjadi biarawan dan biarawati. Dari paroki kita yang berusia sekitar 37 tahun, sudah adakah yang menjadi imam? Entah karena saking langkanya, atau mungkin belum ada, maka sepertinya tidak terdengar kabar beritanya. Ini sesungguhnya adalah suatu pertanyaan yang pantas kita renungkan. Sebab benih panggilan Tuhan hanya dapat bertumbuh subur dalam keluarga dan paroki yang mendukung pertumbuhan benih tersebut. Sudahkah kita sebagai keluarga maupun paroki, melakukan bagian kita untuk mendukung pertumbuhan benih panggilan Tuhan itu? Jangan-jangan kita hanya rajin berdoa, “Ya Tuhan, biarlah semakin banyak anak muda menjawab panggilan untuk menjadi imam…”, namun di dalam hati lekas menambahkan, “tetapi kalau bisa, jangan anak saya…”

Hari ini kita merayakan bersama Hari Minggu Panggilan. Ya, panggilan Tuhan adalah sesuatu yang perlu kita rayakan, kita doakan, tetapi juga yang kita pupuk dalam hidup sehari-hari. Walaupun tidak semua orang dapat menjawab panggilan untuk menjadi imam, ataupun biarawan dan biarawati, tetapi kita semua dapat mengambil bagian agar panggilan tersebut dapat hidup dan bertumbuh dalam keluarga maupun paroki kita. Sudahkah kita sebagai orang tua meneruskan iman kepada anak-anak kita? Sudahkah kita mendukung mereka untuk melakukan proses discernment agar mengenali jalan panggilan hidup mereka? Sebab panggilan hidup sebagai imam, biarawan dan biarawati, pada dasarnya merupakan pemberian diri yang seutuhnya bagi Kerajaan Allah. Ini merupakan suatu tanggapan terhadap rahmat Allah yang telah terlebih dahulu diterima. Namun untuk sampai kepada keputusan tersebut, diperlukan juga lingkungan yang kondusif bagi generasi muda kita. Jika orang tua terlalu sibuk, ataupun waktu anak-anak didominasi oleh  game di hp dan  game on line hampir sepanjang hari, atau dengan berbagai les pelajaran, sampai tak ada lagi waktu untuk berdoa bersama ataupun sekedar berbicara dari hati ke hati, kapankah orang tua dapat menyampaikan mutiara iman kepada anak-anak? Begitu besarnya daya tarik dunia di sekitar kita, menawarkan banyak berita dan kenikmatan semu, sampai perhatian kita kepada Allah sering kali tidak menempati urutan nomor satu.

Maka tepatlah peringatan dari Rasul Petrus di bacaan pertama hari ini. “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini” (Kis 2:40). Ya, kita perlu senantiasa memeriksa diri dan bertobat agar menyadari bahwa kita ini milik Tuhan, dan suatu saat akan kembali kepada-Nya. Seperti halnya domba-domba mengikuti gembalanya, demikianlah kita mengikuti Kristus, Sang Gembala kita. Sebagai Gembala yang baik, Kristus telah telah menyatakan kasih-Nya yang tak terhingga, dengan menyerahkan nyawa-Nya untuk kita. Dan oleh bilur-bilur-Nya kita disembuhkan (lih. 1 Ptr 2:24). Teladan kasih-Nya ini memanggil kita untuk melakukan hal yang sama.  Yaitu, untuk memberikan diri kita kepada Allah dan sesama. Memberi diri dalam hal apa? Injil hari ini mengungkapkan salah satu caranya. St. Agustinus mengajarkan bahwa dengan mengumpamakan sebagai pintu, Kristus menghendaki agar kita masuk melaluinya untuk dapat sampai kepada kebahagiaan kekal. Kita masuk melalui pintu itu, kata St. Agustinus,  jika kita mengikuti jejak pengorbanan Kristus dengan kerendahan hati seperti Dia. Demikianlah kita melihat cerminan pengorbanan Kristus sampai pada tingkat yang total dalam kehidupan para imam, biarawan dan biarawati; dan juga orang tua mereka yang mempersembahkan anak-anak mereka kepada Allah itu. Melalui kasih dan pengorbanan mereka semualah, Gereja hidup dan bertumbuh. Sebab melalui para imam, kita menerima Kristus yang menghidupi Gereja-Nya melalui sakramen-sakramen-Nya, khususnya dalam Ekaristi. Ya, Kristus mengundang  para anggota-Nya agar turut serta mengambil bagian dalam kasih dan pengorbanan-Nya, untuk dapat membawa semua kawanan-Nya memasuki kebahagiaan kekal. Adakah kita terpanggil untuk undangan Allah ini? Sudahkah kita tekun berdoa agar Allah memampukan banyak orang muda untuk menanggapi panggilan menjadi imam, biarawan dan biarawati? Termasuk juga, memperkenalkan jalan panggilan Tuhan itu kepada anak-anak kita, ataupun kepada anak-anak baptis kita, dan mendukung jika mereka mau menanggapinya?

Tuhan Yesus, curahkanlah rahmat panggilan suci-Mu kepada banyak orang muda dalam Gereja-Mu. Mampukanlah mereka untuk menanggapinya, dan bantulah kami untuk turut serta menciptakan lingkungan yang baik bagi pertumbuhan benih panggilan- Mu. Kumohon ya Tuhan, tambahkanlah imam bagi umat-Mu. Amin.”