Pada Jumat  malam , 20  September 2013, aku  tertunduk  lesu sepulangku dari Misa  arwah.  Tulang-tulangku terasa  pilu. Semua gara-gara kesulitan buang air kecil. Ketika hendak buang air kecil, aku merasakan sakitnya luar biasa sampai aku merangkak sambil meringis  untuk menahan sakit. Setiap aku  berusaha buang air kecil  akan  berakhir dengan tak sadarkan diri.

Sabtu pagi aku tahan rasa sakit yang tak terbayangkan ini untuk  memberkati  pengantin yang sederhana.  Setelah  perayaan Ekaristi, keringat dingin mengucur dari tubuhku dan wajahku pucat seperti mayat. Umatku pun membawaku ke IGD di  rumah sakit dalam keadaan setengah sadar.  Aku sempat bermimpi bahwa Tuhan Yesus Kristus  bersama empat  malaikatnya datang menjemputku : “Felix,  sekarang waktunya bagimu untuk beristirahat  bersama Aku?”.  Akan tetapi,  aku harus masuk melalui  terowongan yang sempit untuk sampai  ke tempat Tuhan Yesus itu.  Aku berkata kepada Tuhan : “Tuhan, saya belum berhasil  diet, sehingga tubuhku yang besar ini  akan kesulitan untuk masuk ke dalam terowongan  kecil ini”. Setelah  mengatakan hal itu, aku siuman. Dokter mengatakan  bahwa aku harus dirawat inap. Aku menolaknya secara halus.  Dalam hatiku aku berkata kepada Tuhan : “Tuhan, jangan aku diopname sekarang karena besok adalah hari Minggu. Aku harus merayakan Misa bagi umat kesayanganku”.

Hari Senin pagi  aku sudah tak berdaya. Badanku dingin dan keringat mengalir seperti habis berlari. Kaki dan tanganku lemas. Tensi darahku di bawah seratus. Aku pun pasrah digotong ke rumah sakit. Kateter pun dipasang di tubuhku. Dalam waktu beberapa menit, kantong kateter dipenuhi dengan air seni 800 mg. Setelah menjalani test PSA (Prostat),   prostatku membengkak besar sekali sampai 18 cm dari ukuran normal. Dokter  urologi memutuskan bahwa saya harus menjalani biopsi karena kemungkinan mengidap penyakit kanker prostat. Biopsi bisa dilakukan kapan saja ketika aku sudah siap. Aku terkulai lemas membayangkan sebagai  seorang yang menderita kanker.  Bayang-bayang akan sakitnya  tusukan besi kecil dan jarum ke dalam tubuhku untuk mengambil sel prostat dalam biopsi menghantuiku. Aku berdoa : “Tuhan, aku kini bagaikan sekuntum mawar yang telah patah tangkainya. Daunku pun berguguran helai demi helai. Tuhan, topanglah rantingku dan tegakkan lagi sehingga kurasakan hangatnya mentari. Daunku pun akan bersemi kembali menjadi mawar baru yang segar nan indah penghias taman hati”.  

Tuhan adalah penopangku. Dialah kekuatanku. Pada hari  Kamis, permintaanku untuk pulang dari rumah sakit dikabulkan walaupun harus tetap mengenakan kateter untuk beberapa hari lagi. Alasan sebenarnya adalah bahwa aku telah berjanji untuk menikahkan pengantin yang telah mempersiapkannya begitu lama. Aku tidak mau membuat mereka dilanda kekalutan yang akan merusakkan kebahagiaan mereka sehingga aku tidak mengatakan keadaanku yang sebenarnya. Esok harinya, Sabtu 28 September 2013, dengan badanku yang masih lemah,  aku pergi ke Katedral untuk memberkati pernikahan yang bersejarah. Temanku yang telah aku anggap sebagai saudaraku menuntun langkahku dan menjagaku agar tidak jatuh karena bisa lumpuh.

Aku mengikat kateter di kakiku serta  mengenakan sarung dan jubahku dan itu menjadi pengalaman pertamaku sebagai pastor dalam sebuah Misa. Perayaan pernikahan selama satu jam setengah terasa begitu lama karena keadaanku semakin lemah. Semakin lama  kakiku semakin terasa berat karena ternyata kateterku sudah mulai penuh dengan air seni. Ketika sampai pada upacara  doa “pemberkatan pengantin” menjelang akhir Misa, aku rasanya sudah tidak sanggup lagi mengeluarkan  sepatah kata. Kepalaku berputar-putar dan aku hampir jatuh. Bisikan suara Bunda Maria terdengar lembut : “Felix, sebentar lagi upacara akan selesai dan pengantin ini akan  senantiasa memuliakan Allah”.  Tidak tahu dari mana kekuatan itu datang, aku dapat menyelesaikan secara lengkap upacara pernikahan. Ketika aku memberitahukan kepada pengantin itu bahwa aku baru pulang dari perawatan rumah sakit, mereka meneteskan air mata haru.

Hari Senin, 01 Oktober 2013, aku datang lagi ke dokter urologi. Perkembangannya bagus. Keteter dilepas. Buang air kecil  lancar. Akan tetapi, biopsi tetap harus dijalankan. Aku harus minum obat untuk mengecilkan pembengkakan prostat selama sembilan bulan. Aku membelinya  untuk sebulan agar bisa kontrol ke dokter secara teratur.

Sebelum mengambil keputusan untuk sebuah tindakan biopsi, saya mencari second opinion (pendapat lain) dari dokter urolologi yang lain. Dokter itu mengatakan bahwa obat pengecil pembengkakan prostat  itu jangan diminum dan dalam dua minggu akan diambil  test PSA. Kuasa Tuhan bekerja. Di dalam Dia ada penyembuhan. Kuasa Tuhan sungguh nyata. Mukjizat-Nya terjadi. Hasil test PSA yang diambil tanggal 16 Oktober 2013 sangat baik. Prostatku normal, yaitu 1.92 cm dari batas normal 4 cm. Dalam waktu lima menit, dokter mengatakan bahwa aku telah sembuh secara ajaib. Tidak ada kanker. Tidak perlu biopsi. Tidak perlu tindakan medis apapun. Tidak perlu minum obat. Tuhan telah memulihkanku seperti sediakala.

Tuhan senantiasa memenuhi janji-Nya : “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan” (Yohanes 11: 4). Aku tersungkur di kaki-Nya  dalam sebuah doa syukur :

 

Tuhan, Engkau telah menghadirkan senyuman mentari yang berseri.

Engkau telah meneteskan embun yang menyejukkan hati.

Berkat-Mu telah menegakkanku lagi.

 

Pesan indah yang penuh makna : Tuhan tahu batas rasa sakit yang bisa engkau tanggung. Jangan sampai engkau menyerah di saat selangkah lagi Tuhan mengganti kesakitan dengan sejuta keindahan.

“Terimakasih Tuhan, Engkau memperkenankan aku melayaniMu lagi”. Lagu “Kuasa-MU Bekerja” mengiringi setiap langkah pelayananku :

 

Betapa ku mengasihiMu Yesus
Hanya Kau satu-satunya Allahku
PadaMu kumenaruh semua pengharapanku

Betapa ku yakin akan janji-Mu
Firman-Mu bekerja dalam jiwaku
Ku hanya akan menyembahMu
Sepanjang hidupku

chorus

Di saat ku menyembahMu, kuasa-Mu bekerja
Hatiku dipulihkan, tubuhku disembuhkan
Biar hadirat-Mu terus bersamaku
Ku tahu Engkau t’lah menyembuhkanku

ending

Biar hadirat-Mu terus bersamaku
Ku tahu Engkau t’lah menyembuhkanku
Ku tahu Engkau t’lah menyembuhkanku
Ku tahu Engkau t’lah menyembuhkanku


Tuhan Memberkati

 

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

 

 

 

4 COMMENTS

  1. Saat Romo dengan kasih yang besar merayakan kurban Missa untuk pengantin itu, saya merinding mambacanya..Syukur kepada Allah atas kebesaran kasih-Nya…..!

  2. Sungguh menguatkan n indah smua Rencana Allah bagi kebesaran n saksi u dunia yg makin kelam ini. Aminn. Gbu.

  3. sungguh dahsyat kuasa Allah yang telah Pastur alami, pelayanan dan kasih Pastur yang telah menggerakkan Hati Tuhan untuk memulihkan Pastur. Semoga pengalaman ini membawa kami umat Katholik mampu bercermin dalam peristiwa Pastur di dalam derita tetap setia melayani, sementara kami umat senantiasa mengeluh dan malas2an

  4. Sharing yg bagus romo, tapi sepertinya ada kesalahan penulisan ayat Yohanes 11:14, saya coba baca di alkitab HP saya kok ada di Yohanes 11:4, trima kasih, Tuhan Yesus memberkati.

    [dari Katolisitas: terima kasih atas kejelian Anda, kesalahan ketik tersebut sudah kami perbaiki]

Comments are closed.