Dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Vatikan yang berjudul, Yesus Kristus Pembawa Air Kehidupan, menyebutkan bahwa penyembuhan cakra (chakra healing) adalah salah satu hal yang diajarkan dalam paham New Age Movement (NAM), yang tidak sesuai dengan ajaran iman Katolik. Dikatakan demikian, “Hubungan antara segi rohani dan jasmani pada pribadi seseorang terletak di dalam sistem kekebalan atau disebut sebagai sistem cakra India. Di dalam sudut pandang New Age, penyakit dan penderitaan datang dari pekerjaan/ perbuatan yang melawan kodrat/alam; ketika seseorang ‘in tune’ dengan kodrat, seseorang dapat mengharapkan kehidupan yang jauh lebih sehat dan bahkan kemakmuran materi; sebab menurut para penyembuh New Age, sesungguhnya kita tidak perlu untuk mati…” (lih. dokumen point 2.2.3). Untuk membaca dokumen tersebut selengkapnya, klik di sini.
Walaupun nampaknya seperti tidak berbahaya, namun teori penyembuhan cakra ini berkaitan dengan keseluruhan paham yang tidak sesuai dengan ajaran iman Kristiani. Gereja mengajarkan agar kita tidak memandang hal penyembuhan cakra ini sebagai sesuatu yang terpisah dari keseluruhan doktrin NAM. Karena Gereja menolak NAM maka, termasuk di sini adalah sistem penyembuhan cakra yang menjadi salah satu elemen dalam doktrin NAM. Dokumen tersebut mengatakan demikian (berikut ini kutipannya):
“4. Perbandingan kontras antara New Age dan Iman Kristiani
Adalah sulit untuk memisahkan hal-hal secara individual dalam paham New Age -betapapun nampaknya tidak salah- dari jangkauan kerangka kerja yang merasuki keseluruhan cara berpikir dalam gerakan New Age tersebut. Kodrat gnostik dari gerakan ini mengharuskan kita menilainya secara keseluruhan. Dari sudut pandang iman Kristiani, tidak mungkin kita mengisolasi/ memisahkan beberapa elemen paham New Age sebagai sesuatu yang dapat diterima oleh umat Kristen, sedangkan elemen lainnya ditolak. Karena gerakan New Age membuat banyak komunikasi dengan alam, tentang pengetahuan kosmik dari kebaikan universal -dengan demikian gerakan itu menyangkal isi iman Kristiani yang diwahyukan- maka gerakan NAM tidak dapat dilihat sebagai hal yang positif dan tidak berbahaya. Di lingkungan budaya yang ditandai oleh relativisme religius, adalah perlu untuk menandai sebuah peringatan terhadap usaha untuk menempatkan paham religius New Age di tingkat yang sama dengan iman Kristiani, dengan membuat perbedaan antara iman dan kepercayaan seperti sesuatu yang relatif, sehingga menciptakan kebingungan besar bagi mereka yang tidak waspada. Tentang hal ini, bergunalah untuk mengingat ajaran Rasul Paulus, “agar mereka jangan mengajarkan ajaran lain ataupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya, yang hanya menghasilkan persoalan belaka, dan bukan tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman.” (1Tim 1:3-4) Beberapa praktek diberi judul sebagai New Age hanya semata sebagai strategi marketing untuk membuatnya lebih laku, tapi tidak benar-benar berkaitan dengan pandangan dunia tentang NAM. Ini hanya akan menambah kebingungan. Maka perlulah diidentifikasikan secara akurat elemen-elemen yang menjadi bagian dari gerakan New Age dan yang tidak dapat diterima oleh orang-orang yang setia kepada Kristus dan Gereja-Nya.
Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang menjadi kunci termudah terhadap elemen-elemen sentral dari paham New Age dan praktek dari pijakan Kristen…
* Apakah Tuhan merupakan pribadi yang kepada-Nya kita mempunyai hubungan ataukah sesuatu untuk digunakan atau sesuatu kekuatan untuk dikondisikan agar efektif hasilnya?
Konsep New Age tentang Tuhan adalah menyebar/ tercampur baur, sedangkan konsep Kristiani adalah sesuatu yang jelas. Tuhan-nya New Age adalah energi yang bukan pribadi, sebagai komponen atau sambungan khusus dari kosmos; tuhan dalam pengertian ini adalah kekuatan hidup dari jiwa dunia. Ketuhanan adalah untuk ditemukan di setiap ciptaan, di dalam gradasi “dari kristal ter-rendah dunia mineral sampai melampaui galaktis Tuhan sendiri, yang tentang-Nya kita tak dapat mengatakan apapun. Ini bukan seorang manusia tetapi sebuah Kesadaran Besar.” Di dalam beberapa tulisan New Age jelaslah bahwa manusia dimaksudkan agar berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai tuhan:…… Tuhan tidak lagi dicari melampaui dunia, tetapi di dalam diri saya sendiri. Bahkan ketika “Tuhan” adalah sesuatu yang di luar diri saya sendiri, Ia ada di sana untuk dimanipulasikan.
Ini adalah sangat berbeda dari pengertian Kristiani tentang Tuhan sebagai Pencipta langit dan buni dan sumber semua kehidupan pribadi. Tuhan sendiri adalah Pribadi, Bapa Putera dan Roh Kudus, yang menciptakan alam semesta untuk membagikan persekutuan hidup-Nya dengan pribadi-pribadi mahluk ciptaan-Nya. “Tuhan, yang tinggal di dalam terang yang tak terhampiri’, mau mengkomunikasikan kehidupan ilahi-Nya sendiri kepada manusia yang diciptakan-Nya secara bebas, agar dapat mengangkat mereka sebagai anak-anakNya di dalam Putera-Nya yang Tunggal. Dengan mewahyukan diri-Nya, Tuhan berkehendak untuk menjadikan mereka mampu untuk menanggapi-Nya dan mengenal-Nya dan mencintai-Nya, jauh melampaui kemampuan kodrati mereka sendiri.” Tuhan tidak diidentifikasikan sebagai prinsip Kehidupan yang dipahami sebagai “Roh” atau “energi dasar” dari kosmos, tetapi bahwa sebagai kasih yang secara absolut berbeda dengan dunia namun selalu hadir secara kreatif di dalam segala sesuatu dan memimpin umat manusia kepada keselamatan.
* Manusia (human being): Apakah ada satu keseluruhan “being” atau ada banyak individu?
Prinsip teknis New Age adalah untuk menghasilkan tingkat mistik menurut kehendak, seperti seolah hal bahan percobaan. Kelahiran kembali, umpan balik kehidupan, isolasi perasaan, pernafasan holotropis, hypnosis, matra, puasa, tidak tidur dan meditasi transendental adalah usaha-usaha untuk mengontrol keadaan-keadaan ini untuk mengalaminya secara terus menerus. Praktek ini semua menciptakan atmosfir kelemahan psikis dan vulnerabilitas. Ketika obyek latihan ini adalah bahwa kita harus menemukan diri kita sendiri, terdapat pertanyaan yang nyata tentang siapakah aku. “Tuhan di dalam kita” dan kesatuan holistik dengan keseluruhan kosmos menggarisbawahi masalah ini. Pribadi individu secara terpisah akan menjadi penyakit dalam pengertian New Age (khususnya psikologi transpersonal). Tetapi “bahaya nyatanya adalah pandangan holistik. Paham New Age didasari kesatuan totaliter dan inilah sebabnya mengapa paham ini berbahaya.” Lebih moderat-nya demikian: “Kita menjadi otentik ketika kita dapat ‘mengendalikan’ diri kita sendiri ‘take charge of ourselves‘, ketika pilihan kita dan reaksi-reaksi kita mengalir secara spontan dari kebutuhan-kebutuhan kita yang terdalam, ketika tingkah laku dan ekspresi perasaan kita mencerminkan keseluruhan pribadi kita.” Gerakan Potensi Manusia adalah contoh yang paling jelas akan keyakinan bahwa manusia adalah ilahi, atau mengandung percikan ilahi di dalam dirinya sendiri.
Pendekatan Kristiani berkembang dari ajaran-ajaran Kitab Suci tentang kodrat manusia; laki-laki dan perempuan diciptakan menurut gambaran dan rupa Allah (Kej 1:27) dan Tuhan sangat memperhatikan mereka, demikianlah sangat menakjubkan seperti disebut dalam Mazmur (Mzm 8). Pribadi manusia adalah misteri yang dinyatakan secara penuh hanya di dalam Kristus (lih. Gauduim et Spes 22) dan nyatanya menjadi manusia sejati sebagaimana mestinya di dalam hubungannya dengan Kristus melalui karunia Roh Kudus. Ini jauh berbeda dari penggambaran karikatur anthroposentris yang dihubungkan dengan Kristianitas dan ditolak oleh banyak pengarang New Age dan para praktisi.
* Apakah kita menyelamatkan diri sendiri atau keselamatan adalah karunia cuma-cuma dari Allah?
Kuncinya adalah menemukan, oleh apa atau siapa kita percaya bahwa kita diselamatkan. Apakah kita menyelamatian diri sendiri dengan perbuatan-perbuatan kita sendiri, sebagaimana dalam penjelasan New Age, atau kita diselamatkan oleh kasih Allah? Maka kata kuncinya adalah pencapaian sendiri (self-fulfilment) dan realisasi sendiri (self-realisation), penebusan sendiri (self-redemption). New Age secara mendasar menyerupai Pelagianisme dalam pemahamannya tentang kodrat manusia.
Bagi umat Kristiani, keselamatan tergantung dari partisipasi di dalam penderitaan, wafat dan kebangkitan Kristus, dan dari hubungan pribadi yang langsung dengan Tuhan, dan bukan dari teknik apapun. Keadaan manusia yang dipengaruhi oleh dosa asal dan dosa pribadi, hanya dapat diperbaiki oleh perbuatan Tuhan: dosa adalah pelanggaran terhadap Tuhan dan hanya Tuhan yang dapat mendamaikan kita dengan diri-nya. di dalam rencana keselamatan ilahi, umat manusia telah diselamatkan oleh Yesus Kristus yang, sebagai Tuhan dan manusia, menjadi satu-satunya Pengantara bagi penebusan dosa. Di dalam Kristianitas, keselamatan bukanlah pengalaman diri sendiri, sebuah tempat tinggal di dalam diri sendiri secara meditatif dan intuitif, tetapi lebih kepada pengampunan dosa, menjadi terangkat mengatasi naik turunnya/ ketidakpastian di dalam diri manusia yang mendalam, dan kebebasan dari kekuatiran kodrat oleh karunia persekutuan dengan Tuhan yang penuh kasih. Jalan keselamatan tidak ditemukan dari transformasi yang ditanamkan diri sendiri, tetapi di dalam kemerdekaan dari dosa dan konsekuensinya yang mengarahkan kita kepada perjuangan melawan dosa di dalam diri kita sendiri dan di dalam masyarakat kita. Hal ini menggerakkan kita kepada solidaritas yang penuh kasih dengan sesama kita yang membutuhkan.
* Doa dan meditasi: Apakah kita berbicara kepada diri sendiri atau kepada Tuhan?
Tendensi untuk mencampurbaurkan psikologi dan spiritualitas menyulitkan untuk tidak menekankan bahwa banyak teknik meditasi yang sekarang digunakan bukanlah doa. Teknik-teknik itu seringkali adalah persiapan yang baik untuk doa, tetapi tidak lebih, bahkan jika teknik tersebut mengarahkan kepada keadaan pikiran yang lebih menyenangkan dan kenyamanan tubuh. Pengalaman-pengalaman yang terjadi adalah pengalaman intensif yang asli, tetapi untuk tinggal di tingkat ini adalah menjadi tetap sendiri, dan belum di dalam kehadiran yang lain. Pencapaian keheningan dapat menghadapkan kita kepada kekosongan, lebih daripada keheningan dalam memandang Yang dicintai. Adalah juga benar bahwa teknik-teknik untuk mendalami jiwa seseorang, pada akhirnya adalah kekuatan untuk menarik pikiran terhadap kemampuan seseorang untuk mencapai keilahian, atau bahkan untuk menjadi ilahi: jika mereka lupa akan pencarian Tuhan terhadap hati manusia, mereka [teknik-teknik tersebut] tetap bukan doa Kristiani. Bahkan ketika digunakan sebagai sebuah penghubung dengan Energi Universal, “hubungan yang mudah sedemikian dengan Tuhan, di mana fungsi Tuhan dilihat sebagai Yang menyediakan segala kebutuhan kita, menunjukkan keegoisan di jantung hati New Age ini.”
Praktek New Age bukanlah suatu doa, sebab di dalamnya umumnya adalah masalah introspeksi atau pencampuran energi kosmis, bertentangan dengan orientasi dua arah dari doa Kristiani; yang melibatkan introspeksi , tetapi pada dasarnya adalah juga pertemuan dengan Tuhan. Jauh dari hanya merupakan usaha manusia, kehidupan doa Kristiani pada adasarnya adalah sebuah dialog yang “menerapkan sikap percakapan, suatu langkah melampaui ‘diri sendiri’ menuju ‘Engkau’ Tuhan.” “Seorang Kristen , bahkan ketika ia sendirian dan berdoa diam-diam, ia sadar bahwa ia selalu berdoa demi kebaikan Gereja di dalam kesatuan dengan Kristus, di dalam Roh Kudus dan bersama-sama dengan semua orang kudus….”
Demikianlah beberapa point yang kami kutip dari dokumen yang dikeluarkan oleh Vatikan tentang New Age, yang menyatakan bahwa sebagai umat Katolik, kita tidak dapat menerima satu elemen ajaran New Age, karena hal itu berhubungan dengan keseluruhan paham New Age yang tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik.
Selain itu, perlu diketahui bahwa penyembuhan cakra juga yang umumnya membutuhkan peran seorang ‘master’ yang bertindak sebagai medium yang membuka ataupun menutup cakra, juga bertentangan dengan ajaran iman Katolik. Katekismus mengatakan demikian:
KGK 2116 Segala macam ramalan harus ditolak: mempergunakan setan dan roh jahat, pemanggilan arwah atau tindakan-tindakan lain, yang tentangnya orang berpendapat tanpa alasan, seakan-akan mereka dapat “membuka tabir” masa depan (Bdk. Ul 18:10; Yer 29:8). Di balik horoskop, astrologi, membaca tangan, penafsiran pratanda dan orakel (petunjuk gaib), paranormal dan menanyai medium, terselubung kehendak supaya berkuasa atas waktu, sejarah dan akhirnya atas manusia; demikian pula keinginan menarik perhatian kekuatan-kekuatan gaib. Ini bertentangan dengan penghormatan dalam rasa takwa yang penuh kasih, yang hanya kita berikan kepada Allah.
KGK 2117 Semua praktik magi dan sihir, yang dengannya orang ingin menaklukkan kekuatan gaib, supaya kekuatan itu melayaninya dan supaya mendapatkan suatu kekuatan adikodrati atas orang lain – biarpun hanya untuk memberi kesehatan kepada mereka – sangat melanggar keutamaan penyembahan kepada Allah. Tindakan semacam itu harus dikecam dengan lebih sungguh lagi, kalau dibarengi dengan maksud untuk mencelakakan orang lain, atau kalau mereka coba untuk meminta bantuan roh jahat. Juga penggunaan jimat harus ditolak. Spiritisme sering dihubungkan dengan ramalan atau magi. Karena itu Gereja memperingatkan umat beriman untuk tidak ikut kebiasaan itu. Penerapan apa yang dinamakan daya penyembuhan alami tidak membenarkan seruan kepada kekuatan-kekuatan jahat maupun penghisapan orang-orang lain yang gampang percaya.
Selanjutnya, tentang mengapa dikatakan bahwa paham New Age Movement tidak sesuai dengan ajaran iman Katolik, silakan klik di sini.
Selamat malam,
Bagaimana pandangan Katolik untuk seseorang yg mempunyai kelebihan indra ke 6, terimakasih.
Salam Tri K,
Gereja Katolik dalam hal ini mempercayai pandangan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah-akademik. Pembahasan mengenai indra keenam ada dalam ranah psikologi. Salah satu contohnya ada di salah satu blog
http://psikologi2009.wordpress.com/2011/10/09/psikologi-cara-meningkatkan-kemampuan-indera-keenam-anda/
yang menyatakan bahwa sebenarnya indra keenam ialah intuisi.
Salam
Yohanes Dwi Harsanto Pr
syallom bu Ingrid
Beberapa tahun lalu sy jg di perkenalkan dgn gerakan New age. Beberapa kali di ajak seminar dan lokakarya nya… Walau pun sy ikut hadir namun sy tidak bisa menerima segala tehnik dll yg diajarkan, dan sy tidak mau mempraktekan nya.. sy merasa bertentangan dgn iman sy sbg seorang katolik…. sungguh dewasa ini banyak umat kita yg haus akan sentuhan/sensasi rohani yang seharus nya bisa kita peroleh(walau pun iman kita mengajarkan kita tidak mengejar sensasi tapi Ketekunan) Terutama dlm perayaan Ekaristi sbg puncak Doa kita.. sy juga membaca majalah ada seorang pastor yg begitu aktif ikut gerakan new age tsb yg menurut komentar nya bahwa dgn ikut gerakan itu, kehidupan doa pastor tsb lebih baik. sy jadi berpikir ada yg salah gak dgn kehidupan imamat pastor tsb..sy juga menghimbau para pimpianan gereja,biara dan pihak keuskupan nya mempunyai ketegasan utk melarang para imam utk tidak ikut gerakan2 yg bertentangan dgn iman Gereja. sy merasa dewasa ini gereja dgn gerakan atau kelompok2 kategorial nya yg banyak begitu banyak memberikan pilihan kpd kita utk aktif dan ikut serta di dalam nya dan sungguh merupakan kekayaan gereja kita… sy ambil contoh: Legio Maria, PDKK?karismatik katolik, ME, Choice, GIM dll. sy rasa kenapa kita mencari kedamaian ato sensasi di luar gereja katolik padahal di dalam gereja katolik Banyak kekayaan rohani/Rahmat yg bisa kita gali.
[Dari Katolisitas: Anda benar, sesungguhnya jika kita menghayati iman kita dan menyadari kekayaan rohani Gereja, maka kita tidak perlu mencari kedamaian atau sensasi apapun yang ditawarkan dunia di luar persekutuan dengan Gereja, sebab ada resiko bahwa hal-hal tersebut -walaupun awalnya nampak tidak berbahaya- tidak sungguh berasal dari Allah.]
Shalom.. :)
maaf mau tanya,
1. Menurut pandangan Gereja Katolik apakah diperbolehkan menyembuhkan penyakit seseorang dengan menggunakan Chakra atau biasanya disebut dgn Cakra Healing.. ?
2. Bagaimana kita seharusnya menganggap suatu penyakit yg ada pd pribadi kita masing..? Kalau misalnya kita menganggapnya sebagai Salib Kristus yang akn semakin mendekatkan kita kepada-Nya, apakah yang harus kita mohon? memohon penyembuhan, pasrah atau berusaha membuatnya agar menjadi sembuh dgn usaha2 sendiri, misal : pergi ke penyembuh2 .. ?
mohon penjelasannya…
terima kasih…
Berkah Dalem Gusti..
Fiat Voluntas Tua^^
Shalom Yohanes,
1. Tentang Penyembuhan cakra
silakan klik di sini
2. Tentang bagaimana menyikapi suatu penyakit/ penderitaan yang ada pada diri kita?
Sebagaimana tercatat dalam Kitab Suci, tentu adalah sesuatu yang normal jika orang yang sakit ingin sembuh. Kitab Sucipun mencatat bahwa Tuhan Yesus berkenan menyembuhkan banyak orang sakit, demikian pula para rasul, atas kuasa Kristus. Maka tidak ada salahnya jika seorang yang sakit memohon kepada Tuhan agar diberi kesembuhan. Namun masalahnya berbeda, jika seseorang mulai dengan cara yang tidak wajar mencari kesembuhan tersebut, misalnya sampai mencari-cari orang pintar yang memakai cara-cara yang tidak sesuai dengan iman Kristiani. Ini tidak diperkenankan menurut ajaran iman Katolik.
Di samping itu, perlu diingat, bahwa terdapat dua jenis penyakit. Yang pertama adalah sakit rohani akibat dosa, dan ini dapat disembuhkan, terutama melalui sakramen Pengakuan Dosa. Sedangkan yang kedua adalah sakit jasmani. Terhadap sakit jasmani, Gereja memperbolehkan seseorang menggunakan obat-obat ataupun terapi kesehatan yang sesuai, menurut ilmu pengetahuan medis dan psikis (lih. KGK 2292), dan tentu boleh diiringi dengan doa memohon kesembuhan. Namun perlu diingat bahwa pada akhirnya bukan kesembuhan jasmani saja yang terpenting, melainkan kesembuhan rohani, karena kesembuhan rohani inilah yang berpengaruh kepada keselamatan kita.
Selanjutnya, perlu juga diketahui bahwa adakalanya penyakit maupun penderitaan merupakan sesuatu yang diizinkan Tuhan terjadi di dalam kehidupan kita untuk sesuatu maksud yang lebih tinggi, yaitu agar kita dapat mengambil bagian di dalam karya keselamatan Kristus. Sebab sakit penyakit ataupun penderitaan seringkali malah dapat membawa kita kepada pertobatan sejati, memurnikan iman dan kasih kita kepada Tuhan, meningkatkan solidaritas kita dengan orang-orang yang sakit, menderita ataupun yang jauh dari Tuhan, dan turut mendoakan mereka. Singkatnya, Tuhan dapat mengubah penyakit dan penderitaan kita menjadi sarana yang menguduskan kita dan mengikutsertakan kita dalam karya-Nya membawa umat manusia kepada pertobatan dan keselamatan. Hal mengambil bagian dalam karya Allah untuk menebus dosa manusia ini, tidak ada pada paham New Age. Berikut ini kutipan yang diterjemahkan dari dokumen yang dikeluarkan oleh Vatikan tentang New Age (untuk membaca selengkapnya, klik di sini)
* Apakah kita terpikat untuk mengingkari [adanya] dosa ataukah kita menerima bahwa dosa itu memang ada?
Di dalam New Age, tidak ada konsep yang nyata tentang dosa, tetapi adalah pengetahuan yang tidak sempurna; apa yang diperlukan adalah penerangan (enlightenment), yang dapat dicapai melalui teknik-teknik psiko-fisik secara khusus. Mereka yang mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan New Age tidak akan diajari tentang apa yang harus dipercaya, apa yang harus dilakukan atau tidak dilakukan, tetapi: “Terdapat banyak cara untuk menjelajahi realitas batin. Pergilah ke mana akal budi dan intuisimu mengarahkanmu. Percayalah kepada dirimu sendiri. Otoritas telah bergeser dari tempat ketuhanan kepada tempat di dalam diri sendiri. Masalah yang paling serius yang diyakini paham New Age adalah keterasingan dari seluruh kosmos, bukan kesalahan pribadi atau dosa. Obatnya [menurut paham New Age] adalah menjadi semakin tenggelam ke dalam diri sendiri. Di beberapa tulisan dan praktek New Age adalah jelas bahwa sebuah kehidupan tidaklah cukup, sehingga harus ada reinkarnasi untuk membiarkan orang-orang menyadari potensi mereka secara penuh.
Di dalam sudut pandang Kristiani, “Hanya terang Wahyu ilahi menjelaskan realitas dosa dan secara khusus dosa yang dilakukan pada saat asal mula umat manusia. Tanpa pengetahuan Wahyu ilahi yang diberikan Tuhan, kita tidak dapat mengenali dosa dengan jelas dan terpikat untuk menjelaskannya sebagai hanya perkembangan suatu noda, sebuah kelemahan psikologis, sebuah kesalahan atau akibat yang tak terhindari dari susunan struktur sosial yang tidak memadai, dst. Hanya di dalam pengetahuan akan rencana Tuhan bagi manusia kita dapat memahami bahwa dosa adalah sebuah penyalahgunaan kebebasan yang Tuhan berikan kepada manusia-manusia ciptaan supaya mereka dapat mengasihi-Nya dan mengasihi sesama. Dosa adalah pelanggaran terhadap akal budi, kebenaran dan hati nurani yang benar; kegagalan di dalam kasih yang tulus kepada Tuhan dan sesama yang disebabkan oleh keterikatan yang tidak wajar terhadap benda-benda tertentu. Dosa melukai kodrat manusia dan melukai solidaritas manusia…. Dosa adalah pelanggaran terhadap Tuhan …. dosa menempatkan dirinya melawan kasih Tuhan bagi kita dan membelokkan hati kita dari kasih-Nya… Karena itu, ‘dosa adalah cinta diri sendiri sampai tidak menghargai Tuhan’.”
* Apakah kita dianjurkan untuk menolak atau menerima penderitaan dan kematian?
Beberapa penulis New Age memandang penderitaan sebagai hal yang terjadi karena diri sendiri, atau sebagai karma yang buruk, atau sedikitnya sebagai kegagalan untuk mengendalikan sumber daya diri sendiri. Penulis-penulis yang lain berkonsentrasi pada metoda-metoda untuk mencapai sukses dan kesehatan (seperti Deepak Chopra, Jose Silva, dst). Di dalam New Age, reinkarnasi sering dilihat sebagai elemen yang perlu di dalam pertumbuhan rohani, sebuah tingkat di dalam perkembangan evolusi rohani yang dimulai sebelum kita dilahirkan dan akan terus berlangsung setelah kita wafat. Di dalam kehidupan kita sekarang, pengalaman kematian dari orang-orang lain mempengaruhi krisis kesehatan.
Baik kesatuan kosmis dan reinkarnasi tidak dapat didamaikan dengan kepercayaan Kristiani bahwa setiap manusia adalah pribadi yang berbeda, yang hidup hanya sekali, yang dengannya ia sepenuhnya bertanggung jawab: pemahaman tentang pribadi manusia ini meletakkan hal tanggungjawab dan kebebasan. Umat Kristen tahu bahwa “di dalam salib Kristus, tidak hanya penebusan yang dicapai melalui penderitaan, tetapi juga penderitaan manusia itu sendiri telah ditebus. Kristus- yang tanpa kesalahan- mengambil bagi-Nya ‘seluruh kejahatan dosa’…. ini menentukan kedalaman penderitaan Kristus yang tak tertandingi, yang menjadi harga penebusan … Sang Penebus telah menderita di tempat manusia dan untuk manusia. Setiap manusia mempunyai bagiannya sendiri di dalam penebusan itu, setiap orang juga dipanggil untuk mengambil bagian di dalam penderitaan yang melaluinya diperoleh penebusan. Setiap orang dipanggil untuk mengambil bagian di dalam penderitaan yang melaluinya semua penderitaan manusia telah ditebus. Dengan menghasilkan penebusan melalui penderitaan, Kristus telah juga mengangkat penderitaan manusia ke tingkat penebusan. Oleh karena itu, setiap orang di dalam penderitaannya, dapat juga menjadi seorang pengambil bagian di dalam penderitaan Kristus yang menyelamatkan.”
Selanjutnya tentang makna penderitaan menurut sudut pandang Gereja Katolik, klik di sini.
Contoh sharing iman tentang memaknai penderitaan, klik di sini.
Maka kesimpulannya, jika kita sakit, kita tentu dapat berusaha untuk sembuh, dan memohon kesembuhan dari Allah, namun mari kita serahkan kepada Tuhan bagaimana Tuhan akan menjawabnya. Allah berkuasa memberikan kesembuhan rohani maupun jasmani, dan Ia yang paling mengetahui apa yang berguna untuk keselamatan kita. Semoga kita mempunyai kasih yang total kepada Tuhan, yang percaya penuh akan rencana Tuhan yang terbaik bagi kita, sehingga kita dapat berkata dengan penuh iman kepada-Nya, “Jadilah padaku menurut perkataan-Mu,” sebab kita percaya bahwa apapun keputusan Tuhan, itulah yang terbaik bagi kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terima Kasih banyak, Bapak Stefanus Tay & Ibu Ingrid Tay..
Dengan ini kekuatiran saya sudah hilang…
_________________________________________________________
Berkah Dalem Gusti.. ^^
Comments are closed.