Pertanyaan:

Apakah sabda Yesus dalam Matius 10:16-25 tentang penganiayaan terhadap murid murid ditujukan untuk para murid murid Yesus pada saat itu atau kah juga relevan untuk murid murid dan pengikut Yesus pada saat ini?

Jawaban:

Shalom Cleo,

Terima kasih atas pertanyaannya tentang Mt 10:16-23. Kita dapat mengartikan bahwa ayat-ayat tersebut memang ditujukan kepada para murid Yesus pada saat itu, yang terlihat jelas bahwa semua dari perkataan Yesus telah terpenuhi. Namun, di satu sisi, kita juga dapat menerapkannya pada semua murid Kristus. Penerapannya adalah sebagai berikut:

Mt 10:16 “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.
Mt 10:17 Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya.
Mt 10:18 Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Mt 10:19 Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga.
Mt 10:20 Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.
Mt 10:21 Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka.
Mt 10:22 Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
Mt 10:23 Apabila mereka menganiaya kamu dalam kota yang satu, larilah ke kota yang lain; karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sebelum kamu selesai mengunjungi kota-kota Israel, Anak Manusia sudah datang.

1) ay. 16: Para murid di utus ke tengah-tengah umat Israel dan bangsa-bangsa lain, yang tidak percaya akan Yesus sebagai Sang Mesias.

Kita juga diutus ke tengah-tengah dunia, yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda dengan nilai-nilai Kristiani. Kita mengingat apa yang dikatakan oleh rasul Yohanes “Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia” (1 Yoh 2:16). Untuk itu, kita harus menyebarkan Injil dengan tulus, lemah lembut seperti burung merpati, namun juga harus dengan cara yang cerdik seperti ular, atau lebih tepatnya secara bijaksana.

2) ay. 17-19: Para murid pada akhirnya menghadapi penganiayaan dari para farisi dan juga dari para penguasa bangsa-bangsa lain. Silakan mempelajari apa yang dialami oleh para murid yang mengalami siksaan dan kematian untuk memberitakan Injil.

Kita juga harus senantiasa siap sedia untuk menerima resiko untuk memberitakan Injil. Kita mungkin tidak diadili dalam persidangan para penguasa, namun kita “seolah-olah” juga diadili oleh dunia, kalau kita mencoba untuk menerapkan prinsip-prinsip Kristiani. Sebagai contoh: kalau kita menolak korupsi di tengah-tengah situasi pekerjaan yang hampir semuanya terlibat dalam korupsi, maka kita dapat diasingkan dan dijauhi. Berapa sering kita mendengar bahwa untuk menjadi orang baik sangat susah, terutama dalam kondisi sosial yang tidak mencerminkan nilai-nilai Kristiani.

Para murid-murid telah mengalami hal ini, sehingga orang-orang lain heran mengapa ketika mereka dipenjara, mereka malah menyanyi dan memuji Tuhan, ketika dianiaya mereka tidak membalas, dll. Dan ini menjadi suatu kesaksian yang kuat bagi perkembangan Gereja. Bahkan dikatakan bahwa Gereja didirikan di atas darah para martir. Meniru jejak para rasul dan jemaat awal, kita juga dipanggil untuk menjadi orang-orang kudus, sehingga kita dapat menjadi pantulan kasih Kristus.

3) ay. 20: Para murid mengalami transformasi pada saat mereka menerima Roh Kudus pada hari Pentekosta. Mereka yang ketakutan menjadi berani. Mereka yang bersembunyi kemudian dapat mewartakan Injil secara terbuka. Pada hari Pentekosta inilah, Gereja lahir dan dimanifestasikan kepada dunia secara penuh.

Kita juga harus mengalami transformasi setelah kita mengalami baptisan, karena Sakramen Baptis memberikan kita Roh Kudus, sehingga kita dikuatkan untuk menjadi saksi Kristus yang baik, sama seperti para murid Kristus dan jemaat perdana.

4) ay. 21-22: Hal ini dialami oleh jemaat perdana, karena pada awalnya mereka belum menjadi pengikut Kristus. Oleh karena itu, setelah pemberitaan para rasul, maka banyak umat yang terpecah belah. Kita mengingat bagaimana pada awalnya, jemaat terpecah belah mengenai sunat, yang akhirnya diselesaikan pada konsili Yerusalem 1.

Menjadi pengikut Kristus juga dapat menjadikan suatu “perpecahan” di dalam keluarga, di mana: pasangan tidak setuju, orang tua tidak setuju, dll. Namun, sama seperti para murid, kita juga dituntut untuk tetap setia pada iman Gereja Katolik kita yang bersumber pada Kristus. Karena semakin kita dekat kepada Kristus, maka seharusnya hubungan kita dengan sesama (keluarga, masyarakat) akan semakin baik.

5) ay. 23: Telah dipenuhi pada waktu terjadinya kehancuran Yerusalem pada tahun 70 AD.

Kalau kita mau menerapkan hal ini pada masa ini, maka kita dapat membandingkannya dengan “Dan kalau ada orang yang tidak mau menerima kamu, keluarlah dari kota mereka dan kebaskanlah debunya dari kakimu sebagai peringatan terhadap mereka.” (Lk 9:5). Adalah menjadi tugas kita semua sebagai pengikut Kristus untuk terus menyebarkan Injil. Namun, semua pada akhirnya semua orang yang menyebarkan Injil dan menerima Injil harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan Tuhan. Apakah yang mengabarkan Injil telah benar-benar melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginan dan perintah Tuhan? Apakah yang menerima Injil telah benar-benar mencari kebenaran dengan segenap hati, jiwa, pikiran, dan kekuatan? Orang yang menyebarkan Injil harus menerima bahwa pertobatan adalah urusan masing-masing pribadi dengan Tuhan, sehingga yang menyebarkan Injil harus menjalankan bagiannya dengan sebaik-baiknya, dan yang lain – seperti pertobatan – adalah bagian dari Roh Kudus. Mungkin kita hanya dipakai sebagai penebar benih, atau yang mengelola, atau yang menyirami, namun semuanya bekerjasama demi kemuliaan Kerajaan Allah.

Demikian pemaparan tentang ay Mt 10:16-23 dalam hubungannya dengan terpenuhinya nubuat ini pada murid-murid Yesus, yang juga berlaku untuk kita semua, yang juga menjadi murid-murid Yesus. Artikel yang mungkin berhubungan dengan hal ini dapat dibaca di sini (silakan klik). Semoga dapat membantu.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org

1 COMMENT

  1. Apakah sabda Yesus dalam Matius 10:16-25 tentang penganiayaan terhadap murid murid ditujukan untuk para murid murid Yesus pada saat itu atau kah juga relevan untuk murid murid dan pengikut Yesus pada saat ini?

    [dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]

Comments are closed.