Home Blog Page 34

Rancangan Tuhan

0

Sharing pelayanan oleh Pst Felix Supranto, SS.CC

Setelah mengunjungi orang sakit pada tanggal 13 Oktober 2015, aku mampir ke warung bakmi dari seorang ibu yang berhati mulia. Ibu itu sangat gembira bertemu denganku karena sudah hampir sepuluh tahun tidak berjumpa. Aku berjumpa terakhir kalinya dengannya pada saat aku hendak berpindah tugas dari Paroki Hati Santa Maria Tak Bernoda, Tangerang ke Paroki Regina Caeli, Pantai Indah Kapuk. Ia dengan antusias menceriterakan pengalaman pembentukan Tuhan melalui peristiwa-peristiwa pahit yang dialaminya. Orang lain mungkin menganggapnya sebagai musibah, tetapi baginya merupakan berkat. Peristiwa-peristiwa pahit itu membuatnya semakin dekat dengan Tuhan sehingga ia mensyukurinya.

Dua tahun silam, mobil yang dibelinya dengan menabung begitu lama, dicuri orang ketika diparkir di depan warungnya, yang sekaligus sebagai tempat tinggalnya. Suaminya mengejar pencurinya karena mobilnya belum jauh dari pandangan matanya. Pencuri itu menabraknya sehingga ia terluka parah. Suaminya dalam keadaan luka parah masih bisa pulang ke warungnya dan berkata kepadanya: “Mobil kita, hasil kerja keras kita selama bertahun-tahun, telah hilang”. Ia menjawab: “Tidak apa-apa. Tuhan pasti akan menggantinya”. Kejadian itu tidak membuatnya putus asa walaupun pengobatan suaminya seharga mobil yang hilang. Ia tetap bisa bersyukur karena percaya bahwa berkat Tuhan yang lebih besar pasti akan menyusulnya: “Tuhan, aku bersyukur atas kejadian perih yang menimpaku ini. Kejadian ini membuatku semakin dekat dengan Engkau dan mengandalkan Engkau. Hilangnya mobilku dan penganiayaan terhadap suamiku membuat aku semakin belajar bermurah hati dan semakin memaafkan seperti Engkau, Sang Pemurah dan Pengampun”. Berkat Tuhan yang besar baginya adalah dekat denganNya.

Apa yang ia percayai sungguh terjadi. Suaminya sembuh di luar akal manusia. Ia juga bisa membeli mobil yang lebih baik daripada sebelumnya. Ia mempunyai rumah yang sudah lama ia impikan sejak pernikahannya, berpuluh-puluh tahun silam. Ia mensyukuri imannya bahwa senantiasa ada sukacita dari Tuhan setelah peristiwa yang menyedihkan. Tuhan sungguh memenuhi janji-Nya: “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan” (Yeremia 29:11).

Sekarang ini ia sedang berdoa dengan tekun bagi suaminya. Emosi suaminya mudah meledak karena efek dari kecelakaan. Ia senantiasa berdoa syukur atas suaminya: “Tuhan, terimakasih karena Engkau telah memberi aku suami yang galak. Suamiku yang galak membuatku belajar kesabaran. Suamiku yang galak membuatku semakin dekat dengan Engkau karena aku tanpa lelah terus memohon kepadaMu untuk melembutkan hatinya yang keras”. Ia yakin bahwa suaminya pasti akan berubah pada waktunya. Yang ia lakukan sekarang adalah sabar dan sabar serta memahami keadaan suaminya. Kesabarannya merupakan ungkapan kasihnya untuk membantu kesembuhan emosi suaminya: “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu” (Efesus 4:2).

Pesan yang kita dapat resapi dari pengalaman ini: Bukan bahagia yang membuat kita bersyukur, tetapi bersyukur membuat kita bahagia. Tuhan adalah satu-satunya sumber kebahagiaan. Kita bahagia karena kita mempercayakan segala persoalan kita ke dalam tangan Tuhan: “Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!” (Yeremia 17:7). Dia tahu jalan yang terbaik bagi kita. Kita percaya bahwa dengan peristiwa-peristiwa yang menyedihkan, Tuhan sedang membentuk kita menjadi pribadi yang kuat, semakin mengenalNya, dan semakin mengandalkanNya.

Tuhan Memberkati

Persiapan Hati Menjelang Tahun Kerahiman Allah: Koronka Kerahiman Ilahi

0

Oleh Pst Felix Supranto, SS.CC

1. Doa Koronka

Koranka dalam bahasa Polandia berarti mahkota kecil atau untaian manik-manik indah sebagai hadiah bagi orang-orang yang dikasihi secara istimewa. Doa Koronka adalah doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada Santa Faustina dalam penampakan kepadanya pada tahun 1935. Tujuan doa koronka ini adalah untuk meredamkan murka-Nya kepada orang-orang yang berdosa yang sebenarnya pantas untuk menerimanya. Hadiah yang teristimewa bagi orang-orang yang dicintai adalah berdoa bagi keselamatan jiwa-jiwanya.

Doa Koronka yang diajarkan oleh Tuhan Yesus itu adalah doa yang didaraskan dengan rosario biasa seperti di bawah ini:

Pertama-tama

Mengucapkan satu Bapa Kami, satu Salam Maria dan satu Aku Percaya.

kemudian, pada manik-manik “Bapa kami” hendaknya berdoa:

Bapa yang kekal,

kupersembahkan kepadaMu

Tubuh dan Darah

Jiwa dan Ke-Allah-an

Putra-Mu yang terkasih,

Tuhan kami Yesus Kristus,

sebagai pendamaian untuk dosa-dosa kami

dan dosa seluruh dunia.’

pada manik-manik “Salam Maria” hendaknya berdoa:

`Demi sengsara Yesus yang pedih,

tunjukkanlah belas kasih-Mu

kepada kami dan seluruh dunia’

Sebagai penutup hendaknya mendaraskan tiga kali doa berikut:

`Allah yang Kudus,

Kudus dan berkuasa,

Kudus dan kekal,

kasihanilah kami

dan seluruh dunia.

Janji Tuhan bagi kita yang mendaraskan Koronka ini akan menerima rahmat berlimpah pada saat ajal. Ketika doa Koronka ini didaraskan di hadapan orang yang berada di ambang kematian, Tuhan Yesus akan berdiri di hadapan Bapa-Nya untuk membelanya. Tuhan Yesus di hadapan Bapa-Nya akan tampil bukan sebagai Hakim yang adil, melainkan sebagai Juru selamat yang Penuh Belas Kasih. Andaikan orang yang berdosa yang peling keras hati pernah berdoa satu kali saja dalam hidupnya, ia akan menerima rahmat belas kasih-Nya yang tak terhingga. Luar biasa belas kasih Tuhan bagi umat manusia sehingga Ia menginginkan semua manusia itu masuk surga. Anugerah Tuhan atas rahmat belas kasihan-Nya sungguh tak terbayangkan bagi jiwa-jiwa yang percaya kepada kerahiman-Nya.

Tuhan Yesus meminta para imam untuk mewartakan kerahiman-Nya yang tak terselami bagi para pendosa. Para pendosa yang keras hati akan bertobat ketika para imam berbicara mengenai kerahiman-Nya yang tak terhingga dan cinta kasih dalam hati-Nya bagi mereka. Tuhan akan menganugerahkan kuasa yang menakjubkan bagi para imam yang mewartakan serta mengagungkan kerahiman-Nya. Tuhan akan mengurapi perkataan mereka sehingga menyentuh hati orang-orang yang mendengarnya.

2. Waktu doa Koronka

Koronka dapat didaraskan kapan saja. Walaupun Koronka dapat didoakan kapan saja, koronka sangat tepat didaraskan setelah kita mengikuti Perayaan Ekaristi karena koronka adalah doa permohonan kelanjutan dari Kurban Ekaristi. Koronka boleh juga didoakan setelah doa Jam Kerahiman Ilahi walaupun sebenarnya kurang tepat karena Jam Kerahiman Ilahi adalah saat permenungan tentang Sengsara Tuhan Yesus. Doa Koronka setelah Jam Kerahiman Ilahi harus dipandang hanya sebagai solusi untuk mengisi doa setelah Jam Kerahiman Ilahi. Setelah Jam Kerahiman Ilahi, banyak di antara kita tidak mungkin melanjutkannya dengan Adorasi di kapela/gereja atau Jalan Salib (Pada Jam Kerahiman Ilahi, kita masih kerja).

3. Novena Kerahiman Ilahi

Koronka memang dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, tetapi Tuhan Yesus meminta kita untuk mendaraskannya secara istimewa selama sembilan hari berturut-turut menjelang Pesta Kerahiman Ilahi. Pesta Kerahiman Ilahi jatuh pada Hari Minggu Paskah ke-dua. Jadi, Novena Kerahiman Ilahi dimulai dari Jumat Agung sampai dengan Sabtu menjelang Minggu.

Pada Pesta Kerahiman Ilahi, Tuhan Yesus berjanji akan menganugerahkan indulgensi penuh, yaitu pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman bagi jiwa-jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus pada saat itu. Indulgensi adalah penghapusan di hadapan Allah hukuman-hukuman sementara untuk dosa-dosa yang kesalahannya sudah dilebur, yang diperoleh oleh orang beriman kristiani yang berdisposisi baik serta memenuhi syarat-syarat tertentu, diperoleh dengan pertolongan Gereja yang sebagai pelayan keselamatan, secara berkuasa membebaskan dan menerapkan harta pemulihan Kristus dan para kudus (Kitab Hukum Kanonik 1983. Kanon 992). Indulgensi ini bisa diperoleh bagi diri sendiri dan orang-orang lain yang meninggal (bukan untuk orang lain yang masih hidup). Supaya kita mendapatkan anugerah indulgensi penuh, kita berdisposisi baik dan memenuhi syarat yang ditentukan oleh gereja. Berdisposisi baik berarti dalam keadaan batin yang baik. Menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus menunjukkan keadaan batin yang baik atau dalam keadaan berahmat. Dengan menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus, kita memenuhi undangan Tuhan Yesus Kristus untuk datang kepadaNya yang hadir dan hidup secara nyata dalam Ekaristi dengan penuh kepercayaan. Dengan menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus, kita juga mau dosa kita, tak peduli betapa berat dosa kita, dibasuh oleh kasih Tuhan. Janji Tuhan akan menganugerahkam hidup bagi jiwa-jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan Komuni Kudus pada Pesta Kerahiman Ilahi itu disampaikanNya kepada Santa Faustina: “Pada hari itu, lubuk belas kasih-Ku yang paling lemah-lembut akan terbuka. Aku akan mencurahkan suatu samudera rahmat atas jiwa-jiwa yang menghampiri sumber kerahiman-Ku. Jiwa yang menerima Sakramen Tobat dan menyambut Komuni Kudus akan mendapatkan pengampunan penuh atas dosa dan penghukuman. Pada hari itu seluruh pintu-pintu rahmat Ilahi dari mana rahmat-rahmat mengalir akan dibuka”.

Doa Novena Kerahimam Ilahi

(Dimulai pada Jumat Agung dan berakhir pada Hari Sabtu Menjelang Pesta Kerahiman)

(Kalau ada Misa dalam Novena, doa Koronka dilaksanakan sesudahnya karena Koronka merupakan kelanjutan dari Ekaristi. Pada Jumat Agung, Novena dapat dilakukan setelah ibadat penghormatan salib. Kalau sebelumnya sudah ada Misa, di dalam Novena Kerahiman Ilahi tidak perlu lagi dicantumkan Bacaan Kitab Suci hari itu).

Dalam Nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus

a. Novena Hari Pertama

Tema: DOA UNTUK SELURUH UMAT MANUSIA, KHUSUSNYA ORANG-ORANG BERDOSA

Merenungkan Sabda Yesus kepada St. Faustina: “Hari ini, bawalah kepada-Ku seluruh umat manusia, khususnya orang-orang berdosa, dan benamkanlah mereka dalam samudera kerahiman-Ku. Dengan demikian engkau menghibur Aku dalam jurang kepedihan yang disebabkan oleh hilangnya jiwa jiwa (Buku Harian Faustina 1210).

DOA:

Pemimpin/Pribadi:

Tuhan Yesus yang Maharahim,

Engkau senantiasa mengasihi dan mengampuni kami.

Janganlah memperhitungkan dosa-dosa kami,

tetapi perhatikanlah keyakinan kami akan kebaikan-Mu yang tak terbatas.

Terimalah kami semua dalam Hati-Mu yang Maharahim,

dan jangan biarkan kami menjauh dari kerahiman-Mu selama-lamanya.

Oh, Kerahiman Ilahi yang mahakuasa,

dan keselamatan orang-orang berdosa,

Engkau adalah samudra kerahiman dan belas kasih;

Engkau membantu semua orang

yang dengan rendah hati memohon pertolongan-Mu.

Umat/Pribadi

Bapa yang kekal,

Dengan tatapan mata-Mu yang penuh kerahiman,

pandanglah seluruh umat manusia, khususnya orang-orang berdosa yang malang. Demi Sengsara-Nya yang pedih, tunjukkanlah belas kasih-Mu kepada kami

sehingga kami dapat memuji kerahiman-Mu yang Mahakuasa untuk selama-lamanya.

Amin.

Dilanjutkan Dengan Doa Koronka:

Pertama-tama

Mengucapkan satu Bapa Kami, satu Salam Maria dan satu Aku Percaya.

kemudian, pada manik-manik “Bapa kami” hendaknya berdoa:

`Bapa yang kekal,

kupersembahkan kepada-Mu

Tubuh dan Darah

Jiwa dan Ke-Allah-an

Putra-Mu yang terkasih,

Tuhan kami Yesus Kristus,

sebagai pendamaian untuk dosa-dosa kami

dan dosa seluruh dunia.’

pada manik-manik “Salam Maria” hendaknya berdoa:

`Demi sengsara Yesus yang pedih,

tunjukkanlah belas kasih-Mu

kepada kami dan seluruh dunia’

Sebagai penutup hendaknya mendaraskan tiga kali doa berikut:

Allah yang Kudus,

Kudus dan berkuasa,

Kudus dan kekal,

kasihanilah kami

dan seluruh dunia.

Dilanjutkan Dengan Litani Kerahiman Ilahi:

Tuhan kasihanilah kami
Tuhan kasihanilah kami

Kristus kasihanilah kami
Kristus kasihanilah kami

Tuhan kasihanilah kami; Kristus dengarkanlah kami
Kristus kabulkanlah doa kami

Allah Bapa di surga, kasihanilah kami.
Allah Putra Penebus dunia,
Allah Roh Kudus,
Allah Tritunggal Mahakudus, Tuhan Yang Maha Esa,

Kerahiman Ilahi, sifat pencipta yang paling nyata, Engkaulah andalanku
Kerahiman Ilahi, kesempurnaan penyelamat yang tertinggi,
Kerahiman Ilahi, pengudus sumber cinta yang tak dapat dipahami,
Kerahiman Ilahi, Tritunggal Mahakudus yang tidak dapat dimengerti,
Kerahiman Ilahi, bukti kekuasaan Allah yang tertinggi,
Kerahiman Ilahi, terwujud dalam penciptaan para malaikat,
Kerahiman Ilahi, yang menciptakan kami dari yang tiada,
Kerahiman Ilahi, yang merangkul seluruh dunia,
Kerahiman Ilahi, yang memberikan kami hidup abadi,
Kerahiman Ilahi, yang menjaga kami terhadap siksa yang patut kami pikul,
Kerahiman Ilahi, yang mengangkat kami dari kebusukan dosa,
Kerahiman Ilahi, yang membela kami dengan sabda yang menjelma,
Kerahiman Ilahi, yang terpancar dari luka-luka Yesus,
Kerahiman Ilahi, yang mengalir dari hati Yesus yang Mahakudus,
Kerahiman Ilahi, yang memberikan kami Bunda Maria sebagai Bunda berbelas kasih,
Kerahiman Ilahi, yang terwujud dalam pengadaan Gereja Katolik,
Kerahiman Ilahi, yang terungkap dalam pengadaan Sakramen-Sakramen Suci,
Kerahiman Ilahi, yang tampak secara khusus dalam Sakramen Permandian dan Tobat,
Kerahiman Ilahi, yang terwujud dalam Sakramen Ekaristi dan Imamat,
Kerahiman Ilahi, yang terwujud dalam panggilan kita kepada iman yang benar,
Kerahiman Ilahi, yang terwujud dalam pertobatan para pendosa,
Kerahiamn Ilahi, yang terwujud dalam kekudusan para orang jujur,
Kerahiman Ilahi, yang terwujud dalam kesucian para orang saleh,
Kerahiman Ilahi, yang membawa kesembuhan bagi orang sakit dan menderita,
Kerahiman Ilahi, yang menurunkan penghiburan bagi orang yang berada dalam kesulitan,
Kerahiman Ilahi, harapan bagi orang yang berputus asa,
Kerahiman Ilahi, yang mendampingi kami selalu dan di mana-mana,
Kerahiman Ilahi, yang mendahului kami dengan rahmat,
Kerahiman Ilahi, ketenangan bagi orang yang menghadapi ajal,
Kerahiman Ilahi, kegembiraan surgawi bagi orang yang diselamatkan,
Kerahiman Ilahi, kesejukan dan keringanan bagi jiwa-jiwa di api penyucian,
Kerahiman Ilahi, mahkota semua orang kudus,
Kerahiman Ilahi, sumber mukjizat yang tak terbatas,

Anak domba Allah, yang membuktikan Kerahiman paling tinggi bagi keselamatan dunia dengan salib-Mu,
sayangilah kami, ya Tuhan

Anak domba allah, yang dengan penuh Kerahiman mempersembahkan diri untuk kami dalam setiap Kurban Misa,
kabulkanlah doa kami, ya Tuhan

Anak domba Allah, yang oleh Kerahiman yang tak terbatas menghapus dosa-dosa kami,
kasihanilah kami, ya Tuhan

Kerahiman Ilahi yang melampaui segala perbuatan-Nya,
sebab itu aku akan memuji Kerahiman Ilahi untuk selama-lamanya.

Marilah berdoa
Allah, yang kerahiman-Mu tak dapat dipahami

dan yang belas kash-Mu tak terbatas,

pandanglah kami dengan mata belas kasih-Mu

dan tambahkanlah kerahiman-Mu dalam kesulitan sebesar apa pun.

Semoga kami selalu berharap pada kehendak-Mu yang selalu hadir dengan kerahiman-Mu.

Semuanya ini kami mohon dengan perantaraan Yesus Kristus, Raja Kerahiman,

yang bersama Engkau dan Roh Kudus menurunkan Kerahiman kepada kami untuk selama-lamanya. Amin

b. Novena Hari Ke-dua

Tema: DOA UNTUK PARA IMAM, KAUM RELIGIUS

Merenungkan Sabda Yesus kepada St. Faustina: “Hari ini bawalah kepadaKu jiwa-jiwa para Imam dan kaum religius, dan benamkanlah mereka dalam kerahiman-Ku yang tak terhingga. Merekalah yang memberiKu kekuatan untuk menanggung Sengsara-Ku yang pahit. Lewat mereka, laksana lewat saluran-saluran, kerahiman-Ku mengalir kepada umat manusia.“ ( Buku Harian Faustina 1212)

DOA:

Pemimpin/Pribadi:

Yesus yang Maharahim, sumber segala kebaikan,

tambahkanlah rahmat-Mu di dalam diri kami

supaya kami dapat melaksanakan dengan pantas karya-karya kerahiman,

dan supaya semua yang melihat kami dapat memuliakan Bapa Kerahiman yang ada di surga.

Mata air kasih Allah ada di dalam hati yang murni,

terbenam dalam Samudra Kerahiman,

bersinar laksana bintang-bintang cemerlang laksana fajar.

Umat/Pribadi:

Bapa yang kekal,

Dengan tatapan mata-MU yang Maharahim,

pandanglah himpunan orang-orang terpilih yang bekerja di kebun anggur-Mu. Pandanglah jiwa-jiwa para imam dan kaum religius;

dan limpahilah mereka dengan kekuatan berkat-Mu.

Dalam Hati Putra-Mu, mereka direngkuh;

Demi kasih Hati-Nya, berikanlah kepada mereka kekuatan dan terang-Mu

supaya mereka dapat menuntun orang lain di jalan menuju keselamatan,

dan dengan sesuara memuji kerahiman-Mu yang tidak terbatas sepanjang segala abad. Amin.


Dilanjutkan dengan Doa Koronka dan Litani Kerahiman Ilahi.

c. Novena Hari Ke-tiga

Tema: DOA UNTUK JIWA YANG SALEH DAN SETIA

Merenungkan Sabda Yesus kepada St. Faustina: “ Hari ini, bawalah kepadaKu semua jiwa yang saleh dan setia, dan benamkanlah mereka dalam lautan Kerahiman-Ku. Jiwa-jiwa ini memberikan penghiburan kepadaKu di sepanjang Jalan Salib. Mereka adalah tetes penghiburan di tengah lautan kepahitan“. (Buku Harian Faustina 1214)

DOA:

Pemimpin/pribadi:

Yesus yang Maharahim,

Dari kedalaman kerahiman-Mu,

Engkau memberikan rahmat yang berlimpah–limpah kepada semua orang.

Perkenankanlah kami tinggal di dalam Hati-Mu yang Maharahim.

Dan jangan biarkan kami pernah terlepas darinya untuk selamanya.

Semua ini kami mohon kepadaMu demi kasih-Mu yang paling mengagumkan terhadap Bapa surgawi yang membuat Hati-Mu sedemikian bernyala-nyala.

Mukjizat-mukjizat kerahiman sungguh tak terselami.

Baik orang berdosa maupun orang benar tidak akan memahaminya.

Setiap kali Engkau memandang kami dengan penuh belas kasih,

Engkau menarik kami lebih erat ke dalam kasih-Mu.

Umat/pribadi:

Bapa yang kekal,

Arahkanlah tatapan mata-Mu yang Maharahim kepada jiwa-jiwa yang setia,

sebagai harta pusaka Putra-Mu.

Demi Sengsara-Nya yang pedih,

limpahkanlah berkat-Mu kepada mereka.

Demi perlindungan-Mu yang abadi,

rengkuhlah mereka dalam kasih-Mu.

Dengan demikian, mereka tidak pernah akan gagal dalam mengolah kasih

dan tidak pernah akan kehilangan harta iman yang kudus.

Sebaliknya, mereka akan memuliakan kerahiman-Mu yang tak terbatas bersama seluruh paduan suara para malaikat dan para kudus di surga.

Amin

d. Novena Hari Ke-empat

Tema: DOA UNTUK ORANG-ORANG YANG TIDAK BERIMAN DAN MEREKA YANG BELUM MENGENAL TUHAN YESUS

Merenungkan Sabda Yesus kepada St. Faustina: “Hari ini bawalah kepadaKu orang-orang yang tidak beriman dan mereka yang belum mengenal Aku. Dalam Sengsara-Ku yang pedih Aku juga memikirkan mereka, dan semangat mereka di masa depan meneguhkan Hati-Ku. Benamkanlah mereka dalam lautan Kerahiman-Ku” (Buku Harian Faustina 1216).

DOA

Pemimpin/pribadi:

Ya Yesus yang Maharahim,

Engkau adalah Terang seluruh dunia.

Terimalah dalam Hati-Mu yang Maharahim jiwa orang-orang yang tidak beriman, yang belum mengenal Engkau.

Biarlah sinar rahmat-Mu menerangi mereka

sehingga mereka pun, bersama kami, dapat mengagungkan kerahiman-Mu yang mengagumkan.

Jangan biarkan mereka tersingkir dari Hati-Mu yang Maharahim.

Semoga sinar kasih-Mu menerangi jiwa-jiwa yang berada dalam kegelapan.

Buatlah jiwa-jiwa ini mengenal Engkau

dan bersama dengan kami memuji kerahiman-Mu.

Umat/pribadi:

Bapa yang kekal,

Arahkanlah tatapan mata-Mu yang Maharahim kepada jiwa orang-orang yang tidak beriman dan mereka yang belum mengenal Engkau,

tetapi sudah direngkuh dalam Hati Yesus yang Maharahim.

Tariklah mereka kepada terang Injil.

Jiwa-jiwa ini belum tahu betapa besarnya kebahagiaan orang yang mengasihi Engkau. Berikanlah rahmat-Mu kepada mereka,

agar mereka pun dapat mengagungkan kerahiman-Mu yang Mahamurah sepanjang segala abad.

Amin.

Dilanjutkan dengan Doa Koronka dan Litani Kerahiman Ilahi.

e. Novena Hari Ke-lima

Tema: DOA UNTUK JIWA ORANG-ORANG YANG SESAT DAN MEMISAHKAN DIRI DARI GEREJA

Merenungkan Sabda Yesus kepada St. Faustina: “ Hari ini, bawalah kepadaKu jiwa orang-orang yang sesat dan memisahkan diri dari Gereja, dan benamkanlah mereka dalam lautan kerahiman-Ku. Setiap kali mereka mencabik-cabik Tubuh dan Hati-Ku, yakni Gereja-Ku, Aku merasakan Sengsara yang pedih. Begitu mereka kembali kepada kesatuan dengan Gereja, luka-luka-Ku menjadi sembuh, dan dengan cara ini mereka meringankan Sengsara-Ku “Bahkan bagi mereka yang sudah mengoyakkan busana kesatuan-Mu, arus kerahiman terus mengalir dari Hati-Mu. Kerahiman-Mu yang Mahakuasa, Oh Allah, dapat mengantar jiwa-jiwa ini keluar dari kesesatan (Buku Harian Faustina 1218).

DOA:

Pemimpin/pribadi:

Yesus yang Maharahim,

Engkau tidak pernah menutup terang-Mu bagi mereka yang memintanya daripadaMu.

Sambutlah jiwa-jiwa para bidaah dan orang yang memisahkan diri dari Gereja dalam naungan Hati-Mu yang maharahim.

Dengan terang-Mu tariklah mereka ke dalam kesatuan Gereja,

Jangan biarkan mereka memisahkan diri dari Hati-Mu yang maharahim, tetapi perkenankanlah mereka pun menyembah kerahiman-Mu yang Mahamurah.

Umat/pribadi:

Bapa yang kekal,

Arahkanlah tatapan mata-Mu yang maharahim kepada jiwa-jiwa para bidaah dan orang-orang yang memisahkan diri dari Gereja.

Dengan membiarkan hatinya keras di dalam kesesatan-kesesatan,

mereka telah menyia-nyiakan berkat-Mu dan menyalahgunakan rahmat-Mu.

Janganlah memandang kesalahan-kesalahan mereka,

tetapi pandanglah kasih Putra-Mu sendiri,

dan pandanglah juga Sengsara-Nya yang pedih, yang Ia jalani demi mereka karena mereka pun sudah direngkuh di dalam Hati Yesus yang maharahim.

Perkenanlah mereka pun memuliakan kerahiman-Mu yang agung sepanjang segala masa. Amin.

Dilanjutkan dengan Doa Koronka dan Litani Kerahiman Ilahi.

f. Novena Hari Ke-enam

Tema: DOA UNTUK JIWA JIWA YANG LEMAH LEMBUT DAN RENDAH HATI SERTA JIWA ANAK ANAK KECIL.

Merenungkan Sabda Yesus kepada St. Faustina: “Hari ini bawalah kepadaKu jiwa yang lemah lembut yang rendah hati dan jiwa anak-anak kecil dan benamkanlah mereka dalam kerahiman-Ku. Jiwa-jiwa ini paling menyerupai HatiKu. Di saat, Aku menjalani sakratul maut yang pedih, mereka menguatkan Aku. Aku melihat mereka sebagai malaikat di bumi, yang akan berjaga di dekat semua altar-Ku. Ke atas mereka, Aku mencurahkan seluruh limpahan rahmat. Hanya jiwa-jiwa yang rendah hati yang dapat menerima rahmat-Ku. Dengah kerahiman-Ku, Aku mengasihi jiwa-jiwa yang rendah hati” (Buku Harian Faustina 1220).

DOA:

Pemimpin/pribadi:

Yesus yang Maharahim,

Engkau sendiri telah berkata:

“Belajarlah padaKu, sebab Aku ini lembah lembut dan rendah hati

dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Matius 11:29).

Terimalah dalam kediaman Hati-Mu yang maharahim,

semua jiwa yang lembah lembut dan rendah hati

serta jiwa anak-anak kecil

(di sini kita bisa hening sejenak,

menyebut dalam hati anak-anak atau anak-anak lain ….) .

Jiwa-jiwa ini membuat surga terpesona.

Mereka adalah kesayangan Bapa surgawi.

Mereka ibarat rangkaian bunga yang harum mewangi di hadapan tahta Allah.

Allah sendiri bersuka cita atas keharuman mereka.

Jiwa-jiwa ini memiliki kediaman lestari di dalam Hati-Mu yang Maharahim,

dan tak henti-hentinya mereka melakukan madah kasih serta kerahiman.

Sang Pencipta sendiri bersukacita atas keharuman orang yang rendah hati.

Umat/pribadi:

Bapa yang kekal,

Arahkanlah tatapan mata-Mu yang Maharahim

kepada jiwa-jiwa yang lembah lembut dan rendah hati,

serta kepada jiwa anak-anak kecil,

yang dihimpun di dalam Hati Yesus yang Maharahim.

Jiwa-jiwa ini paling menyerupai Putera-Mu.

Keharuman mereka membumbung dari bumi dan mencapai tahta-Mu sendiri.

Bapa yang Maharahim dan Mahabaik,

Berkat kasih-Mu terhadap jiwa-jiwa ini

dan berkat kesukaan yang Engkau nikmati dari mereka,

aku mohon kepadaMu: “Berkatilah seluruh dunia agar semua jiwa bersama-sama melambungkan madah kerahiman-Mu sepanjang segala abad. Amin.

Dilanjutkan dengan Doa Koronka dan Litani Kerahiman Ilahi.

g. Novena Hari Ke-tujuh

Tema: DOA UNTUK JIWA JIWA YANG SECARA KHUSUS MENGHORMATI DAN MEMULIAKAN KERAHIMAN TUHAN.

Merenungkan Sabda Yesus kepada St. Faustina: “Hari ini bawalah kepadaKu jiwa-jiwa yang secara khusus menghormati dan memuliakan Kerahiman-Ku, dan benamkanlah mereka dalam kerahiman-Ku. Jiwa-jiwa ini paling menderita karena menyaksikan sengsara-Ku, dan mereka masuk paling dalam ke dalam Roh-Ku. Mereka adalah gambar yang hidup dari Hati-Ku yang Maharahim. Dalam kehidupan yang akan datang, jiwa-jiwa ini akan bersinar dengan kecemerlangan istimewa. Tidak seorang pun dari mereka akan terjerumus ke dalam api neraka. Secara istimewa Aku akan membela setiap orang dari mereka pada saat kematiannya” (Buku Harian Faustina 1224).

DOA:

Pemimpin/pribadi:

Yesus yang Maharahim,

Hati-Mu adalah Sang kasih sendiri.

Terimalah ke dalam kediaman Hati-Mu yang Maharahim,

jiwa orang-orang yang secara istimewa mengagungkan kerahiman-Mu

dan menghormati keagungan-Nya.

Karena kekuatan Allah sendiri, jiwa-jiwa ini sungguh perkasa.

Di tengah segala penindasan dan penderitaan,

mereka melangkah maju penuh kepercayaan akan kerahiman-Mu.

Jiwa-jiwa ini bersatu dengan Dikau

dan menggendong seluruh umat manusia pada bahu mereka.

Jiwa–jiwa ini tidak akan dihakimi dengan kejam,

tetapi mereka akan direngkuh oleh kerahiman-Mu pada saat ajalnya,

Jiwa yang memuji kebaikan Tuhan dikasihi olehNya secara istimewa.

Ia selalu dekat dengan mata air yang hidup

dan menimba rahmat dari Kerahiman Ilahi.

Pemimpin/pribadi:

Bapa yang kekal,

Arahkanlah tatapan mata-Mu yang Maharahim

kepada jiwa-jiwa yang memuliakan dan menghormati sifat-Mu yang paling tinggi,

yakni kerahiman-Mu yang tiada tara, dan yang dihimpun dalam Hati Yesus yang Maharahim.

Jiwa-jiwa ini adalah Injil yang hidup.

Tangan mereka penuh dengan karya kerahiman,

dan roh mereka, yang meluap-luap dengan suka cita,

melambungkan kidung kerahiman kepadaMu, O Yang Mahatinggi!

Aku mohon, ya Allah:

Tunjukkanlah kerahiman-Mu kepada mereka

sesuai dengan harapan dan kepercayaan mereka kepadaMu.

Dalam diri mereka, biarlah digenapi janji-janji Yesus bagi mereka,

”Jiwa-jiwa yang menghormati kerahiman-Ku yang tiada tara

akan Kubela sebagai kemuliaan-Ku sendiri sepanjang hayat mereka,

khususnya pada saat kematian mereka”.

Amin

Dilanjutkan dengan Doa Koronka dan Litani Kerahiman Ilahi

h. Novena Hari Ke-delapan.

Tema: DOA UNTUK JIWA-JIWA YANG DIPENJARAKAN DI PURGATORIUM/Api Penyucian.

Merenungkan Sabda Yesus kepada St. Faustina: “Hari ini, bawalah kepadaKu jiwa-jiwa yang dipenjarakan di Purgatorium, dan benamkanlah mereka dalam lubuk kerahiman-Ku. Biarlah banjir Darah-Ku menyejukkan mereka yang kepanasan. Semua jiwa ini sangat Kukasihi. Mereka sedang melunasi hukuman-Ku yang adil. Engkau memiliki kekuatan untuk meringankan mereka. Ambillah segala indulgensi dari khazanah Gereja-Ku dan persembahkanlah semua itu demi mereka. Oh, kalau saja engkau tahu siksaan yang mereka derita, engkau akan terus-menerus mempersembahkan bagi mereka kemurahan hati dan melunasi utang mereka kepada keadilan-Ku“ (Buku Harian Faustina 1226).

DOA:

Pemimpin/pribadi:

Yesus yang Maharahim,

Engkau sendiri telah berkata

bahwa Engkau menginginkan kerahiman.

Aku membawa ke kediaman Hati-Mu yang Maharahim jiwa-jiwa di Purgatorium/Api Penyucian,

jiwa-jiwa yang sangat Engkau kasihi,

tetapi sekaligus harus melunasi hukuman yang dijatuhkan oleh keadilan-Mu.

Semoga aliran Darah dan Air yang memancar dari hati-Mu

memadamkan nyala api yang memurnikan itu,

supaya di tempat itu pun kuasa kerahiman-Mu dapat dimuliakan.

Dari panas Purgatorium yang mengerikan,

naiklah suatu rintihan kepada kerahiman-Mu,

dan dalam aliran darah bercampur air mereka menerima penghiburan,kesegaran, kelegaan.

Umat/pribadi :

Bapa yang kekal,

Arahkanlah tatapan mata-Mu kepada jiwa-jiwa yang menderita di Purgatorium,

yang direngkuh dalam hati Yesus yang Maharahim.

Berkat sengsara Putra-Mu yang pedih,

dan demi semua kepahitan yang melanda Jiwa Yesus yang Mahakudus,

aku mohon kepadaMu, sudilah menyatakan kerahiman-Mu

kepada jiwa-jiwa yang sedang Engkau pandang dengan mata-Mu yang adil.

Pandanglah mereka hanya melalui luka-luka Yesus, Putra-Mu yang terkasih;

karena kami sungguh percaya

bahwa di sini tidak ada batas untuk kebaikan dan kemurahan-Mu.

Amin

Dilanjutkan dengan Doa Koronka dan Litani Kerahiman Ilahi.

i. Novena Hari Ke-sembilan

Tema: DOA UNTUK JIWA-JIWA YANG SUAM SUAM KUKU

Merenungkan Sabda Yesus kepada St. Faustina: “Hari ini bawalah kepadaKu, jiwa-jiwa yang suam-suam kuku, dan benamkanlah mereka di dalam lubuk kerahiman-Ku. Jiwa-jiwa ini paling nyeri melukai Hati-Ku. Karena jiwa-jiwa yang suam-suam kuku ini, jiwa-Ku merasakan kejijikan yang paling mengerikan di Taman Getsemani. Merekalah yang menyebabkan Aku berseru kepada Bapa, ‘Bapa, ambillah piala ini daripadaKu kalau ini memang kehendak-Mu!’. Bagi mereka, harapan terakhir untuk selamat adalah berlari kepada kerahiman-Ku“ (Buku Harian Faustina 1228).

DOA:

Pemimpin/pribadi:

Yesus yang Maharahim,

Engkau adalah Sang Kerahiman sendiri.

Aku membawa jiwa-jiwa yang suam-suam kuku ini ke kemah Hati-Mu yang maharahim.

Dalam api kasih-Mu yang paling murni ini, biarlah jiwa-jiwa yang beku ini,

yang seperti mayat ini, yang dipenuhi dengan kejijikan ini, dapat dihidupkan kembali.

O Yesus yang Maharahim,

tunjukkanlah kerahiman-Mu yang Mahakuasa

dan tariklah mereka ke dalam nyala kasih-Mu;

limpahkanlah atas mereka karunia kasih yang kudus

karena bagi kuasa-Mu tidak ada hal yang mustahil.

Api dan es tak dapat berpadu; entah api yang mati, entah es yang leleh.

Tetapi berkat kerahiman-Mu,

O Allah, Engkau dapat memulihkan dalam diri semua orang apa saja yang sudah hilang.

Umat/pribadi:

Bapa yang kekal,

Arahkanlah tatapan mata-Mu kepada jiwa jiwa yang suam suam kuku,

yang bagaimanapun sudah direngkuh dalam Hati Yesus yang Maharahim.

Bapa Kerahiman,

berkat sengsara PuteraMu yang pedih

dan berkat sakratul maut-Nya selama tiga jam di kayu salib,

aku mohon kepadamu: Biarlah merekapun memuliakan lubuk kerahiman-Mu.

Amin

Dilanjutkan dengan Doa Koronka dan Litani Kerahiman Ilahi

Mendaraskan Doa Koronka selama sembilan hari berturut–turut (kata sembilan) mengingatkan mukjizat terindah yang kita dapatkan dalam Novena Kerahiman Ilahi. Anugerah terindah dalam Novena Kerahiman ini adalah anugerah sembilan buah Roh: “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu” (Galatia 5:22-23). Dengan tekun berdoa “Novena Kerahiman Ilahi”, kita akan semakin memancarkan wajah Tuhan Yesus yang penuh kerahiman. Kita memancarkan wajah kerahiman Tuhan karena kita semakin bersatu dengan Dia dalam kerahiman-Nya. Sembilan buah Roh yang hidup di dalam diri kita itulah pancaran Wajah Kerahiman Tuhan. Karena itu, Novena Kerahiman Ilahi ini harus kita pertahankan caranya yang sederhana sehingga setiap orang bisa melakukannya secara pribadi dengan mudah, kapan saja, dan di mana saja.

4. Mewartakan Kerahiman Allah

Salah satu tugas utama Gereja, seperti yang ditulis oleh Paus Yohanes Paulus II, adalah mewartakan serta menghadirkan ke dalam jiwa misteri kerahiman yang secara luar biasa dinyatakan dalam Yesus Kristus”. Kerahiman sebagai sifat utama Allah yang harus diwartakannya. Yesus mengatakan kepada Santa Faustina bahwa segala karya tangan-Nya dimahkotai dengan belas kasih (Bdk Catatan Harian Santa Faustina 301). Tuhan Yesus meminta kita untuk mengatakan kepada segenap umat manusia yang sakit agar datang dan mendekat kepada Hati-Nya yang berbelas kasih. Tuhan akan memenuhinya dengan damai sejahtera.

Janji Tuhan bagi jiwa-jiwa yang mewartakan kemuliaan kerahiman-Nya adalah Ia akan melindungi sepanjang hidup mereka. Tuhan Yesus akan menjadi seperti seorang ibu yang lembut hati menjaga bayinya saat ini dan di saat ajal.

Para imam mempunyai tugas istimewa untuk mewartakan kerahiman Allah ini. Saya usulkan tentang cara mewartakan kerahiman Allah itu, yaitu mengajak umat untuk mendoakan doa Koronka bersama-sama langsung setelah Misa Kudus usai. Doa Koronka ini dalam waktu tidak lama akan menjadi bagian dalam hidup umat beriman karena doa ini singkat, sederhana, dan mudah dihafal. Apalagi keterlibatan aktif para imam di dalamnya pasti sangat meneguhkan umat untuk bertekun dalam melakukan “Devosi Kerahiman Ilahi”. Iman umat pasti juga semakin dikuatkan dengan melihat banyaknya pertobatan berkat “Devosi Kerahiman Ilahi” yang mereka lakukan. Kita juga menyediakan waktu khusus, misalnya Hari Jumat Malam, untuk penerimaan Sakramen Tobat bagi yang ingin menimba belas kasih Allah.

Kesimpulannya adalah Devosi Kerahiman Ilahi secara umum terdiri dari lima bagian yang berkaitan satu-sama lain:

a. Menghormati Lukisan Kerahiman Ilahi

b. Mendaraskan Koronka Kerahiman Ilahi.

c. Merayakan Minggu Kerahiman Ilahi

d. Mendoakan Jam Kerahiman Ilahi.

e. Menyebarluaskan Devosi Kerahiman Ilahi.

Sumber Bacaan:

1. Buku Harian Santa Faustina. Kanisius. Yogyakarta. 2009.

2. Ceslaus, SVD. Rasul Kerahiman Ilahi. PT Kapasari. Sidoarjo. Jawa Timur. 2003.

3. Kitab Hukum Kanonik. Obor. Jakarta. 1983.

4. KKI ST. Faustina Keuskupan Agung Jakarta. Refleksi Kongres Kerahiman Ilahi. Kanisius. Yogyakarta. 2014.

5. Uskup Agung Fulton J. Sheen. Misteri Tujuh Sabda. Obor. Jakarta

Inilah “dua peser”-ku, ya Tuhan

0

[Hari Minggu Biasa ke XXXII: 1Raj 17:10-16;  Mzm 145:7-10; Ibr 9:24-28; Mrk 12:38-44]

Suatu pagi hari saat bangun tidur, aku disadarkan akan suatu kenyataan yang sangat biasa, namun hari itu kurasakan sebagai sesuatu yang sangat luar biasa. Yaitu bahwa segala yang ada padaku, sebenarnya adalah pemberian Tuhan. Kesehatan, makanan, tempat tinggal, pakaian, akal budi, pikiran, suka cita, keluarga, sahabat dan seterusnya…. hanya menunjukkan betapa besarnya pemeliharaan Allah atas kehidupanku. Belum lagi kalau kurenungkan betapa besar kasih-Nya sehingga Ia memberikan karunia iman yang dapat membawaku kepada kebahagiaan kekal di Surga. Rasanya begitu ajaib kebaikan Tuhan itu. Lalu aku bertanya dalam hati, setelah dicintai sedemikian rupa, apakah balasku kepada-Nya?

Injil hari ini mengisahkan kisah sederhana, yang mungkin sudah sering kita baca. Namun saat kita membacanya lagi dan merenungkannya, semoga kisah ini tetap menyalakan semangat kasih yang baru di hati kita. Diceritakan di sana Tuhan Yesus yang mengamati setiap orang yang datang ke bait Allah dan memberikan persembahan kepada Allah. Tuhan yang memahami isi hati setiap orang, mengetahui bahwa ada banyak orang yang memberi dari kelebihan mereka. Bukannya Tuhan Yesus mengecilkan arti persembahan mereka ini, namun Ia mau menunjukkan nilai yang lebih luhur di mata Tuhan. Sebab di mata-Nya bukan jumlah persembahan yang terpenting, namun sikap batin yang mendasari dan mengiringi persembahan itu. Karena persembahan kita tidak terletak semata-mata dari nilai pemberian kita, tetapi dari kasih kepada Tuhan yang kita miliki dalam jiwa kita. Itulah sebabnya Tuhan Yesus memuji persembahan janda miskin itu, sebab walaupun jumlahnya sangat sedikit—hanya dua peser—namun itu adalah “semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya” (Mrk 12:44). Dua peser itu menunjukkan kasihnya yang total kepada Tuhan.

Dua peser. Namun itu adalah semua milik janda itu. Apakah makna “dua peser” ini bagiku? Apakah kalau itu adalah semua yang ada padaku, aku mau memberikannya kepada Tuhan? Apakah yang paling kubanggakan dalam diriku? Apakah yang kuanggap penting dalam hidupku? Apa yang paling sering mengisi hatiku dan pikiranku? O, Tuhan, hanya Engkau yang mengetahuinya! Betapa jauhnya aku dari memberikan “semua yang ada padaku” kepada-Mu! Betapa jatuh bangunnya aku mau menuju ke sana! Betapa aku perlu belajar mengasihi Engkau seperti janda miskin itu! Perikop Injil hari ini membuatku semakin menghargai pemberian diri yang total kepada Tuhan, yang telah dilakukan oleh para imam, biarawan, dan biarawati. Dan meski panggilan hidupku tidaklah sama dengan panggilan mereka, namun aku tetap dapat belajar untuk memberi yang terbaik kepada Tuhan dengan segenap hatiku. Ini tercermin dari bagaimana aku menyediakan waktu yang terbaik untuk berdoa dan mempersembahkan kembali talenta dan berkat yang Tuhan percayakan kepadaku untuk memuliakan-Nya.

Di bulan November ini, kita bersama-sama dengan seluruh Gereja mendoakan saudara-saudari kita yang telah mendahului kita. Kita mendukung jiwa-jiwa mereka dengan doa-doa dan perbuatan amal kasih, agar selekasnya jiwa-jiwa tersebut dapat digabungkan dengan para kudus Tuhan di Surga. Dengan demikian, Gereja mengarahkan kita untuk belajar bermurah hati dalam mengasihi Tuhan dan sesama, demi kasih kita kepada Tuhan. Semangat kasih inilah yang perlu kita miliki, untuk mendasari segala perbuatan kita. Sebab dengan demikian kita dapat memberi dengan sukacita. Tuhan mengasihi orang-orang yang memberi dengan sukacita (lih. 2Kor 9:7), dan akan melipatgandakan buahnya, termasuk memberkati kembali mereka yang memberi. Bukankah Kitab Suci mengatakan bahwa, siapa yang menabur sedikit akan menuai sedikit dan yang menabur banyak akan menuai banyak pula (lih. 2Kor 9:6)? Sebab dengan demikianlah Allah memberkati janda dari Sarfat, yang telah bermurah hati mau berbagi kepada hamba-Nya, Nabi Elia (1Raj 17:10-16). Dan juga bagaimana Tuhan Yesus menggandakan roti dan ikan untuk memberi makan lebih dari 5000 orang, yang diawali dari kemurahan hati seorang anak yang mau membagi bekalnya, lima roti dan dua ikan untuk dibawa kepada Yesus (lih. Yoh 6:1-15).   

Sungguh, di tangan Tuhan, persembahan kita yang mungkin nampak tak seberapa, dapat dijadikan-Nya berdayaguna mendatangkan kebaikan, bahkan melampaui segala pemikiran kita. Tuhan tidak memperhitungkan nilai persembahan kita, tetapi kasih di baliknya. St. Agustinus dalam khotbahnya berkata, “Demikianlah Tuhan berkata:….. Kamu memberi-Ku sedikit, tetapi Aku membalaskannya kepadamu berlipat ganda. Kamu memberi-Ku hal-hal yang sementara dan Aku membalasnya dengan hal-hal yang kekal. Kamu memberiku hal-hal yang fana, tapi Aku memberimu apa yang tetap selamanya….” (St. Augustine, Sermon 38,8).

Tuhan Yesus,  dengan segenap hatiku, kupersembahkan pujian kepadaMu. Engkaulah Tuhan yang Pengasih dan Penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia. Aku bersyukur kepada-Mu ya Tuhan, sepanjang hidupku. Terimalah persembahan dua peser yang kumiliki, yang sebenarnya adalah milik-Mu sendiri. Lipatgandakanlah untuk mendatangkan kebaikan yang melampaui segala akal dan pemikiranku, untuk keselamatan jiwaku dan sesamaku, demi kemuliaan nama-Mu. Amin.”

Kekudusan diawali dengan kesetiaan

0
Sumber gambar: http://taylormarshall.com/2013/10/010-how-do-saints-hear-our-prayers-podcast.html

[Hari Raya Semua Orang Kudus, Why  7:2-4,9-14; Mzm 24:1-6; 1Yoh 3:1-3; Mat 5:1-12]

When all the Saints, go marching in, when all the Saints, go marching in;
I wanna be among that number, when the Saints, go marching in….

Hari ini kita merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus. Perayaan hari ini diawali dengan antifon: “Marilah kita semua bergembira dalam Tuhan sambil merayakan hari pesta untuk menghormati semua orang kudus; pada hari raya ini para malaikat pun turut bergembira dan bersama-sama memuji Putra Allah.” Hari ini, kita sebagai satu keluarga besar umat Allah, bersyukur untuk rahmat Allah yang menguduskan umat beriman—entah mereka yang telah berjaya di Surga, maupun kita yang masih berjuang di dunia ini. Sungguh, kita bersukacita tidak saja untuk menghormati para orang kudus itu, tetapi juga untuk merayakan pengharapan iman kita. Bahwa suatu saat nanti, jika seperti mereka kita setia beriman sampai akhir, kita pun akan digabungkan dalam bilangan para orang kudus-Nya. Dengan kata lain, untuk digabungkan dengan persekutuan para kudus, kita pun harus hidup kudus.

Hidup kudus. Wow, rasanya kata ini koq terdengar berat betul. Fr. Raniero Cantalamessa OFMCap, imam pengkhotbah Kepausan yang berkunjung ke Jakarta dalam khotbahnya tgl 24 Oktober 2015 yang lalu mengatakan, bahwa kekudusan dapat dijabarkan dengan lebih sederhana dalam empat hal, yaitu: kebaikan, kemurahan hati, ketulusan dan kejujuran. Semoga kita dapat menerapkan keempat hal ini dalam tugas-tugas keseharian kita, dan dengan demikian kita dapat bertumbuh dalam kekudusan itu. Para orang kudus adalah orang-orang yang setia dalam tugas panggilan hidup mereka sampai akhir hayat. Mereka adalah “orang-orang yang keluar dari kesusahan besar” (Why 7:14), dan mereka yang setia kepada Tuhan dalam kesusahan besar itu. Oleh karena itu, Allah berkenan memuliakan mereka dalam Kerajaan-Nya.

Apakah “kesusahan besar” itu? Mungkin ini dapat diartikan sebagai kemartiran, namun juga secara umum adalah perjuangan memikul salib kehidupan. Sebab Gereja mengajarkan bahwa seperti Kristus, kita pun dipanggil untuk mau menyangkal diri, memikul salib dan mengikuti Dia (Luk 9:23). Fr. Cantalamessa mengatakan, banyak orang salah mengerti tentang hal ini, seolah-olah kita harus hidup dalam kesulitan dan penderitaan semata-mata. Bukan demikian. Yang benar adalah bahwa “memikul salib” ini maksudnya adalah perjuangan untuk tetap setia dalam panggilan hidup kita. Kesetiaan ini mungkin saja melibatkan pengorbanan, yaitu mau berkurban untuk tetap setia menjalani panggilan hidupnya. Orang yang sedemikian akan hidup bahagia, bukan hanya dalam kehidupan kekal kelak, tetapi juga bahkan dalam kehidupan ini. Contohnya, para suami tetap setia kepada istrinya, demikian pula istri setia kepada suaminya. Para imam, setia terhadap panggilannya sebagai imam. Kaum muda setia dalam menjaga kemurnian agar tidak jatuh dalam pergaulan bebas. Dan seterusnya. Dengan demikian, maksud Yesus memerintahkan kita untuk mengikuti Dia, itu tidak berhenti pada memikul salib saja, tetapi bahwa dengan memikul salib itu, kita dapat sampai kepada kebangkitan. Maka tujuan akhirnya adalah kebangkitan— atau kemenangan terhadap kuasa dosa—bersama Kristus. Dalam konteks inilah, kita melihat bahwa perayaan Hari Raya Semua Orang Kudus menjadi relevan, sebab kita memang menantikan saat itu, saat kita dapat dibangkitkan dan digabungkan dengan mereka dalam kebahagiaan kekal di Surga. Namun sejak sekarang pun, kita sudah dapat turut bersuka cita akan pengharapan iman kita itu.

Hari ini kita bersukacita dan memohon dukungan doa dari semua orang kudus yang telah berjaya di Surga. Mereka bukan hanya para Santa Santo yang telah dikanonisasikan oleh Gereja, tetapi juga orang-orang lain yang telah dipandang sempurna oleh Allah. Termasuk di sini adalah kaum awam yang “yang melalui tugas kegiatan setiap hari, adalah para pekerja yang tak kenal lelah bagi kebun anggur Tuhan. Setelah melalui hidup tanpa diperhatikan banyak orang—dan mungkin telah disalahpahami oleh para petinggi dan penguasa—mereka disambut oleh Allah Bapa kita. Mereka adalah orang-orang yang rendah hati tetapi pekerja yang baik demi perkembangan Kerajaan Allah dalam sejarah….” (St. Paus Yohanes Paulus II, Christifideles laici). Karena itu setiap orang—baik itu pekerja profesional maupun ibu rumah tangga, pengusaha maupun buruh, pelajar maupun …., semua orang yang dengan setia melakukan tugas-tugas mereka sehari-hari dapat bertumbuh dalam kekudusan. Sebab kekudusan tidak tergantung dari status seseorang dalam hidup—baik lajang, menikah, janda atau imam—tetapi dari kesesuaian pribadi kita dengan rahmat yang Tuhan karuniakan kepada setiap kita. Kita dipanggil untuk menguduskan pekerjaan kita, menguduskan diri kita sendiri dalam pekerjaan kita, dan menguduskan orang lain melalui segala sesuatu yang berkenaan dengan pekerjaan kita. Dengan demikian kita dapat menemukan Tuhan dalam semua langkah kehidupan kita. Jika sesekali kita jatuh, atau kurang setia, atau melakukan tugas-tugas dengan keluh kesah, kita disadarkan kembali untuk memperbaiki diri. Inilah jatuh bangun perjuangan dan perjalanan hidup kita di dunia.

Mari kita belajar juga dari para orang kudus itu, yang tidak pernah menganggap diri sendiri sebagai orang kudus. Sebaliknya mereka selalu mengakui kebutuhan mereka akan belas kasihan Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang mengandalkan Tuhan, dan senantiasa mencari pertolongan Tuhan. Semasa hidupnya di dunia, mereka kerap mengunjungi Kristus dalam sakramen Mahakudus dan menimba kekuatan dari kehadiran-Nya di sana. Mungkin saja cara hidup para orang kudus ini berbeda-beda, tetapi mereka semua memiliki persamaan, yaitu bahwa mereka begitu mengasihi Tuhan dan orang-orang di sekitar mereka. Dan dengan kasih inilah mereka membuktikan bahwa mereka adalah murid-murid Kristus (lih. Yoh 13:34-35). “Terang teladan mereka menyinari kita dan kerap membuat lebih mudah, [bagi kita] untuk melihat apa yang harus kita lakukan. Mereka dapat menolong kita dengan doa-doa mereka, doa-doa yang kuat dan bijaksana, ketika doa-doa kita begitu lemah dan buta. Ketika kamu melihat di langit malam hari yang dipenuhi bintang di bulan November, pikirkanlah jiwa-jiwa yang tak terhitung banyaknya di Surga, semua yang siap sedia membantumu” (R.A. Knox, Sermon, 1 November 1950).

Jadi di hari pertama di bulan November ini kita diingatkan akan dua hal. Pertama-tama, untuk memohon dukungan dari para orang kudus, dan kedua, agar kita pun mendoakan saudara-saudari kita yang telah mendahului kita, agar mereka memperoleh belas kasih Tuhan dan dapat digabungkan dalam bilangan para kudus Tuhan di Surga. Gereja memberikan indulgensi—bahkan indulgensi penuh—tanggal 1 November sampai dengan 8 November kepada mereka yang: 1) berdoa bagi jiwa-jiwa di api Penyucian; 2) antara tanggal 1 s/d 8 November mengunjungi kubur/ makam; 3) menerima Komuni kudus; 4) berdoa bagi intensi doa Bapa Paus; 5) mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan dosa. (Satu kali Pengakuan dosa dalam sakramen Pengakuan cukup untuk perolehan indulgensi.) Indulgensi penuh mensyaratkan ketidakterikatan dengan segala dosa, termasuk dosa ringan sekalipun. Di bulan November ini, kita diingatkan oleh Gereja akan persekutuan orang kudus, yaitu kita semua yang telah diangkat Allah untuk menjadi anak-anak-Nya. Karena itu,  kita dapat meminta dukungan doa dari para kudus yang telah sampai di Surga, namun juga kita dapat mendoakan jiwa-jiwa yang sudah mendahului kita agar mereka segera dapat sampai di Surga. Jika kelak kita dipanggil Tuhan, kita berharap agar saudara-saudari kita yang masih berziarah di dunia pun mendoakan kita. Dan jika karena rahmat Tuhan dan dukungan doa sesama kita, kelak kita sampai di Surga, maka kita tahu bahwa semua itu melibatkan dukungan doa-doa sesama kita. Karena itu, di Surga kelak kita pun akan mendoakan sesama kita agar mereka dapat bergabung bersama kita dan Kristus di Surga. Dengan demikian sebagai anggota Tubuh Kristus, kita mengambil bagian dalam karya Kristus Sang Kepala, baik ketika kita masih hidup di dunia ini, atau pun kelak ketika kita sudah sampai di Surga.

“Ya Tuhan, betapa sungguh kami berbahagia, sebab Engkau telah memilih kami untuk menjadi anak-anakMu. Semoga kami dapat setia menjalani panggilan hidup kami seturut kehendak-Mu agar kelak kami dapat digabungkan dalam bilangan para orang kudus-Mu…. We want to be among that number, when all the Saints go marching in…. together with our loved ones, marching in Your heavenly bliss, Your everlasting life. Amen.”

Tuhan, aku ingin melihat Engkau!

0
Sumber gambar: http://groupbiblestudy.com/wordpress/wp-content/uploads/2014/09/jesus_heals_helps2.jpg

[Hari Minggu Biasa ke XXX, Yer  31:7-9; Mzm 126:1-6; Ibr 5:1-6; Mrk 10:46-52]

Mengelola situs Katolisitas selama sekian tahun, kami kerap menerima  surat-surat pembaca yang beragam isinya. Ada yang menanyakan tentang ajaran iman, tapi juga, tak jarang yang menanyakan tentang masalah pergumulan hidup. Dari semua itu, dapat dilihat suatu benang merah yang sama—yang juga terjadi pada diri kami sendiri—yaitu: dalam segala pertanyaan dan pergumulan tersebut kita sering merasa bahwa kita tak dapat melihat dengan jelas, apakah yang Tuhan inginkan agar kita ketahui dan apakah yang menjadi rencana dan kehendak Tuhan bagi kita. Dalam hidup ini, memang ada saat-saat di mana kita mengalami kesulitan yang lebih besar daripada biasanya. Lalu apakah sikap kita? Apakah kita mau menghadapinya sendirian, atau kita mau berseru memohon pertolongan Tuhan? Dalam hal inilah, kita dapat belajar dari kisah Bartimeus di Bacaan Injil hari ini.

Bartimeus adalah seorang pengemis yang buta. Ketika Yesus dan para murid-Nya tiba di Yerikho, terjadilah keramaian di kota itu, yang membuat Bartimeus mendengarnya. Nampaknya ia diberitahu  oleh orang-orang di sekitarnya bahwa Yesus sering melakukan mukjizat-mukjizat, sehingga ia berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Dikatakan dalam Injil, bahwa orang-orang mulai menegurnya supaya ia diam. Namun semakin keras lagi Bartimeus berteriak, “Anak Daud, kasihanilah aku!” Ketika merenungkan hal ini, aku bertanya kepada diri sendiri, apakah aku memiliki mental seperti Bartimeus? Yang tidak malu meminta pertolongan Tuhan, dan yang mau merendahkan hati untuk berseru-seru kepada Tuhan dalam doa, dengan ketekunan. Sebab seruan Bartimeus ini membuat Yesus berhenti dan memanggil dia. Dan orang-orang yang tadinya menegur Bartimeus supaya diam, kini berubah sikap, malah meneguhkannya. Bukankah melalui sikap mereka, kita pun diingatkan, agar jangan kita menghalang-halangi orang yang mau datang mendekat kepada Yesus?  Karena Bartimeus sungguh mempunyai keteguhan hati untuk mendekati Yesus. Ia menanggalkan jubahnya, yang menghalanginya untuk secepatnya bangun dan berjalan mendapatkan Yesus. Jubah, yang mungkin satu-satunya harta miliknya, dilepaskannya supaya ia dapat sesegera mungkin mendapatkan Yesus. Suatu pertanyaan: apakah saat mendekat kepada Yesus aku pun mau menanggalkan segala kesombonganku? Apakah aku mau mengakui bahwa aku ini seperti orang buta di hadapan-Nya?

Akhir kisah ini menjadi sesuatu yang mungkin paling berkesan. Yaitu ketika Yesus bertanya, “Apa yang kau kehendaki Kuperbuat bagimu?” Yesus yang memahami kedalaman hati setiap orang, sesungguhnya telah mengetahui bahwa yang diinginkan Bartimeus adalah agar ia dapat melihat. Namun demikian Yesus bertanya juga kepadanya, supaya Bartimeus dapat menyatakan apa yang dikehendaki olehnya. Dan melalui permohonan itu, diperolehlah hubungan yang baru dengan Tuhan Yesus. Sebab di saat itu Bartimeus tidak lagi memanggil Yesus dengan sebutan “Yesus, Anak Daud”, tetapi “Rabuni.” Saat ia mengakui Yesus sebagai “Guru” dan Tuan-nya, Yesus menyembuhkannya. Dikatakan di akhir perikop itu, “Pada saat itu melihatlah ia! Lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya” (Mrk 10:52).

Sebagai murid Kristus, kita tidak saja mengakui Kristus sebagai Guru kita, tetapi juga sebagai Tuhan dan Penyelamat kita. Maka tentunya, dengan iman dan kesungguhan kita, Yesus pun dapat mendatangkan pertolongan-Nya kepada kita, jika kita berseru kepada-Nya. Di tengah rutinitas dan pergumulan hidup, atau di saat-saat menyelesaikan pekerjaan yang sukar, membuat keputusan yang sulit, atau berjuang memahami ajaran Gereja dan ayat-ayat Kitab Suci yang tak mudah dipahami, dalam semua itu kita merindukan tuntunan Tuhan. Kita ingin melihat apa yang menjadi kehendak-Nya, yang dapat mendatangkan kebaikan bagi kita. Dalam doa, semoga kita pun dapat mendengar  Yesus bertanya pertanyaan yang sama kepada kita, “Apa yang kau kehendaki Kuperbuat bagimu?” Dan semoga kitapun dapat menjawab-Nya dengan keteguhan hati, “Aku ingin melihat Engkau, ya, Tuhan.” Sebab dengan memandang Yesus, kita memperoleh juga bantuan ilahi yang kita butuhkan.  Demikianlah pula yang dikatakan oleh St. Bede, “Mari kita meniru Bartimeus, … tidak mencari kekayaan atau kenikmatan dunia atau penghormatan dari Tuhan, tetapi untuk Terang itu… jalan kepada iman. Yang karena itu juga Kristus menjawab kepadanya, “Imanmu telah menyelamatkan engkau!” (St. Bede dalam Catena Aurea, Mrk 10:46-52) “Tuhan Yesus, aku bersyukur bahwa Engkau mau melawatku dalam setiap pergumulan hidupku. Bantulah aku untuk melihat Engkau dalam peristiwa-peristiwa yang kualami, sehingga aku diteguhkan dalam iman dan dikuatkan untuk selalu mengikuti Engkau. Amin.

Apakah aku gemar mencari jalan pintas ?

0
Sumber gambar: https://dailyoffice.files.wordpress.com/2013/03/station5-simonofcyrenecarries-duende-1000.jpg

[Hari Minggu Biasa ke XXIX, Minggu Evangelisasi: Yes 53:10-11; Mzm 33:4-5,18-22; Ibr 4:14-16; Mrk 10:35-45]

Zaman sekarang, kita banyak dimudahkan oleh banyak alat, untuk dapat sampai ke tujuan. GPS, Waze, ataupun berita di TV dan Radio, dapat memberi panduan tentang jalan tersingkat menuju suatu tempat, yang tidak macet, dengan rute yang paling lancar. Dengan mental ‘ingin cepat’ semacam ini, tak heran banyak orang zaman sekarang sering mengharapkan kemajuan ekspres dan mudah dalam kehidupan rohani. Tak sedikit pula khotbah dan pengajaran yang menekankan ‘kemenangan’ dan kebangkitan di dalam Kristus, tanpa menekankan jalan yang harus ditempuh agar dapat sampai ke sana. Pendek kata, orang lebih suka mendengar bagaimana cara termudah dan tercepat agar kita dapat dijamin masuk Surga daripada mendengar perjuangan macam apakah yang harus dilalui untuk dapat sampai ke sana. Kalau demikian, sebenarnya cara pikir kita mirip dengan cara pikir Rasul Yakobus dan Yohanes, yang kita baca dalam bacaan Injil hari ini. Mereka menginginkan jaminan dari Tuhan Yesus untuk memperoleh tempat yang paling mulia dalam Kerajaan-Nya, tanpa memikirkan susah payah yang harus mereka tempuh sebelum dapat memperoleh kemuliaan di dalam Tuhan.

Tuhan Yesus meluruskan cara pikir Yakobus dan Yohanes ini, yang mungkin juga menjadi cara pikir kita. Menarik untuk diingat, bahwa kisah permintaan Rasul Yakobus dan Yohanes ini terjadi setelah Yesus baru saja memberitahukan yang ketiga kalinya tentang penderitaan dan wafat-Nya sebelum Ia bangkit (Mrk 10:33-34). Tapi nampaknya, kedua Rasul ini belum sepenuhnya mudeng dengan perkataan Yesus itu. Mereka tidak mengerti bahwa minum cawan Yesus dan dibaptis dalam baptisan-Nya itu artinya adalah turut menderita bersama Yesus. Baru di kemudian hari, nubuat Yesus itu tergenapi. Setelah menerima Roh Kudus di hari raya Pentakosta, para Rasul memang tidak takut lagi terhadap apapun yang harus mereka hadapi untuk mewartakan Kristus. Mereka tak gentar, bahkan terhadap penganiayaan dan maut sekalipun. Kedua Rasul ini memang turut meminum cawan yang harus diminum Kristus dan dibaptis dengan baptisan yang diterima-Nya: keduanya mengalami penderitaan sebagai martir. Rasul Yakobus menjadi Rasul pertama yang dibunuh oleh Raja Herodes dengan dipenggal kepalanya; dan Rasul Yohanes, ditangkap oleh prokonsul Asia dan dikirim ke Roma, di mana ia dimasukkan ke dalam ketel minyak mendidih, namun secara ajaib ia luput dari mati. Ia lalu diasingkan ke pulau Patmos. Maka Rasul Yohanes pun meminum cawan kemartiran seperti ketiga orang muda yang dikisahkan di kitab Daniel, yang dimasukkan ke dalam tungku api, meski darah mereka tidak tertumpah di sana. Menurut St. Epifanius, Rasul Yohanes akhirnya wafat di usia sekitar 94 tahun di Efesus. Baik Rasul Yakobus maupun Yohanes memang turut menderita seperti Kristus demi iman mereka akan Dia. Namun kita percaya bahwa mereka bersama dengan para Rasul lainnya, kini telah dimuliakan Allah di Surga.

Kisah Rasul Yakobus dan Yohanes ini mengajarkan kepada kita, bahwa untuk dapat menerima kemuliaan surgawi, kita harus mau menempuh jalan yang ditempuh oleh Kristus, yaitu jalan salib. Sebab Kristus sendiri berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk 9:23). Seperti apakah menyangkal diri dan memikul salib? Nabi Yesaya dalam Bacaan Pertama turut memberikan sekilas gambarannya. Yaitu, supaya kita meniru teladan Sang Mesias yang menjadi Hamba, dan mau berkurban demi banyak orang (lih. Yes 53:10-11). Betapa gambaran ini kemudian diajarkan juga dan digenapi dengan sempurna oleh Yesus sendiri, yang mengatakan, “Barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya. Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mrk 10:44-45). Menjadi hamba. Sudahkah kita melaksanakannya?

Dalam upaya kita mengikuti teladan Kristus ini, kita perlu memohon rahmat Tuhan agar kita dapat melayani Tuhan dan sesama dengan sukacita, tanpa pamrih. Kita diundang untuk melayani orang-orang, yang bahkan mungkin tidak atau kurang menghargai pelayanan ataupun bantuan kita. Jika itu terjadi, dan kita tetap rela dan bersukacita, itu namanya kita menyangkal diri. Sebab dunia mengajarkan kita untuk mengharapkan pujian dan pengakuan akan perbuatan baik kita, tetapi Kristus melalui teladan pengorbanan-Nya di kayu salib, mengajarkan kita hal yang sebaliknya. Dan di sinilah terletak kebanggaan kita sebagai seorang murid Kristus, yaitu untuk melayani, seperti Kristus telah melayani. Ini hanya mungkin dilakukan jika dekat dengan Kristus dan dalam doa menimba kekuatan dan kerendahan hati daripada-Nya.

Sebab tak ada jalan pintas bagi kita untuk dapat menerima kemuliaan kekal, selain melalui jalan salib bersama Kristus. Karena itu, jika kita mengalami sakit hati, tidak dianggap dan diremehkan orang lain atau dicurigai, padahal kita justru ingin membantu, saat itu sesungguhnya kita sedang meniti jalan salib. Atau, saat kita harus mengalahkan keinginan kita sendiri, demi kebaikan orang lain. Atau, jika kita harus kembali menjalani tugas kewajiban kita, saat baru saja kehilangan orang yang kita kasihi. Atau, jika kita dihadapkan kepada suatu penyakit, yang kita tak tahu akankah dapat sembuh. Lewat semua itu kita mengambil bagian di dalam penderitaan Kristus. Jika kita menyatukan semua penderitaan kita dengan penderitaan-Nya di kayu salib, maka penderitaan kita itu dapat dijadikan-Nya jalan untuk mendatangkan keselamatan, baik bagi kita sendiri maupun orang-orang yang kita doakan. Sebab melalui semua itu, kita dibentuk menjadi orang yang lebih sabar dan tulus hati dalam mengasihi. Dan buah dari semua itu adalah rasa damai di hati, karena kita telah meniti jalan yang serupa dengan jalan yang ditempuh oleh Yesus sendiri untuk menebus kita. Sebab kita tahu, bahwa bersama Dia, kita akhirnya akan sampai kepada pemenuhan janji keselamatan-Nya. Pendeknya, melalui penderitaan, kita dibentuk Allah untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus, agar kita siap untuk diubah juga menjadi serupa dengan Dia dalam kemuliaan-Nya. Untuk itu, marilah kita mengingat perkataan Mother Teresa dari Kalkuta, “Sebuah pengorbanan yang sejati harus ada harganya, harus sakit, harus mengosongkan diri kita. Buah dari keheningan adalah doa, buah dari doa adalah iman, buah dari iman adalah kasih, dan buah dari kasih adalah pelayanan, dan buah dari pelayanan adalah kedamaian.”

Keep in touch

18,000FansLike
18,659FollowersFollow
32,900SubscribersSubscribe

Artikel

Tanya Jawab