Home Blog Page 35

Persiapan Rohani Menjelang Tahun Kerahiman Allah. Jalan Salib Kerahiman Ilahi (Jembatan Kasih)

0

Berdoa Jalan Salib dengan merenungan sengsara Tuhan Yesus merupakan kehendak Tuhan sendiri. Tuhan menyampaikan kehendak-Nya ini kepada Santa Maria Faustina dalam penampakan-Nya kepadanya pada bulan Oktober 1937. Tuhan menghendaki kita untuk merenungkan sengsara-Nya, pada jam Kerahiman Ilahi, jam 15.00, pada saat Ia wafat di salib.

1. Berdoa Jalan Salib Kerahiman

Merenungkan sengsara Tuhan dalam doa Jalan Salib tidak berhenti pada penderitaan-Nya, tetapi harus masuk ke dalam motivasi-Nya mengapa Ia rela menanggung sengsara. Jika kita hanya berhenti terfokus pada penderitaan-Nya, kita tidak jauh berbeda dengan penonton film yang mengundang air mata karena kasihan. Kita bisa menangis luar biasa, tetapi tidak lama kemudian kita sudah kembali seperti semula. Menonton penderitaan adalah kesadisan dan menimbulkan ketakutan (seperti yang akhir-akhir ini banyak trend, yaitu tablo “Sengsara Tuhan”). Menonton penderitaan Tuhan Yesus tidak akan membawa efek banyak perubahan dalam kehidupan. Sebaliknya, ketika kita merenungkan penderitaan Tuhan Yesus dan menjiwai motivasi-Nya, penderitaan-Nya sangat bermakna. Motivasi Tuhan Yesus yang mau menderita adalah kasih-Nya yang tak terbatas untuk menyelamatkan kita, orang-orang yang dikasihiNya: “Karena begitu besar Kasih Allah akan dunia ini, sehingga IA mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya barangsiapa yang percaya pada Dia tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3: 16). Kasih menjadikan Salib Tuhan pembawa pengharapan dan jalan kemenangan. Tiada mahkota tanpa derita dan tiada kemuliaan tanpa salib.

Di atas Salib Tuhan terwujudlah puncak cinta kerahiman-Nya (belas kasihan-Nya) itu. Di atas Salib-Nya Tuhan mengampuni orang-orang yang menyalibkanNya secara keji: “Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34). Di atas Salib itu juga Tuhan mengatakan “Sudah Selesai”: “Setelah prajurit memberikan bunga karang yang telah dicelupkan pada anggur asam, lalu Yesus meminumnya dan berkata “sudah selesai” (lih. Yoh 19:30). Kata “Sudah Selesai” bukan berarti Tuhan menyerah kalah, tidak bisa berkutik lagi. Kata “Sudah Selesai” berarti Tuhan Yesus sudah menyelesaikan tugas dari Bapa-Nya dengan baik di dunia, yaitu mewujudkan kasih-Nya sampai Tuhan menyerahkan nyawa-Nya bagi manusia. Kita yang percaya kepadaNya akan memperoleh kehidupan kekal seperti yang Ia janjikan. Kerahiman-Nya nyata dari Salib Tuhan bagi orang yang percaya itu diterima oleh salah satu penjahat yang disalibkan bersama dengan Dia: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk 23:43). Penjahat itu menerima kerahiman-Nya karena menaruh harapan dan iman kepada Tuhan Yesus: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” (Luk 23:42). Sangat jelaslah sekarang bahwa pengharapan baru diberikan kepada kita melalui peristiwa Salib. Orang yang berdosa seharusnya dihukum, tetapi berkat kerahiman-Nya, mereka diselamatkan asal menaruh iman dan pengharapan kepadaNya. Karena itu, di Salib ada derita, di Salib ada ketaatan, di Salib ada belaskasih dan pengampunan, di Salib ada pengorbanan total dan tanpa pamrih, di Salib ada kasih Allah yang tak terbatas. Ketika Tuhan Yesus Kristus dipaku di Kayu Salib, aliran air hidup abadi memancar dari sisi-Nya, yaitu air dan darah kehidupan yang membasahi dunia.

Berdoa Jalan Salib dengan merenungkan penderitaan-Nya itu tidak hanya sekedar napak tilas (mengenang peristiwa Golgota), tetapi masuk dalam motivasi kerelaan-Nya untuk menanggung derita, yaitu kasih. Salib adalah puncak dari kasih Tuhan. Berdoa “Jalan Salib” berarti kita masuk ke dalam hidup Tuhan, yaitu Salib, sebagai jembatan menuju kehidupan kekal. Berdoa Jalan Salib berarti kita mau berjalan melalui Salib. Salib mempunyai empat jembatan. Jembatan pertama adalah jembatan terpanjang, yaitu pengharapan karena pengharapan senantiasa mengikuti kita dalam situasi sesulit apapun. Jembatan kedua adalah jembatan terkuat, yaitu iman. Jembatan ketiga adalah jembatan termahal, yaitu pengorbanan. Jembatan keempat adalah jembatan terindah, yaitu kasih. Ketika kita mau berjalan melalui kasih, kita pasti senantiasa berada dalam pengharapan. Pengharapan itu muncul dari iman yang kuat. Iman yang kuat terungkap dalam pengorbanan.

Supaya kita dapat masuk dalam kasih Tuhan itu, saya pribadi suka mentakhtakan Salib Tuhan sebagai jalan kemenangan dan membawa Salib ke hadapan umat. Umat diminta mencium Salib Tuhan. Banyak umat pasti akan menangis karena rasa terima kasih mereka atas kasih-Nya yang besar kepada mereka sehingga Ia mau menanggung sengsara yang pedih. Umat akan bersyukur karena telah dimenangkan dengan bilur-bilur-Nya atas maut akibat dosa: “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” (1 Petrus 2:24) dan dijadikan sebagai anak Allah: “Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” (Roma 8:15). Tetesan air mata umat pada waktu mencium Salib bukan sekedar tangisan haru, tetapi tangisan pergumulan hati bagaimana mengungkapkan rasa “terimakasih” atas kasih Tuhan itu: “Apa yang dapat aku lakukan sebagai ungkapan terima kasihku atas Salib-Nya?”

2. Wujud Nyata Doa Jalan Salib

Doa Jalan Salib dengan merenungkan Sengsara Tuhan Yesus harus menghantar kita untuk juga melakukan bentuk belas kasih kita yang nyata. Karya-karya belas kasih yang telah diajarkan Gereja:

a) Karya-karya Belas Kasih Jasmani:

1) Memberi makan kepada yang lapar

2) Memberi minum kepada yang haus

3) Memberi tumpangan kepada tunawisma

4) Mengenakan pakaian kepada yang telanjang

5) Mengunjungi orang miskin

6) Mengunjungi orang tahanan

7) Menguburkan orang mati

b) Karya-karya Belas Kasih Rohani:

1) Mengajar

2) Memberi nasehat

3) Menghibur

4) Membesarkan hati

5) Mengampuni

6) Menanggung derita dengan sabar hati

7) Mendoakan mereka yang hidup dan mati

Bentuk belas kasih tersebut dapat dirangkum dalam wujud perkataan, perbuatan, dan doa.

3. Kesimpulan

Berdoa Jalan Salib dengan merenungkan Sengsara Tuhan Yesus adalah masuk ke dalam motivasi kerelaan Tuhan dalam menanggung derita Salib. Motivasi dari kerelaan menanggung derita Salib adalah kasih-Nya yang tak terbatas kepada manusia. Kasih-Nya nyata dalam kerahiman-Nya di atas Salib. Karya kasih yang nyata merupakan ungkapan “terimakasih” atas Salib-Nya. Setetes cinta yang kita persembahkan kepada Tuhan akan mengubah yang lemah menjadi kuat, yang loyo menjadi gagah, dan yang patah semangatnya menjadi berkobar-kobar. Kemenangan cinta bersumber dari Salib Suci di Golgota.

4. Ibadat Jalan Salib Kerahiman

Doa Jalan Salib Kerahiman

i. Jam Kerahiman Ilahi (Jam 15.00)

Doa Jam Kerahiman Ilahi:

Ya Yesus, Engkau telah wafat, namun sumber kehidupan telah memancar bagi jiwa-jiwa dan terbukalah lautan kerahiman bagi segenap dunia. O, Sumber Kehidupan, Kerahiman Ilahi yang tak terselami, naungilah segenap dunia dan curahkanlah diri-Mu pada kami.

DOA UTAMA KEPADA KERAHIMAN ILAHI
Darah dan air, yang telah memancar dari hati Yesus sebagai sumber kerahiman bagi kami.
Engkaulah Andalanku!

Allah yang kudus, kudus dan berkuasa, kudus dan kekal, kasihanilah kami dan seluruh dunia (3 kali)

Yesus, Raja Kerahiman Ilahi, Engkaulah andalanku.

ii. Doa Jalan Salib Kerahiman Ilahi

a. Lagu Pembukaan (memandang Salib yang telah ditakhtakan).

Mari kita merenungkan
Yesus yang menjadi kurban
karena cintakasih-Nya.

b. Merenungkan Sabda Tuhan

“Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh” (1 Petrus 2:24)

c. Puisi (dibacakan berulang-ulang dengan khidmat, bisa dengan iringan musik lembut).

Surat Cinta Dari Bukit Golgota

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Lihatlah ….

Perjalanan Tuhan ke Bukit Golgota

adalah perjalanan kehampaan, tanpa senyuman.

Darah dan peluh mengucur dari bilur-bilurnya,

mengiringi setiap langkah perjalanan ke bukit kematian.

Tanpa ada kata-kata perpisahan yang membuat dirinya berharga.

Sorak-sorai lautan manusia bukanlah sorak-sorai pujian kepadaNya seperti yang mereka kumandangkan di Minggu Palma.

Inilah sifat manusia, kawan bisa menjadi lawan dalam sekejap mata ketika menyangkut materi dan harga diri.

Kelelahan dan kesakitan membuatNya mengerang tanpa suara.

Kelelahan bukan karena beratnya kayu salib yang Ia panggul.

Rasa sakit bukan karena bilur-bilur akibat cambukan yang tergores di dalam Tubuh-Nya.

Kelelahan dan kesakitan-Nya karena Ia tidak mengerti mengapa banyak manusia telah kehilangan hati,

mengapa manusia kehilangan rasa “terimakasih” atas cinta Allah yang mereka alami?”

Ia tertunduk sedih karena melihat orang-orang yang Ia cintai

telah bebal terhadap rasa peduli.

Rasa peduli terkubur karena lenyapnya rasa syukur dari hati nurani yang bersih.

Di atas bukit Golgota itu, Ia tergantung di atas kayu salib.

Gelapnya langit menceriterakan tentang kegelapan sejati.

Kegelapan sejati adalah dosa manusia.

Dosa serta kematian dan kutukan

membuatnya menderita amat sangat.

Ia merasakan kesendirian sampai Bapa-Nya seakan-akan telah membuang wajah-Nya.

Ia berseru: “Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”

Seruan-Nya itu mengandung sebuah permohonan penyertaan Bapa-Nya dalam peperangan yang sangat berat melawan kuasa kegelapan.

Dibalik kegelapan langit, tangan Allah Bapa tetap ada di sana.

Kesetiaan-Nya pada cinta sampai pada kematian: “Sudah selesai….” Dan “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahan nyawa-Ku”.

Kesetiaan dan kasih-Nya telah meluluhlantakkan dosa manusia.

Luluh lantaknya dosa itu terlukis dalam terbelahnya tirai Bait Suci dan gempa bumi.

Setelah tegoncangnya bumi, langit gelap menjadi terang dan bercahaya.

“Habis gelap terbitlah terang” menjadi sebuah pesan yang terukir kekal, yaitu

“sehabis pederitaan, datanglah kebangkitan kepadaNya”.

Kebangkitan-Nya membawa keselamatan bagi banyak jiwa.

Jiwa yang telah mati, dihidupkanNya.

Manusia yang terkutuk, diangkatNya menjadi anak-anak pewaris Kerajaan, sehingga memanggil-Nya: “Ya Abba, ya Bapa”.

Derita, kematian, dan kebangkitan-Nya memberikan kepada kita jalan memperoleh kemenangan.

d. Lagu: Karena Salib-Mu

“Karena Salib-Mu”

Hanya Kau Tuhan di hidupku

Kau berikan hidup yang baru

DarahMu menyucikan pulihkan hatiku

Kunyatakan Kaulah segalanya

Engkaulah sumber pengharapan

KuasaMu sanggup menyembuhkan

Jiwaku pun berserah hanya kepadaMu,

Yesus kaulah segalanya.

Reff

Karna salib-Mu ku hidup.

Karna salib-Mu ku menang

Engkau yang berkuasa

Sanggup tuk melakukan mujizat-Mu

Karna salibMu ku hidup

Karna salibMu ku menang

Engkau yang berkuasa

Sanggup tuk melakukan mujizat-Mu di hidupku

e. Merenungkan dan Mendoakan Peristiwa Salib

01 Yesus yang dijatuhi hukuman mati,

Kasihanilah kami

02 Yesus yang memanggul salib,

Kasihanilah kami

03 Yesus yang jatuh untuk pertama kalinya,

Kasihanilah kami

04 Yesus yang berjumpa dengan ibu-Nya.

Kasihanilah kami

05 Yesus yang ditolong oleh Simon dari Kirene.

Kasihanilah kami

06 Yesus yang wajah-Nya diusap oleh Veronika,

Kasihanilah kami

07 Yesus yang jatuh untuk kedua kalinya,

Kasihanilah kami

08 Yesus yang ditangisi oleh perempuan-perempuan Yerusalem,

Kasihanilah kami

09 Yesus yang jatuh untuk ketiga kalinya,

Kasihanilah kami

10 Yesus yang pakaian-Nya ditanggalkan,

Kasihanilah kami

11 Yesus yang dipaku pada kayu salib,

Kasihanilah kami

12 Yesus yang wafat di salib,

Kasihanilah kami

13 Yesus yang diturunkan dari salib,

Kasihanilah kami

14 Yesus yang dimakamkan,

Kasihanilah kami

f. Lagu Penghantar Penciuman Salib

“Terima Kasih untuk Salib-Mu”
Jeffry S. Tjandra

Mahkota duri di kepala-Mu
Menebus pikiranku
Tangan-Mu berlubang paku
Menebus perbuatanku

Bilur di sekujur tubuhMu
Menyembuhkan sakitku
Tombak menusuk lambung-Mu
Mencairkan hatiku

Begitu besar kasih-Mu padaku
Hingga Kau pilih jalan salib-Mu
PengorbananMu slamatkan hidupku
Terima kasih untuk salib-Mu

g. Penciuman Salib (Imam atau petugas membawa salib ke umat satu persatu untuk dicium).

h. Doa Penutup

Tuhan,

Aku rela menanggung penderitaan, bahkan kalau penderitaanku, karena sebuah kasih, itu tidak akan berkurang.

Yang terutama berilah aku kekuatan untuk dapat memikulnya.

Dengan demikian, aku tetap senantiasa dapat mengasihiMu dalam setiap keadaan dan peristiwa kehidupan.

Semoga kasih membuat aku mampu meneguk piala kesengsaraanku sampai tetes yang terakhir

i. Lagu Penutup

O, Salib Tanda Agung (PS 508)

O, Salib tanda agung,

tempat Yesus bergantung,

mengabdi sampai wafat,

menjadi Penyelamat.

O, Salib kayu hina,

engkaulah tanda jaya,

yang digunakan Tuhan,

membawa keslamatan.

Yesus, Engkau guruku,

ku ikuti jejak-Mu,

menuju Kalvari,

di jalan cinta bakti.

Sumber Bacaan

Uskup Agung Fulton J. Sheen. Misteri Tujuh Sabda. Obor. Jakarta.

Catatan : Lagu-lagu itu bisa didownload di You Tube dan dipelajari.

Sudahkah kuinginkan Kebijaksanaan melebihi segalanya?

0
Sumber gambar: https://en.wikipedia.org/wiki/Jesus_and_the_rich_young_man#/media/File:Hoffman-ChristAndTheRichYoungRuler.jpg

[Hari Minggu Biasa ke XXVIII: Keb 7:7-11; Mzm 90:12-17; Ibr 4:12-13; Mrk 10:17-30]

Ada suatu pepatah yang mengatakan demikian:
“Uang dapat membeli kesenangan, bukan kebahagiaan.
Uang dapat membeli sebuah rumah, bukan sebuah rumah tangga.
Uang dapat membeli tempat tidur, bukan tidur yang nyaman.
Uang dapat membeli cincin emas, bukan cinta….”

Pepatah macam ini membuat kita menyadari bahwa uang maupun harta kekayaan bukanlah segalanya dalam hidup. Sementara ada banyak orang terikat pada uang dan harta, sabda Tuhan mengingatkan kita hari ini agar kita tidak terikat kepadanya. Sebab harta tak dapat membeli kebahagiaan. Banyak orang mempunyai harta berlimpah, tapi malah tidak bahagia.

Ini berbeda dengan hikmat kebijaksanaan yang datang dari Allah. Di Bacaan Pertama, kita mendengar doa Raja Salomo, “… aku berdoa dan akupun diberi pengertian, aku bermohon lalu roh kebijaksanaan datang kepadaku. Dialah yang lebih kuutamakan daripada tongkat kerajaan dan takhta, dan dibandingkan dengannya kekayaan kuanggap bukan apa-apa.” (Keb 7:7-89). Tuhan Yesus Kristus adalah Sang Kebijaksanaan ilahi yang dinanti-nantikan oleh Raja Salomo. Kebijaksanaan yang dulu sepertinya jauh di angan-angan kini dapat menjadi nyata di hadapan semua orang. Dibandingkan dengan Yesus, “segala emas di bumi hanya pasir saja dan perak … lumpur belaka di samping-Nya” (Keb 7:9). Demikianlah, bagi orang percaya, memiliki Kristus adalah memiliki segalanya. Ia lebih berharga daripada kekayaan, kehormatan, kesehatan… sebab tak ada di dunia ini yang lebih berharga daripada Tuhan sendiri. Tapi masalahnya kita perlu untuk selalu diingatkan akan hal ini, mengingat dunia sekitar kita selalu berusaha menarik kita untuk menginginkan hal-hal yang sebaliknya. Sungguhkah Tuhan Yesus telah menjadi Yang paling utama dan Yang paling kita inginkan dalam hidup ini?

Bersyukurlah, Tuhan memahami kelemahan kita. Dikirimkanlah bagi kita sejumlah orang di sepanjang sejarah, untuk menjadi teladan bagi kita. St. Fransiskus dari Asisi, contohnya. Ia adalah putra seorang pedagang kaya di Asisi yang memilih untuk meninggalkan segalanya, dan hidup miskin, meniru cara hidup Kristus, agar dapat memberikan hidupnya bagi kaum miskin. Hal serupa dilakukan oleh St. Klara dari Asisi, St. Antonius Padua, St. Katarina dari Siena, St. Filipus Neri, St. Elizabeth Ann Seton, dan masih banyak lagi. Mereka mengambil cara hidup Yesus menjadi cara hidup mereka sendiri. Kristus Sang Allah Putra yang kaya dalam segala hal, rela menjadi miskin untuk kita, supaya kita menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya (lih. 2Kor 8:9). Sebab kita semua yang percaya kepada Kristus beroleh kasih karunia-Nya, memiliki hidup ilahi-Nya, dan diangkat menjadi anak-anak Allah di dalam Dia. Inilah yang membuat kita “kaya dalam segala hal: dalam segala macam perkataan dan pengetahuan” (1Kor 1:5); “dalam iman…, dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasih…” (2Kor 8:7). Demikianlah, kekayaan yang dijanjikan bukan pertama-tama kekayaan materi, melainkan “kelimpahan kasih karunia” (Rm 5:17) oleh karena Yesus Kristus.

Mungkin kita bertanya, bagaimana kita dapat “pergi, menjual apa yang kita miliki dan membagikan kepada orang miskin”? Bagaimana ini diwujudkan dalam kehidupan kaum awam? Prinsip yang paling sederhana adalah kesadaran bahwa segala yang baik yang ada pada kita adalah pemberian dan ‘titipan’ Tuhan, dan kita adalah pengelolanya (steward). Kesadaran ini membantu kita untuk menjadi tidak terikat akan apa yang ada pada kita, dan mendorong kita  menjadi murah hati untuk berbagi kepada orang lain. Sebab kita mengetahui bahwa Tuhan lah Asal dan Pemberi segala sesuatu, dan Ia menghendaki sebanyak mungkin orang turut menerima berkat karunia-Nya. Ia memberkati kita agar kitapun mau menyampaikan berkat-Nya kepada sesama. Kita dipanggil untuk mau berbagi apa yang ada pada kita kepada sesama kita yang membutuhkan, entah itu waktu, uang, doa-doa, maupun pelayanan lainnya. Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk menjadi peduli akan kebutuhan sesama, dan tidak hanya berfokus kepada kebutuhan kita sendiri. Sebab justru dengan berbagi, kita beroleh berkat dari Tuhan, dan damai sejahtera-Nya menjadi milik kita.

Sebagaimana Yesus memandang orang muda yang kaya itu, kini Yesus memandang kita. Maukah kita berbagi dengan sesama? Apakah yang Tuhan inginkan agar kita bagikan kepada orang-orang di sekitar kita? “Tuhan Yesus, jadikanlah aku murah hati dan bijaksana. Agar aku mampu melihat hari-hari dalam hidupku sebagai kesempatan untuk bersyukur dan berbagi berkat-Mu kepada sesamaku. Supaya dengan demikian, aku mulai mengecap kebahagiaan yang dapat menghantarku kepada kehidupan kekal bersama-Mu dalam Kerajaan-Mu. Amin.

Persiapan Batin Menjelang Tahun Kerahiman. Adorasi Kerahiman Ilahi & Info Adorasi dan Doa Penyembuhan

0

1. Arti dan makna Adorasi Kerahiman Ilahi

Tuhan Yesus bersabda melalui Santa Maria Faustina bahwa Sakramen Mahakudus adalah “Tahta Kerahiman di bumi”. Sakramen Mahakudus itu adalah hati-Nya yang penuh dengan kerahiman. Tuhan Yesus meminta kita untuk mengadakan penyembahan terhadap Sakramen Mahakudus (Adorasi) setiap hari dengan maksud memohon kerahiman-Nya bagi dunia.

Hati Tuhan Yesus itu senantiasa memancarkan kerahiman-Nya bagi para pendosa, pada khususya, dan bagi dunia pada umumnya. Kerahiman-Nya tersebut tiada mengenal lelah untuk terus memberi kehidupan dan menguduskan jiwa-jiwa, khususnya, para pendosa. Sinar kerahiman Tuhan itu pelan, tetapi pasti akan melingkupi dunia sehingga orang berdosa yang paling berat pun tidak lolos dari sentuhan kerahiman-Nya. Tuhan Yesus tahu bahwa umat manusia tak akan mengalami damai sampai mereka kembali mempercayakan diri pada kerahiman-Nya. Tuhan Yesus adalah Bapa dan Juruselamat, yang menghendaki semua umat-Nya, selamat. Ia menghendaki semua orang selamat dengan menyediakan kerahiman-Nya bagi siapa saja dan kapan saja.

Supaya umat dapat mudah menimba kerahiman-Nya, Tuhan Yesus tinggal di Tabernakel sebagai Raja Kerahiman yang ingin melimpahkan rahmat belaskasihan kepada orang-orang yang memintaNya: “Hatiku meluap dengan kerahiman agung untuk jiwa-jiwa, dan terutama untuk para pendosa yang malang. Hanya jika mereka dapat mengerti bahwa Aku-lah Bapa yang terbaik bagi mereka dan untuk merekalah Darah dan Air keluar dari Hati-Ku …. Karena itulah Aku tinggal dalam Tabernakel sebagai Raja Kerahiman. Aku ingin melimpahkan rahmat pada jiwa-jiwa…. Mereka punya waktu untuk apa saja, tetapi mereka tidak punya waktu untuk datang kepadaKu memohon rahmat”. Orang berdosa, terutama pendosa berat, tidak punya waktu untuk datang kepada Tuhan Yesus untuk memohon rahmat belaskasihan-Nya karena para pendosa itu telah terjerat nikmatnya dosa. Kitalah yang memohonkan kerahiman-Nya bagi mereka dengan mendoakan doa: “Darah dan Air, yang telah memancar dari Hati Yesus sebagai sumber kerahiman bagi kami. Engkaulah andalanku!” Ketika kita mendoakan doa ini dengan hati yang penuh penyesalan dan dengan iman, Tuhan Yesus akan menganugerahi para pendosa rahmat pertobatan. Cinta kasih-Nya, dalam rupa kedua sinar tadi, akan menghangatkan hati yang beku dan akhirnya hati itu akan mencair menjadi hati yang lembut seperti sinar matahari yang mencairkan balok es yang membatu. Karena itu, paroki perlu menyediakan waktu bagi yang akan menerima Sakramen Pengampunan Dosa sebelum jam Kerahiman Ilahi. Pendek kata, Tuhan Yesus tinggal di Tabernakel agar mudah bagi yang ingin datang untuk menimba air kerahiman-Nya, tanpa perlu melewati pengawal-pengawal yang menjagaNya.

Adorasi sungguh dahsyat untuk pertobatan bagi para pendosa. Dasarnya: “jika Tuhan Yesus akan melimpahkan anugerah rahmat yang besar bagi yang menatap gambar kudus-Nya, yatu lukisan Kerahiman Ilahi, Ia tentu akan melimpahkan rahmat bagi kita yang mendevosikan waktu bagi Dia dalam Sakramen Mahakudus”. Sakramen Mahakudus jauh lebih besar daripada gambar kudus-Nya itu karena Sakramen Mahakudus adalah kehadiran nyata dari diri Tuhan sendiri dalam rupa Roti Kudus.

Karena keinginan Tuhan Yesus bukan menghukum para pendosa, tetapi membawa mereka pada kerahiman-Nya, maka Adorasi Kerahiman Ilahi itu adalah Adorasi Reparasio, adorasi penyembuhan dan pemulihan. Orang-orang berdosa berat itu digambarkan sebagai orang yang menderita akibat penyakit yang berat, yaitu dosa. Orang sakit perlu penyembuhan dan pemulihan. Demikian juga, orang berdosa perlu penyembuhan dan pemulihan dengan obat ilahi yang sangat manjur, yaitu kerahiman/belaskasihan Tuhan: “Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28). Pendosa berat akan mencapai kesucian yang besar ketika mau mempercayakan diri kepada kerahiman-Nya. Semakin besar dosanya, semakin besar haknya untuk menerima kerahiman-Nya: “… di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah,” (Roma 5:20).

Penyembahan kita (Adorasi) kepada Raja Kerahiman dalam rupa Sakramen Mahakudus dapat kita ungkapkan dalam doa-doa berikut ini:

Engkau meninggalkan Diri-Mu bagi kami dalam Sakramen Mahakudus,

dan Engkau membuka lebar-lebar belas kasih-Mu bagi kami.

Tak ada kesengsaraan yang dapat melelahkan Engkau;

Engkau telah memanggil kami semua pada sumber mata air cinta kasih ini,

pada sumber air belas kasih Allah.

Inilah tabernakel Kerahiman Ilahi;

inilah obat bagi semua penyakit-penyakit kami ….

atau

Diagungkanlah Engkau, ya Allah, dalam karya belas kasih-Mu.

Dalam Kasih-Mu yang tak terselami,

Engkau membiarkan lambung-Mu yang suci ditembusi,

dan keluarlah aliran Darah dan Air dari Hati-Mu.

Di sinilah Sumber Mata Air hidup dari belas kasih-Mu,

di sinilah jiwa-jiwa menerima penghiburan dan penyegaran.

atau

Dalam Sakramen Mahakudus,

Engkau telah menyatakan belas kasih-Mu;

Kasih-Mu berkenan untuk mengaturnya demikian,

sehingga, melalui hidup, sengsara dan karya-Mu,

aku tak akan lagi, mau meragukan kebaikan dan belas kasih-Mu.

Karena meskipun seakan kesengsaraan seluruh dunia terbebankan pada jiwaku,

aku tak kan ragu sesaat pun,

sebaliknya percaya dan mengandalkan kekuatan belas kasih Allah”

Karena Tuhan ingin mendekatkan kerahiman-Nya kepada manusia, saya pribadi cenderung membawa Sakramen Mahakudus dalam monstrans keliling ke hadapan umat pada adorasi bersama setelah Benedictio (Pujian kepada Sakramen Mahakudus). Semakin umat dekat dengan Sakramen Mahakudus, mereka semakin tersentuh hatinya dengan cinta dan belaskasihan Tuhan. Umat bisa meneteskan air mata atas kerahiman Tuhan. Sebutir air mata mengandung sejuta pertobatan dan sejuta syukur atas pengampunan Tuhan. Tuhan Yesus sendiri yang adalah Anak Allah, yang agung, rela menjadi Manusia agar dapat dekat dengan umat-Nya, dapat disentuh dan didatangi dengan mudah. Akan tetapi, para devosian Kerahiman Ilahi tetap harus mengikuti kebijaksanaan pastor parokinya jika ia tidak menghendaki cara demikian. Salah satu sikap hidup para devosian Kerahiman Ilahi adalah taat kepada para gembalanya. Doa menembus tempat dan cara.

Dunia sekarang ini semakin dipenuhi dengan kekerasan. Adorasi Kerahiman Ilahi sangat mendesak untuk dilakukan karena begitu banyak manusia terluka dan sakit akibat lingkaran dosa. Para pastor yang tergabung dalam tarekat Hati Kudus Yesus,( seperti SCJ, MSC, SS.CC), pasti telah akrab dengan makna Adorasi Reparasio, adorasi penyembuhan dan pemulihan ini. Para pastor SS.CC diingatkan kembali bahwa Kerasulan “Adorasi Reparasio” ini dipercayakan kepada kita oleh Vatikan, sampai sekarang.

Semoga semakin banyak terjadi Adorasi Abadi di setiap paroki sehingga semakin banyak pula menikmati kerahiman Tuhan. Melalui Adorasi ini, dunia pasti banyak berubah karena terjadi banyak pertobatan.

2. Ibadat Adorasi Kerahiman Ilahi

Pengantar:

Adorasi dilakukan setelah doa “Jam Kerahiman Ilahi”, yaitu jam 15.00, karena adorasi merupakan permenungan lanjutan dari Jam Kerahian Ilahi ini.

i. Jam Kerahiman Ilahi (Jam 15.00)

Doa Jam Kerahiman Ilahi:

Ya Yesus, Engkau telah wafat, namun sumber kehidupan telah memancar bagi jiwa-jiwa dan terbukalah lautan kerahiman bagi segenap dunia. O, Sumber Kehidupan, Kerahiman Ilahi yang tak terselami, naungilah segenap dunia dan curahkanlah diri-Mu pada kami.

DOA UTAMA KEPADA KERAHIMAN ILAHI

Darah dan air, yang telah memancar dari hati Yesus sebagai sumber kerahiman bagi kami.
Engkaulah Andalanku!

Allah yang kudus, kudus dan berkuasa, kudus dan kekal, kasihanilah kami dan seluruh dunia (3 kali)

Yesus, Raja Kerahiman Ilahi, Engkaulah andalanku.

ii. Adorasi Kerahiman Ilahi

a. Lagu Pembukaan (Mengiringi Pentakhtaan Sakramen Mahakudus jika ada imam. Jika tidak ada pentakhtaan Sakramen, mata dan hati kita terarah pada Sakramen Mahakudus di Tabernakel).

Ya Hati Yesus Raja Cinta

Ya hati Yesus Raja cinta
Ditembusi tombak bengis
Yang rela menanggung sengsara
Demi selamat dunia
Aduhai cinta yang abadi
Betapa Kau dihina
Ampunilah kami ya Tuhan
Sebab besarlah kasih-Mu

Ya hati Yesus raja cinta
Sumber kasih yang abadi
Dengan darah-Mu yang terindah
Kau pulihkan dosa kami
Oh alangkah kejamnya kami
Terus menyakitiMu
Ampunilah kami ya Tuhan
Sebab besarlah kasih-Mu

Ya hati Yesus raja cinta
Terimalah hati kami
Yang dengan rela kami serah
Pembalas kasih-Mu mesra
Nyalakanlah senantiasa
Cintaku akan Dikau
Ampunilah kami ya Tuhan
Sebab besarlah kasih-Mu

b. Merenungkan Sabda Tuhan dalam keheningan

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu” (Matius 11:28).

c. Menikmati Janji Tuhan Yesus:

Yesus bersabda:
“Datanglah kepadaKu … dan Aku akan menyegarkan jiwamu. Betapa Aku rindu melihat engkau tinggal bersama Aku. Aku tahu engkau lelah dan letih karena beban hidupmu. Biarkanlah Aku memenuhi engkau dengan kasih, kegembiraan, dan damai. Sekarang, katakanlah kepadaKu tentang persoalan-persoalan dan kebutuhan-kebutuhanmu. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu”.

Memeditasikan renungan singkat:

Tidak ada hidup yang terlalu hancur untuk dapat dibentuk kembali oleh Allah.

Dalam hati kita menyebutkan persoalan kita, termasuk orang yang berdosa yang kita doakan ….

d. Lagu Pengharapan

Kaulah Harapan

BUKAN DENGAN KEKUATANKU
KU DAPAT JALANI HIDUPKU
TANPA TUHAN YANG DI SAMPINGKU
KU TAK MAMPU SENDIRI
ENGKAULAH KUATKU
YANG MENOPANGKU

REFF :
KUPANDANG WAJAH-MU DAN BERSERU
PERTOLONGANKU DATANG DARI-MU
PEGANGLAH TANGANKU, JANGAN LEPASKAN
KAULAH HARAPAN DALAM HIDUPKU

e. Doa Penyembahan kepada Raja Kerahiman

Engkau meninggalkan Diri-Mu bagi kami dalam Sakramen Mahakudus,

dan Engkau membuka lebar-lebar belas kasih-Mu bagi kami.

Tak ada kesengsaraan yang dapat melelahkan Engkau;

Engkau telah memanggil kami semua pada sumber mata air cinta kasih ini,

pada sumber air belas kasih Allah.

Inilah tabernakel Kerahiman Ilahi;

inilah obat bagi semua penyakit-penyakit kami ….

atau

Diagungkanlah Engkau, ya Allah, dalam karya belas kasih-Mu.

Dalam Kasih-Mu yang tak terselami,

Engkau membiarkan lambung-Mu yang suci ditembusi,

dan keluarlah aliran Darah dan Air dari Hati-Mu.

Di sinilah Sumber Mata Air hidup dari belas kasih-Mu,

di sinilah jiwa-jiwa menerima penghiburan dan penyegaran.

Atau

Dalam Sakramen Mahakudus,

Engkau telah menyatakan belas kasih-Mu;

Kasih-Mu berkenan untuk mengaturnya demikian,

sehingga, melalui hidup, sengsara dan karya-Mu,

aku tak akan lagi, mau meragukan kebaikan dan belas kasih-Mu.

Karena meskipun seakan kesengsaraan seluruh dunia terbebankan pada jiwaku,

aku tak kan ragu sesaat pun,

sebaliknya percaya dan mengandalkan kekuatan belas kasih Allah”

f. Penyembahan kepada Sakramen Maha Kudus (kita membungkukkan badan ke arah monstrans yang telah ditakhtakan atau ke arah tabernakel jika tidak ada Sakramen Mahakudus di dalam monstrans sambil menyanyikan lagu ini dalam adorasi bersama atau menyanyikannya dalam hati pada adorasi pribadi).

MARI KITA MEMADAHKAN PS. 559

1) Sakramen yang sungguh agung, mari kita muliakan, surut sudah hukum
lampau, tata baru tampillah. Kar’na ind’ra tidak mampu, iman jadi tumpuan.

2) Yang Berputra dan Sang Putra dimuliakan, disembah, dihormati, dan dipuja
beserta dengan Sang Roh: muncul dari KeduaNya, dan setara disembah.
Amin.

P. Marilah kita berdoa:

Tuhan Yesus Kristus, dalam Perayaan Ekaristi kami kenangkan sengsara, wafat, dan kebangkitan-Mu. Semoga dengan ibadat pujian kepada Sakramen Mahakudus ini, kami semakin menyadari betapa besarnya cinta-Mu, sehingga kami boleh mengalami keselamatan dan damai-Mu di bumi dan menikmati kebahagiaanabadi di surga. Sebab Engkaulah Tuhan, Pengantara kami.

U. Amin

g. Berkat Sakramen Mahakudus (jika berkat Sakramen Mahakudus keliling, umat menyanyikan lagu “Yesus … Yesus…. Yesus…. Yesus” atau yang sesuai. Jika tidak ada imam, umat menerima berkat dari Sakramen Mahakudus dalam hati).

h. Doa Pujian

Doa Kepada Hati Yesus (bersama-sama)

Hati Yesus yang Mahakudus, kami ingin hidup di dalam Engkau dan di dalam rahmat-Mu. Jagailah kami dari dosa dan kuatkanlah kehendak kami untuk selalu menjaga jiwa, budi, dan hati kami sehingga kami tetap dalam keadaan suci.

Kami menyampaikan doa ini melalui Maria Bunda yang tersuci. Amin.

Atau

Terpujilah Allah (PS 205)

Terpujilah Allah. *
Terpujilah nama-Nya yang kudus.

Terpujilah Yesus Kristus, *
sungguh Allah, sungguh manusia.

Terpujilah nama Yesus. *
Terpujilah hati-Nya yang mahakudus.

Terpujilah Yesus Kristus. *
Terpujilah darah-Nya yang mahaindah.

Terpujilah Yesus *
dalam Sakramen Mahakudus.

Terpujilah Roh Kudus *
Penghibur kita.

Terpujilah Bunda Allah yang tiada bandingnya,*
perawan Maria yang amat suci.

Terpujilah yang terkandung dengan suci *
dan tak bernoda.

Terpujilah nama Maria, *
perawan dan bunda.

Terpujilah Bunda Maria *
yang diangkat ke surga dengan mulia.

Terpujilah Santo Yusuf *
mempelainya yang amat suci.

Terpujilah Allah *
dalam para malaikat dan semua orang kudus-Nya.

Amin

i. Lagu Penutup

Hati Yesus

Hati Yesus hati Tuhan kami
Sumber yang menghidupkan jiwa
Yang mau minum dari sumber ini
Akan hidup hingga selamanya

Reff: Sudilah bukakan kami
Mata air yang ilahi
Hati Yesus, hati Tuhan kami
Segarkanlah jiwa yang letih

Jalan jiwa yang menuju surga
Amat sulit dan sangat kering
Tewaslah jiwa kami kehausan
Bila melupakan sumber sakti—Reff
Bumi ini taman yang tak subur
Maka jiwa kami merana
Tapi pasti jadi segar pula

Info Adorasi dan Doa Penyembuhan
Pendidikan Rohani – Persekutuan Doa Bank Victoria
9 Oktober 2015
“Ada Kuasa Dalam Ucapan Syukur” (Filipi 4:6)
Pembicara Romo Felix Supranto, SS.CC
Panin Tower Lantai 15 Senayan City
Pukul 12.00 – 13.00 WIB

PDKK Paroki – PDKK Pagi – PDKK Tomang Raya bekerja sama dengan Seksi Liturgi – Seksi Komsos – Legio Mariae, Wanita Katolik, Salvatora dan KBP mengundang umat dalam Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan Adorasi dan Doa Penyembuhan. “Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu, demikianlah Firman Tuhan (Yer 30:17a)
Bersama Rm Felix Supranto, SS.CC
Rabu, 14 Oktober 2015
Gereja Kristus Salvator, Slipi
Pukul 09.30 – 12.30
Tiket dapat diperoleh secara gratis setiap selesai Misa dari tanggal 19 Sept – 4 Okt 2015
Tiket terbatas
Keterangan lebih lanjut hubungi Ketty 0818 482 625 dan Nia 0816 1855 961
Moderator: Pastor Thomas “Bennie” Claudius, CICM

Cerita tentang Nafas Cinta

0

Sharing pelayanan oleh Pst Felix Supranto, SS.CC

Aku, pada tanggal 28 September 2015, siap merayakan Ekaristi untuk mengenang berpulangnya sahabatku ke rumah Bapa, Marcelllus. Sebelum aku berangkat ke rumahnya, aku membaca status PP di blackberry istrinya, Novi. Statusnya menyentuh kalbu karena merangkumkan makna dan kekuatan cinta: “Bye Marcellus … till we meet again. My love for you never dies (Selamat jalan Marcellus … sampai kita bertemu lagi. Cintaku kepadamu tak akan pernah berakhir)”. Statusnya menjadi permenunganku pada Misa yang membuat banyak umat terharu. Cinta memang tidak akan pernah mati walaupun raga telah bersatu dengan bumi.

Keabadian cinta dinyatakan dalam pesan-pesan dari peristiwa-peristiwa yang mengiringi kepergiannya. Setelah berbaring tenang di tempat peristirahatannya pada tanggal 23 Agustus 2015, peringatan pernikahannya dengan Novi jatuh pada tanggal 04 September 2015. Pesta pernikahan mereka itu melambangkan kebahagiaan abadi dalam Kerajaan Allah karena bersatunya cinta. Dua hari kemudian, tepatnya tanggal 06 September 2015, merupakan hari ulang tahunnya. Ulang tahunnya melambangkan kehidupan baru. Lima hari sesudah hari ulang tahunnya adalah hari ulang tahun puterinya, yaitu tanggal 11 September 2015. Ulang tahun kelahiran puterinya melambangkan kelahiran anak Allah. Kepergiannya, sebagai sebuah saat dukacita, dan peristiwa-peristiwa sukacita kehidupan yang mengikutinya itu memberikan pesan pengharapan. Kematian adalah jalan menuju sukacita Kerajaan Allah karena lahir baru sebagai anak Allah. Peristiwa-peristiwa cinta yang mengiringi kepergian Marcellus itu semakin memperkuat keyakinan Novi bahwa cintanya kepada suaminya tidak akan pernah terhapus di dalam dirinya. Cinta akan mempersatukan mereka lagi di surga.

Cinta tidak berarti tidak ada air mata. Air mata cinta mengandung kekuatan yang luar biasa. Sebutir air mata cinta mampu menanggung sejuta derita dan memberi sejuta pengharapan. Kekuatan cinta itu disharingkan Novi pada akhir Misa. Ia mensharingkan pesan terakhir dari suaminya pada detik-detik terakhir hidupnya. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Marcellus meletakkan kepala Novi di bahunya sambil menyampaikan pesan di tengah deraian air mata: “Ma, maafkan Papa karena tidak bisa menemanimu sampai pada garis finish kehidupanmu”. Ia juga memberikan pesan kepada puteri bungsunya, yang duduk di sekolah lanjutan atas: “Nak, maafkan Papa karena Papa tidak bisa menemanimu untuk mencapai cita-citamu sebagai arsitek”. Pesan yang disampaikannya kepada puteri sulungnya, yang sedang belajar di fakultas kedokteran: “Nak, engkau harus fight/berjuang sekuat tenaga untuk dapat meraih cita-citamu menjadi dokter”. Setelah menyampaikan pesannya penuh cinta kepada orang-orang yang tercinta, ia menghadap Bapa dengan tenang, pada tanggal 20 Agustus 2015. Ia menghadap Bapa dengan telah menerima Sakramen Perminyakan Suci dariku tanggal 17 Agustus 2015.

Pesannya menjadi pesemangat bagi Novi dan anak-anaknya dalam menjalani kehidupan. Marcellus tetap ada walaupun tak bisa dilihat mata seperti yang Novi ungkapkan:

“Walaupun engkau telah tiada,

nafasmu tetap terasa,

menenangkan jiwa,

untuk terus melangkah,

sampai aku pun meraih mahkota jiwa,

bersama engkau di tahta surga

Itulah cinta bagaikan nafas,

yang tiada pernah berhenti berhembus

untuk memberi kehidupan”.

Kesimpulan sebagai pesan: air mata cinta itu lemah lembut bagai rumput yang tak hancur dipukul angin ribut. Ia juga kuat bagai batu karang di dasar lautan yang tak terusik dilanda gelombang. Air mata cinta mengalir dari hati Bapa yang senantiasa tersedia untuk menampung duka dan menyalurkan kekuatan. Hidup ini diperlukan badai untuk membuktikan tempat bernaung yang sejati, yang diberikan Tuhan bagi yang tekun mencari: “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah” (Yesaya 40:31).

Tuhan Memberkati

Devosi Kerahiman Ilahi

0

Refleksi Menjelang Tahun Kerahiman Allah oleh Pst Felix Supranto, SS.CC

Paus Fransiskus menetapkan Tahun Kerahiman Allah dari tanggal 08 Desember 2015 – 20 November 2016. Pembukaan Tahun Kerahiman pada 08 Desember 2015 karena tanggal tersebut adalah Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa dan peringatan 50 tahun penutupan Konsili Vatikan II. Penutupannya pada tanggal 20 November 2016 karena tanggal itu merupakan Hari Raya Kristus Raja Semesta. Dalam penetapan Tahun Kerahiman Allah itu, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Yesus merupakan ‘wajah’ belas kasihan Bapa-Nya.

Menjelang Tahun Kerahiman Allah itu, kita akan mendalami apa itu Devosi Kerahiman Ilahi dan terutama bagaimana mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Devosi Kerahiman Ilahi ini didasarkan pada pesan-pesan Tuhan Yesus kepada Santa Faustina.

1. Devosi Kerahiman Ilahi

Devosi Kerahiman Ilahi adalah devosi kepada cinta belas kasihan Allah yang tak terbatas kepada umat-Nya. Melalui devosi Kerahiman Ilahi itu, kita juga bersedia menjadi bejana-bejana kerahiman-Nya. Menjadi bejana kerahiman-Nya berarti bersedia untuk membiarkan belasih kasih-Nya mengalir melalui diri kita bagi orang-orang yang membutuhkannya.

Ada tiga tema dalam Devosi Kepada Kerahiman Ilahi, yaitu:

a. Untuk meminta dan mendapatkan kerahiman Allah.

b. Percaya kepada rahmat Kristus yang berlimpah.

c. Untuk menunjukkan kerahiman kepada sesama dan bertindak sebagai saluran kemurahan Allah.

2. Penghormatan Lukisan Kerahiman Ilahi

Devosi Kerahiman Ilahi tidak pernah dipisahkan dengan penghormatan kepada Lukisan Kerahiman Ilahi. Lukisan tersebut memancarkan Kerahiman Allah. Kerahiman Allah itu dilambangkan dengan dua sinar, yaitu warna merah dan warna pucat, yang memancar dari hati Tuhan Yesus. Kedua sinar itu melambangkan Darah dan Air :

a. Sinar merah melambangkan Darah yang adalah hidup bagi jiwa-jiwa.

b. Sinar pucat melambangkan Air yang menguduskan jiwa-jiwa.

Kerahiman Ilahi dibuka dengan tombak yang menusuk lambung Tuhan Yesus. Kerahiman Ilahi itu memancar dalam darah dan air Tuhan melalui lambung-Nya. Darah dan Air dari hati Tuhan Yesus itu memberi kehidupan kepada jiwa-jiwa karena jiwa-jiwa itu telah dikuduskanNya.

Rahmat belas kasih Allah itu berlimpah dan disediakan bagi jiwa-jiwa. Jiwa-jiwa dipanggil untuk terus menerus menimbanya. Timba dari sumur belas kasih Allah itu adalah Lukisan Kerahiman Ilahi dengan tulisan ‘Yesus, Engkau Andalanku’.

Kita yang memberi penghormatan terhadap Lukisan Kerahiman Ilahi berada dalam belas kasih-Nya di bumi dan khususnya saat ajal. Yesus adalah Pembela kita dari tuduhan-tuduhan iblis: “Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil” (1 Yohanes 2:1). Lukisan kerahiman Ilahi menjadi Pengingat Tuhan untuk senaniasa menyalurkan belas kasih-Nya kepada umat manusia.

Kerahiman Ilahi dapat digambarkan bahwa Tuhan Yesus bagaikan Pemulung kita, yang seperti sampah karena dosa-dosa kita: “Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya” (Yeremia 18:4). Tidak ada jiwa yang terlalu hancur untuk dapat dibentuk kembali oleh Allah.

3. Jam Kerahiman Ilahi

Jam Kerahiman Ilahi adalah jam tiga sore. Pada jam Kerahiman Ilahi itu kita berdoa dan memeditasikan sengsara Tuhan Yesus, khususnya saat Ia sendirian meregang nyawa-Nya. Pada jam Kerahiman Ilahi ini kita diminta untuk berdoa memohon kemahakuasaan-Nya bagi seluruh dunia, teristimewa bagi orang-orang berdosa yang malang. Pada saat itu belas kasih-Nya dibuka lebar bagi setiap jiwa. Kita yang berdoa pada jam Kerahian Ilahi ini dapat memperoleh apa saja yang kita minta bagi diri sendiri dan bagi orang-orang lain; Pada jam Kerahiman Ilahi ini, kita mengakui Kerahiman Allah bagi seluruh dunia di mana belas kasih menang atas keadilan.

Sebagai pengingat jam Kerahiman Ilahi adalah pukul 3, 3 kata, 3 detik. Pukul tiga kita berdoa pada detik-detik wafat Tuhan Yesus Kristus. Kita meluangkan waktu tiga detik untuk mendoakan dengan hati tiga kata “Yesus Engkau andalanku” atau “Aku Berharap PadaMu”. Doa tiga kata ini bisa kita doakan ketika kita tidak mungkin mendoakan doa “Kerahiman Ilahi” secara lengkap. Doa yang singkat ini menjadi keselamatan kita dan banyak orang kelak.

Doa Jam Kerahiman Ilahi Lengkap:

Ya Yesus, Engkau telah wafat, namun sumber kehidupan telah memancar bagi jiwa-jiwa dan terbukalah lautan kerahiman bagi segenap dunia. O, Sumber Kehidupan, Kerahiman Ilahi yang tak terselami, naungilah segenap dunia dan curahkanlah diri-Mu pada kami.

DOA UTAMA KEPADA KERAHIMAN ILAHI
Darah dan air, yang telah memancar dari hati Yesus sebagai sumber kerahiman bagi kami.
Engkaulah Andalanku!

Allah yang kudus, kudus dan berkuasa, kudus dan kekal, kasihanilah kami dan seluruh dunia (3 kali)

Yesus, Raja Kerahiman Ilahi, Engkaulah andalanku.

Setelah mendoakan “Doa Jam Kerahiman Ilahi”, kita berdoa Jalan Salib. Dengan berdoa Jalan Salib, kita merenungkan perwujudan puncak cinta yang berbelaskasihan dari Tuhan. Ketika kita berhadapan dengan Salib, kasih kita terwujud dalam rasa belas kasih atau empati kepada Putra Bapa yang menderita.

Selain mengadakan Jalan Salib pada jam Kerahiman Ilahi, kita bisa juga melakukan sembah sujud di hadapan Sakramen Mahakudus (Adorasi) di kapela atau gereja. Dengan bersujud di hadapan Sakramen Mahakudus, kita bersyukur atas hati Tuhan Yesus yang berlimpah belas kasih.

Ketika kita tidak bisa berdoa Jalan Salib atau Adorasi di kapela atau gereja karena situasi yang tidak memungkinkan, kita tetap membenamkan diri dalam doa di mana pun kita berada walaupun hanya sesaat. Kita bisa menyanyikan atau menyenandungkan dalam hati lagu :

Mari kita merenungkan
Yesus yang menjadi kurban
karena cintakasih-Nya

Atau

“Karena Salib-Mu”

Hanya Kau Tuhan di hidupku

Kau berikan hidup yang baru

DarahMu menyucikan pulihkan hatiku

Kunyatakan Kaulah segalanya

Engkaulah sumber pengharapan

Kuasa-Mu sanggup menyembuhkan

Jiwaku pun berserah hanya kepadaMu,

Yesus kaulah segalanya.

Reff

Karna salib-Mu ku hidup.

Karna salib-Mu ku menang

Engkau yang berkuasa

Sanggup tuk melakukan mujizat-Mu

Karna salib-Mu ku hidup

Karna salib-Mu ku menang

Engkau yang berkuasa

Sanggup tuk melakukan mujizat-Mu di hidupku

Lagu ini dapat menjadi meditasi yang mengesan atas sengsara Tuhan. Dengan mengulang-ngulang lagu ini di dalam hati, kita bisa trenyuh/tersentuh akan penderitaan Tuhan Yesus karena kasih-Nya yang besar kepada kita. Kalau kita tidak mungkin menyanyikan atau menyenandungkan lagu itu, kita bisa merenungkan Yesus yang ditinggalkan seorang diri saat meregang nyawa-Nya dengan mendaraskan suatu doa singkat seperti “Yesus, kasihanilah,” atau “Demi sengsara Yesus yang pedih, tunjukkanlah belas kasih-Mu kepada kami dan seluruh dunia.”

4. Mewujudnyatakan Kerahiman Ilahi Dalam Kehidupan

Devosi kepada Kerahiman Ilahi bukan sekedar doa, tetapi harus diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari. Ada sembilan hal perwujudan Devosi Kerahiman Ilahi :

a. Kerahiman Ilahi Menjadi The way of life

Kerahiman Ilahi harus menjadi pegangan dan arah hidup kita. Identitas devosian Kerahiman Ilahi adalah hidup sepenuhnya dalam pimpinan Tuhan. Hidup dalam pimpinan Tuhan berarti memiliki persatuan erat dengan Tuhan; mengikuti kehendak-Nya: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri “(Yakobus 1:22); menyangkal diri, yaitu menolak dosa, meyakini Kerahiman-Nya; memuliakan Tuhan dan memberitakanNya; mengasihi siapa saja.

b. Berpikiran positif

Berpikiran positif berarti menutup mata, telinga, dan mulut terhadap hal-hal buruk. Dengan kata lain, berpikiran positif berarti tidak ada area gosip dalam hidup kita.

Dengan berpikiran positif, kita mampu mensyukuri semua peristiwa kehidupan dari sisi kebaikan. Dasarnya: Keagungan Allah. Keagungan Allah justru terletak pada usaha-Nya dalam mengubah kejahatan menjadi kebaikan.

c. Memahami Visi dan Misi Devosi Kerahiman Ilahi

Visi: Rencana penyelamatan Tuhan terwujud. Penyelamatan Tuhan terwujud secara definitif pada kedatangan-Nya yang ke-dua di mana Ia mengalahkan kuasa kejahatan. Yang dipentingkan bukan kapan, tetapi apa yang harus kita lakukan dalam menyongsong kedatangan Tuhan Yesus Kristus yang kedua itu.

Misi: Menyiapkan dunia bagi kedatangan Yesus yang kedua. Persiapan bagi kedatangan-Nya yang kedua adalah Hidup seperti Bunda Maria. Hidup seperti Bunda Maria adalah hidup sunyi dan tersembunyi, tiada henti bersatu dengan Allah, berdoa bagi umat manusia.

Misi itu tercapai ketika kita benar-benar mengandalkan Tuhan dan penuh belas kasihan kepada sesama: “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu” (Efesus 4:32). Karena itu, tujuan devosi kepada Kerahiman Ilahi adalah bukan mengubah Dunia, tetapi mengubah hati seturut Kerahiman Ilahi.

Salah satu misi devosian Kerahiman Ilahi adalah mendoakan tiga kelompok manusia yang memerlukan rahmat. Ketiga kelompok manusia itu adalah para pendosa, para imam dan para biarawan-biarawati, dan jiwa-jiwa di api penyucian.

d. Sering Menyambut Komuni

e. Mencintai Sakramen Tobat

Dasar Kitab Sucinya: Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan (Kisah Para Rasul 3:19). Disarankan bahwa Pengakuan Dosa dilakukan 4 x setahun/per tiga bulan.

f. Merenungkan Sengsara Kristus dan “Memikul Salib”.

Permenungan atas sengsara Kristus dan “memikul salib” itu menjadi sarana rahmat dan sukacita sejati: “Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiKu. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya” (Matius 10:38-39)

g. Setia Kepada Gereja Katolik

St. Faustina Menulis: (O Yesus), aku percaya akan semua kebenaran yang diajarkan oleh Gereja kudus-Mu untuk diimani.

h. Devosi Kepada Bunda Maria

Devosi kepada Bunda Maria yang disarankan adalah tekun mendoakan “Doa Rosario” dan “Angelus”. Tujuan devosi kepada Bunda Maria adalah meneladani hidup Bunda Maria.

i. Relasi baru dalam keluarga, komunitas, paroki.

· Relasi baru itu nampak semakin mengandalkan Tuhan dan berbelaskasih dengan sesama.

· Tidak menonjolkan diri, melayani tanpa mengenal lelah, merukunkan umat, dan memancarkan kasih dan belas kasih.

· Jika kehadiran devosian Kerahiman Ilahi menjadi masalah dalam paroki, para devosian Kerahiman Ilahi segera mengadakan evaluasi dan refleksi untuk memperbaiki diri. Jika devosian Kerahiman Ilahi tetap terus menimbulkan problema dalam paroki, ia lebih baik tidak hadir dalam paroki (bdk Refleksi Kongres Kerahiman Ilahi. Hal. 31).

5. Koronka

Perlu disadari bahwa Yesus sendiri tidak pernah minta supaya pada jam Kerahiman didaraskan Koronka.

· Koronka ditujuan kepada Allah Bapa. Koronka berkali-kali adalah doa yang sangat ampuh, justru karena dipanjatkan kepada Allah Bapa ”demi sengsara Yesus yang pedih”.

· Jam Kerahiman yang sepenuhnya berpusatkan pada permenungan tentang sengsara dan kerahiman Yesus selaku Putra Allah dan sekaligus Manusia.

· Doa Koronka dalam jam Kerahiman sebagai pemecahan praktis bagaimana mengisi doa setelah jam Kerahiman itu. Dasarnya adalah tidak ada doa yang membawa dosa.

· Koronka Kerahiman Ilahi teristimewa didoakan setelah mengikuti Misa Kudus karena Koronka merupakan kelanjutan doa permohonan dari Kurban Ekaristi.

6. Kesimpulan

a. Doa Jam Kerahiman adalah doa singkat dan sederhana yang dapat dilakukan siapa saja dan di mana saja. Bagi Tuhan Yesus doa singkat yang dilakukan dari hati lebih baik daripada doa yang panjang, tetapi tanpa penghayatan. Karena doa pada jam Kerahiman Ilahi ini adalah doa yang singkat dan dapat dilakukan di mana saja, devosi kepada Kerahiman Ilahi tidak ditujukan untuk membentuk komunitas sendiri (bahaya eksklusif) dalam paroki. Devosi kepada Kerahiman Ilahi seharusnya menjadi devosi pribadi di mana setiap pribadi menjadi bejana-bejana Kerahiman-Nya. Kerahiman Ilahi harus mendasari dan menjiwai setiap komunitas.

b. Karena doa “Jam Kerahiman Ilahi” adalah permenungan atas sengsara Tuhan Yesus, seminar dan acara-acara tentangnya tidak boleh glomour, mahal, dan mewah karena mengkhianati “Sengsara Yesus yang pedih”.

Tuhan Memberkati

Bahan Bacaan

1. KKI ST. Faustina Keuskupan Agung Jakarta. Refleksi Kongres Kerahiman Ilahi. Kanisius. Yogyakarta. 2014.

2. Ceslaus, SVD. Rasul Kerahiman Ilahi. PT Kapasari. Sidoarjo. Jawa Timur. 2003.

Obat Kehidupan

0

Sharing pelayanan oleh Pst Felix Supranto, SS.CC

Enam ratus duapuluh dua umat, pada tanggal 12 September 2015, memenuhi Aula Sekolah Santa Maria, Jakarta Pusat. Mereka mengikuti seminar Kerahiman Ilahi dan ingin mengalami kesembuhan melalui Adorasi. Seminar dan adorasi ini dikoordinir oleh PDPKK Santo Lukas (Para Medis) Jakarta.

Pada akhir homili, aku mengajak umat berdoa untuk memohon kesembuhan dan pemulihan dari Tuhan. Permohonan ini disampaikan kepada Tuhan dengan menyanyikan lagu “Hadirat-Mu Membawa Kesembuhan”. Lagu ini membawa hati umat ke dalam hadirat Tuhan. Umat mengangkat tangan sambil meneteskan air mata. Mereka dipenuhi dengan kerinduan akan jamahan Tuhan.

Kerinduan akan jamahan-Nya ini semakin terasa dalam adorasi. Adorasi ini dimulai dengan sebuah lagu, yaitu “Yesus, Andalanku”. Umat memegang lilin-lilin kecil yang bernyala. Cahaya lilin dalam kegelapan itu mengandung sebuah pengharapan yang tersembunyi dalam ruang jiwa. “Tuhan Yesus, Sang Terang, akan menghalau kegelapan dan kepahitan hidup,” merupakan doa jeritan hati.

Aku menumpangkan tanganku di kepala seorang ibu. Aku terkejut, ternyata kepalanya di bagian belakang berlubang. Lubang di kepalanya itu tidak nampak karena tertutup dengan rambutnya yang panjang. Ibu itu menceriterakan kejadian yang menimpa dirinya enam tahun silam. Ia mengalami kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan lalu lintas itu hampir merenggut nyawanya. Ia menjalani operasi otak. Lubang kepala itu merupakan bekas dari operasi. Setelah menjalani operasi otak, keadaannya menjadi lemah. Ingatannya sangat berkurang. Ia tidak bisa bekerja lagi, padahal ia adalah lulusan universitas dan posisinya lumayan. Ia sering linglung. Keadaannya itu membuat keluarganya terasa jauh darinya. Ia memandangku dengan bisikan kata-kata, yang aku tidak tahu dari mana asalnya, tetapi jelas sangat bermakna baginya: “Cahaya lilin ini telah menerangi mata hatiku tentang jalan kehidupan. Setelah mengalami kecelakaan yang fatal, aku tahu bagaimana harus menjalani kehidupanku. Hidup ini bagaikan membawa kendaraan ke sebuah tempat. Dalam menjalani kehidupan ini, aku harus menyediakan P3K, yaitu Pertolongan Pertama Pada Kehidupan. Isi dari P3K tersebut adalah 1) Tusuk gigi, jangan mengorek-ngorek keburukan sesama, tetapi koreklah kebaikan orang lain yang mungkin terselip atau tak terlihat; 2) Penghapus, hapuslah segala kesalahan orang yang membuat sakit hati; 3) Pensil, tuliskan segala kebaikan dan anugerah Tuhan di dalam hati sehingga hidup ini penuh syukur ‘Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu’ (1 Tesalonika 5:18); Kebaikan Tuhan yang paling aku rasakan adalah Ia masih memperkenankan aku hidup. 4) Plester, ijinkanlah Tuhan membalut luka-luka kita agar kita sembuh ‘Sebab Aku akan mendatangkan kesembuhan bagimu, Aku akan mengobati luka-lukamu, demikianlah firman TUHAN,’ (Yeremia 30:17); 5) Gelang karet, kita harus fleksibal. Artinya, jangan putus asa ketika keinginan kita tidak terwujud karena Tuhan memiliki rencana indah bagi kita ‘Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,” (Pengkotbah 3:11); 6) Permen karet, setia dan tulus dalam mengikuti Tuhan (nempel terus pada Tuhan); 7) Permen, senantiasa tersenyum manis kepada setiap orang. Senyuman manis kita membuat kita dicintai banyak orang. Jadi, obat sebagai bekal dalam perjalanan menuju kehidupan kekal adalah melihat kebaikan sesama, mengampuni sesama, bersyukur atas berkat Tuhan, mengijinkan Tuhan menyembuhkan hati, percaya akan rencana indah Tuhan dalam hidup kita, setia kepada Tuhan, dan senantiasa bersukacita. Karena itu, aku telah disembuhkan Tuhan dari rasa benci terhadap orang-orang yang melukaiku. Hatiku kini terasa tentram”.

Kesimpulan sebagai pesan: Senantiasa lakukan kebaikan, maka kebaikan akan menjadi bagian dalam hidup kita. Kebaikan hati yang tulus adalah tidak terperangah dengan pujian dan tak terjungkal dengan cercaan. Lakukan kebaikan dalam kondisi apa pun juga karena kebahagiaan pasti ditemukan di dalamnya. Tuhan telah melengkapi anak-anak-Nya dengan perbuatan baik: “Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik” (2Tim 3:17).

Tuhan memberkati

Keep in touch

18,000FansLike
18,659FollowersFollow
32,900SubscribersSubscribe

Artikel

Tanya Jawab