[Berikut ini adalah sharing pengalaman seorang pembaca yang tadinya Katolik tetapi sekarang meninggalkan Gereja, karena berpandangan bahwa beragama atau tidak beragama itu sama saja. Benarkah demikian?]
Pertanyaan:
Dulu, saya seorang katolik dan ikut karismatik……
Kl menurut saya, karismatik itu…. ya memang membuat hati tersentuh bahkan kadang2 orang2pun menangis……
Tapi kalau dari pandangan saya sebagai orang awan yang imannya tidak kuat……
Saya juga tersentuh tapi itu semua karena ada musik yang mellow dan bisa menggetarkan hati….. buktinya saya yang awam aja tersentuh…. walaupun disana membahas alkitab tapi pulang dari gereja saya tdk mendapatkan pencerahan apapun………Hati saya tetap kosong…… kadang sih saya merasa karismatik kq spt agama protestan dan bahasa rohnya kq kayak dibuat2 gitu sih…. masa bisa dinyanyikan bahasa rohnya dan dikeluarkan pada saat penyembahan…… spt dibuat2 saja.
Jujur, keluarga saya memang atheis tapi kami bukan atheis dari awal…….
orang tua saya bukan katolik tp kakak2 saya semua katolik karena bersekolah di sekola katoluk bahkan kakak perempuan saya dulu putri altar tapi seiring berjalannya waktu dan berbagai kejadian yang kami alami, kami menemukan banyak kejanggalan dan ketidak masuk akalan dalam kitab suci,………
kami menemukan tanpa Tuhan kami juga bisa hidup seperti org lain dan pekerjaan kami lancar. Keberhasialan bukan hanya dari keberuntungan dan “karunia” saja tapi dari kerja keras kami……
Terkadang di dalam lubuk hati saya, saya ingin memiliki hubungan yang harmonis dengan Tuhan spt org lainnya…. tapi hati saya kosong……
Setelah saya melihat dunia luas….. saya sadar agama bukanlah segalanya…..
banyak orang yang tidak beragama justru lebih bermoral dan sosial daripada orang beragama……
tapi saya percaya orang yg benar2 beriman katolik pasti org baik sih….. krn tante2 saya katolik
saya meyakini, sebenarnya agama itu hanyalah wadah agar orang2 itu ada pada jalan yang benar dan tidak semena2 dalam hidupnya….
namun walaupun tanpa agama, jika mindset kita sudah teratur , kita juga bisa membuat aturan sosial bagi diri kita sendiri……..
Bagi saya….., apa sih yang kita cari dalam kehidupan kita?
KEBAHAGIAAN….. dan orang katolik pasti mencari kebahagiaan itu dalam kristus
tapi bagi saya, saya bisa menemukan kebahagiaan itu dengan cara saya sendiri….
saya memiliki impian dan menikmati kehidupan yang saya jalani…..
Beragama karena apa? coba Anda pikirkan…..
krn percaya akan Tuhan, karena bla bla bla….. tapi ujung2nya karena takut masuk neraka bukan….. kq sptnya gmana gt….
mengikuti Tuhan karena takut nnt di kehidupan yang akan datang tersiksa…. spt beriman krn menginginkan kebahagiaan…..
Berarti beragama atau tidak beragama sama saja……
Hanya untuk kepuasan diri sendiri…. kl udah ke gereja dan taat, hati jadi lega……
kl ada masalah…… berdoa, minta bimbingan dan penguatannya….
Semua hanya untuk ketenangan batin semata…..
Hanya masalah pskilogis saja………
Jawaban:
Shalom WeLl,
Sebenarnya, tidak ada sesuatu yang aneh dengan keinginan kita manusia untuk mencari kebahagiaan. Ini adalah salah satu yang membuktikan bahwa kita adalah manusia, yaitu jika kita ingin hidup bahagia. Nah, karena kita manusia diciptakan Tuhan sebagai mahluk rohani (tidak saja terdiri dari tubuh), maka tidak heran, kebahagiaan kita sebagai manusia tidak saja berkenaan dengan kesenangan jasmani. Sebab telah banyak contohnya, bahwa orang- orang yang secara duniawi sudah mencapai segala- galanya, tetapi masih merasa ‘kosong’ bahkan ada yang memilih bunuh diri. Ini adalah bukti bahwa kebahagiaan manusia tidaklah ditentukan oleh terpenuhinya kebutuhan jasmani.
1. Apakah definisi kebahagiaan?
Nah sekarang, apakah definisi kebahagiaan menurut anda? Jika kebahagiaan yang anda maksud hanya pemenuhan kebutuhan material di dunia; mungkin saja memang dapat diperoleh tanpa melibatkan Tuhan. Tetapi apakah itu benar, bahwa manusia hanya puas dengan pemenuhan kebutuhan di dunia yang sifatnya sementara? Apakah manusia tidak menginginkan sesuatu yang bersifat selamanya dan kekal? Jika kita mau jujur, ya, kita manusia merindukan kebahagiaan yang sifatnya selamanya; dan ini ada di dalam hati semua orang, karena memang manusia diciptakan sedemikian oleh Tuhan. Manusia diciptakan seturut gambar dan rupa Allah, dan karenanya merindukan kekekalan dan kesempurnaan, sebab Allah yang menciptakan kita adalah Allah yang kekal dan sempurna.
Saya tidak mengerti latar belakang anda, bagaimana sewaktu masih tergabung dalam Gereja Katolik, dan pernah mengikuti persekutuan Karismatik. Apakah anda setia mengikuti Misa Kudus ataukah hanya sesekali? Apakah anda pernah mengikuti secara serius persekutuan doa Karismatik, atau hanya mengikuti persekutuan beberapa kali? Sejauh mana usaha yang anda lakukan untuk mempelajari iman anda? Apakah anda rajin berdoa dan merenungkan Kitab Suci? Apakah anda mengalami hubungan yang pribadi dengan Tuhan? Sesungguhnya pertanyaan- pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang tidak hanya layak ditujukan kepada anda, tetapi kepada semua umat Katolik, termasuk saya.
Satu hal yang perlu disadari adalah: karya Allah dalam hidup setiap orang itu berbeda- beda. Namun umumnya, berawal dari suatu kesadaran untuk bertanya kepada diri sendiri: “Jadi untuk apa saya hidup di dunia ini?”, seperti yang tersirat saya lihat dalam tulisan anda. Kerinduan anda agar dapat mengalami hubungan yang harmonis dengan Tuhan, itu sendiri adalah rahmat Tuhan. Sebab kerinduan kita akan Tuhan itu disebabkan oleh dorongan dari Tuhan. Maka, jiwa andapun sesungguhnya merindukan Tuhan, walaupun anda sekarang nampaknya masih berusaha untuk mencari kebahagiaan di tempat lain ataupun mempunyai definisi yang berbeda dengan kebahagiaan yang ditawarkan oleh Tuhan. Bagi umat Kristiani, kebahagiaan diperoleh hanya di dalam Tuhan Yesus, yang membawa kita kita kepada kehidupan kekal di Surga. Silakan membaca lebih lanjut tentang ini di artikel Kebahagiaan Manusia hanya ada di dalam Tuhan, silakan klik. Itulah sebabnya, betapapun kita manusia mencari kebahagiaan di tempat lain ataupun kepada sesuatu yang lain, selalu berakhir dengan ‘kekosongan’. Sebab manusia diciptakan oleh Tuhan untuk mengenal dan mengasihi Pencipta-Nya, maka sebelum kita sampai ke sana, hati kita akan ‘kosong’ dan kita tidak akan dapat memperoleh kebahagiaan dan ketenangan yang sejati. St. Agustinus pernah mengajarkan demikian, “You have made us for yourself, O Lord, and our hearts are restless until they rest in You.” [Engkau telah menciptakan kami bagi diriMu, O Tuhan, dan hati kami gelisah, sampai ia beristirahat di dalam Engkau”].
2. Umumnya seseorang kembali kepada Tuhan setelah mengalami kesusahan/ ujian dalam hidup.
Silakan anda memeriksa batin anda, apakah pengalaman hidup anda membuat anda (dan kakak) meninggalkan iman anda? Apakah itu yang anda sebut sebagai ‘kejanggalan dan ketidak masuk akalan dalam kitab suci?’ Kalau anda mau, anda dapat mendiskusikannya dengan kami. Firman Tuhan memang mengatakan bahwa segala yang ada pada kita adalah karena karunia Tuhan (2 Kor 9:8), namun Tuhan juga tidak mengecilkan makna kerja keras kita. Bahkan kalau kita membaca Kitab Suci, kita melihat bahwa tokoh- tokoh yang menjadi teladan iman di sana, baik itu para nabi, para rasul, tak terkecuali Yesus Kristus sendiri, bekerja keras di dalam hidup. Jadi tidak benar bahwa kalau orang sudah menerima karunia lalu ‘tidak perlu bekerja’. Namun sebaliknya, tidak benar juga jika dikatakan bahwa tanpa Tuhan pekerjaan dapat berjalan lancar. Sebab pandangan ini ‘melupakan’ bahwa pekerjaan itu dapat berjalan, karena Tuhan memungkinkan hal itu terjadi, dengan memberikan kemampuan kepada orang itu untuk melakukannya. Coba bayangkan jika Tuhan mengijinkan anda mengalami sakit penyakit, kecelakaan, bencana, ditipu orang, atau orang yang paling anda kasihi meninggal dunia secara mendadak. Maka, tak mengherankan, ada banyak orang kembali kepada Tuhan, justru setelah mengalami kesusahan; sebab justru pada saat itu ia dapat dengan rendah hati menerima bahwa segala yang ada padanya sesungguhnya diperoleh karena kemurahan Tuhan, dan dalam sekejap dapat hilang, jika Tuhan mengijinkan hal itu terjadi. Namun ada satu kebahagiaan sejati, meski dalam keadaan tersulit sekalipun, yaitu jika kita bersandar kepada Tuhan. Hal ini bukan masalah psikologis semata, sebab ilmu psikologis sendiri tidak akan dapat menjelaskannya secara tuntas mengapa demikian, ketika itu berkaitan dengan mukjizat- mukjizat dan pertobatan yang mengubah hidup secara total, misalnya dari kasus kecanduan, ataupun dari berbagai perilaku penyimpangan lainnya.
3. Apakah Tuhan sungguh ada?
Jika anda masih bertanya- tanya, apakah benar Tuhan itu ada, silakan anda membaca di sini, Bagaimana membuktikan bahwa Tuhan itu ada? silakan klik. Ataupun kalau anda mau membaca kisah kesaksian seorang Atheis yang kemudian menjadi Katolik, silakan klik di sini. Kesaksian tersebut adalah dari seorang yang bernama Lawrence Feingold, yang sejak kecilnya dididik secara atheis, namun akhirnya mengalami pengalaman kasih Tuhan, dan memutuskan untuk menjadi Katolik. Ia akhirnya mendalami iman Katolik sedemikian rupa, menjadi seorang doktor dalam hal Theologi, dan kini menjadi salah satu pembimbing Theologis situs Katolisitas ini. Tuhan bekerja dengan cara-Nya yang tersendiri, untuk membawa kita masing- masing untuk mengenal dan mengasihi Dia yang terlebih dahulu mengasihi kita. Pengalaman akan kasih Tuhan inilah yang mengubah hidup seseorang, dan sebab hanya Tuhanlah yang dapat ‘mengisi kekosongan’ dalam hati setiap orang secara sempurna.
4. Kebahagiaan kita yang sejati adalah bersatu selamanya dengan Allah yang menciptakan dan menyelamatkan kita
Maka, pencarian kebahagiaan kita sesungguhnya bukan ‘hanya’ demi ‘kepuasan diri sendiri’ atau ‘demi menghindari neraka’ seperti kata anda, namun jauh lebih indah dan mulia daripada itu: yaitu untuk bersatu selamanya dengan Allah yang menciptakan dan menyelamatkan kita. Dan ini tidak dapat dibandingkan dengan kebahagiaan apapun yang ditawarkan oleh dunia ini. Di dunia ini kita dapat saja mengalami bermacam kebahagiaan, tetapi sifatnya tidak sempurna, dan sementara. Namun jika kita mempunyai Kristus di dalam hati kita, maka kebahagiaan kita itu bersifat tetap, dan kebahagiaan ini menghantar kita kepada kesempurnaannya di surga kelak.
WeLl, saya percaya Tuhan masih terus mengetuk pintu hati anda dan menantikan jawaban anda. Saya berdoa, semoga akan tiba saatnya, anda membuka pintu bagi-Nya dan membiarkan-Nya masuk untuk mengisi kekosongan hati anda, dan memberikan kebahagiaan yang anda cari selama ini. Gereja Katolik tetaplah rumah anda yang terus menantikan anda kembali pulang.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org