Home Blog Page 251

Tentang kabbalah

15

Pertanyaan:

beberapa waktu yang lalu, saya diajak oleh teman protestan saya untuk menghadiri kebaktiannya. kotbah kali itu adalah tentang (kalau tidak salah) kabbalah.

yang menarik perhatian saya adalah (sekali lagi, kalau tidak salah) kabalah ini dibuat oleh salomo. karena salomo adalah tokoh alkitab. apakah kabalah ini ada didalam Gereja Katolik?

Jawaban:

Shalom Alexander,

1. Kabbalah, apakah itu?

Belakangan ini memang dikabarkan banyak para selebriti di Amerika ramai- ramai mempelajari Kabbalah. Kabbalah berasal dari tradisi agama Yahudi. Memang kata ‘kabbalah’ ini berarti ‘tradisi’/ ‘yang diterima’. Pada abad ke- 13, tradisi ini dituliskan, dalam Sefer ha Zohar (the Book of Enlightenment), dan sejak itu ‘kabbalah’ bagi sebagian orang mengacu kepada rahasia kodrat ilahi, kosmos dan jiwa manusia, secara khusus jiwa seorang Yahudi.

Namun dewasa ini, pengetahuan populer tentang kabbalah tidaklah (sedikit sekali) mengacu kepada makna asli tradisi Yahudi, melainkan hanya mencerminkan kebutuhan para pencari hal- hal spiritual. Dalam salah satu situs Kabbalah, the Bnei Baruch World Center for Kabbalah dikatakan, “Today, many well-known celebrities have popularized a New Age pop-psychology distortion of Kabbalah that has more in common with the writings of Deepak Chopra than with any authentic Jewish source.”Kepopularitasan kabbalah dewasa ini menurut Prof Hava Tirosh- Samuelson ((Prof. Hava Tirosh- Samuelson, seorang ahli tentang hubungan antara filosofi dan kabbalah dari Arizona State University)), merupakan interpretasi ulang dari mistik Yahudi dan kesalahan interpretasi dari tradisi Yahudi. Rabbi David Fine dari kongregasi Beth Israel Abraham & Voliner juga mengatakan bahwa pandangan populer tentang kabbalah tidak ada hubungannya dengan Kabbalah yang asli.

Tak mengherankan, bagi Elliot Wolfson, seorang profesor dalam bidang studi Ibrani dan Yahudi di New York University dan ahli Kabbalah, mengatakan bahwa apa yang diajarkan sekarang, bukanlah tradisi tetapi teori distorsi, “pop version that is far more a form of New Age occult astrology and magic than a genuine expression of Kabbalah.”

2. Tanggapan Gereja Katolik

Melihat prinsip pengajarannya dewasa ini yang mengarah kepada praktek New Age, maka kabbalah ini tidak sesuai ajaran Gereja Katolik. Dari informasi yang saya peroleh, kabbalah yang dikenal sekarang ini umumnya berasal dari tulisan di abad pertengahan, jadi bukan dari jaman Salomo. Jika kita membaca informasi mengenai Kabbalah ini dari beberapa orang ahlinya, maka kita menemukan beberapa jenis interpretasi, sehingga memang tidak diketahui versi mana yang benar. Karena kabbalah ini ditulis berdasarkan tradisi Yahudi yang pada kenyataannya menolak Kristus sebagai Allah Putera, maka sesungguhnya prinsip kabbalah ini tidak sesuai dengan ajaran Kristiani.

Beberapa prinsip pengajarannya tidak sesuai dengan ajaran Kristus dan Gereja Katolik, contohnya seperti reinkarnasi, astrologi, beberapa campuran ajaran gnosticism, dan juga prinsip peningkatan hal spiritual dengan kekayaan jasmani, (serupa prinsip teologi kemakmuran). Pandangan- pandangan ini menggeserkan peran Yesus sebagai satu- satunya jalan kepada Bapa (Yoh 14:6) dengan memperkenalkan tokoh- tokoh penyelamat dan kekuatan alam lainnya. Pandangan ini juga mengesampingkan makna pengorbanan Kristus di kayu salib, yang merupakan inti ajaran Kristiani.

Semoga kita dapat menjadi lebih waspada dengan segala ajaran baru yang bermunculan di sekitar kita, dan tetap teguh berpegang ajaran Magisterium Gereja Katolik.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Menjawab kebingungan akan Trinitas dan kodrat Yesus

16

Pertanyaan:

Shalom semua… Tuhan memberkati…

malam ini saya bingung… seperti memilih dua jalan yang saya tidak tahu akhirnya dimana…
saya memang dibesarkan dalam keluarga katolik tapi tidak terlalu fanatik…
masalah saya ini…
dari dulu saya diajarkan tentang 3 pribadi Allah…
Allah Bapa yang adalah Tuhan
Allah Putra yang adalah Yesus
dan Allah Roh Kudus

beberapa waktu yang lalu saya diyakini dan iman saya semakin diteguhkan bahwa pribadi Allah ada masanya sendiri dalam artian
1) saat penciptaan hingga sebelum kelahiran Yesus di dunia, Tuhan yang berkehendak dan mengatur semua, dan Tuhan langsung berfirman pada nabi-nabinya yang kudus tanpa perantaraan apapun dan siapapun
2) saat kelahiran Yesus hingga kebangkitannya, Yesus datang menebus kita dengan darahNya yang suci mulia, bahkan mengadakan tanda-tanda dan mukjizat yang luar biasa agar bisa mengarahkan hati orang kaku dan keras
3) saat Roh Kudus turun atas para rasul sampai saat ini kita diberi Tuhan kuasa untuk dengan kebijakanNya dalam Roh Kudus yang ada dalam setiap kita menaklukan setan dan iblis serta kembali bersatu dengan kerahimanNya

namun beberapa saat yang lalu di salah satu forum ada artikel bahwa sebenarnya Allah kita hanya satu yaitu Tuhan, lalu bagaimana dengan Yesus Kristus? apakah dia nabi atau pribadi Allah yang lain??
saya bingung karena pendapat itu diperkuat dengan pernyataan bahwa Yesus sendiri dalam Alkitab tidak menunjukkan dirinya sebagai salah satu pribadi Allah… saya berpikir Yesus Kristus adalah pintu bagi kemulian Tuhan bersatu dengan kehinaan manusia, sama seperti air dan minyak yang hanya bisa bersatu oleh karena sabun, saya berpikir bahwa doa saya kepada Yesus Kristus adalah sebagai permohonan agar bisa melalui Dia saya bertemu Bapa Pencipta karena telah mengikuti jalannya juga pernyataan Yesus akan hukum kasih yang pertama “kasihilah Tuhan, Allahmu….” juga dalam Mrk. 12:29 “Dengarlah hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa”…kan berarti Yesus menyangkal diriNya sebagai Allah… juga pernyataan bahwa dulu sebelum katolik terpisah menjadi katolik roma dan ortodox timur saat diadakan konsili Nicea-Konstaninopel banyak pemimpin gereja yang hadir adalah pemimpin gereja ortodox timur yang faham teologisnya dipengaruhi faham helenistik atau faham Yunani yang menyembah berhala jadi ortodox timur tidak merasa banyak Allah menjadi beban karena sejarah mereka yang sebelumnya merujuk pada penyembahan berhala, bahkan Paus pertama St. Petrus tidak menjadikan Yesus sebagai Tuhan, tetapi Tuan…bukan God tapi Lord…dan memang terjemahan bahasa indonesia yang payah dan saya menyalahkan LAI!! saat gereja perdana nama Yesus adalah sebagai nabi besar yang merupakan satu2nya pintu akses kepada kekekalan Bapa…. namun di posting ini, Arius malah disebut sesat… dan memang secara logika Yesus bukanlah Tuhan tetapi manusia sejati yang sebelum berada di rahim Bunda Perawan telah dipenuhi Roh Kudus dan dari pada itu pula kemungkinan besar Yesus dijauhkan dan tidak pernah menyentuh dosa seumur hidupNya…
semua artikel itu didapat dari (http://www.ekaristi.org/forum/viewtopic.php?t=2709)
duh bingung…bagaimana ini?? iman saya sedang diuji…. mohon bantuan! sekarang pilihan saya ada dua antara menjadikan Yesus sebagai Allah Putra Penebus atau seorang Perantara Tuhan bagi manusia
saat menjadikan Yesus sebagai Allah Putra saya takut kenyataan Tuhan bahwa Yesus adalah pengantara Tuhan dan manusia, dengan itu saya dihukum karena menduakan Tuhan
saat menjadikan Yesus sebagai Pengantara saya takut kenyataan Tuhan bahwa Yesus adalah Putra TunggalNya dengan itu saya dihukum karena meragukan iman saya
saat ini saya berpikir yang patut saya sembah adalah Tuhan Allah Pencipta dan kepada Yesus Kristus saya mohon ijin memasuki Kerajaan Surga dalam nama Dia yang adalah Kristus…saya takut salah memangil Yesus dengan sebutan Tuhan atau Pengantara…
tolong bantuannya…saya sampai tidak bisa tidur…saya takut pada Tuhan(T_T)
semoga Roh Kudus bisa membimbing kita agar jawaban yang kita sampaikan berkenan dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus. Amin

Gunawan Wijaya

Jawaban:

Shalom Gunawan Wijaya,

Terima kasih atas sharingnya tentang kebingungan anda tentang Trinitas. Mari kita membahasnya bersama-sama dan mohon Roh Kudus membimbing diskusi kita, sehingga kita dapat memperoleh keyakinan akan iman kita.

Menghindari jebakan ajaran sesat modalisme

1) Pengertian anda tentang peran Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus harus dimengerti dengan benar, karena dapat terjebak pada ajaran modalisme (modelism), yang ditentang oleh Gereja Katolik. Pengajaran yang salah ini, menekankan akan peran Allah Bapa pada penciptaan, kemudian diganti dengan peran Allah Putera yang membebaskan manusia, dan kemudian diganti dengan peran Roh Kudus yang menyucikan manusia. Kita harus mengerti bahwa Allah Putera dan Allah Roh Kudus melakukan segala sesuatunya (mencipta, menebus manusia, menguduskan, dll) bersama-sama dengan Allah Bapa.

2) Kalau di forum tersebut dikatakan bahwa Allah kita adalah satu, maka hal tersebut adalah benar, karena memang Gereja Katolik mengajarkan bahwa Trinitas adalah satu Allah dalam tiga Pribadi atau satu hakekat /substansi (substance) dalam tiga pribadi (person). Dengan demikian, kita harus mengerti hakekat substansi dan pribadi. Silakan melihat artikel tentang Trinitas di atas – silakan klik. Dengan mengerti akan perbedaan substansi dan pribadi, maka kita akan dapat mengerti Trinitas dengan baik.

Membuktikan bahwa Yesus Kristus adalah Allah

Beberapa artikel yang membantu

Dengan pengertian point 1, maka kita dapat melihat bahwa Yesus Kristus dan Roh Kudus ada bersama-sama dengan Bapa sepanjang segala abad. Sekarang permasalahannya adalah bagaimana kita tahu bahwa Yesus adalah Allah. Untuk itu, anda dapat membaca artikel tentang ke-Allahan Yesus Kristus dalam beberapa artikel Kristologi berikut ini:

Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia, karena Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia.

Yesus tidak pernah mengatakan “Aku Tuhan dan sembahlah Aku”

Anda mengatakan “saya bingung karena pendapat itu diperkuat dengan pernyataan bahwa Yesus sendiri dalam Alkitab tidak menunjukkan dirinya sebagai salah satu pribadi Allah” Kalau yang dicari kata-kata secara persis “Aku Tuhan dan sembahlah Aku”, maka memang tidak ada kalimat tersebut. Namun, Yesus membuktikan Diri-Nya Tuhan dengan cara yang lebih menyakinkan, yaitu dengan dinubuatkan sebelumnya, mukjijat yang dilakukan-Nya – termasuk mengampuni dosa dan bangkit dari antara orang mati. Silakan membaca lebih lanjut dalam link-link yang saya berikan. Argumentasi bahwa Yesus bukan Tuhan karena Yesus tidak pernah mengatakan “Aku Tuhan dan sembahlah Aku” adalah sama seperti seseorang tidak percaya Bill Gates adalah orang yang kaya, karena dia tidak pernah mengatakan “Akulah orang kaya, akuilah itu”. Silakan melihat jawaban lengkapnya di sini – silakan klik.

Tentang konsili Nicea (325)

Untuk konsili Nicea yang sering dipakai untuk mengatakan bahwa Yesus diberikan gelar Tuhan pada tahun 325, maka anda dapat melihat jawaban ini – silakan klik.

Syahadat ‘Aku Percaya’ menyatakan bahwa rahasia sentral iman Kristen adalah Misteri Allah Tritunggal. Maka Trinitas adalah dasar iman Kristen yang utama[9] yang disingkapkan dalam diri Yesus. Seperti kita ketahui di atas, iman kepada Allah Tritunggal telah ada sejak zaman Gereja abad awal, karena didasari oleh perkataan Yesus sendiri yang disampaikan kembali oleh para murid-Nya. Jadi, tidak benar jika doktrin ini baru ditemukan dan ditetapkan pada Konsili Konstantinopel I pada tahun 359! Yang benar ialah: Konsili Konstantinopel I mencantumkan pengajaran tentang Allah Tritunggal secara tertulis, sebagai kelanjutan dari Konsili Nicea (325)[10], dan untuk menentang heresies (ajaran sesat) yang berkembang pada abad ke-3 dan ke-4, seperti Arianisme (oleh Arius 250-336, yang menentang kesetaraan Yesus dengan Allah Bapa) dan Sabellianisme (oleh Sabellius 215 yang membagi Allah dalam tiga modus, sehingga seolah ada tiga Pribadi yang terpisah).

Dari sejarah Gereja kita melihat bahwa konsili-konsili diadakan untuk menegaskan kembali ajaran Gereja (yang sudah berakar sebelumnya) dan menjaganya terhadap serangan ajaran-ajaran sesat/ menyimpang. Jadi yang ditetapkan dalam konsili merupakan peneguhan ataupun penjabaran ajaran yang sudah ada, dan bukannya menciptakan ajaran baru. Jika kita mempelajari sejarah Gereja, kita akan semakin menyadari bahwa Tuhan Yesus sendiri menjaga Gereja-Nya: sebab setiap kali Gereja ‘diserang’ oleh ajaran yang sesat, Allah mengangkat Santo/Santa yang dipakai-Nya untuk meneguhkan ajaran yang benar dan Yesus memberkati para penerus rasul dalam konsili-konsili untuk menegaskan kembali kesetiaan ajaran Gereja terhadap pengajaran Yesus kepada para Rasul. Lebih lanjut mengenai hal ini akan dibahas di dalam artikel terpisah, dalam topik Sejarah Gereja.

Pengaruh faham helenistik dalam Kekristenan

Tidak benar kalau dikatakan bahwa Gereja perdana karena dipengaruhi oleh faham helenistik, kemudian tidak berkeberatan dengan penyembahan berhala. Kalau demikian halnya, bagaimana kita menjelaskan begitu banyak martir yang meninggal karena mempertahankan iman mereka akan Yesus Kristus yang adalah Tuhan? Kalau memang tidak menjadi masalah bagi jemaat Kristen perdana untuk menyembah berhala, seharusnya pada waktu kekaisaran Diocletian, mereka mengikuti keinginan kaisar untuk menyembah dewa-dewi Roma. Namun, yang terjadi adalah jemaat Kristen Perdana (sekitar 20,000 martir) lebih suka menyerahkan nyawanya dibandingkan menyembah berhala.

Silakan juga melihat beberapa kutipan Bapa Gereja sebelum konsili Nicea (325), yang berarti membuktikan bahwa sebelum konsili Nicea, para Bapa Gereja mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan.

Ignatius of Antioch [50-117 AD] Epistle to the Ephesians
“Ignatius, also called Theophorus, to the Church at Ephesus in Asia . . . predestined from eternity for a glory that is lasting and unchanging, united and chosen through true suffering by the will of the Father in Jesus Christ our God” (Letter to the Ephesians 1 [A.D. 110]).
“For our God, Jesus Christ, was conceived by Mary in accord with God’s plan: of the seed of David, it is true, but also of the Holy Spirit” (ibid., 18:2).
Ignatius of Antioch [50-117 AD] Epistle to the Romans
“[T]o the Church beloved and enlightened after the love of Jesus Christ, our God, by the will of him that has willed everything which is” (Letter to the Romans 1 [A.D. 110]).
Aristides the Philosopher [90-150 AD] The Apology
“[Christians] are they who, above every people of the earth, have found the truth, for they acknowledge God, the Creator and maker of all things, in the only-begotten Son and in the Holy Spirit” (Apology 16 [A.D. 140]).
Tatian the Syrian [120-180 AD] Address to the Greeks
“We are not playing the fool, you Greeks, nor do we talk nonsense, when we report that God was born in the form of a man” (Address to the Greeks 21 [A.D. 170]).
Irenaeus of Lyons [120-180 AD] Adversus Haereses (Book I, Chapter 10)
“For the Church, although dispersed throughout the whole world even to the ends of the earth, has received from the apostles and from their disciples the faith in one God, Father Almighty, the creator of heaven and earth and sea and all that is in them; and in one Jesus Christ, the Son of God, who became flesh for our salvation; and in the Holy Spirit, who announced through the prophets the dispensations and the comings, and the birth from a Virgin, and the passion, and the resurrection from the dead, and the bodily ascension into heaven of the beloved Christ Jesus our Lord, and his coming from heaven in the glory of the Father to reestablish all things; and the raising up again of all flesh of all humanity, in order that to Jesus Christ our Lord and God and Savior and King, in accord with the approval of the invisible Father, every knee shall bend of those in heaven and on earth and under the earth . . . ” (Against Heresies 1:10:1 [A.D. 189]).
Irenaeus of Lyons [120-180 AD] Adversus Haereses (Book III, Chapter 19)
“Nevertheless, what cannot be said of anyone else who ever lived, that he is himself in his own right God and Lord . . . may be seen by all who have attained to even a small portion of the truth” (ibid., 3:19:1).
Clement of Alexandria [150-215 AD] Exhortation to the Heathen (Chapter 1)
“The Word, then, the Christ, is the cause both of our ancient beginning-for he was in God-and of our well-being. And now this same Word has appeared as man. He alone is both God and man, and the source of all our good things” (Exhortation to the Greeks 1:7:1 [A.D. 190]).
Clement of Alexandria [150-215 AD] Exhortation to the Heathen (Chapter 10)
“Despised as to appearance but in reality adored, [Jesus is] the expiator, the Savior, the soother, the divine Word, he that is quite evidently true God, he that is put on a level with the Lord of the universe because he was his Son” (ibid., 10:110:1).
Hippolytus [170-236 AD] Refutation of All Heresies (Book IX)
“Only [God’s] Word is from himself and is therefore also God, becoming the substance of God” (Refutation of All Heresies 10:33 [A.D. 228]).
Hippolytus [170-236 AD] Refutation of All Heresies (Book X)
“For Christ is the God over all, who has arranged to wash away sin from mankind, rendering the old man new” (ibid., 10:34).
Tertullian [160-240 AD] Against Praxeas
“That there are two gods and two Lords, however, is a statement which we will never allow to issue from our mouth; not as if the Father and the Son were not God, nor the Spirit God, and each of them God; but formerly two were spoken of as gods and two as Lords, so that when Christ would come, he might both be acknowledged as God and be called Lord, because he is the Son of him who is both God and Lord” (Against Praxeas 13:6 [A.D. 216]).
“The origins of both his substances display him as man and as God: from the one, born, and from the other, not born” (The Flesh of Christ 5:6–7 [A.D. 210]).
Origen [185-254 AD] De Principiis (Book IV)
“Although he was God, he took flesh; and having been made man, he remained what he was: God” (The Fundamental Doctrines 1:0:4 [A.D. 225]).
Novatian [220-270 AD] Treatise Concerning the Trinity
“If Christ was only man, why did he lay down for us such a rule of believing as that in which he said, ‘And this is life eternal, that they should know you, the only and true God, and Jesus Christ, whom thou hast sent?’ [John 17:3]. Had he not wished that he also should be understood to be God, why did he add, ‘And Jesus Christ, whom thou hast sent,’ except because he wished to be received as God also? Because if he had not wished to be understood to be God, he would have added, ‘And the man Jesus Christ, whom thou hast sent;’ but, in fact, he neither added this, nor did Christ deliver himself to us as man only, but associated himself with God, as he wished to be understood by this conjunction to be God also, as he is. We must therefore believe, according to the rule prescribed, on the Lord, the one true God, and consequently on him whom he has sent, Jesus Christ, who by no means, as we have said, would have linked himself to the Father had he not wished to be understood to be God also. For he would have separated himself from him had he not wished to be understood to be God” (Treatise on the Trinity 16 [A.D. 235]).
Cyprian of Carthage [200-270 AD] Treatise 3
“One who denies that Christ is God cannot become his temple [of the Holy Spirit] . . . ” (Letters 73:12 [A.D. 253]).
Lactantius [290-350 AD] The Epitome of the Divine Institutes
“He was made both Son of God in the spirit and Son of man in the flesh, that is, both God and man” (Divine Institutes 4:13:5 [A.D. 307]).
Lactantius [290-350 AD] Divine Institutes, Book IV
“We, on the other hand, are [truly] religious, who make our supplications to the one true God. Someone may perhaps ask how, when we say that we worship one God only, we nevertheless assert that there are two, God the Father and God the Son-which assertion has driven many into the greatest error . . . [thinking] that we confess that there is another God, and that he is mortal. . . . [But w]hen we speak of God the Father and God the Son, we do not speak of them as different, nor do we separate each, because the Father cannot exist without the Son, nor can the Son be separated from the Father” (ibid., 4:28–29).

Tentang Rasul Petrus dan pengakuannya akan keAllahan Yesus

Manusia tidak perlu menjadikan Yesus Tuhan, karena Yesus sendiri telah membuktikan bahwa Diri-Nya adalah Tuhan. Kalau rasul Petrus tidak percaya bahwa Yesus Tuhan, maka bagaimana kita menerangkan hal-hal berikut ini:

1. Pengakuan Petrus di Kaisarea Filipi14  Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” 15  Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” 16  Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” 17  Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. 18  Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. 19  Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” 20  Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias.” (Mt 16:14-20; Mk 16:16)

Dari ayat 14, kita tahu bahwa banyak orang membandingkan Yesus dengan para nabi-nabi besar di dalam Perjanjian Baru. Namun Petrus mengatakan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Anak Allah inilah yang memberikan kunci Kerajaan Sorga kepada Petrus. Siapakah yang dapat memberikan kunci Kerajaan Sorga kepada seseorang, kalau Dia tidak mempunyai kunci ini sebelumnya? Dan siapakah yang dapat memberikan kunci Kerajaan Sorga kecuali Allah sendiri?

2) Pada hari Pentakosta, Petrus berkata “Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” (Kis 2:38) Apakah mungkin seseorang dibaptis dalam nama manusia dan bukan Tuhan?

3) Ketika Petrus dan Yohanes disidang oleh kaum Farisi, dia mengatakan “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia [Yesus], sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:12) Kalau Yesus bukan Tuhan, mengapa Petrus mengatakan bahwa keselamatan hanya ada di dalam Yesus?

Kesimpulan

Dari pemaparan di atas dan link-link yang diberikan, maka secara jelas anda akan melihat bahwa iman yang yakini – bahwa Yesus adalah Tuhan – mempunyai dasar yang kuat. Untuk mengerti Trinitas, mulailah dari pribadi Yesus terlebih dahulu, yang memang secara jelas masuk dalam sejarah manusia, yang telah dinubuatkan sebelumnya, yang telah membuat begitu banyak mukjijat – termasuk mengampuni dosa dan bangkit dari antara orang mati -, yang mempunyai kodrat sungguh manusia dan sungguh Allah, dan terus diimani sebagai Allah oleh jemaat perdana. Semoga uraian ini dan link-link yang diberikan dapat membantu.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org

Keselamatan: susah atau gampang?

27

Keselamatan: susah atau gampang?

Pertanyaan:

Hai,
saya ingin bertanya sesulit apakah memperoleh keselamatan itu..
Di 1 sisi, digambarkan kerajaan surga sulit dmasuki karena Yesus pernah mengatakan bahwa lebih sulit orang kaya masuk surga dari pada unta masuk lubang jarum
DI sisi lain, dikatakan bila kita menyesal atas dosa kita saja, Tuhan akan mengampuni (seperti di buku Maria Sima)

Jadi, bagaimana konsep yang sebenarnya?

Terima kasih,
Cleo

Jawaban:

Shalom Cleo,

1. Keselamatan itu “susah- susah gampang”

Jika mau dijawab dengan jujur maka mungkin jawabannya adalah keselamatan itu kita peroleh dalam Kristus, dengan “susah- susah gampang”. Artinya kita memang dapat melihat dari dua sisi. Mudah/ gampang, karena “modal” utamanya adalah kasih karunia Allah (Ef 2: 8-9); sehingga yang bagian harus kita lakukan ‘hanya’ adalah menerima karunia ini dengan iman, dan bertobat; memberikan diri kita dibaptis dalam air dan Roh Kudus (Yoh 5:3). Selanjutnya, yang sulit adalah bertahan untuk hidup di dalam rahmat pengudusan yang sudah kita terima pada saat Pembaptisan ini. Artinya, kita harus tetap bertahan hidup sesuai dengan iman kita (lih. Mat 10:22, 24:13). Iman kita harus dinyatakan dalam perbuatan kasih agar sungguh dapat merupakan iman yang hidup dan menyelamatkan (lih. Yak 2: 17, 24, 26). Dengan perkataan lain agar kita dapat mempertahankan rahmat keselamatan yang telah kita terima pada saat Pembaptisan, kita harus berjuang untuk hidup kudus. Mengenai apa itu kekudusan, silakan klik di sini, dan bahwa semua orang dipanggil untuk hidup kudus, klik di sini.

2. Resepnya: ketaatan iman dan bertahan dalam kekudusan

Rasul Paulus mengajarkan kita untuk selalu taat, dan mengerjakan keselamatan kita dengan takut dan gentar (Flp 2:12) dan ia sendiri memberikan teladan dalam hal ini. Ia sendiri melatih tubuhnya dan menguasai dirinya, dengan kata lain ia berjuang untuk tetap hidup kudus, supaya setelah ia memberitakan Injil kepada orang lain, ia sendiri tidak ditolak oleh Tuhan (lih. 1 Kor 9:27). Namun dalam usaha untuk hidup kudus ini, kita tidak boleh mudah berputus asa, dan merasa “ah sukar sekali“, sebab itu tandanya kita masih mengandalkan diri sendiri. Kita harus mengandalkan kekuatan yang dari Tuhan sendiri, dengan berakar dalam doa, Sabda Tuhan dan sakramen- sakramen Gereja, terutama sakramen Ekaristi dan sakramen Tobat. Dengan mengandalkan rahmat Tuhan ini, maka apa yang kelihatan sulit menjadi mudah, yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Maka, tulisan Maria Sima yang mendorong manusia untuk bertobat, bukanlah dimaksudkan untuk ‘menggampangkan’ keselamatan; sebab jika anda membaca keseluruhan buku itu (Bebaskan kami dari sini!); justru buku itu menjelaskan adanya Api Penyucian, dan bahwa jiwa- jiwa yang ada di Api Penyucian itu adalah mereka yang sudah bertobat, namun masih perlu untuk dimurnikan oleh Allah agar dapat sempurna bersatu dengan Allah dalam Kerajaan Surga.

3. Kesimpulan

Akhirnya, konsep keselamatan ini harus dilihat dengan seimbang antara dua sisi, yaitu dari sisi kasih karunia Allah dan dari sisi mempertahankan karunia tersebut. Memang dari sisi menerima karunia Allah, kesannya mudah, namun dari mempertahankannya itu membutuhkan perjuangan seumur hidup. Hal ini juga telah diajarkan oleh Kristus, yaitu tentang sulitnya orang kaya masuk dalam kerajaan surga (Mat 19:24; Mrk 10:25; Luk 18:25).  Kita manusia umumnya memang sulit untuk menanggalkan ‘kekayaan’ diri kita yaitu segala bentuk keterikatan kita dengan kenikmatan dunia dan segala ciptaan, untuk memusatkan diri kepada hal- hal surgawi.

Oleh sebab itu Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa keselamatan itu diperoleh dengan mudah, sekali saja, dan setelah itu tidak dapat hilang (once saved always saved), yang sudah dibahas di sini, silakan klik. Kita tidak dapat menekankan berat sebelah hanya kepada kasih karunia saja, atau sebaliknya hanya usaha perbuatan manusia saja. Kedua paham ini tidak sesuai dengan ajaran Kristus. Jika kita ingin setia menjalankan seluruh ajaran dalam Kitab Suci, kita harus menerima bahwa keselamatan itu memang adalah rahmat kasih karunia dari Allah, namun juga membutuhkan kerjasama dari kita untuk terus berjuang hidup sesuai dengan rahmat itu, dengan pertolongan Tuhan Yesus. Kita harus mengingat bahwa Tuhan Yesus telah melakukan bagian “yang tersulit”, yaitu dengan pengorbanan-Nya di kayu salib untuk menyelamatkan kita. Maka bagian yang harus kita lakukan adalah bertobat, menerima rahmat keselamatan itu dan bertahan di dalamnya sampai kesudahannya. Awalnya mudah bagi kita, namun selanjutnya adalah perjuangan. Jadi keselamatan itu “gampang dan susah”, namun tidak ada yang mustahil bagi kita orang yang percaya, sebab tiada yang mustahil bagi Allah (lih. Luk 1: 37)!

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Apakah untuk menjadi murid Yesus, seseorang harus membenci sesama?

2

Pertanyaan:

Bu Inggrid & Pak Stef yang saya hormati,

Saya ada sedikit pertanyaan mengenai Lukas 14:26 “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.”

bagaimana penjelasannya menurut katolisitas.org mengenai ayat tersebut ? mengapa terkesan kita disuruh membenci keluarga kita untuk mengikuti Yesus ? mohon maaf bila sebelumnya pernah dibahas, sebenarnya saya sudah mendapatkan jawabannya, namun saya belum puas bila belum dijawab oleh katolisitas.org :)

terima kasih

JMJLU – Caesarandra

Jawaban:

Shalom Caesarandra,

Terima kasih atas pertanyaannya yang bagus tentang mengapa untuk menjadi murid-Nya, Yesus mengatakan untuk membenci saudara-saudara yang lain. Dikatakan:

Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Lk 14:26)

Yesus mengajarkan dan melakukan kasih

Kalau kita membaca dari seluruh pengajaran Kristus, maka kita dapat menyimpulkan bahwa Yesus mengajarkan hukum kasih. Dan bahkan Dia mempertegas bahwa dua hukum terutama adalah mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama, seperti yang dikatakan-Nya:

Mt 22:36-39 “36 Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” 37  Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 39  Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. 40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”

Dan kemudian Yesus sendiri telah membuktikan bahwa Dia rela menderita, disiksa, dibunuh di kayu salib demi kasih-Nya kepada Bapa dan kasih-Nya kepada umat manusia. Salib adalah bukti kesempurnaan manifestasi dua perintah kasih ini. Dengan demikian, Yesus yang mengajarkan kasih dan telah menunjukkan kasih ini secara sempurna di kayu salib, tidak mungkin mengajarkan hal yang bertentangan dengan kasih, seperti membenci orang tua dan sesama. (lih. Mt 19:19)

Bagaimana kita mengartikan Lk 14:26?

1. Kasih kepada Allah lebih utama daripada kasih kepada sesama

Pertama kita harus menyadari bahwa Yesus ingin mengajarkan bahwa kita harus mengasihi Yesus – yang adalah Tuhan – lebih utama daripada kita mengasihi sesama. Inilah sebabnya dalam kasih yang bersifat adi-kodrati (supernatural), maka kita harus mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama atas dasar kasih kita kepada Tuhan. Jadi, kita melihat keutamaan kasih kepada Tuhan, yang membantu kita untuk dapat mengasihi sesama dengan lebih baik. Kita juga dapat melihat dalam sepuluh perintah Allah dituliskan dalam dua loh batu, di mana batu pertama adalah perintah untuk mengasihi Tuhan (perintah 1-3) dan batu kedua adalah perintah untuk mengasihi sesama (perintah 4-10).

Kita juga harus menyadari bahwa kasih yang bersifat adi-kodrati, seperti yang dicontohkan dalam kehidupan para kudus, hanya mungkin dilakukan secara terus-menerus karena dorongan rahmat Allah. Tanpa rahmat Allah, maka akan sangat sulit untuk melakukan apa yang dilakukan oleh Bunda Teresa, yaitu membaktikan hidupnya demi orang-orang yang termiskin dan tertindas sepanjang hidupnya.

2. Membenci berarti mengasihi dengan kadar yang berbeda

Membenci [miseí, pres. act. indic. 3d person sing.] dalam hal ini berarti mengasihi dengan kadar yang kurang (to love less). Jadi ayat tersebut dapat dituliskan sebagai berikut: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia mengasihi bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan lebih besar dari kasihnya kepada-Ku, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” Inilah sebabnya, ayat ini dapat menjadi bukti dari ke-Allahan Yesus, karena kalau Yesus hanya manusia biasa, mengapa dia menyuruh semua orang untuk lebih mengasihi Yesus daripada mengasihi orang tua? Ini hanya menjadi masuk akal, kalau Yesus adalah Tuhan. Dengan demikian, benarlah bahwa kasih kita kepada Allah harus lebih besar daripada kasih kita kepada sesama, termasuk kepada orang tua dan saudara-saudari kita sendiri. Ini juga dipertegas di Mt 10:37 yang mengatakan “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku.

Ayat-ayat yang saya kutip sebelumnya dapat membantu kita:

Mat 22:37-39: “37 Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. 38  Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. 39  Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”

Yesus tidak mengatakan bahwa kita mengasihi Tuhan seperti mengasihi sesama, namun Yesus mengatakan dengan jelas di ayat tersebut bahwa mengasihi Tuhan dengan segenap hati, pikiran, akal budi adalah perintah yang terutama. Sebagai hasil mengasihi Tuhan, maka kita dapat menjalankan perintah ke-dua, yaitu mengasihi sesama. Hanya dengan sikap inilah, maka kita dapat bertumbuh dalam kekudusan, dan mengikuti Yesus dengan setia sepanjang hidup kita.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org

Tuhan Yesus tidak mendirikan Gereja?

14

[Berikut ini adalah pernyataan Shinta yang mewakili pandangan umum dari umat Protestan, yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus tidak mendirikan Gereja (Church) tetapi jemaat (ekklesia). Pandangan ini rancu dan tidak benar, dan Ingrid akan menjawabnya mengapa demikian]

Pertanyaan:

Salam Damai

YESUS tidak pernah mendirikan gereja ataupun church, yang Dia dirikan adalah ekklesia alias jemaat

gereja sudah ada sejak doeloe kala, berikut kutipannya:

Douay-Rheims Bible, Challoner Revision [catholic version]

Num 19:20 If any man be not expiated after this rite, his soul shall perish out of the midst of the church: because he hath profaned the sanctuary of the Lord, and was not sprinkled with the water of purification.
Num 20:4 Why have you brought out the church of the Lord into the wilderness, that both we and our cattle should die?
Deut 23:1 An eunuch, whose testicles are broken or cut away, or yard cut off, shall not enter into the church of the Lord.
Deut 23:2 A mamzer, that is to say, one born of a prostitute, shall not enter into the church of the Lord, until the tenth generation.
Deut 23:3 The Ammonite and the Moabite, even after the tenth generation shall not enter into the church of the Lord for ever:
Deut 23:8 They that are born of them, in the third generation shall enter into the church of the Lord.
Neh 13:1 And on that day they read in the book of Moses in the hearing of the people: and therein was found written, that the Ammonites and the Moabites should not come in to the church of God for ever:
Ps 22:22 I will declare thy name to my brethren: in the midst of the church will I praise thee.
Ps 22:25 With thee is my praise in a great church: I will pay my vows in the sight of them that fear him.
Ps 26:12 My foot hath stood in the direct way: in the churches I will bless thee, O Lord.
Ps 35:18 I will give thanks to thee in a great church; I will praise thee in a strong people.
Ps 40:9 I have declared thy justice in a great church, lo, I will not restrain my lips : O Lord, thou knowest it.
Ps 68:26 In the churches bless ye God the Lord, from the fountains of Israel.
Ps 89:5 The heavens shall confess thy wonders, O Lord: and thy truth in the church of the saints.
Ps 107:32 And let them exalt him in the church of the people: and praise him in the chair of the ancients.
Ps 149:1 Sing ye to the Lord a new canticle: let his praise be in the church of the saints.
Prov 5:14 I have almost been in all evil, in the midst of the church and of the congregation.
Lam 1:10 Jod. The enemy hath put out his hand to all her desirable things: for she hath seen the Gentiles enter into her sanctuary, of whom thou gavest commandment that they should not enter into thy church.
Joel 2:16 Gather together the people, sanctify the church, assemble the ancients, gather together the little ones, and them that suck at the breasts: let the bridegroom go forth from his bed, and the bride out of her bride chamber.

Salam,
Shinta

Jawaban:

Shalom Shinta,

1. Asal kata ‘church’/ ekklesia = ‘qahal’

Kata ‘church‘/ ‘ekklesia’ dalam Perjanjian Lama berasal dari kata aslinya yaitu ‘qahal‘ (Ibrani), yang artinya adalah ‘kumpulan orang- orang’, atau diterjemahkan di Alkitab LAI sebagai ‘jemaah’ (Bil 19:20; 20:4; Ul 23:1-4; Neh 13:1, Mzm 22:22, 26, 26:12, 35:18, 40:10, 68:27, 89:6, 149:1; Ams 5:14; Rat 1:10; Yl 2:16).

2. ‘Church’/ ‘qahal’ sudah ada sejak jaman PL

Nah, ‘qahal‘, atau ‘kumpulan orang- orang’ atau ‘jemaah’ ini, menurut konteks masyarakat Yunani dan Yahudi adalah perkumpulan yang dibentuk atas dasar penyembahan, berdasar atas kesatuan yuridis ataupun politik (menurut L. Rost, H. Schlier, “Ekklesiologie des Neuen Testaments”, in Mysterium Salutis 4, I (1972), 101-214). Dalam konteks Perjanjian Lama, ‘kumpulan orang- orang’ ini mengacu kepada jemaah Allah yang kepadanya Allah telah membuat perjanjian, ditandai dengan perjanjian Sinai di bawah pimpinan Nabi Musa. Perjanjian jemaah ini (bangsa Israel) dengan Allah ditandai dengan darah anak domba Paska yang membebaskan mereka dari perbudakan Mesir, dan selama 40 tahun kemudian menerima roti manna dari surga sebelum memasuki Tanah Perjanjian. Kumpulan orang- orang ini adalah bangsa pilihan Allah yang tetap bertahan, walau abad- abad berikutnya tercerai berai, mengalami pembuangan di Babilon, restorasi pada jaman nabi Ezra, sampai pada jaman Perjanjian Baru.

Kata ‘ekklesia’ yang diterjemahkan sebagai ‘jemaat’ oleh LAI, berasal dari ‘qahal‘ ini, namun maknanya tidak lagi terbatas secara yuridis maupun politis, namun berdasarkan arti spiritual dan eskatologis. Kata ‘ekklesia’ inilah yang umum dikenal sebagai Gereja yang memang adalah kata lain dari jemaat Allah yang hidup (1 Tim 3:15). Gereja ini adalah umat/ jemaat Allah yang hidup karena dihidupkan oleh tanda perjanjiannya dengan Allah, yaitu: Darah Kristus Sang Anak Domba Allah, dan oleh santapan rohani yaitu Kristus Sang Roti Hidup dalam Ekaristi, untuk menuju kehidupan kekal di Tanah Perjanjian yaitu Kerajaan Sorga.

Jadi jika anda katakan bahwa ‘church‘/ jemaah itu sudah ada sejak Perjanjian Lama, itu memang benar. Walaupun demikian, jemaah di Perjanjian Lama hanya merupakan gambaran awal dari Gereja / jemaat pada Perjanjian Baru, yang didirikan oleh Kristus di atas Rasul Petrus (Mat 16:18). Pembahasan mengenai hal ini ada di sini, silakan klik, dan tentang ‘Petros’ dan ‘petra’ di sini, silakan klik. Gereja/ ekklesia di sini memang bukan berarti bangunan gedung gereja, tetapi adalah kumpulan umat Allah yang bersifat universal, tidak terbatas oleh suku, bangsa atau bahasa; dan yang berkumpul dan memperoleh hidup dari Kristus sendiri, melalui Sabda-Nya dan Tubuh dan Darah-Nya dalam Ekaristi.

3. Yesus mendirikan Gereja-Nya

Dengan demikian, adalah suatu ke-salah pahaman, jika mengatakan Yesus tidak mendirikan Gereja. Yesus mendirikan Gereja-Nya di atas Petrus, sebagaimana dikatakan-Nya:

Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.” (Mat 16:18)

“That thou art Peter; and upon this rock I will build my church, and the gates of hell shall not prevail against it. (Mat 16:18, Douay Rheims- Vulgate)

Jadi Gereja/ ekklesia maksudnya adalah kumpulan umat Allah, yaitu bangsa pilihan Allah yang baru, yang merupakan penggenapan dari bangsa pilihan Allah di jaman Perjanjian Lama, karena jasa Kristus yang menjadi Sang Anak Domba Perjanjian Baru. Gereja Katolik lahir, tumbuh dan dihidupkan oleh Sabda Allah, dan Tubuh dan Darah Kristus. Peran Sabda dan Ekaristi ini dikisahkan dalam penampakan Yesus di Emaus (Luk 24:13-32), dalam kisah para rasul, dan jemaat pertama (lih. Kis 2:42), yang terus dilestarikan sampai sekarang dalam setiap Perayaan Ekaristi. Peran Sabda dan Ekaristi ini menyempurnakan perjanjian dengan bangsa Israel yang ditandai dengan sabda Allah yang tertulis di dua loh batu, darah anak domba, dan oleh roti manna di padang gurun.

Dengan demikian, makna Gereja dalam Perjanjian Baru memang tidak terlepas dengan makna ‘jemaah’ dalam Perjanjian Lama karena PL dan PB memang berhubungan satu dengan yang lainnya; dengan PB sebagai penggenapan PL. Dengan demikian, Gereja mempunyai makna yang jauh lebih mendalam daripada hanya sekedar kumpulan orang- orang yang memuji Tuhan. Sebab Gereja telah dirintis oleh Allah sejak masa PL, namun kemudian disempurnakan dalam PB; dengan dijiwai dan diberi hidup oleh Kristus sendiri, agar dapat sampai kepada kehidupan yang kekal (Yoh 6: 54).

Maka, Gereja merupakan kumpulan orang- orang yang dibentuk oleh Tuhan sendiri, dipersiapkan sedemikian sejak jaman Perjanjian Lama, untuk mencapai penggenapannya dalam Perjanjian Baru oleh Kristus. Pertanyaannya kemudian adalah: apakah kita mau sepenuhnya bergabung dengan Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus sendiri ini?

4. Gereja yang didirikan oleh Yesus ini adalah Gereja Katolik

Kata “ekklesia” ini dijabarkan maknanya dengan lebih mendalam,  dalam perikop Ef 5:22-33. Di sana dikatakan bahwa hubungan Yesus dengan Gereja (jemaat)-Nya ini digambarkan sebagai hubungan suami istri. Dalam Mat 19, Yesus mengajarkan tentang kesucian perkawinan yang ditandai oleh penyerahan diri yang total antara seorang  suami dan seorang  istri, dan tentu Ia sendiri memberikan contoh teladan dalam hal ini, dengan hanya mendirikan satu Gereja. Gereja yang didirikan-Nya di atas Rasul Petrus ini, sekarang tetap berlanjut dalam Gereja Katolik, yang tetap bertahan dari jaman para rasul sampai sekarang, sekitar 2000 tahun lamanya.

Silakan jika anda belum membaca, untuk membaca artikel seri Gereja dalam situs ini:

Tulisan ini menjabarkan Gereja Katolik sebagai Gereja yang didirikan oleh Kristus sendiri, dan bahwa Gereja telah direncanakan oleh Allah sejak awal penciptaan dunia (Bagian 1). Gereja juga menjadi tujuan akhir manusia sekaligus sarana untuk mencapai tujuan itu (Bagian 2). Untuk itu Gereja menyampaikan keutuhan rencana Allah (Bagian 3), sebagai Tanda Kasih- Nya untuk semua manusia (Bagian 4). Kebenaran ini merupakan karunia, tetapi juga membawa tugas bagi kita sebagai orang Katolik (Bagian 5). Dan Kebenaran akan Gereja Katolik sebagai sakramen keselamatan.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Menjadi vegetarian karena peduli lingkungan hidup?

16

Pertanyaan:

Salam Pak Stef dan Bu Ingrid.

Salam dan terima kasih atas jawaban-jawaban yang baik. Mengenai Vegetarian, memang Katekismus dan ajaran Gereja serta Alkitab tidak mewajibkan kita vegetarian. Namun bagi yang mau vegetarian, Gereja selalu memuji sebagai matiraga yang baik asalkan demi ungkapan iman juga kesehatan dan penyelamatan lingkungan bumi. Saya melihat pada KGK, bahwa orang harus hormat terhadap keutuhan ciptaan termasuk kesehatan (KGK nomer 2288, 2415, 2416, 2417, 2418). Kej 1:29 semua tumbuhan itu disediakan Tuhan untuk menjadi makanan manusia, tentu makan daging pun boleh (Kej 9: 3). Namun Kej 9:4 membingungkan: “Daging yang masih ada darahnya tak boleh dimakan”. Mana ada daging yang sama sekali tak ada darahnya? Pasti ada karena meresap di serat-serat pembuluh darah kapiler dalam daging. Mungkin saja ini pertanyaan bodoh, kalau begitu apakah bisa hal ini diterapkan sebagai dasar bagi umat Katolik yang mau hidup vegetarian? Mengenai lingkungan hidup, ditemukan ada data lain, peternakan menyumbang emisi gas rumah kaca (metana dan CO2) lebih besar daripada BBM menurut Dr. Robert Goodland, mantan penasihat bidang lingkungan untuk Bank Dunia dan Jeff Anhang, ahli lingkungan di Perusahaan Keuangan Internasional dari Grup Bank Dunia, menghitung kontribusi peternakan terhadap emisi gas rumah kaca adalah sebesar 51%. Dan perubahan pola makan ke pola nabati (VEGAN) adalah mendesak karena lebih efektif dari upaya2 lainnya bahkan dengan upaya mencari energi alternatif sekalipun. sumber: http://www.nytimes.com/2009/11/17/business/global/17iht-rbofcows.html?_r=2). Hal ini disebabkan pembukaan hutan jutaan hektar untuk peternakan dan kotoran hewan itu panas sekali karena mengeluarkan gas metana. Mohon maaf jika agak melenceng, namun pertanyaan saya, bagaimana tanggapan kita sebagai umat Katolik untuk menanggapi isu pemanasan global yang dihubungkan dengan vegetarian ini? Terima kasih Pak Stef dan Bu Ingrid serta tim Katolisitas. Salam saya: Isa Inigo.

Jawaban:

Shalom Isa Inigo,

Anda benar sewaktu mengatakan bahwa Gereja Katolik tidak mengharuskan umatnya untuk menjadi vegetarian, walaupun tentu jika seseorang memilih untuk menjadi vegetarian itu adalah sesuatu yang baik, karena itu dapat pula melatih pengendalian diri/ mati raga demi pertumbuhan iman.

1. Kitab Suci mengajarkan kepada kita bahwa tumbuh- tumbuhan disediakan oleh Tuhan untuk menjadi makanan manusia (Kej 1:29) dan demikian pula hewan- hewan (Kej 9:3). Kej 9:4 tentang larangan memakan daging yang masih ada darahnya, mengacu kepada ajaran bahwa darah dianggap sebagai sesuatu yang kudus yang memberi hidup, demi mempersiapkan bangsa Israel agar dapat menghayati makna pengorbanan Kristus yang menumpahkan Darah-Nya untuk memberikan hidup kepada umat manusia. Dalam PL, kita mengetahui bahwa Allah bahkan menyuruh bangsa Israel untuk memakan daging anak domba yang dibakar untuk merayakan Paska (lih. Kel 12:21,45; Bil 28:17-25); dan korban anak domba inilah yang menjadi gambaran akan korban Kristus Sang Anak Domba Allah yang kita rayakan dalam setiap Misa Kudus.

2. Saya telah membaca artikel yang anda sampaikan, yang memuat hasil penelitian Dr. Robert Goodland, tentang emisi gas rumah kaca yang konon mencapai 51%, 23 kali lebih panas bagi atmosfir daripada CO2. Tetapi terus terang saja, saya rasa penelitian ini masih harus didukung oleh penelitian lainnya sebelum kita dapat mengatakan bahwa jalan keluar yang terbaik bagi lingkungan hidup adalah agar semua manusia menjadi vegetarian. Di bawah ini adalah beberapa pemikiran saya:

a. Laporan di link tersebut dibuat berdasarkan kondisi peternakan di Amerika yang memang dilakukan dengan besar- besaran secara terkonsentrasi di kandang yang memuat ribuan sapi (dapat mencapai 10.000) atau babi. Limbah metana yang dihasilkan juga berkaitan dengan cara memberi makan (dapat pula merupakan processed food seperti jagung kering, dst) yang umumnya juga dilakukan terkonsentrasi di satu tempat. Mungkin riset juga perlu diadakan untuk meneliti efek peternakan yang tidak dilakukan besar- besaran, tetapi terbatas, dan letaknya tersebar; dengan cara memberi makan secara alamiah, yaitu di padang rumput sehingga limbah merekapun tidak terkonsentrasi tetapi menyebar.

b. Hal penyebaran dalam memberi makan (dan otomatis juga dalam hal kotoran mereka) itu cukup penting untuk diamati, karena hal ini pulalah yang sudah terjadi berabad sebelum adanya pembukaan lahan untuk peternakan. Saat itu walau mungkin jumlah ternaknya sama atau malah lebih banyak, namun toh tidak terjadi apa yang disebut global warming/ efek rumah kaca.

Ada penelitian lain yang mengatakan bahwa jumlah populasi bison di Amerika sekitar tahun 1850 adalah 60 sampai 100 juta ekor, sedangkan jumlah populasi sapi di Amerika pada bulan Juli 2007 adalah sekitar 105 juta. Jika dikatakan bahwa sapi menghasilkan 100 sampai 200 liter gas metana sehari, maka kemungkinan bison (bufallo) juga demikian, apalagi bison umumnya juga berukuran sebesar atau bahkan lebih besar dari sapi.

Kondisi peternakan puluhan ribu ternak mungkin juga tidak terlalu kontekstual di Indonesia (hal ini perlu konfirmasi para ahli di bidangnya), karena sepanjang pengetahuan saya, skala rata- rata peternakan di Indonesia tidak sebesar di Amerika Serikat yang bisa melibatkan puluhan ribu ternak sekaligus, di mana penelitian ini diadakan.

c. Maka menurut hemat saya, hal lingkungan hidup itu tidak hanya semata- mata dipengaruhi oleh peternakan, walaupun mungkin memang benar bahwa limbahnya dapat mempengaruhi, terutama jika peternakan tersebut meletakkan hewan- hewan tersebut berdesak- desakan di dalam bangunan kandang, sehingga limbah gasnya terkonsentrasi, dan dapat sangat berpengaruh pada lingkungan sekitar.

Namun demikian penemuan teknologi sekarang juga sudah cukup maju, di mana beberapa peternakan besar di Amerika tersebut menghasilkan sendiri tenaga listrik dari hasil pengolahan limbah metana. Hal ini yang mungkin perlu distudi lebih lanjut, agar dapat juga diterapkan secara lebih luas, sehingga dapat menghemat sumber daya listrik, atau bahkan peternakan tersebut dapat menyalurkan energi listrik kepada lingkungan sekitarnya.

Adalah kebijaksanaan yang tepat untuk menanami pohon sebanyak mungkin, sebab keberadaan pohon- pohon mengurangi emisi CO2. Mungkin inilah yang perlu ditekankan kepada para peternak besar yang sudah membuka lahan, agar tetap menyediakan lahan untuk ditanami pohon-pohon; setidaknya sejumlah yang sama dengan jumlah pohon yang mereka tebang.

d. Laporan tentang peternakan di Amerika ini juga, menurut saya, berbau politis, sebab mungkin juga ingin dikaitkan agar pemerintah dapat menarik pajak yang lebih tinggi kepada para pemilik peternakan, karena mereka dianggap mencemari lingkungan. Maka laporan yang menunjukkan data tersebut dapat diekspos oleh pemerintah agar opini publik dapat mendukung keputusan pemerintah, misalnya.

e. Mengurangi konsumsi daging memang dapat berakibat positif bagi kesehatan, [dan juga bagi lingkungan] namun menjaga lingkungan hidup menurut saya, tidak terbatas dengan mengurangi konsumsi daging ternak. Hal menjaga lingkungan hidup berkaitan juga dengan memikirkan bagaimana mengolah sampah dan penghematan energi/ mengurangi pemakaian minyak bumi yang mengganggu lingkungan hidup. Jika ini tujuannya, umat di Indonesia pun dapat berbuat sesuatu, misalnya:

1) membuang sampah di tempatnya, menjaga kebersihan lingkungan.
2) tidak membuang sampah ke sungai/ got/ saluran kota.
3) sedapat mungkin menghemat pemakaian listrik, pilih lampu dan alat- alat listrik yang hemat energi.
4) sedapat mungkin membatasi pemakaian/ pembuangan kantong plastik.
5) menanami halaman rumah dengan pohon- pohon.

Atau cara lain jika ingin lebih peduli kepada lingkungan hidup:

1) dapat memberi input kepada pemerintah, untuk mengadakan daur ulang (re-cycle) sampah; seandainya suatu saat dilakukan, taat melakukannya untuk mensortir sampah rumah tangga kita sendiri. [Data science mengatakan bahwa energi yang dapat dihemat dari recycle satu kaleng alumunium coca cola, dibanding harus membuat kaleng itu dari awal adalah tenaga listrik yang mampu menyalakan TV selama 3 jam].
2) dapat mengusahakan mempelajari cara membangkitkan energi misalnya dari pembakaran sampah dan mengusulkannya kepada Pemda.
3) ikuti gerakan menanam pohon- pohon di lingkungan anda.

Maka tidak ada salahnya seseorang memilih untuk menjadi vegetarian, dengan motivasi untuk berpartisipasi mengurangi emisi gas metana; tetapi alangkah baik jika ia melakukan hal- hal sederhana yang jelas- jelas sangat penting di Indonesia, mengingat kotornya sungai- sungai dan belum baiknya sistem pembuangan sampah di negeri kita.

Demikian yang dapat saya tuliskan untuk pertanyaan anda. Mungkin memang tak langsung berhubungan dengan iman, tetapi semoga tetap berguna.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org

Keep in touch

18,000FansLike
18,659FollowersFollow
32,900SubscribersSubscribe

Artikel

Tanya Jawab