Pertanyaan:
Syalom katolisitas
Terima kasih karena teleh memberikan wawasan yang mendalam tentang keimanan kita.,
Saya ingin bertanya, apakah definisi dari kafir itu?
Saya agak tersinggung dengan saudara saudara kita di sebelah yang dengan mudahnya meng”kafir”kan keyakinan kita.
padahal dari agama kita sendiri sesuai dengan Matius 5: 22 kita dilarang keras untuk mengkafirkan orang lain.
apakah ada hukuman bagi kita umat Katolik apabila kita secara sengaja ataupun tidak sengaja mengkafirkan orang lain?
terima kasih atas jawabannya
Jesus Love Us
Alloysius Danan
Jawaban:
[Dari Katolisitas: Terima kasih kepada Romo Indra Sanjaya, Pr. yang telah membantu menjawab pertanyaan ini]
Shalom Alloysius,
Beberapa catatan di bawah ini mungkin bisa membantu memahami teks Mat 5:22.
Yang dipertanyakan adalah kata raka dan mōros.
1. Kata “raka”
Kata yang pertama (raka) memang merupakan transliterasi dari kata Aram aq’yre rēqā<. Di dalam Perjanjian Baru, kata ini hanya dipakai di sini saja. Apa arti kata ini? Beberapa leksikon memberi makna empty-headed, fool (term of strong abuse). Yang jelas kata ini merupakan sebuah kata-kata untuk menghina orang lain. Kemungkinan kata ini sebenarnya adalah sebuah onomatope (kata yang menirukan bunyi) dari bunyi orang yang mengeluarkan riak dari tenggorokan dan siap untuk meludahkannya ke wajah orang lain. Meludah ke wajah orang lain tentulah suatu tindakan penghinaan yang luar biasa. Oleh karena itu beberapa versi Inggris tetap mempertahankan atau tidak menerjemahkan kata tersebut agar nuansa penghinaannya tetap kentara (GNV, Vulgata, KJV dll).
Untuk terjemahan Indonesia, mari kita lihat teks-teks di bawah ini. Saya sengaja menampilkan beberapa teks untuk melihat bagaimana selama ini, teks tersebut diterjemahkan.
GNT Matthew 5:22 evgw. de. le,gw u`mi/n o[ti pa/j o` ovrgizo,menoj tw/| avdelfw/| auvtou/ e;nocoj e;stai th/| kri,sei\ o]j dV a’n ei;ph| tw/| avdelfw/| auvtou/( ~Raka,( e;nocoj e;stai tw/| sunedri,w|\ o]j dV a’n ei;ph|( Mwre,( e;nocoj e;stai eivj th.n ge,ennan tou/ puro,jÅ
Terjemahan Lama (1954):
5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu, bahwa tiap-tiap orang yang marah akan saudaranya, ia akan terkena hukum; dan barangsiapa yang berkata kepada saudaranya: Hai jahil! ia akan dihukumkan oleh majelis besar; dan barangsiapa yang berkata: Hai gila! ia akan terkena hukum masuk api neraka.
TB 1 (1974):
5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
TB 2 (1997):
5:22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang mencaci maki saudaranya harus dihadapkan ke Mahkamah Agama, dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.
Alkitab dalam BIS
5:22 Tetapi sekarang Aku berkata kepadamu, barangsiapa marah * kepada orang lain, akan diadili; dan barangsiapa memaki orang lain, akan diadili di hadapan Mahkamah Agama. Dan barangsiapa mengatakan kepada orang lain, ‘Tolol,’ patut dibuang ke dalam api neraka.
*barangsiapa marah: beberapa naskah kuno: barangsiapa marah tanpa sebab.
Kitab Suci Komunitas Kristiani
Tetapi sekarang Aku berkata kepadamu, barang siapa yang marah kepada saudaranya, akan dihadapkan kepada pengadilan. Barang siapa yang menghina saudaranya akna dihadapkan kepada sidang majelis, dan barang siapa yang mempermalukan saudaranya akan dibuang ke dalam api neraka.
Perjanjian Baru versi Arnoldus-Ende 1968
Akan tetapi Aku bersabda kepadamu: Barang siapa jang memarahi saudaranja, iapun harus dihadapkan kepada madjelis pengadilan. Dan barang siapa jang mengatai saudaranja “kau djahil” harus dihadapkan kepada madjelis agung, dan jang berkata “kau gila” harus dihukum masuk naraka.
[Untuk perbandingan lebih luas lagi, silakan lihat di http://alkitab.sabda.org/verse.php?book=matius&chapter=5&verse=22]
Silakan diperhatikan bahwa kata ‘kafir’ sebagai terjemahan raka, sebenarnya hanya terdapat dalam TB 1 (1974), versi yang dimiliki oleh sebagian besar dari kita. Dalam edisi revisi yang terbit tahun 1997, kata tersebut sudah tidak ada. Sebagai gantinya muncul rumusan yang lebih luwes ‘siapa yang mencaci maki saudaranya’. Saya tidak tahu mengapa TB 1974 memilih kata ‘kafir’ karena TL 1954 juga tidak menggunakan kata tersebut (yang dipakai malahan ‘jahil’).
2. Kata “moros”
Kata kedua adalah kata mōros. Ini adalah kata asli Yunani, bukan berasal dari tempat lain. Biasanya kata ini diterjemahkan dengan kata ‘bodoh.’ Lihat misalnya Mat 23:17. Tim penerjemah LAI, memilih kata ‘jahil’ untuk menerjemahkan kata mōros. Masalahnya, kata ‘jahil’ secara spontan seringkali dianggap sama dengan kata ‘usil’. Namun kalau kita melihat Kamus Bahasa Indonesia (2008), kata kata ‘jahil’ mempunyai 2 arti:
- bodoh; tidak tahu (terutama tt ajaran agama)
- suka mengganggu (menggoda, dsb), nakal, jail.
Dengan kata lain, kata ‘jahil’ sebenarnya sama dengan kata ‘bodoh’ (fool) dalam hal keagamaan.
Bagi saya, terjemahan versi Indonesia memang tidak amat tepat. Mungkin malah terjemahan BIS lebih memadai. Tetapi biarlah demikian….
3. Istilah ‘mengkafirkan’
Soal berikutnya adalah yang berkaitan dengan ‘mengkafirkan’. Di sini kita harus hati-hati, karena amat mudah pembicaraan akan melenceng. Sudah saya katakan di atas bahwa kata raka, sebenarnya tidak mempunyai nuansa sebagaimana sekarang kita memahami kata tersebut. Oleh karena itu, berbicara tentang ‘kafir’ dan ‘mengkafirkan’ sebenarnya tidak perlu dikaitkan dengan Mat 5:22.
Kata ‘kafir’ biasanya mempunyai makna dasar ‘tidak percaya kepada Allah (dan Rasul-Nya)’. Kata ini sebenarnya justru lebih dekat dengan makna kata moros, yang acapkali diterjemahkan dengan kata ‘bodoh’. Orang bodoh adalah orang yang tidak mau menerima kenyataan adanya Allah. Dalam Mzm 14:1 dikatakan bahwa ‘Orang dungu berkata dalam hati, “Tidak ada Allah”. Mengatakan orang lain ‘bodoh’ (fool) sebenarnya merupakan penghinaan yang luar biasa.
4. Apakah ada hukuman kalau kita mengkafirkan sesama
Terhadap pertanyaan apakah ada hukuman kalau kita mengkafirkan sesama…Yang jelas, aturannya tidak perlu dikaitkan dengan Mat 5:22 ini. Namun apa perlunya sih mengkafirkan orang lain?
Demikian catatan kecil saya. Semoga ada manfaatnya.
Salam,
Rm. Indra Sanjaya Pr.
[Tambahan dari Katolisitas]
Mengacu kepada penjelasan St. Agustinus tentang ayat ini seperti dikutip oleh St. Thomas Aquinas dalam Catena Aurea,
Di sini ada 3 tingkatan kemarahan, kemarahan, suara yang mencerminkan kemarahan dan kata-kata kebencian, “Jahil”. Maka ada 3 tingkatan kemarahan: 1) marah di hati, 2) marah dengan mengeluarkan bunyi marah (spt mengeluarkan riak, diterjemahkan “raka” yang bunyinya menyerupai orang mengeluarkan riak dari tenggorokan); dan 3) marah dengan kata-kata kasar. Jika tiga proses itu sudah dilewati, artinya lepas sudah pengendalian diri, dan di situ lah letak dosa beratnya. Tanpa pertobatan, maka dosa semacam ini dapat menghantar seseorang ke neraka. Tetapi jika ia bertobat, Allah dapat mengampuninya dan ia terhindar dari siksa neraka.
Syalom katolisitas
Terima kasih karena teleh memberikan wawasan yang mendalam tentang keimanan kita.,
Saya ingin bertanya, apakah definisi dari kafir itu?
Saya agak tersinggung dengan saudara saudara kita di sebelah yang dengan mudahnya meng”kafir”kan keyakinan kita.
padahal dari agama kita sendiri sesuai dengan Matius 5: 22 kita dilarang keras untuk mengkafirkan orang lain.
apakah ada hukuman bagi kita umat Katolik apabila kita secara sengaja ataupun tidak sengaja mengkafirkan orang lain?
terima kasih atas jawabannya
Jesus Love Us
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]