“Kemesraan ini janganlah cepat berlalu”
“Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini, ingin kukenang selalu
Hatiku damai, jiwaku tentram di sampingmu
Hatiku damai, jiwaku tentram bersamamu….”
Lagu Iwan Fals ini mungkin akrab di telinga kita. Mungkin karena begitu tepat liriknya mewakili perasaan kita, maka lagu ini begitu populer dan mudah diingat di luar kepala. Ya, memang, kita ingin selalu dekat dengan orang yang kita kasihi.
Inilah yang juga menjadi kehendak Tuhan Yesus bagi kita umat-Nya yang dikasihi-Nya. Yesus ingin selalu hadir di tengah kita, dekat dengan kita, bahkan menjadi satu dengan kita. Kristus menghendaki agar kita selalu mengenang-Nya, dengan mengingat kasih-Nya yang terbesar yang diberikan kepada kita, saat Ia memberikan Tubuh dan Darah-Nya untuk menebus dosa-dosa kita. Pengorbanan-Nya yang tak ternilai harganya ini menjadi tanda cinta-Nya yang tak terbatas kepada Gereja-Nya, yaitu kita semua, anggota- anggota Tubuh-Nya. Oleh kuasa Roh Kudus-Nya, Kristus menghadirkan kembali kurban ini di dalam Ekaristi, untuk maksud yang mulia ini: supaya kita dapat dipersatukan dengan Dia dan mengambil bagian di dalam kehidupan-Nya sendiri; dan dengan demikian sedikit demi sedikit, kita diubah untuk menjadi lebih serupa dengan-Nya.
Sakramen Ekaristi adalah sakramen cinta kasih
Maka, Ekaristi yang mempersatukan kita dengan Kristus, pertama- tama adalah sakramen cinta kasih Allah. Sebab Ekaristi menyatakan ‘kasih yang lebih besar’ yang disebutkan dalam Injil Yohanes, “Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih seseorang yang menyerahkan nyawanya bagi sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). ((lih. Paus Benediktus XVI, Sacramentum Caritatis, 1)) Kristus begitu mengasihi kita sahabat-sahabat-Nya, sehingga Ia rela menyerahkan hidup-Nya sendiri, agar kita dapat hidup di dalam Dia. Dalam Ekaristi inilah, kita tidak hanya memperingati kasih pengorbanan Kristus, tetapi juga dapat mengalami kasih-Nya yang tidak terbatas itu, saat kita menyambut Tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan-Nya ke dalam tubuh, darah, jiwa dan kemanusiaan kita. Begitu besar dan dalamnya anugerah ini, sehingga layaklah kita menyambutnya dengan ucapan syukur kepada Allah. Dan memang inilah arti kata ‘Ekaristi’, yaitu: ucapan syukur kepada Allah. ((lih. KGK 1328)) Betapa kita sungguh bersyukur, karena kasih-Nya yang mempersatukan kita dengan Dia.
Oleh karena kasih Allah-lah yang pertama-tama kita rayakan dalam Ekaristi, maka Gereja mengajarkan bahwa sakramen Ekaristi adalah “sakramen cinta kasih, lambang kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan Paska, di mana di dalamnya Kristus disambut, jiwa dipenuhi rahmat, dan kita dikaruniai jaminan kemuliaan.” ((KGK 1323))
“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu”
Kristus menggambarkan persatuan antara kita dengan-Nya sebagai persatuan antara ranting-ranting dengan pokok anggur.
“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat bertumbuh dari dirinya sendiri, demikian juga kamu tidak dapat bertumbuh jika kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamu ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku, ia akan berbuah banyak. Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh 15:4-5)
Pernahkah kita renungkan, apakah yang dimaksud dengan “tinggal di dalam” Tuhan Yesus? Mungkin banyak orang mengartikannya, kita tinggal dalam Yesus kalau kita rajin berdoa, membaca Sabda Tuhan, dan melaksanakan perintah-perintah-Nya. Ya, semua itu memang mendekatkan kita kepada Tuhan, dan membuat kita hidup di dalam ajaran-Nya.
Namun demikian, secara khusus, Tuhan Yesus menjelaskan secara eksplisit tentang apakah yang dimaksudkan-Nya dengan “tinggal di dalam”-Nya. Kata asli “tinggal” menurut bahasa Yunani adalah μένω, ménō; dan kata yang sama ini digunakan oleh Yesus sewaktu mengajarkan tentang Roti Hidup. Yesus bersabda:
“Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.” (Yoh 6:56-57)
Melalui ayat ini Kristus menjelaskan cara yang dikehendaki-Nya, agar Ia dapat tinggal di dalam kita, yaitu dengan kita makan daging-Nya dan minum darah-Nya. Saat Yesus mengajarkan hal ini, banyak orang yang tidak percaya, atau lebih tepatnya, sulit mempercayai ajaran-Nya, sehingga mereka meninggalkan Dia. Namun Yesus tidak mengubah ajaran-Nya, malah Ia bertanya kepada para rasul-Nya, kalau-kalau mereka juga mau pergi meninggalkan Dia. Syukurlah, Rasul Petrus yang mewakili para rasul, menjawab dengan iman, bahwa mereka tetap percaya kepada-Nya, sebab Kristuslah sang empunya sabda kebenaran (lih. Yoh 6:66-69). Iman para rasul inilah yang dilestarikan terus oleh Gereja Katolik, secara khusus dalam perayaan Ekaristi, yang merayakan kehadiran Kristus di dalam Sabda-Nya dan di dalam perjamuan kudus-Nya.
Komuni Kudus mempersatukan kita dengan Kristus
Sebagaimana perjamuan mengakrabkan seseorang dengan yang lain, demikianlah saat kita menerima Kristus dalam Ekaristi, kita menjadi akrab dan digabungkan dengan Kristus. Perjamuan ini menjadi kenangan yang hidup akan kasih Tuhan Yesus yang demikian besar kepada kita, sampai Ia mau wafat bagi kita. Kristus memandang kita sebagai pemberian Allah Bapa kepada-Nya, sehingga Ia mau selalu tinggal bersama-sama dengan kita (lih. Yoh 17:24). Maka Yesus mengaruniakan Ekaristi kepada kita Gereja-Nya, untuk mempersatukan kita dengan Dia ((lih. KGK 1391)), sampai kepada akhir zaman (lih. Mat 28:19-20). Karena di dalam Ekaristi terkandunglah keseluruhan harta rohani Gereja, yaitu Kristus sendiri, maka Ekaristi disebut sebagai ‘sumber dan puncak kehidupan Kristiani’. ((KGK 1324)) Demikian juga, karena di dalam Kristus dan misteri Paska-Nya, Allah menyatakan puncak karya keselamatan-Nya, maka perayaan Ekaristi yang menghadirkan kembali misteri Paska Kristus itu secara sakramental, juga merupakan puncak karya Allah untuk menguduskan dunia dan puncak penyembahan umat beriman kepada Kristus, dan melalui Kristus, kepada Allah Bapa di dalam Roh Kudus. ((lih. KGK 1325))
Untuk menangkap kedalaman makna persatuan dan kebersamaan ini, kita perlu merenungkan kedekatan kita dengan orang- orang yang kita kasihi di dunia ini; mungkin saat sebagai orang tua, kita mendekap anak kita, atau kebersamaan antara suami dan istri, atau kedekatan dengan seorang sahabat. Ekaristi adalah persatuan yang melampaui semuanya ini, sebab Ekaristi adalah persatuan dengan Kristus dan melalui Kristus, kita disatukan dengan Allah Bapa dan Roh Kudus. Persatuan kita dengan Kristus inilah yang disebut sebagai “Komuni kudus”, yang menjadikan kita mengambil bagian di dalam Tubuh dan Darah-Nya ((lih. Katekismus Gereja Katolik/ KGK 1331)) dan dengan demikian, juga mengambil bagian di dalam hidup ilahi-Nya. St. Ignatius dari Antiokhia mengatakan dengan indahnya tentang persatuan kita dengan Kristus ini, “Pada pertemuan-pertemuan ini [perayaan Ekaristi], kamu … memecah roti yang satu, yang adalah obat kekekalan, dan penawar racun yang menyingkirkan kematian, namun menghasilkan hidup di dalam kesatuan dengan Yesus Kristus.” ((St. Ignatius of Antioch, Letter to the Ephesians, n.20)) Ya, persekutuan dengan Tubuh dan Darah Kristus, memperteguh persatuan kita dengan Kristus, mengampuni dosa-dosa ringan yang kita lakukan, dan melindungi kita dari dosa berat, sebab dengan menerima sakramen ini, ikatan kasih antara kita dan Kristus diperkuat, dan dengan demikian kesatuan Gereja juga diperteguh. ((lih. KGK 1416))
Ekaristi mempersatukan kita dengan sesama anggota Kristus
Selain mempersatukan kita dengan Kristus, Ekaristi juga mempersatukan kita dengan sesama anggota Tubuh Kristus. Oleh karena kita menerima Kristus yang satu dan sama, kita dipersatukan di dalam Dia yang adalah Sang Kepala kita (lih. Kol 1:18; Ef 5:23). Rasul Paulus mengajarkan, “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu.” (1Kor 10:15-16). Ekaristi diberikan sebagai kurban Tubuh dan Darah-Nya, agar dengan mengambil bagian di dalamnya, kita dapat bersatu dengan Kristus dan dengan sesama anggota-Nya menjadi satu Tubuh. ((Lih. KGK 1329))
Kita manusia diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi semakin menyerupai Dia, yaitu supaya semakin dapat mengasihi; sebab Tuhan adalah Kasih (1 Yoh 4:8,16). Kasih itu mempersatukan, oleh karena itu sebagai manusia kita menginginkan persatuan, baik dengan Tuhan, maupun dengan sesama kita. Kristus- juga mempunyai kerinduan yang sama: bahwa Ia ingin tinggal bersama semua orang yang percaya kepada-Nya (lih. Yoh 6:56), namun juga Ia ingin agar semua yang percaya kepada-Nya menjadi satu, “Aku berdoa ….juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku …. supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yoh 17:21). Maka, persatuan kita dengan Kristus, sepantasnya juga membawa persatuan kita dengan semua orang yang percaya kepada-Nya; sebab hal ini merupakan kehendak Kristus sendiri.
Karena Kristus hanya satu dan Tubuh-Nya juga hanya satu, maka satu jugalah kita semua anggota-anggota-Nya, baik Gereja yang masih berziarah di dunia ini, Gereja yang sudah berjaya di surga, maupun Gereja yang masih dimurnikan di Api Penyucian. Karena semua anggota- anggota Kristus dipersatukan oleh kasih Kristus yang melampaui maut (lih. Rom 8:38-39). Itulah sebabnya di dalam Komuni kudus ini kita mengingat juga persekutuan dengan para kudus di surga, terutama Bunda Maria; ((KGK 1370)) dan kita dapat mengajukan intensi doa permohonan bagi saudara- saudari kita yang telah mendahului kita, yaitu mereka yang ‘telah meninggal di dalam Kristus namun yang belum sepenuhnya dimurnikan’ sehingga mereka dapat memasuki terang dan damai Kristus ((KGK 1371)) yang kekal dalam kerajaan Surga.
Komuni kudus memelihara hidup ilahi
Persatuan kita dengan Kristus dalam Komuni kudus, “melindungi, menambah, dan membaharui pertumbuhan kehidupan rahmat yang diterima dalam Pembaptisan.” ((KGK 1392)) Kita mengetahui bahwa satu berkat tak ternilai dari Pembaptisan adalah: melaluinya kita memperoleh hidup ilahi dan diangkat menjadi anak-anak Allah. ((lih. KGK 1265: Pembaptisan tidak hanya membersihkan dari semua dosa, tetapi serentak menjadikan orang yang baru dibaptis suatu “ciptaan baru” (2 Kor 5:17), seorang anak angkat Allah (Bdk. Gal 4:5-7); ia “mengambil bagian dalam kodrat ilahi” (2 Ptr 1:4), adalah anggota Kristus (Bdk. 1 Kor 6:15; 12:27), “ahli waris” bersama Dia (Rm 8:17) dan kenisah Roh Kudus (Bdk. 1 Kor 6:19).)) Namun seperti halnya dalam kehidupan jasmani kita memerlukan makanan untuk dapat bertahan hidup, demikian pula, dalam kehidupan rohani. Kita memerlukan makanan rohani agar dapat tetap hidup dan bertumbuh secara rohani. Makanan rohani ini adalah Sabda Allah (lih. Mat 4:4) dan ‘Roti Hidup’/ Ekaristi (Yoh 6:53-58), yang keduanya kita terima dalam perayaan Ekaristi.
Demikianlah Sabda Tuhan Yesus:
Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Mat 4:4)
“Akulah roti hidup yang telah turun dari Surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya….. Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya.” (Yoh 6:51, 53-58)
Komuni kudus bukti kasih Allah dan pengorbanan-Nya
Maka di atas segalanya, Komuni kudus merupakan bukti cinta kasih Allah. Mungkin ada baiknya kita memeriksa diri sendiri, akan apakah yang ada di pikiran kita pada saat kita melihat hosti yang diangkat oleh imam, saat ia, in persona Christi, mengucapkan perkataan konsekrasi, “Inilah Tubuhku yang dikurbankan bagimu….” (lih. Luk 22:19; 1Kor 11:24). Sesungguhnya, tak ada kata yang mampu melukiskan, betapa dalamnya misteri kasih Allah yang tiada terbatas ini. Kristus yang adalah Allah, telah mengosongkan diri-Nya dengan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi manusia. Dalam keadaan-Nya sebagai manusia, Ia merendahkan diri-Nya, sampai wafat di kayu salib (lih. Flp 2:7-8). Ia membuktikan kasih-Nya yang terbesar, dengan menyerahkan nyawa-Nya bagi kita, sahabat-sahabat-Nya (lih. Yoh 15:13). Kini setelah kebangkitan-Nya, Ia masih terus merendahkan diri-Nya, sampai mau hadir di dalam sepotong roti, agar setiap orang yang tergabung di dalam Gereja-Nya, bahkan seorang anak kecil sekalipun, dapat menyambut-Nya, tanpa perlu merasa takut.
Selain kasih dan kerendahan hati, Komuni kudus mengajarkan kepada kita makna pengorbanan. Dengan melihat teladan pemberian diri Kristus kepada kita, maka kita juga didorong untuk memberikan diri kita kepada orang lain, terutama mereka yang kecil, sakit dan miskin. Kitapun dipanggil untuk mengasihi dan mengampuni sesama kita, karena Kristus lebih dahulu mengasihi dan mengampuni kita. Korban Kristus menjadi saksi yang nyata bahwa pengampunan adalah sesuatu yang tidak mustahil dilakukan. Jika kita mau berkorban untuk mengampuni sesama, kita akan dapat memperoleh buahnya, yaitu kasih yang memulihkan dan mempersatukan. Itulah sebabnya keluarga Kristiani, termasuk di dalamnya pasangan suami istri, perlu menimba kekuatan dari Ekaristi; sebab kesatuan antara mereka dengan Kristus dalam Komuni kudus akan memampukan mereka untuk terus saling mengasihi dan mengampuni; sehingga kesatuan kasih mereka selalu dikuatkan.
Komuni kudus = ‘preview‘ persatuan kekal kita dengan Allah di surga kelak
Karena tujuan akhir kita di Surga kelak adalah persatuan dengan Tuhan, maka Komuni kudus yang kita terima di dunia ini adalah semacam kenyataan yang akan mencapai kesempurnaannya di surga kelak. Di Surga memang kita tidak perlu lagi menerima Komuni dalam rupa hosti; sebab pada saat itu kita telah memandang Allah sebagaimana adanya Dia (lih. 1 Yoh 3:2), sehingga aneka gambaran ataupun simbol tidak lagi diperlukan. Di Surgalah tercapai kesempurnaan di mana kita dapat sepenuhnya bersatu dengan Allah yang telah menciptakan kita manusia dalam kesatuan dengan keseluruhan umat manusia.
Maka Ekaristi menuntun kita semua untuk mencapai tujuan akhir, di mana persekutuan dengan Allah dan sesama mencapai kesatuan yang sempurna, yaitu “keadaan persatuan dengan Kristus, yang pada saat yang sama membuatnya mungkin untuk masuk ke dalam kesatuan yang hidup dengan Allah sendiri, sehingga Tuhan dapat menjadi semua di dalam semua (1Kor 15:28).” ((Joseph Cardinal Ratzinger (Pope Benedictus XVI), Called to Communion, (San Francisco: Ignatius Press, 1991), p. 33)) Katekismus mengajarkan bahwa dengan Komuni kudus kita menerima rahmat ilahi, dan dengan demikian Ekaristi merupakan antisipasi kemuliaan surgawi. ((lih. KGK 1402)) Dengan merayakan Ekaristi, kita menantikan dengan rindu kedatangan Penyelamat kita Yesus Kristus, untuk mengambil bagian di dalam kemuliaan-Nya ((lih. KGK 1040)). “Setiap kali misteri ini dirayakan, terlaksanalah karya penebusan kita (LG 3) dan kita memecahkan “satu roti yang merupakan obat kebakaan, penangkal kematian, dan santapan yang membuat kita hidup selama-lamanya dalam Yesus Kristus” (Ignasius dari Antiokia, Eph. 20,2).” ((KGK 1405))
Betapa perlunya kita mengingat hal ini, setiap kali kita menerima Komuni Kudus: bahwa dengan menerima Komuni ini kita menerima ‘obat rohani’ yang menghantar kita ke Surga.
Bagaimana agar kita dapat semakin menghayati Komuni kudus?
Mengingat begitu dalamnya makna Komuni kudus, maka kita perlu mengetahui sedikitnya tiga hal, agar kita dapat semakin menghayatinya:
1. Mempersiapkan diri sebelumnya
Persiapan diri ini yang dimaksud di sini adalah: membaca dan merenungkan bacaan Kitab Suci pada hari itu, hening di sepanjang jalan menuju ke gereja, datang lebih awal, berpuasa 1 jam sebelum menyambut Ekaristi, memeriksa batin: jika dalam keadaan dosa berat, melakukan pengakuan dosa dalam sakramen Tobat sebelum menerima Ekaristi. ((lih. KHK kan 919, 1; KGK 1385)) Selanjutnya, penting agar kita masuk dalam suasana doa, mempersiapkan batin untuk masuk dalam hadirat Tuhan dan menyambut kehadiran-Nya dalam Komuni Kudus. Maka mengimani dengan sungguh akan kehadiran Yesus dalam rupa roti dan anggur setelah konsekrasi, merupakan prasyarat utama dalam persiapan batin.
Sikap batin yang baik ini juga diwujudkan dengan tidak ‘ngobrol’, tidak menggunakan handphone ataupun ber-BBM, baik sebelum ataupun pada saat perayaan Ekaristi berlangsung. Sebab jika demikian dapat dipastikan bahwa hati kita tidak sepenuhnya terarah kepada Tuhan.
2. Bersikap aktif: tidak hanya menerima tapi juga memberi kepada Tuhan
St. Thomas Aquinas mengajarkan bahwa penyembahan yang sempurna mencakup dua hal, yaitu menerima dan memberikan berkat-berkat ilahi (lih. St. Thomas Aquinas, Summa Theology, III, q.63, a.2.). Dalam perayaan Ekaristi, kita seharusnya tidak hanya menonton atau sekedar menerima, tetapi ikut mengambil bagian di dalam peran Kristus sebagai Imam Agung dan Kurban tersebut. Caranya adalah dengan turut mempersembahkan diri kita, beserta ucapan syukur, suka duka, pergumulan, dan pengharapan, untuk kita persatukan dengan kurban Kristus ((lih. Lawrence G. Lovasik, The Basic Book of the Eucharist, (Sophia Institute Press, New Hampshire, 1960), p.73)). Kita membawa segala kurban persembahan kepada Tuhan terutama pada saat konsekrasi -saat roti dan anggur diubah menjadi Tubuh dan Darah Yesus. Saat itu kurban kita disatukan dengan kurban Yesus. Kristus, satu-satunya Imam Agung dan Kurban yang sempurna, menyempurnakan segala penyembahan kita. Partisipasi kita secara aktif dalam kurban Kristus ini bukan saja dari segi ikut menyanyi, atau membaca segala doa yang tertulis, melainkan terutama partisipasi mengangkat hati dan jiwa untuk menyembah dan memuji Tuhan, dan meresapkan di dalam hati, segala perkataan doa yang diucapkan ataupun dinyanyikan.
3. Jangan memusatkan perhatian pada diri sendiri tetapi pada Kristus
Untuk menghayati makna Komuni kudus, kita harus memusatkan perhatian kepada Kristus, dan kepada apa yang telah dilakukan-Nya bagi kita, yaitu: karena kasih-Nya kepada kita, Kristus rela wafat untuk menghapus dosa-dosa kita. Dengan memusatkan hati kepada Kristus, kita dapat melihat bahwa segala pergumulan kita tidak sebanding dengan penderitaan-Nya. Kitapun dikuatkan di dalam pengharapan, karena Roh Kudus yang sama, yang telah membangkitkan Kristus dapat pula membangkitkan kita dari dosa dan segala kesulitan kita.
Sungguh, kasih dan pengorbanan Kristus merupakan sumber kekuatan bagi kita untuk menjalani kehidupan ini. Karena itulah Gereja mengajarkan dalam The Enchiridion of Indulgences (Buku ketentuan mengenai Indulgensi) yang dikeluarkan oleh Vatikan tanggal 29 Juni 1968 (silakan klik), bahwa dengan merenungkan pengorbanan Yesus dan luka-luka-Nya di kayu salib sebagaimana dijabarkan dalam doa yang sederhana berikut ini, kita dapat memperoleh indulgensi. Demikianlah doanya yang mengambil dasar dari kitab Mazmur 22: 17-18:
Lihatlah, Tuhan Yesus yang baik dan lemah lembut, En ego, o bone et dulcissime Iesu.
“Lihatlah kepadaku, Tuhan Yesus yang baik dan lemah lembut, di hadapan-Mu aku berlutut dan dengan jiwa yang berkobar aku berdoa dan memohon kepada-Mu agar menanamkan di dalam hatiku, citarasa yang hidup akan iman, pengharapan dan kasih, pertobatan yang sungguh dari dosa-dosaku, dan kehendak yang kuat untuk memperbaikinya. Dan dengan kasih dan dukacita yang mendalam, aku merenungkan kelima luka-luka-Mu, yang terpampang di hadapanku, yang tentangnya Raja Daud, nabi-Mu, telah menubuatkan perkataan ini yang keluar dari mulut-Mu, ya Tuhan Yesus: “Mereka telah menusuk tangan-Ku dan kaki-Ku; mereka telah menghitung semua tulang-Ku….”
Amin.
Indulgensi Penuh dapat diperoleh dengan mengucapkan doa ini pada hari Jumat di masa Prapaska dan setiap hari di dalam dua minggu sebelum Paskah (masa Passiontide), ketika doa ini diucapkan setelah Komuni di hadapan gambar/ image Kristus yang tersalib. Pendarasan doa ini pada hari-hari lainnya, memperoleh indulgensi sebagian. Tentang persyaratan agar memperoleh indulgensi penuh adalah: 1) mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa; 2) menerima Komuni kudus; 3) berdoa bagi intensi Bapa Paus; 4) tidak ada keterikatan terhadap dosa, bahkan dosa ringan. Selanjutnya tentang Indulgensi, silakan klik di sini; dan tentang Bagaimana Agar Memperoleh Indulgensi, klik di sini.
Dengan mendoakan doa yang singkat di atas, kita diundang untuk meresapkan di dalam hati, bahwa Kristus telah memilih untuk menderita dan menyerahkan nyawa-Nya demi kasih-Nya kepada kita. Betapa kita harus bersyukur atas pengorbanan-Nya itu, yang menyelamatkan kita. Dengan melihat teladan kasih Kristus ini, semoga kita semakin mampu menghindari dosa, dan semakin terdorong untuk lebih mengasihi Tuhan dan sesama kita. Dengan melihat pengorbanan-Nya ini kita dikuatkan untuk juga mau berkorban dalam hidup kita sehari-hari, entah dalam lingkungan keluarga, pekerjaan maupun pergaulan kita dengan sesama.
Di samping itu, perhatian dan penghormatan kepada Kristus mendorong kita untuk berpakaian yang sopan dan layak ke gereja dan untuk sungguh berdoa pada saat kita mengucapkan doa-doa dalam perayaan Ekaristi. Kita harus mengupayakan agar jangan sampai kata-kata doa yang kita ucapkan merupakan kata-kata yang kosong, yang hanya di mulut saja, tetapi tidak sungguh keluar dari hati. Jangan sampai pikiran kita dipenuhi oleh banyak hal lain kecuali Tuhan sendiri. Kita perlu memohon rahmat Tuhan untuk hal ini, namun juga kita harus mengusahakannya, agar dengan sikap batin yang baik, kita dapat menerima buah-buah sakramen Ekaristi ini tanpa sia- sia. ((lih. Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Liturgi Suci, Sacrosanctum Concilium, 11))
Kesimpulan
Ekaristi merupakan bukti nyata kasih Kristus yang terbesar, sebab melaluinya Kristus memberikan diri-Nya sendiri kepada kita sahabat-sahabat-Nya. Kasih Kristus ini demikian sempurna, sehingga tidak saja membawa kita mendekat kepada-Nya, namun lebih dari itu, mempersatukan kita dengan Dia. Maka pertama-tama, sakramen Ekaristi adalah sakramen cinta kasih Allah, yang diberikan-Nya agar Ia dapat bersatu dengan kita dan menyertai kita, Gereja-Nya. Oleh karena persatuan inilah, Ekaristi juga disebut sebagai Komuni Kudus. Komuni Kudus adalah cara yang dipilih oleh Tuhan Yesus untuk tinggal di dalam kita dan kita di dalam Dia. Dengan menyambut Komuni Kudus, kita mengambil bagian di dalam Tubuh dan Darah Kristus dan kita disatukan dengan Kristus dan dengan semua anggota-Nya ((lih. KGK 1331)). Sesuai dengan janji Kristus sendiri, dengan menyambut Tubuh dan Darah Kristus ini, kita memperoleh hidup yang kekal (Yoh 6:54). Dengan digabungkannya kita dengan Kristus, kita memperoleh kekuatan baru untuk mengasihi dan mengampuni, sebagaimana Ia telah lebih dahulu mengasihi dan mengampuni kita. Oleh rahmat-Nya dalam Ekaristi, kita diubah untuk menjadi semakin serupa dengan Dia dalam hal mengasihi. Dalam kasih inilah kesatuan kita dengan Kristus dikukuhkan. Kesatuan antara kita dengan Kristus ini akan mencapai kesempurnaannya di surga kelak, saat Allah menjadi semua di dalam semua (lih. 1Kor 15:28).
Menyadari makna Komuni Kudus ini, mari kita tanyakan kepada diri kita masing- masing, sudahkah kita cukup mempersiapkan diri untuk menyambut-Nya? Mari kita berdoa memohon rahmat Tuhan, agar mata hati kita dicelikkan dan hati kita dikobarkan dalam setiap perayaan Ekaristi, sehingga kita dapat mengatakan hal yang sama seperti yang dikatakan oleh kedua murid Yesus dalam perjalanan ke Emaus: “Mane nobiscum Domine, Tinggallah bersama dengan kami, ya Tuhan Yesus…” (lih. Luk 24:29).
Pertanyaan Permenungan:
- Bagaimana kita tahu bahwa Kristus memilih Komuni Kudus untuk bersatu dengan umat-Nya?
- Mengapa Ekaristi disebut sebagai ‘sumber dan puncak kehidupan Kristiani’?
- Apakah efek dari Komuni Kudus?
- Bagaimana Komuni Kudus menjadi bukti kasih Allah dan pengorbanan-Nya?
- Bagaimana cara kita untuk semakin menghayati Komuni Kudus?
- Doa seperti apakah yang baik untuk didoakan setelah menerima Komuni Kudus?
- Apakah hubungan antara Komuni Kudus dengan apa yang terjadi di Sorga?
Selamat siang dear tim katolisitas.org
Perkenalkan saya Andy dari Surabaya.
Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih untuk situs yang luar biasa ini. Tak salah kalau Tuhan membantu saya menemukan situs ini, karena situs ini mampu menambah iman saya dan mampu menjawab kegalauan-kegalauan saya tentang Tuhan dan imbasnya saya lebih mencintai Tuhan daripada sebelumnya. Terima kasih banyak katolisitas!
Nah sekarang saya memiliki pertanyaan yang agak menganggu saya. waktu itu saya sedang pergi berdua dengan teman saya dan saat itu kita sedang asyik membahas tentang Tuhan. Tiba-tiba teman saya berkata begini,
“Tuhan itu tidak mau turun dan tinggal di bumi LAGI karena Dia kudus, sedangkan kita tidak” (tentunya ini sesudah kejadian Yesus, makanya kata LAGI saya kasih huruf besar)
Bagaimana pendapat tim katolisitas mengenai hal ini?
Mohon pendapatnya
Terima kasih sebelumnya.
Salam dalam kasih Tuhan
Andy
Shalom AndyKur,
Sejujurnya, pandangan yang mengatakan bahwa “Tuhan tidak mau tinggal di bumi lagi karena Dia kudus dan kita tidak” itu tidak sesuai dengan sabda Kristus sendiri, yang mengatakan, “….Aku akan menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Mat 28:20).
Memang Tuhan Yesus tidak tinggal dan hidup di dunia dengan cara yang sama ketika 2000 tahun yang lalu Ia memasuki sejarah manusia, dan hidup sebagai manusia. Namun demikian, kini setelah Ia naik ke Surga, Ia tetap hadir dan menyertai Gereja-Nya sampai akhir zaman. Secara nyata dan sungguh-sungguh, Kristus hadir di dalam Ekaristi, sehingga jika kita menyambut Ekaristi, kita menerima Dia dan bersatu dengan-Nya, yang disebut dengan istilah Komuni Kudus. Silakan membaca artikel di atas, untuk membaca lebih lanjut makna Ekaristi adalah Komuni Kudus, silakan klik, dan untuk makna sakramen Ekaristi: Sudahkah kupahami Ekaristi?
Selanjutnya, untuk beberapa artikel lainnya tentang Ekaristi di situs ini, silakan mencari menggunakan fasilitas pencarian di sisi kanan homepage dengan kata kunci ‘Ekaristi’ lalu enter. Temukanlah sejumlah artikel dan tanya jawab tentang Ekaristi di situs ini, dan silakan membacanya.
Nah, memang salah satu persyaratan untuk menerima Ekaristi adalah seseorang tidak dalam keadaan berdosa berat. Jika seseorang menyadari ia sedang dalam dosa berat, ia perlu mengaku dosa terlebih dahulu dalam sakramen Tobat. Namun ini tidak mengubah kenyataan bahwa Kristus berkehendak untuk hadir menyertai Gereja-Nya di dunia, yang terdiri dari umat-Nya yang tidak sempurna. Ia hadir terus dalam tabernakel setiap gedung Gereja Katolik, dalam rupa sakramen Maha Kudus. Dengan demikian Kristus menggenapi janji/ perkataan sabda-Nya sendiri dalam Mat 28:20 tersebut.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Misa Virtual dan Jarak jauh
Kemajuan teknologi komunikasi memungkinkan umat mengikuti upacara misa secara lengkap ( dari awal samapai akhir ) yang terjadi jauh dari kediamannya , sejauh diliput oleh TV atau para hobbiest atau pakar telekomunikasi .
Sebenarnya dengan cara demikian , umat dapat mengikuti misa tanpa harus ke gereja, karena gereja dalam arti gedung, adalah rumahnya sendiri.
Sekumpulan umat dapat berkumpul juga di rumah tetangganya yang cukup luas dengan mengikuti misa jarak jauh .
Dengan teknologi demikian, sebenarnya misa juga dapat dinikmati oleh umat tanpa harus ke gereja. Dengan demikian, kita tidak usah direpotkan dengan pengumpulan dana dan pencarian ijin untuk membangun gereja khususnya di negeri Pancasila ini. Masalah parkir juga dapat diatasi.
Bahkan umat di daerah terpencil tetap dapat dibantu mengikuti misa jarak jauh asal fasilitas teknologi komunikasi dapat disediakan bagi mereka.
Kalau sekarang ada officeless atau bankless seperti juga cashless, maka menarik mengembangkan churchless . Bukankah konsep ini sangat membantu baik bagi umat yang tidak mempunyai gedung gereja maupun bagi umat yang berada di daerah terpencil.
Bukankah Uskup Ignasius Suharyo sudah memberi contoh melalui pengiriman video kotbahnya ke semua paroki KAJ berkaitan denga Surat Gembala Masa Puasa 2014? Dia tidak di mana-mana kecuali di Jalan Katedral, tetapi ada di mana-mana lewat tayangan kotbah dalam video produksi Kom Sos KAJ.
Toh umat bisa mendengarkan dengan hikmat. Melalui konsep ini, tentu KOMSOS puya peran yang jauh lebih besar. Begitu pula jumlah prodiakon diperbanyak untuk melayani komuni bagi komunitas katolik yang terpencar di banyak tempat.
Shalom Herman Jay,
Prinsipnya: mengikuti acara Misa yang ditayangkan di TV bukan merupakan pengganti bagi mengikuti Misa di gereja dan dengan demikian, tidak memenuhi kewajiban untuk ketentuan menguduskan Hari Tuhan pada hari Minggu. Hal ini disampaikan oleh Fr. Edward McNamara, professor of liturgy at the Regina Apostolorum Pontifical University, selengkapnya, silakan klik di link ini.
Tayangan tersebut diadakan sebagai tawaran bagi mereka yang karena satu dan lain hal (misalnya karena sakit) sehingga tidak dapat menghadiri Misa Kudus, agar mereka tetap dapat berpartisipasi dengan cara tertentu dalam perayaan Ekaristi yang diadakan dalam komunitas. Dikatakan demikian:
“The televised Mass is never a substitute for the Church’s pastoral care for the sick in the form of visits by parish ministers who share the Scriptures and bring Communion, nor is it ever a substitute for the Sunday Mass celebrated within a parish faith community each week. However, televising the Mass is a ministry by which the Church uses modern technology to bring the Lord’s healing and comfort to those who cannot physically participate in the liturgical life of the local Church and who often experience a sense of isolation from the parish and its regular forms of prayer and worship. In addition, many regard televised liturgies as a means of evangelization, of sharing the Good News of Jesus Christ and promoting the Church’s worship via modern means of communication” (cf. “Inter Mirifica,” No. 14).
Dalam perayaan tersebut, yang terjadi adalah Spiritual Communion (Komuni batin/ rohani) dan hal ini tidak dapat menggantikan kesempurnaan penerimaan Komuni secara nyata yaitu dengan menyambut Tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan Kristus dalam Ekaristi. Kehadiran Yesus secara nyata dalam rupa roti dan anggur juga mensyaratkan tanggapan nyata dari Gereja-Nya dengan menyambutnya juga secara nyata, tentu bagi yang tidak terhalang untuk melakukannya (yang tidak dalam keadaan berdosa berat). Komuni kudus ini tidak dapat digantikan, ataupun direduksi menjadi Komuni spiritual melalui tayangan Misa di TV. Oleh karena itu, tidak mungkin suatu hari Gereja menjadi churchless dengan hanya mengadakan tayangan Misa secara virtual di TV, sebab perayaan Misteri Paska Kristus dalam sakramen Ekaristi, justru merupakan tanda yang nyata kehadiran Kristus yang terus menyertai Gereja-Nya dan yang memberikan hidup ilahi-Nya kepada kita anggota-anggota-Nya sebagai penggenapan dari Yoh 6: 51-58.
Perayaan Ekaristi tidak dapat direduksi menjadi sekedar menayangkan bacaan Kitab Suci, homili dan perkataan konsekrasi. Tetapi kita juga diundang untuk menerima Ekaristi itu, yaitu Kristus yang hadir secara nyata dalam rupa Hosti Kudus itu. Hal ini yang tidak dapat digantikan dengan tayangan Misa secara virtual. Semoga dapat dipahami.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear kak Ingrid yang baik.
Celinne setuju dengan apa yang kak Ingrid tuliskan terutama sebab [G]ereja adalah sebuah komunitas yang bersama-sama hadir dalam gereja untuk merayakan Ekaristi.
Namun ada yang mengganjal di hati ini; manakala Bapa Suci pernah memberikan indulgensi kepada mereka yang menonton tayangan di media televisi, mohon bantuan untuk memberikan pencerahan kepada Celinne.
Salam.
Shalom Celinne,
Anda dapat membaca artikel tentang indulgensi di sini – silakan klik. Katekismus Gereja Katolik menjelaskan:
Dengan demikian menjadi hak Gereja untuk menentukan dengan cara yang dipandang pantas untuk kebaikan bersama dalam menentukan syarat-syaratnya – baik indulgensi sebagian maupun penuh. Jangan melupakan bahwa selain syarat spesifik, maka umat beriman yang ingin menerimanya harus dalam kondisi rahmat. Artinya kalau seseorang tidak dalam kondisi rahmat, maka dia harus memperbaiki hidupnya, melakukan pertobatan, yang dimulai dengan pengakuan dosa. Dengan kata lain, indulgensi menjadi cara bagi Gereja, agar umat dapat bertumbuh dalam kekudusan. Karena Gereja menginginkan sebanyak mungkin umat untuk bertumbuh dalam kekudusan, maka penggunaan media televisi, radio dipandang sungguh tepat. Jangan lupa, tidak semua indulgensi dapat dilakukan lewat radio atau televisi.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Tentang Misa Virtual
saya telah ikuti sejak dua tahun yang lalu melalui streaming internet, meskipun demikian saya tetap mengikuti Misa Minggu / Hari Raya di gereja secara langsung.
ada manfaat dari menonton misa tersebut bagi orang yang sehat, bisa belajar liturgi (harus perhatikan baik2 website yang menayangkan liturginya bisa menjadi pedoman [contoh EWTN/Notre Dame – Indiana/Katedral Arizona], jangan mengikuti siaran yg liturginya kacau-sesuka hati, karena saya memperhatikan ada siaran misa di internet yang liturginya kacau), mengenal lebih jauh musik-musik liturgi Gereja Katolik. Hadir langsung di gereja paroki 1x, mengikuti misa yang ditayangkan di TV 2-3x dari gereja2 yang berbeda.
Salam,
Saya ingin bertanya, jika kita terlewat untuk menghadiri misa kudus apakah kita boleh menerima komuni?
Terima kasih.
Shalom Yoseph,
Silakan Anda perjelas dulu apakah maksudnya dengan “terlewat untuk menghadiri Misa Kudus”.
1. Jika seseorang Katolik ‘terlewat’ maksudnya tidak menghadiri Misa Kudus pada hari yang disyaratkan [minimal pada hari Minggu dan hari-Raya wajib], maka ia tidak diperkenankan untuk menerima Komuni kudus di kesempatan Misa berikutnya, sebelum mengaku dosa terlebih dahulu dalam sakramen Pengakuan Dosa. Tidak hadir dalam perayaan Ekaristi pada hari Tuhan, itu merupakan pelanggaran perintah ke-3 dalam Sepuluh Perintah Allah.
2. Jika maksudnya ‘terlewat’ artinya terlambat, maka tergantung sampai di mana terlambatnya. Umumnya diartikan bahwa asalkan ia masih mengikuti Liturgi Sabda, maka masih diperbolehkan menerima Komuni kudus. [Sebab liturgi Ekaristi tidak terpisahkan dengan liturgi Sabda yang mengawalinya, dan keduanya ini mencapai puncaknya pada penerimaan Komuni kudus].
Kedua keadaan di atas, mengandaikan bahwa orang tersebut telah dibaptis Katolik dan telah menerima Komuni pertama, dan tidak terhalang oleh dosa berat untuk menerima Komuni kudus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Sir,
saya punya pertanyaan, bila dalam 1 hari ada dua kali Misa, yang berbeda jamnya, dan harus menghadiri keduanya, apakah harus sambut komuni dua2nya?
Shalom Imam,
Ketentuan dari Kitab Hukum Kanonik 1983, adalah:
KHK 917 Yang telah menyambut Ekaristi mahakudus, dapat menerimanya lagi hari itu hanya dalam perayaan Ekaristi yang ia ikuti, dengan tetap berlaku ketentuan Kanon 921 § 2. (Kan 921 § 2 Meskipun pada hari yang sama telah menerima komuni suci, sangat dianjurkan agar mereka yang berada dalam bahaya maut menerima komuni lagi.)
Maka jika seseorang mengikuti dua kali Misa dalam sehari (mengikuti dengan penuh), ia diperkenankan (bukan diharuskan) untuk menerima Komuni lagi pada Misa yang kedua.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
dear katolisitas,
Waktu paskah yang lalu, saya melihat seorang anak menerima komuni. Saya tahu benar bahwa anak itu belum terima komuni pertama. Pastor yang membagikan komuni adalah pastor tamu. Jadi dia tidak tahu, karena memang anak kecil itu maju dan menyodorkan tangan layaknya orang mau terima komuni. Setelah menerima tubuh Kristus, anak itu langsung menyantapnya.
Ketika saya sampaikan kepada petugas, jawabannya agak mengejutkan saya. Dia bilang bahwa hosti yang diterima anak itu hanya roti karena ia belum mengimaninya. Artinya, hosti itu menjadi tubuh Kristus jika yang menerima-Nya mengimani-Nya.
Saya mohon penjelasan dari katolisitas, apa memang demikian. Karena bagi saya, ketika konsekrasi, hosti itu sudah berubah jadi Tubuh Kristus. Di samping itu, bagaimana kita menyikapi peristiwa di atas?
salam,
brian
[Dari Katolisitas: Ya, Andalah yang benar dalam hal ini, petugas itu yang keliru. Jika Anda mengalami seperti ini, silakan memberitahukan kepada pastor yang bersangkutan, dan kepada Romo Paroki, setidak-tidaknya agar dapat memberitahu para petugas, 1) terutama petugas pembagi Komuni tak lazim, agar jika ada anak yang nampak terlalu muda/ kecil yang datang meminta penerimaan Komuni, dapat ditanya, apakah ia sudah menerima Komuni Pertama. 2) agar para petugas juga dapat mempunyai pemahaman tentang Ekaristi yang benar. 3) Kepada anak kecil itu atau orang tuanya, jika Anda mengenalnya, agar anak itu dapat diikutkan dalam kelompok persiapan Komuni Pertama.]
Pertanyaan saya berikutnya, apakah anak itu berdosa?
Salam,
brian
[Dari Katolisitas: Tergantung dari apakah anak itu tahu atau tidak jika Gereja mensyaratkan bahwa seseorang harus mengikuti persiapan sebelum menerima Komuni Pertama, agar ia dapat memperoleh pengetahuan dan ajaran yang benar tentang Ekaristi. Jika anak itu tidak tahu, maka kesalahannya termasuk ringan, namun kalau ia tahu namun mengabaikannya, maka kesalahannya lebih berat. Tentang apakah itu dosa ringan dan berat, silakan membaca di sini, silakan klik].
Shalom katolisitas, beberapa waktu yang lalu saya sempat beradu argumen dgn kerabat2 saya dari protestan karena bagi mereka hosti hanyalah gambaran tubuh kristus saja dan bukan tubuh kristus sendiri. Bagaimana penjelasan yang sebenarnya mengenai hal ini? Terima kasih
[dari katolisitas: Silakan melihat beberapa artikel tentang Ekaristi ini – silakan klik]
Ytk Katolisitas.org. Langsung saja ku tuliskan, dan mohon balasan “bimbingan” atau tanggap-jawabannya ke fxdollares@yahoo.com.
Ini bukan tafsiran tapi hanya permenungan yang kudapat.
Aku masih “menguji” karena tak mau sesat,maka dalam pengujian ini kutuangkan juga disini.(Mohon ditanggap lho ya)
Ini tentang mengapa Yesus memberikan Tubuh dan DarahNya bagi jiwa-jiwa yang dijanjikan keselamatan di dalamNya.
“Roh Kudus telah mendapatkan tempatNya bersemayam pada rahim perawan Maria nan suci tak bernoda,yang kemudian lahir Anak Kudus dan bertumbuh menjadi Anak Manusia.
Tubuh Yesus, Anak Manusia, kita sebutkan adalah Tubuh spesial meskipun TubuhNya juga terkuak, meluka dan berdarah seperti adanya tubuh kita.
Kata lain Roh Kudus telah mendapati Tubuh idealNya, tubuh yang tidak sama seperti tubuh ciptaan, tubuh manusia pada umumnya.
Yesus menyatakan Tubuh dan DarahNya adalah benar-benar makanan dan minuman bagi jiwa-jiwa dalam kekekalanNya.
Ia yang menjanjikan Roh Kudus namun juga memberikan TubuhNya untuk “ketempatan” Roh Kudus yang dicurahiNya.
Kita menerimakan Hosti suci yang telah diKonsekrasi sebagai TubuhNya, kita memakanNya, dan ini menjadi “ketempatan” Roh Kudus yang pada pekerjaanNya kasih karuniaNya adalah memurnikan kita, mengubahkan kita agar menyerupai Yesus Kristus.
Jadi oleh iman kita percaya di dalam Yesus kita diselamatkan, dan Ia memberikan Roh-Nya juga TubuhNya yang adalah “ketempatan” yang layak bagi Roh-Nya.
Salam DamaiNya.
Berkah Dalem.
(Nb: ditunggu balasannya:))
Shalom Dollares,
Pertama-tama perlu dipahami prinsip bahwa dalam penjelmaan-Nya sebagai manusia, Yesus Kristus adalah sungguh Allah namun juga sungguh manusia. Artinya, Yesus itu mempunyai kodrat Allah, yang sama hakekatnya dengan Allah Bapa dan Roh Kudus; namun sekaligus Yesus juga mempunyai kodrat sebagai manusia seperti kita. Sebagai manusia, Yesus itu sama seperti kita dalam segala hal, Ia turut merasakan kelemahan sebagai manusia, hanya saja Ia tidak berdosa (lih. Ibr 4:15). Itulah sebabnya, sebagai manusia Yesus juga terbentuk di dalam rahim ibu, mulai dari sebuah sel yang kecil, seperti layaknya manusia biasa, walaupun konsepsi-Nya tidak melibatkan benih laki-laki. Selanjutnya tentang topik ini, klik di sini. Kristus lahir sebagai bayi, tumbuh menjadi anak-anak, remaja dan dewasa, seperti layaknya manusia biasa.
Maka selain perbedaan dari konsepsi-Nya yang tak melibatkan benih laki-laki, dan bahwa tak ada dosa dalam diri Yesus, segala yang lain tentang tubuh-Nya semasa hidup-Nya di dunia, itu sama dengan tubuh manusia pada umumnya. Tubuh-Nya bisa lapar, haus, lelah, menderita dan wafat. Tubuh-Nya mempunyai jiwa manusia, walaupun Kristus juga mempunyai kodrat ke-Allahan [yang bersatu sedemikian dengan kodrat kemanusiaan-Nya], sehingga dengan demikian Ia selalu berada dalam kesatuan dengan Allah Bapa dan Roh Kudus. Tentang adanya kedua kodrat dalam diri Yesus, dijelaskan dengan indah oleh Paus Leo Agung di abad ke-5, yang dapat dibaca di sini, silakan klik. Jadi di dalam Yesus bukan hanya ada Roh Kudus, tetapi juga ada Allah Bapa, sehingga Ia dapat mengatakan, “Aku dan Bapa adalah satu.” (Yoh 10:30). Baru setelah kebangkitan-Nya, Kristus menunjukkan tubuh kebangkitan-Nya kepada para murid-Nya, yang menjadi gambaran akan tubuh kebangkitan kita di akhir zaman nanti. Tentang topik ini, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Nah, pada saat kita menerima Ekaristi kudus, yang kita terima adalah keseluruhan Kristus, yaitu Tubuh, Darah dan Jiwa-Nya [kemanusiaan-Nya] dan Ke-Allahan-Nya. Katekismus Gereja Katolik menjelaskannya demikian:
KGK 1374 Cara kehadiran Kristus dalam rupa Ekaristi bersifat khas. Kehadiran itu meninggikan Ekaristi di atas semua Sakramen, sehingga ia “seakan-akan sebagai penyempurnaan kehidupan rohani dan tujuan semua Sakramen” (Tomas Aqu., s.th. 3,73,3). Dalam Sakramen Ekaristi mahakudus, tercakuplah “dengan sesungguhnya, secara real dan substansial tubuh dan darah bersama dengan jiwa dan ke-Allahan Tuhan kita Yesus Kristus dan dengan demikian seluruh Kristus” (Konsili Trente: DS 1651). “Bukan secara eksklusif kehadiran ini disebut “real”, seakan-akan yang lain tidak “real”, melainkan secara komparatif ia diutamakan, karena ia bersifat substansial; karena di dalamnya hadirlah Kristus yang utuh, Allah dan manusia” ( MF 39).
Adalah kehendak Kristus, untuk menjadi satu dengan para murid-Nya, yaitu kita semua yang percaya kepada-Nya, melalui Ekaristi Kudus. Yesus menghendaki agar Ia sendiri dapat mengubah kita untuk menjadi semakin serupa dengan-Nya, dengan menyambut Tubuh dan Darah-Nya, Jiwa dan Ke-Allahan-Nya, agar kekudusan-Nya itu menguduskan kita. Itulah sebabnya Gereja Katolik mengajarkan bahwa walaupun kita dapat berusaha untuk hidup lebih baik/ kudus, namun pada hakekatnya kekudusan itu adalah pemberian Allah. Kita tak dapat menjadi kudus karena usaha sendiri, tetapi karena Kristus. Kita tak dapat meraih kehidupan kekal oleh usaha sendiri, tetapi karena pemberian Kristus. Oleh itulah sebabnya Kristus mengatakan:
Demikianlah, jika sampai sekarang (sudah sekitar 2000 tahun ini) Gereja Katolik melaksanakan Ekaristi, itu adalah karena melaksanakan kehendak Kristus. Selanjutnya tentang hal ini, silakan membaca artikel: Apakah artinya menjadi Katolik? dan Ekaristi adalah Komuni kudus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
salam
saya mahasiswa katolik ingin bertanya berkaitan dengan dokumen yang di keluarkan oleh Paus Paulus Yohanes II yaitu Ensiklik Ecclesia de Eucharistia.
pertanyaannya sebagai berikut
1. Apa Latar belakang munculnya ensiklik tersebut?
2. Bagaimana Ekaristi membangun persekutuan dalam tinjauan Ensiklik Ecclesia de Eucharistia?
3. bagaimana usaha membangun persekutuan dalam pastoral Gereja Katolik?
demikian pertanyaan sementara saya
atas jawaban dan perhatiannya saya ucapkan banyak terimakasih
[Dari Katolisitas: Mohon maaf, apakah pertanyaan ini adalah tugas kuliah Anda? Jika ya, silakan membaca sendiri surat ensiklik tersebut, karena memang sangat bagus, dan dari membaca itu, Anda akan dapat menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan yang Anda tuliskan tersebut].
salam dan doa dari saya
suwandi
Shallom Bu & Pak,
saya mahu minta tolong sama bu & pak,boleh ngak jelaskan kepada saya perjalanan liturgi katolik? walaupun saya katolik, cuma masih ada beberapa hal dalam liturgi yang saya masih kurang tahu.sebagai contoh,
1.semasa kita berkata ” Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, tetapi bersabdalah, maka saya akan sembuh”….selepas di ucapkan itu, perlu doa lagi ka?
2.selepas menerima roti, duduk di tempat sendiri, kita makan roti, apa yang harus di doakan ya?
3.dan akhir misa,sebelum balik ke rumah masing-masing, kita harus berdoa kan…sebaiknya doa apa ya ?
salam damai
Shalom Fonny,
1. Untuk mengetahui tentang perjalanan liturgi Katolik, silakan membaca buku karangan Romo Emanuel Martasudjita, yaitu:
Pengantar Liturgi
Makna, Sejarah dan Teologi Liturgi
Penerbit Kanisius, tahun 1999
Liturgi
Pengantar untuk Studi dan Praksis Liturgi
Penerbit Kanisius, tahun 2011
2. Contoh doa-doa sebelum dan sesudah Komuni, silakan membaca di sini, silakan klik. Atau lihatlah doa sebelum dan sesudah Komuni, dalam buku Puji Syukur, no. 210 dan 211.
3. Doa Sesudah Komuni yang terdapat dalam daftar Indulgensi
Dalam The Enchiridion of Indulgences (Buku ketentuan mengenai Indulgensi) yang dikeluarkan oleh Vatikan tanggal 29 Juni 1968 (silakan klik) menyatakan bahwa dengan merenungkan pengorbanan Yesus dan luka-luka-Nya di kayu salib sebagaimana dijabarkan dalam doa yang sederhana berikut ini, kita dapat memperoleh indulgensi. Demikianlah doanya yang mengambil dasar dari kitab Mazmur 22: 17-18:
Indulgensi Penuh dapat diperoleh dengan mengucapkan doa ini pada hari Jumat di masa Prapaska dan setiap hari di dalam dua minggu sebelum Paskah (masa Passiontide), ketika doa ini diucapkan setelah Komuni di hadapan gambar/ image Kristus yang tersalib. Pendarasan doa ini pada hari-hari lainnya, memperoleh indulgensi sebagian. Tentang persyaratan agar memperoleh indulgensi penuh adalah: 1) mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa; 2) menerima Komuni kudus; 3) berdoa bagi intensi Bapa Paus; 4) tidak ada keterikatan terhadap dosa, bahkan dosa ringan. Selanjutnya tentang Indulgensi, silakan klik di sini; dan tentang Bagaimana Agar Memperoleh Indulgensi, klik di sini.
Dengan mendoakan doa yang singkat di atas, kita diundang untuk meresapkan di dalam hati, bahwa Kristus telah memilih untuk menderita dan menyerahkan nyawa-Nya demi kasih-Nya kepada kita. Betapa kita harus bersyukur atas pengorbanan-Nya itu, yang menyelamatkan kita. Dengan melihat teladan kasih Kristus ini, semoga kita semakin mampu menghindari dosa, dan semakin terdorong untuk lebih mengasihi Tuhan dan sesama kita. Dengan melihat pengorbanan-Nya ini kita dikuatkan untuk juga mau berkorban dalam hidup kita sehari-hari, entah dalam lingkungan keluarga, pekerjaan maupun pergaulan kita dengan sesama.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
SELAMAT MALAM, SAYA MAU BERTANYA,BERDASARKAN PERNYATAAN INI, “Kristus menjelaskan cara yang dikehendaki-Nya, agar Ia dapat tinggal di dalam kita, yaitu dengan kita makan daging-Nya dan minum darah-Nya.”, “Ekaristi merupakan bukti nyata kasih Kristus yang terbesar, sebab melaluinya Kristus memberikan diri-Nya sendiri kepada kita sahabat-sahabat-Nya”.
SAYA MASIH BINGUNG,, JADI SEBENARNYA YANG DIMAKSUD EKARISTI ITU DI MANA KITA MAKAN DAGING-NYA DAN MINUM DARAH-NYA ADALAH PERAYAANNYA(PERAYAAN EKARISTI), KOMUNI(MENERIMA HOSTI), TUBUH KRISTUS ITU SENDIRI ATAU APA..? TERIMA KASIH.
Shalom LEX,
Komuni, yang artinya adalah persekutuan/ persatuan (com-union) adalah cara yang dipilih oleh Tuhan Yesus untuk menyatukan diri-Nya dengan kita umat-Nya, agar Ia dapat tinggal di dalam kita (lih, Yoh 15:4-5, Yoh 6:56-57). Cara yang dipilih oleh Tuhan Yesus ini adalah dengan memberikan Tubuh dan Darah-Nya agar dapat kita sambut, dalam rupa roti/ hosti dan anggur. Jadi inilah makna Komuni kudus, yaitu: kita bersatu dengan Tuhan Yesus dengan menyambut Tubuh dan Darah-Nya.
KGK 1331 Komuni, karena di dalam Sakramen ini kita menyatukan diri dengan Kristus yang mengundang kita mengambil bagian dalam tubuh dan darah-Nya, supaya kita membentuk satu tubuh (Bdk. 1 Kor 10:16-17). Orang juga menamakan Ekaristi hal-hal kudus [ta hagia; sancta] (const. ap. 8,13,12; Didache 9,5; 10,6) – ini sejajar dengan arti pertama ungkapan “persekutuan para kudus” dalam syahadat apostolik. Nama-nama yang lain adalah: roti malaikat, roti surgawi, “obat kebakaan” (Ignasius dari Antiokia, Eph. 20,2) dan bekal perjalanan.
Sedangkan Ekaristi (eucharistein) artinya adalah ucapan syukur kepada Tuhan. Maka perayaan Ekaristi pada dasarnya adalah merupakan perayaan ucapan syukur kepada Allah Bapa, perayaan kenangan kurban Kristus dan Tubuh-Nya, dam kehadiran Kristus oleh kuasa Sabda-Nya dan kuasa Roh Kudus-Nya (lih. KGK 1358).
Silakan untuk selanjutnya membaca artikel seri tentang Ekaristi di situs ini:
Sudahkah kita pahami pengertian Ekaristi?
Ekaristi Sumber dan Puncak Kehidupan Kristiani
Mengapa kita makan dan minum Tubuh dan Darah Tuhan Yesus
Ekaristi adalah kurban Kristus yang berkenan kepada Allah
Ekaristi adalah Perjamuan Sorgawi
Mengapa Ekaristi?
Sejarah yang mendasari ajaran tentang Ekaristi
Cara Mempersiapkan diri menyambut Ekaristi
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Bu Ingrid dan Pak Stefanus,
ada yang ingin saya tanyakan: menerima komuni yang benar sesuai ajaran Gereja Katolik apakah dengan tangan atau langsung dengan lidah? Ada teman saya yang menerima dengan lidah dng alasan spy tubuh Kristus tidak dikotori oleh tangannya.
Jika saat penerimaan komuni kita diminta untuk mengambil sendiri hosti dan mencelupkannya di piala anggur apakah dibenarkan?
Terima kasih sebelumnya. Tuhan Yesus memberkati.
[dari katolisitas: menerima komuni dengan tangan atau lidah – silakan klik dan cara menerima komuni dua rupa – silakan klik]
Salam Damai,
Berapa kali seorang umat dapat mengambil komuni dalam misa mingguan (sabtu/minggu) ?
Saat ini suami seorang prodiakon, anak tertua saya seorang misdinar dan dalam beberapa bulan kedepan anak kedua akan menjadi putri altar. Di gereja kami untuk misa mingguan 6 kali(2 kali di hari sabtu dan 4 kali di hari minggu). Jadwal tugas tidak memungkinkan diminta di hari dan jam yang sama. Apakah saat menemani suami/anak untuk ke-2 atau ke-3 kalinya pada misa mingguan saya tidak perlu ikut komuni ? Apa saran katolisitas mengenai kondisi ini ?
Terima kasih atas sarannya.
Tuhan Memberkati.
Zita
Shalom Zita,
Berapa kali dalam sehari kita dapat menerima Komuni Kudus? Kitab Hukum Kanonik 1983 mengatakan:
Kan 917 Yang telah menyambut Ekaristi mahakudus, dapat menerimanya lagi hari itu hanya dalam perayaan Ekaristi yang ia ikuti, dengan tetap berlaku ketentuan Kanon 921 § 2.
Kan 921 § 2 Meskipun pada hari yang sama telah menerima komuni suci, sangat dianjurkan agar mereka yang berada dalam bahaya maut menerima komuni lagi.
Dengan demikian, dalam kondisi Anda, jika Anda sudah mengikuti perayaan Ekaristi dan menerima Komuni kudus, dan kemudian Anda mengikuti perayaan Ekaristi lagi pada hari yang sama, maka Anda dapat menerima Komuni lagi pada misa yang kedua tersebut. Hanya jika Anda mengikuti Misa yang ketiga pada hari yang sama, Anda tidak perlu menerima Komuni lagi, silakan Anda menerima Komuni dalam batin saja pada Misa yang ketiga ini. Kekecualian hanya pada jika ada bahaya maut, maka diperkenankan untuk menerima Komuni lagi pada Misa yang ketiga pada hari yang sama tersebut.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listati- katolisitas.org
Terima kasih bu Inggrid atas informasinya.
Tuhan Memberkati
Shalom Ibu Ingrid dan Pak Stefanus,
Terima kasih yg berlimpah pada Bapak dan Ibu, yang sekali lagi mampu memberi pemahaman akan Iman katolik dengan media internet.
Saya merasa terbantu dengan membaca artikel dan ulasan2. Dengan rutinitas saya saat ini, yang kadang memberi jarak pada aktifitas pada komunitas gereja (ibadah lingkungan; komunitas basis), serta Majalah ataupun sejenisnya yang tak saya jumpai(atau belum di jumpai) di tempat saya sekarang berkarir, media internet dan webiste Bapak Dan Ibu, menjadi “TEH HANGAT” Di kala pagi hari dan SEGELAS SUSU penyejuk sebelum Tidur.
Semoga Karya Kerasulan Pak Stef dan Ibu Inggrid senantisa limpahan kemudahan.
Salam Persahabatan
Frans Benedict
DI Mimika, Papua
[Dari Katolisitas: Terima kasih atas apresiasi dan dukungan doa Anda. Salam kenal dan salam persaudaraan dalam Kristus dari kami di Katolisitas kepada komunitas dan keluarga Anda di Papua]
Shalom, Bu.. hari ini hari Minggu, memang kewajipan kita Katolik pergi ke gereja, tetapi hari ini, saya tidak dapat hadir ke gereja kerana beberapa hal seperti tidak punya teman ke gereja, sebab suamiku ke stadium kerana bertugas sebagai juru latih atlet (hari ini, ada pertandingan sukan di bandar dan suamiku ditugaskan sebagai juru latih). Saya pula menemani suami tetapi hanya menunggu di penginapan di bandar. Suami ku mahu pergi tapi dia terikat tugasnya. saya ada beritahu suami saya, yang saya mahu ke gereja di bandar itu tapi suami menasihati, bahaya kalau tidak ada teman berjalan di bandar. Jadi saya hanya putuskan berada di penginapan untuk berdoa sahaja. bagaimana itu Bu? Apakah ianya salah bagi kami tindakan kami berdua? Apa harus kami perbuat bila hari Minggu itu kami tidak dapat datang ke gereja? Saya jadi serba salah.
salam damai..
Shalom Fonny,
Bagi orang yang sudah dibaptis Katolik, maka perintah “menguduskan Hari Tuhan”, yaitu perintah ketiga dari sepuluh perintah Allah, dipenuhi dengan mengikuti perayaan Ekaristi Kudus pada hari Minggu, atau pada hari Sabtu sore. Maka silakan Anda tanyakan kepada diri Anda sendiri, apakah sebenarnya alasannya sehingga Anda tidak dapat melaksanakan perintah Tuhan ini. Apakah jadwal suami Anda mengajar itu tidak Anda ketahui sejak jauh-jauh hari sebelumnya? Sebab jika sesungguhnya Anda sudah tahu, Anda dapat merencanakan akan apakah yang dapat Anda lakukan agar Anda tetap dapat mengikuti perayaan Ekaristi, entah pada hari Minggu itu sendiri atau hari Sabtu malam sebelumnya. Saya juga tidak cukup mengetahui mengapa bahaya kalau berjalan di bandar. Apakah Anda mempunyai kenalan yang dapat Anda ajak untuk sama-sama berangkat ke gereja? Apakah Anda dapat mengusahakan menumpang taksi yang aman, apakah hal itu juga tidak memungkinkan?
Apapun keadaannya, fakta bahwa Anda tidak mengikuti perayaan Ekaristi pada hari Minggu/ Sabtu sore, itu adalah pelanggaran/ dosa, terutama karena Anda gagal memberikan apa yang menjadi hak Tuhan, yaitu hanya satu jam saja ucapan syukur dari Anda untuk mengenangkan kebaikan dan kasih-Nya yang tercurah pada Anda dalam 7x 24 jam kehidupan Anda sepanjang minggu itu. Silakan Anda berdua menghubungi pastor paroki Anda dan dalam kerendahan hati, akuilah kesalahan tersebut kepada Tuhan di hadapan imam-Nya. Semoga Anda berdua dikuatkan dan diberi kebijaksanaan agar dapat mengatasi situasi serupa di kemudian hari.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
shalom, terima kasih Bu…
Saya kini sedar, saya perlu usaha untuk dapat bersama dengan Tuhan..terima kasih banyak2 BU.
salam damai..
Shalom P. Stefanus,
Terima kasih penjelasannya. Saya jadi paham sekarang.
Ada satu lgi yang ingin saya tanya kalau boleh.
Di setiap misa, Romo selalu melakukan pencampuran tubuh dan darah Yesus.
Pada beberapa misa di rumah retreat saat komuni, tubuh Yesus dicelup ke darah Yesus.
Padahal dalam alkitab diwartakan bahwa saat perjamuan terakhir Yudas Iskariot (yg mengkhianati Yesus) yg melakukan hal ini. Kenapa. Justeru kita melakukan serupa?
Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati.
[Dari Katolisitas: Pertanyaan serupa sudah pernah ditanyakan oleh Fxe, di sini, silakan klik (mohon membaca alinea terakhir pertanyaan tersebut; dan silakan membaca tanggapan kami di bawah pertanyaan tersebut. Terdapat dialog tentang topik tersebut, silakan membaca keseluruhannya, semoga menjawab pertanyaan Anda.]
Shalom P. Stefanus,
Terima kasih. Sekarang saya jadi semakin paham.
Tuhan memberkati.
Syallom Ibu Inggrid.
setelah membaca artikel Ibu saya jadi lebih paham tentang manfaat ekaristi. tapi ada yang masih ingin saya tanyakan kepada Ibu.
dalam ayat di kitab suci (perjamuan terakhir) ada roti dan anggur. lalu diakhir Yesus berkata lakukan ini untuk kenangan akan Daku.
tetapi kenapa kita sebagai umat Katolik hanya menyambut tubuh Kristus? berarti dalam mengenangkan Kristus ada yang kurang?
terus kata beberapa teman yang beragama Kristen jika kita menyambut perjamuan setiap hari akan mengurangi kesakralan perjamuan suci tersebut. apa benar demikian? padahal di Gereja Katolik ada misa harian. jika ada yang keliru saya minta maaf, saya tidak paham masalah ini. terima kasih. Tuhan Yesus memberkati.
Shalom Yudi Purnomo lie,
Menyambut Tubuh saja atau Darah saja atau keduanya mempunyai arti yang sama, karena keseluruhan Kristus (Tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan Kristus) hadir dalam rupa roti dan anggur dan dalam setiap partikel roti dan partikel anggur. Tentang hal ini, Anda dapat membacanya dalam tanya jawab ini – silakan klik.
Apakah kalau sering mengungkapkan kasih akan mengurangi kesakralan? Tentu saja tidak. Kalau kita ingin mengenang orang yang kita kasihi, maka kita ingin melakukannya sesering mungkin dan bukan hanya sebulan sekali. Bahkan kurban kasih yang kita terima setiap hari dalam Ekaristi Kudus akan semakin mengingatkan kita akan kasih Allah dan pada akhirnya akan memberikan kekuatan kepada kita untuk membalas kasih Allah dan menyalurkan kasih Allah kepada sesama. Jadi, sedapat mungkin, setiap hari kita dapat menerima rahmat Allah yang mengalir Ekaristi Kudus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Comments are closed.