Pendahuluan
Jika kita bekerja di suatu perusahaan, mungkin perusahaan tersebut memberikan asuransi kesehatan, dan mungkin juga termasuk asuransi kesehatan gigi. Bayangkan kalau kita menerima asuransi kesehatan gigi, yang memungkinkan agar kita ke dokter gigi tanpa membayar, apa yang akan kita lakukan? Apakah kita akan secara teratur datang ke dokter gigi meminta agar dokter tersebut memeriksa dan membersihkan gigi kita? Ataukah kita akan datang ke dokter gigi hanya kalau kita merasa kesakitan yang luar biasa pada gigi kita?
Keadaan ini adalah sama seperti prinsip dalam Sakramen Pengakuan Dosa. Dosa adalah suatu penyakit rohani. Dan Yesus yang diwakili oleh pastor di dalam Sakramen Tobat adalah dokter dari segala dokter. Kita tahu, bahwa setiap hari kita melakukan dosa ringan, bahkan terkadang melakukan dosa berat. Kita juga tahu, bahwa dosa berat dapat membuat kita kehilangan keselamatan kita dan juga kalau dosa ringan terus dibiarkan, akan berkembang menjadi dosa berat. Nah, pertanyaannya, apakah kita juga mau datang kepada pastor untuk mengaku dosa pada waktu dosa yang kita buat masih belum terlalu berat, ataukah kita menunggu sampai dosa menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk dihilangkan? Mari kita bersama-sama melihat dan mengerti bahwa Sakramen Tobat ini diinstitusikan oleh Yesus untuk keselamatan kita, sehingga kita dapat mencapai kehidupan kekal.
General confession adalah suatu awal yang baik
Bayangkan kalau kita beberapa tahun tidak pernah ke dokter gigi. Mungkin kita tidak merasakan sakit pada gigi kita, namun benih-benih penyakit pasti ada disana. Karena hal tersebut, kita perlu datang ke dokter gigi dan minta “general cleaning“. Begitu juga dalam kehidupan spiritual kita, kita perlu mengadakan general cleaning. General cleaning dapat diumpamakan seperti “general confession”.
General confession adalah suatu pengakuan dosa yang bukan hanya terbatas dalam periode tertentu, namun mengakukan seluruh dosa dalam hidup kita sejauh yang dapat kita ingat. Ini adalah suatu “general check-up“, yang memungkin seorang dokter untuk mengetahui seluruh sejarah kesehatan kita. Alangkah baiknya kalau kita dapat membuat general confession kepada bapa pengakuan dan sekaligus juga bapa pembimbing (spiritual director) kita.[1]
Karena biasanya general confession memerlukan waktu yang lama – biasanya sekitar setengah sampai satu jam -, mintalah waktu secara khusus dari pastor, dan katakan kepada pastor untuk dapat menerima general confession. Pastikan juga bahwa kita benar-benar melakukan pemeriksaan batin secara sungguh-sungguh.
Biasakan untuk melakukan general confession setial tahun. St. Ignatius dari Loyola mengatakan dalam bukunya spiritual exercise “Meskipun seseorang yang mengakukan dosa setiap tahun tidak diharuskan untuk membuat general confession, namun dengan melakukannya, seseorang menimba banyak sekali manfaat yang diperoleh dari penyesalan yang sungguh-sungguh atas segala dosa dan kejahatan yang dilakukan oleh orang tersebut dalam seluruh kehidupannya.”
Berapa sering kita mengakukan dosa kita?
Memang dalam peraturan Gereja, kita minimal sekali dalam satu tahun harus mengakukan dosa kita.[2] Seperti kasus kebersihan gigi, kalau kita hanya ke dokter gigi setahun sekali, maka kemungkinan besar, gigi kita akan banyak yang rusak karena terbentuknya karang gigi. Demikian juga dengan pengakuan dosa, semakin jarang kita mengaku dosa, maka akan semakin tumpul kepekaan kita dalam menolak dosa. Dengan dasar inilah, kita seharusnya mengaku dosa secara teratur dan lebih sering, sebagai contoh, satu bulan sekali. Sebagai perbandingan, Paus Yohanes Paulus II dan Bunda Teresa mengaku dosa seminggu sekali. Kalau sosok seperti mereka mengaku dosa setiap minggu, kita seharusnya mengikuti teladan mereka, karena kemungkinan besar atau pasti, kita melakukan lebih banyak dosa daripada mereka.
Mari kita lihat beberapa petunjuk praktis dibawah ini, agar kita dapat membuat pengakuan dosa yang baik.
Kebenaran-kebenaran hakiki yang perlu kita pegang
1. Tuhan sangat mengasihi kita
- Tuhan sangat mengasihi kita, dan menginginkan agar kita memperoleh kebahagiaan abadi.
- Kita memperoleh kebahagiaan abadi hanya jika menggunakan kebebasan kita dengan hidup menurut kehendakNya.
2. Dosa memisahkan kita dari Tuhan
- Segala penolakan untuk berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan adalah suatu DOSA, yang tingkatannya tergantung dari: a) perbuatan yang kita lakukan atau kita hilangkan, b) derajat kesadaran, maksud, dan kebebasan kita, c) segala situasi dan keterbatasan kita.
- Sebagai penolakan terhadap kasih Tuhan, dosa adalah suatu bentuk ketidak- bersyukuran, kesombongan dan pemberontakan terhadapNya.
- Ketika berdosa, kita berbalik dari Tuhan, memberikan perhatian dan cinta yang seharusnya diberikan kepada Tuhan, kepada diri kita sendiri atau mahluk ciptaan lainnya.
- Karena itu, kita telah merusak diri dan orang lain karena telah melawan keteraturan yang ditentukan oleh Sang Pencipta.
- Akibat dari dosa berat adalah maut, sehingga kita: a) kehilangan rahmat Tuhan, b) kehilangan tempat di surga, c) memilih untuk masuk dalam penderitaan abadi di neraka, d) memilih untuk menolak kasih Tuhan yang abadi.[3]
3. Pertobatan adalah kunci untuk kembali kepada Tuhan
- Dengan kasihNya, Allah selalu ingin mengampuni kita. Ia tak pernah berhenti untuk memanggil kita kembali kepadaNya dan pada perilaku yang benar.
- Untuk menikmati pengampunan Tuhan, kita harus: a) Berhenti berbuat dosa, b) Menghindari situasi dosa, c) Kembali kepada Tuhan dengan hati bertobat.
- Kita harus mencari pengampunan Tuhan melalui pelayanan yang diberikan Gereja, sesuai dengan pemikiran Yesus ketika Ia memberikan kepada Rasul-rasulNya kuasa untuk mengampuni dosa-dosa. (Yoh 20:22-23)
- Penerimaan pengampunan Tuhan melaui Sakramen Pengakuan Dosa membawa pada kita kebangkitan spiritual: kita bangkit lagi untuk menerima hidup baru dalam kasih. Melalui sakramen ini kita didamaikan dengan Allah, Gereja, sesama dan dengan diri sendiri.
LANGKAH- LANGKAH YANG HARUS DIAMBIL SEBELUM MENGAKU DOSA
- Yang terpenting bukanlah untuk ‘pergi mengaku dosa’, tapi ‘bagaimana mengaku dosa yang baik’:
- Mendekati sakramen ini dengan pertobatan yang tulus atas dosa-dosa kita.
- Mengaku dosa-dosa kita dengan kerendahan hati dan kejujuran.
- Berkemauan keras untuk menghindari dosa tersebut di kemudian hari dan hidup sesuai dengan kehendak Tuhan,
- Untuk melakukan hal-hal ini, langkah yang penting adalah melalui pemeriksaan batin, yaitu:
- Sadar akan tingkat beratnya dan jumlah/ frekuensi dosa kita, baik dalam pikiran, perkataan maupun perbuatan, baik dalam perbuatan salah yang kita lakukan atau perbuatan baik yang harusnya kita lakukan tetapi tidak kita lakukan (sin of omission).
- Sadar bahwa karena dosa kita, kita menyakiti hati Tuhan, menyebabkan sengsara dan wafat Kristus, dan menyebabkan hal yang buruk bagi diri dan sesama.
- Hal yang sangat membantu dalam pemeriksaan batin adalah:
- Berdoa kepada Roh Kudus mohon penerangan dan ketulusan hati.
- Membaca teks Kitab suci untuk membantu kita merenungkan akibat dosa, besarnya kasih Tuhan dan kesediaanNya untuk mengampuni kita.
- Memeriksa diri dengan menjawab pertanyaan- pertanyaan mengenai tugas kita kepada Tuhan, sesama dan diri sendiri.
DOA SEBELUM PEMERIKSAAN BATIN
… Datanglah, O Roh Kudus, ke dalam jiwaku, Dan bantulah aku mengetahui dosa-dosaku, menyesali semua dosaku dan mengakukannya dengan kerendahan hati, agar aku dapat menikmati pengampunan Allah Bapa.
Dengan terangMu, terangi kegelapan pikiranku.
Dengan api RohMu, hangatkan dinginnya hatiku,Dengan kasihMu, isilah aku dengan cinta dan kekuatan, sehingga aku dapat menyadari kesalahan yang kuperbuat dan kebaikan yang gagal kulakukan. Tolong aku agar sungguh bertobat, dan kuatkan niatku untuk menghindari dosa-dosa di kemudian hari, dan untuk hidup dalam cintaMu, damaiMu dan sukacitaMu. … Amin.
BEBERAPA TEKS KITAB SUCI UNTUK DIRENUNGKAN
Sebelum pemeriksaan batin, pilih dan baca salah satu dari teks berikut ini dan kemudian renungkan dalam doa teks yang baru saja dibaca.
- Mat 5: 17-19
- Mat 5: 20-48
- Mat 7: 1-5
- Mat 25: 31-46
- Luk 15: 1-7
- Luk 15: 11-32
- Why 3:20
KERANGKA PEMERIKSAAN BATIN
Ada beberapa metode dalam pemeriksaan batin, yaitu berdasarkan 10 perintah Allah dan nilai-nilai Kristiani. Berdasarkan 10 perintah Allah, maka kita harus melihat berapa sering dan gagal kita melaksanakannya, Berdasarkan Nilai-nilai Dasar Kristiani, kasih kepada Tuhan dan sesama, kesabaran, kemurnian, kejujuran, dll, dan lihatlah apakah kita melakukan-nya atau tidak. Atau kita juga dapat mengadakan pemeriksaan batin berdasarkan delapan sabda bahagia (Mat 5:3-12).
Apapun caranya, yang terpenting adalah menempatkan diri kita dalam hadirat Allah dan tanyakanlah pada diri sendiri dengan kejujuran total, apakah kita telah menyenangkan hati Tuhan, jika tidak, mengapa?
Pertanyaan Awal:
- Kapan terakhir aku mengaku dosa? Apakah itu pengakuan dosa yang baik?
- Apakah aku berjanji sesuatu kepada Allah pada kesempatan itu? Apakah janji itu kutepati?
- Apakah aku melakukan dosa berat setelah pengakuan dosa yang terakhir?
PERTANYAAN-PERTANYAAN BERDASARKAN KESEPULUH PERINTAH ALLAH
1. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
- Apakah aku ragu akan keberadaan Tuhan?
- Apakah aku kurang bersyukur atas segala berkat-berkat yang Tuhan limpahkan?
- Apakah aku sering menggerutu dalam menjalankan kehendak Tuhan dalam hidupku?
- Apakah aku menolak untuk menerima permasalahan yang datang dalam hidupku sebagai cara untuk mendatangkan keselamatan?
- Apakah aku mengabaikan suara Kristus dalam jiwaku ketika Dia meminta kepadaku untuk berkorban sesuatu?
- Apakah aku sering kuatir dalam kehidupan karena kekurangpercayaanku terhadap penyelenggaraan Allah?
- Apakah aku melalaikan tugasku sebagai mahluk ciptaan kepada Penciptaku?
- Apakah aku gagal untuk menjadi saksi Kristus, baik dengan perkataan maupun perbuatan?
- Apakah aku meremehkan, bahkan mengejek ajaran Gereja Katolik?
- Apakah saya melemahkan iman orang lain, dengan cara menghina agama, Gereja, para imam, dll?
- Apakah aku malu untuk menunjukkan identitasku sebagai orang Katolik?
- Apakah aku menjadi anggota dari suatu organisasi yang melawan ajaran Katolik?
- Apakah aku tidak mengaku dosa paling sedikit satu tahun sekali?
- Apakah aku lupa untuk melakukan penitensi dari pengakuan dosa yang sebelumnya?
- Apakah aku lupa untuk berpuasa dan berpantang pada hari-hari yang telah ditentukan?
- Apakah aku sungguh-sungguh dalam berdoa dan berusaha dengan sepenuh hati untuk melawan godaan?
- Apakah aku tidak setia dalam doa harianku?
- Apakah aku tidak membuat prioritas dan mencoba dengan sekuat tenaga untuk hidup kudus?
- Apakah Tuhan adalah yang paling penting dalam kehidupanku?
- Apakah aku ragu-ragu tentang iman Katolik?
- Apakah aku membaca buku atau menonton film yang bertentangan dengan iman Katolik?
- Apakah aku percaya tahyul, atau pergi ke tukang ramal, percaya ramalan bintang, ramal telapak tangan, atau percaya ilmu gaib/ sihir?
- Apakah aku selalu percaya kepada Tuhan, terutama dalam kemalangan dan pencobaan?
- Apakah ada allah-allah lain di hidupku: uang, kesenangan, seks, keberhasilan, popularitas, kekuasaan, terobsesi dengan penampilan ….?
2. Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan tidak hormat
- Apakah aku menggunakan nama Tuhan dengan tidak hormat?
- Apa aku menggunakan nama Tuhan dalam kemarahan atau kutukan?
- Apa aku berbohong di bawah sumpah?
- Apakah aku menepati janjiku kepada Tuhan?
- Apakah aku berkata yang tidak hormat tentang Yesus, Maria dan orang-orang Kudus?
3. Ingatlah dan kuduskanlah Hari Tuhan
- Apakah aku setia mengikuti misa kudus pada hari Minggu atau hari-hari tertentu yang ditetapkan dalam kalendar Gereja? Apakah aku datang tepat waktu?
- Apakah aku mengikuti misa dengan penuh perhatian dan penuh iman?
- Apakah aku berdoa secara teratur, setidaknya pagi dan sore/ malam hari?
- Apakah aku membaca Kitab suci setiap hari?
- Seberapa minatku untuk mengetahui imanku dan membantu orang lain, termasuk teman-teman dan saudara-saudari/ kerabat?
4. Hormatilah ayahmu dan ibumu.
Untuk anak-anak:
- Apakah aku gagal untuk mengasihi orang tua dan saudara-saudariku?
- Apakah aku tidak menghormati dan tidak taat kepada mereka?
- Apakah aku membantu mereka di saat aku bisa?
- Apakah aku mengecewakan hati mereka? Bagaimana?
- Apakah aku menghormati guru, pastor paroki dan orang-orang lain ada di atas otoritas-ku?
- Apakah aku mentaati peraturan sekolah-ku?
Untuk orang tua:
- Apakah aku membesarkan anak-anak dengan sepenuh hati dan dengan cinta yang tulus?
- Apakah aku terlalu keras atau terlalu lembek terhadap mereka?
- Apakah aku memberi contoh yang buruk kepada mereka dengan caraku berbicara atau bertindak?
- Apakah aku memberi contoh yang baik untuk melaksanakan kewajiban religius dan kewajibanku sebagai warga negara?
- Apakah aku mengusahakan agar anak-anakku mendapat pengajaran religius yang pantas dan aktif terlibat dalam kegiatan komunitas kristiani dan organisasi?
- Apakah aku memotivasi mereka untuk terlibat dalam kegiatan Gereja dan kemasyarakatan?
5. Jangan membunuh
- Apakah aku melukai seseorang dengan perkataanku atau perbuatanku?
- Apakah aku menolak untuk membantu sesama yang membutuhkan ketika aku diberi kesempatan dan sesungguhnya dapat menolongnya?
- Apakah aku menyebarkan rumor/ gosip tentang seseorang?
- Apakah aku memberi contoh buruk? Apakah aku berusaha sebaik mungkin untuk memperbaikinya?
- Apakah aku mengumpat/ mengomel?
- Apakah aku meminta maaf segera dan dengan tulus ketika aku menyakiti seseorang?
- Apakah aku memimpin/ menyebabkan orang lain berdosa dengan perkataan dan perbuatanku?
- Apakah aku tidak menghormati pendapat ataupun kepercayaan orang lain?
- Apakah aku mencabut hidup orang lain?
- Apakah aku menyebabkan kecelakaan fisik, moral atau problem keuangan orang lain? Apakah aku telah memperbaikinya?
- Apakah aku menjadi anggota organisasi kekerasan?
- Apakah aku setuju atau mengizinkan, merekomendasikan, mencari atau terlibat dalam proses aborsi?
- Apakah aku turut andil dalam polusi lingkungan atau penggunaan sumber alam secara egois?
- Apakah aku memperhatikan kesehatanku: fisik dan mental?
- Apakah aku menggunakan obat terlarang, merokok atau minum minuman keras berlebihan, dan melakukan apa saja yang membahayakan kesehatanku dan kesehatan orang lain?
- Pada saat ada kesempatan, apakah aku tidak melakukan sesuatu untuk melawan dosa atau kejahatan?
6 dan 9. Jangan berzinah, dan jangan mengingini istri sesamamu.
Untuk semua:
- Apakah aku melihat gambar, pertunjukan atau film, buku-buku dan publikasi lainnya yang tidak sopan dan membangkitkan fantasi seksual dan mengarahkanku kepada dosa ketidakmurnian?
- Apakah aku memakai pakaian yang tidak sopan?
- Apakah aku mengikuti pikiran yang kotor atau keinginan-keinginan yang tidak suci?
- Apakah aku melakukan perbuatan yang tidak murni terhadap diri sendiri atau dengan sesama?
- Apakah aku bertindak bijaksana terhadap sesama yang berlainan jenis kelamin, baik terhadap yang sudah menikah atau tidak/ belum menikah?
- Apakah aku melontarkan cerita/ humor kotor?
- Apakah aku terlibat dalam pergaulan bebas, seks pranikah, atau aktivitas seksual yang diperbolehkan hanya untuk suami istri?
Untuk pasangan yang sudah menikah:
- Apakah aku setia kepada istri/ suamiku, baik di dalam pikiran maupun perbuatan?
- Apakah aku menggunakan pil, alat-alat KB lainnya untuk menghalangi kehamilan? Apakah aku menganjurkan orang lain untuk melakukan hal itu?
- Apakah aku menggunakan pernikahanku untuk mengekspresikan kasihku yang tulus kepada istri/ suamiku ataukah hanya untuk melampiaskan gairah seksual?
7 dan 10. Jangan mencuri. Jangan mengingini milik sesamamu.
- Apakah aku menghormati milik orang lain?
- Apakah aku merusak barang milik publik?
- Apakah aku mencuri sesuatu? Apakah aku mengembalikan yang kucuri dan membayar sesuai dengan jumlahnya?
- Apakah aku menyontek di sekolah, atau berbuat curang dalam bisnis? Apakah aku jujur dalam pekerjaan dan melakukannya dengan cara yang terbaik?
- Apakah aku adil dalam membayar gaji bawahan-ku, pajak dan segala kewajibanku?
- Apakah aku iri hati terhadap milik dan kesuksesan orang lain?
- Apakah aku menyia-nyiakan waktu dan kesempatan?
- Apakah aku serakah?
8. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
- Apakah aku berbohong karena kesombonganku atau berbohong untuk mencelakakan orang lain?
- Apakah aku bersaksi dusta di pengadilan?
- Apakah aku menyebarkan rumor/ gosip yang dapat merusak reputasi/ nama baik sesamaku?
- Apakah aku membocorkan rahasia yang dipercayakan kepadaku?
- Apakah aku membocorkan rahasia kesalahan orang lain?
- Apakah aku menuduh seseorang sembarangan?
- Apakah aku menghakimi orang lain?
- Apakah aku seorang yang berprasangka?
- Apakah aku dapat menjaga keseimbangan antara kebenaran dan tindakan kasih?
SEGERA SEBELUM PENGAKUAN DOSA
Setelah pemeriksaan batin selesai, dan menyadari berapa sering dan berapa banyak anda telah menyakitkan hati Tuhan, sesama dan diri sendiri, maka:
- Dengan rendah hati dan tulus memohon pengampunan Tuhan dan kemampuan untuk menghindari dosa di kemudian hari.
- Berusaha untuk menemukan akar penyebab dosa- dosa anda: kecenderungan yang salah, kelemahan, kebiasaan buruk…, dan lihat apakah anda dapat menghilangkan setidak-tidaknya satu dari akar penyebabnya. Ini berarti berusaha menjadi orang yang lebih baik dengan membuang sedikitnya satu keburukan moral atau dengan memperkuat satu kualitas moral yang baik. Bayangkan kalau kita dapat menghilangkan satu kebiasaan buruk dalam satu tahun, maka kehidupan spiritual kita akan berkembang dengan pesat.
3. mohon agar Tuhan membantu anda untuk mengaku dosa dengan baik.
PADA SAAT PENGAKUAN DOSA
- Buatlah tanda salib dan berkata: “Berkatilah saya, Pastor, sebab saya telah berdosa.”
- Biarkan Pastor memberkati anda dan apapun perkataannya, dengarkan dengan hati terbuka, lalu katakan:
- Pengakuan dosa saya yang terakhir adalah…. waktu yang lalu. Sejak itu aku melakukan dosa sebagai berikut…..
- Mengakulah dengan jujur dan tulus segala dosa anda mulai dari yang terberat dan yang paling memalukan. Jika anda gugup, atau tak begitu jelas akan dosa tertentu, mintalah bantuan Pastor
- Ingat, untuk sebisanya menyebutkan jumlah frekuensi dosa berat, dan keadaannya untuk memperjelas tingkat keseriusan dosa tersebut.
- Setelah selesai menyebutkan dosa-dosa anda, katakanlah:
- Untuk semua dosa-dosa saya ini terutama dosa melawan… (misal: kasih, kejujuran, kemurnian, dll) aku mohon pengampunan dan penitensi dari Pastor.
- Pastor akan memberi anda beberapa saran. Ia juga akan memberikan penitensi yang harus dipenuhi setelah sakaramen pengakuan. Setelah itu, ucapkanlah doa tobat baik dengan perkataan sendiri, atau doa tobat sebagai berikut:
- O Tuhanku, aku menyesal atas dosa-dosaku. Aku sungguh patut Engkau hukum, terutama karena aku tidak setia kepada Engkau yang maha pengasih dan maha baik bagiku. Aku benci akan segala dosaku, dan berjanji dengan pertolongan rahmatMu hendak memperbaiki hidupku dan tidak berbuat dosa lagi. Allah yang maha rahim, ampunilah aku, orang berdosa. Amin
- Setelah mengucapkan doa tobat, terimalah absolusi dengan rendah hati dan penuh syukur. Ikutilah doa Pastor, yang diakhiri dengan kata penutup “Amin!”
SETELAH PENGAKUAN DOSA
- Berlututlah di depan altar atau sakramen Maha Kudus atau gambar/ patung Tuhan Yesus, dan berterimakasihlah padaNya atas karunia pengampunan dosa, Perbaharui niat anda dan mohon pertolonganNya untuk mengatasi segala godaan.
- Jika penitensi diberikan dalam bentuk beberapa doa, ucapkanlah doa-doa tersebut dengan tenang dan penuh iman.
- Jika penitensi diberikan dalam bentuk tindakan kasih, maka harus dilaksanakan secepat mungkin.
- Tersenyumlah pada Yesus, dengan penuh rasa syukur. Bangkitlah dengan suka cita dan percaya diri: Tuhan sudah berbelas kasihan kepadamu. Ia merayakan kembalimu kepadaNya dan meng-inginkan anda termasuk dalam bilangan para kudusNya. Hiduplah untuk Dia, pada setiap saat kehidupanmu, dan biarkanlah orang-orang lain melihat betapa indahnya melayani Tuhan, dan hidup sesuai dengan kehendakNya!
Kesimpulan
Semua hal di atas adalah petunjuk-petunjuk praktis untuk mengaku dosa. Kita semua diingatkan kembali bahwa dosa sungguh menyedihkan hati Tuhan, karena melawan kasih dan hukum Tuhan, dengan akibat rusaknya hubungan kita dengan Tuhan dan Gereja. Hanya pertobatan, dan juga menerima Sakramen Pengampunan Dosa yang dapat mengembalikan keharmonisan hubungan kita dengan Allah. Dengan menerima Sakramen Tobat, kita akan dikuatkan untuk berusaha dengan sepenuh hati dan pikiran untuk hidup kudus, hidup untuk semakin memuliakan nama Tuhan.
[1] Francis De Sales, Introduction to the Devout Life (Image, 1972), p.38
[2] Council of Trent, Session 14; Canon 8.
[3] Ibid., p.37-38.
Salam Katolisitas
Mengenai pengakuan dosa, apakah dosa yang sudah lama dilakukan (ketika masih remaja awal), dan pada waktu dia belum punya pengetahuan tentang dosa berat yang dilakukannya, harus diakukan setelah mengetahui bahwa perbuatan itu dosa berat?
[Dari Katolisitas: Ya, silakan diakui. Allah menghendaki kita menjadi sempurna (lih. Mat 5:48) dan kesempurnaan ini diawali dengan pertobatan dari segala dosa.]
Shalom Hans,
Yang dituntut dari Pengakuan Dosa adalah mengingat dengan sungguh-sungguh tentang dosa-dosa yang kita lakukan, baik dosa ringan dan terutama dosa berat. Kalau masih ada dosa yang belum pernah diakukan, dan apalagi itu termasuk dalam obyek moral yang berat, maka sudah seharusnya diakukan dalam Sakramen Tobat. Anda dapat mengatakan kepada Romo, bahwa dosa ini adalah dosa yang dilakukan berapa tahun yang lalu, namun belum pernah diakukan sebelumnya. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Syalom, ketidaktaatan kita secara jujur kepada TUHAN YESUS yang selalu melakukan pelanggaran baik secara pikiran, perbuatan, tingkalaku baik sadar maupun tidak sadar. Disitulah yang membuat kita terkesan tidak mengontrol hawa nafsu. Pengakuan dosa merupakan cara hidup yang bermula untuk menjadi milik TUHAN YESUS. Oktavianus Bora Tamo Ama, S.Sos asal kupang.
Dear Katolisitas,
Sebelumnya saya mau berterima kasih kepada Katolisitas, karena website ini banyak membantu saya untuk mempelajari iman Katolik dan belajar Katolik, karena sebelumnya saya Protestan. Setelah diterima dalam gereja Katolik saya lebih banyak mengikuti misa harian dan mingguan di paroki lain, bahkan pengakuan dosa pertama saya bukan di paroki saya (waktu itu saya sungguh merasa sesak dan butuh sekali sakramen Tobat, jadi saya datang ke gereja katolik dekat tempat saya bekerja untuk minta sakramen tobat), yang mau tanyakan apakah ada kemungkinan saya diekskomunikasi, …maafkan sebelumnya atas rendahnya pengetahuan saya.
salam
Pri
Shalom Pri,
Anda dapat mengikuti perayaan Ekaristi ataupun menerima sakramen Tobat di paroki lain, yang bukan paroki Anda. Itu bukan perbuatan dosa, apalagi kesalahan yang dapat menerima hukuman ekskomunikasi. Walaupun idealnya Anda mengikuti perayaan Ekaristi di paroki Anda, karena dengan demikian Anda terhubung dengan saudara-saudari seiman yang tinggal di sekitar Anda, dan juga dengan pastor paroki Anda yang merupakan gembala rohani Anda, namun, jika ada keadaan khusus, misalnya karena paroki lain itu letaknya lebih dekat ke tempat kerja Anda, sehingga lebih memungkinkan bagi Anda untuk mengikuti Misa harian di sana sebelum Anda bekerja, ataupun pertimbangan lainnya yang masuk akal, maka tentu Anda dapat mengikuti Misa di sana. Gereja Katolik adalah Gereja universal, maka Anda akan tetap Katolik, jika mengikuti Misa di salah satu paroki Gereja Katolik di luar kota atau di luar negeri.
Sangsi ekskomunikasi hanya diberlakukan untuk pelanggaran berat, seperti yang berkaitan dengan penyebaran ajaran sesat, ataupun ketidaktaatan kepada pihak otoritas Magisterium Gereja. Umumnya sangsi ini diberlakukan sebagai langkah terakhir, jika pihak yang bersangkutan tetap berkeras dalam pendiriannya, bahkan setelah diperingati beberapa kali oleh pihak otoritas Gereja. Silakan membaca selanjutnya di sini, silakan klik, tentang ekskomunikasi.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Katolisitas,
Terima kasih atas jawabannya, hal ini sungguh berarti.
Salam
Pri
Shalom Pri,
Sedikit menegaskan sekali lg bahwa Gereja Katolik ialah universal. Jadi selama yg anda masuki ialah Gereja Katolik sama sekali bukan dosa malahan itu sebuah kelakuan yg amat sangat baik. Sama dengan saya, saya sering misa harian di Gereja Katolik di dkt tmpat kerja saya krn lebih dekat kl pulang kerja walau di dekat rumah saya juga ada Gereja Katolik dan ada juga misa harian.Bahkan terkadang saya misa malam minggu di Gereja Katolik dekat kantor dan besok paginya saya misa pagi di Gereja Katolik dekat rumah dan sorenya misa di salah satu Gereja Katolik yg agak jauh dr rumah saya. Tergantung situasi dan kondisi waktu kita pada saat itu saja, jadi sah-sah saja.
salam
Bambang
Dear Katolisitas,
Saya mohon maaf atas kesalahan saya memposting pertanyaan saya disini, karena hal yang saya tanyakan tidak berhubungan dengan isi buku tamu ini. Sekali lagi saya mohon maaf. Akan tetapi saya membutuhkan penjelasan tentang hal yang saya tanyakan ini, soalnya saya sedang bingung, sewaktu saya menerima Sakramen Tobat tadi saya tidak mendaraskan Doa Tobat, karena langsung diberikan berkat pengampunan dosa, tidak melalui Doa Tobat terlebih dahulu. Apakah pengakuan saya itu sah atau bagaimana ? Mohon pencerahannya.
Terima kasih,
Salam kasih dan Damai sejahtera.
Libertus.
[dari katolisitas: Yang harus dilakukan, kalau Anda tidak mendoakan doa tobat di dalam bilik pengakuan doa, maka Anda dapat melakukan doa tersebut pada saat Anda mendoakan doa penitensi. Kalau Anda belum melakukannya, maka silakan melakukannya secepatnya. Keabsahan dari Sakramen Tobat adalah karena pengampunan yang diberikan oleh Kristus kepada pastor dan dari pihak kita, karena kita berdosa dan menyesalinya. Penyesalan ini mensyaratkan bahwa kita tidak mau melakukan dosa tersebut di kemudian hari. Tentu saja dengan bantuan rahmat Allah. Jadi, selama ada pengampunan, dosa dan penyesalan, maka Sakramen Tobat adalah sah]
Shalom Katolisitas,
Puji Tuhan, saya bersyukur bisa lebih mendalami kasih Tuhan didalam artikel ini, terimakasih untuk Katolisitas.
Pertanyaan yang ingin saya tanyakan, general confession, saya masih kurang mengerti tentang general confession ini, pengakuan dosa dalam periode sepanjang apa yang dimaksud? apakah dosa-dosa yang sudah diakui didalam sakramen pengakuan dosa juga disebutkan kembali?
kedua bagaimana sikap kita terhadap perbuatan kita, saya akui pribadi terkadang merasa bahwa dikit-dikit berdosa (rasa berdosa yang berlebihan) kadang saya merasa sebaliknya karena saya memiliki “rasa” berdosa yang berlebihan saya menjadi tidak hati-hati, akhirnya dosa beneran. terimakasih, Tuhan berkati
Shalom Stefanus,
Sebenarnya, pengertian dari general confession adalah Pengakuan akan semua dosa terutama dosa-dosa besar yang pernah dilakukan -sepanjang yang dapat kita ingat- sejak age of reason (mungkin sekitar 7-8 tahun) sampai sekarang. Maksudnya adalah untuk membuang keterikatan dosa, terutama terhadap dosa besar yang sudah pernah kita lakukan. Jika dosa tersebut sudah pernah diakui dalam sakramen Pengakuan dosa, sebenarnya memang sudah diampuni, tetapi jika keterikatannya terhadap dosa tersebut masih ada sampai sekarang, maka dosa tersebut dapat diakui/ disebutkan kembali. Prinsipnya, sakraman Pengakuan dosa itu adalah sarana bagi kita untuk menerima rahmat penyembuhan/ pemulihan terhadap sakit rohani, maka segala bentuk dosa/ keterikatan terhadap dosa diakui, agar kita menerima rahmat Tuhan yang dapat menyembuhkan kita.
Perasaan dosa yang berlebihan/ ‘sedikit-sedikit sudah merasa berdosa’ umum dikenal dengan istilah scrupulosity, yang kadang memang dapat menjadi tidak kondusif terhadap pertumbuhan rohani. Sebab walaupun sepertinya baik, jadi kita berusaha menjauhi dosa sekecil apapun, tapi seringkali malah menjerumuskan kita kepada ekstrim lainnya, yaitu entah menjadi sombong rohani (merasa lebih baik dari orang lain, dan mudah menghakimi orang lain yang tidak mempunyai ‘ketelitian’ sedemikian untuk menghindari dosa) atau malah karena terpusat memikirkan dosa yang kecil-kecil, malah membuat kita jatuh dalam dosa yang besar.
Maka agaknya yang di sini perlu kita minta kepada Tuhan adalah rahmat kebijaksanaan (prudence), supaya kita dapat menghindari dosa, tanpa harus jatuh ke dalam sikap ekstrim sedemikian, sehingga menganggap segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah dosa.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Katolisitas,
Terimakasih atas jawabannya, betul sekali saya mengakui “Kesombongan” adalah penyakit atau akar dosa,terimakasih atas sarannya Katolisitas.
Semoga kita semua semakin mendalami dan menghargai kasih Allah, dengan kebijaksanaan dan kerendahan hati kita, berjuang BERSAMA TUHAN bukan dengan kekuatan kita, Amin
Saudari – saudari Katolik sekalian,
Saya hanya ingin berbagi cerita dari Paus Fransiskus.
—————————
He told a story, of an elderly widow he encountered during a Mass for the sick celebrated in connection with a visit of the image of Our Lady of Fatima. “I went to confession during the Mass,” he said, “and near the end – I had to go to do confirmations afterward, and an elderly lady approached me – humble [she was] so very humble, more than eighty years old. I looked at her, and said, ‘Grandmother,’ – where I come from, we call elderly people grandmother and grandfather – ‘would you like to make your confession?’ ‘Yes,’ she said – and I said, ‘but, if you have not sinned…’ and she said, ‘we all have sinned.’ [I replied], ‘if perhaps He should not forgive [you]?’ and, sure, she replied, ‘The Lord forgives everything.’ I asked, ‘How do you know this for sure, madam?’ and she replied, ‘If the Lord hadn’t forgiven all, then the world wouldn’t [still] be here.’ And, I wanted to ask her, ‘Madam, did you study at the Gregorian (the Pontifical Gregorian University, founded in 1551 by St Ignatius Loyola, the oldest Jesuit university in the world)?’ – because that is wisdom, which the Holy Spirit gives – interior wisdom regarding the mercy of God. Let us not forget this word: God never tires of forgiving us,” he repeated, “but we sometimes tire of asking Him to forgive us.” Pope Francis went on to say, “Let us never tire of asking God’s forgiveness.”
———————-
Hal ini sangat mengena bagi saya, karena seringkali kita bosan minta pengampunan. Seringkali dosa kita ya itu lagi itu lagi.
Yuk cari romo untuk ngaku dosa.
Salam,
Edwin ST
Source : link to news.va
Salam, Edwin ST
Terima kasih atas sharing cerita anda yang luar biasa. Ijinkan saya menerjemahkan secara bebas untuk pengunjung situs yang kesulitan memahami cerita tersebut.
—————————
Ia menceritakan sebuah kisah mengenai seorang janda tua yang ia temui selama Misa untuk orang sakit, yang diselenggarakan sehubungan dengan kunjungan Sang Perawan dari Fatima. “Aku pergi ke pengakuan selama Misa,” katanya,”dan menjelang akhir misa, aku harus pergi untuk memberikan Krisma setelahnya. Kemudian seorang wanita tua mendekatiku. Ia sangat rendah hati, sangat-sangat rendah hati, dan berusia lebih dari 80 tahun. Aku melihatnya lalu berkata,”Nek (di tempat asalku, kita memanggil orang tua dengan sebutan ‘nenek’ atau ‘kakek’), apakah anda ingin mengaku dosa?”. “Ya”, jawabnya.
“Tapi kalau anda tidak melakukan dosa?”
“Kita semua telah berdosa.”
“kalau misalnya Ia tidak mengampuni anda?”
“Tentu saja Tuhan mengampuni semua.”
” Bagaimana anda bisa bisa yakin tentang hal ini, nyonya?”
Lalu, ia menjawab,”Jika Tuhan tidak mengampuni semua, dunia tidak akan tetap ada seperti sekarang.” Aku jadi ingin bertanya padanya,”Nyonya, apakah anda sekolah di The Gregorian? (Universitas Gregorian Kepausan dan adalah Universitas Yesuit tertua di dunia, didirikan taun 1551 oleh St. Ignatius Loyola.)
“Apa yang ia katakan adalah kebijaksanaan, yang diberikan oleh Roh Kudus, kebijaksanaan batin mengenai Kerahiman Ilahi. Mari kita selalu ingat bahwa : Allah tidak pernah lelah mengampuni kita”,kata Sri Paus,”Namun, kita yang sering lelah meminta Allah mengampuni kita.” Paus Fransiskus melanjutkan,”Jangan pernah lelah meminta pengampunan Allah”.
———————-
Pacem,
Ioannes
Terima kasih Ioannes sudah menerjemahkan dengan baik.
Sekarang gantian saya yang ijin pinjam terjemahannya untuk dipakai ulang.
Salam,
Edwin ST
damai kristus beserta kita,
terimakasih atas thread mengenai pengakuan dosa sebagai cara rekonsiliasi kita yang berdosa ini untuk dapat bersatu dgn Kristus dalam Gereja-Nya yaitu persekutuan umat dan Yesus Kristus….,
saya mengalami pergulatan batin, penyesalan dan pertanyaan dalam hati dan pikiran saya atas pengakuan tobat saya terakhir yang bisa jadi bukan yang baik:
1. Dalam thread yang bapak/romo/ibu tulis di sini disebutkan disarankan dan seharusnya tidak menyambut Tubuh darah kristus /Komuni selama belum mengaku dosa dahulu, namun saya telah seringkali menerima komuni walaupun telah berdosa berat dan setelah itu menerima sakramen tobat. Apakah saya berdosa berat kepada Roh Kudus, kehilangan rahmat keselamatan abadi Allah Bapa serta cinta kasih Tuhan atas kesalahan ttp menerima sakramen komuni walau telah berdosa berat dan belum menerima sakramen Tobat ? dan Bagaimana cara saya kembali mendapat rahmat keselamatan abadi Tuhan Yesus setelah saya salah dalam menerima sakramen Tobat?
2. Saya seringkali jatuh dalam dosa berat kemurnian dan kayaknya yang saya takutkan menjadi kebiasaan walaupun telah berjanji lewat penitensi…..apakah saya dipulihkan dari dosa berat apalagi dalam thread ini disebutkan kalau hati kita bertambah keras hati apabila dosa telah menjadi kebiasaan dan akan banyak semakin terlarut dengan dosa2 lain yang lebih buruk ? karena saya takut ditinggalkan & tidak dianggap oleh Tuhan…
3. Dosa2 berat saya masih menghantui saya apakah ini normal?
4. Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk memaafkan kesalahan sesama kita, berkaitan dengan penintensi dan tindakan nyata atas pengungkapan iman lewat perbuatan yaitu memaafkan kesalahan sesama kita namun Jika sesama kita tidak mau memaafkan kesalahan kita, walaupun kita telah memaafkan kesalahannya terhadap kita ….apakah ini berdampak pada hilangnya rahmat keselamatan saya yang telah diperoleh lewat sakaramen Tobat??
Terima kasih + dan saya harapkan kesediaan romo/ibu/bapak untuk menjawab pertanyaan yg menghantui saya selama ini…
Shalom August,
Terima kasih atas pertanyaan Anda. Kita harus waspada akan tipu muslihat si jahat, yaitu yang dapat membuat kita merasa tidak perduli dan juga dapat merasa senantiasa bersalah. Sebelum mengaku dosa, si jahat dapat saja mempengaruhi kita bahwa dosa yang kita buat tidaklah apa-apa dan semua orang melakukan, sehingga dapat menyeret kita kepada ketidakpedulian, suam-suam kuku dalam hal rohani, sampai akhirnya kita mengeraskan hati, yang membawa kepada kehancuran. Selanjutnya, setelah mengaku dosa, si jahat dapat juga mempengaruhi kita, sehingga kita merasa bersalah. Dia dapat mempengaruhi kita sampai akhirnya kita berputus asa, dengan cara meyakinkan kita bahwa setelah mengaku dosa, kita juga dapat berbuat dosa lagi dan kita tidak mempunyai kekuatan apapun untuk menolak dosa. Jadi, kita harus menghindari dua hal ekstrem ini, karena ketidakpedulian dan keputusasaan dapat membawa kepada kehancuran – yaitu kehilangan keselamatan kekal. Walaupun si jahat dapat mempengaruhi kita, namun kalau kita berdosa, maka sesungguhnya, kita sendiri berdosa, karena kita yang secara bebas mengikuti godaan tersebut. Menjawab situasi Anda, maka berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
1. Dosa berat menghancurkan kasih dan merusak hubungan kita dengan Tuhan. Oleh karena itu, tidak selayaknya kita menerima komuni – yang adalah persatuan dengan Kristus – sebelum kita memperbaiki hubungan yang telah kita rusak. Cara memperbaikinya adalah dengan menerima Sakramen Tobat. Kalau sampai Anda belum mengakukan dosa berat yang dilakukan dan tetap menerima komuni, maka yang harus Anda lakukan adalah mengakukan dosa berat yang Anda lakukan dan pada saat yang bersamaan mengaku bahwa Anda telah menerima komuni dalam kondisi berdosa berat. Setelah pengakuan dosa yang dilakukan dengan penyesalan dan semangat pertobatan yang sungguh-sungguh, maka yakinlah bahwa Anda telah mendapatkan pengampunan dari Tuhan. Dari sini, Anda kemudian berniat untuk mengasihi Tuhan lebih daripada apapun di dunia ini, termasuk kesenangan diri kita sendiri. Dan bertekunlah senantiasa dalam doa, sakramen dan hidup menggereja.
2. Kalau dosa telah menjadi kebiasaan, maka memang sering dibutuhkan waktu untuk memperbaikinya. Kalau setelah mengaku dosa dengan sungguh-sungguh, Anda masih melakukan dosa yang sama, maka tidak perlu berputus asa. Yang terpenting, pada waktu kita berbuat dosa, maka kita mengakukan dosa dan bangkit kembali dengan semangat yang baru. Kita menyadari bahwa kita memang makhluk ciptaan yang lemah, yang tidak mungkin hidup kudus tanpa rahmat Allah. Hal ini akan melatih kita dalam hal kerendahan hati. Cobalah mengaku dosa pada pastor yang sama, sehingga dia dapat memberikan penitensi dan nasehat secara lebih baik dan detail. Silakan membaca topik kemurnian di sini – silakan klik.
3. Kalau dosa-dosa berat masih menghantui Anda walaupun Anda telah mengaku dosa dengan sungguh-sungguh, maka sesungguhnya tidaklah baik dalam perkembangan hidup spiritual. Yakinlah bahwa tidak ada dosa yang terlalu berat untuk diampuni oleh Kristus. Untuk dosa-dosa saya, dosa-dosa Andalah, maka Kristus merelakan diri-Nya menderita dan wafat, sehingga kita dapat memperoleh keselamatan. Jadi, buanglah perasaan bersalah dan gantilah dengan semangat bagaimana untuk membalas kasih Kristus, dengan cara mengasihi sesama kita.
4. Dalam memaafkan, kita tidak dapat memaksa seseorang untuk memaafkan kita. Yang dapat kita lakukan adalah berdoa agar Tuhan sendiri melembutkan hatinya, serta berusaha agar orang tersebut dapat membuka pintu maaf bagi kita. Kita juga dapat belajar dari kejadian ini, agar di masa mendatang kita tidak menyakiti orang lain. Sebaliknya, memaafkan seseorang adalah bagian kita yang dapat kita lakukan dengan bantuan rahmat Allah. Jadi, kalau Anda telah memaafkan seseorang, maka Anda telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai umat Allah.
Akhirnya, jangan berputus asa dalam proses pertobatan dan pertumbuhan. Kekudusan di dunia ini bukanlah satu kejadian, namun merupakan proses yang harus kita alami, yang diwarnai dengan jatuh bangun. Yang terpenting bangkit dan arahkan pandangan kita kepada Kristus dan kasih-Nya, sehingga kasih-Nya akan mengubah kita dan memberikan kekuatan kepada kita dalam perjuangan kita untuk hidup kudus. Mari kita bersama-sama terus berjuang dalam kekudusan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom
saya bersyukur sekali dapat mengenal situs ini karena ternyata sangat banyak hal yang tidak saya ketahui mengenai kebenaran Ajaran Katolik yang merupakan tulang punggung dan benteng kokoh dalam meneruskan kabar gembira keselamatan dan ajaran Kristus Tuhan kita…
mengenai sakramen pengakuan dosa ada yang ingin saya tanyakan, mohon dibantu :
1. Apakah bila seseorang pernah melakukan suatu dosa berat tapi tidak sempat menyampaikan pengakuan dosa itu saat melakukan pengakuan dosa (mungkin lupa pernah melakukan atau lupa menyampaikan), dosa berat itu tetap ada? bahkan bila dosa berat itu tidak sempat diakukan sampai ajalnya, apakah ia tidak diselamatkan? sebab hal ini mungkin saja terjadi pada seorang Katolik.
2. Saya pernah mengaku dosa yang cukup berat dan telah diberikan panetensi oleh Pastor untuk melakukan suatu tindakan kasih, tetapi saya baru teringat ternyata saya tidak melakukan hal itu sampai sekarang (mungkin karena saat itu saya kurang fokus sehingga tidak memperhatikan ada perintah untuk melakukan hal tersebut dan saya hanya melakukan panetensi doanya saja). Apakah dengan begitu sakramen pengakuan dosa saya itu tidak sah?
saya setelah mengenal situs ini seakan mendapat semangat baru untuk memperbaiki hidup saya dan ingin mendekatkan diri dengan Gereja. Saya memang telah mencintai Iman Katolik saya sebelumnya yang saya kenal dari teladan Ibu saya (sekarang sudah meninggal) yang sebelumnya Protestan lalu ikut Ayah saya menjadi Katolik dan juga diturunkan dari keluarga2 saya. Tetapi pemahaman Iman Katolik saya sangat dangkal, mungkin karena kurangnya sumber dan intensitas pengajaran mengenai itu di lingkungan saya bahkan dari Pastor kami dan saya juga telah menjalani hidup yang banyak tidak kudus dan melawan kasih.
Saya berniat untuk membagikan artikel2 yang ada di Situs Katolisitas ini kepada umat di paroki kami (saya berada di daerah kepulauan perbatasan Indonesia) mungkin dengan membuat hard copy dari artikel2 ini (tanpa bayaran tentunya). Saya yakin Tim Katolisitas akan memahami maksud saya ini.
Sekali lagi terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus dan kepada Tim Katolisitas
Salam damai
Arto
Shalom Arto,
Terima kasih atas dukungan Anda untuk karya kerasulan ini. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya sampaikan untuk menjawab pertanyaan Anda. Menjadi kewajiban kita untuk mempersiapkan hati sebelum mengaku dosa, sehingga kita dapat mengaku dosa dengan baik, menyadari mana dosa berat dan mana dosa ringan yang kita lakukan. Kalau kita melakukan pengakuan dosa secara teratur – misal 1 bulan sekali – maka sebenarnya tidak mungkin kita lupa mengakukan dosa berat. Yang terpenting adalah kita benar-benar melakukan pemeriksaan batin dengan sebaik-baiknya, sehingga kita dapat mengakukan semua dosa kita. Dan kalau sampai kita lupa mengakukan beberapa dosa – terutama dosa berat, maka secepatnya kita mengaku dosa kembali.
Selain pengakuan dosa, dosa berat juga dapat diampuni dengan penyesalan sempurna (perfect contrition), yaitu sesal karena cinta atau dengan kata lain sesal bukan karena takut hukuman, namun sesal karena telah menyedihkan hati Tuhan. Dengan demikian, kalau sampai ajal ada orang yang belum mengakukan dosanya dalam Sakramen Tobat, namun menyesali semua dosa-dosa berat yang dilakukannya dengan sesal sempurna serta mempunyai niat untuk mengaku dosa secepatnya kepada pastor jika kondisi memungkinkan, maka kita percayakan orang tersebut pada belas kasih Allah, yang juga melihat penyesalan hati. Namun, menjadi kerinduan kita semua, agar sebelum meninggal kita dapat menerima viaticum (lih. KGK 1524-1525) dan juga Sakramen Perminyakan (lih. KGK 1511-1523).
Kalau Anda lupa untuk melakukan penitensi, maka silakan mengaku dosa kembali dan mengatakan bahwa Anda lupa melakukan penitensi yang diberikan pada pengakuan dosa tersebut. Setelah itu, lakukan penitensi tersebut beserta dengan penitensi yang baru yang diberikan oleh pastor.
Akhirnya, silakan juga memakai artikel dan tanya jawab di situs ini sejauh bukan untuk kepentingan komersial dan mencantumkan sumbernya yaitu: http://www.katolisitas.org, sehingga orang yang mau memberikan masukan dan bertanya lebih lanjut dapat menyampaikannya kepada kami.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Syalom..
dikatakan ada beberapa metode dalam pemeriksaan batin, yaitu berdasarkan 10 perintah Allah, nilai-nilai Kristiani, dan 8 sabda bahagia.. Bolehkah minta tolong dijelaskan tentang metode yg nilai-nilai kristiani dan 8 sabda bahagia? Terima kasih atas kesediaannya… Tuhan memberkati.. ^^
[Dari Katolisitas: silakan membaca artikel berikut ini, silakan klik]
Kepada Tim Katolisitas yang dikasihi Tuhan,
Salam.
Saya, Tyo, Seorang seminaris Seminari Menengah St. Petrus Canisius Mertoyudan ingin menanyakan hal – hal yang berkaitan dengan injil Lukas, yaitu:
1. Saya diberi tugas untuk menafsirkan perumpamaan tentang anak yang hilang, salah satu perumpamaan yang katanya hanya satu – satunya dari keempat injil yang ada. Nah, mungkin apakah dari Tim katolisitas sendiri bisa memberikan beberapa hal yang bisa menjadi bahan untuk tafsiran perumpamaan tersebut?
2. Lalu, mengapa perumpamaan tentang anak yang hilang itu tidak ada di Injil – injil yang lain? apa sebenarnya yang disasar oleh Lukas sendiri dengan menuliskan perumpamaan tersebut?
Terima kasih atas kerjasamanya. Saya sangat menunggu jawaban dari tim katolisitas secepatnya.
Shalom Tyo,
Terima kasih atas kesediaan anda untuk menjawab panggilan Tuhan menjadi seorang imam. Dan semoga masa persiapan di seminari dapat dijalankan dengan baik. Karena pertanyaan anda adalah untuk tugas, maka kami tidak dapat memberikan jawaban yang terlalu detil. Interpretasi tentang anak yang hilang dapat dilihat dalam artikel di atas – silakan klik. Salah satu interpretasi dari ayat tersebut adalah dengan melihat dua orang anak tersebut, sebagai Kerajaan Israel Utara sebagai anak yang bungsu dan Kerajaan Israel bagian Selatan sebagai anak yang sulung. Kita tahu bahwa Kerajaan Israel Utara dijajah dan kemudian menyembah berhala, namun kemudian mereka berbalik kepada Allah. (lih. Ezek 37:21-23; Hos 11:1-3, 11; Yer 31:18-20) Kalau mau diinterpretasikan lebih jauh, kita juga dapat melihat anak sulung sebagai umat Yahudi dan kemudian anak bungsu sebagai bangsa-bangsa non-Yahudi.
Sedangkan pertanyaan mengapa hanya Injil Lukas yang memberikan cerita ini, mungkin anda dapat mempertimbangkan beberapa hal berikut ini: Sebagai prinsip umum, kita harus melihat bahwa tidak menjadi masalah bahwa satu perikop hanya disebutkan di salah satu Injil, dua Injil maupun ke-empat Injil, karena semuanya adalah merupakan Sabda Allah. Kita melihat ada ada beberapa hal yang disebutkan di Lukas, namun tidak disebutkan di dalam Injil yang lain, seperti: orang Samaria yang baik, Anak yang hilang, Kabar gembira dari Malaikat Gabriel kepada Maria, Kanak-kanak Yesus di Bait Allah, serta beberapa doa yang begitu indah: Magnificate, Kidung Zakaria, Doa Simeon (Nunc Dimittis).
Kalau kita mau meneliti lebih jauh, maka kita akan melihat bahwa Injil menurut Lukas mempunyai pesan “keselamatan untuk seluruh dunia, termasuk di luar bangsa Yahudi.” Kita melihat bahwa Simeon mengatakan bahwa Yesus adalah “Terang bagi bangsa-bangsa lain.”(Luk 2:32) Dengan pesan yang sama, maka perumpamaan anak yang hilang juga merupakan pesan bagi seluruh bangsa non-Yahudi, bahwa Allah Bapa-pun menunggu mereka dan membuka keselamatan bagi seluruh bangsa. Silakan mengembangkan topik ini lebih jauh lagi. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom,
Saya mau bertanya, sebelum menerima komuni pertama, anak-anak calon penerima komuni pertama diwajibkan untuk mengaku dosa. Nah, pengakuan dosa anak-anak tersebut termasuk dalam general confession kah? Karena menurut saya, mereka adalah anak – anak yg masih polos dan biasanya kalau berdosa pun bukan dosa yang berat….
Terima kasih sebelumnya.
Shalom Dewi,
Sebelum menerima komuni pertama, maka sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mempersiapkan anaknya untuk mengaku dosa dengan baik. Mulailah dengan doa dan kemudian bercakap-cakap dengan anak tersebut tentang dosa yang pernah dilakukannya sejauh yang dia bisa ingat, seperti: egois tidak mau berbagi mainan dengan saudaranya, sikap kurang hormat terhadap guru dan orang tua, kurang mengasihi saudara, tidak menuruti perintah orang tua, malas, dll. Semakin anak dipersiapkan dengan baik untuk mengaku dosa, maka anak tersebut akan semakin tahu pikiran, perkataan dan perbuatan yang masuk dalam kategori dosa – baik dosa ringan maupun dosa berat. Pengakuan dosa yang pertama ini memang dapat dikatakan adalah general confession, karena mereka mengakukan semua dosa sejauh yang dapat mereka ingat.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom,
Saya ditanya sama seorang Protestan tentan pengakuan dosa dan saya agak bingung jawabnya. Pertanyaannya : apa salah dan dosa bagi umat Katolik kalo mengaku dosa langsung ke Tuhan saja (bukan melalui sakramen Pengakuan Dosa di hadapan Pastor)? atau di hadapan bukan Pastor, misalnya Suster atau Pendeta atau di hadapan banyak orang? Intinya apa hanya ada satu cara untuk mengaku dosa?
(Saya sudah baca arsip artikel bagian pertama yang menerangkan mengapa Gereja menggunakan perantara saat mengaku dosa dan saya sudah terangkan mengenai para Pastor sebagai penerus murid2 Yesus..pertanyaan ini muncul setelah itu..ditambah, dengar dari beberapa orang, penerus murid Yesus yang mendapat karunia Roh Kudus hingga sekarang ini kan bukan hanya para Pastor..). Kalau mengaku dosa harus lewat Pastor, apa itu berarti semua yang Protestan berdosa karena tidak pernah mengaku dosa?
Terima kasih banyak.
[dari katolisitas: silakan membaca dulu artikel Sakramen Pengakuan Dosa – bagian 2 – silakan klik]
Shalom,
Saya sudah baca, dan apakah kutipan ini “Dengan ini, maka dapat disimpulkan bahwa mengaku dosa bukan hanya kepada Allah, namun juga melalui perantara yang ditunjuk oleh Allah, seperti Rasul Paulus, Rasul Yakobus, dll.” berarti mengaku dosa tidak harus dengan satu cara (kepada perantara / para Pastor)?
Terima kasih banyak,
Shalom Ucha,
Tentang pengampunan dosa terdapat tiga kebenaran yang saling berhubungan:
1. Sesungguhnya memang hanya Allah-lah yang dapat mengampuni dosa manusia. Oleh karena itu, ketika Yesus menyembuhkan orang sambil berkata, “Dosamu sudah diampuni” (Mat 9:2; Luk5:20), itu membuat gusar orang- orang Farisi/ ahli Taurat, karena dengan demikian Yesus menunjukkan bahwa Ia adalah Allah.
2. Walaupun hanya Allah-lah yang berkuasa mengampuni dosa, namun Allah memberikan kuasa mengampuni dosa ini kepada para rasul (lih. Yoh 20: 21-23).
3. Karena penyertaan Allah (termasuk rahmat pengampunan-Nya) ini diberikan Allah kepada manusia sampai akhir zaman (lih. Mat 28:19-20), maka kuasa mengampuni dosa ini juga diberikan kepada para penerus rasul, yaitu para imam-Nya.
Dengan pemahaman ini, maka jika kita sungguh-sungguh bertobat dan ingin memperoleh rahmat pengampunan dosa, sebagaimana dikehendaki oleh Allah, maka kita mengaku dosa kepada Allah di hadapan imam-Nya – yaitu di dalam sakramen Pengakuan Dosa. Tentu kita dapat mengaku dosa secara langsung kepada Allah dalam doa-doa pribadi kita, tetapi jika kita ingin melaksanakan kehendak Tuhan sepenuhnya tentang pengakuan dosa, maka selayaknya kita mengakui dosa-dosa kita di hadapan imam-Nya. Hal ini mensyaratkan kerendahan hati, dan kemungkinan hal kerendahan hati inilah yang sangat dikehendaki Allah, sebelum kita dapat memperoleh rahmat pengampunan-Nya, dan kekuatan untuk menolak dosa yang sama ini di kemudian hari. Sebab pada dasarnya, dosa terjadi sebagai akibat kesombongan kita, untuk menentukan sendiri dan melakukan apa yang kita kehendaki -bukan apa yang Allah kehendaki. Sehingga untuk menyembuhkannya diperlukan kebajikan lawannya, yaitu kerendahan hati yang membuat kita bersedia untuk melakukan segala sesuatunya sesuai dengan kehendak Allah, termasuk mengaku dosa di hadapan imam-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
shalom,
saya ingin bertanya, saat saya pengakuan dosa, saya suka merasa agak gugup dan jadi seperti blank. sehingga saya menjadi lupa, dan dosa yang saya ungkapkan tidak semuanya terungkapkan di depan pastor, seperti yang telah saya persiapkan sebelumnya.
apa yang harus saya lakukan?
apa hanya dosa yang diungkapkan saja saat pengakuan, yang diampuni?
semoga pertanyaannya bisa dimengerti.. hehe
terimakasih :) Tuhan Yesus memberkati
Shalom Maria,
Untuk menghindari rasa gugup/ ‘blank’ saat mengaku dosa, silakan menuliskan point-point dosa Anda pada secarik kertas, sebelum masuk ke dalam bilik Pengakuan Dosa. Anda dapat melakukannya pada saat pemeriksaan batin, dan mohonlah kepada Roh Kudus untuk membantu Anda mengingat kembali dosa- dosa Anda yang pernah Anda lakukan sejak Pengakuan Dosa Anda yang terakhir sebelum ini. Jika waktu itu ada dosa yang terlewat/ lupa Anda sebut pada Pengakuan yang terdahulu, silakan Anda sebutkan kali ini.
Sebenarnya Sakramen Pengakuan Dosa diadakan untuk kepentingan kita, yaitu agar kita dapat disembuhkan dari penyakit rohani kita, yaitu dosa- dosa kita. Seperti halnya jika kita ke dokter jasmani, maka kitapun menyebutkan penyakit kita secara spesifik, lalu dokter memberi obat/ perawatan terhadap penyakit itu. Demikian pula pada saat kita mengaku dosa kepada Tuhan di hadapan imam-Nya. Jika Anda lupa menyebutkan dosa tertentu pada saat mengaku dosa di hadapan imam, padahal dosa tersebut adalah dosa berat, maka silakan datang kembali mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa; silakan melihat jadwal pengakuan dosa di paroki; sebab umumnya pada masa biasa dibuka kesempatan mengaku dosa minimal seminggu sekali, bahkan di paroki-paroki tertentu setiap hari, terutama pada masa menjelang Paska dan Natal. Namun jika itu dosa ringan, Anda dapat mengakukannya secara pribadi dan dosa tersebut dapat dihapuskan dalam Sakramen Ekaristi. Untuk mengetahui apakah itu dosa berat atau dosa ringan, silakan membaca di sini, silakan klik; sedangkan untuk langkah- langkah pemeriksaan batin, klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas
Yth. Katolisitas
saya seorang katolik sejak kecil namun baru sekitar 2,3 tahun ini saya mendapat pencerahan sehingga saya mulai sedikit demi sedikit memperdalam iman dan pengetahuan saya tentang katolik,salah satunya lewat katolisitas.selama saya katolik “KTP” saya belum pernah melakukan pengakuan dosa di hadapan imam.saya banyak melakukan dosa berat bahkan hampir melepas iman katolik saya karena ajakan teman lain agama dan karena kurangnya pengetahuan saya tentang katolik dan juga karena banyaknya agama yang mengganggap agama mereka yang paling benar ato karena umumnya opini masyarakat yang mengatakan klo semua agama sama.untungnya hal tersbt tdk terjadi.saat mau mengaku dosa saya menyebutkan dosa saya sebelumnya ato dosa yang terakhir diucapkan di hadapan imam.saya tidak ingat dosa terakhir yang saya sebutkan karena saya terakhir mengaku dosa saat sakramen krisma,sekitar 15 tahun yang lalu.apakah bagian tersebut bisa saya skip ato apa yang harus saya lakukan?
terima kasih atas dijawabnya pertanyaan saya.
Shalom Desy,
St. Fransiskus dari Sales menganjurkan kepada semua orang yang sungguh ingin memulai kehidupan rohani dengan lebih baik, untuk memulainya dengan mengadakan Pengakuan Dosa menyeluruh (general confession), tentu didahului oleh pemeriksaan batin yang baik, seperti yang sudah diuraikan di artikel di atas. Akuilah segala dosa- dosa sejak masa kecil (sejauh yang masih dapat diingat) sampai pada saat ini. Maka, jika anda belum pernah melakukan hal ini, silakan anda lakukan. Selanjutnya, buatlah komitmen untuk lebih serius dalam kehidupan rohani anda, dengan menyediakan waktu untuk berdoa, membaca dan merenungkan Kitab Suci serta menerima sakramen- sakramen, terutama Ekaristi dan Pengakuan Dosa. Usahakanlah untuk mengikuti Ekaristi lebih dari sekali seminggu (jika memungkinkan setiap hari) dan rutin mengaku dosa, misalnya sebulan sekali, usahakanlah mengaku dosa kepada satu pastor yang sama, yaitu bapa pengakuan/ spiritual director anda. Dengan demikian, anda dapat dibantu untuk keluar dari dosa yang sudah menjadi kebiasaan anda, dan anda dapat terdorong untuk memperbaikinya. Selanjutnya, teruslah menimba pengetahuan tentang iman Katolik, agar anda semakin menghayatinya dan dapat bertumbuh di dalamnya. Bergabunglah juga dalam komunitas umat beriman di paroki anda, agar anda dapat berbagi dan menerima, saling membangun di dalam Gereja.
Mari bersama melakukan bagian kita untuk bekerjasama dengan rahmat Allah yang kita terima melalui Gereja Katolik, agar kehidupan kita dapat turut memancarkan terang kemuliaan Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom Tim Katolisitas,
Saya ingin bertanya tentang tobat. Sebelum mengikuti Misa di dalam liturginya ada SERUAN TOBAT yang isinya, “saya mengaku…..”. Nah yang menjadi pertanyaan saya :
1.Apakah seruan tobat ini sama dengan Sakramen Tobat ? kalau beda, bedanya apa ?
2.Apa betul gunanya seruan tobat ini adalah untuk menghapus dosa – dosa ringan kita sehingga kita layak menerima tubuh kristus ? kalau betul, apa bedanya dengan Sakramen Tobat yang juga bisa menghapus dosa baik berat maupun ringan ?
Tuhan Yesus memberkati & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putraNYA.
Shalom Budi,
1. Seruan Tobat pada awal misa tidak sama dengan Sakramen Tobat.
2. Jika seseorang masih dalam keadaan berdosa berat ia harus mengaku dosa dalam Sakramen Pengakuan Dosa.
3. Silakan anda baca KGK
KGK 1394 Seperti halnya makanan jasmani perlu untuk mengembalikan lagi kekuatan yang sudah terpakai, demikianlah Ekaristi memperkuat cinta yang terancam menjadi lumpuh dalam kehidupan sehari-hari. Cinta yang dihidupkan kembali ini menghapus dosa ringan (Bdk. Konsili Trente: DS 1638). Kalau Kristus menyerahkan Diri kepada kita, Ia menghidupkan cinta kita dan memberi kita kekuatan, supaya memutuskan hubungan dengan kecenderungan yang tidak teratur kepada makhluk-makhluk dan membuat kita berakar di dalam Dia.
“Karena Kristus telah wafat untuk kita karena cinta, maka setiap kali kita merayakan peringatan akan kematian-Nya, kita mohon pada saat persembahan, agar cinta itu diberi kepada kita oleh kedatangan Roh Kudus. Kita mohon dengan rendah hati, supaya berkat cinta, yang dengannya Kristus rela wafat untuk kita, kita pun setelah menerima rahmat Roh Kudus, memandang dunia sebagai disalibkan untuk kita dan kita sebagai disalibkan untuk dunia…. Marilah kita, karena kita telah menerima cinta itu secara cuma-cuma, mati untuk dosa dan hidup untuk Allah” (Fulgensius dari Ruspe, Fab. 28,16-19).
Jadi perayaan Ekaristi, sejak dari seruan tobat di awal misa sampai penerimaan Ekaristi di akhir misa secara keseluruhan menghapuskan dosa- dosa ringan. Tetapi untuk dosa berat, pengampunannya melalui Sakramen Pengakuan Dosa. Ini jelas disebut dalam KGK 1385
KGK 1385 Untuk menjawab undangan ini, kita harus mempersiapkan diri untuk saat yang begitu agung dan kudus. Santo Paulus mengajak supaya mengadakan pemeriksaan batin: “barang siapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barang siapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya” (1 Kor 11:27-29) Siapa yang sadar akan sebuah dosa besar, harus menerima Sakramen Pengakuan sebelum ia menerima komuni.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom katolisitas.org
Belum lama ini, saya mendapatkan pertanyaan dari seseorang mengenai hal berikut, yang dikutip dari “Duties and Dignities of the Priest” St. Alphonsus Ligouri:
Sehubungan dengan tubuh mistik Kristus, yaitu segenap umat beriman, imam memiliki kuasa kunci, atau kuasa untuk membebaskan para pendosa dari neraka, membuat para pendosa layak akan Firdaus, dan mengubah para pendosa dari budak setan menjadi anak-anak Allah. Dan Tuhan Sendiri wajib tunduk pada penghakiman para imam-Nya, baik mengampuni atau tidak mengampuni dosa, sesuai dengan apakah imam menolak atau memberikan absolusi, dengan mengandaikan si peniten layak untuk itu. “Begitulah kuasa penghakiman yang diserahkan kepada Petrus,” kata St Maximus dari Turin, “bahwa keputusan tersebut membawa serta dengannya keputusan Allah.”
(kutipan dari yesaya[dot]indocell[dot]net/id1042[dot]htm)
Saya pun jadi ingin bertanya, apakah ada kejanggalan dalam teks St. Ligouri itu? Bagaimana menjelaskan ini?
Terima Kasih. Tuhan memberkati.
Shalom Yohanes,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang tulisan dari St. Alphonsus Liguori dalam “The dignity and duties of the Priest” yang dapat dilihat di sini – silakan klik. Dan di bagian III – Grandeur of the Priestly Power dikatakan:
With regard to the mystic body of Christ, that is, all the faithful, the priest has the power of the keys, or the power of delivering sinners from Hell, of making them worthy of Paradise, and of changing them from the slaves of Satan into the children of God. And God Himself is obliged to abide by the judgment of His priests, and either not to pardon or to pardon, according as they refuse or give absolution, provided the penitent is capable of it. “Such is,” says St. Maximus of Turin, “this judiciary power ascribed to Peter that its decision carries with it the decision of God.” The sentence of the priest precedes, and God subscribes to it, writes St. Peter Damian. Hence, St John Chrysostom thus concludes: The sovereign Master of the universe only follows the servant by confirming in Heaven all that the latter decides upon earth.” Priests are the dispensers of the Divine graces and the companions of God.” Consider the priests,” says St. Ignatius, Martyr, “as the dispensers of Divine graces and the associates of God.” “They are,” says St. Prosper, “the glory and the immovable columns of the Church; thay are the doors of the eternal city; through them all reach Christ; they are the vigilant guardians to whom the Lord has confided the keys of the kingdom of Heaven; they are the stewards of the king’s house, to assign to each according to His good pleasure His place in the hierarchy.”
Sebenarnya, tulisan ini hanyalah merupakan manifestasi dari Sakramen Pengampunan Dosa. Anda dapat membaca tentang Sakramen Tobat di sini – bagian 1, 2, 3, 4. Sakramen Tobat adalah merupakan manifestasi dari perintah Kristus yang diberikanNya di Mt 16:19 “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” dan Yoh 20:23 “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Dengan demikian, kita melihat bahwa kekuasaaan untuk mengampuni yang diberikan kepada Petrus dan penerusnya (Paus) dan kepada para murid dan penerusnya (para uskup yang dibantu oleh para imam) adalah berasal dari Kristus sendiri. Tanpa kekuasaan yang diberikan oleh Kristus, maka para imam tidak dapat melakukan apapun. Namun, karena Kristus sendiri yang telah memberikan kuasa kepada para imam, maka sebagai umat Allah kita harus mentaatinya. Bahkan kita harus bersyukur, karena melalui para imam – yang bertindak sebagai Kristus (in persona Christi) – maka rahmat Allah dapat tercurah kepada umat Allah dengan cara yang begitu istimewa dan pada saat yang bersamaan, umat Allah mendapatkan kepastian rahmat itu dari sakramen-sakramen. Mari, kita bersama-sama bersyukur atas 7 sakramen yang diberikan oleh Kristus sendiri.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom katolisitas.org,
Terima kasih atas jawaban anda sebelumnya.
Namun, yang menjadi penekanan tersendiri oleh penanya, adalah mengapa Tuhan bisa sampai “wajib tunduk” atau “to be obliged to abide” kepada keputusan manusia (imam) mengenai pengampunan dosa ini?
Saya sendiri secara pribadi cukup memahami bagaimana seorang imam memiliki kuasa mengampuni itu, namun apakah keputusannya tidak dibawah kehendak Allah, yang membuat St. Alphonsus Liguori mengatakan bahwa Allah-pun wajib tunduk akan keputusan imam-Nya?
Terima kasih, dan
Tuhan memberkati.
Shalom Yohanes,
Mengapa Tuhan sampai tunduk kepada keputusan imam? Karena Kristus sendiri telah memberikan kuasa kepada para imam. Kalau Kristus memberikan kuasa, maka Dia serius dengan kuasa yang dilimpahkan kepada para imam dan tidak setengah-setengah. Kalau Dia tidak serius dengan kuasa yang diberikan, mengapa Dia mengatakan apa yang diikat di dunia akan terikat di Sorga dan apa yang dilepaskan di dunia ini akan dilepaskan di Sorga? Inilah sebabnya, dalam kapasitasnya, para imam bertindak sebagai Kristus (in persona Christi), sehingga para imam – melalui sakramen-sakramen – dapat menyalurkan rahmat Allah kepada umat Allah. Kuncinya adalah para imam bertindak sebagai Kristus, bukan di atas Kristus. Tindakan ini adalah merupakan manifestasi dari kekuasaan yang diberikan oleh Kristus. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom katolisitas.org,
Terima kasih banyak atas jawabannya.
Sekarang saya sudah cukup mengerti mengenai posisi imam dalam sebuah pengampunan dosa. Namun yang masih menjadi pertanyaan saya, mengapa digunakan pemahaman “Allah wajib tunduk” yang menunjukkan bahwa keputusan imam di atas Allah? Yang secara logika [saya probadi secara subjektif] bahwa Pencipta tidak mungkin tunduk kepada ciptaan. Bagaimana menjelaskan ini?
Terima kasih, dan
Tuhan memberkati.
Shalom Yohanes,
Perkataan “Allah wajib tunduk kepada kebijakan imam- imamNya / God Himself is obliged to abide by the judgment of His priests” tidak dapat dilepaskan daari konteks yang sedang dibicarakan. Sebab yang dimaksud di sini adalah kebijakan/ penilaian akan sesuatu itu adalah dosa yang dapat diampuni atau tidak, atas dasar ketentuan yang ditetapkan oleh Gereja, yang menerapkan ketentuan yang berasal dari Tuhan sendiri. Sehingga di sini memang kata ‘tunduk’ bukan semata- mata Tuhan tunduk terhadap kehendak manusia yang terlepas dari kehendak Tuhan; tetapi karena Tuhan tidak dapat menyangkal kehendak-Nya sendiri, seperti yang telah ditetapkan-Nya bagi Gereja-Nya. Sebab Kristus telah memberikan kuasa kepada para rasul dan para penerus mereka untuk “mengikat dan melepaskan” (Mat 16:19; 18:18) dalam hal ini adalah untuk menentukan pengajaran tentang iman dan moral, yaitu menentukan sesuatu sebagai dosa atau tidak, dan dalam hal pengampunan dosa, berdasarkan ketentuan dari Tuhan yang diajarkan oleh Gereja-Nya. Jadi di sini konteksnya keputusan imam itu tidak mungkin berada di atas kehendak Allah, karena biar bagaimanapun imam itu hanya melaksanakan kehendak Allah, dan menilai segala sesuatunya berdasarkan ketentuan dari Allah sendiri. Katekismus mengajarkan:
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Romo Yohanes Indrakusuma O Carm pernah mengatakan dalam rekamannya mengenai Ekaristi: “Karena janji-Nya, dan hanya oleh karena janji-Nya itu, maka Yesus tak pernah menolak jika imam membuat ekaristi,. maka Dia hadir dalam Ekaristi, tak peduli betapa imamnya kurang persiapan. Memang sebaiknya imamnya harus persiapan. Juga dalam sakramen-sakramen yang lain. Itu karena janjiNya sendiri, dan Dia tak pernah ingkar janji”. Demikianlah tambahan informasi dari yg pernah saya dengar. Terima kasih. Salam saya: Isa Inigo.
[Dari Katolisitas: Pernyataan ini benar. Selanjutnya dapat juga dibaca di sini, silakan klik, tentang apakah Misa yang dipersembahkan oleh imam yang berdosa/ jahat tetap adalah Misa yang sah]
Salam Damai.
Terima kasih, saya sangat terbantu dengan ulasan ini.
Namun ada beberapa pertanyaan:
1. Untuk Pengakuan pribadi, di luar Masa Adven atau Masa Prapaskah. Bagaimanakah membuat janji untuk Pengakuan kepada pastor? Apakah ada aturannya? Apakah membuat janji terlebih dahulu adalah keharusan?
2. Apakah sebelum Misa, kita dapat mengajukan permohonan untuk Pengakuan pribadi? Setiap Pastor akankah melayaninya? Kadang kala, kita terbentur dengan jadwal Pastor yang padat. Atau waktu kita yang tidak pas.
3. Di beberapa kali Pengakuan di Masa Adven atau Masa Prapaskah, oleh karena jumlah umat yang banyak dan Pastor yang melayani terbatas, maka ada kesan Pastor menghendaki agar proses Pengakuan berlangsung cepat dan ringkas. Saya merasa kurang puas dan khidmat karena situasi ini. Apakah ini hanya kesan Saya saja?
Terima kasih.
Berkah Dalem.
Shalom Paulus Wahyudi,
Terima kasih atas pertanyannya. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan. Untuk pengakuan dosa di luar masa adven maupun masa prapaskah, biasanya setiap paroki mempunyai jadwal pengakuan dosa. Silakan bertanya kepada administrasi paroki. Cara yang paling baik adalah kalau Romo berada di kamar pengakuan dosa setengah jam sebelum misa harian maupun misa mingguan, sehingga setiap saat, umat yang membutuhkan pengakuan dosa dapat mengaku dosa. Namun, kalau ini tidak ada dan tidak ada jadwal tetap pengakuan dosa, maka setiap umat berhak untuk menghubungi pastor dan mendapatkan Sakramen Pengakuan Dosa. Kalau ada misa harian, maka biasanya setelah misa, pastor mempunyai waktu untuk menerimakan pengakuan dosa. Intinya, jangan sampai karena kesibukan pastor, maka umat tidak dapat mengakukan dosanya, karena Sakramen Pengakuan Dosa adalah merupakan sakramen yang begitu penting untuk pertumbuhan spiritualitas kita. Seharusnya kita mengaku dosa minimal sebulan sekali, sehingga kita akan semakin peka terhadap dosa-dosa yang kita perbuat serta mendapatkan kekuatan untuk dapat menolak dosa.
Memang, karena banyak yang mengaku dosa pada masa prapaskah dan adven, maka pastor mempunyai keterbatasan waktu agar orang-orang yang mau mengaku dosa dapat mengakukan dosanya. Akibatnya, dapat saja terjadi pengakuan dosa menjadi terburu-buru, meskipun tidak seharusnya demikian. Oleh karena itu, mari kita bersama-sama mengakukan dosa kita secara teratur dan bukan hanya pada masa adven atau prapaskah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
TAMBAHAN DARI ROMO WANTA:
Paulus Yth
Tiap paroki memiliki kebiasaan sebagai ketentuan untuk penerimaan sakramen pengakuan dosa, Silakan anda datang di luar jam misa mingguan meminta rama paroki atau rekan rama paroki untuk bisa meluangkan waktu memberikan sakramen rekonsiliasi pengakuan dosa. Pasti dilayani. Jika tidak dilayani anda bisa ke Pastoran Unio Indonesia Jalan Kramat VII no 10 Jakpus. Ada banyak rama yang bisa melayani anda. tidak benar pengakuan secara cepat dan ringkas, tidak boleh terjadi hal itu. Penerimaan sakramen pengakuan dosa diberi waktu yang cukup dan kapan saja bisa anda mintakan pada pastor paroki atau rekan. Saya yakin mereka melayani anda dengan baik.
salam
Rm wanta
Shalom…
Saya pernah membaca, kalau dosa yg dilakukan sebelum kita dibaptis, otomatis akan dihapus setelah dibaptis, ibaratnya kita membuka lembaran baru.
Apakah betul seperti itu, dan apakah dosa2 tersebut perlu kita sebutkan lagi setelah dibaptis?
Terima kasih.
Shalom Cecil,
Terima kasih atas pertanyaannya. Sakramen Baptis memberikan begitu banyak karunia dan jalan untuk menuju keselamatan. Silakan melihat konsep tentang Sakramen Baptis di sini – silakan klik. Kalau anda mau melihat diskusi panjang tentang hal ini, silakan membacanya di sini – silakan klik. Salah satu rahmat dari Sakramen Baptis adalah dosa adal dihapuskan dan dosa-dosa pribadi yang dilakukan sebelum dibaptis juga dihapuskan. Dengan demikian, anda tidak perlu untuk mengakukan dosa-dosa sebelum dibaptis, karena dosa-dosa tersebut telah diampuni. Namun, kalau anda masih terganggu oleh dosa-dosa tersebut, silakan datang kepada pastor dan ceritakan kesulitan anda. Yang penting sekarang adalah menatap masa depan, dan mengikuti apa yang dikatakan oleh rasul Paulus “13 aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, 14 dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.” (Fil 3:13-14). Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
salam damai Kristus,
saya mau tanya apakah boleh mengcopy tanya-jawab yg ada di sini untuk diposting di facebook (khususnya saya tertarik berbagi soal pengakuan dosa) karena banyak orang katolik kurang menyadari pentingnya sakramen tobat dan menganggap sakramen tobat tidak penting.
terimakasih. berkat Tuhan
Shalom Theresia T,
Ya, silakan anda meng-copy tanya jawab di sini di facebook anda, asalkan anda sebutkan sumbernya, dari katolisitas.org. Harapannya agar jika ada yang mau bertanya atau menyampaikan masukan, dapat menghubungi kami.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid & Stef- katolisitas.org
apakah berciuman dengan pacar itu dosa…?? karena di jaman sekarang banyak sekali remaja tanpa status perkawinan melakukan hal tersebut, termasuk saya… terimakasih atas penjelasannya … berkah dalem..
Shalom Danang,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang apakah berciuman dengan pacar adalah suatu dosa. Secara prinsip, kita harus mengerti bahwa tindakan seksualitas – termasuk melakukan rangsangan seksualitas – harus dilakukan dalam konteks perkawinan, karena tindakan seksual bukanlah hanya untuk meningkatkan keintiman hubungan suami istri, namun juga harus terbuka terhadap kelahiran. Oleh karena itu, kalau kita terapkan prinsip ini, maka semua tindakan dalam masa persiapan perkawinan yang dapat memberikan rangsangan seksual harus dihindari. Dengan demikian, maka ciuman yang dapat menimbulkan rangsangan seksual jangalah dilakukan, karena dapat meningkat kepada tindakan-tindakan lebih lanjut yang tidak dapat dibenarkan. Namun, ciuman untuk mengungkapkan kasih tentu saja dapat dibenarkan. Semoga prinsip umum ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
shallom kepada semua..
saya larry dari malaysia..saya sungguh tertarik membaca tentang Sakramen Pengakuan dosa ini..saya seorang yang telah banyak melakukan dosa..saya ingin sekali mengikuti Sakramen Pengakuan Dosa ini..saya bukan seorang katolik.. bolehkah seseorang yang bukan katolik mengikuti Sakramen Pengakuan dosa?
trima kasih ya…
Shalom Larry,
Terima kasih atas kunjungannya. Kita semua adalah orang yang berdosa. Dan kesadaran bahwa kita adalah orang berdosa merupakan suatu rahmat Roh Kudus, karena Roh Kudus sendirilah yang menyingkapkan dosa-dosa kita. Namun, kenyataan ini tidak membuat kita berputus asa, karena menyadari bahwa Tuhan begitu mengasihi umat-Nya, sehingga Dia mengutus Putera-Nya yang tunggal untuk membebaskan manusia dari ikatan dosa. Dalam kebijaksanaan dan rencana-Nya, Yesus sendiri telah memberikan Sakramen Tobat kepada umat Allah, sehingga kita dapat mengakukan dosa dan mendapatkan pengampunan.
Namun, Sakramen Tobat adalah merupakan suatu Sakramen bagi umat dari Gereja Katolik, yang dapat diterima kalau orang tersebut telah dibaptis dan berada dalam kesatuan dengan Gereja Katolik. Kalau anda ingin melakukan pengakuan dosa kepada pastor, maka anda dapat memintanya kepada pastor di paroki terdekat. Namun, pengakuan dosa ini bukan merupakan suatu sakramen namun sebagai suatu konsultasi.
Kalau suatu saat Larry masuk ke dalam Gereja Katolik, maka anda dapat menerima Sakramen Tobat dan sakramen-sakramen lain, seperti Ekaristi, Penguatan, Perminyakan, dll. Silakan melihat beberapa artikel tentang sakramen:
Liturgi tak perpisahkan dengan sakramen. Ada 7 sakramen dalam Gereja Katolik. Dari tujuh sakramen Gereja, 3 yang pertama – Baptis, Ekaristi (1, 2, 3, 4), Penguatan – adalah sakramen inisiasi yang menjadi sakramen-sakramen dasar bagi kehidupan orang Kristen. Sakramen Urapan Orang Sakit dan Sakramen Tobat (bagian 1, 2, 3, 4), diberikan untuk kesembuhan baik fisik maupun rohani. Dan akhirnya, Sakramen Perkawinan (bagian 1, 2) dan Imamat diberikan untuk menguatkan kita dalam menjalankan misi di dunia ini dalam mencapai tujuan akhir, yaitu Kristus.
Dan silakan juga membaca artikel tentang Gereja Katolik di sini – silakan klik.
Kalau masih ada pertanyaan tentang iman Katolik, silakan menyampaikannya kepada kami, dan kami akan menjawab semampu kami. Tuhan memberkati anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
dengan hormat,
Maaf bila pertanyaan sifatnya mengulang karena saya baru membuka web ini. Pertanyaannya adalah mengenai pengakuan dosa. Bila tidak melakukan pengakuan dosa setahun sekali apakah dapat dapat disebut sebagai dosa berat, apalagi sampai berpuluh tahun tidak pernah mengaku dosa karena merasa tidak melanggar apa2.
Kedua mengenai seringnya menerima pertanyaan dari umat mslim, adakah buku2 yang membahas pertanyaan tsb, misalnya mengapa Yesus adalah nabi,bukan Tuhan, tentang Trinitas, penyembahan patung,pengakuan dosa kok kepastur bukan ke Tuhan, Tuhan kok digambarkan secara visual, pastur kan homo dsb tentu pengasuh tahu. Atau sudah ada kumpulan jawaban atas pertanyaan2 tsb, mohon bisa dijawab via email, hal ini penting sekali untuk pembekalan kepada umat yang benar2 awam tentang Kitab Suci, sehingga dapat langsung meredam pertanyaan tersebut
Shalom Wilfridus k.
Selamat datang di situs ini dan terima kasih atas pertanyannya. Memang kalau kita tidak mengaku dosa satu kali dalam setahun, maka sebenarnya sangat sulit bagi seseorang terlepas dari dosa berat. Hal ini disebabkan bahwa dosa ringan secara perlahan-lahan akan membawa seseorang untuk berbuat dosa berat. Apakah menghindari pengakuan dosa adalah merupakan dosa berat, maka kita perlu meneliti lebih lanjut. Kita tahu sesuatu menjadi dosa berat, kalau: 1) menyangkut dosa besar, 2) mengetahui bahwa tindakan tersebut salah, 3) dengan sadar melakukan tindakan yang salah tersebut. Oleh karena itu, kalau orang tersebut menghindari Pengakuan dosa karena tidak percaya akan Sakramen Tobat, maka dosa besarnya adalah tidak mempercayai kebenaran yang telah ditetapkan oleh Gereja Katolik, apalagi kalau ada yang telah memberikan keterangan kepadanya dengan baik dan orang tersebut tetap bersikeras menghindari pengakuan dosa. Dengan demikian orang tersebut telah tahu akan kebenaran tersebut, namun tidak melakukannya. Kita sebenarnya, harus melihat bahwa Sakramen Pengakuan Dosa adalah Sakramen yang ditetapkan oleh Yesus sendiri, sehingga Dia dapat memberikan rahmat pengampunan kepada umat-Nya, sehingga umat Allah dapat bertumbuh dalam kekudusan. Dengan demikian, seharusnya umat Katolik harus mengaku dosa minimal satu bulan sekali.
2) Tentang pertanyaan-pertanyaan yang lain, silakan melihat di arsip (silakan klik). Di bagian tanya jawab anda dapat melihat beberapa pengelompokan. Silakan melihat bagian TJ-Apologetik non-Kristen dan TJ-Apologetik Kristen. Silakan melihat beberapa link tersebut. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Yth Romo Wanta, Pr
Saya ingin menanyakan sedikit ttg sakramen tobat:
1. Bila kita sudah mengaku dosa, apakah kita harus menyebutkan/mengakukan dosa2 kita pada pengakuan yang berikutnya?
2. Dapatkah kita mengaku dosa lewat telephone?
on 2010/03/06 at 10:31am
3.apakah bisa mengaku dosa dengan romo yang tidak mengerti bahasa indonesia/bahasa inggris? sebagai contoh, saya sedang berziarah di Fatima-Portugal, dan saya ingin mengaku dosa dg romo setempat, tetapi berhubung si romo tidak bisa berbahasa inggris maupun indonesia dapatkah kami mengaku dosa dalam bahasa yang berbeda? Sahkah itu?
Terimakasih
salam dan doa
Maria
Shalom Maria,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang pengakuan dosa. Ada baiknya Maria dapat membaca artikel di atas (silakan klik). Kalau ingin mengetahui tentang Sakramen Pengakuan dosa, Maria dapat membaca beberapa artikel ini (bagian 1, 2, 3, 4). Menjawab pertanyaan Maria:
1) Kalau kita telah mengaku dosa, benar-benar menyesal atas dosa-dosa kita, mendapatkan absolusi yang benar, serta menjalankan penitensi yang diberikan, maka dosa kita telah diampuni. Jadi, kita tidak perlu mengaku dosa lagi. Namun, kalau kita merasa bahwa kita tidak mengakukan dosa dengan benar atau menutup-nutupi dosa kita pada pengakuan sebelumnya, maka silakan mengakukan dosa lagi. Alangkah baiknya kalau kita dapat melakukan “general confession“, yaitu mengakukan seluruh dosa-dosa kita yang dapat kita ingat setahun sekali. Hal ini tidak menjadi peraturan Gereja, namun sangat dianjurkan oleh para santa-santo. Silakan melihat keterangan tentang “general confession” pada artikel di atas.
2) Apakah mungkin mengaku dosa lewat telpon? Jawaban dari pertanyaan ini adalah “Tidak bisa“. Hal ini dikarenakan Sakramen adalah suatu “hubungan pribadi dengan Yesus“, dimana dalam Sakramen Pengampunan Dosa, terlihat begitu jelas dalam cerita anak yang hilang. Sakramen Pengampunan Dosa juga merupakan ungkapan pertobatan kita, dimana kita berlutut dan memohon ampun atas dosa-dosa kita. Dengan mengaku dosa lewat telpon, maka dimensi “personal” dan “ungkapan pertobatan yang baik” dipertanyakan. Sebenarnya, dosa berat juga diampuni pada saat kita membuat keputusan untuk mengaku dosa secepatnya dan melakukan tobat sempurna, yaitu penyesalan yang terdorong bukan karena rasa takut akan hukuman namun karena kasih kita kepada Tuhan.
3) Tentang apakah sah (valid) atau tidak pengakuan dosa, jika tidak ada bahasa yang dapat dimengerti oleh pastor yang memberikan pengakuan dosa maupun orang yang mengaku dosa, maka kita dapat mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:
a) Dalam kasus anda, apakah anda benar-benar telah mencari pastor-pastor yang dapat mengerti bahasa Inggris di Fatima-Portugal? Biasanya mereka mempunyai begitu banyak pastor, yang sebagian juga mengerti bahasa Inggris.
b) Kalau setelah dicari dengan segala kemampuan anda, ternyata tidak ditemukan, maka peraturan dari Kitab Hukum Kanonik (kan. 960) dapat diterapkan, karena dikatakan:
“Pengakuan pribadi dan utuh serta absolusi merupakan cara biasa satu-satunya, dengannya orang beriman yang sadar akan dosa beratnya diperdamaikan kembali dengan Allah dan Gereja; hanya ketidakmungkinan fisik atau moril saja membebaskannya dari pengakuan semacam itu, dalam hal itu rekonsiliasi dapat diperoleh juga dengan cara-cara lain.“
c) Dengan demikian, maka kalau sampai pengakuan dosa harus menggunakan bahasa yang dimengerti oleh pastor, dan tidak ditemukan pastor yang mengerti bahasa tersebut, maka hal ini dapat digolongkan sebagai “ketidakmungkinan fisik atau moril“. Dengan demikian, Pengakuan Dosa tersebut adalah sah.
d) Cara yang kedua adalah dengan meminta tolong orang untuk menerjemahkan, yang diatur di kan. 990, yang mengatakan “Tak seorang pun dilarang mengaku dosa lewat penerjemah, dengan menghindari penyalahgunaan dan sandungan, serta dengan tetap berlaku ketentuan kan. 983, § 2.” Dan dikatakkan di kan. 983, § 2 “Terikat kewajiban menyimpan rahasia itu juga penerjemah, jika ada, serta semua orang lain yang dengan cara apapun memperoleh pengetahuan mengenai dosa-dosa dari pengakuan.” Dan kalau sampai penerjemah membocorkan rahasia di kamar pengakuan dosa, maka penerjemah tersebut akan dihukum, dan bahkan dapat diberikan hukuman ekskomunikasi (lih. Kan. 1388, §2).
Semoga jawaban tersebut dapat membantu. Mari, pada masa prapaskah ini, kita dapat mengakukan dosa kita dengan baik. Kalau belum pernah melakukan general confession, mungkin ini adalah saat yang tepat.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Mengenai “Absolusi Forma Alternatif”:
Apakah valid absolusi dengan forma: “Semoga Allah yang Mahakuasa mengapuni dosa-dosamu, dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus, Amin.”
Apakah dosa diampuni setelah pengakuan dengan absolusi macam itu?
Apakah perlu mengakukan dosa2 yang diakukan dalam pengakuan dosa tersebut di pengakuan selanjutnya?
Salam,
Laurensius
(silahkan kalau mau ditampilkan. tolong notify saya via e-mail jika sudah dijawab. terima kasih)
Laurensius Yth
Rumusan yang demikian tetap valid namun tidak layak kalau tidak lengkap sesuai dengan rumusan yang baku ditetapkan oleh Gereja. Kadang kita suka instan biar cepat selesai pada hal ada doanya yang bagus meski panjang. Hal itu merupakan bagian pastoral dalam liturgi rekonsiliasi, perdamaian antara Tuhan dan manusia. Coba lihat rumusan Absolusi yang lengkap dan sangat indah ini:
“Allah Bapa yang mahamurah telah mendamaikan dunia dengan diriNya dalam wafat dan kebangkitan PuteraNya. Ia telah mencurahkan Roh Kudus demi pengampunan dosa. Dan berkat pelayanan Gereja, Ia melimpahkan pengampunan dan damai kepada orang yang bertobat. Maka saya melepaskan saudara dari dosa-dosa saudara demi nama Bapa + dan Putera dan Roh Kudus. Amin.”
Semoga bermanfaat.
salam
Rm Wanta
Shalom Pak Stefanus,
Saya termasuk orang Katolik yang tadinya tidak mengimani Sakrament Pengakuan Dosa, saya mempunyai dosa berat, tetapi saya pikir cukup mengakui langsung kepada Yesus saja.
Setelah banyak membaca artikel-artikel tentang pengakuan dosa pada site ini dan beberapa kejadian aneh dalam Ekaristi, seperti beberapa kali pada saat pemercikan air suci saya tidak terkena percikannya padahala Romo dekat sekali, saya bulan kemaren, pada saat retret, mengaku dosa lagi untuk pertama kali setelah 28 tahun tidak mengaku dosa.
Suatu perjuangan berat untuk mengakukan dosa berat kepada seorang Imam, kita dapat dengan gampang untuk langsung minta ampun kepada Yesus tetapi jika melalui seorang Imam butuh keberanian yang sangat.
Pada saat itu saya merasa sangat malu untuk mengatakan dosa saya, tetapi bersamaan itu juga timbul suatu penyesalan yang sangat mendalam, rupanya dengan rasa malu ini yang Yesus inginkan agar kita lebih menyesal dengan sungguh2 akan dosa kita sehingga kita tidak akan mengulanginya kembali.
Setelah pengakuan dosa ada acara pencurahan Roh Kudus, pada saat itu saya mendapatkan salah satu karunia Roh Kudus, hal mana ini sangat memperjelas arti dari Sakrament Pengampunan Dosa bagi saya.
Akhirnya saya sampai pada kesimpulan bahwa orang enggan melakukan pengakuan dosa kepada Imam lebih disebabkan karena ego, dari situ mulailah kita mencari pembenaran untuk menolak Sakrament Pengakuan Dosa.
Untuk semuanya, seperti yang Pak Stefanus katakan pada bagian-1dari tulisan ini bahwa “biar kita sudah diampuni tetapi kita tetap mendapat hukuman dari dosa kita”, oleh karena itu janganlah pernah jatuh dalam dosa apalagi dosa berat. Tetap dalam doa dalam kegiatan sehari-hari, doa Yesus sangat luar biasa untuk membentengi kita.
Terimakasih kepada Pak Stefanus dan team untuk artikel2nya.
Salam kasih dalam Yesus Kristus
Adihanapi
Shalom Adihanapi,
Bersyukurlah kepada Tuhan, karena rahmat Allah dan tanggapan anda terhadap rahmat Allah, telah membawa anda kepada Sakramen Tobat, yang memberikan pengampunan, damai dan sukacita. Dan memang kalau kita telah berbuat dosa dan harus mengaku dosa di depan pastor sering timbul perasaan malu, karena memang dosa memalukan, bahkan mematikan. Namun penyesalan kita akan dosa yang kita buat harus lebih kuat dari perasaan malu, sehingga kita dapat mengaku dosa dengan baik dan jujur di depan pastor. Dan dengan pengakuan dosa yang baik, maka rahmat Allah mengalir secara bebas dalam kehidupan kita, sehingga kita diberikan kekuatan untuk hidup kudus. Dalam perjuangan untuk hidup kudus, doa pribadi sangatlah penting. Apapun karunia Roh Kudus yang anda terima harus semakin memacu anda untuk terus berakar pada sakramen, terutama Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi. Teruslah bertumbuh secara spiritual dengan berpegang pada Firman Allah dan pengajaran Gereja. Mari, kita bersama-sama berjuang untuk hidup kudus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Berkah Dalem….
Saya terhitung baru di dalam katolisitas org, sebelumnya mohon maaf bila ada kesalahan didalam penulisan ini. Saya melihat disitus ini ada tulisan video. Tergelitik oleh rasa keingintahuan saya, kira-kira adakah di situs ini yang mana saya bisa mendapatkan cuplikan video mengenai sikap yang harus dilakukan didalam sakramen pengakuan dosa. Mengingat jaman sekarang banyak umat katolik yang kurang memahami tata cara yang benar pada saat pengakuan dosa. Terima kasih dan mohon maaf sekali lagi bilamana ada kesalahan di dalam penulisan teks ini.
Shalom Vinsensius,
Selamat datang di katolisitas.org dan terima kasih atas pertanyaannya tentang Sakramen Tobat. Video tentang Sakramen Pengakuan Dosa dapat dilihat di sini (silakan klik). Memang ekpresi adalah penting, namun yang paling penting dalam Sakramen Pengakuan Dosa adalah persiapan dan penyesalan hati, karena hati yang remuk redam adalah yang berkenan kepada Allah (Mzm 51:17). Silakan juga Vinsen membaca beberapa artikel tentang Sakramen Pengakuan Dosa ini (bagian 1, 2, 3, 4), Sebaiknya kita juga mengaku dosa secara teratur, sebulan sekali atau setiap dua kali seminggu. Dengan mengadakan pengakuan dosa yang teratur, maka kehidupan spiritualitas kita akan terbantu. Mari kita bersama-sama mensyukuri rahmat Allah yang mengalir dalam Sakramen Tobat ini dan mari kita benar-benar mempergunakannya sesering mungkin.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Salam ,
Saya jg da bbrp hr terakhir ini googling tentang pengakuan dosa, dan web ini sangat berguna skali dan menarik sekali untuk saya, bkn cuma ttg dosa , tp smua hal2 yang berhubungan tentang katolik dan gereja ada disini(biarpun saya sdh katolik, tp rasanya bnr2 blm memahami iman katolik, saya sangat terbantu sekali dan merasakan Tuhan Yesus bnr2 telah menerangi hati dan imanku.
Bisa dibilang saya ini katolik KTP, yg cuma datang hari Natal dan Paskah, itu juga cuma dtg untuk ngerame-in, tanpa pernah menghayati arti sesungguhnya, hidup saya jalani selama ini semau2nya: (Bisa diartikan hidup saya slama 9 tahun ini benar2 bertolak belakang dgn ajaran Kristus , saya dengan sadar tau itu tapi saya tetap blm tergerak untuk tobat , dan sampai pada hal yg merupakan keajaiban bagi saya sendiri( terjadi stelah mengikuti kegiatan KPP(karena mau menikah Desember ini jadi terpaksa ikut kegiatan KPP, jujur sich cuma untuk mendapatkan sertifikatnya itu krn sbg syarat2 dokumen hrs ada ).
Setelah sertifikat ditangan, minggu depan nya janjian sama pastor paroki utk kanonik bersama pasangan, dan pada saat giliran saya diintrogasi sama romonya(terpisah sama pasangan),
Romo mulailah bertanya kepada saya , padahal pertanyaan biasa skali (yang mana biasanya saya tidak pernah terbuka untuk menjawab, atau bisa dlm keadaan pilihan untuk berbohong, tapi seperti air yang mengalir begitu saja, saya bisa sangat terbuka dan jujur terhadap romo seolah2 di dlm dorongan hati ada yg membisikkan : tidak apa2, saya disini,.
Pada saat itu jga air mata mengalir tak henti dan penyesalan yg sangat menyiksa batin saya , saat itulah saya merasakan Rahmat Tuhan yang luar biasa yg tlh memberikan jalan baru untuk kembali ke Rumahnya.
Mulai dari situ batin saya berbicara bahwa saya harus melakukan pengakuan,(karena sungguh batin saya tidak tenang sampe skrg) dan besokannya saya lsg menanyakan kepada romo apakah bisa mengadakn rekonsiliasi perorangan untuk saya(masih membingungkan diri sendiri karena biasanya pengakuan dosa yg diadakan gerejapun tidak pernah saya ikuti, malah ini saya yg minta sendiri kepada Romo, sungguh besar karunia Tuhan kepada hambaNya walaupun saya tlah meninggalkan Dia. Puji TUhan.
Dan saya tlah membuat janji temu sama Romo bbrp hr lagi.
Nah , back ke topic lagi, karena dosa2 saya banyak skali (takut kelupaan or tau2 blank di pikiran) , hampir semua yg disebutkan point diatas), apakah boleh saya tulis dikertas?
Salam Damai, Tuhan Yesus memberkati…
Shalom Lusia,
Terima kasih atas sharing pengalaman anda. Ya, marilah kita selalu bersyukur kepada Tuhan atas rahmat pertobatan yang diberikan-Nya kepada kita. Sebab dengan kita bertobat, maka hubungan kita dengan Tuhan yang terputus oleh dosa dapat disambung kembali.
Tak apa jika anda merasa perlu untuk menuliskan di secarik kertas, dosa-dosa anda, sebelum anda menghadap Romo untuk menerima Sakramen Tobat. Lebih baik lagi jika anda menuliskan dosa yang paling berat terlebih dahulu, dan baru diikuti oleh dosa-dosa yang lain.
Semoga dengan demikian anda dapat mengadakan pengakuan dosa dengan lebih baik. Namun di atas semuanya itu yang terpenting adalah sikap batin yaitu dengan penyesalan yang sungguh- sungguh dan ketetapan hati untuk memperbaiki diri. Alangkah baik, apabila anda membaca dan merenungkan Mazmur 51, baik sebelum ataupun sesudah anda mengaku dosa. Saya percaya bahwa dalam setiap kesempatan, Mazmur 51 tersebut dapat mengingatkan kita untuk selalu bertobat atas segala pelanggaran kita.
“Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!…..” (Mzm 51:3-)
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati – http://www.katolisitas.org
Dear Katolisitas,
terima kasih sebelumnya untuk jawaban nya,
1. Bagaimana kalau profesi seorang tentara, lalu dia dikirim untuk perang. Kita tahu, dalam perang pasti harus membunuh lawan, sedang membunuh tidak boleh, seharusnya bagaimana ? apa sebaiknya berhenti menjadi tentara ? atau kalau terpaksa, karena wajib militer bagaimana, sebaiknya ?
2. Apa boleh ke gereja memakai celana pendek ? Saya waktu smp pakai celana pendek masuk gereja, lalu di luar negri saya lihat banyak bule2 pakai celana pendek dan sandal jepit.
3.Apa boleh kita membeli saham rokok, lalu mendapat dividen dan mendapat untung darinya, sedang rokok kan tidak baik untuk kesehatan dan polusi.
Terima kasih.
Shalom Budisan,
Terima kasih atas pertanyaan-pertanyaannya. Mari kita melihatnya satu-persatu.
1) Gereja Katolik mengajarkan "just war", dimana pada kondisi-kondisi tertentu untuk "greater good" dan tidak ada cara lain yang dapat dilakukan selain dengan cara perang, tingkat keberhasilan yang baik, kerugian yang minimal. Katekismus Gereja Katolik mengatakan "Syarat-syarat yang memperbolehkan suatu bangsa membela diri secara militer, harus diperhatikan dengan baik. Keputusan semacam itu berakibat besar, sehingga hal itu hanya diperbolehkan secara moral dengan syarat-syarat berikut yang ketat, yang harus serentak terpenuhi: a) Kerugian yang diakibatkan oleh penyerang atas bangsa atau kelompok bangsa, harus diketahui dengan pasti, berlangsung lama, dan bersifat berat. b) Semua cara yang lain untuk mengakhirinya harus terbukti sebagai tidak mungkin atau tidak efektif. c) Harus ada harapan yang sungguh akan keberhasilan. d) Penggunaan senjata-senjata tidak boleh mendatangkan kerugian dan kekacauan yang lebih buruk daripada kejahatan yang harus dielakkan. Dalam menentukan apakah syarat-syarat ini terpenuhi, daya rusak yang luar biasa dari persenjataan modern harus dipertimbangkan secara serius.Inilah unsur-unsur biasa, yang ditemukan dalam ajaran yang dinamakan ajaran tentang "perang yang adil". Penilaian, apakah semua prasyarat yang perlu ini agar diperbolehkan secara moral suatu perang pembelaan sungguh terpenuhi, terletak pada pertimbangan bijaksana dari mereka, yang kepadanya dipercayakan pemeliharaan kesejahteraan umum." (KGK, 2309).
2) Tentang berpakaian pantas kalau ke Gereja. Kita harus menyadari bahwa kalau kita ke Gereja, kita bertemu Raja dari segala raja, sehingga kita harus berpakaian pantas dan baik. Hal-hal buruk yang terjadi di luar negeri jangan kita tiru.
3) Merokok sejauh dilakukan dengan pengendalian diri yang baik adalah tidak berdosa. Silakan melihat tanya jawab ini (silakan klik). Apakah membeli saham rokok berdosa? Karena Gereja tidak melihat bahwa merokok pada dasarnya adalah dosa (intrinsically sinful) sejauh dilakukan dengan pengendalian diri, maka membeli saham rokok bukanlah suatu dosa. Namun, saya percaya bahwa membeli saham-saham yang berhubungan secara langsung dengan sesuatu yang bertentangan dengan ajaran Gereja adalah berdosa, misalkan: membeli saham dari perusahaan yang membuat kontrasepsi, dll. Dengan membeli saham-saham yang memproduksi sesuatu yang melawan ajaran Gereja Katolik, maka secara tidak langsung kita turut berpartisipasi dalam dosa.
Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
shalom
setelah saya membaca mengenai sakramen tobat yang di uraikan di atas, saya melihat pada saat sekarang minat umat katolik pada sakramen ini mulai kurang, kusunya lagi para kaum muda kita ini. saya sangat tertarik sekali untuk mengadakan penelitian tentang masalah yang diu hadapi kususnya para kaunm muda . sebab itulah saya manulis skripsi tentang sakramen ini. yang saya mau tanyakan, apakah katekese remaja punya andil dalam upaya meningkatkan kembali partisipasi kaum muda untuk mengikuti sakramen ini?
Shalom Sugeng,Terima kasih atas keinginan dari Sugeng untuk mengadakan riset tentang menurunnya kesadaran umat Katolik – khususnya kaum muda – untuk menerima Sakramen Tobat. Saya rasa ada begitu banyak penyebab dari keadaaan ini, dan bukan hanya katekese remaja yang mungkin kurang memadai. Berikut ini adalah beberapa hal yang saya dapat saya pikirkan, yang mungkin menjadi penyebab dari menurunnya umat Katolik yang menerima Sakramen Tobat:
1) Komunitas dan sosial. Pada jaman sekarang ini sungguh sulit untuk menemukan komunitas dan masyarakat yang sungguh-sungguh berjuang dalam kekudusan. Masyarakat yang majemuk yang diwarnai dengan materialisme, yang mencoba menyingkirkan Tuhan dari tatanan hidup masyarakat, pengaruh media yang tidak mendukung kekudusan, dll, sungguh menjadi suatu kondisi yang sulit bagi seseorang untuk menyadari suatu dosa. Yang hilang dari masyarakat modern adalah hilangnya “the sense of sin“. Seolah-olah di dalam masyarakat modern ini semuanya boleh dan tidak perlu malu untuk melakukan dosa. Apa yang dulu dianggap dosa, sekarang dianggap sebagai sesuatu yang biasa. Tanpa ada “the sense of sin“, maka akan sangat sulit bagi umat Katolik untuk mau mengaku dosa. Pernah dengar seseorang mengatakan “saya bingung, saya mau mengaku dosa apa ya? kelihatannya semua ok-ok saja” – walaupun mungkin sudah lama tidak mengaku dosa.
2) Keluarga. Pengaruh dari lingkungan keluarga sungguh sangat besar. Anak-anak yang melihat orang tuanya mengaku dosa secara teratur akan melihat bahwa Pengakuan Dosa adalah memang menjadi bagian dari kehidupan orang beriman. Anak yang melihat bahwa pengakuan dosa yang dilakukan setahun sekali hanya dapat melihat bahwa pengakuan dosa seolah-olah hanyalah menjadi suatu kewajiban dan bukan menjadi suatu kebutuhan untuk bertumbuh dalam kehidupan spiritual.
3) Gereja. Berapa banyak gereja yang senantiasa menyediakan pengakuan dosa sebelum misa, baik misa harian maupun misa hari Minggu? Kalau Romo senantiasa ada di dalam kamar pengakuan dosa sebelum Misa Kudus, maka umat akan merasakan bahwa pengakuan dosa adalah sesuatu yang serius, yang diperlukan sebelum menyambut Komuni Kudus dengan pantas. Berapa banyak dari pastor yang sungguh-sungguh berkotbah tentang pentingnya Sakramen Pengakuan Dosa? yang senantiasa mengingatkan umat, jika dalam kondisi dosa berat, umat harus menerima Sakramen Tobat sebelum menerima Komuni Kudus?
4) Proses Katekese. Saya juga berfikir bahwa proses katekese perlu benar-benar harus dibenahi, sehingga para katekumen benar-benar mengerti bagaimana untuk bertumbuh secara spiritual melalui sakramen-sakramen yang diberikan oleh Kristus sendiri dan dipercayakan kepada Gereja-Nya.
5) Masing-masing pribadi. Masing-masing pribadi juga harus bertanggung jawab terhadap kehidupan spiritual masing-masing. Mungkin karena kita hidup dalam masyarakat yang majemuk dan tidak mendukung kehidupan umat beriman, maka masing-masing dari kita sering lengah dan tidak benar-benar berjuang untuk hidup kudus. Kalau masing-masing dari umat beriman benar-benar berjuang untuk hidup kudus, maka secara otomatis kesadaran akan diri sendiri yang berdosa akan muncul. Dan kalau masing-masing dari kita tahu bahwa Kristus telah menyediakan Sakramen Tobat sebagai sarana bagi umat Allah untuk bertumbuh dalam kekudusan, maka kita akan benar-benar menggunakannya – bukan hanya satu atau dua kali dalam setahun, namun satu bulan sekali atau dua minggu sekali. Dan akhirnya, masing-masing pribadi harus mempunyai hubungan yang baik dengan Kristus dalam doa pribadi, sehingga Roh Kudus-Nya akan senantiasa mengingatkan dan menyingkapkan dosa-dosa kita. Semakin kita dekat dengan Tuhan, maka kita akan semakin menyadari bahwa kita adalah orang yang berdosa, yang membutuhkan belas kasih Tuhan setiap hari.
Semoga masukan singkat ini dapat berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
terima kasih Banyak Romo [dari Admin Katolisitas: jawaban di atas bukan dari Romo, tapi dari Stefanus Tay, yang bukan seorang Romo, tapi seorang awam ] atas jawabannya.
nih websitenya bagus banget…..aku sekarang jadi bingung….saya sampai sekarang belom menikah tapi sudah hidup bersama dengan wanita dalam satu rumah tanpa ada pernikahan(belom menikah).dan setaip kali aku ke gereja aku selalu di inagtin temn2 untuk jangan menerima hostia,alasannya karna saya belom menikah……Tapi menurut pandangan saya sebenarnya tidak masalah….bukankah Yesus pernah makan bersama Yudas si pengkhianat satu meja????????dan kenapa saya tidak boleh….
dan satu lagi…apakah saya berdosa kalu saya hidup serumah dengan wanita tanpa ada pernikahan???
padahal saya bertanggungjawab da saya sangat menyayangi dia….hanya karna ada satu dan lain hal..maka pernikahan kami di tunda…
mohon bagi teman2….untuk memeberikan jawaban….Tuhan Beserta Kalian semua
[dari katolisitas: telah dijawab di atas – silakan klik]
Maaf, ada satu lagi pertanyaan yg selalu muncul. Romo, saya lihat di berita Paus menyatakan yg membuat polusi di bumi berdosa, sedang kita sendiri memakai mobil, motor, merokok, memakai benda2 konsumsi seperti komputer, baju, makanan, listrik dll yg dihasilkan dari proses pembakaran oli, batubara dll yg membuat polusi di bumi. Jadi bagaimana tindakan kita ?
Shalom Leonardus,
Paus memang dalam beberapa kesempatan menyatakan bahwa polusi merupakan salah satu bentuk dosa dalam jaman modern ini. Yang ia maksudkan di sini adalah polusi, baik polusi bumi termasuk polusi udara, air, dst dan polusi rohani, yang menyangkut pikiran dan hati manusia.
Mengenai polusi yang berkaitan dengan lingkungan hidup/ bumi memang merupakan dosa yang lebih bersifat kolektif, yang semakin terasa pengaruhnya jika dilakukan bersama-sama, apalagi dalam skala kawasan atau negara. Inilah yang menjadi perhatian Paus Bendiktus XVI, bahwa lingkungan hidup dunia sekarang terancam rusak oleh global warming dan global pollution. Polusi ini memang merupakan penyalahgunaan wewenang yang diserikan oleh Tuhan kepada manusia untuk menaklukkan bumi dan segala isinya (lih.Kej 1:28).
Maka Paus sendiri memberi contoh bahwa negara Vatican yang meskipun merupakan negara terkecil di Eropa, membangun proyek solar power plant yang mampu memberikan pasokan listrik sebesar 100 megawatt untuk disebarkan kepada 40,000 rumah di Italia; dan dengan demikian mencegah 91, 000 ton CO2 untuk memasuki atmosfir. Tentu kita dapat berharap agar semakin banyak orang yang dalam kapasitasnya dapat mempengaruhi lingkungan hidup, dapat belajar dari teladan Bapa Paus ini. Silakan klik di sini untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hal ini.
Jadi memang perlu kita ketahui bahwa ada saja hal yang dapat kita lakukan dalam kapasitas kita untuk mengurangi polusi, jika kita tidak bisa total menghindarinya. Kapasitas seseorang untuk membawa efek positif menanggulangi polusi sangat tergantung dari kemampuan yang dipercayakan kepadanya. Misalnya, presiden, gubernur, pejabat pemerintah tentang Lingkungan Hidup, atau para pemimpin perusahaan mempunyai andil yang lebih besar untuk berpasrtisipasi dalam hal ini daripada rakyat biasa. Entah dari segi keputusan, kebijaksanaan atau dengan mengusahakan teknologi yang ramah lingkungan. Memang dalam hal ini harus diakui, tanggungjawab setiap orang tidak sama dalam hal ini. Mereka yang dipercaya lebih, dituntut untuk lebih berpartisipasi dalam hal menjaga lingkungan hidup ini. Ini sesuai dengan prinsip ajaran Injil seperti tertulis dalam Luk 12: 48, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, daripadanya akan lebih banyak dituntut…” Walaupun demikian, tiap- tiap orang tetap dapat melakukan bagiannya masing-masing.
Jadi jika kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, bukannya untuk menghindari polusi lantas kita tidak memakai listrik sama sekali, atau tidak menggunakan komputer, mobil, dst. Namun, apa yang bisa kita lakukan untuk menghindari polusi/ pencemaran lingkungan, yang dapat kita lakukan dalam kontrol kita. Misalnya, tidak membuang sampah sembarangan, dan mengusahakan penghematan pemakaian listrik dan bensin. Atau di negara-negara tertentu, diusahakan pemisahan sampah, antara yang organik dan non-organik, plastik, gelas dan kertas dipisahkan. Maka jika setiap keluarga melakukan demikian, tentu sangat membantu upaya mengurangi polusi lingkungan. Atau jika anda memiliki minat dalam lingkungan hidup, silakan mendalami dan mempelajarinya, siapa tahu nanti anda dapat menyumbangkan pikiran untuk melakukan daur ulang, dan jika ini disosialisasikan, dapat membawa dampak positif pada lingkungan anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Dengan hormat,
Satu lagi pertanyaan buat Romo, saya sudah memiliki istri, tapi saya masih suka masturbasi, dalam masturbasi saya sering membayangkan wanita lain, yg pasti saya berdosa, namun saya berusaha membayangkan istri saya sendiri. Apakah tetap saya berdosa ? Kadang saya juga sering pijat [dari admin: pijat dalam pengertian negatif. saya hapus pernyataan yang terlalu detail]. Saya sering bingung sekali, apakah ini termasuk dosa berat atau ringan dan bagaimana sebaiknya.
Terima kasih,
Leonardus Yth
Tindakan masturbasi merupakan kenikmatan moral yang dikategorikan dosa karena mencari kenimatan diri dan bertentangan dengan tujuan penghormatan terhadap diri (tubuh) manusia. Karena anda sudah memiliki istri maka sebaiknya melakukan hubungan intim dengan istri anda dan berusaha untuk tidak melakukan pemuasan diri dengan masturbasi. Ketika anda berkeinginan melakukan itu maka anda bisa melakukan tindakan lain bersama istri anda. Apalagi membayangkan berhubungan dengan wanita lain, berdosa dalam khayalan dan hati. Untuk pijat sebaiknya demi kesehatan dan bukan untuk pemuasan diri. Hendaknya anda konsultasi dengan dokter ahli kelamin dan seorang dokter seksolog yang bisa membantu. Semoga menjadi jelas.
Berkat Tuhan
Rm Wanta
Dengan hormat,
Romo apakah saya bisa melakukan pengakuan dosa pada Romo melalui e-mail atau internet ?
Shalom Leonardus,
Kita tidak dapat mengaku dosa lewat e-mail maupun internet, atau telepon. Alasannya, silakan melihat jawaban yang pernah saya berikan sebelumnya di sini – silakan klik. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Yth Katolisitas
Saya ingin tanya tentang dosa,
misalnya terjadi begini, seorang anak sedang bingung untuk mengobatkan ibunya yang sedang sakit, karena bingung tidak punya uang, si anak ini melakukan tindak pencurian, mencuri uang orang lain. Apakah anak ini berdosa? berdosa berat atau ringan? ini hanya sebuah perumpamaan saja. Di satu sisi si anak mencuri, di sisi lain ia ingin mengobatkan ibunya.
Terima kasih sebelumnya untuk jawaban tentang Sakramen Krisma, sungguh bermanfaat buat saya.
Terima kasih.
chris
Shalom Chris,
Untuk menilai sesuatu perbuatan itu baik kita dapat melihat prinsip Teologi Moral, yang diajarkan oleh St. Thomas Aquinas dalam Summa Theology, I-II, q. 18, a.4 yaitu bahwa, terdapat tiga hal yang menentukan moralitas suatu perbuatan:
1) Objek moral (moral object), yang merupakan objek fisik yang berupa tujuan yang terdekat (proximate end) dari sesuatu perbuatan tertentu (sifat dasar perbuatan) di dalam terang akal sehat.
2) Keadaan (circumstances) yaitu keadaan di luar perbuatan tersebut, tetapi yang berhubungan erat dengan perbuatan tersebut, seperti kapan dilakukan, di mana, oleh siapa, berapa banyak, bagaimana dilakukannya, dan dengan bantuan apa.
3) Maksud/tujuan (intention) yaitu tujuan yang lebih tinggi yang menjadi akhir dari perbuatan tersebut.
Selanjutnya, St. Thomas Aquinas mengajarkan bahwa "Evil results from any single defect, but good from the complete cause," Artinya, jika satu saja dari ketiga hal itu tidak dipenuhi dengan baik/ sesuai dengan akal sehat, maka perbuatan dikatakan sebagai kejahatan; dan karenanya merupakan ‘dosa’, sedangkan perbuatan yang baik harus memenuhi syarat ketiga hal di atas. Dasar ini dapat kita pakai untuk menilai semua perbuatan, apakah itu dapat dikatakan perbuatan baik/ bermoral atau tidak/ dosa.
Maka dengan prinsip ini, mencuri untuk maksud menolong orang tua, adalah perbuatan dosa. Karena 1) objek moral-nya adalah ‘mengambil milik orang lain tanpa izin’, 2) keadaannya juga dipertanyakan karena perbuatan mencuri juga umumnya tidak pernah sesuai dengan keadaan normal, walaupun 3) maksud dan tujuannya baik, yaitu untuk menolong. Jadi objek moral di sini memainkan peranan penting untuk menilai sesuatu perbuatan itu dosa atau tidak. Jaman sekarang ada tendensi bahwa kalau maksud/ intensinya baik, maka seolah-olah perbuatan dapat dianggap baik, namun hal ini sesungguhnya keliru/ salah. Dalam kasus anak yang ingin menolong ibunya, sesungguhnya ia masih dapat memikirkan alternatif lain, tidak dengan mencuri.
Silakan menggunakan prinsip pengajaran dari St. Thomas untuk menilai baik/ tidaknya setiap perbuatan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
40 tahun sebagai orang katolik saya belum pernah melakukan pengakuan dosa,karena tidak tahu caranya. Mungkinkah baptis ulang atau baptis dua kali? Adakah dispensasi? Bagaimana cara pengakuan dosa untuk pertama kali, sebab belum pernah saya temukan tulisan/pedoman tentang hal ini?
Terimakasih atas jawabannya dan semoga hal itu menjadi koreksi atas tulisan-tulisan yang pernah ada.
Shalom Joko,
1) Terima kasih atas pertanyaan dan keterbukaan Joko. Yang penting sekarang adalah Joko mempunyai keinginan untuk mengaku dosa. Saya mengusulkan untuk membaca rangkaian artikel pengakuan dosa, terutama bagian-4, sehingga Joko dapat mempersiapkan pengakuan dosa dengan baik. Langkah-langkah untuk pengakuan dosa telah dibahas di artikel di atas.
Di bagian artikel "Pada saat pengakuan dosa" katakan:
Pengakuan dosa saya yang terakhir adalah 40 tahun yang lalu dan ini adalah pengakuan dosa saya yang pertama. Sejak itu aku melakukan dosa sebagai berikut…..
Jangan kuatir bahwa pastor akan marah, malah sebaliknya pastor akan bergembira dengan pengakuan ini. Yang penting adalah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Saya mengusulkan untuk membuat janji dengan pastor dan membuat "general confession", yang mungkin butuh waktu setengah jam. Buatlah catatan atas semua dosa yang pernah dilakukan lengkap dengan berapa kali melakukan dosa tersebut. Yang terpenting, mohonlah Roh Kudus untuk membimbing proses ini.
2) Sakramen Baptis tidak dapat diulang, karena ini adalah materai abadi (imprint character). Dosa tidak akan menghilangkan Sakramen Baptis. Kita dapat tidak setia kepada Tuhan, namun Tuhan tetap setia kepada kita. Rasul Paulus mengatakan "jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya." (2Tim 2:13).
Semoga jawaban tersebut dapat membantu, dan yakinlah akan belas kasihan Allah yang lebih besar dari semua dosa kita. Untuk itulah Kristus datang ke dunia ini, untuk kita, orang berdosa.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
AMDG,
Saya masih agak kurang jelas dengan jawaban tsb. Mulai kapan seharusnya melakukan pengakuan dosa, apakah sesudah dibaptis atau setelah menerima komuni pertama, mengingat saya baptis bayi? Apakah tidak ada bedanya mengatakan 40 th atau 30 th yang lalu?
Shalom Joko,
Saya minta maaf kalau jawaban sebelumnya kurang jelas. Untuk pengakuan dosa bagi yang dibaptis bayi dilakukan pada waktu komuni pertama. Intinya pengakuan dosa mensyaratkan seseorang dapat menggunakan akal budi, sehingga dapat membedakan baik dan jahat. Dan sekitar umur 9 tahun, pada saat komuni pertama dipandang seorang anak telah dapat membedakan baik dan buruk. Jadi kalau Joko dapat mengatakan kepada pastor bahwa Joko hendak mengaku dosa, dan pengakuan ini adalah pengakuan dosa terakhir selama…. tahun (dihitung dari tahun ini dikurangi waktu komuni pertama, yang seharusnya disertai pengakuan dosa). Kalau masih bingung, ceritakan saja semua keadaan Joko, dan pastor pasti akan mengerti.
Semoga dapat dimengerti dan semoga Roh Kudus membimbing Joko dalam persiapan pengakuan dosa.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Terimakasih dan mohon bantuan doanya.
sebaiknya anda konsultasi saja dng bapak Pastor…kalu menurut saya pembaptisan sebenarnya cuman sekali dalam hidup….bukankah Yesus di baptis cuman sekali..???
Syalom.. wah katolisitas bagus banget,sy baru mulai belajar buka website.. dan sangat tertarik dgn katolisitas..mau nimbrung nana juga nih, tolong jelasin tentang kata “fasik” apakah sama dgn farisi? sy uda cari2 dlm KS tapi blm ngerti..tolong jelasin ya. . thanks GBU
Shalom Giant,
Terima kasih atas pertanyaan dan dukungannya terhadap katolisitas.org. Mari kita melihat tentang kata fasik dan farisi. Fasik dan farisi adalah dua perkataan yang berbeda, yang juga mempunyai arti yang berbeda. Berikut ini adalah perbedaan antara kata fasik dan farisi.
1) FASIK – Dari kata yang berasal dari bahasa Ibrani "rasha" (H7563). Dan ini dipakai untuk menunjukkan orang yang fasik atau "wicked", atau orang yang berdosa. Kata ini dipakai dalam berbagai ayat di Alkitab sekitar 264 kali. Sebagai contoh "Abraham datang mendekat dan berkata: "Apakah Engkau akan melenyapkan orang benar bersama-sama dengan orang fasik?" (Kej 18:23). Contoh yang lain misalkan di Maz 1:1 "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, "
2) FARISI – Dari kata yang berasa;l dari bahasa Yunani "pharisaios" (G5330), yang dipakai sekitar 99 kali di dalam Alkitab. Kata di dalam bahasa Ibrani "parash" (H6567), yang berarti orang yang memisahkan diri. Kata farisi ini menunjuk kepada salah satu sekte Yahudi. Kita tahu ada tiga sekte besar Yahudi, yaitu: 1) farisi, 2) saduki, 3) "Essenes". Kalau kaum Saduki percaya bahwa hanya hukum yang tertulis sajalah yang diilhami Tuhan, maka kaum Farisi percaya bahwa hukum yang tidak tertulis juga harus dijalankan disamping yang hukum yang tertulis. Kaum farisi percaya akan kebangkitan badan sedangkan kaum Saduki tidak mempercayainya (Kis 23:8).
Semoga keterangan singkat di atas dapat membantu.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
stef
Syalom.
Thanks atas penjelasan nya,maju trus katolisitas GBU
Saya ingin bertanya mengenai rumusan absolusi. Manakah rumusan yang bersifat dogmatik? Setahu saya itu adalah “ego te absolve a peccatis tuis in nomine Patris….” yang menunjuk kepada kuasa mengikat dan melepaskan. Apakah sah jika rumusan ini diganti menjadi “saya menyatakan dosamu diampuni dalam nama Bapa..” kesannya disini absolusi hanya merupakan suatu pewartaan pengampunan dosa (seperti pemahaman Lutheran) dan tidak benar-benar melepaskan dosa seperti dipahami Gereja Katolik. Dalam ritus Timur memang rumusan yang digunakan berupa doa permohonan tetapi saya kira tetap memiliki penekanan pada kuasa mengikat dan melepaskan. Saya merasa cukup bingung tentang hal ini.
Apakah imam berdosa jika dengan sadar dan sengaja dia memutuskan menggunakan rumusan lain di luar rumusan resmi?
Terima kasih untuk jawabannya.
Daniel Yth.
Rumus absolusi yang lazim dipakai:
Allah yang maha murah dan maha rahim telah mendamaikan dunia dengan dirinya, dalam kebangkitan PuteraNya Yesus Kristus. Ia telah mencurahkan Roh Kudus bagi Gereja dan berkat pelayanan Gereja, Ia memberikan damai sejahtera bagi orang yang bertobat, maka saya melepaskan dosa-dosamu dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus, amin.
Rumusan lain rupanya karangan pribadi imam dan tidak lazim, meskipun sah. Apakah imamnya berdosa atau tidak jika tidak mengucapkan absolusi sesuai dengan rumusan, adalah urusan pribadi antara sang imam dan Tuhan, sehingga sebaiknya tidak dibahas disini. Maka sebaiknya demi halalnya, setiap imam mengikuti rumusan yang telah ditetapkan dalam liturgi tobat/ pengakuan dosa.
salam,
Rm Wanta
Maaf bertanya lagi.
Saya lupa tanya soal kasus ini.
Setelah saya menahan malu dan mengaku dosa dengan lengkap kemudian masuk ke sesi nasihat.
Saat nasihat, pastornya tanya: sudah melakukan suatu usaha untuk menangkal dosa “X”?
catatan kecil: saya BELUM melakukan sesuatu usaha “aktif” (konsultasi, penahanan emosi, dsb) untuk dosa “X”. Sejak permulaan masa prapaskah tahun ini (beberapa minggu sebelum pengakuan) saya hanya mulai DOA ROSARIO tiap hari. Tujuannya:
1. karena memang ada intensi penting (masuk univ)
2. untuk mengurangi kecenderungan berdosa (untuk menghindari dosa secara UMUM/KESELURUHAN, TIDAK SECARA KHUSUS UNTUK MENGATASI DOSA “X” SAJA) dan kecenderungan untuk pelit
3. memang baik menurut saya untuk berdoa rosario tiap hari
Saya mikir: (mosok saya jawab: belum melakukan apa2, romo. coba aku cari jawaban lain)
kemudian saya terdorong untuk menjawab:
saya: yaaa…, sejak masa prapaskah tahun ini, saya cuma mulai berdoa rosario setiap hari. tapi hanya baru2 saja ini romo.
Melihat cerita saya diatas, apakah karena jawaban “saya mulai berdoa rosario”, dan karena saya belum melakukan tindakan nyata/aktif untuk mengatasi dosa “X”, saya telah men-sakrilegikan (meng-invalidkan) pengakuan dosa saya? Atau pertanyaan ini muncul karena scruple saya?
Terima kasih dan salam damai.
Shalom Splendidus,
Setelah saya membaca keterangan anda, saya rasa tidak ada yang menjadikan pengakuan dosa anda invalid. Sebab sepanjang anda telah menyesal, dan menyebutkan dosa-dosa anda di hadapan Pastor dan lalu Pastor memberikan absolusi, maka Pengakuan Dosa anda valid. Kuasa Roh Kudus yang bekerja dalam Gereja Katolik-lah yang memungkinkan anda menerima rahmat pengampunan dari Kristus, melalui Sakramen Pengakuan Dosa.
Bahwa anda sekarang telah berdosa rosario setiap hari, itu adalah sesuatu yang sangat baik. Jika terus dengan setia dilakukan, memang dapat membantu anda untuk lebih peka terhadap kehendak Tuhan dan menghindari dosa. Apalagi jika dorongan untuk berbuat dosa itu datang, anda selekas mungkin berdoa rosario, maka anda akan mendapat kekuatan untuk tidak melakukan dosa itu. Tentu ini berkat kekuatan yang datang dari Tuhan, atas bantuan doa-doa dari Bunda Maria yang menyertai anda. Namun di atas semua itu, doa rosario sesungguhnya membantu kita untuk merenungkan peristiwa kehidupan Yesus, sehingga bersama Bunda Maria, kita dibawa untuk lebih dekat kepada Yesus, dan mengasihi-Nya. Sebenarnya kasih inilah yang membantu kita untuk selalu berusaha menyenangkan Tuhan dengan menghindari dosa, dan menolak kesempatan untuk berbuat dosa.
Maka sesungguhnya doa rosario adalah awal yang baik untuk menghindari dosa, dan seterusnya, untuk lebih spesifik, yang mungkin perlu dilakukan adalah menghindari segala bentuk kesempatan untuk melakukan dosa tersebut (misal, jika dosa dilakukan karena pergaulan yang tidak baik, maka anda meninggalkan kelompok anda bergaul, atau jika dosa karena anda kurang kegiatan, maka carilah kegiatan yang bermanfaat, dst). Jika waktu mengaku dosa, anda memang belum terpikir akan caranya, sehingga baru terpikir berdoa rosario saja, maka tentu itu tidak meng-invalidkan pengakuan anda. Namun setelah pengakuan dosa, memang sudah menjadi kewajiban anda, bahwa anda melakukan sesuatu untuk menghindari dosa itu, untuk memenuhi janji yang adan sebutkan dalam doa tobat anda, "….dan berjanji dengan pertolongan rahmat-Mu untuk memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi…" Nah, inilah janji doa tobat yang harus kita usahakan untuk dilakukan, demi kasih kita kepada Tuhan.
Bersyukurlah atas rahmat pengampunan yang anda terima, dan jangan terlalu gelisah, ya. Yang penting sekarang bagaimana ke depannya, agar anda dapat hidup lebih baik.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
Ingrid Listiati
Shalom katolisitas. Saya ada pertanyaan mengenai pengakuan dosa yang saya lakukan kemarin di sekolah.
1. Saya mengakukan semua dosa2 dengan lengkap sekali (pastornya sampai memuji karena saya berani mengatakannya dengan gamblang / menahan malu habis2an) -> mungkin terberani saya
2. Kemudian saya diberi nasihat
3. Saya kemudian tanya2 dan konsultasi.
Pada sebuah pertanyaan mengenai hal yang saya sendiri KURANG JELAS DOSA ATAU TIDAK (di pikiran saya, oh mungkin dosa ringan, tapi saya tidak yakin, makanya saya bertanya -> curious + scruple), Pastornya memberi jawaban: “sebenarnya kurang baik juga ya kalau kamu bertindak begitu, sudah memberi tahu guru belum?”
saya menjawab: “oh sudah pastor”
kemudian saya MENAMBAHKAN jawaban saya dengan “saya SUDAH bilang juga kepada gurunya bahwa…” (PADAHAL saya hanya baru BERENCANA untuk bilang / SEBENARNYA BELUM bilang -> ini kebiasaan buruk saya kalau berbicara akhir-akhir ini, suka melebih2kan fakta; saya sadar saya sudah menambah2 fakta tapi saya tidak bisa ngerem mulut saya yang sudah terlanjur mengucapkan kata2 itu)
setelah itu diberi absolusi
terus di rumah saya jadi kepikiran takut pengakuannya invalid (katanya tidak boleh berbohong atau menyembunyikan dosa berat dalam pengakuan, begitu peraturannya). Bagaimana ini? SAYA SCRUPLE.
Terima kasih dan Damai Kristus
Tambahan keterangan
jawaban PERTAMA saya: “oh sudah, pastor” itu adalah SESUAI FAKTA (BENAR)
jawaban TAMBAHAN saya yang MENYIMPANG/diluar dari fakta
Shalom Spendidus,
Seseorang dapat disebut ‘scrupulous’ jika ia cenderung takut dan menganggap segala sesuatu yang dilakukannya sebagai dosa. Walaupun Tuhan tetap dapat mendatangkan sesuatu yang baik melalui kecenderungan ini (misalnya membuat orang ini menjadi lebih giat berjuang untuk berbuat baik dan memperbaiki kesalahan), namun dapat dikatakan sifat ‘scruple’ ini sebenarnya bukan sifat yang baik dan dapat membahayakan perkembangan rohani. Lebih lanjut mengenai ‘scruple’ ini silakan baca di link ini (silakan klik).
Secara garis besar, ini adalah yang dapat dilakukan jika kita menyadari bahwa kita termasuk dalam golongan orang yang mempunyai kecenderungan ‘scruple’ ini:
1. Mencari Bapa Pembimbing Rohani yang tetap. Kepada Pastor ini, silakan mengutarakan dosa dengan jujur dan gamblang. Jika kita mengaku dosa degan teratur kepadanya dan menceritakan masalah ‘scruple’ ini, maka pastor itu dapat mengetahui akar masalahnya, seperti dokter dapat menemukan penyakit pasiennya.
2. Membantu pastor menemukan akar masalahnya, dengan jujur menceritakan kondisi bagaimana anda melakukan itu dan apa alasannya. Misal anda mengatakan A, karena ingin menyenangkan si B. Lalu jabarkan siapa itu B bagi anda. Kenapa anda ingin menyenangkan B. Apakah karena ingin dipuji? Apakah karena takut? Apakah karena ingin membalas kebaikan B? Atau ada alasan lain?
3. Melakukan pemeriksaan batin dengan lebih sering, setidaknya sekali sehari sebelum tidur malam. Mohon karunia Roh Kudus untuk membantu kita menemukan kesalahan kita. Renungkan apa yang terjadi hari itu, dosa dan kesalahan yang kita lakukan hari itu. Jika takut lupa, silakan dicatat untuk bekal pengakuan dosa berikutnya.
4. Camkanlah di dalam hati bahwa Tuhan adalah Maha Pengasih dan Penyayang. Untuk mendapatkan penghayatan tentang kerahiman Tuhan ini, kita dapat berdoa devosi Kerahiman Ilahi, Doa Rosario, dst, yang memupuk iman dan kepercayaan kita tentang kebaikan Tuhan, sehingga kita tidak mudah takut (bahwa segala sesuatu yang kita lakukan salah/ dosa dan membuat Tuhan marah).
5. Dalam doa dan setiap mengikuti Misa kudus, mohonlah agar Tuhan memperbaiki sifat ‘scruple’ ini, agar iman kita dapat bertumbuh dengan keyakinan akan belas kasihan Tuhan.
Pada kasus Splendidus, jika memungkinkan, saya sarankan untuk kembali mengaku dosa pada pastor yang sama, atau kepada Pastor pembimbing rohani anda yang tetap, dan ceritakanlah duduk masalahnya sekali lagi, dengan kondisi seperti yang anda uraikan di atas. Adalah suatu langkah yang baik, anda telah mengaku dosa dengan serius. Selanjutnya, buatlah komitmen untuk mengaku dosa secara teratur, misalnya 1 bulan sekali. Semoga ke-5 langkah dapat dilakukan dan dapat membantu perkembangan rohani anda, dan Tuhan sendiri yang membantu agar anda tidak ‘scruple’ lagi.
Ingatlah bahwa Tuhan Yesus mengasihi anda!
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
Ingrid Listiati
Terima kasih bu Ingrid atas jawabannya.
Karena keingintahuan(curiosity) saya yang kelewat besar (dan mungkin juga karena scruple saya), saya cuma ingin memastikan:
valid-kah absolusi dari pengakuan saya yang itu?
ctt: sebelumnya saya sudah mempersiapkan pengakuan yang saya ceritakan di atas dengan, bisa dikatakan, dengan cukup baik (berdoa, rosario, dsb)
keterangan: dalam kondisi saya (lingkungan keluarga yang mayoritas non-katolik -> artinya saya minoritas, dan gereja paroki yang tidak mengadakan pengakuan dosa mingguan) agak sulit untuk menjadwalkan pengakuan dosa, kecuali dua kali dalam setahun di sekolah (yang selalu ditunggu2 saya dan teman2 sesama pendosa :)
sekali lagi terima kasih dan Tuhan Yesus memberkati
Shalom Splendidus,
Ya, absolusi yang anda terima itu valid. Karena yang membuat validnya dari sakramen Tobat (‘matter & form’ nya) terpenuhi. ‘Matter’ nya adalah dosa dan penyesalan (saya beranggapan bahwa anda sungguh menyesal), dan ‘form’-nya adalah absolusi yang disebutkan oleh pastor, sesuai dengan norma yang berlaku.
Mengenai mengaku dosa teratur, itu tetap dapat dilakukan, dengan menghubungi pastor secara terpisah. Hal itu juga saya lakukan pada waktu saya tinggal di Jakarta. Paroki saya di Jakarta juga waktu itu tidak membuka kesempatan pengakuan dosa kepada umat seminggu sekali. Ini sebenarnya sangat disayangkan, karena untuk dapat bertumbuh secara spiritual umat perlu menerima sakramen tobat secara teratur. Dulu saya biasanya menghubungi pastor sesudah mengikuti Misa harian/ misa pagi, dan mengaku dosa.
Dari yang saya ketahui, di Amerika Serikat, di Singapura dan Filipina, paroki-paroki umumnya mengadakan kesempatan kepada umat untuk mengaku dosa, setidaknya seminggu sekali. Ada jadwal resminya umumnya sejam sebelum misa hari Sabtu sore. Di paroki saya di sini sekarang, kesempatan mengaku dosa diberikan selain seminggu sekali, dan juga sebelum misa harian, sedangkan di paroki saya di Filipina (th 1998-2001) kesempatan diberikan sepanjang hari. Ada pastor yang siap menunggu di kamar pengakuan dosa setiap hari, dari pagi sampai sore. Ini mungkin adalah sesuatu yang perlu direnungkan oleh para pastor di Indonesia, yaitu untuk lebih menyediakan diri mereka untuk memberikan Sakramen Tobat kepada umat.
Maka, menurut saya, jika Splendid mau lebih serius bertumbuh di dalam iman, silakan menghubungi pastor Paroki. Saya percaya, beliau akan sangat senang membantu. karena seharusnya memang demikian. Selalu ada jalan bagi kita, jika kita sungguh punya niat, apalagi jika niat itu untuk lebih mengasihi Tuhan dan hidup sesuai dengan perintah-perintah-Nya.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
Ingrid Listiati
Sekedar tambahan saya berupa refleksi dan tips (hasil perenungan) yang bisa saya bagikan untuk semua pembaca:
1. Jangan over cerewet (seperti kasus saya) dalam pengakuan dosa. (sebenarnya setelah mengatakan: “oh, sudah pastor” saya tidak perlu mengatakan apa2 lagi, cukup dan itu sudah benar; jangan cerewet dan mengatakan tambahan2 “saya juga sudah…blablabla” yang malah jadi menyimpang dari fakta seperti yang ada di atas)
2. Hati2 saat anda sudah berhasil mengatakan semua dosa yang memalukan dan kemudian menjadi sangat lega, jangan memikirkan terlalu banyak hal lain nanti kasusnya seperti saya diatas -> menambah beban pikiran setelah pengakuan selesai
3. DIAM itu EMAS. SILENT is GOLDEN ada benarnya juga (Tapi juga JANGAN malah menyembunyikan dosa2 serius ya).
(4. Nampaknya over-cerewet saya terlihat lagi karena mengepos komentar yang panjang ini :)
Pax Christi
Shalom,
Saya ingin bertanya, apakah boleh melakukan pengakuan dosa melalalui telepon?
Sebab, saya ada di China, dan memang saya rutin melakukan pengakuan dosa dengan berbahasa mandarin yg pas2an dan campur bahasa inggeris (bhs inggris romonya pun terbatas sekali). Dan walaupun ada romo yg berbahasa inggeris cukup baik, tapi saya tetap lebih prefer utk melakukan pengakuan dalam bahasa indonesia, lebih mantap dan afdol :)
Saya ingin sekali mendapatkan sakramen pengakuan dari romo indonesia, apakah boleh dilakukan per telepon? Saya pernah nonton serial TV “Apparations” dimana romonya melakukan pengakuan dosa per telepon sebelum melakukan exorcism.
Salam,
Shalom Erwin,
Terima kasih atas pertanyaannya yang cukup unik, tentang apakah mungkin mengaku dosa lewat telepon. Mungkin ada orang yang berfikir sama seperti Erwin, namun belum berani mengungkapkannya. Jawaban dari pertanyaan ini adalah "Tidak bisa". Hal ini dikarenakan Sakramen adalah suatu "hubungan pribadi dengan Yesus", dimana dalam Sakramen Pengampunan Dosa, terlihat begitu jelas dalam cerita anak yang hilang. Sakramen Pengampunan Dosa juga merupakan ungkapan pertobatan kita, dimana kita berlutut dan memohon ampun atas dosa-dosa kita. Dengan mengaku dosa lewat telpon, maka dimensi "personal" dan "ungkapan pertobatan yang baik" dipertanyakan.
Sebetulnya kalau kita lihat konsep tentang "pertobatan yang sempurna atau perfect contrition" dan "pertobatan yang tidak sempurna", maka dengan "pertobatan yang sempurna", yaitu pertobatan yang didasarkan akan kasih kepada Tuhan, karena telah menyedihkan hati Tuhan, maka seseorang telah diampuni dosanya, dengan kondisi dia mempunyai niat mengakukan dosanya di Sakramen Tobat jika waktu memungkinkan. (Lihat KGK, 1452 "Kalau penyesalan itu berasal dari cinta kepada Allah, yang dicintai di atas segala sesuatu, ia dinamakan "sempurna" atau "sesal karena cinta" [contritio]. Penyesalan yang demikian itu mengampuni dosa ringan; ia juga mendapat pengampunan dosa berat, apabila ia dihubungkan dengan niat yang teguh, secepat mungkin melakukan pengakuan sakramental")
Jadi untuk kasus Erwin, saya mengusulkan hal ini:
1) Kalau memungkinkan carilah "International Catholic Church", yang mungkin romonya dapat berbahasa Inggris dengan baik, karena biasanya banyak umatnya adalah orang-orang asing.
2) Kalau sampai tidak ada, mengaku dosalah seperti biasa, dengan bahasa mandarin campur Inggris. Setelah mengaku dosa dan mendapatkan pengampunan, silakan menelpon romo di Indonesia dan Erwin dapat menceritakan kembali kepada Romo Indonesia, sehingga Erwin mendapatkan nasehat yang berguna bagi kehidupan spiritual Erwin. Namun Romo di Indonesia tidak perlu memberikan pengampunan lagi.
Semoga jawaban di atas dapat berguna. Mari kita bersama-sama mempersiapkan Paskah dengan pertobatan.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
stef
Dear Pak Stef,
Saya sudah beberapa hari ini membaca tentang Sakramen Pengakuan Dosa, namun baru hari ini saya menemukan apa yang saya butuhkan, dari bagian ke 1 s/d bagian ke 4 ini, akhirnya ada disebutkan, yaitu pada Hukum Kesepuluh Perintah Bapa ke 5 point ke 12.
Dan pada hal kesehatan dimana pada Hukum/Perintah ke 5 point 15, yang baru dimengerti kalau hal tersebut dikategorikan “membunuh”, bukan saja merusak “Bait Allah” pada diri kita.
Tetapi, masih pada hukum/Perintah ke 5 pont ke 3 dan 6, mengapa hal-hal tersebut dikategorikan “membunuh”? Baru saya sadari kalau ke 2 hal tersebut bisa “membunuh” seseorang bukan saja secara jasmaniah tetapi juga rohaniah/mental, yang bisa berakibat bunuh diri.
Saya berterimakasih terutama untuk semua penjelasan bapak mengenai Hukum/Kesepuluh Perintah Bapa, bila seperti yang bapak jelaskan, rasanya saya sudah hampir melakukan semua pelanggaran yang disebutkan satu per satu.
Semoga Tuhan Yesus mengampuni dosa-dosa kita, dan mohon doanya agar kita semua dapat berjalan di jalan Yesus, Juru Selamat kita. Amin
Shalom Pak Didit,
Sepuluh Perintah Allah dengan terang Perjanjian Lama dapat menjadi pegangan bagi kita, umat Katolik untuk berjuang dalam proses kekudusan. Kita juga sering salah sangka dengan perintah jangan membunuh. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani, jadi apa saja yang kita lakukan untuk merusak kehidupan jasmani dan rohani kita, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat dikategorikan melanggar perintah ke-5. Namun tentu saja prioritas kehidupan rohani lebih tinggi daripada kehidupan jasmani, karena jiwa manusia adalah kekal dan badan manusia bersifat sementara.
Point-point di atas hanya membantu kita semua, termasuk saya sendiri, untuk dapat memeriksa batin kita masing-masing, apakah kita sungguh-sungguh mengasihi Allah dan sesama. Namun satu hal penting yang harus sama-sama kita ingat, yaitu bahwa kasih dan belas kasih Allah adalah lebih besar dari semua dosa kita. Dengan ini, kita dapat mengakukan dosa kita dalam Sakrament Tobat dengan penuh kepercayaan akan belas kasih Allah.
Mari kita bersama-sama mensyukuri dan mengakukan dosa kita secara teratur dalam Sakramen Tobat, sehingga kita semakin dikuatkan dalam perjuangan kita untuk hidup kudus. Kita saling mendoakan.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
Comments are closed.