[Hari Minggu Biasa XVII: 1 Raj 3:5, 7-12; Mzm 119:57,72,76-77,127-130; Rm 8:28-30; Mat13:44-52]

You are applying for a student visa…” gumam  sang petugas itu setelah membaca formulir kami. Ia menatap layar komputernya dan mengetikkan sesuatu data dari paspor kami. Lalu setelah sekian detik, ia menatap kami sambil bertanya, “So, what are you going to study in the US?” Serempak kami menjawab singkat, “Theology.” Dengan mengernyitkan kening, seolah heran, ia bertanya, “Geology?” Sontak kami berdua meralat ucapannya, “No, Ma’am. The-o-logy.” Kini raut mukanya bahkan lebih heran dari sebelumnya, “You mean, Theology….?” Seolah mau menambahkan pertanyaan, “Are you serious?”

Demikianlah, nampaknya keheranan petugas di kedutaan Amerika itu merupakan salah satu contoh, betapa orang zaman ini umumnya menganggap keinginan untuk mengenal Tuhan dan mempelajari ajaran-Nya sebagai sesuatu yang tidak lazim. Orang berlomba-lomba mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, tetapi pengetahuan tentang Allah dianggap kurang penting dan seolah tidak masuk hitungan. Mereka yang ingin mengenal dan mempelajari ajaran iman dianggap fanatik. Mereka yang ingin menyerahkan seluruh hidupnya untuk Tuhan dicap ‘aneh’. Bukankah kita sering mendengar orang berkomentar tanpa sengaja, “Sayang ya, pinter- pinter dan ganteng- ganteng koq mau jadi Romo?” Seolah yang pantasnya menjadi Romo itu orang-orang yang kurang pinter dan kurang ganteng. Padahal, bukankah Allah sepantasnya memperoleh segala yang terbaik dari umat manusia yang diciptakan-Nya? Bukankah kita sudah seharusnya rindu untuk mengenal Dia dan mempelajari dengan sungguh-sungguh segala ajaran dan hukum-hukum-Nya, di atas segala-galanya? Dan rindu untuk melayani-Nya?

Bacaan pertama hari ini mengisahkan bagaimana Raja Salomo telah memilih pengertian akan hukum Tuhan sebagai hal yang terutama yang dimohonkannya kepada Tuhan. Dan Tuhan sungguh sangat berkenan akan permintaannya ini. Sebab kebijaksanaan yang diinginkannya merupakan cerminan dari sikap takut akan Tuhan dan keinginan untuk melekat kepada hukum Tuhan (lih. Sir 15:1). Salomo kemudian dicatat dalam Kitab Suci sebagai seorang raja yang sangat bijaksana, yang kebijaksanaannya tidak pernah terkalahkan oleh raja manapun di sepanjang sejarah keturunan Daud, kecuali tentu, oleh Tuhan Yesus sendiri (lih. Luk 11:31).

Mazmur hari ini juga mengingatkan kita akan Sabda Allah yang merupakan kebenaran dan ketentuan yang baik bagi kita. Jika kita mencintai firman Tuhan dan perintah-perintah-Nya, maka kasih setia Tuhan akan menjadi penghiburan kita, dan rahmat-Nya akan turun atas kita (lih. Mzm 119: 76-77). Demikianlah, Rasul Paulus juga mengingatkan bahwa jika kita selalu mengasihi Allah, maka Allah akan turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (lih. Rom 8:28). Artinya, kita tidak perlu takut dan khawatir akan apapun yang akan kita alami di dunia ini, sebab semua itu akan berakhir baik bagi kita, asalkan kita sungguh mencintai Tuhan dan segala perintah-Nya. Betapa berharganya pengertian ini!

Demikianlah, Injil hari ini mengumpamakan Kerajaan Allah seperti harta yang terpendam di ladang. St. Yohanes Krisostomus mengatakan bahwa harta yang tersembunyi tersebut adalah Allah sendiri yang tersembunyi dalam kemanusiaan Kristus, Sang Penyelamat kita. Maka menemukan Kristus dan menjalin hubungan kasih dengan-Nya, memang merupakan hal yang paling berharga, melebihi apapun. Tak mengherankan jika Kerajaan Allah ini diumpamakan juga sebagai mutiara yang indah. Selanjutnya, perumpamaan lainnya tentang Kerajaan Allah sebagai pukat, mengajarkan kepada kita tentang tergabungnya kita umat manusia  di dalam Kristus. Namun akan ada saatnya dinyatakan pemisahan antara orang yang baik dari yang jahat;  ‘gandum dari lalang’. Semua perumpamaan tentang Kerajaan Allah ini mengajak kita untuk merenungkan tentang ke mana sebenarnya tujuan hidup kita. Allah yang telah menciptakan kita karena kebaikan-Nya, juga memanggil kita ke arah kebaikan dan kebenaran-Nya. Roh Kudus yang telah kita terima melalui Baptisan terus mendorong kita untuk terus mencari dan menemukan harta rohani yang tersedia bagi kita di dalam Kristus Yesus Tuhan kita. Berbahagialah kita, jika hati kita haus kepada-Nya, dan telinga batin kita rindu untuk mendengarkan suara-Nya.

Mari mempersembahkan kepada Tuhan apa yang terbaik dari diri kita: bukan waktu sisa, bukan kemampuan cadangan. Sebab seluruh milik kita pun tidak akan dapat membalas segala kebaikan-Nya kepada kita. “Ya, Tuhanku, tuntunlah aku, agar selalu mendambakan  Kerajaan-Mu. Saat kuberdoa: ‘Datanglah Kerajaan-Mu… di atas bumi, seperti di dalam Surga’, bantulah aku menemukan Kerajaan-Mu itu dalam hidupku sehari-hari. Amin.”