[5 November 2017. Hari Minggu Biasa ke-29. Mat 23:1-12]
1. Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: 2. “Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. 3. Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. 4. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. 5. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; 6. mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; 7. mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.
8. Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. 9. Dan janganlah kamu menyebut siapapun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. 10. Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.
11. Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. 12. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.
Teman-teman,
Dalam Injil hari ini, Kristus mengajarkan kepada kita bahwa Allah adalah Bapa dan Guru kita.
Pertama-tama, Allah adalah Bapa: “hanya satu Bapamu” (9). Ia adalah Bapa karena ia adalah pencipta kita: “Bukankah kita sekalian mempunyai satu bapa? Bukankah satu Allah menciptakan kita?” (Mal 2:10). Namun, Ia bukanlah seorang allah yang meninggalkan makhluk-makhluk ciptaan-Nya setelah menciptakan mereka. Sebaliknya, Ia adalah Bapa yang memenuhi segala kebutuhan kita (provident): “Bapamu yang di sorga … akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Mat 7:11).
Kedua, Allah adalah Guru: “hanya satu Pemimpinmu [καθηγητής: guide, teacher]” (10). Ia mengajar bangsa Israel melalui pengantaraan para nabi Perjanjian Lama yang tidak sempurna (cf. Ibr 1:1), namun Ia mengajar Umat-Nya di Perjanjian Baru melalui pengantaraan sempurna Putera-Nya yang “menjadi manusia” (Yoh 1:14). Dengan demikian, Kristus adalah Guru kita satu-satunya. Ia tidak hanya mengajarkan kebenaran: Ia adalah Kebenaran itu sendiri: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6).
Oleh karena Allah adalah Bapa dan Guru kita, kita adalah anak-anak dan murid-muridnya. Sebagai anak-anak, kita dipanggil untuk percaya akan Allah dan bersukacita. Sebagai murid-murid, kita dipanggil untuk mendengarkan suara Allah. Allah berbicara kepada kita melalui hukum kodrat (natural law) yang tertulis dalam hati kita (STh., I-II q.94 a.6 s.c.); hukum alami adalah pencurahan cahaya ilahi dalam diri kita (STh., I-II q.91 a.2 resp.). Akan tetapi, seringkali hati kita digelapkan oleh dosa-dosa pribadi kita. Karenanya, agar hati nurani kita tidak menyesatkan kita, Allah juga berbicara kepada kita melalui Wewenang Mengajar Gereja (Magisterium), yang menginterpretasikan Wahyu (Kitab Suci dan Tradisi) dengan wewenang penuh.