Berkat Penutup dalam perayaan Ekaristi juga mencerminkan berkat di awal perayaan, dengan perkataan, “Tuhan bersamamu” dengan tanda salib. Tanda salib ini dibuat bersamaan dengan pada saat imam memberkati umat, atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Sejak abad-abad awal, berkat oleh imam di akhir perayaan liturgis telah dilaksanakan. Perkataan, “Ite Missa est” yang artinya “Pergilah, kamu diutus” atau diterjemahkan, “Pergilah, Misa telah selesai.”
Maka yang terpenting di sini bukanlah semata-mata berkat penutup itu sendiri, tetapi juga pengutusan, sehingga keseluruhan liturgi itu sendiri disebut “Misa”, yang diambil dari kata (“dismissal/ sending“), yang artinya adalah sebuah pengutusan. Demikianlah maka Katekismus menjelaskan bahwa perayaan Ekaristi disebut ‘Misa Kudus’, “karena liturgi, dimana misteri keselamatan dirayakan, berakhir dengan pengutusan umat beriman [missio], supaya mereka melaksanakan kehendak Allah dalam kehidupannya sehari-hari.” (KGK 1332). Pengutusan ini mengacu kepada perkataan Yesus sendiri, “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” (Yoh 20:21) Dalam perayaan Ekaristi, kita telah mengambil bagian dalam Misteri sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus, dan kita telah menerima Kristus dalam Komuni kudus, yang menggabungkan kita ke dalam kehidupan-Nya dan misi-Nya.
Perkataan “Pergilah, Misa telah selesai” (Ite Misa est) itu sendiri melambangkan kenaikan Kristus ke surga, dengan kedua malaikat yang mengutus para murid. Setelah kenaikan Yesus ke surga yang disaksikan oleh para murid-Nya, kedua malaikat itu mengutus para murid untuk kembali ke Yerusalem dan mewartakan Kristus.
Sedangkan berkat penutup di akhir Misa merupakan simbol dari turunnya Roh Kudus atas para Rasul di hari Pentakosta. Berkat yang diberikan dengan tanda salib mengingatkan kita akan rahmat Allah di hari Pentakosta, dan bermacam karunia dan buah Roh Kudus, yang dicurahkan kepada kita atas jasa Kristus melalui sengsara dan wafat-Nya di salib. Memang kita telah menerima Roh Kudus di saat Pembaptisan dan sakramen Krisma, namun Roh Kudus kembali dicurahkan atas kita untuk menguatkan jiwa kita menjalani kehidupan sehari-hari sepulangnya dari perayaan Misa Kudus ini. Maka kata berkat penutup bukanlah hanya semata menyatakan bahwa Misa telah selesai dan umat diberkati, namun merupakan pengutusan umat dengan misi untuk menyampaikan berkat yang baru saja mereka terima, yaitu Kristus, ke dalam dunia.
Jadi perkataan berkat penutup itu sendiri merupakan penutup rangkaian . Oleh karena itu tanggapan yang kita berikan adalah ucapan syukur yang tak terhingga yang keluar dari hati kita yang terdalam, “Syukur kepada Allah”. Sebab tiada kata yang dapat mewakili rasa terima kasih kita kepada Allah atas rahmat yang terbesar itu, selain ucapan syukur kepada-Nya. Ekaristi yang artinya adalah “ucapan syukur” ditutup dengan kata penutup yang merupakan ungkapan syukur kepada Allah.
Sumber:
Edward Sri (2011-01-04), A Biblical Walk Through The Mass: Understanding What We Say And Do In The Liturgy (pp. 147-148). Ascension Press. Kindle Edition.
Rev. Bernard C Loeher, Following Christ Through the Mass, (Detroit, Michigan, Sacred Heart Seminary, 1935), p. 79-83.
shalom katolisitas, bertanya lagi nih, hehehe.
waktu saya ikut ibadah di protestan mereka memberikan berkat berdasarkan di kitab bilangan 6:24-26. namun di gereja katolik pemberkatannya tidak sesuai dengan yg ada di kitab bilangan ( kata-katanya tidak sama persis) padahal di sana dikatakan jika ingin memberikan berkat inilah yg harus kamu ucapkan, bagaimana menurut katolisitas?
Shalom Lionel,
Rumusan berkat sebelum berkat penutup dalam perayaan Ekaristi tidak selalu sama. Pada perayaan tertentu, seperti Adven, Natal, Paskah, tahbisan, dst, berkat dapat disampaikan dengan lebih panjang, dengan umat menanggapi Amin, dalam setiap berkat yang diucapkan imam.
Rumusan berkat yang umum yang digunakan dalam liturgi adalah, “Tuhan bersamamu” (The Lord be with you) yang merupakan rangkuman dari rumusan berkat yang tertulis dalam Kitab Suci, termasuk Bil 6:24-26. Perkataan “Tuhan bersamamu”/ “Aku menyertaimu” inilah yang secara umum disampaikan Allah kepada semua orang pilihan-Nya, sebagaimana telah sekilas diulas di artikel ini, silakan klik. Selanjutnya, bagi umat Katolik, keseluruhan perayaan Ekaristi adalah berkat, karena di dalam Ekaristi, hadirlah berkat Allah yang terbesar, yaitu Kristus sendiri. Kristuslah yang merupakan puncak rahmat kasih Allah yang melampaui segala ungkapan berkat. Di dalam Kristus, kita menerima berkat Allah yang memberkati, melindungi, menyinari, memberi kasih karunia dan damai sejahtera, yang disebut dalam Bil 6:24-26. Di dalam Kristuslah ungkapan berkat dalam Perjanjian Lama mencapai penggenapannya, yaitu bahwa melalui Ekaristi, Kristus selalu menyertai dan bersama kita, Gereja-Nya. Ungkapan berkat ini diikuti dengan pengutusan, sebab berkat yang sudah kita terima, bukan untuk disimpan sendiri, tetapi untuk dibagikan kepada sesama. Baru dengan demikian, pemberian berkat Allah itu mencapai maksudnya/ penggenapannya, yaitu jika sebanyak mungkin orang turut menerima berkat Allah, melalui kita. Selanjutnya tentang makna berkat penutup, silakan klik di sini.
“Dipersatukan dalam Ekaristi, diutus untuk berbagi”, demikianlah tema yang merupakan rangkuman berkat dan pengutusan dalam Surat Gembala Prapaska 2012 yang dikeluarkan oleh KAJ (Keuskupan Agung Jakarta). Semoga sebagai umat Katolik kita dapat semakin menghayati makna pesan ini dan melaksanakannya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Comments are closed.