APP tidak hanya berarti AKSI PUASA PEMBANGUNAN tetapi seharusnya juga berarti AKSI PASKAH PEMBANGUNAN. Menurut pengalaman Gereja di Indonesia, APP sebagai aksi puasa pembangunan merupakan suatu gerakan yang melibatkan seluruh umat Katolik selama masa Prapaskah untuk mewujudkan secara nyata puasa, pantang, derma dalam berbagai bentuk kegiatan yang membangun masyarakat, yang secara nyata membawa dampak untuk kesejahteraan banyak orang. Hal ini merupakan suatu gerakan yang mempunyai makna sosial dan liturgis. Misalnya kerja bersama-sama untuk membersihkan lingkungan sekitar yang kotor, bersama-sama membangun rumah keluarga yang miskin, beramai-ramai mengunjungi dan menghibur para narapidana atau orang sakit. Kebersamaan ini tentu menguatkan satu sama lain tetapi lebih dari itu ada nilai liturgisnya. Bersama-sama kita menyatakan tobat dan pembaruan diri tidak hanya dalam perayaan-perayaan liturgis tetapi juga dalam karya nyata. Sangat bagus kalau kegiatan ini dilaksanakan selama masa Prapaskah apalagi bila dibarengi dengan pendalaman hidup rohani termasuk menguatkan dan memurnikan motivasi serta niat hati yang tulus dan jujur lewat pembinaan dan katekese.

Sebagai kegiatan selama masa Prapaskah sebenarnya harus dipahami sebagai “persiapan” untuk perayaan Paskah yang adalah puncak dan pusat perayaan tahunan. Gerakan APP yang rapih dan penuh semangat ini seharusnya tidak berhenti pada hari-hari menjelang Tri-hari Suci. Tetapi seharusnya diteruskan bahkan mesti mencapai puncaknya pada masa Paskah, selama 50 hari, tentu dengan suatu spiritualitas yang cocok untuk masa khusus dari Paskah yaitu kegembiraan dan kemuliaan kebangkitan dalam Tuhan Yesus Kristus. Maka hendaknya dipilih dan dijalankan kegiatan-kegiatan sosial-liturgis yang mengungkapkan kegembiraan dan kemuliaan kebangkitan itu. Dalam membuat program kegiatan liturgi tahunan, sangatlah tepat dan adil bila diberi prioritas pada aksi nyata yang bersifat sosial-liturgis selama masa Paskah ini. Dengan demikian APP seharusnya pertama-tama adalah AKSI PASKAH PEMBANGUNAN yang disiapkan selama 40 hari dengan aksi puasa pembangunan.

Mungkin selama ini ada banyak kegiatan sosial-liturgis yang amat bermanfaat untuk menghayati makna dari Paskah selama 50 hari, namun dilaksanakan dalam kelompok atau secara pribadi tanpa suatu tema dengan orientasi bersama yang jelas. Perumusan tema dan program konkrit untuk menjabarkan tema tertentu selama masa Paskah akan sangat bermanfaat menyatukan segala daya dalam diri umat beriman untuk secara pribadi dan bersama menghayati arti dari misteri Paskah sebagai kemenangan atas dosa dan maut. Bila ada program yang jelas dengan kegiatan yang nyata maka umat akan sangat terbantu untuk merasakan pentingnya masa Paskah sebagai puncak dan pusat masa tahun liturgi.

Dalam hal devosi ternyata selama masa Prapaskah kita sangat ditolong untuk menghormati Yesus yang rela menderita dan mati untuk kita dengan merenungkan peristiwa-peristiwa jalan salib. Dan selama masa Paskah apakah ada kegiatan devosional yang khas untuk membantu kita menghargai dan menghormati Yesus Kristus yang bangkit mulia? Menyadari hal ini, ada upaya untuk memperkenalkan dan memajukan devosi yang disebut “Jalan Kemuliaan” dan “devosi kerahiman”. Devosi-devosi seperti ini hendaknya menggerakkan umat beriman untuk mewujudkan maknanya secara bersama-sama dalam hidup dan pelayanan. Demi menghidupi peristiwa-peristiwa kemuliaan dapat dipilih peristiwa yang mungkin amat relevan atau sangat mendekati kenyataan hidup di tingkat paroki atau umat basis untuk diwujudnyatakan secara khusus.

Berkaitan dengan devosi “Jalan Kemuliaan” ada komunitas dan paroki yang telah menjalankannya dengan penuh semangat. Pengaruhnya terhadap pembentukan semangat hidup “paskah” dapat dirasakan tidak hanya oleh pribadi-pribadi yang menjalankannya, tetapi juga oleh orang-orang lain yang mengalami kebaikan karena perubahan sikap hidup para devosan itu. Peristiwa-peristiwa yang direnungkan dalam berbagai bentuk dan mau dihayati dalam berbagai cara antara lain: 1. Yesus Bangkit: Kubur Kosong; 2. Yesus Menampakkan Diri Kepada Maria Magdalena; 3. Yesus Menampakkan Diri Kepada Dua Murid Di Jalan Ke Emaus; 4 Yesus Menampakkan Diri Kepada Simon Petrus; 5. Yesus Menampakkan Diri Kepada Sepuluh Murid Tanpa Thomas; 6. Yesus Mencurahkan Roh Kudus Kepada Para Rasul; 7. Yesus Menampakkan Diri Kepada Thomas; 8. Yesus Menampakkan Diri Kepada Petrus Dan Keenam Rekannya; 9. Yesus Menampakkan Diri Kepada 500 Orang Saudara; 10. Yesus Mengutus Murid-Murid Ke Seluruh Dunia; 11. Yesus Menampakkan Diri Kepada Paulus; 12. Yesus Naik Ke Surga; 13. Yesus Di Sisi Kanan Bapa Dan Hidup Selama-lamanya; 14. Roh Kudus Turun Atas Para Rasul.

Peristiwa-peristiwa kebangkitan ini memang amat berarti dalam hidup persekutuan. Gerakan bersama untuk merenungkan atau mendalami maknanya lalu mewujudkannya secara konkrit akan membarui lingkungan tanpa kenal batas-batas. Ada banyak upaya untuk semakin menghayati makna kebangkitan dalam hidup: menyadari kekosongan hidup sementara di bumi ini; memperhatikan secara ikhlas orang yang ada di sekitar kita; mendengarkan kata-kata-nasihat, usul-saran yang baik demi kemajuan hidup rohani-jasmani bersama, berkumpul bersama untuk menepis ketakutan dan membangun keberanian dan ketabahan; rela meminta ampun dan mau memberi ampun kepada sesama yang bersalah, menguatkan iman dan mengakuinya dengan berani; peka menyadari kehadiran Tuhan yang bangkit dalam hidup harian yang biasa, dalam situasi yang sulit, dalam himpunan orang banyak; bersedia melaksanakan tugas perutusan kapan dan di mana saja; berani mengubah haluan yang salah dan mengikuti yang benar; peka dan mengapresiasi hal-hal yang agung, mulia dan surgawi; berani menanggung risiko mengikuti dorongan Roh Kudus.

Dapat direncanakan tindakan nyata bersama yang membawa kegembiraan dan kebangkitan hidup bagi banyak orang antara lain olah raga bersama, bazar, wisata dan ziarah, kunjungan persaudaraan kepada saudara-saudara yang beriman lain, hiburan dan peneguhan bagi saudara-saudara di panti asuhan, di penjara dan pusat-pusat rehabilitasi.

Pimpinan Gereja (KWI atau Uskup Setempat) dapat membantu seluruh umat dengan menentukan tema khusus atau dalam kesatuan dengan tema Aksi Puasa Pembangunan sambil menggarisbawahi semangat hidup sebagai orang yang telah bangkit dan mengambil bagian dalam kegembiraan dan kemuliaan Paskah. Pesan Paskah atau Surat Gembala Paskah bisa menjadi salah satu bentuk acuan umat beriman dalam merencanakan dan melaksanakan aksi bersama sebagai umat yang bangkit dan mau membangkitkan orang lain. Dengan demikian kita berharap Paskah dan masa 50 hari kebangkitan sungguh-sungguh menjadi hari-hari puncak dalam seluruh perjalanan dan penghayatan Tahun Liturgi. Semoga APP tidak hanya berarti Aksi Puasa Pembangunan tetapi pertama-tama berarti Aksi Paskah Pembangunan yang membantu menghayati arti Paskah dan menggerakkan umat beriman untuk membarui lingkungan hidup alam dan sosial.

P.Bernardus Boli Ujaan, SVD