Pertanyaan:

Beberapa Doktrin Gereja Katolik yang saya uraikan di atas, sudah tidak Alkitabiah. Saya jadi bertanya-tanya sekarang, berapa % dari isi buku Doktrin Gereja Katolik yang tebal itu, yang tidak Alkitabiah sebenarnya?
Salam – Anna.

Jawaban:

Shalom Anna,

Berikut ini adalah jawaban saya untuk point I, dimana Anna mengatakan bahwa doktrin di Gereja Katolik tidak Alkitabiah. Ini adalah hal yang yang sering dikatakan oleh orang Kristen non-Katolik tentang Gereja Katolik. Archbishop Fulton Sheen pernah mengatakan “There are not more than 100 people in the world who truly hate the Catholic Church, but there are millions who hate what they perceive to be the Catholic Church.” atau “Ada kurang dari 100 orang di dunia yang benar-benar membenci Gereja Katolik, namun ada jutaan orang yang membenci apa yang mereka mengerti sebagai Katolik“. Ungkapan ini adalah suatu gambaran banyak sekali kesalahpahaman dari gereja Kristen – Non Katolik tentang ajaran Gereja Katolik yang sebenarnya sungguh-sungguh bersumber pada Alkitab, Tradisi, dan Magisterium Gereja, seperti yang sudah saya uraikan di Point B.

I. Semua ajaran Katolik dapat dipertanggungjawabkan dan Alkitabiah.

  1. Kami sudah mencoba membuktikan dari point A-H, bahwa ajaran Katolik bersumber pada Firman Tuhan. Taruhlah Anna tidak percaya akan Tradisi atau Magisterium Gereja, namun semua ajaran Gereja Katolik dapat dipertanggungjawabkan secara Alkitabiah.
  2. Saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa “hanya percaya Alkitab saja sebagai satu-satunya pegangan” adalah tidak Alkitabiah. Saya juga berharap dapat semudah itu kejadiannya, namun hal ini tidak terjadi dalam kenyataan, karena:
    • Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa hanya Alkitablah satu-satunya pegangan kebenaran. Memang 2 Tim 3:16 mengatakan “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Namun tidak berarti bahwa hanya Alkitab saja sudah cukup. Namun Gereja Katolik memandang Kitab Suci sebagai salah satu pilar kebenaran.
    • Namun sebaliknya Rasul Paulus juga mengatakan “Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.” (2 Tes 2:15). Inilah yang mendasari Gereja Katolik mempunyai pilar kebenaran yang lain, yaitu Tradisi Suci.
    • Dan seperti yang telah diterangkan di Point B, Alkitab saja akan membawa kepada perpecahan tanpa ada otoritas yang menafsirkannya. 1 Tim 3:15 mengatakan “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.” (LAI). Di dalam terjemahan RSV, dikatakan “if I am delayed, you may know how one ought to behave in the household of God, which is the church of the living God, the pillar and bulwark of the truth.” Jadi Rasul Paulus mengatakan bahwa tiang dasar kebenaran adalah Gereja. Inilah sebabnya Gereja Katolik mempunyai Magisterium Suci, sehingga kebenaran dapat ditegakkan di dalam Gereja. Kebenaran yang mengikuti perintah Yesus secara murni dan total.

II. Gereja menjadi pilar kebenaran.

  1. Kalau Anna perhatikan, lebih sulit manakah untuk menjadi seorang Kristen-non Katolik yang baik atau menjadi seorang Katolik yang baik? Mungkin kedua-duanya juga sulit, karena memang untuk menjadi murid Kristus yang baik tidaklah mudah. Bagi saya pribadi, tuntutan untuk menjadi seorang Katolik yang baik adalah sungguh sulit, namun Tuhan sendiri yang akan memampukan umat Katolik, kalau umat-Nya mau bekerjasama dengan rahmat Tuhan, dan juga menerima berkat-berkat Tuhan yang mengalir melalui sakramen-sakramen yang Yesus berikan. Ya, memang tidak gampang untuk menjadi kudus, yang dimanifestasikan dalam mengikuti seluruh perintah Tuhan (lih. 1 Yoh 5:2).
  2. Lihatlah salah satu ajaran moral dari Gereja Katolik, yang memang sulit dijalankan, seperti kontrasepsi adalah berdosa. Ingrid telah mencoba mengupasnya secara singkat di artikel “Humanie Vitae itu benar“. Semua Gereja, termasuk Gereja Non-Katolik setuju dengan ajaran moral bahwa kontrasepsi adalah berdosa. Namun tahun 1930, tidak ada lagi gereja yang mengajarkan bahwa kontrasepsi itu berdosa, kecuali Gereja Katolik.
    • Pertanyaannya, sebelum tahun 1930 mengapa semua gereja setuju bahwa itu salah? Apakah kebenaran ini dapat ditemukan di Alkitab? Bagaimana setelah tahun 1930 tiba-tiba kontrasepsi jadi benar? Apakah Alkitabnya berubah? Tentu saja tidak. Yang berubah adalah orang yang mencoba menafsirkannya. Nah dalam kondisi pro dan kontra seperti ini, siapakah yang memutuskan mana yang benar dan mana yang tidak? Bayangkan kalau sampai terjadi ketidaksetujuan tentang hal ini di gereja Anna. Siapa yang dapat memutuskan hal ini? Mungkin penatua gereja atau jemaat? Bagaimana kita tahu bahwa keputusan yang diambil adalah sesuai dengan kehendak dan perintah Tuhan? Di dalam Gereja Katolik, Magisterium Suci mempunyai wewenang tertinggi untuk memberikan ajaran dan doktrin yang diyakini berasal dari Tuhan, seperti ajaran: Yesus mepunyai dua “nature” dalam satu “person”. Roh Kudus adalah hasil pertukaran kasih Allah Bapa dan Allah Putera, ajaran tentang Tritunggal Maha Kudus, Maria tetap perawan, Maria diangkat ke Surga, dll. Tanpa keyakinan bahwa ajaran tersebut adalah sungguh-sungguh benar, maka akan sulit sekali kita beriman, karena beriman adalah “Firm assent of the mind to the things unseen“. Tanpa suatu keyakinan yang kokoh, maka kita tidak dapat beriman secara benar, apalagi karena sesuatu yang benar yang kita yakini adalah tidak terlihat. Keyakinan umat Katolik diperkokoh dengan adanya Magisterium Suci. Mereka dalam persatuan dengan Bapa Paus diberi kuasa oleh Yesus sebagai penerus Rasul Petrus, untuk menjaga kemurnian ajaran Gereja; dan mereka tidak berkuasa mengubahnya atau menyesuaikannya dengan kehendak pribadi ataupun perkembangan jaman.
  3. Atau misalkan lagi Martin Luther dan John Calvin percaya bahwa Maria adalah perawan. Bagaimana mungkin sekarang para pengikut mereka tidak percaya bahwa Maria tetap perawan? Manakah yang benar? Tidak mungkin kedua-duanya benar. Saya yakin tiap pihak mempunyai alasan masing-masing. Namun bagi Gereja Katolik, kebenaran tidaklah berubah, apa yang dinyatakan kebenaran 2000 tahun, 500 tahun yang lalu akan tetap sebagai suatu kebenaran saat ini, juga di masa depan. Inilah yang membuat orang dapat beriman dengan baik, karena yakin bahwa kebenaran yang kita percayai saat ini tidak akan berubah ratusan tahun ke depan dan sampai selama-lamanya. Kebenaran tidak tergantung dengan situasi jaman atau suara mayoritas, karena kebenaran akan tetap ada walaupun tidak ada yang percaya. Disinilah Magisterium Suci menjadi pilar kebenaran yang menyatakan kebenaran mutlak yang harus diikuti oleh pengikutnya.Lihatlah tulisan Martin Luther dan John Calvin di bawah ini:
    • Martin Luther
      (1483-1546): “Sudah menjadi iman kita bahwa Maria adalah Ibu Tuhan dan tetap perawan…. Kristus, kita percaya, lahir dari rahim yang tetap sempurna (‘a womb left perfectly intact’)”[13]
    • John Calvin (1509-1564):
      “Ada orang-orang yang ingin mengartikan dari perikop Mat 1:25 bahwa Perawan Maria mempunyai anak-anak selain dari Kristus, Putera Allah, dan bahwa Yusuf berhubungan dengannya kemudian, tetapi, betapa bodohnya pemikiran seperti ini! Sebab penulis Injil tidak bermaksud merekam apa yang terjadi sesudahnya; ia hanya mau menyampaikan dengan jelas hal ketaatan Yusuf dan untuk  menyatakan bahwa Yusuf telah diyakinkan bahwa Tuhanlah yang mengirimkan malaikatNya kepada Maria. Yusuf tidak pernah berhubungan dengan Maria …(He had therefore never dwelt with her nor had he shared her company)…Dan selanjutnya Tuhan kita Yesus Kristus dikatakan sebagai yang sulung. Hal ini bukan berarti bahwa ada anak yang kedua dan ketiga, tetapi karena penulis Injil ingin menyampaikan hak-hak yang lebih tinggi (precedence). Alkitab menyebutkan hal ’sulung’ (firstborn), baik ada atau tidaknya anak yang kedua.”[14]
  4. Jadi dari doktrin tentang perawan Maria, kita melihat bahwa doktrin seperti ini tidaklah hanya karangan dari Gereja Katolik saja, namun sungguh-sungguh bersumber pada Alkitab, dan dipercayai oleh jemaat perdana, dan juga termasuk Martin Luther dan John Calvin, pendiri gereja Protestan.

III. Kesimpulan: Semua doktrin Katolik adalah benar, dapat dipertanggungjawabkan dan Alkitabiah.

  1. Dari tulisan-tulisan dan jawaban-jawaban yang coba kami paparkan, kami ingin agar Anna juga dapat melihat bahwa semua doktrin Katolik dapat dipertanggungjawabkan dan Alkitabiah. Mungkin kita berbeda dalam cara menafsirkannya. Karena Anna tidak percaya akan Magisterium Gereja, maka Anna tidak percaya akan penafsiran Gereja Katolik tentang beberapa ayat yang mendasari beberapa pengajaran Gereja Katolik. Perbedaan cara menafsirkan juga dialami oleh gereja-gereja non-Katolik. Bandingkan beberapa doktrin yang dipercayai oleh 38,000 denominasi. Apakah semua gereja tersebut mengajarkan hal yang sama? Kalau kita perhatikan dan amati, jawabannya adalah mereka tidak mengajarkan doktrin yang sama. Kalau begitu mana yang benar? Karena kita tidak dapat memilih-milih kebenaran. Kebenaran yang kita ambil berdasarkan pilihan kita adalah bukan lagi suatu tindakan iman yang Ilahi, karena kebenaran yang kita ambil tidak berdasarkan akan apa yang diwahyukan Tuhan secara total, namun berdasarkan akan apa yang kita suka. Ini juga tantangan bagi umat Katolik, karena umat Katolik tidak dapat memilih-milih doktrin, namun percaya akan semua doktrin yang menuntut umatnya untuk penyerahan akal budi dan keinginan sesuai dengan wahyu Tuhan yang diberitakan oleh Gereja-Nya.
  2. Mengenai buku yang tebal yang dituliskan dalam kesaksian Maria Brownell/Lia, itu adalah Katekismus Gereja Katolik (KGK). Kalau kami telah membuktikan semua point-point keberatan akan pengajaran Katolik yang dikemukakan oleh Anna adalah Alkitabiah, maka ini juga berlaku untuk semua doktrin yang disebutkan di dalam KGK. Cobalah Anna membeli KGK, dan melihat lembar demi lembar. Anna akan menemukan referensi Kitab Suci dalam setiap lembarnya. Bagaimana ini bisa dikatakan tidak Alkitabiah? KGK adalah persembahan dari Gereja untuk umatnya, agar seluruh umat tahu akan apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik. Saya tidak tahu, apakah pegangan buku doktrin yang dipakai oleh gereja-gereja non-Katolik, atau gereja Anna. Yang saya maksudkan pegangan di sini adalah, kalau sampai tidak ada persetujuan mengenai ayat tertentu atau ajaran tertentu yang disebutkan di Alkitab, maka Anna atau anggota gereja lain harus mereferensikan ke buku pegangan apa? Bagi umat Katolik, KGK adalah salah satu buku pegangan yang menjelaskan iman Katolik secara sistematik, karena buku ini adalah synthesis dari Alkitab, tulisan dari Bapa Gereja, konsili-konsili, Kitab Hukum Gereja.
  3. Kalau Anna membaca KGK dan menemukan ada pengajaran yang tidak Alkitabiah, maka kita dapat mendiskusikannya lagi.

Demikian apa yang dapat saya sampaikan untuk menjawab keberatan Anna point I. Harapan saya, minimal Anna dapat melihat bahwa ajaran Katolik adalah Alkitabiah, hanya kita berbeda dalam hal menafsirkan ayat-ayat tersebut. Oleh karena itu, saya ingin mengajak Anna untuk meneliti doktrin Gereja Katolik satu persatu dengan lebih mendalam, agar dapat menemukan di sana, bahwa setiap doktrin tersebut berdasarkan Alkitab. Jika Anna masih mempunyai pertanyaan, silakan bertanya kembali. Kami akan berusaha menjawabnya.

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org