Kita percaya akan kesempurnaan karya penebusan Kristus, karena karya tersebut dilakukan oleh Kristus yang adalah sungguh Allah. Kristus melakukannya atas dasar kasih yang sempurna, sampai rela menyerahkan nyawa- Nya untuk kita sahabat-sahabat-Nya (lih. Yoh 15:13). Namun, kesempurnaan penebusan Kristus tidak menjadikan kita, umat-Nya cukup berpangku tangan saja. Sebaliknya,  kita dipanggil untuk menjadi kawan sekerja Allah (lih. 1Kor 3:9). Rasul Paulus bahkan mengatakan, “Sekarang aku bersukacita bahwa aku boleh menderita karena kamu, dan menggenapkan dalam dagingku apa yang kurang pada penderitaan Kristus, untuk tubuh-Nya, yaitu jemaat” (Kol 1:24).  Jadi, walaupun karya penebusan Kristus sungguh sempurna, namun kita semua dipanggil untuk turut mengambil bagian dalam penderitaan Kristus untuk pertumbuhan Gereja. Inilah sebabnya, seluruh umat Allah juga turut dipanggil untuk mendoakan anggota-anggota Gereja yang masih berada di dalam proses pemurnian di Purgatorium.

Alasan berikutnya adalah, karena kesempurnaan penebusan Kristus tidak otomatis diiringi dengan kesempurnaan kasih umat yang ditebus-Nya, yang harus diwujudkan dengan kasih kepada Allah dan sesama. Padahal, sudah menjadi kebijaksanaan ilahi bahwa Surga adalah kesempurnaan kasih. Dan karena Allah itu sempurna adanya, maka untuk bersatu dengan-Nya, kita-pun harus sempurna (lih. Mat 5:48). Dengan demikian, orang-orang yang meninggal dunia dalam keadaan rahmat, namun belum sempurna dalam kasih, masih perlu dimurnikan terlebih dahulu, sebelum dapat bersatu dengan Allah di Surga. Pemurnian ini disebut Purgatorium. Dengan demikian, Purgatorium bukanlah mencerminkan ketidaksempurnaan penebusan Kristus, namun sebaliknya,  justru menunjukkan kesempurnaan karya ilahi yang menyempurnakan manusia dari dalam sehingga pada saatnya, orang-orang pilihan ini dapat menjadi kudus seperti Kristus (lih. 1Yoh 3:2).