Mari kita lihat ayat-ayat tersebut (Yoh 2:1-5): “Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ; Yesus dan murid-murid-Nya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.” Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!““
a. Dari ayat-ayat di atas, terlihat jelas, bahwa Maria membuat permohonan kepada Yesus, dengan mengatakan “Mereka kehabisan anggur” (ay.4). Dan Yesus mengerti permohonan ini dan bukan sekedar pemberitahuan, sehingga Dia mengatakan “Mau apakah engkau dari pada-Ku, Ibu? Saat-Ku belum tiba” (ay.5) Hal ini adalah sama saja dengan mengatakan “Mengapa engkau (Ibu Maria) meminta Aku untuk melakukan sesuatu [mukjizat], yang belum saatnya Aku lakukan?” Percaya dan tahu akan Putera-Nya, maka Bunda Maria bukan memohon kepada para pelayan, namun memerintahkan kepada para pelayan untuk melakukan apapun yang dikatakan oleh Yesus. (ay.5).
b. Kita jangan lupa, bahwa Maria adalah satu-satunya orang yang pernah dilahirkan di dunia ini, yang berkumpul dengan Yesus setiap hari, sejak di kandungan sampai sekitar 30 tahun. Inilah sebabnya, kalau ada orang yang paling mengerti Yesus, maka orang itu adalah Bunda Maria. Mungkin, kita bersama-sama dapat merenungkan, bahwa jika kita yang mengklaim telah menerima Roh Kudus dapat mengerti ajaran Yesus dan apa yang dilakukan oleh Yesus, maka, terlebih lagi Bunda Maria, sang mempelai Roh Kudus. Bunda Maria telah mengandung Sang Sabda, hidup bersama-sama dengan Sang Sabda selama 30 tahun, setiap hari mengasihi Sang Sabda, sehingga Sabda tersebut menyatu dalam kehidupannya, perkataannya, dan perbuatannya, dan seluruh keberadaan dirinya. Bunda Maria sungguh mengenal dan memahami ajaran dan kehendak Kristus Puteranya, sehingga apa yang dipikirkan, dilakukan dan diminta oleh Bunda Maria senantiasa sesuai dan sejalan dengan kehendak Kristus Sang Sabda. Dengan fakta ini, kita harus mengakui, bahwa Bunda Maria dan Yesus mempunyai hubungan yang begitu dekat, begitu murni, saling membagi, sehingga keduanya dapat mengatakan “ini aku, aku milikmu“. Yesus sendiri, sebagai manusia dalam kebudayaan Yahudi, menghormati dan taat kepada orang tuanya. Ini dicatat dalam Injil Lukas, “Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret; dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka. Dan ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” (Lk 2:51-52).
c. Mungkin penjelasan dari beberapa Bap Gereja dapat membantu. St. Bernardus menjelaskan perikop ini (lih. St. Bernard, Homily 2) demikian: “Saya melihat dengan jelas bahwa Yesus mengatakan, Mau apakah engkau daripadaku, ibu, bukan karena Ia memarahi/ menegur, atau mau mengaburkan kesederhanaan hati ibu-Nya yang merendah, namun karena demi kita, sehingga apa yang menjadi perhatian orang tua menurut daging janganlah membuat kita yang sudah percaya, menjadi kuatir.” Sebab Kristus nyatanya taat kepada ibu-Nya, dan untuk menghormatinya, Ia melakukan mukjizat itu. Dengarlah St. Krisostomus: ” Meskipun Ia [Yesus] menjawab demikian, namun Ia mengabulkan doa ibu-Nya, sehingga Ia dapat menghormatinya dan tidak tampak mengeraskan hati terhadapnya, ataupun juga mempermalukan dia di hadapan begitu banyak orang yang hadir.” Dan Euthymus mengatakan, “Betapa besar Yesus menghormati Maria adalah jelas dari banyak kejadian, termasuk juga di sini, bahwa Ia memenuhi permintaannya.”
Terima kasih banyak Pak Stef dan Bu Stef, atas tulisan ini.
Lukas Cung
Bagi saya, penghormatan (Devosi) terhadap Bunda Maria melalui Doa Rosario adalah karena kita menyadari peran Maria dalam seluruh Karya Keselamatan Kristus di Dunia. Seluruh Doa Salam Maria adalah penggalan kalimat dalam Kitab Suci sejak Salam Malaikat yang diucapkan Malaikat Gabriel. Banyak hal misteri yang dialami Maria sejak mengandung, yang terus menerus disimpan, yang mungkin ditemukan juga kehidupan Yesus sejak Kanak-Kanak. Jawaban Yesus yang tak dapat diselami Maria saat 12 tahun di gereja [Dari Katolisitas: mungkin maksud Anda adalah saat Yesus diketemukan kembali di bait Allah di Yerusalem] menjadi akhir dari kehidupan misteri Kanak-Kanak Yesus; yang muncul kembali 21 tahun kemudian saat Pesta perkawinan di Kana. Namun saat itu, Bunda Maria sebagai seorang Ibu tahu kapan Ia harus memohon, meminta. Saat itu adalah saat yang paling tepat bagi Maria, tapi belum tentu bagi Yesus. Permohonan dari seorang Ibu yang mengandung dalam tradisi Yahudi adalah aib, membesarkan, dan memberi pendidikan rohani dasar bagi Yesus tak mungkin bisa Yesus tolak. Dan karena dasar itulah, kita sebagai anak-anak Maria, patutlah kita memohon pada Bunda Maria akan keselamatan hidup dan jiwa kita. Dan kita percaya, segalanya akan direstui cepat atau lambat. !!!
Mengapa kalian berdebat tentang surga ? Surga tidaklah sesederhana yang dibayangkan? surga tidaklah serendah yang dipikirkan. Alam semesta ciptaan “BAPA” sungguh sangat luas tak terbayangkan. Jika kesadaran rohani (spiritual) kita meningkat maka harusnyalah kita menyadari kompleksitas ciptaan BAPA, menyadari eksistensi kita dalam luasnya alam semesta ini. Kehidupan adalah suatu bentuk energi yang dapat berupa fisik atau jiwa atau dua-duanya menyatu yang terus-menerus ber-evolusi dalam alam semesta yang terus berevolusi. Inti dari pengajaran Yesus adalah Kehidupan jiwa, bagaimana kita harus hidup agar jiwa kita dapat selamat. Menyadari kehadiran Roh Allah yang berdiam dalam diri kita sebagai penuntun kita ke jalan yang benar agar mampu mewujudkan kehidupan yang UTOPIA (yg dilandasi dengan kasih sayang tanpa batas) baru kita bicara tentang surga. Jika anda mampu menyelaraskan tuntunan Roh pada pemikiran anda, cara hidup anda, maka anda akan menyelamatkan jiwa anda. Setelah itu baru anda bicara tentang ” SURGA”.
Shallom Pak Stef,
Ikut sumbang pendapat,
Kebetulan (kalau memang dikatakan demikian) minggu terklhir bulan oktober kemarin, dalam doa rosario kami merenungkan Peristiwa-peristiwa Terang / Cahaya. Lima peristiwa baru yang ditambahkan oleh alm. Paus Yohanes Paulus II, dalam Surat Apostolik tentang Doa Rosario (Ensiklik Rosarium Virginis Marie). Kelima peristiwa yang menggambarkan hidup, perbuatan, pengajaran/firman dan tindakan Yesus Kristus di depan publik, yang merupakan pewahyuan Allah secara penuh dan menerangi (sebagai cahaya) bagi seluruh umat manusia dan segala ciptaan. Kalau kita perhatikan kelima peristiwa cahaya ini : Yesus dibabtis di Sungai Yordan; Perjamuan perkawinan di Kana; Yesus memaklumkan Injil Kerajaan Allah; Yesus menampakkan kemuliaanNya di atas gunung; dan Yesus menetapkan Ekaristi; kita menemukan ada hal² yang sama menjadi kata-kata kunci atau inti dari hidup, karya, pengajaran, tidakan Yesus di hadapan publik.
Maka dalam permenungan saya, peristiwa perjamuan perkawinan di Kana, kata² kuncinya adalah ucapan atau perintah Maria kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, lakukanlah itu!” tentu saja mujizat air menjadi anggur sangat penting, yang ditegaskan dalam Yoh 2,11, bahwa dengan mujizatNya yang pertama ini Yesus menyatakan kemuliaanNya dan para murid percaya kepadaNya. Perintah Maria kepada para pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, lakulanlah itu!” bagi saya sama bobotnya dengan peristiwa di Yordan: “Inilah PutraKu yang terkasih, kepadaNya Aku berkenan.” dan ketika Yesus mewartakan Injil Kerajaan Allah dan seruan pertobatan : “Bertobatlah, sebab Kerajaan All sudah dekat”; suara dari langit ketika Yesus menampakkan kemuliaan di gunung: “Inilah PutraKu terkasih, kepadaNya aku berkenan, dengarkanlah Dia!”; dan dalam penetapan Ekaristi : Lakukanlah ini, sebagai kenangan akan Daku.” Hal yang sangat indah : ucapan Maria, suara Bapa di surga dan kata-kata Yesus sendiri.
Maka peran Maria dalam peristiwa perjamuan di Kana sangat penting dan bermakna sebagai awal dari tanda-tanda dan mujizat yang dilakukan Yesus dan sebagai awal dari tampilnya Yesus di hadapan publik untuk memulai karya dan pengajaranNya, agar para murid/kita untuk selalu melakukan apa yang diperintahkan Yesus. Dan dalam hal ini Maria memberi rekomendasi kepada kita. Indah, bukan….? Rekomendari dari Ibu Tuhan untuk selalu mendengarkan dan melakukan perintah Putranya.
Salam damai sejahtera
Anda menulis :
Namun, coba anda diskusikan doktrin ini dengan denominasi lain, yang sering bertanya
“KALAU SEKARANG ENGKAU MENINGGAL, APAKAH ENGKAU YAKIN PASTI MASUK SORGA?”
Anda akan mendapatkan pengertian yang berbeda-beda, walaupun mendiskusikan ayat yang sama.
Kalau pengertiannya berbeda dan saling bertentangan, maka tidak mungkin keduanya sama-sama benar.
Lalu apa jawaban anda atas pertanyaan tersebut diatas ?
Terima kasih
Salam
Mac
Shalom Machmud,
Tentang keselamatan, maka Gereja Katolik senantiasa melihatnya sebagai sesuatu yang lampau, sekarang dan akan datang.
Telah diselamatkan (Rom 8:24; Ef 2:5,8; 2 Tim 1:9; Tit 3:5).
Sedang dalam proses (1 Kor 1:18; 2 Kor 2:15; Fil. 2:12; 1 Pet 1:9).
Akan diselamatkan (Mt 10:22, 24:13; Mk 13:13; Mk 16:16; Kis 15:11; Rm 5:9-10; Rm 13:11; 1 Kor 3:15; 2 Tim. 2:11-12; Ibr. 9:28).
Prinsip kedua adalah tidak ada yang tahu secara pasti bahwa seseorang pasti masuk Sorga, kecuali Allah sendiri atau Gereja-Nya yang menyatakan bahwa seseorang telah berada di Sorga atau dengan kata lain menjadi santa-santo. Di dalam diskusi tentang keselamatan dalam hubungannya dengan iman dan baptisan di sini – silakan klik, saya menuliskan:
Tuhan tahu siapa yang masuk Sorga, karena Dia maha tahu. Namun kita tidak akan pernah tahu, kalau kita pasti akan masuk Sorga. Kalau memang masing-masing umat beriman tahu bahwa dirinya pasti masuk Sorga, mengapa rasul Paulus mengatakan “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir” (Fil 2:12) Apakah dengan demikian rasul Paulus menganggap jemaat di Filipi tidak mempunyai iman, sehingga mereka tidak mempunyai kepastian bahwa mereka pasti selamat? Tentu saja tidak. Namun, rasul Paulus tahu, bahwa keselamatan adalah suatu proses yang akan berakhir pada saat seseorang mencapai garis akhir, yaitu akhir kehidupan manusia di dunia ini. Rasul Paulus menegaskan kembali “26 Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. 27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1 Kor 9:26-27). Mengapa rasul Paulus mengatakan “jangan aku sendiri ditolak”? Apakah dia tidak yakin akan keselamatannya? Dia memang tahu akan tujuan akhirnya, seperti yang diungkapkannya di ayat 26. Namun, dia juga tahu bahwa keselamatan bukanlah satu kejadian (hanya beriman). Dia tahu bahwa keselamatan adalah suatu proses, yang berakhir pada saat dia sendiri menyelesaikan garis akhir, yang kalau diakhiri dengan baik, maka dia akan mendapatkan mahkota abadi di Sorga.
Kalau anda ingin berdiskusi tentang topik yang sama, silakan untuk memberikan komentar lebih lanjut di link yang saya berikan. Menjawab pertanyaan anda, yang kita lakukan pada waktu kita akan meninggal adalah senantiasa memohon belas kasihan Tuhan, yang disertai dengan pertobatan sempurna (filial fear) dan kasih kepada Tuhan. Pada saat yang bersamaan, sebagai umat Kristen, kita juga mempunyai pengharapan yang besar akan janji Kristus sendiri, yang telah mempersiapkan kebahagiaan abadi di Sorga bagi orang-orang yang bertahan sampai pada akhirnya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Terima kasih Stef atas jawaban yang telah anda sampaikan.
Memang keselamatan itu bisa hilang, jika tidak diperihara dan dikerjakan dengan takut dan gentar seperti yang diungkapkan oleh Rasul Paulus, juga pada akhirnya akan ditolak untuk masuk Sorga.
Tetapi kita tidak boleh lupa , setelah kita dijadikan baru oleh Tuhan Yesus, maka kita bukan lagi menjadi orang yang akan menjadi penghuni Neraka.
Kita (saya dan anda) memang tidak akan pernah mempercayai akan doktrin sekali selamat tetap selamat, namun kita harus mempercayai bahwa kita ini ciptaan baru bikinan Tuhan yang pada akhirnya PASTI akan mewarisi kerajaan Sorga.
Oleh sebab JANJI KESELAMATAN YANG PASTI itulah maka saya tinggalkan kepercayaan saya yang lama dan pindah menjadi murid Kristus, supaya pada akhirnya saya dan anda juga akan menjadi seperti DIA didalam Kerajaan-Nya.
Apabila anda sampai sekarang masih belum juga mempercayai , belum memiliki keyakinan bahwa pada akhirnya anda PASTI masuk Sorga, bukankah itu sama saja dengan kepercayaan yang lain yang tidak mempunyai kepastian untuk masuk Sorga atau dengan kata lain mudah2an atau insya Allah diterima di sisi Allah.
Lalu apa gunanya kita menjadi murid Kristus (menjadi orang Kristen / Katolik), menjadi umat pilihan Allah.
Saya juga mempercayai tentang :
Telah diselamatkan
Sedang dalam proses
Akan diselamatkan
seperti yang diajarkan oleh gereja Katolik, selama kita hidup didunia ini, namun kita (saya dan anda) juga harus mempunyai keyakinan yang pasti bahwa pada akhirnya kita akan mewarisi Kerajaan Sorga.
Alkitab menulis bukan orang yang ber-seru Tuhan, Tuhan yang akan masuk Kerajaan Sorga, tetapi mereka yang melakukan kehendak Tuhan.
Kalau kita sudah melakukan kehendak Tuhan, mengapa kita tidak yakin pasti masuk Sorga.
Apabila didalam perjalanan hidup kita nanti akan mengalami hal2 yang akan membawa kita jauh dari pada-Nya, pasti Rohkudus tidak akan tinggal diam untuk menolong kita supaya kembali kepadaNya, sebab Tuhan tidak menghendaki seorangpun yang binasa.
Sayang sekali kalau anda yang sudah begitu lama (sejak masih anak2) sudah mengenal Tuhan, namun sampai sekarang masih juga belum punya keyakinan bahwa anda pasti masuk Sorga.
Ataukah apa memang benar seperti apa yang dikatakan oleh Alkitab : Yang terdahulu menjadi yang kemudian.
Salam
mac
Shalom Machmud,
Terima kasih atas tanggapannya. Saya akan menanggapi argumentasi yang anda ajukan dengan beberapa pertanyaan di bawah ini:
1. Apakah anda percaya akan doktrin “sekali selamat tetap selamat” (once saved always saved).
2. Apakah anda percaya bahwa seseorang yang telah menerima Kristus, menerima pembaptisan dapat kehilangan keselamatannya? Kalau tidak, apakah alasannya dan bagaimana kaitannya dengan jawaban point 1? Kalau ya, apakah yang membuat seseorang dapat kehilangan keselamatannya?
3. Bagaimana seseorang dapat tahu secara persis (seyakin-yakinnya) bahwa dirinya pasti masuk Sorga?
4. Bagaimana anda mengartikan “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1 Kor 9:27)
Setelah anda menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, saya akan menanggapi seluruh argumentasi yang diberikan oleh Machmud.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Berikut ini tanggapan saya atas pertanyaan anda :
1. Apakah anda percaya akan doktrin “sekali selamat tetap selamat” (once saved always saved).
Saya sudah menjawabnya di surat saya yang terdahulu bahwa saya TIDAK YAKIN DAN TIDAK PERNAH PERCAYA akan doktrin tersebut (Tolong jangan ditanyakan lagi)
2. Apakah anda percaya bahwa seseorang yang telah menerima Kristus, menerima pembaptisan dapat kehilangan keselamatannya? Kalau tidak, apakah alasannya dan bagaimana kaitannya dengan jawaban point 1? Kalau ya, apakah yang membuat seseorang dapat kehilangan keselamatannya?
Keselamatan bisa hilang jika tidak dipelihara dengan se-baik2nya, sebab itu saya tidak percaya akan doktrin yang menyesatkan, bahwa sekali selamat tetap selamat.
Didalam perjalanan hidupnya seseorang dapat kehilangan keselamatan tsb, jika dia (orang itu) tidak mengerjakan keselamatan yang diberikan itu dengan se-baik2nya.
Banyak orang yang menerima Kristus ,menerima baptisan dan pergi kegereja setiap minggu, tapi itu bukan ukuran untuk mendapatkan keselamatan, sebab Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati dan pikirannya.
Jika menerima Kristus hanya karena ikut-ikutan saja, atau dibaptis supaya bisa menikah dengan seorang Kristen atau ke Gereja tiap minggu sebab KTP nya tertulis beragama Kristen, maka itu tidak diperhitungkan oleh Allah.
Kita memang harus menerima Kristus, kita juga harus di baptiskan supaya menjadi manusia baru keluar dari turunan Adam yang pertama dan kita juga wajib untuk melakukan kehendak Allah supaya kita tetap terpelihara.
3. Bagaimana seseorang dapat tahu secara persis (seyakin-yakinnya) bahwa dirinya pasti masuk Sorga?
Setiap orang yang memeluk suatu agama pastilah berharap supaya suatu hari nanti (jika mati) maka rohnya mudah2an bisa diterima oleh Allah di dalam KerajaanNya.
Tetapi di dalam ke Kristenan itu beda, sebab Yesus kalau boleh disebut sebagai nabi Isa itu bukannya manusia/nabi yang biasa namun Allah yang menjelma dalam bentuk manusia.
Allah tidak mungkin pernah akan salah, sebab sebelum dunia ini dijadikan Allah sudah tau siapa yang akan selamat dan siapa yang binasa, tetapi Allah tidak menentukan.
Oleh sebab kasihnya yang besar terhadap saya dan anda juga saudara2 kita seiman yang lainnya, maka Dia rela untuk dikorbankan , mati tersalib untuk menebus dosa2 kita.
Jika sampai sekarang kita tidak yakin se-yakin2nya bahwa pengorbanannya di bukit Golgota hanya untuk menebus dan menyelamatkan kita, bukankah itu sama saja artinya pengorbananNya sia2. Sungguh malang Yesus Tuhanku yang berkorban dengan sia2 sebab umatnya yang tidak memahami bahwa pengorbananNya untuk membawa kita masuk kedalam KerajaanNya
Contoh :
Mengapa seluruh penduduk kota Yerikho dibinasakan, kecuali Rahab perempuan sundal dan keluarganya ? Bukankah Allah itu kasih ? Bukankah Allah tidak menghendaki seorangpun binasa ?
Sebab Allah tau bahwa mereka (orang-orang Yerikho) pada akhirnya toh tidak akan mau untuk bertobat dan kembali kepadaNya, sebab itu mereka dibinasakan.
Mengapa Daud yang melakukan dosa yang begitu besar ,mengambil istri orang dan membunuh mati suaminya (yang kalau menurut hukum Taurat, seharusnya Daud dihukum dilempari batu sampai mati) tetapi Allah tetap mengampuni Daud.
Sebab Allah tau bahwa Daud pasti akan bertaubat kembali.Sungguh besar kasih karuniaNya, tidak terduga jalan2Nya
Sebab Allah tau bahwa saya akan bertobat dan kembali kepadaNya , maka diberikan kepada saya anugerah untuk menjadi muridNya guna mendapatkan keselamatan tsb dengan jalan dipindahkan dari kepercayaan saya yang lama menjadi orang baru dan menjadi umatNya
4. Bagaimana anda mengartikan “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1 Kor 9:27)
Ayat ini sebenarnya ditujukan buat saya dan anda, bukan untuk dirinya sendiri, dalam pimpinan Rohkudus maka Rasul Paulus menuliskan ayat ini sebab Rohkudus tau bahwa tidak semua orang mempunyai iman yang teguh seperti Paulus.
Oleh sebab itu dengan ilham Roh Paulus menulis ayat tersebut supaya setiap orang percaya bisa memelihara keselamatannya masing2 sampai datangnya hari Tuhan.
Untuk Paulus sendiri sudah pasti ia yakin se-yakin2nya bahwa dirinya pasti selamat masuk Sorga (Nanti kita tanyakan kepadanya kalau kita sudah sampai di Sorga bersama-sama dengan dia).
Sekarang pertanyaan saya :
APAKAH ANDA MASIH BELUM YAKIN DENGAN SE-YAKIN2NYA BAHWA SUATU HARI KELAK ANDA DAN SAYA AKAN MASUK DIDALAM KERAJAAN ALLAH ?
Jika jawabannya : belum yakin, maka itu berarti sungguh malang nasib anda .
Maka kata Tuhan Yesus : Jadilah seperti imanmu.
Salam
Mac
Shalom Machmud,
Terima kasih atas tanggapannya. Berikut ini adalah tanggapan yang dapat saya berikan:
1. Dari jawaban anda, maka dapat disimpulkan: (a) anda tidak mempercayai doktrin sekali selamat tetap selamat (once saved always saved); (b) keselamatan dapat hilang kalau tidak dapat dipelihara dengan baik dan untuk itu seseorang harus menerima Kristus, dibaptis dan melakukan kehendak Allah; (c) anda yakin bahwa kalau anda meninggal sekarang anda pasti akan masuk Sorga, karena pengorbanan Yesus yang sempurna di kayu salib. Bahkan kalau seorang tidak yakin dirinya pasti selamat, maka pengorbanan Yesus adalah sia-sia belaka. Mari kita melihat kesimpulan yang anda buat.
a. Kalau anda mengatakan bahwa keselamatan dapat hilang kalau tidak dapat dipelihara dengan baik dan kalau tidak melakukan kehendak Allah, maka akan bertentangan sekali dengan keyakinan anda yang mengatakan kalau anda meninggal anda pasti – dengan seyakin-yakinnya – akan masuk Sorga. “Memelihara” dan “melakukan kehendak Allah” adalah suatu proses yang harus kita jalani setiap hari sampai kita dipanggil oleh Tuhan. Dengan demikian, kalau kita mengatakan bahwa kita pasti masuk Sorga, maka kita yakin bahwa kita telah memelihara dan melakukan kehendak Allah dengan sempurna. Namun, yang tidak boleh dilupakan adalah hakim yang menentukan kita masuk Sorga atau tidak, bukanlah diri kita sendiri, namun Yesus. Dengan demikian, kalau kita mengatakan bahwa kita pasti selamat, maka kita menempatkan diri kita sebagai hakim atau sebagai Yesus – yang pastinya tidak dapat dibenarkan.
St. Agustinus mengatakan bahwa tanpa wahyu khusus dari Allah, maka seseorang tidak mungkin secara yakin percaya bahwa dirinya “pasti” masuk Sorga. Tuhan tahu secara persis siapa yang masuk Sorga, namun kita tidak akan pernah tahu secara persis, karena yang menjadi hakim adalah Tuhan dan bukan kita. Dalam contoh yang anda berikan tentang penduduk kota Yerikho dan Daud, maka kembali hanya Allah saja yang dapat mengetahui apakah mereka akan diselamatkan atau dibinasakan, sedangkan penduduk kota tersebut dan Daud tidak tahu akan apa yang terjadi pada diri mereka apakah mereka secara pasti masuk Sorga atau tidak.
b. Kita perlu membedakan kata “menaruh pengharapan yang besar” dengan “yakin, seyakin-yakinnya”. Tidak ada yang salah dalam menaruh pengharapan yang besar untuk mendapatkan kebahagiaan abadi di Sorga. Dan pengharapan kita yang besar adalah berdasarkan iman kita kepada Yesus, yang mengorbankan Diri-Nya di kayu salib dan telah mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada umat beriman, serta dengan Sakramen Baptis yang memberikan rahmat pengudusan. Namun, pengharapan yang besar ini tidak sama dengan yakin, seyakin-yakinnya bahwa kita pasti masuk Sorga. Kesalahannya bukan pada pengorbanan Kristus yang berlimpah, namun pada diri kita yang tidak putus-putusnya berdosa dan tidak menjalankan kehendak Allah. Dengan demikian, kalau kita tidak dapat mengatakan dengan seyakin-yakinnya bahwa kita pasti masuk Sorga adalah bukan kita tidak percaya akan rahmat yang mengalir dari pengorbanan Kristus, namun karena kita tidak percaya bahwa apa yang telah kita lakukan benar-benar telah mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan dan mengasihi sesama seperti diri sendiri. Justu, dengan kondisi ini, maka kita terus dituntut untuk senantiasa berjuang dalam kekudusan sampai Tuhan memanggil kita.
c. Rasul Paulus mengatakan “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1 Kor 9:27) Kita harus mengakui bahwa perkataan ini berlaku baik bagi kita semua, maupun juga bagi rasul Paulus sendiri. Jadi, kalau rasul Paulus sendiri mengatakan bahwa “jangan aku sendiri ditolak setelah memberitakan Injil“, siapakah kita yang dengan yakin mengatakan “aku pasti masuk Sorga”? Rasul Paulus mungkin telah mendapatkan wahyu Allah bahwa dia telah mendapatkan tempat di Sorga. Namun, kita yang tidak mendapatkan wahyu Allah secara khusus, tidak dapat mengklaim bahwa kita pasti masuk Sorga.
2. Anda mengatakan “APAKAH ANDA MASIH BELUM YAKIN DENGAN SE-YAKIN2NYA BAHWA SUATU HARI KELAK ANDA DAN SAYA AKAN MASUK DIDALAM KERAJAAN ALLAH ? Jika jawabannya : belum yakin, maka itu berarti sungguh malang nasib anda . Maka kata Tuhan Yesus : Jadilah seperti imanmu.“
Jawaban saya adalah seperti yang telah saya terangkan di depan, bahwa saya menaruh pengharapan besar akan kasih dan belas kasih Allah. Semoga Tuhan memberikan kepada saya hati yang senantiasa mengasihi Allah dan sesama, yang memampukan saya untuk terus berjuang dalam kekudusan sampai akhir hayat saya. Untuk sampai kita mengatakan bahwa kita “yakin dengan seyakin-yakinnya” pasti masuk Sorga, maka sebenarnya pernyataan ini tidak mempunyai dasar yang kuat bahkan dapat dihubungkan dengan doktrin “sekali selamat tetap selamat”, yang anda sendiri tidak percayai. Dan dengan keyakinan yang semu seperti ini, justu membuat kita dapat terjerumus kepada suatu kesombongan rohani. Akan lebih baik, kalau kita menempatkan diri kita sebagai seorang yang dihakimi pada akhir zaman dan bukan sebagai hakim. Biarlah yang menjadi hakim yang mengambil keputusan akhir dan kita yang dihakimi hanya dapat memohon belas kasihan, karena menyadari bahwa kita semua berdosa.
Itulah penjelasan yang dapat saya berikan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Terima kasih Stef atas jawaban anda.
Setelah saya membacanya, maka dapat saya simpulkan bahwa anda sama dengan penganut agama lain yang tidak mempunyai keyakinan yang pasti bahwa anda suatu hari kelak akan masuk Sorga atau dapat dikatakan MUDAH-MUDAHAN MASUK SORGA atau INSYA ALLAH BISA DITERIMA DISISI ALLAH.
Pada hal sejak saya mengikuti perkembangan situs ini, anda selalu menonjolkan bahwa “hanya gereja Katolik” satu-satunya gereja yang dibangun oleh Tuhan kita Yesus Kristus, tapi mengapa anda sebagai umatNya tidak mempunyai keyakinan bahwa anda suatu hari nanti pasti masuk Sorga.
Anda menulis :
NAMUN KARENA KITA TIDAK PERCAYA bahwa apa yang telah kita lakukan benar-benar telah mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan dan mengasihi sesama seperti diri sendiri.
Disinilah letak keraguan anda untuk meyakini diri sendiri bisa masuk Sorga, sebab anda TIDAK PERCAYA.
Kalau kita sebagai umat Kristiani mempunyai keyakinan bahwa kalau kita mati suatu hari nanti PASTI masuk Sorga itu bukanlah suatu kesombongan rohani seperti yang anda tuliskan .
Tapi disinilah bedanya antara kepercayaan yang lain dengan agama kita Kristen, sebab kita punya keyakinan pasti masuk Sorga dan bukan mudah2an atau insya Allah, dan ini bukan tidak ada dasarnya.
Sebab Tuhan Yesus sendiri yang mengatakan : Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu (bagi saya dan anda) , supaya ditempat Aku ada kamu juga ada disana.
Dimanakah tempat itu ? Pasti di Sorga .
Dan kalau janji itu sudah disampaikan, sedang Tuhan tidak pernah berdusta, mengapa kita masih ragu , bahwa kita tidak bisa masuk Sorga.
Dan oleh sebab keyakinan itulah maka kita sebagai umat Kristiani harus selalu menjaga hati dan pikiran kita supaya bisa selalu melakukan kehendaknya dan bukan kehendak kita sendiri sepanjang umur yang diberikan Tuhan untuk kita jalani di dunia ini.
Ini beda dengan doktrin sekali selamat tetap selamat.
Saya berikan satu contoh lagi :
Alkitab menulis ada seorang budak perempuan bangsa Israel yang tinggal di rumah NAAMAN panglima perang bangsa Syam.
Ketika dia melihat sakit kusta yang diderita oleh tuannya , maka dengan yakin dia berkata : Jika tuan pergi ke Israel dan bertemu dengan nabi Elisa maka sakit tuan pasti disembuhkan.
Pada hal dia pelum pernah mendengar ada orang sakit kusta yang disembuhkan oleh Elisa,tapi dengan yakin dia mengatakan bahwa kusta yang diderita tuannya pasti bisa disembuhkan.
Bagaimana dia begitu yakin se-yakin2nya atas kesembuhan tsb, sebab budak ini mempunyai iman.
Begitu juga dengan kita , kalau kita mempunyai iman, maka pasti kita juga punya keyakinan bahwa kita pasti masuk Sorga, sebab Allah senang jika umatnya mempunyai pengharapan yang besar kepadaNya.
Salam
Mac
Shalom Machmud,
Terima kasih atas tanggapannya. Alangkah baiknya dalam berdiskusi anda dapat memberikan tanggapan akan argumentasi yang diberikan. Oleh karena itu, silakan menanggapi komentar yang telah saya berikan sebelumnya:
1. Dari jawaban anda, maka dapat disimpulkan: (a) anda tidak mempercayai doktrin sekali selamat tetap selamat (once saved always saved); (b) keselamatan dapat hilang kalau tidak dapat dipelihara dengan baik dan untuk itu seseorang harus menerima Kristus, dibaptis dan melakukan kehendak Allah; (c) anda yakin bahwa kalau anda meninggal sekarang anda pasti akan masuk Sorga, karena pengorbanan Yesus yang sempurna di kayu salib. Bahkan kalau seorang tidak yakin dirinya pasti selamat, maka pengorbanan Yesus adalah sia-sia belaka. Mari kita melihat kesimpulan yang anda buat.
a. Kalau anda mengatakan bahwa keselamatan dapat hilang kalau tidak dapat dipelihara dengan baik dan kalau tidak melakukan kehendak Allah, maka akan bertentangan sekali dengan keyakinan anda yang mengatakan kalau anda meninggal anda pasti – dengan seyakin-yakinnya – akan masuk Sorga. “Memelihara” dan “melakukan kehendak Allah” adalah suatu proses yang harus kita jalani setiap hari sampai kita dipanggil oleh Tuhan. Dengan demikian, kalau kita mengatakan bahwa kita pasti masuk Sorga, maka kita yakin bahwa kita telah memelihara dan melakukan kehendak Allah dengan sempurna. Namun, yang tidak boleh dilupakan adalah hakim yang menentukan kita masuk Sorga atau tidak, bukanlah diri kita sendiri, namun Yesus. Dengan demikian, kalau kita mengatakan bahwa kita pasti selamat, maka kita menempatkan diri kita sebagai hakim atau sebagai Yesus – yang pastinya tidak dapat dibenarkan.
St. Agustinus mengatakan bahwa tanpa wahyu khusus dari Allah, maka seseorang tidak mungkin secara yakin percaya bahwa dirinya “pasti” masuk Sorga. Tuhan tahu secara persis siapa yang masuk Sorga, namun kita tidak akan pernah tahu secara persis, karena yang menjadi hakim adalah Tuhan dan bukan kita. Dalam contoh yang anda berikan tentang penduduk kota Yerikho dan Daud, maka kembali hanya Allah saja yang dapat mengetahui apakah mereka akan diselamatkan atau dibinasakan, sedangkan penduduk kota tersebut dan Daud tidak tahu akan apa yang terjadi pada diri mereka apakah mereka secara pasti masuk Sorga atau tidak.
b. Kita perlu membedakan kata “menaruh pengharapan yang besar” dengan “yakin, seyakin-yakinnya”. Tidak ada yang salah dalam menaruh pengharapan yang besar untuk mendapatkan kebahagiaan abadi di Sorga. Dan pengharapan kita yang besar adalah berdasarkan iman kita kepada Yesus, yang mengorbankan Diri-Nya di kayu salib dan telah mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada umat beriman, serta dengan Sakramen Baptis yang memberikan rahmat pengudusan. Namun, pengharapan yang besar ini tidak sama dengan yakin, seyakin-yakinnya bahwa kita pasti masuk Sorga. Kesalahannya bukan pada pengorbanan Kristus yang berlimpah, namun pada diri kita yang tidak putus-putusnya berdosa dan tidak menjalankan kehendak Allah. Dengan demikian, kalau kita tidak dapat mengatakan dengan seyakin-yakinnya bahwa kita pasti masuk Sorga adalah bukan kita tidak percaya akan rahmat yang mengalir dari pengorbanan Kristus, namun karena kita tidak percaya bahwa apa yang telah kita lakukan benar-benar telah mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan dan mengasihi sesama seperti diri sendiri. Justu, dengan kondisi ini, maka kita terus dituntut untuk senantiasa berjuang dalam kekudusan sampai Tuhan memanggil kita.
c. Rasul Paulus mengatakan “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1 Kor 9:27) Kita harus mengakui bahwa perkataan ini berlaku baik bagi kita semua, maupun juga bagi rasul Paulus sendiri. Jadi, kalau rasul Paulus sendiri mengatakan bahwa “jangan aku sendiri ditolak setelah memberitakan Injil“, siapakah kita yang dengan yakin mengatakan “aku pasti masuk Sorga”? Rasul Paulus mungkin telah mendapatkan wahyu Allah bahwa dia telah mendapatkan tempat di Sorga. Namun, kita yang tidak mendapatkan wahyu Allah secara khusus, tidak dapat mengklaim bahwa kita pasti masuk Sorga.
2. Anda mengatakan “Setelah saya membacanya, maka dapat saya simpulkan bahwa anda sama dengan penganut agama lain yang tidak mempunyai keyakinan yang pasti bahwa anda suatu hari kelak akan masuk Sorga atau dapat dikatakan MUDAH-MUDAHAN MASUK SORGA atau INSYA ALLAH BISA DITERIMA DISISI ALLAH.
Pada hal sejak saya mengikuti perkembangan situs ini, anda selalu menonjolkan bahwa “hanya gereja Katolik” satu-satunya gereja yang dibangun oleh Tuhan kita Yesus Kristus, tapi mengapa anda sebagai umatNya tidak mempunyai keyakinan bahwa anda suatu hari nanti pasti masuk Sorga.“
a. Ada perbedaan sikap antara umat Katolik dalam memandang keselamatan dengan agama lain, yaitu karena umat Katolik percaya akan pengorbanan Kristus yang telah dilakukan. Ini berarti keselamatan adalah sesuatu yang pasti karena rahmat yang mengalir dari misteri paskah. Namun kepastian pengorbanan Kristus ini – yang dapat membawa manusia -, tetap menghormati kehendak bebas manusia. Oleh sebab itu, keselamatan adalah suatu proses di manusia dituntut untuk senantiasa bekerja sama dengan rahmat Allah setiap waktu dalam kehidupannya sampai saatnya dipanggil Tuhan. Jadi, keselamatan dari sisi “pengorbanan Kristus” adalah sesuatu yang pasti. Yang tidak pasti adalah karena diri kita sendiri, sama tidak pastinya dengan bagaimana kita dapat bertahan dan bertumbuh dalam kekudusan.
b. Memang pengajaran Gereja Katolik percaya bahwa Gereja Katoliklah yang didirikan oleh Kristus sendiri. Dan ini adalah sesuai dengan apa yang dikatakan dalam Alkitab, serta sesuai dengan apa yang dipercayai oleh jemaat perdana. Dan hal ini juga dapat dilihat dalam diskusi-diskusi panjang dan artikel-artikel yang ada di site ini. Dan bahwa tidak ada manusia yang dapat yakin 100% bahwa dirinya pasti masuk Sorga adalah juga diajarkan di dalam Alkitab. Kalau anda mempercayai hal ini, maka anda harusnya tidak mempercayai doktrin “once saved always saved“. Dari diskusi sebelumnya, anda juga menolak doktrin “once saved always saved”, namun Anda percaya dan yakin bahwa Anda pasti masuk surga, sehingga terjadi pertentangan dalam argumentasi anda. Bagaimana anda dapat mengharmoniskan dua hal yang saling bertentangan tersebut: Anda tidak percaya once saved always saved dan Anda percaya bahwa Anda pasti masuk sorga.
3. Anda mengatakan “Di sinilah letak keraguan anda untuk meyakini diri sendiri bisa masuk Sorga, sebab anda TIDAK PERCAYA.” ketika saya menuliskan “NAMUN KARENA KITA TIDAK PERCAYA bahwa apa yang telah kita lakukan benar-benar telah mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran dan kekuatan dan mengasihi sesama seperti diri sendiri.“
a. Dalam pernyataan yang saya berikan, maka saya mempercayai sepenuhnya akan pengorbanan Allah, kasih dan rahmat Allah. Namun, saya tidak percaya 100% bahwa apa yang saya lakukan adalah benar-benar mengasihi Allah dan sesama seperti yang Allah inginkan, terutama adalah untuk terus setia sampai akhir hayat. Kita terus percaya akan rahmat Allah yang tidak pernah mengecewakan, namun kita seharusnya jangan yakin akan diri kita 100%, karena kita sering berbuat dosa. Dan perbuatan dosa inilah yang menjadi bukti bahwa kita tidak benar-benar mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran, jiwa dan kekuatan kita. Rasul Yohanes mengatakan “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.” (1 Yoh 1:8).
b. Anda menyambung dengan “Kalau kita sebagai umat Kristiani mempunyai keyakinan bahwa kalau kita mati suatu hari nanti PASTI masuk Sorga itu bukanlah suatu kesombongan rohani seperti yang anda tuliskan .
Kalau demikian, silakan menjelaskan rasul Paulus yang mengatakan “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.” (1 Kor 9:27) dan “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar.” (Fil 2:12). Dan silakan juga menjelaskan “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” (Mt 7:21)
c. Anda menyambung dengan “Tapi disinilah bedanya antara kepercayaan yang lain dengan agama kita Kristen, sebab kita punya keyakinan pasti masuk Sorga dan bukan mudah2an atau insya Allah, dan ini bukan tidak ada dasarnya. Sebab Tuhan Yesus sendiri yang mengatakan : Aku pergi untuk menyediakan tempat bagimu (bagi saya dan anda) , supaya ditempat Aku ada kamu juga ada disana. Dimanakah tempat itu ? Pasti di Sorga. Dan kalau janji itu sudah disampaikan, sedang Tuhan tidak pernah berdusta, mengapa kita masih ragu , bahwa kita tidak bisa masuk Sorga.“
1. Perbedaan antara anda dan saya mungkin terletak pada pengertian akan konsep keselamatan itu sendiri. Bagi anda mungkin keselamatan adalah masalah iman yang “seolah-olah” dapat terpisah dengan kasih. Namun, bagi umat Katolik, keselamatan bukanlah hanya masalah percaya, namun juga menyatakannya dalam perbuatan kasih. Dan pada saat kita memegang “perbuatan kasih” sebagai sesuatu yang tak terpisah dari iman – karena iman tanpa perbuatan adalah mati (lih. Yak 2:26) – maka kita dapat melihat bahwa keselamatan adalah suatu proses. Kalau kita melihatnya sebagai suatu proses, maka kita akan menyadari bahwa proses ini adalah sampai akhir hayat kita, yang dalam kenyataannya kita sering melakukan dosa (berlawanan dengan kasih) dalam kehidupan kita. Jadi, sungguh sulit diterima untuk dapat mengatakan bahwa diri saya pasti 100% masuk Sorga.
2. Yesus mengatakan “Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” (Yoh 14:2). Ayat ini mengatakan bahwa Yesus akan menyediakan tempat di Sorga. Namun, ayat ini tidak dapat dijadikan alasan bahwa kita pasti yakin 100% akan masuk Sorga, karena ayat tersebut tidak menyebutkan bagaimana untuk sampai ke Sorga. Kalau anda mau berdiskusi secara lebih mendalam tentang apakah iman saja dapat mengantar manusia kepada keselamatan, maka silakan memberikan argumentasi baru dalam diskusi panjang antara saya dan Anton di sini – silakan klik.
d. Anda kemudian mengatakan “Dan oleh sebab keyakinan itulah maka kita sebagai umat Kristiani harus selalu menjaga hati dan pikiran kita supaya bisa selalu melakukan kehendaknya dan bukan kehendak kita sendiri sepanjang umur yang diberikan Tuhan untuk kita jalani di dunia ini. Ini beda dengan doktrin sekali selamat tetap selamat.“
1. Tentu saja, umat Kristiani yang telah diselamatkan melalui pembaptisan harus terus mengerjakan keselamatannya dengan takut dan gentar (lih. Fil 2:12). Namun pada saat yang bersamaan, kita semua harus mempunyai keyakinan akan kasih setia Allah. Hal ini disebabkan karena kita tahu bahwa Allah yang maha kasih juga adalah maha adil. Dua hakekat Allah ini tidaklah terpisahkan.
2. Kalau anda tidak percaya akan doktrin sekali selamat tetap selamat, maka sebenarnya menjadi suatu kontradiksi dengan mempercayai bahwa anda maupun orang percaya dapat mengatakan 100% yakin pasti masuk Sorga. Adalah menjadi suatu kenyataan bahwa saya, anda, serta umat beriman adalah berdosa (lih. 1 Yoh 1:8). Dengan demikian dalam kondisi yang berdosa namun tetap yakin 100% pasti masuk Sorga, maka keyakinan ini menjadi suatu keyakinan yang semu, karena kita tahu bahwa satu-satunya hal yang memisahkan kita dengan Allah adalah dosa. Tentu saja bukan berarti kemudian kita menjadi tidak yakin sama sekali bahwa Allah telah menyediakan tempat di Sorga bagi orang-orang mengasihi-Nya, yang berarti menjalankan semua perintah-perintah yang diberikan (lih. 1 Yoh 5:3). Dengan keyakinan akan kasih Allah dan keadilan Allah, serta menyadari kelemahan kita, maka kita dapat terus mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus. Ini berarti kita menempatkan diri kita sebagai mahluk ciptaan – yang pada waktunya akan menerima pengadilan terakhir, dan kita juga menempatkan Yesus sebagai Allah – yang pada waktunya akan memberikan keadilan. Dan biarlah Allah saja yang mengadili kita semua dan tugas kita adalah mengasihi Allah dan sesama yang mensyaratkan iman.
4. Anda mengatakan “Saya berikan satu contoh lagi :
Alkitab menulis ada seorang budak perempuan bangsa Israel yang tinggal di rumah NAAMAN panglima perang bangsa Syam. Ketika dia melihat sakit kusta yang diderita oleh tuannya , maka dengan yakin dia berkata : Jika tuan pergi ke Israel dan bertemu dengan nabi Elisa maka sakit tuan pasti disembuhkan. Pada hal dia pelum pernah mendengar ada orang sakit kusta yang disembuhkan oleh Elisa, tapi dengan yakin dia mengatakan bahwa kusta yang diderita tuannya pasti bisa disembuhkan. Bagaimana dia begitu yakin se-yakin2nya atas kesembuhan tsb, sebab budak ini mempunyai iman.“
a. Silakan membandingkan contoh anda di atas dengan perkataan Yesus “21 Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. 22 Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? 23 Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mt 7:21-23).
b. Dan melakukan kehendak Bapa adalah dengan menjalankan semua perintah-perintah yang diberikan oleh Kristus, termasuk: beriman, dibaptis, bertumbuh dalam kekudusan, masuk dalam Gereja-Nya, bertumbuh dalam sakramen-sakramen yang telah ditetapkan oleh Kristus.
c. Contoh yang anda kemukakan sebenarnya tidak terlalu relevan, karena hamba perempuan yang begitu yakin bukanlah yang disembuhkan, namun orang lain – yaitu Naaman. Dan kesembuhan Naaman bukan hanya tergantung dari keyakinan hamba perempuan tersebut, namun juga karena Naaman pada akhirnya menjalankan apa yang diminta oleh Elisa. Jadi, kalau mau menghubungkan dengan diskusi kita tentang keyakinan kita pasti 100% masuk Sorga, maka kesembuhan Naaman adalah salah satu kejadian dalam kehidupannya, di mana dia bekerja sama dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Namun, keselamatan kekalnya bukanlah hanya sekali terjadi ketika dia mandi tujuh kali di sungai Yordan, namun dari kesetiaannya kepada Tuhan sampai dia dipanggil oleh Tuhan. Ini berarti, keselamatan adalah suatu proses.
d. Anda mengatakan “Begitu juga dengan kita , kalau kita mempunyai iman, maka pasti kita juga punya keyakinan bahwa kita pasti masuk Sorga, sebab Allah senang jika umatnya mempunyai pengharapan yang besar kepadaNya.” Kalau anda berpendapat hanya iman saja atau “sola fide” untuk mencapai keselamatan, maka kita mempunyai perbedaan pendapat. Agar tidak terjadi banyak pengulangan, silakan berdiskusi tentang topik ini di dalam diskusi saya dengan Anton di sini – silakan klik. Tentang sola fide sendiri tidak pernah dituliskan di Alkitab, apalagi kalau ditambah dengan keyakinan 100%.
Silakan mengkaji pernyataan anda yang mengatakan “punya keyakinan bahwa kita pasti masuk Sorga” dan “pengharapan yang besar kepada-Nya”. Keyakinan 100% tidaklah sama dengan pengharapan. Ini adalah dua hal yang bertentangan. Kalau mempunyai pengharapan yang besar kepada-Nya, maka tentu saja saya setuju. Yang tidak saya setujui adalah yakin 100% bahwa kita pasti akan masuk Sorga.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Kembali saya ingin menegaskan bahwa kita tidak meragukan kasih, kebaikan dan keadilan Allah. Yang kita ragukan bukanlah Tuhan, namun diri kita sendiri yang memang sering sekali berbuat dosa dan tidak mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran, jiwa dan kekuatan. Akhirnya ayat-ayat ini mungkin dapat membantu “11 Benarlah perkataan ini: “Jika kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia; 12 jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita; 13 jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.” (2 Tim 2:11-13) Jadi, Tuhan tidak mungkin tidak setia, namun kita dapat tidak setia terhadap Tuhan, karena kita tidak senantiasa mati bersama Dia (yaitu mati dalam dosa) dan kitapun tidak senantiasa bertekun dalam Tuhan. Apalagi kadang kita juga menyangkal Tuhan dengan dosa-dosa yang kita lakukan. Jadi, dalam posisi seperti ini, seharusnya kita tidak perlu terlalu yakin 100% bahwa kita pasti masuk ke Sorga. Sebaliknya, kita harus terus bergantung pada rahmat dan belas kasihan Tuhan, sehingga kita dapat terus bertumbuh dalam kekudusan. Namun, di satu sisi, iman kita juga tidak boleh didominasi dengan ketakutan, karena iman kita adalah iman yang berpengharapan. Pengharapan adalah berbeda dengan keyakinan 100%. Keyakinan 100% bukanlah menjadi suatu pengharapan namun merupakan suatu kenyataan. Dan kenyataan bahwa kita berada di Sorga bukanlah terjadi di dunia ini, namun terjadi setelah kita menerima pengadilan terakhir. Oleh karena itu, selama kita berada di dunia ini, kita tidak akan pernah tahu dan yakin 100% bahwa kita pasti akan masuk Sorga, seperti yang juga dikatakan oleh St. Agustinus dari Hippo.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalo, Pak Stef dan Pak Machmud,
Sungguh senang sekali membaca diskusi bapak-bapak mengenai keselamatan. Soal konsep keselamatan memang saya tidak mengerti banget. Dalam pandangan saya hampir mirip dengan pak Machmud. Saya tidak mempercayai konsep sekali selamat tetap selamat (sekali dibaptis lalu tetap selamat). Dan saya juga berpikir kalau kita yang sudah mengakui Yesus adalah juru selamat kita dan kita menyakini/mengikutiNya kenapa harus ragu bahwa kita gak 100% masuk Surga? Ternyata setelah saya mengikuti diskusi ini, saya mendapatkan satu kesimpulan (mudahan-2 tidak salah dan mohon pencerahannya) bahwa kalau kita percaya dan mengikuti ajaran/perintah Yesus maka kita pasti selamat (100% masuk surga), namum kita ini manusia (daging) yang lemah yang setiap saat bisa berbuat dosa (baik dalam pikiran/perkataan/kelalaian maupun perbuatan) maka ada satu ganjalan/halangan untuk bisa langsung menuju ke surga. Karena surga itu tempat yang kudus dan yang bisa masuk kesana harus kudus maka kita perlu dikuduskan. Bukankah dalam ajaran Gereja Katolik bahwa apabila manusia itu meninggal maka ada 3 kemungkinan baginya yaitu : Surga (bagi yang kudus), Api Penyucian (yang belum kudus ) dan Neraka. Nah mungkin disini letak jawabannya (buat saya) bahwa saya percaya 100% masuk surga percaya kepada Yesus dan melaksanakan kehendakNya, hanya gak 100% langsung ke surga karena mungkin masih ada dosa (belum kudus banget istilahnya dan perlu disucikan). Tapi kalau seseorang itu hanya dibaptis (ikut-ikutan atau ada kepentingan apalah – istilah pak Machmud) dan tidak pernah melaksanakan hukum cinta kasih Allah (gak ada iman, pengharapan dan kasih) yang seperti yang diajarkan oleh Kristus maka surga itu bukan tempatnya meskipun sudah dibaptis (baptis bukan jaminan pasti masuk surga kalau hanya buat keren-kereran atau asal-asalan).
Mohon tanggapan dan pencerahannya. Terima kasih untuk pak Stef dan pak Machmud. GBU.
Shalom Simon,
Terima kasih atas tanggapannya dalam diskusi tentang keselamatan. Kesimpulan yang anda berikan benar, bahwa doktrin sekali selamat tetap selamat (once saved always saved) tidaklah benar, karena keselamatan dapat hilang – kalau kita tidak setia sampai pada akhirnya. Dapatkah kita yakin 100% bahwa kita pasti selamat? Seperti yang anda katakan, kalau kita mengikuti Yesus dan menjalankan semua perintah-Nya sampai pada akhir hayat kita, kita pasti masuk Sorga. Dengan demikiian halangannya bukan pada Yesusnya, namun pada kita sendiri. Untuk itulah diperlukan rahmat Allah, agar kita dapat setia sampai akhir. Rahmat Allah senantiasa cukup bagi setiap manusia untuk mengantar masing-masing pribadi masuk dalam persatuan abadi di Sorga. Yang menjadi masalah, tidak semua manusia – termasuk yang telah dibaptis – dapat terus setia sampai pada akhirnya.
Gereja Katolik mengenal tiga hal pada saat seseorang meninggal dunia, yaitu: Sorga, neraka, dan Api Penyucian / purgatorium (silakan baca artikel tentang hal ini di sini – silakan klik). Orang yang masuk Sorga adalah orang-orang yang mempunyai kasih yang sempurna dan yang meninggal dalam keadaan dosa berat akan masuk ke dalam neraka. Sedangkan orang-orang yang tidak sempurna dalam kasih namun tidak mempunyai dosa berat akan masuk ke dalam Api Penyucian. Dan bagi orang-orang yang masuk ke dalam Api Penyucian pasti akan masuk Sorga.
Yang perlu ditekankan di sini adalah tidak ada satu orangpun yang tahu (kecuali dengan wahyu khusus dari Allah) bahwa dirinya pasti masuk Sorga, seperti yang dikatakan oleh St. Agustinus. Hal ini disebabkan karena siapa yang dapat menilai dirinya sempurna dalam kasih? Hanya Allah yang dapat menilainya. Jadi, kita yang berada dalam posisi yang dihakimi mohon belas kasihan kepada Yesus – yang dalam posisi menghakimi – dan bukan mengklaim kepastian 100% keselamatan kita. Kalau keselamatan adalah suatu pemberian dari Allah, maka siapakah kita – yang setiap hari berbuat dosa (pikiran, perkataan dan perbuatan) – dapat menuntut untuk diberikan keselamatan? Tugas dari kita adalah terus berjuang seperti rasul Paulus, yaitu mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (lih. Fil 2:12), sampai pada garis akhir (lih. 2Tim 4:7).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Terima kasih Stef atas jawabannya.
Tapi bagi saya Kristus itu adalah segalanya.
Saya berubah menjadi orang Kristen sebab saya punya keyakinan bahwa hanya di dalam Kristus semua keyakinan saya tentang kehidupan yang akan datang itu adalah pasti (masuk di dalam Kerajaan-Nya / Sorga)
Sejak kelahiran baru yang saya alami , maka saya berubah menjadi orang baru milik kepunyaan Allah, bukan lagi hamba dosa (sebab yang lama sudah lenyap).
Memang saya masih sering mendengar bisikan iblis yang mengatakan tidak mungkin engkau bisa menjalani hidup yang kudus sampai ke akhir hidupmu seperti yang diminta oleh Allah Bapa, sebab engkau adalah seorang yang lemah.
Tetapi bersama TUHAN YESUS saya pasti bisa.
Kita ini sudah dibeli dengan harga yang amat sangat mahal oleh TUHAN YESUS.
DIA pasti punya cara untuk membawa kita sampai kepada BAPA di SORGA , percayalah.
Jadi kalau anda tidak punya keyakinan bahwa anda nanti bisa masuk Sorga , itu sungguh amat disayangkan.
Cobalah untuk direnungkan sekali lagi
Salam
Mac
Shalom Machmud,
Terima kasih atas tanggapannya. Kalau anda mau melanjutkan diskusi ini, silakan untuk menjawab beberapa pertanyaan yang saya ajukan sebelumnya. Kembali saya ingin menekankan bahwa Kristus adalah pasti dan janji Kristus adalah ya dan amin. Namun, kita harus mengakui bahwa sisi manusialah yang tidak pasti. Tentu saja saya ikut bersyukur bahwa kehidupan anda diubah setelah anda mengenal Kristus. Pertanyaan saya adalah, apakah anda tidak berdosa setelah mengenal Kristus? Kalau anda menjawab bahwa anda masih berdosa (dan saya juga mengaku bahwa saya masih berdosa), maka itulah yang menjadi tanda bahwa ketidakpastian ada pada diri kita. 1 Yoh 1:8 mengatakan “Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.“
Saya tidak mengatakan bahwa tidak mungkin untuk menjalankan kehidupan kudus sampai akhir hayat. Yang saya ingin tekankan di sini adalah bahwa ini adalah suatu perjuangan yang harus kita lakukan sebagai umat Allah, dan kalau kita tidak terus bergantung dan bekerjasama dengan rahmat Allah kita dapat jatuh dan dapat kehilangan keselamatan kita. Rasul Petrus mengatakan “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Pet 5:8). Dengan demikian, kita dapat terus berjuang dalam kekudusan, namun tidak mungkin kita mengetahui secara pasti akan keselamatan kita – bukan karena kita tidak percaya pada Kristus, namun karena kita menyadari bahwa kita sering melakukan dosa. Dalam sejarah Gereja Katolik, telah begitu banyak orang-orang kudus yang telah membuktikan kesetiaan mereka kepada Kristus dan Gereja-Nya, sehingga mereka dibenarkan oleh Allah.
Jadi, Tuhan senantiasa memberikan rahmat yang cukup dan berlimpah kepada masing-masing pribadi, sehingga masing-masing pribadi dapat bertumbuh dalam kekudusan dan pada akhirnya menuntun kita pada keselamatan kekal. Kalau sampai kita tidak masuk Sorga, maka itu adalah kesalahan kita sendiri. Dengan demikian, kita harus terus berjuang dalam kekudusan, percaya akan rahmat Allah yang dapat mengantar kita kepada keselamatan kekal, namun pada saat yang bersamaan, kita harus menyadari bahwa kita adalah mahluk yang lemah. Kesadaran ini membuat kita senantiasa bergantung kepada Allah. Kesadaran bahwa kita adalah mahluk yang lemah dan kesadaran bahwa Tuhan adalah segalanya membawa kita kepada kerendahan hati. Dan kerendahan hati inilah yang akan membawa manusia kepada kekudusan, yang pada akhirnya akan membawa seseorang kepada keselamatan kekal. Semoga keterangan tambahan ini dapat memperjelas posisi yang saya berikan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
KESIMPULAN UMUM:(saya copi paste dari pendapat sy sendiri dari artikel “sekali selamat tetap selamat”dengan beberapa tambahan buat sdr Machmud)
Setiap mulut (yang mengandung kesombongan) mengatakan : SAYA PASTI SELAMAT/SAYA PASTI MASUK SORGA = MELANGGAR SELURUH OTORITAS ALLAH YANG MAHA KUASA DAN MENYAMAKAN DIRINYA SENDIRI DENGAN ALLAH YANG MEMISAHKAN DIRINYA SENDIRI ANTARA KAMBING DAN DOMBA, SEKALIGUS MENOLAK SELURUH KEBENARAN FIRMAN TUHAN! (Tolong baca baik baik MATIUS 25:31-45, khususnya ayat 32) IA(TUHAN) saja yang akan memisahkan kambing dengan domba. Masih sanggupkah kita berkata saya masuk surga?
marilah kita semua dengan kerendahan hati dan penuh penyesalan datang seperti orang buta yang mendengar Yesus datang:
“YESUS ANAK DAUD KASIHANILAH KAMI!” dan kata perwira: ” YA TUHAN, SAYA TIDAK PANTAS, TUHAN DATANG PADA SAYA, TETAPI BERKATALAH SEPATAH KATA SAJA, MAKA SAYA AKAN SEMBUH”
[edit]. Belajarlah merendahkan hati,budi, dan pikiran kita di hadapan Tuhan,sebab sungguh tidak layak kita. Itulah yang disebut KETAATAN.
Syalom, saudaraku Machmud. Sebenarnya pertanyaan anda itu sudah dijawab sendiri di alkitab masalah KEPASTIAN SELAMAT !
Kebetulan saya lupa ayatnya, tapi saya yakin anda pasti pernah mendengar ayat ini :
TUHAN kami sudah bernubuat atas namaMU, kamu sudah melakukan mukjizat atas namaMU. Tuhan berkata, “enyalah engkau sekalian yang membuat kejahatan”.
Pertanyaan :
Bukankah orang – orang diatas adalah orang yang SUDAH MENERIMA YESUS sebagai juru selamat ? tapi kenapa kok tidak masuk surga ? padahal orang yang bisa melakukan mukjizat dan bernubuat sudah pasti mendapat rahmat TUHAN yang besar dan saya yakin memang mereka sudah pasti seyakin – yakinnya masuk surga.
KESIMPULAN :
1.Memang JALAN & JANJI YESUS ADALAH PASTI MASUK SURGA. tapi kita TIDAK TAHU standart TUHAN untuk masuk surga itu.
2.Kita yakin kalau PERCAYA kepada TUHAN PASTI masuk surga, TETAPI kita TIDAK YAKIN akan DIRI KITA sendiri.
Contoh :
TUHAN tidak mengijinkan 1 dosapun ada dalam hidupmu.coba bayangkan dalam hidupmu Machmud kalau kamu hanya pernah berbuat dosa cuman 1 kali. SAYA YAKIN, anda pasi SEYAKIN – YAKINNYA masuk surga. Ternyata anda tidak masuk surga karena standart TUHAN adalah tanpa dosa.
Nah begitulah penjelasan yang bisa saya berikan. TUHAN YESUS MEMBERKATI & BUNDA MARIA selalu menuntun anda pada putraNYA
Shalom Katolisitas,
Saya mau ikut berpendapat sekaligus bertanya kepada pak Stef. Supaya jelas posisi saya adalah bukan penganut once saved always saved, dan seorang awam yang rindu lebih mengerti Firman Allah. Tapi penjelasan pak stef terhadap saudara machmud kali ini, menurut saya bisa disalahpahami (tolong koreksi kalau keliru).
Ketika Stef memberi contoh dgn bertanya apakah saudara Machmud berdosa (termasuk pak Stef) dan dilanjutkan dgn keterangan bahwa karena itulah membawa ketidakpastian, menurut saya bisa misleading. Sepengetahuan saya agama Kristen/Katolik adalah bukan agama hukum seperti saudara kita yg muslim melainkan agama kasih. Dgn kata lain Allah tidak hitung2an, karena kalau demikian neraka bisa fully book. Maka ajaran katolik mengenai api penyucian sangat masuk akal, karena hanya orang yang sungguh kudus dapat berhadapan dengan Allah.
Pernyataan pak Stef bahwa kita tidak mungkin tahu keselamatan kita juga saya pikir perlu disikapi lebih dalam, terutama kepada saudara machmud yg sudah berkali-kali beragumen tentang masalah ini di katolisitas. Ijinkan saya berilustrasi dan berimaginasi. Dari forum tanya jawab antara saudara Machmud dengan Stef dan Inggrid di katolisitas, saya kok percaya bahwa anda bertiga telah berusaha hidup kudus. Maka dalam posisi saat ini, mohon maaf, andaikan anda bertiga dipanggil Bapa, ketika saat terakhir sebelum menutup mata, seharusnya anda bisa beriman bahwa anda akan diselamatkan, sesuai dgn agama kasih, sekalipun mungkin harus lewat api penyucian. Namun jika Stef/Inggrid dan juga Machmud yg sudah sangat baik mengenal Firman Tuhan, katakanlah tiba-tiba tergoda dan bahkan melawan Firman Tuhan, ambil contoh ekstrem: berzinah, dan tidak bertobat lagi maka “mungkin” kita tidak selamat. (mohon koreksi kalau keliru).
Sampai di sini saya mau bertanya kepada pak Stef mengenai topik yang menurut saya kelihatannya ada hubungannya tapi justru dalam posisi terbalik antara Katolik dan Protestan, yaitu: Berkat dan Kutuk. Setahu saya Katolik tidak terlalu memberi penekanan terutama dalam hal kutuk, tidak seperti sebagian denominasi protestan yang sering diulas, tapi umumnya memang dikaitkan dengan masalah materi, walaupun setahu saya bukan demikianseharusnya. Tolong pak Stef bisa ulas imamat 26? kalau perlu dengan thread baru. Namun supaya lebih terkendali, sy mau beri ilustrasi seperti di bawah ini:
Ada seorang yang telah bertobat dan melayani Tuhan, akrab dengan Firman Tuhan, rajin berdoa dan ke Gereja. Bertahun-tahun kemudian dia mulai disibukkan dengan karirnya yang mulai menanjak dan terus menanjak (Ia memang sering berdoa minta berkat karena kesulitan ekonomi). Ironisnya dalam karirnya yg menanjak Ia sedikit demi sedikit mulai merenggang dengan Allah: pertama stop pelayanan, beberapa lama kemudian komunitas, lalu Firman juga mulai ditinggalkan, perlahan tapi pasti doa juga berkurang dan lenyap, terakhir Gereja juga mulai ditinggalkan. sekian tahun kemudian karirnya mulai jatuh dan kembali kesulitan ekonomi. Pertanyaannya apakah ia mengalami berkat dan kutuk? Mohon dikaitkan dengan imamat 26.
Terima kasih Tuhan Yesus memberkati.
Teddy
Shalom Teddy,
Terima kasih atas tanggapannya. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
1. Anda menuliskan “Ketika Stef memberi contoh dgn bertanya apakah saudara Machmud berdosa (termasuk pak Stef) dan dilanjutkan dgn keterangan bahwa karena itulah membawa ketidakpastian, menurut saya bisa misleading. Sepengetahuan saya agama Kristen/Katolik adalah bukan agama hukum seperti saudara kita yg muslim melainkan agama kasih. Dgn kata lain Allah tidak hitung2an, karena kalau demikian neraka bisa fully book. Maka ajaran katolik mengenai api penyucian sangat masuk akal, karena hanya orang yang sungguh kudus dapat berhadapan dengan Allah.“
Saya minta maaf, kalau keterangan yang saya berikan mungkin dapat membawa kebingungan. Di jawaban tersebut, saya sebenarnya ingin menekankan bahwa dalam melihat konsep keselamatan, maka kita harus berimbang. Kodrat Tuhan adalah bukan hanya kasih, namun juga adil. Dua kodrat Allah ini tidak dapat bertentangan satu sama lain. Namun, untuk menekankan aspek kasih tanpa melihat keadilan Allah adalah dapat menjerumuskan. Sebaliknya menekankan aspek keadilan Allah tanpa melihat Tuhan yang penuh kasih dapat membawa orang kepada keputusasaan. Pada saat kita mengatakan bahwa kita “pasti 100% masuk Sorga“, maka sebenarnya kita menekankan Allah yang penuh kasih, namun melupakan keadilan Allah.
Seperti yang anda katakan, dogma Api Penyucian justru sangat masuk akal dan sekaligus Alkitabiah, karena memang hanya yang sempurna yang dapat masuk dalam Kerajaan Allah (lih. Mt 5:48). Agama Kristen memang bukan agama “hitung-hitungan“, namun agama yang berdasarkan kasih dan keadilan Allah. Kalau Tuhan memakai hitung-hitungan, maka sebenarnya tidak ada seorangpun yang dapat masuk Sorga. Namun, karena Allah yang kita sembah adalah Allah yang penuh kasih dan sekaligus adil, maka kita hanya dapat memohon belas kasihan Allah dan sekaligus menaruh pengharapan yang besar akan kasih Allah, yang akan menuntun kita kepada kebahagiaan abadi di Sorga.
2. Anda mengatakan “Pernyataan pak Stef bahwa kita tidak mungkin tahu keselamatan kita juga saya pikir perlu disikapi lebih dalam, terutama kepada saudara machmud yg sudah berkali-kali beragumen tentang masalah ini di katolisitas. Ijinkan saya berilustrasi dan berimaginasi. Dari forum tanya jawab antara saudara Machmud dengan Stef dan Inggrid di katolisitas, saya kok percaya bahwa anda bertiga telah berusaha hidup kudus. Maka dalam posisi saat ini, mohon maaf, andaikan anda bertiga dipanggil Bapa, ketika saat terakhir sebelum menutup mata, seharusnya anda bisa beriman bahwa anda akan diselamatkan, sesuai dgn agama kasih, sekalipun mungkin harus lewat api penyucian. Namun jika Stef/Inggrid dan juga Machmud yg sudah sangat baik mengenal Firman Tuhan, katakanlah tiba-tiba tergoda dan bahkan melawan Firman Tuhan, ambil contoh ekstrem: berzinah, dan tidak bertobat lagi maka “mungkin” kita tidak selamat. (mohon koreksi kalau keliru).“
Memang kita harus menaruh pengharapan yang besar akan kasih Allah. Bahkan Rasul Paulus menegaskan “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1Kor 2:9). Kita melihat bahwa rasul Paulus menekankan bahwa Sorga telah disediakan oleh Allah untuk mereka yang mengasihi Allah. Jadi, janji Allah adalah pasti. Namun, yang tidak pasti adalah kesetiaan kita, yang sering jatuh ke dalam dosa. Dosa adalah melawan kasih Allah. Dengan berdosa, maka kita mendahulukan kesenangan kita dibandingkan dengan kasih Allah. Oleh karena itu, di dalam keterbatasan dan dosa kita, maka sikap yang baik adalah percaya akan belas kasih Allah namun juga memohon belas kasih Allah, agar kita diluputkan dari dosa-dosa berat, sehingga kita dapat setia sampai pada akhirnya. Bagi orang-orang yang setia sampai pada akhirnya, janji Allah adalah pasti.
Namun, kita harus menyadari akan kelemahan kita masing-masing. Inilah sebabnya rasul Petrus dan rasul Paulus senantiasa menekankan pentingnya berjaga-jaga dalam kehidupan ini. Rasul Petrus mengatkan “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1Pet 5:8) Dalam pengajaran Gereja Katolik, maka orang yang meninggal dalam kondisi dosa berat dan tidak bertobat, maka dia tidak dapat diselamatkan. Oleh karena itu, kita harus senantiasa mohon rahmat Allah, agar kita dapat senantiasa setia sampai pada akhirnya.
3. Tentang kutuk, anda dapat membaca tanya jawab di link ini – silakan klik. Semoga link tersebut dapat menjawab pertanyaan anda. Tentang Imamat 26, saya tidak dapat mengulas secara khusus pada kesempatan ini, karena keterbatasan waktu. Namun, secara prinsip Im 26 merupakan rangkuman dari apa yang tertulis di bab-bab sebelumnya. Im 26 ingin menekankan bahwa orang yang mengikuti perintah Allah akan mendapatkan kebahagiaan dan sebaliknya, yang melawan Allah akan menderita. Namun, kita harus melihat janji ini bukan terbatas pada apa yang terjadi di dunia ini, namun harus dilihat dalam konteks kebahagiaan kekal (Sorga) dan penderitaan kekal (neraka). Bukan berarti bahwa orang yang mengikuti kehendak Allah, pasti akan diberkati secara material di dunia ini, namun janji Allah adalah orang-orang beriman dan yang setia akan mendapatkan kebahagiaan kekal di Sorga.
Demikian apa yang dapat saya sampaikan. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
inilah nilai suatu kerendahan hati seorang hamba yg memohon belas kasih dan pengampunan pada sang Tuan nya yg banyak di laukukan oleh para kudus.tapi bukan dengan menyombongkan diri dengan mengatakan kita pasti masuk bagian dalam kerajaan sorga. Hal ini mengingatkan saya pada cerita seorang pendosa yg berdoa di bagian belakang bait Allah dengan yg seorng lagi berdoa di depan dan menyombongkan kebaikannya.
terima kasih banyak buat stef yg telah memberi pengertian dalam hal ”menaruh pengharapan besar akan kasih dan belas kasih Allah”.
Penjelasan yang luar biasa.Semoga saudara kita Kristen Non Katolik mau mengerti.
@ Sdr Adri Amanupunnjo
Sdr Adri, saya ingin menyampaikan pengertian saya kepada anda mengenai topik Yoh 2:1-11 ini dan tentunya pengertian ini bertolak belakang dengan apa yang diimani oleh gereja Katolik…
Dalam bahasan tersebut memang ada 2 pernyataan yang menghasilkan 1 peristiwa yg disebut sebagai mujijat pertama Yesus, yg akhirnya di klaim oleh gereja Katolik bahwa Yesus melakukan mujijat /berkompromi dng persuasi Maria karena Maria memintanya sekalipun awalnya tampak Yesus menyatakan bahwa saatKu (saat Yesus) belum tiba…. mari kita kupas…
1) Maria meminta pertolongan Yesus untuk melakukan “sesuatu”
2) Yesus menjawab dengan mengatakan bahwa saatNya (waktunya Yesus) belum tiba
3) Namun akhirnya “sesuatu” itu terjadi juga dalam bentuk mujijat air menjadi anggur
Alkitab memang dicatat secara kronologis namun seringkali waktunya tidak diterangkan secara spesifik. Dalam peristiwa penyaliban Kristus, diterangkan dengan spesifik jam berapa disalib, berapa lama terjadi gelap gulita, dan meninggal jam berapa. Namun dalam peristiwa mujijat pertama ini tidak dijelaskan tenggang waktunya sehingga yang terjadi bisa demikian….
1) Maria meminta pertolongan Yesus untuk melakukan “sesuatu” pada jam 9.00 pagi
2) Saat itu juga (jam 9.00) Yesus menjawab permintaan Maria dengan mengatakan bahwa “saatKu belum tiba”
Namun ketika waktu terus berjalan, dan sebut saja waktuNya Yesus akan tiba pada pukul 12.00 siang maka…
3) Pada pukul 12.00 ketika saat Yesus tiba, maka Yesus melakukan “sesuatu” itu dalam bentuk mujijat mengubah air jadi anggur
Dengan kronologi seperti ini kita akan paham, bahwa permintaan Maria tidak bisa mengubah ketetapan atau waktu Allah pada jam 9.00 pagi. Namun Tuhan menjawab permintaan itu pada jam 12.00 siang, karena memang waktunya Tuhan adalah jam 12.00
Dari ilustrasi seperti ini kita dapat melihat bahwa Tuhan tidak akan menjawab permintaan seseorang sebelum waktuNya. Itu artinya : Mujijat pertama yang dilakukan Yesus, pada hari ketiga (mungkin maksudnya hari Selasa) tgl sekian bulan sekian tahun sekian, bukan semata-mata dilakukan atas permintaan Maria, namun karena pada saat itu, pada moment itu Tuhan memang berkehendak untuk melakukan mujijat pertama, dengan atau tanpa permintaan Maria. Permintaan Maria tersebut bukanlah “sebab” namun hanya “pelengkap” kisah mujijat pertama yang dilakukan Yesus.
Bila permintaan Maria memang langsung disambut Yesus, maka tentu Yesus tidak akan mengatakan “saatKu belum tiba”, atau mungkin Yesus akan menambahkan kalimat penting agar semua orang tahu bahwa Yesus melakukan mujijat atas permintaan Maria sekalipun waktuNya belum tiba dengan (contoh) kalimat seperti ini.. “saatKu belum tiba, namun karena engkau yang memintanya, maka Aku akan melakukannya”. Dengan kalimat seperti itu tidak ada satu orang pun yang bisa komplain terhadap persuasi Maria yg akhirnya mengubah ketetapan Allah.
Kedua, mari kita masuk ke substansi yang lebih dalam….
Dalam tulisan diatas di point 1) saya menulis bahwa Maria meminta pertolongan Yesus untuk melakukan “sesuatu”…. saya tidak menulisnya “mujijat”. Ayat 3 dari Yoh 2 tersebut menulis : Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.” Kalimat di ayat tersebut sebenarnya adalah kalimat berita, bukan kalimat perintah. Jadi dalam ayat tersebut Maria menginformasikan (memberikan informasi) kepada Yesus bahwa “mereka kehabisan anggur”.
Namun karena ayat berikutnya menyatakan bahwa Yesus mengetahui keinginan hati Maria, maka kalimat di ayat 3 itu akhirnya menjadi sebuah permintaan. Bila permintaan Maria tersebut adalah sebuah permintaan untuk melakukan mujijat, maka tentu sebelumnya Yesus pernah melakukan mujijat. Namun karena ayat 11 mengatakan bahwa itu adalah mujijat pertama Yesus, maka tentunya sebelum peristiwa tersebut Yesus belum pernah melakukan mujijat. Bila sebelumnya Yesus belum pernah melakukan mujijat, maka permintaan Maria tentu bukanlah permintaan untuk melakukan mujijat, melainkan permintaan untuk melakukan “sesuatu”. Sebut saja misalnya Maria meminta Yesus untuk membelikan anggur atau yang lain dalam konteks natural (bukan supranatural). Namun karena pada saat itu Yesus memang sudah menetapkan waktuNya, maka Dia mulai melakukan mujijatNya yg pertama.
Kemungkinan lainnya adalah Maria memang meminta Yesus melakukan mujijat atas dasar segala sesuatu / kisah / cerita yang pernah disampaikan Yesus di waktu2 sebelumnya. Jadi dengan segala informasi / pengetahuan yang diperoleh Maria dari Yesus seputar keajaiban Tuhan / kemahakuasaan Tuhan, maka tiba2 Maria tergerak untuk “mencoba” atau “mengetes” Yesus, apakah benar apa yang selama ini dikatakanNya… Dan ketika waktu / saatNya tiba, Yesus membuktikan bahwa segala yang dikatakanNya dapat dibuktikanNya. Dengan demikian peristiwa tersebut merupakan pembelajaran yang diberikan Tuhan Yesus kepada Maria, bahwa Dia berkuasa. Jadi Yoh 2:1-11 itu adalah momentnya Yesus, bukan Maria, tokoh utama dan pelakunya adalah Yesus, bukan Maria. Subyeknya adalah Yesus, bukan Maria. Membalikkan fakta bahwa Maria adalah penyebab / penggerakNya sama dengan mengatakan bahwa matahari bercahaya karena mendapatkan sinar dari bulan.
Jadi saya menyimpulkan secara sederhana bahwa:
a) Mujijat tersebut terjadi karena saatNya tiba (dengan atau tanpa permintaan Maria), bukan karena permintaan Maria yang mengubah saatNya.
b) Maria meminta Yesus melakukan “sesuatu” (membantu atau membelikan anggur atau memikirkan sesuatu) namun pas karena beberapa saat kemudian waktuNya tiba, maka Yesus melakukan mujijat pertamanya. Momentnya terjadi secara kebetulan, di hari Maria meminta sesuatu pas di hari itu memang saatNya tiba, ATAU di hari-hari sebelumNya Yesus sudah memberitahukan kepada Maria bahwa pada hari Selasa tgl XX bln XX th XX, Dia akan melakukan sesuatu yang luarbiasa. Maria mengingat hal tersebut, maka pada hari itu Maria “menagih” janji yg dikatakan Yesus, namun karena Maria cuma tahu harinya dan tidak tahu jamnya, maka terjadi kesalahan waktu permintaan. Waktu Maria meminta, waktuNya memang belum tiba, dan beberapa saat kemudian ketika waktuNya tiba, Yesus melakukan mujijat.
Silakan anda merenungkannya….
Submitted on 2010/05/15 at 8:09pm
@ Sdr Adri Amanupunnjo,
Maaf sedikit ada tulisan yang ketinggalan dari tulisan saya sebelumnya soal Yoh 2:1-11
Seandainya toh harus dipaksakan pengertiannya seperti yang diyakini gereja Katolik bahwa Maria adalah penyebab / pendorong Yesus untuk melakukan mujijat pertamaNya, sekalipun penafsiran seperti ini adalah salah menurut saya (seperti yang sudah saya uraikan di tulisan saya sebelumnya yg satu tujukan kepada anda), maka tidak perlu terlalu terkejut atau melebih-lebihkan seorang Maria. Ingatlah bahwa Abraham pun pernah melakukan tawar-menawar dengan Allah, hingga Allah mengubah ketetapan / standarNya dari 50 orang turun hingga 10 orang. Musa pun pernah meminta kepada Allah agar jangan membinasakan seluruh umat Israel akibat kejahatan mereka (padahal Tuhan sudah mengatakan bahwa Dia akan membinasakan seluruh umat Israel dan hanya akan menyisakan Musa dan keluarganya untuk membentuk umat Israel yang baru), namun akhirnya Tuhan membatalkan niatNya, dan menjawab / memenuhi permintaan / permohonan Musa.
Itu baru 2 contoh yang jelas-jelas mengubah ketetapan Allah, belum lagi jutaan permintaan manusia yang sudah dijawab Allah, itu artinya bahwa Tuhan menanggapi setiap permintaan ciptaanNya yang berkenan kepadaNya, jadi semua orang memperoleh fasilitas yang sama di hadapan Tuhan. Tidak ada anak emas, dan tidak ada yang lebih istimewa. Hanya 1 yang istimewa, Tuhan Yesus Kristus.
Demikian Sdr Adri, semoga bisa menjadi bahan renungan….
Shalom Kevin,
Terima kasih atas tanggapan anda. Tentu saja perbedaan adalah hal yang wajar. Dan seperti yang anda katakan, maka pengertian anda memang bertentangan dengan pengajaran Gereja Katolik. Terlihat bahwa anda kuatir kalau Maria mempunyai peran dalam mukjizat di Kana, maka itu akan mengurangi kemuliaan Yesus. Ini adalah perbedaan mendasar untuk melihat peran “partisipasi” dalam karya keselamatan Kristus.
Untuk menghilangkan “partisipasi” inilah, maka anda memberikan argumentasi bahwa Maria tidak mempunyai peran apapun dalam peristiwa mukjijat di Kana. Dan kemudian anda memberikan perkiraan bahwa permintaan Maria, jawaban Yesus, dan saat terjadinya mukjijat dapat dipisahkan waktu masing-masing 3 jam. Dan sekali lagi ini adalah suatu perkiraan, karena dapat saja terpisah 5 menit, 1 jam, 3 jam, atau kalau pestanya berhari-hari dapat juga terpisah satu hari. Mari kita melihat argumentasi yang anda berikan:
1. Apapun argumentasi yang anda berikan, maka tidak merubah keadaan bahwa Maria turut berperan dalam terjadinya mukjizat pertama di Kana. Namun, kita juga tahu bahwa bagi Allah semuanya terpampang di hadapannya (masa lalu, sekarang dan masa depan). Jadi, mukjizat tersebut memang terjadi atas kehendak Allah, yang dilakukan berdasarkan kebijaksanaan-Nya. Dan kebijaksanaan-Nya adalah termasuk dengan mengijinkan Maria turut berperan dengan permintaan Maria, juga termasuk para pelayan yang mengikuti perintah Maria untuk mengikuti apa yang dikatakan oleh Yesus. Hal ini, sama seperti mukjizat yang terjadi di dalam Mk 2:1-12, di mana empat orang mengusung seorang yang lumpuh, sehingga akhirnya disembuhkan oleh Yesus. Tentu saja, sebagai Allah, Yesus tahu kapan, tanggal dan jam, orang lumpuh itu akan disembuhkan. Namun, bagaimana orang lumpuh tersebut disembuhkan? Melalui peran empat orang tersebut. Pertanyaan yang sama, bagaimana mukjizat air menjadi anggur terjadi? Melalui peran Maria, yang dilakukan oleh Yesus.
a. Contoh yang lain, bagaimana kita melihat orang-orang yang disembuhkan oleh seorang hamba Allah yang diberi karunia menyembuhkan? Tentu saja Allah tahu kapan orang tersebut sembuh. Namun, adalah kehendak Allah dan di dalam kebijaksanaan-Nya, kalau seseorang dapat memperoleh kesembuhan melalui hamba Allah tersebut. Bagaimana dengan orang yang berdoa, yang terus-menerus memohon kesembuhan, dan kemudian suatu hari tiba-tiba orang tersebut disembuhkan? Ini berarti bahwa dalam kebijaksanaan-Nya, Tuhan mengabulkan doa orang tersebut. Apakah tanpa berdoa, orang tersebut dapat sembuh? Tentu saja bisa, dengan cara yang lain, yang Allah pandang baik. Namun, Allah juga dapat memakai ketekunan doa orang tersebut untuk mendatangkan kesembuhan. Demikian juga dengan mukjizat di Kana. Allah dapat saja memakai cara yang lain, tanpa pemberitahuan atau permintaan Maria (karena Yesus adalah Allah, maka Dia tahu segalanya, termasuk tahu bahwa yang mengadakan pesta telah kehabisan anggur). Namun, di dalam kebijaksanaan-Nya, Dia juga mengijinkan Maria untuk turut berperan dalam mukjizat pertama tersebut. Untuk mengatakan tidak ada peran Maria sama sekali, justru tidak sesuai dengan apa yang tertulis dalam Injil Yohanes. Kalau Tuhan dapat memakai beberapa hamba Allah, orang yang bertekun dalam doa, untuk terkabulnya suatu doa, maka apakah sulitnya untuk menerima bahwa Maria – yang adalah Bunda Allah, mempelai Roh Kudus – turut berperan serta dalam terjadi mukjizat tersebut?
b. Umat Katolik tidak mengatakan bahwa Maria dapat mengubah kehendak Allah. Siapakah yang dapat mengubah kehendak Allah? Namun, hal ini juga harus dimengerti dengan benar, yaitu perbedaan anteceden will dan consequent will dari Allah yang dapat dibaca di sini – silakan klik. Namun, Allah sendiri membuka diri terhadap partisipasi umat Allah untuk turut berperan dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan yang lebih tinggi. Semakin seseorang mempunyai hubungan yang dekat dengan Allah, maka semakin orang tersebut berfikir, menginginkan, bertindak sesuai dengan kehendak Allah. Dan di dunia ini, tidak ada manusia yang mempunyai kedekatan dengan Sang Sabda, seperti Maria. Jadi, apa yang difikirkan, diinginkan dan tindakan Maria akan senantiasa mengedepankan kehendak Allah.
c. Pernyataan anda “Namun karena ayat berikutnya menyatakan bahwa Yesus mengetahui keinginan hati Maria, maka kalimat di ayat 3 itu akhirnya menjadi sebuah permintaan. Bila permintaan Maria tersebut adalah sebuah permintaan untuk melakukan mujijat, maka tentu sebelumnya Yesus pernah melakukan mujijat. Namun karena ayat 11 mengatakan bahwa itu adalah mujijat pertama Yesus, maka tentunya sebelum peristiwa tersebut Yesus belum pernah melakukan mujijat. Bila sebelumnya Yesus belum pernah melakukan mujijat, maka permintaan Maria tentu bukanlah permintaan untuk melakukan mujijat, melainkan permintaan untuk melakukan “sesuatu”. Sebut saja misalnya Maria meminta Yesus untuk membelikan anggur atau yang lain dalam konteks natural (bukan supranatural). Namun karena pada saat itu Yesus memang sudah menetapkan waktuNya, maka Dia mulai melakukan mujijatNya yg pertama.” adalah pernyataan yang menganggap Maria tidak mengerti apapun tentang siapa Yesus, yang jelas-jelas salah. Ayat 11 mengatakan bahwa itu adalah mukjizat pertama Yesus, maksudnya adalah mukjizat pertama yang dilakukan di depan publik. Tidak diceritakan apakah Yesus pernah melakukan mukjizat atau tidak sebelumnya secara privat. Bukankah dengan pernyataan di atas, justru kesimpulan anda semakin menyimpang dari tekt? Apakah benar anda ingin menyimpulkan bahwa perkataan Maria “mereka kehabisan anggur” (ay 3), dapat diartikan bahwa Maria menginginkan Yesus membeli anggur?
Seperti yang saya jelaskan di atas, bahwa Yesus telah menetapkan waktuNya juga tidak menutup kemungkinan untuk mempergunakan partisipasi dari orang lain, dalam hal ini partisipasi Maria.
d. Kemungkinan lain yang anda berikan, yaitu bahwa Maria ingin mengetes Yesus, justru malah perlu dipertanyakan. Apakah anda ingin mengatakan bahwa Maria yang telah diberi kabar gembira oleh Malaikat Gabriel, bahwa dia yang akan mengandung Anak Allah yang maha tinggi, yang menjadi mempelai Roh Kudus, mengandung selama 9 bulan, yang hidup bersama-sama dengan Yesus selama 30 tahun, tidak mempunyai kesadaran bahwa Yesus adalah Anak Allah, yang sanggup melakukan segala sesuatu, sehingga Maria perlu mengetes Yesus? Apakah dalam hal ini, anda ingin menyatakan bahwa Maria tidak sepenuhnya percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah?
Anda mengatakan “Dengan demikian peristiwa tersebut merupakan pembelajaran yang diberikan Tuhan Yesus kepada Maria, bahwa Dia berkuasa. Jadi Yoh 2:1-11 itu adalah momentnya Yesus, bukan Maria, tokoh utama dan pelakunya adalah Yesus, bukan Maria. Subyeknya adalah Yesus, bukan Maria. Membalikkan fakta bahwa Maria adalah penyebab / penggerakNya sama dengan mengatakan bahwa matahari bercahaya karena mendapatkan sinar dari bulan.“
Dengan menyadari peran masing-masing, yaitu Maria yang berpartisipasi dalam karya keselamatan Kristus dan Kristuslah Tuhan yang membuat mukjizat, maka tidak perlu kita menghilangkan dimensi Ilahi dari Kristus dan tidak perlu kita menyingkirkan peran Maria. Untuk menghilangkan peran Maria, justru menghilangkan fakta bahwa Maria turut berperan dalam terjadinya mukjizat ini. Dan kalaupun Maria yang meminta kepada Yesus, maka tidak menghilangkan fakta bahwa hanya Yesuslah yang mempunyai kekuasaan mengabulkannya. Bahkan, permintaan Maria yang didorong oleh kasihnya kepada sesama, justru bersumber pada kasih Allah, yang berarti tidak menghilangkan peran Allah. Pertanyaannya adalah, mengapa kita tidak melihat peran keduanya?
2. Dan anda sendiri mengakui bahwa Abraham dan Musa (Abraham dan Musa juga tidak dapat merubah kehendak Allah – silakan baca di artikel ini – silakan klik) dan begitu banyak umat Allah turut berpartisipasi dalam karya keselamatan Allah. Mengapa sulit untuk menerima Maria, yang adalah ibu Tuhan, juga dapat turut berperan? Tidak dapat dipungkiri bahwa Allah mengasihi manusia dalam derajat yang berbeda-beda, memberikan rahmat kepada manusia dalam derajat yang berbeda-beda, sesuai dengan misi yang harus diembannya dan sesuai dengan kebijaksanaan Tuhan. Dan untuk itulah, kita seharusnya dapat menerima bahwa ada banyak nabi di dalam Perjanjian Lama, ada banyak pengajar, ada banyak hamba Allah yang dapat membuat mukjijat, namun hanya ada SATU BUNDA ALLAH, yaitu Maria. Dan biarlah kita mengakui bahwa Maria mempunyai tempat tersendiri dalam karya keselamatan Allah. Dengan tidak mengakui hal ini, berarti kita menutup mata terhadap cara Allah menyelamatkan manusia dan bertahan pada kemungkinan-kemungkinan yang dibuat sendiri.
Mungkin ada baiknya, kalau anda dapat menyelesaikan topik diskusi tentang “kerjasama antara rahmat Allah dan kehendak bebas dalam diri Bunda Maria” yang telah anda mulai di sini – silakan klik. Anda juga dapat melanjutkan diskusi tentang penal substitution di sini – silakan klik. Dengan demikian, diskusi tidak berlangsung setengah-setengah, seperti permintaan anda sebelumnya, kecuali, kalau memang anda telah menganggap diskusi tersebut telah cukup. Selesaikanlah satu topik diskusi, dan kemudian mulai lagi berdiskusi dengan topik yang baru. Saya minta maaf, bahwa saya tidak dapat melayani semua topik diskusi yang ingin anda kemukakan di website ini, karena keterbatasan waktu dan masih begitu banyak pertanyaan yang harus saya jawab. Namun untuk dua link tersebut (kerjasama rahmat dan kehendak bebas Maria, serta penal substitution) anda dapat melanjutkannya. Semoga hal ini dapat dimengerti oleh Kevin.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
@ Kevin.:
Penjelasan sdr sangat berbahaya.
Sdr mencoba menambahkan sesuatu (jam jam kejadian) dengan harapan akan mendukung pendapat saudara. sementara Alkitab tidak mencatatnya demikian, karena memang bukan mau menonjolkan apa yang menjadi penafsiran sdr. apa yang tercatat dalam alkitab tidak bisa merubah kenyataan bahwa mukjijat pertama yang Yesus lakukan bersamaan dengan hadirnya tokoh Maria di situ dan perkataan Maria yang menggugah Yesus. Bahkan Yesus sendiri kelihatan “sedikit marah” kepada Maria karena menurut Yesus waktuNya belum tiba tetapi sudah didesak oleh Maria. Dari situ saja kita dapat melihat bahwa sebenarnya Maria tahu dari pengenalannya dengan Yesus bahwa Yesus dapat dan sanggup melakukan sesuatu buat mereka.( Anda menambahkan pengertian supaya Yesus mengadakan/membeli/atau apalah…sungguh sangat tidak alkitabiah, karena justru dari situlah kelihatan bahwa anda menambahkan sesuatu atas tulisan alkitab bahwa Maria tidak tahu apa-apa dan hanya meminta bantuan fisik-ataukah ini mencerminkan anda sendiri yang meragukan iman akan Tuhan?-semoga tidak-)Saya sangat setuju dengan tulisan Stef: Maria justru sangat tahu dan kenal akan darah dagingnya sendiri selama 30 thn dari Nazaret dalam kandungan, Mesir di pengungsian dan Kana di pernikahan. Maria tahu persis Siapa Dia Yesus yang dia kandung dan kini berdiri dihadapannya sebagai lawan bicara. Mungkin masih ada banyak argumen tambahan sdr yang lain yang sdr akan kemukakan lagi untuk mendukung penafsiran saudara? Saya harap tidak.
Apa pun yang sdr kemukakan dan ketakutan orang Protestan terhadap Maria tidak merubah pendangan kami orang Katolik kepada Yesus dan Maria. Bagi orang katolik, Maria tidak pernah menggantikan peran utama Tuhan Yesus Kristus . Kami mencintai Tuhan lebih dari segalanya. Maria menjadi figur ideal bagi kami bagaimana harus mencintai Tuhan dengan totally. Dialah Maria yang memberikan contoh itu di Alkitab. Dia menyimpan segala sesuatu terhadap apa yang dilakukan Tuhan terhadapnya di dalam hatinya dan merenungkannya. sungguh indah porsi iman Maria. jadi ketakukan Protestan sebenarnya sangat tidak beralasan, Kami jemaat Katolik dapat membedakan hal itu dengan sangat jelas dan mudah, bukan seperti pandangan Protestan yang menuduh kami sebagai penyembah Maria. sungguh sangat ironi.
Shalom kevin,
Saya merasa aneh dengan “tanggapan saudara kevin sbb:
Kemungkinan lainnya adalah Maria memang meminta Yesus melakukan mujijat atas dasar segala sesuatu / kisah / cerita yang pernah disampaikan Yesus di waktu2 sebelumnya. Jadi dengan segala informasi / pengetahuan yang diperoleh Maria dari Yesus seputar keajaiban Tuhan / kemahakuasaan Tuhan, maka tiba2 Maria tergerak untuk “mencoba” atau “mengetes” Yesus, apakah benar apa yang selama ini dikatakanNya… Dan ketika waktu / saatNya tiba, Yesus membuktikan bahwa segala yang dikatakanNya dapat dibuktikanNya. Dengan demikian peristiwa tersebut merupakan pembelajaran yang diberikan Tuhan Yesus kepada Maria, bahwa Dia berkuasa.
Menurut yg saya pahami “maaf kalau salah’, mengapa bisa ada persepsi bahwa Maria ingin “mencoba atau mengetes” yesus yg adalah Allah itu sendiri. Maria sudah mengetahui dari malaika gabriel (Lks 1:26-38)bahwa Yesus anak yg dilahirkannya adalah firman allah yg hidup yg adalah Allah itu sendiri. Jadi maria sudah tahu bahwa anak yg dilahirkannya adalah Allah. Maka Yesus tidak perlu bercerita pada maria bahwa dia adalah allah(firman allah yg hidup). Apakah yesus mengangap maria tdk tahu? Apakah Yesus dianggap “maaf bodah” oleh orang2 yg mengatakan Yesus menceritakan dirinya adalah allah supaya maria tahu. Yesus adalah Tuhan, jadi tdk perlu Ia “maaf promosi pada ibunya bahwa Ia Tuhan”. Jadi buat apa Maria “mencoba/mengetes Yesus”? Apakah Maria sama dengan iblis yg mencobai Yesus(Mat:4:1-11). Saya pikir ini Maaf “keterlaluan sekali”. Apakah allah bapa dalam karya penyelamatannya bagi manusia memakai seorang wanita yg “maaf dikategorikan” sama dgn iblis? Sedangkan Elisabeth (ibu Yohanes pembabptis) keteika maria mengunjungi dia(Yesus belum lahir) mengatakan: Siapaka aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjugi aku(Lks 1: 43). Disini Elisabet sangat menghormati maria sehingga ia “merasa tidaK pantas” sampai Maria mengunjungi dia. Bagaimana dengan saudara/i kita /saya sendiri sebagai manusia menghormati Maria.? Mohon maaf bila pendapat saya ini salah .
Shalom,
Sonya Natalia
Salam Kasih,
Saya ingin bener2 tau bagian mana dari perkataan maria ibu Yesus yang menyatakan atau mengatakan meminta Yesus untuk mengubah air menjadi anggur sepengertian saya akan ayat itu tidak menjelaskan atau mirip sebagai suatu permintaan saya melihat di ayat itu seprtinya Tuhan Yesus bertanya “ada apa” saya cendrung beranggapan perkataan maria adalah memberitahukan atau menginformasikan bahwa anggur sudah habis di Yoh 2:5 Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan2 “Apa yang di katakan kepadamu buatlah itu. menurut ibu inggrid atau para pendukung katolisitas yang ikut berdiskusi disini setuju ngak klo ayat ini menyatakan kalau permohonan maria bukan utk Yesus tp kepada para pelayan di pesta
Pernyataan ibu inggrid
“Seandainyapun ada yang meminta kepada Yesus, tidak mengubah fakta, bahwa yang pertama kali memohon kepada Yesus adalah Maria, dan karena Maria adalah ibu-Nya, pasti pengaruhnya kepada Yesus lebih besar daripada pengaruh siapapun. Sebab, justru pesan yang mau disampaikan adalah, meskipun waktunya belum tiba bagi Yesus untuk melakukan mukjizat, namun atas permohonan Maria ibu-Nya maka Yesus melakukannya juga. Atas permohonan Bunda Maria-lah, maka Yesus membuat mukjizat-Nya yang pertama, yaitu mengubah air menjadi anggur” saya minta penjelasan supaya ketika saya mendidik anak saya sesuai permintaan gereja katolik dan di baptis secara katolik bisa lebih mantap dan bisa saya lakukan kalau tidak ada brarti ibu ingrid hanya memaksakan firman sesuai dengan keinginan hati GB
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
Peran Maria bukan hanya dalam mukjizat di Kana. Peran Maria mencakup seluruh proses keselamatan manusia yang direncanakan ALLAH dalam Yesus Kristus putraNya. Peran Maria berlangsung dalam mukjizat terbesar Yesus Kristus yaitu sebagai Sang Juru Selamat. Buktinya?
Alkitab bertaburan kisah dan peran Maria dalam mendampingi Yesus putra jasmaninya mengemban tugas penyelamatan manusia. Mulai dari kabar malaikat Gabriel, sampai gereja perdana lahir di Pentakosta pertama, Maria ada di sana. Mulai dari langkah Kristus memanggul salib yang pertama sampai hembusan nafasNya yang terakhir, Maria ada besertaNya. Sungguh pengorbanan seorang ibu yang besar mengantar anaknya menuju mezbah korban yang abadi. Tuhan Yesus tidak melupakan pengorbanan ibuNya, Bahkan begitu cintaNya kepada IbuNya, Yesus memberikan mandat kepada Yohanes murid yang dikasihiNya untuk menerima Maria dalam rumahnya.
Saya sungguh tidak habis berpikir mengapa banyak orang menolak Maria? Sementara Kristus memberikan mandat kepada murid yang dikasihiNya untuk merawat ibuNya, karena tidak melupakan dan meninggalkan pengorbanan ibuNya. Sementara pada jaman ini banyak orang melupakan pengorbanan Maria. Bukankah kita mau dan berusaha menjadi murid yang dikasihi dan berkenan kepada Yesus? Mengapa kita tidak menerima Maria dalam rumah kita seperti Yohanes. Bagaimana Yesus memandang kita yang menolak ibuNya?
Yesus ampunilah kami yang tidak menerima BundaMu dalam rumah kami.Kami mau belajar menjadi Yohanes yang Kau kasihi dan mau belajar menerima bundaMu dalam rumah hati kami dan dalam rumah gereja kami. amin
Comments are closed.