[Hari Minggu Biasa XXIV: Bil 21:4-9; Mzm 78:1-2, 34-38; Flp 2:6-11; Yoh 3:13-17]
Hari Minggu ini kita merayakan pesta Salib Suci, untuk mengenang Tuhan Yesus Kristus yang disalibkan untuk kita. Gereja merayakannya sambil juga mengenang St. Helena yang menurut tradisi Gereja, telah turut berjasa menemukan kembali salib suci Kristus di Yerusalem. Sehubungan dengan ini, ada juga fakta sejarah yang perlu kita ketahui, agar semakin memantapkan iman kita.
Pemberontakan bangsa Yahudi di abad awal mendorong Hadrian, Kaisar Romawi yang berkuasa saat itu (117-138), untuk menghapus nama Yudea, dan menamakan daerah itu menjadi Syria Palestina. Hadrian juga mengubah nama ibukota Yerusalem menjadi Aelia Capitolina dan melarang orang Yahudi untuk masuk ke sana. Saat itu Yerusalem, termasuk bait Allah, memang sudah menjadi reruntuhan akibat revolusi di tahun 70. Kaisar Hadrian meluluh-lantakkan apa yang masih tersisa di sana, dengan maksud menghabisi agama Yahudi. Hal serupa dilakukannya untuk menumpas pengaruh agama Kristiani. Ia meratakan bukit Kalvari dan membangun sebuah kuil dewa Yupiter di atasnya. Ia juga meratakan bukit di mana kubur Yesus terletak, dan membangun kuil bagi dewi Venus di atasnya. Ironisnya, bangunan- bangunan tersebut malah kemudian menjadi tanda dan bukti sejarah akan keberadaan tempat- tempat suci, di mana Tuhan Yesus sungguh telah disalibkan, dikuburkan dan bangkit dari mati.
Setahun setelah Kaisar Konstantin naik tahta di tahun 312, ia me-legalkan agama Kristiani di wilayah kekuasaan Romawi. Pada waktu itu, ibunya, St. Helena, juga menjadi Kristen. Dengan kuasa dari puteranya, di tahun 324 St. Helena pergi ke Palestina untuk menemukan tempat-tempat kudus sehubungan dengan Kristus dan mengabadikannya dengan membangun gereja di tempat- tempat itu. Demikianlah, ia membangun gereja Nativity di Betlehem, dan gereja Ascencion di bukit tempat Yesus naik ke Surga. Dua tahun berikutnya, kuil Yupiter dan kuil Venus dirobohkan. Para pekerja menggali lokasi tersebut dan menemukan kubur Yesus. Mereka lalu membangun gereja atasnya yang terus dilestarikan di sepanjang sejarah, dan yang sekarang kita kenal dengan nama the Church of the Holy Sepulchre di Yerusalem. Demikian pula, dengan dibongkarnya kuil tersebut, tersingkaplah lokasi penyaliban Tuhan Yesus di Kalvari/ Golgota. Di sebelah timur lokasi itu, di dalam sebuah sumur batu, ditemukan tiga buah salib dan plakat kayu yang bertuliskan INRI (Iesus Nazaranus Rex Iudaeorum). Menurut tulisan para Bapa Gereja, ketiga salib dan plakat itu kemudian dikeluarkan dari sumur. Seorang wanita yang sakit parah dan dalam sakrat maut dibawa ke sana. Wanita itu menyentuh ketiga salib itu satu persatu. Setelah menyentuh salib yang ketiga, ia sembuh seketika, dan dengan demikian orang-orang mengetahui salib yang mana di antara ketiga salib itu, yang adalah salib Kristus.
Apa gunanya kita mengetahui kisah ini? Pertama, kita dapat mengetahui lokasi otentik bukit Golgota dan kubur Yesus, sebab dewasa ini di Yerusalem ada lokasi lain yang diprediksikan oleh sejumlah orang di abad ke-19, sebagai lokasi Golgota dan kubur Yesus. Namun biar bagaimanapun, prediksi baru tersebut tetaplah tidak cukup didukung oleh fakta historis. Kedua, ditemukannya lokasi penyaliban Kristus dan kayu salib-Nya membuat kita semakin menyadari bahwa Tuhan Yesus sungguh-sungguh pernah mengambil rupa manusia dan telah disalibkan untuk kita. Ketiga, perayaan Salib Suci mengingatkan kita akan begitu besarnya makna Salib itu bagi kita umat-Nya. Salib itu disebut suci, karena Kristus Tuhan kita, pernah tergantung di sana saat menyerahkan nyawa-Nya demi menebus dosa-dosa kita. Sebab jika tidak demikian, maka salib tidak memiliki arti apapun bagi kita selain daripada dua palang kayu yang disatukan yang menjadi tempat penghukuman bagi para narapidana di zaman penjajahan Romawi di abad-abad pertama. Namun justru karena Kristus pernah disalibkan untuk kita, maka salib tidak lagi menjadi tanda keaiban, tapi sebaliknya menjadi tanda keajaiban kasih Allah yang menyelamatkan. Karena itu, salib bukanlah tanda kelemahan Allah, namun sebaliknya, kekuatan-Nya. Sebab hanya kekuatan Allah-lah yang menjadikan Kristus tetap mengasihi dan mengampuni orang- orang yang menyalibkan-Nya. Dan hanya dengan kekuatan Allah-lah, Kristus dapat merendahkan diri dan mengosongkan diri-Nya sedemikian rupa demi menyelamatkan kita. Kini dengan memandang kepada salib Kristus itulah kita pun dikuatkan untuk terus mengasihi dan mengampuni sesama; dan juga untuk bertumbuh dalam kerendahan hati, sebab itulah jalan yang dipilih Allah untuk menghantar kita kepada keselamatan kekal. Betapa dalamnya makna Salib itu, sehingga layaklah Tanda Salib itu melekat di batin kita, dan tidak semata kita buat di awal dan akhir doa secara tergesa-gesa.
Di pesta perayaan Salib suci ini, mari kita mendaraskan doa sederhana yang disusun oleh St. Fransiskus dari Asisi, “Kami menyembah Engkau, ya Kristus dan memuji-Mu, sebab dengan Salib Suci-Mu Engkau telah menebus dunia…..” Ya, Tuhan bantulah aku untuk semakin menghayati dalamnya makna Tanda Salib itu!