1. “Kami datang untuk menyembah Dia” (Mat 2:2)
Penghormatan kepada Sakramen Maha Kudus mempunyai dasar dari Kitab Suci, yaitu bagaimana kita ingin mengikuti teladan para gembala dan para majus yang menghormati Kristus yang telah lahir dan diam di tengah- tengah kita. St. Paus Yohanes Paulus II dalam surat ensikliknya, (Ecclesia de Eucharistia/ The Church and the Eucharist/ Gereja dan Ekaristi) mengajarkan,
“… pandangan Gereja selalu terus terarah kepada Tuhannya, yang hadir dalam Sakramen di Altar, yang di dalamnya Gereja menemukan pernyataan sempurna akan kasih Tuhan yang tak terbatas.” (The Church and the Eucharist, 1)
…Adorasi Sakramen Maha Kudus adalah… praktek sehari- hari yang penting dan menjadi sumber kekudusan yang tidak pernah habis… Adalah menyenangkan untuk menghabiskan waktu dengan Kristus, untuk bersandar pada-Nya seperti yang dilakukan oleh murid yang dikasihi-Nya, dan untuk merasakan kasih yang tak terbatas yang ada di dalam hati-Nya.” (The Church and the Eucharist, 10 & 25)
2. Apakah itu Adorasi Sakramen Maha Kudus?
Adorasi Sakramen Maha Kudus adalah tindakan penyembahan kepada Tuhan yang hadir dalam rupa Hosti yang telah dikonsekrasikan. Berpegang pada janji yang diberikan oleh Yesus dalam Perjamuan Terakhir, yang mengatakan, “Inilah Tubuh-Ku” dan “Inilah Darah-Ku”, dan oleh kuasa Roh Kudus, maka dalam doa konsekrasi yang diucapkan para imam, hosti diubah menjadi Tubuh Kristus, dan anggur menjadi Darah Yesus. Dengan demikian hosti yang telah dikonsekrasikan oleh Sabda Tuhan itu menjadi Tubuh Kristus, Sang Allah Putra. Dengan demikian, berdoa di hadapan Sakramen Ekaristi tersebut, sama dengan berdoa di hadapan Allah sendiri. Penghormatan terhadap Sakramen Maha Kudus ini dilakukan setiap kita berlutut ataupun memberikan hormat di hadapan tabernakel yang di dalamnya diletakkan sakramen Maha Kudus, menghormat sebelum menerima Ekaristi/ Komuni dalam Misa Kudus, ataupun pada saat Sakramen Maha Kudus ditahtakan.
3. Pentahtaan Sakramen Maha Kudus
Devosi ini diawali dengan pentahtaan Sakramen Maha Kudus. Imam atau diakon memindahkan hosti yang telah dikonsekrasikan ke dalam mostrans dan mentahtakannya di atas altar. Ketika hosti diletakkan di dalam mostrans, maka dikatakan sebagai pentahtaan Sakramen Maha Kudus.
4. Cara merayakan Adorasi Ekaristi
St. Alfonsus Liguori mengajarkan, “Dari semua devosi, penyembahan kepada Yesus dalam Sakramen Maha Kudus adalah devosi yang terbesar setelah sakramen- sakramen, dan sesuatu yang paling berkenan kepada Allah dan yang paling berguna bagi kita.”
Berikut ini adalah cara- cara untuk merayakan adorasi Ekaristi:
a) Pada saat Misa Kudus:
Kita berlutut pada saat imam mengangkat Sakramen Mahakudus tersebut sambil berkata, “Inilah Anak Domba Allah….” Sebelum menerima Komuni, tunduklah dan berilah penghormatan kepada Kristus yang hadir dalam rupa roti dan anggur.
b) Pada saat pentahtaan Sakramen Maha Kudus:
Pada paroki tertentu pentahtaan Sakramen Maha Kudus diadakan seminggu sekali, yang seringkali dilanjutkan dengan diperbolehkannya umat untuk datang dan menyembah Kristus dalam Sakramen Maha Kudus.
c) Devosi 40 jam:
Di beberapa paroki juga diadakan 40 jam Adorasi Ekaristi, diadakan setahun sekali.
d) “Perpetual Adoration”/ pentahtaan Sakramen Maha Kudus untuk adorasi tanpa putus selama 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu.
e) Mengunjungi/ singgah di gereja untuk memberikan penghormatan kepada Kristus yang hadir dalam tabernakel.
f) “Benediction”: Setelah pentahtaan dan adorasi, maka Sakramen Maha Kudus digunakan untuk memberkati umat. Umumnya diiringi oleh lagu O Salutaris Hostia, dan Tatum Ergo.
g) Prosesi: perjalanan parade umat dan imam dalam memberi penghormatan kepada Sakramen Maha Kudus.
5. Sejarah “Perpetual Adoration”
Walaupun hal kehadiran Yesus dalam Sakramen Maha Kudus telah diajarkan sejak jaman para Rasul, namun Adorasi tanpa henti baru dilakukan pada abad ke-6 yang dilakukan di katedral Lugo, Spanyol. Pada abad ke-12, St. Thomas Becket berdoa bagi Raja Henry II di hadapan “Tubuh Kristus yang maha agung” dan pada abad ke- 16 mulai dikenal devosi 40 jam di hadapan Sakramen Maha Kudus. Di abad ke-19 di Prancis, adorasi tanpa henti dilakukan di dalam komunitas para biarawati kontemplatif. Akhirnya devosi ini tersebar ke seluruh paroki di seluruh dunia.
6. Apa yang dapat dilakukan pada saat kita melakukan Adorasi Sakramen Maha Kudus?
Berikut ini adalah beberapa saran yang dapat dilakukan dalam Adorasi Sakramen Maha Kudus:
a) Ucapkanlah doa sebelum Adorasi, seperti yang pernah dituliskan di sini, silakan klik.
b) Berdoa dari kitab Mazmur atau membaca doa Ibadat Harian.
Kita dapat memilih Mazmur yang berisi pujian, ucapan syukur, permohonan ampun ataupun permohonan agar didengarkan Tuhan. Atau kita dapat pula mendoakan Ibadat Harian yang dibacakan oleh Gereja sepanjang tahun.
c) Mengulangi “Doa Yesus”
Mengulangi doa, “Tuhan Yesus, kasihanilah aku, yang berdosa ini.” Ulangilah terus, sampai hati dan pikiran anda tenang dan masuk dalam doa kontemplasi.
d) Merenungkan Kitab Suci (Lectio Divina)
Pilihlah salah satu perikop dalam Kitab Suci. Bacalah dan renungkanlah ayat- ayat tersebut. Pusatkan perhatian pada salah satu ayat yang menyentuh kita saat itu dan mohonlah agar anda dapat memahami apa yang Tuhan inginkan anda pahami akan ayat itu. Selanjutnya tentang Lectio Divina, klik di sini.
e) Bacalah riwayat hidup para Santa/ santo dan berdoalah bersama dengan mereka.
Banyak dari para orang kudus mempunyai devosi kepada Ekaristi, contohnya St. Teresia dari Lisieux ( Teresia Kanak- kanak Yesus), St. Katarina dari Siena, St. Fransiskus Asisi, St. Thomas Aquinas, dan Bunda Teresa dari Kalkuta. Kita dapat membaca riwayat hidup mereka dan berdoa bersama mereka di hadapan Sakramen Maha Kudus, semoga kitapun didorong untuk bertumbuh di dalam iman dan kekudusan seperti mereka.
f) Curahkan isi hati kepada Kristus dan sembahlah Dia.
Kita dapat pula datang dan mencurahkan isi hati kita kepada-Nya, menyadari bahwa kita berada di dalam hadirat-Nya. Kita berdoa seperti St. Fransiskus Asisi, “Aku meyembah-Mu, O Kristus, yang hadir di sini dan di semua Gereja di seluruh dunia, sebab dengan salib suci-Mu Engkau telah menebus dunia.”
g) Mohonlah ampun kepada Tuhan dan berdoalah bagi orang- orang lain
Kita dapat pula berdoa bagi mereka yang pernah menyakiti hati kita dan memohon rahmat Tuhan bagi mereka. Mohonlah agar Tuhan mengampuni kita, yang juga telah menyakiti sesama/ kurang memperhatikan mereka. Atau, seperti yang dianjurkan oleh St. Faustina Kowalska, kita dapat berdoa memohon kerahiman ilahi bagi seluruh dunia dan kita dapat mendoakan doa Kerahiman Ilahi tersebut.
h) Berdoalah rosario.
St. Paus Yohanes Paulus II mengajak kita untuk merenungkan tatapan Bunda Maria yang memandang bayi Kristus di pelukannya, saat kita berada dalam persekutuan dengan Kristus. Kita dapat pula berdoa rosario dan memohon agar bersama Bunda Maria kita dapat memandang Kristus di dalam Ekaristi.
i) Duduk sajalah dengan tenang dan alami hadirat Tuhan
Kita dapat pula duduk tenang dalam hadirat Tuhan seperti halnya kita sedang mengunjungi seorang sahabat. Duduk tenang di hadapan-Nya, dan nikmatilah hadirat-Nya. Daripada bercakap- cakap dengan-Nya, kita dapat pula diam, dan berusaha mendengarkan apa yang hendak disampaikan-Nya.
j) Di akhir Adorasi, dapat diucapkan doa penutup, silakan klik.
7. Adorasi tidak sama dengan devosi
Maka Adorasi yang artinya penyembahan tidak sama persis dengan devosi. Adorasi/ penyembahan hanya diberikan kepada Kristus, sedangkan devosi yang merupakan praktek religius, dapat berupa penyembahan kepada Kristus maupun juga penghormatan kepada para orang kudus.
Melihat penjabaran di atas, maka meditasi/ merenungkan tentang Kristus, sabda-Nya dan peristiwa hidup-Nya dapat merupakan bagian dari Adorasi. Namun Adorasi sendiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yang lain, tidak harus meditasi.
Buah- buah yang diperoleh dari Adorasi adalah pertumbuhan rohani bagi mereka yang melaksanakannya, yang diperoleh karena rahmat dari Kristus sendiri. Sudah menjadi rahasia umum bahwa paroki- paroki yang rajin melakukan doa Adorasi, dan menyediakan “perpetual adoration” (Adorasi tanpa henti) akan diberkati Tuhan; panggilan imamat dari paroki tersebut akan meningkat, dan keluarga- keluarga dalam paroki tersebut dapat lebih bersatu dan bersemangat dalam melakukan tugas- tugas kerasulan.
Jadi, bagi pembaca katolisitas yang tinggal di paroki yang mempunyai kapel Adorasi, alangkah baiknya kita meluangkan waktu untuk setidaknya sekali seminggu melakukan 1 jam Adorasi di hadapan Sakramen Maha Kudus. Alamilah kasih Tuhan, dan alamilah juga buah- buah positifnya dalam hidup kita.
Shalom Tim Katolisitas,
mohon bantuan informasi / penjelasan, apakah kita boleh berdoa bersama-sama di dalam Kapel Adorasi?
Dalam arti bersama-sama mengucapkan doa dengan volume suara seperti saat kita berbicara pada umumnya. Misalnya: mendoakan Doa Jam Kerahiman Ilahi, Koronka dan Rosario di jam 15.00 – 16.00.
Di paroki saya yang lama, ada PDKI yang mengelola Kapel Adorasi Abadi dan KAA dipakai secara khusus pada jam 14.50 – selesai untuk berdoa Jam Kerahiman & Koronka bersama-sama ( ada bacaan Injil, renungan, lagu pembuka, doa umat/intensi khusus, dan lagu penutupnya juga ). Saya sering ikut bergabung dengan devosi ini.
Sedangkan di paroki saya yang sekarang, ada informasi dari umat yang mengikuti semacam seminar tentang tata cara beradorasi di Surabaya, dijawab oleh seorang romo, bahwa berdoa berjamaah / bersama-sama di dalam Kapel Adorasi itu tidak diperbolehkan, harus sendiri-sendiri, tidak boleh berkelompok.
Mohon penjelasannya, bagaimana dengan pengajaran Gereja dan Magisterium mengenai hal ini.
Terima kasih dan berkah dalem.
Shalom St3phanie777,
Memang ketentuan umumnya adalah bahwa kapel Adorasi sakramen Mahakudus adalah tempat umat berdoa dalam keheningan untuk menyembah Kristus dalam Sakramen Mahakudus. Namun demikian, jika diinginkan dan diketahui/ disetujui oleh pastor paroki, di kapel dapat juga dialokasikan waktu tertentu untuk doa bersama dalam komunitas untuk menghormati sakramen Mahakudus. Tentu untuk hal ini diperlukan izin dari pastor paroki, dan jadwal doa bersama ini perlu diketahui oleh umat lainnya, sehingga mereka yang ingin berdoa Adorasi dalam keheningan, akan datang ke kapel di luar jam doa bersama tersebut.
Tentang hal ini, Direktorium tentang Kesalehan Umat dan Liturgi mengatakan:
“165. Dalam sembah sujud Sakramen Mahakudus, yang bentuknya beraneka ragam, dipadukan sejumlah unsur yang diambil dari liturgi dan kesalehan umat, sehingga tidak gampang menentukan batas-batasnya:
* kunjungan sederhana kepada Sakramen Mahakudus: perjumpaan singkat dengan Kristus, yang diilhami oleh iman akan kehadiran nyata kristus, dengan ciri khas doa batin; sembah sujud di hadapan Sakramen Mahakudus yang ditakhtakan selama waktu tertentu dalam monstrans atau piksis, sesuai dengan kaidah liturgis.
* adorasi atau Quarantore, melibatkan seluruh komunitas religius, atau persekutuan Ekaristis, atau paroki; ini biasanya merupakan kesempatan untuk mengungkapkan aneka kesalehan Ekaristis.
Kaum beriman hendaknya didorong untuk membaca Kitab Suci selama masa adorasi ini karena Kitab Suci merupakan sumber doa yang tidak tertandingi. Madah dan kidung serasi yang didasarkan pada madah serta kidung Ibadah harian dan masa-masa liturgis dapat juga didukung; demikian pula doa-doa batin dan renungan. Sedikit demi sedikit, kaum beriman hendaknya didorong untuk tidak melakukan devosional lain selama pentakhtaan Sakramen Mahakudus. Berhubung dengan kaitan erat antara Kristus dan Bunda kita, Rosario selalu dapat menjadi alat bantu untuk memberikan arah kristologis pada doa-doa, karena rosario mencakup renungan atas penjelmaan [Inkarnasi Kristus] dan penebusan.”
Berdasarkan ketentuan ini, maka sepertinya masalahnya bukan apakah tidak boleh berdoa bersama di kapel Adorasi. Sebab, jika tidak mendominasi waktu penggunaan kapel, maka jadwal doa bersama di hadapan sakramen Mahakudus dapat dilakukan. Hanya saja, memang tidak dianjurkan untuk melakukan devosi lain yang mengaburkan devosi kepada sakramen Mahakudus. Dengan patokan ini, maka doa yang cocok didoakan di kapel Adorasi adalah merenungkan misteri hidup Kristus, melalui bacaan Kitab Suci maupun permenungan peristiwa-peristiwa hidup Yesus dalam doa Rosario.
Nah, sekarang bagaimana dengan doa devosi Kerahiman Ilahi? Doa ini memang menghormati Kristus dan kerahiman-Nya. Namun ada kecenderungan bahwa para devosan kemudian membawa serta gambar/ lukisan Kerahiman Ilahi, untuk ditakhtakan/ disandingkan dengan sakramen Mahakudus. Ini sesungguhnya yang dapat berpotensi membuat bingung umat. Sebab yang sudah dengan nyata hadir di kapel Adorasi adalah Tuhan Yesus sendiri dalam rupa Sakramen Mahakudus, sehingga penggambaran lainnya dalam bentuk lukisan, apalagi dengan ukuran yang lebih besar dari tabernakel/ monstrans itu sendiri, berpotensi mengalihkan perhatian umat dari Sakramen Mahakudus yang seharusnya menjadi pusat/ tujuan mereka ber-adorasi.
Apapun masalahnya, silakan membicarakan dengan pastor paroki, agar dapat diperoleh jalan keluarnya. Devosi diadakan untuk memperdalam iman dan penghayatan kita akan kasih Tuhan dan mempererat hubungan kita dengan Tuhan. Maka pelaksanaannya juga sedapat mungkin mencerminkan penghayatan iman kita, untuk semakin mengukuhkannya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org.
Salam St3phanie777,
Salam Paskah. Adorasi pribadi dan bersama di depan Sakramen Mahakudus adalah bentuk devosi yang berbeda dengan liturgi. Untuk liturgi Gereja memberikan pedoman yang lebih ketat dalam mengatur pelaksanaannya. Sebaliknya devosi jauh lebih fleksibel karena Gereja tidak memberikan banyak peraturan yang mewajibkan tetapi pedoman yang menjamin fleksibilitas itu. Orang beriman mendapat kemungkinan lebih besar untuk membuat devosi (seperti adorasi) sesuai dengan kebiasaan, kebutuhan dan situasi setempat. Perlu kita hargai kebiasaan, kebutuhan dan situasi setempat dalam hal adorasi yang bisa berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Memang ada hal penting-pokok yang berlaku umum di mana-mana, namun dalam hal-hal yang tidak pokok diberikan lebih banyak kemungkinan penyesuaian.
Tks dan doa. Gbu.
Rm Boli
PS: Oleh karena itu silakan didiskusikan dengan imam paroki tentang penyesuaian yang akan dilakukan di paroki, sehubungan dengan penggunaan ruang Adorasi untuk kegiatan devosi maupun liturgi.
Dear katolisitas.org,
saya ingin bertanya apakah adorasi live melalui webcam seperti di website
http://www.savior.org/, itu diperbolehkan karena cukup mudah melalui diakses lewat internet maupun smartphone atau bagaimana kita harus bersikap ???
Thanx
Okky
Shalom Okky,
Pada dasarnya kita perlu melihat bahwa gambar yang diambil melalui webcam adalah hanya alat bantu untuk berdoa. Maka peran gambar dari webcam tersebut serupa dengan peran lukisan, patung, ikon atau benda-benda sejenisnya. Kita tidak menyembah gambar ataupun patung itu, namun hanya menggunakannya untuk membantu mengangkat hati dan pikiran kita kepada Yesus yang kita sembah dalam Sakramen Mahakudus, meskipun dari jarak jauh dan tidak secara fisik kita hadir di hadapan Sakramen tersebut.
Di dalam Sakramen Mahakudus itu, Yesus sungguh-sungguh hadir secara nyata dalam rupa hosti kudus. Oleh karena itu Gereja memang mendorong umatnya untuk menyediakan waktu bagi doa pribadi di hadapan Sakramen Mahakudus (lih. Sacramentum Caritatis, 68). Gereja memberikan indulgensi penuh kepada umatnya yang melakukan Adorasi di hadapan sakramen Mahakudus minimal selama setengah jam, jika keempat syarat lainnya terpenuhi (silakan klik di sini). Adorasi dengan webcam memang tidak termasuk dalam persyaratan perolehan indulgensi ini. Namun demikian, jika cara berdoa sedemikian membantu, maka itu dapat dilakukan. Sebab jika kita tidak dapat berdoa di hadapan Sakramen Mahakudus, Tuhanpun tetap ditinggikan melalui doa-doa yang dilakukan di rumah/ kamar kita sendiri, dan Tuhan tetap dapat mengaruniakan berkat-berkat-Nya, sebab kehadiran dan kuasa-Nya tidak terbatas.
Maka doa Adorasi dengan bantuan webcam tersebut jika dibandingkan dengan kehadiran fisik di hadapan Sakramen Mahakudus, adalah serupa dengan Komuni spiritual (Komuni rohani), jika dibandingkan dengan menyambut sakramen Ekaristi (Komuni sakramental). Adorasi dengan webcam ini memang tidak sama persis artinya dengan Adorasi dengan kehadiran fisik, sebab dengan kehadiran kita secara fisik kita dapat menanggapi kehadiran Kristus yang secara nyata (bukan hanya secara rohani) ada dalam rupa hosti itu. Demikian pula, Komuni rohani juga tidak dapat disamakan artinya dengan komuni sakramental, namun tetap mempunyai efek mempersatukan kita dengan Kristus secara rohani. Komuni rohani ini, jika dilakukan dengan sikap batin yang baik dalam rumusan doa apapun (contohnya, klik di sini) dapat mendatangkan perolehan indulgensi sebagian.
Nah sekarang sikapnya seperti apa untuk doa tersebut, silakan Anda tentukan sendiri sikap yang layak, seperti halnya sikap Anda dalam doa-doa pribadi Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
dear katolisitas,
Apa perbedaan antara adorasi dan salve??
Terima kasih.
Salam Brian,
Adorasi berasal dari kata adorare (kata kerja bahasa Latin yang berarti meneyembah, memuja) dan adoratio (kata benda bahasa Latin yang berarti penyembahan, pemujaan). Dalam konteks ibadat Gereja Katolik, adorasi adalah istilah yang dipakai untuk kegiatan penyembahan Sakramen Mahakudus. Biasanya Sakramen Mahakudus dalam bentuk roti yang sudah dikuduskan menjadi Tubuh Kristus, setelah perayaan Ekaristi disimpan di dalam tabernakel untuk diberikan kepada orang sakit sebagai komuni dan juga untuk disembah dan dipuji oleh orang beriman di luar perayaan Ekaristi. Adorasi (penyembahan) itu bisa dilaksanakan secara pribadi di depan tabernakel, tetapi bisa juga dilaksanakan penyembahan bersama-sama dengan orang beriman. Untuk itu biasanya hosti kudus yang disimpan dalam tabernakel pada monstrans, dikeluarkan dari tabernakel dan ditakhtakan dengan monstrans di atas altar. Penyembahan bersama (adorasi) setelah Sakramen Mahakudus ditakhtakan disebut juga Salve (dalam bahasa Latin berasal dari kata ‘salve’ yaitu ucapan salam, atau pujian syukur. Dalam adorasi bersama atau salve biasanya doa dan nyanyian dibuat bersama-sama, ada juga pendupaan.
Salam dan doa. Gbu.
Rm Boli
terima kasih romo. Sudah jelas
Shalom Romo,
Saya mau tanya, saya baru aja dapet garam yg sdh diberkati Romo tp tidak ada air berkatnya, nah klo untuk kesembuhan apa boleh garam berkatnya saya campur dengan air putih biasa yg tidak diberkati Pastor/Romo trus sebelum saya minum saya berdoa dulu untuk memberitahu dan memohon kepada Tuhan Yesus peruntukan garam berkat itu untuk kesembuhan saya?
Dan ini Romo saya terakhir ikut Misa sampai selesai dan ada umat Katolik dia berdoa setelah Misa selesai ke Tabernakel kok hanya di bangku Jemaat tetapi memang menghadap mengarah ke Tabernakel nah apa saya sudah benar yg berdoa di depan Tabernakel tapi persis 1 meter di depan Tabernakelnya dan sambil berdiri?
Salam Anggi,
Silahkan saja. Sesuai dengan maksud pemberkatan (seperti jelas dari rumusan berkat garam), Anda bisa menggunakan garam sebagai sakramentalia dan maksud Gereja yaitu untuk kesembuhan dan penjauhan dari yang jahat.
Salam
RD. Yohanes Dwi Harsanto
Salam Anggi,
ini soal sikap devosi pribadi yang dibuat sesudah perayaan liturgi (Ekaristi). Jadi tak ada aturan yang mengikat. Umumnya orang berlutut, tetapi bisa juga duduk (bersila), berdiri. Boleh dari jauh, boleh dari dekat. Yang penting penuh hormat. Sebaiknya perhatikan kebiasaan orang setempat, apalagi kalau ada tanda larangan (seperti di beberapa tempat diberi batas) untuk mendekati tabernakel. Baik sekali kalau ada kebiasaan berdoa di depan tabernakel. Pertahankan dan tingkatkan kunjungan kepada Yesus dalam Sakramen Maha Kudus yang berada dalam tabernakel.
Tks dan doa.Gbu.
Rm Boli Ujan, SVD.
Shalom Romo,
Terima kasih Romo Boli dan Romo Santo, atas respond dan jawabannya.
Dear bu Ingrid,
Rahmat apa yang mungkin tercurah dariNya dan kita terima dalam Adorasi Jam Suci tersebut?
saya mempunyai pengalaman ketika melakukan Adorasi pribadi di kapel Adeka salah satu paroki.
waktu itu beban batin saya sangat berat dan sewaktu berniat berAdorasi, saya tidak merasa mengantuk sama sekali. namun anehnya, selama Jam Suci saya tidak merasa berada di sana selama 1 jam tapi hanya terasa seperti 5 menit saja; posisi tubuh saya tidak bergeser, kaki tidak kesemutan berlutut selama 1 jam, dan saya tidak merasa berdoa apa2 namun saya juga tidak merasa tertidur. sebagai “hadiahnya”, saya merasakan damai luar biasa dan semangat hidup terasa disegarkan kembali.
kini saya rajin berAdorasi walau belum diperkenankan mengalami pengalaman damai luar biasa tsb lagi hehee… apakah pengalaman tsb namanya mengalami resting in spirit seperti yang terjadi pada KKR Kharismatik?
terima kasih ^^
Shalom Indriani,
Pertama-tama, ucapkanlah syukur kepada Tuhan, jika Anda dapat mengalami pengalaman rohani sedemikian, saat berdoa di hadapan sakramen Mahakudus. Tuhan memang dapat memberikan rahmat-Nya dengan berbagai cara, dengan atau tanpa disertai pengalaman rohani yang istimewa. Maka jika kita diberi pengalaman rohani, selayaknya kita mengucap syukur kepada Tuhan, namun jika kita tidak lagi diberi pengalaman rohani dalam doa, jangan sampai mengendurkan semangat kita untuk berdoa. Dari kesaksian hidup para Santo dan Santa, kita mengetahui bahwa pengalaman rohani itu bukanlah suatu patokan untuk mengetahui apakah doa kita didengar Tuhan atau tidak. Maka janganlah kita memusatkan perhatian kepada pengalaman-pengalaman rohani semacam itu, karena dengan demikian, malah perhatian kita tertuju kepada perasaan kita, dan bukan kepada Tuhan sendiri. Hal ini perlu kita waspadai.
Rahmat yang tercurah dalam doa sangatlah bervariasi, entah dapat berupa rahmat Roh Kudus beserta dengan karunia dan buah-buahnya, kesembuhan jasmani maupun rohani, maupun rahmat menikmati hadirat Tuhan, yang melampaui kata-kata. Resting in spirit yang umum terjadi pada saat pencurahan Roh Kudus merupakan salah satu cara Tuhan menyatakan kuasa-Nya, namun sesungguhnya pencurahan Roh Kudus tidak diukur dari hal itu. Tuhan mencurahkan rahmat-Nya secara istimewa melalui sakramen-sakramen Gereja, terutama Ekaristi dan Pengakuan dosa, namun demikian, Ia juga dapat mencurahkan Roh Kudus-Nya dengan cara yang sederhana, bahkan tanpa pengalaman yang luar biasa, melainkan dalam kejadian kecil sehari-hari. St. Therese dari Lisieux mengajarkan tentang hal ini dengan jelas, dan sebagaimana dialaminya sendiri dalam hidupnya, karena ia mempunyai hubungan yang sangat akrab dengan Tuhan Yesus dan Bunda Maria. Jika kita membaca riwayat hidupnya, maka kita perlu mengakui bahwa penghayatan iman dan kekudusan St. Therese tersebut, jauh melampaui penghayatan iman kebanyakan dari kita, justru karena ia berhasil menemukan Tuhan dalam kejadian sehari-hari yang sangat sederhana.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Mohon advice klu menggunakan lagu taize bgmaNa ya?dan sy pernah melihat dalam sejarah adorasi baju harus tertutup dan berkerudung apakah masih boLeh dapakah masih boleh dilaksanakan?untuk adoran sy sendiri penggemar berat adorasi
Shalom Cornelius,
Sepanjang pengetahuan saya, walaupun terdapat doa-doa baku yang umum didoakan bersama dalam doa Adorasi Sakramen Mahakudus, namun tentang lagu-lagunya tidak ada ketentuan baku, kecuali lagu-lagu khusus untuk sakramen Mahakudus, seperti lagu Tantum Ergo, dan lagu-lagu penghormatan kepada sakramen Mahakudus. Maka, selain lagu-lagu tersebut, jika ingin dilantunkan lagu-lagu Taize nampaknya dapat saja dilakukan, sepanjang liriknya memang cocok untuk Adorasi/ penyembahan.
Hal memakai tutup kepala/ berkerudung bagi wanita ketika mendekati altar Tuhan (di mana Sakramen Mahakudus juga ditahtakan), memang pernah disyaratkan dalam Kitab Hukum Kanonik 1917 Kan. 1262, § 2. Namun pada saat Kitab Hukum Kanonik 1983 dipromulgasikan hal ini tidak lagi disebutkan. Atas dasar Kan. 6, § 1, yang menyatakan bahwa jika suatu kanon tidak dimasukkan dalam KHK yang baru ini, artinya sudah tidak diberlakukan lagi, maka kewajiban kanonik bagi para wanita untuk memakai tutup kepala/ kerudung tidak lagi diharuskan. Namun demikian, hal memakai tutup kepala ketika menghadiri perayaan Ekaristi ataupun berdoa Adorasi, masih dapat dilakukan. Hal ini masih umum diterapkan oleh umat Katolik yang merayakan Misa Tridentina, ataupun pada Misa para peziarah di Vatikan. Perihal pemakaian tutup kepala ini, sudah pernah sekilas dibahas di sini, silakan klik; dan tentang berpakaian sopan, silakan klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Mohon pencerahannya : bagaimana tata liturgi utk merayakan Misa Adorasi? Apa perlu wiruk? Kapan wiruk dipakai? Terima kasih
Salam Joko,
Apa yang Anda maksudkan dengan misa adorasi? Apakah yang dimaksud adalah Misa yang di tengahnya dibuat adorasi Sakramen Mahakudus? Yang perlu kita ketahui pertama-tama adalah bahwa adorasi (Sakramen Mahakudus yang ditakhtakan atau tidak ditakhtakan) entah dibuat secara pribadi atau bersama, adalah kegiatan yang dibuat di luar perayaan Ekaristi (sebelum atau sesudah Ekaristi), atau sebagai kegiatan yang mengganti Ritus Penutup Ekaristi.
Jadi tidak ada misa adorasi, dan hendaknya dihindarkan adorasi Sakramen Mahakudus di dalam Ekaristi.
Pada dasarnya adorasi adalah kegiatan non-liturgis, jadi lebih leluasa dalam cara dan tata laksananya. Ada kebiasaan umum yang sebaiknya diperhatikan, termasuk lagu-lagu, doa, peralatan dan pakaian serta urutan, tetapi sebagai kegiatan devosional, para devosan tidak sangat terikat pada pola tertentu seperti halnya liturgi (termasuk misa).
Kalau dibuat adorasi sebagai pengganti Ritus Penutup, atau di luar Ekaristi, wiruk dipakai setelah Sakramen Mahakudus ditakhtakan di atas altar didupai oleh imam, juga pada saat dinyanyikan Tantum Ergo (Sakramen seagung ini) ayat kedua didupai oleh imam, dan pada saat pemberkatan dengan Sakramen Mahakudus didupai oleh putra-putri altar.
Salam dan doa. Gbu.
Rm Boli, SVD.
Salam Damai Kristus beserta kita,
Melalui tema adorasi saya akan menanyakan apakah sebaiknya yang dilakukan dalam siap adorasi, karena panggilan iman saya untuk berdoa di ruangan adorasi dengan mengunakan nada dalam setiap doa seperti yang dilakukan para imam dalam melakukan prefasi agung sebuah Misa. Apakah hal itu benar atau salah ….dan pada saat melakukan memang dalam kesendirian…namun pada saat melihat kalimat Mazmur, rasa hati ini menggerakkan mulut untuk menadakan dengan keras seperti menyanyikan sebuah lagu atau azan bagi saudara kita yang Muslim………menurut rekan saya dalam ruang adorasi haruslah tenang, namun panggilan hati berbeda dan melakukan seperti itu.
Mohon bantuan dan penjelasan karena setiap lihat bacaan Mazmur dalam ruang adorasi terasa ingin memuji dan menyanyikan dengan keras serta dalam doa dibacakan dengan nada. Benar atau tidakkah yang saya lakukan walau dalam ruang adorasi.
Terima kasih dan mohon sarannya.
*Tuhan Memberkati kita semua*
Shalom Andhi,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang adorasi. Secara prinsip, apapun yang kita lakukan dalam adorasi adalah untuk menyembah Kristus yang bertahta di ruang adorasi. Beberapa hal ini adalah yang dapat dilakukan dalam adorasi: berdoa dengan Mazmur atau brevier, mendoakan doa singkat seperti “Yesus, kasihanilah aku” dan dilakukan berulang-ulang (ejaculation prayer), meditasi dengan menggunakan Kitab Suci, membaca kehidupan para kudus serta berdoa bersama dengan orang kudus itu, berbicara kepada Kristus dalam doa spontan, meminta pengampunan dan melakukan doa syafaat, berdoa Rosario, duduk diam dan menikmati kebersamaan bersama Yesus. Kita memang harus juga menciptakan suasana yang baik di dalam ruang adorasi. Tentu saja anda dapat berdoa mazmur dengan disenandungkan sejauh tidak mengganggu orang lain. Saya yakin, kalau dilakukan tidak terlalu keras juga tetap dapat membuat anda dekat dengan Yesus. Menyanyi terlalu keras mungkin dapat mengganggu orang lain, seperti orang lain yang mau datang ke ruang adorasi mungkin tidak jadi datang karena terdengar ramai. Anda dapat menyanyikan (tidak terlalu keras) jika tidak ada orang lain di ruang adorasi, atau anda tetap dapat menyanyikan mazmur di dalam hati, jika ada orang lain berdoa di ruang adorasi. Dengan cara ini, anda dapat berdoa dengan baik dan pada saat yang bersamaan anda dapat membantu orang lain untuk dapat juga berdoa dengan baik. Semoga usulan ini dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam Damai Kristus,
Terima kasih atas jawabannya namun saya sedikit keberatan mengenai dinyanyikan dalam hati dalam bermazmur karena muncul secara spontan dan memang timbul dari dorongan hati, sehingga pikiran ini terkadang tidak bisa menghentikan lajunya gejolak hati. Sehingga apabila saya terdiam terasa banyak bisikan-bisikan yang sangat mengganggu, doa ini saya lakukan sekitar jam 3 pagi sehingga memang sangat sunyi.
Dan memang saya akui, saya merasakan seperti melakukan kumandang subuh pada saat bermazmur. Pada saat doa saya menggunakan cara seperti saat pastor melakukan doa prefasi sebelum Doa Syukur Agung, hal ini dilakukan dengan suara berbeda seperti pada saat bermazmur.
Salahkah saya melakukan hal seperti ini? Puji Tuhan hingga hari ini saya masih melakukannya, bukan karena berniat akan sesuatu tetapi seperti panggilan iman yang luar biasa serta berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari.
Demikian tambahan informasi dan pertanyaan dari saya. Terima kasih atas jawaban dan penjelasannya.
*Tuhan Memberkati*
Shalom Andhi,
Saya percaya sesungguhnya anda sudah memahami prinsipnya, yaitu jika anda tidak ada orang lain dalam ruang Adorasi (silakan anda memastikannya), dan anda tergerak menyanyikan mazmur, nampaknya anda dapat melakukannya, dengan catatan tidak terlalu keras, agar tidak ‘mengagetkan’ bagi orang lain yang mungkin ingin masuk juga ke dalam ruang Adorasi untuk menyembah Tuhan. Namun jika sudah ada orang lain, silakan anda bersikap tenang dan tidak menyanyi, demi menciptakan suasana hening, yang menjadi salah satu ciri utama dari doa Adorasi Sakramen Maha Kudus. Dengan menerapkan prinsip ini, anda tidak hanya menghormati Tuhan Yesus, tetapi anda juga menghormati sesama yang juga ingin berdoa di sana, dan ini sesuai dengan prinsip hukum kasih dalam Mat 22:37-39.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
saya hanya mau bertanya ibu pemandu, bagaimana tanggapan anda berkaitan dengan beberapa bentuk adorasi, misalnya yang sering diadakan dalam pembaharuan kharismatik, bahwa di sana orang mengadakan penyembahan kepada sakramen maha kudus dengan doa dan lagu-lagu kharismatik. dalam adorasi gaya ini beberapa unsur yang saya lihat muncul, Yesus sebagai pusat, doa, keheningan dan manifestasi Roh kudus.
lalu saya mau bertanya, apakah kita bisa mengisi adorasi 24 jam ini dengan gaya adorasi semacam ini? tks, Tuhan memberkati.
Fransiskus Yth,
Adorasi Sakramen Mahakudus dalam arti kegiatan penyembahan Tuhan Yesus yang hadir dalam hosti kudus yang ditakhtakan dalam monstrans atau yang disimpan dalam tabernakel, adalah satu bentuk devosi. Jadi berbeda dengan liturgi. Devosi tidak dibuat di tengah perayaan Ekaristi, tetapi hendaknya dilaksanakan sebelum atau sesudah perayaan Ekaristi. Dalam hal ini devosi seperti adorasi Sakramen Mahakudus lebih fleksibel dan fleksibilitas ini dapat dimanfaatkan oleh kelompok karismatik untuk menggunakan unsur-unsur yang cocok dengan kekhasan kelompok.
Salam dan doa. Gbu.
Rm Boli.
Saya ingin tanya, apakah ada referensi mengenai tata ruang adorasi? Misalnya harus dibuat kedap suara (agar suara berisik dari luar tidak masuk) dan juga hal-hal lainnya. Sebab saya melihat ada beberapa ruang adorasi yang dibangun berjauhan dengan pastoran (keamanannya bagaimana?), tidak kedap suara, bahkan dindingnya dari bahan tripleks, namun interiornya ‘wah’ banget.
Saya juga ingin tahu tentang tata letak panti imam, sebab saya terganggu dengan penempatan sedelia (tempat duduk imam) yang dibuat dengan 2-3 anak tangga, sedangkan untuk menuju tabernakel tidak ada anak tangga. Sehingga ketika imam berdiri, tabernakel hanya setinggi perut imam…. Apakah ada buku panduan untuk hal-hal seperti ini?
Terima kasih.
Susianti
Salam Susianti,
Komisi Liturgi KWI telah menerbitkan buku “Direktorium tentang Kesalehan Umat dan Liturgi, Azas-Azas dan Pedoman”, 2011.
Silahkan klik: http://biblikaindonesia.blogspot.com/2011/04/direktorium-tentang-kesalehan-umat-dan.html
Pelaksanaan Liturgi yang merupakan puncak dan sumber hidup beriman serta praktek devosi yang memupuk kesucian umat, memang masih menjadi “pekerjaan rumah” bagi Gereja Indonesia. Hal ini karena pendidikan liturgi di Fakultas Teologi / Seminari masih membutuhkan banyak pembenahan. Juga perlu makin banyak pendidikan dan praktek liturgi yang baik benar dan indah serta agung mulia sekaligus membumi, bagi imam dan umat. Sekarang Komisi Liturgi dan para ahli liturgi Indonesia terus menerus memberi arahan kepada imam dan umat. Keuskupan Agung Semarang, misalnya, pada bulan Mei selalu membuat “Katekese Liturgi”. Bulan Mei dijadikan “bulan katekese liturgi”, untuk mendidik umat berpengetahuan mengenai hakikat liturgi dan ulah devosi/kesalehan. Biasanya, renungan/pengajaran ditempatkan di sela-sela doa rosario yang merakyat itu. Para ahli liturgi selalu mengatakan: “Hendaknya kita mengacu pada pedoman-pedoman itu, dan bukan selera sendiri”. Namun pada prakteknya masih diperlukan kerendahan hati. Saya pun pernah diperingatkan seorang ahli liturgi karena eksperimen liturgi yang saya jalankan. Kata beliau, “Liturgi pada dasarnya ialah pengajaran iman yang hanya bisa diterima dengan iman dan ketaatan, bukan ekseperimen sesuka hati”. Saya pun sedang belajar terus menerus dalam hal liturgi ini.
Salah satu contoh adegan liturgi yang baik ada di http://www.youtube.com/user/GiovanniPaoloII#p/u/3/aP6smzC-P6k
Salam: Rm Yohanes Dwi Harsanto Pr
Rm Yohanes Dwi Harsanto Pr yang terhormat,
Terima kasih atas tanggapannya. Saya akan mencoba mencari buku yang dimaksud, mudah2an bisa didapatkan di toko buku.
Salam dalam kasih Yesus,
susianti
Shalom bu….
saya ingin mengajarkan bagaimana ber adorasi pada anak[-anak usia SD , SMP dan SMA…
apakah ibu bisa memberikan bagaimana cara / metode yang menarik dan effektif untuk mereka, seusai usia mereka masing=-masing; SD ? SMP ? SMA ?
terima kasih atas saran dan petunjuk/pengajrannya.
[Dari Katolisitas: pesan ini digabungkan, karena satu topik]
maksud saya, saya ingin mengajak anak- anak bina iman dimana saya mengajar, untuk sejak dini belajar adorasi, apakah sesuai untuk usia SD ?
kalau ada saran dan metode yang oke mohon dijelaskan agar bisa menambah wawasan saya dalam menerapkannya pada anak-anak SD, SMP dan SMA
terima kasih ,
Tuhan memberkati kita sekalian
Salam Anastasia Erlin
Yang pertama-tama harus dipegang dalam mengajarkan adorasi kepada anak usia SD, remaja SMP dan SMA ialah bahwa isi pengajarannya tetap sama yaitu bahwa hosti yang ditahtakan dalam monstrans dan disimpan dalam tabernakel (ditandai dengan lampu menyala /lampu Tuhan), itu adalah Sakramen Mahakudus. Tuhan Yesus Kristus sendirilah yang hadir dalam tanda roti ekaristi. Dialah Tuhan Yesus Kristus sendiri dalam rupa roti, karena Tuhan Yesus Kristus sendiri telah bersabda mengenai “Roti Hidup” (Yoh 6). Kata-kata kebenaran itu tetap harus diucapkan dan didengar oleh mereka. Biarpun mungkin mereka kita anggap belum mengerti kedalaman maknanya, namun kita tetap mewartakan kebenaran iman itu dengan bahasa apa adanya seperti yang terdapat dalam Injil Suci dan Katekismus.
Sedangkan metode yang harus selalu dibuat ialah dengan mengajak mereka (usia berapapun) untuk praktek beradorasi di hadapan sakramen Mahakudus, didahului dengan keterangan yang secukupnya mengenai arti adorasi, serta doa-doa dalam teks. Tidak ada cara lain yang pantas dan layak untuk mengajarkannya selain membawa mereka langsung ke hadapan Yesus dalam sakramen Mahakudus.
Langkah ini disebut langkah keteladanan. Saya sendiri mengalami adorasi sejak masa kecil sebelum masuk SD. Diajak oleh ibu saya untuk ikut adorasi, dan diperagakan oleh ibu saya sikap hormat di hadapan Sakramen Mahakudus. Ibu saya mengatakan pada saya, “Itu Tuhan”. Karena ibu saya sendiri berdoa, bersikap hormat di hadapan Sakramen mahakudus dan mengatakannya langsung pada saya bahwa “itu Tuhan”, maka kepercayaan itu tertanam langsung dan menghujam dalam-dalam di sanubari kanak-kanak saya, jauh sebelum ajaran selanjutnya saya terima. Bahkan sebelum saya belajar teologi sakramen dan mempelajari perdebatan pasca protestantisme soal “transubstantiatio” roti tak beragi menjadi tubuh Kristus, iman saya sudah lama tumbuh dan bahkan makin kuat bahwa “itu Tuhan”. Mengapa? Karena sejak kanak-kanak, saya dengar dari ibu saya sendiri bahwa “itu Tuhan”, dan bagaimana beliau nyata melakukan hormat bakti kepadaNya dalam ibadat “pudyastuti – bhs Jawa – yg artinya adorasi” itu.
Untuk SMP dan SMA, karena adorasi Sakramen Mahakudus langsung setelah perayaan Ekaristi maupun di luar waktu perayaan Ekarisi lebih leluasa untuk memasukkan variasi lagu serta bentuk, maka remaja SMP dan SMA bisa diajak lebih kreatif menyusun doa-doa dan mendendangkan lagu-lagu liturgi maupun lagu rohani. Bisa pula berpuisi memuji Kristus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus. Bisa pula dengan berbagai lagu, baik lagu Taize sampai Karismatik. Namun syaratnya ialah tetap hormat, dan semua itu dipersiapkan bersama di bawah bimbingan pendamping yang tahu. Mesti diingat pula agar doa-doa dan lagu mengarah ke tujuan adorasi Sakramen mahakudus ialah memupuk kasih kerinduan akan Kristus dalam Ekaristi, dan memohonkan silih atas dosa-dosa sesama serta seluruh dunia, dan agar kita sendiri mendapatkan rahmat yang kita butuhkan.
Jadi, metodenya: 1. “Keteladanan dalam praktek”; 2. “Penjelasan telogis, liturgis” 3. “Melibatkan mereka dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi ibadat Adorasi Sakramen Mahakudus”. Syukurlah bahwa di paroki-paroki mulai muncul kapel-kapel adorasi abadi 24 jam. Dengan banyaknya tempat adorasi Sakramen Mahakudus, kita lebih mudah mendapatkan contoh dan makin mudah mengajarkan dan mempraktekkan adorasi bersama anak-anak, remaja dan OMK.
Salam: Romo Yohanes Dwi Harsanto Pr
Romo Yohanes Dwi Harsanto Pr yth,
terima kasih banyak atas tanggapan dan penjelasannya. saya jadi semakin mantap untuk mulai mengajak mereka beadorasi.
semoga saya bersama teman-teman pembina dan pendamping bina iman dapat memberikan teladan dan membawa anak-anak bina kami semakin mencintai Tuhan dan sesama.
penjelasan romo sangat bermanfaat bagi kami.
shalom,
anastasia erlin
Mbak ingrid yang baik..
Saya mau tanya… Berdoa Rosario saat ADORASI ..peristiwa apakah yang paling cocok ?
Shalom Loren,
Menurut hemat saya, semua peristiwa doa rosario dapat direnungkan dalam doa Adorasi, karena pusat dari semua renungan peristiwa dalam doa rosario adalah Kristus. Jadi kita dapat merenungkan misteri kedatangan-Nya dalam Inkarnasi (dalam Peristiwa- peristiwa Gembira), karya- karya-Nya (Peristiwa- peristiwa Terang), sengsara dan wafat-Nya demi menyelamatkan kita (Peristiwa- peristiwa Sedih) dan kebangkitan-Nya dan janji-Nya kepada kita yang percaya kepada-Nya, seperti yang digenapi-Nya di dalam diri Maria Ibu-Nya (Peristiwa- peristiwa Mulia).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saudara2 terkasih dalam Kristus Tuhan,
Di Gereja Pandu Bandung sudah setahun mengadakan Adorasi Abadi 24 jam sehari, tiap hari dalam seminggu, bertempat di Gedung Pastoran lantai 3 dalam ruangan yang sungguh bagus untuk bertatap muka, bersujud pada Yesus untuk menguatkan iman kita. Supaya berlangsung terus diperlukan pelayan Adorasi paling sedikit 24 x 7 = 168 orang yang bertugas selama satu jam dalam seminggu dan pada tiap jam misalnya jam 10 – 11 ada pelayan Adorasi bertugas sebagai koordinator untuk mengingatkan umat yang mendaftar untuk ikut dalam Adorasi pada jam tersebut.
Saya sendiri selama satu jam itu berdoa Koroncha, rosario, mendoakan keluarga dan teman yang minta didoakan. Selebihnya saya diam saja menatap Yesus dalam Sakramen Mahakudus berusaha mendengar apa yang akan dikatakan olehNya yang dalam praktek sungguh sukar, paling tidak saya mendapat ketenangan, damai di hati.
Bagi yang tertarik silahkan datang, Yesus menunggu.
Salam
A.H. Sugiarto
kalau teman saya yang protestan juga pernah ikut adorasi dengan saya, dia tidak merasa risih malah dia sangat menghormati kami yang sedang adorasi, dia membaca alkitab malah dan direnungkan, tapi dia memang tidak memberikan penyembahan pada Hosti Suci, bagaimana ini? apakah teman saya mendapatkan berkat Kerahiman Ilahi? atau bagaimana? dan bagaimana jika teman saya sampai tertidur dalam ruang adorasi? apakah berdosa? kan kurang menghargai Yesus yang hadir dalam rupa roti, namun dia berkata “didalam sini ada kedamaian yang tak terbatas”… aduh, saya bingung… mohon bantuannya
Shalom Gunawan,
1. dealnya, memang yang datang ke ruang Adorasi, harus menghayati dan mengimani bahwa Kristus hadir dalam Sakramen Maha Kudus itu. Namun jika teman and yang Protestan itu datang dan turut berdoa di sana, dengan sikap hormat, ya silakan saja. Mungkin nanti ada saatnya di mana Roh Kudus akan mendorongnya untuk menyadari akan kehadiran Yesus di dalam rupa Hosti kudus itu. Alangkah baiknya anda memberikan kepadanya bacaan- bacaan tentang makna Ekaristi dan Sakramen Maha Kudus, agar dia dapat memahami pengajaran Gereja Katolik dalam hal ini. Sebab jangan sampai sikapnya di dalam ruang Adorasi menjadi batu sandungan bagi umat Katolik lainnya yang datang ke kapel Adorasi tersebut, dengan tujuan untuk menyembah Tuhan Yesus yang hadir dalam Sakramen Maha Kudus.
2. Tentang apakah teman ada itu menerima berkat kerahiman Ilahi atau tidak, itu bukan hak kita untuk menjawabnya, tetapi hak Tuhan Yesus. Tuhan Yesus berhak untuk memberikan berkat-Nya sesuai kehendak-Nya. Semua tergantung dari kemurahan Tuhan dan disposisi hati teman anda itu di hadapan Tuhan Yesus.
3. Tertidur di ruang Adorasi juga bukan sesuatu sikap yang ideal, walaupun tidak termasuk dosa berat. Untuk lain kali silakan mencari waktu yang pas, agar dapat melakukan jam Adorasi (holy hour) dalam keadaan terjaga dan tidak tertidur.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam kasih dalam Kristus Yesus,
Mengenai Adorasi, karena sy baru belajar adorasi, bisakah pak Stef / Bu Inggrid menjelaskan mengenai cara dan sikap yang baik/benar dalam ber-adorasi ?
Apakah adorasi sama dengan meditasi? Apakah Adorasi sama dengan Devosi?
Selain untuk memohon Kerahiman Allah Tritunggal Mahakudus bagi dunia(buku harian St Faustina no300, 1485, 1572, & 1070.,
Buah-buah / rahmat apakah yang bisa kita peroleh dalam praktek Adorasi ?
Terimakasih.
Tony D
[Dari Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]
terimakasih bu Ingrid, untuk penjelasannya.
semoga penjelasan ibu menambah wawasan iman katolik kita semua.
kepada rekan-rekan seiman dalam Kristus, marilah kita mempraktekkan penyembahan kepada
Kristus Yesus dalam Adorasi sakramen mahakudus.
Tuhan Yesus menanti kita, Dia rindu untuk mencurahkan rahmat Kerahiman-Nya kepada kita umat-Nya.
Comments are closed.