Gelar Bunda Maria sebagai Ratu surga berhubungan dengan gelar Bunda Maria yang lainnya, yaitu bahwa Bunda Maria adalah Bunda Kristus yang adalah Sang Raja di atas segala raja di bumi ini (lih. Why 1:5).
1. Kitab Suci mengajarkan bahwa para kudus di surga akan menerima mahkota kehidupan, terlebih Bunda Maria yang adalah orang kudus yang terbesar.
Rasul Paulus mengajarkan bahwa Tuhan memberikan mahkota kebenaran kepada orang- orang yang telah mengakhiri pertandingan dalam kehidupan ini dengan baik dengan memelihara iman (lih 2 Tim 4:8). Jika ini berlaku untuk Rasul Paulus, hal ini pastilah lebih lagi berlaku untuk Bunda Maria, yang ketaatan imannya terus terpelihara sejak mengandung Tuhan Yesus sampai mendampingi-Nya di kaki salib-Nya. Kesetiaan Bunda Maria yang bertahan sampai akhir, mendatangkan mahkota kehidupan yang dijanjikan Tuhan (lih. Yak 1:12, 1 Pet 5:4, Why 2:10). Janji mahkota kehidupan bagi orang beriman ini digenapi secara istimewa dalam diri Bunda Maria, seorang yang sungguh beriman dan telah lebih dahulu dipilih Allah untuk melahirkan Kristus Putera-Nya. Di dalam Maria dipenuhi janji Tuhan yang memberikan, “kerajaan yang mulia dan mahkota yang indah dari tangan Tuhan” kepada orang-orang yang benar (Keb 5:16).
2. Sabda Tuhan menggambarkan Bunda Maria sebagai Perempuan yang bermahkota dua belas bintang
Kitab Wahyu 12 menyebutkan penglihatan Rasul Yohanes akan surga di mana terlihat Sang Tabut Perjanjian, yaitu seorang perempuan yang berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan bermahkotakan dua belas bintang” (lih. Why 11: 19- Why 12: 1). Tanda besar di langit itu, yaitu perempuan tersebut, adalah Bunda Maria, sebab Anak laki- laki yang dilahirkannya dan yang akan menggembalakan semua bangsa itu adalah Kristus.
3. Dalam Kitab Suci, disebutkan bahwa ratu kerajaan yang duduk di sebelah kanan raja adalah bunda sang raja
Dalam Perjanjian Lama, ratu kerajaan bukanlah istri sang raja, namun adalah ibu sang raja, yang disebut geḇiyrāh (ibu suri). Sebab di masa itu raja dapat mempunyai lebih dari satu istri, sedang ia hanya mempunyai satu ibu. Geḇiyrāh ini dihormati bersama raja (lih. Yer 13:18), dan namanya dicantumkan bersama dengan setiap raja Yehuda (1 Raj 14:21, 15:9-10, 22:42; 2 Raj 12:2; 14:2; 15:2; 15:33; dst), yang merupakan keturunan Raja Daud.
Dalam kitab Raja- raja yang pertama, dikatakan bahwa Ratu Batsyeba menghadap Raja Salomo dan Raja memberikan tempat duduk/ tahta kepada bundanya di sebelah kanan-Nya (lih. 1 Raj 2:19). Kitab Mazmur juga mengisahkan adanya permaisuri yang berpakaian emas, berada di sebelah kanan sang Raja, yang mengacu kepada Kristus (lih. Mzm 45:10), yang tahtanya tetap untuk selama- lamanya (Mzm 45:7; lih. Luk 1:32-33). Dengan demikian gelar Bunda Maria sebagai Ratu Surga berhubungan dengan perannya yang istimewa dalam sejarah keselamatan, yaitu sebagai Bunda yang melahirkan Kristus Sang Raja Penyelamat umat manusia (lih. Luk 1:31-32).
Maka gelar ‘Ratu Surga’ (gebirah) yang mengacu kepada Bunda Maria tidak sama dengan istilah ratu surga (meleḵeṯ:) yang disebut dalam Yer 7:18, 44:17. Sebab, gebirah mengacu kepada ibu sang raja dari keturunan Yehuda, sedangkan meleḵeṯ: mengacu kepada dewi kesuburan bangsa-bangsa Semit, yaitu Astoret atau Astarte.
Dasar Kitab Suci
- Why 12:1: Seorang perempuan berselubungkan matahari dan bermahkotakan dua belas bintang.
- 1 Raj 2:19: Raja Salomo memberikan tempat kepada Batsyeba, ibu-Nya, di sebelah kanannya; demikian pula Kristus, kepada Bunda-Nya.
- Neh 2:6: Bunda Sang Raja sebagai Ratu, duduk di sisi Raja.
- Mzm 45:10: Permaisuri berpakaian emas dari Ofir berdiri di sebelah kanan Sang Raja- [yang adalah Kristus]
- 2 Tim 4:7-8: Rasul Paulus mengatakan bahwa baginya telah tersedia mahkota kebenaran, karena telah memelihara iman.
- Yak 1:12: Mereka yang bertahan sampai kesudahannya akan menerima mahkota kehidupan.
- 1 Pet 5:4: Gembala Agung akan memberikan kamu mahkota yang tidak dapat layu.
- Why 2:10: Yesus akan memberikan mahkota kehidupan kepada umat beriman.
- Keb 5:16: Orang- orang benar akan menerima mahkota yang indah dari tangan Allah.
Dasar Tradisi Suci
- St. Athanasius (296-373): “Jika Sang Anak adalah Raja, maka ibu yang melahirkan-Nya adalah layak dan sungguh pantas disebut sebagai Ratu dan yang berkuasa.” (seperti dikutip oleh St. Alfonsus Liguori, dalam The Glories of Mary, ch. 1.i)
- St. Ephraim (306-373 AD): “Wanita Mulia dan Surgawi, Majikan, Ratu, lindungi dan jagalah saya di bawah sayapmu, supaya jangan Setan, penabur kehancuran, berkuasa atasku, supaya jangan musuh jahatku berjaya atasku.” (Diterjemahkan dari St. Ephraim, Oratio ad Ssmam Dei Matrem; Opera omnia, Ed. Assemani, t. III (graece), Romae, 1747, p. 546.)
- St. Andreas dari Krete (abad ke 7): “Bunda-Nya yang tetap perawan yang dari rahimnya, Tuhan mengambil rupa manusia, kini dipindahkan oleh-Nya dari tempat tinggalnya di dunia menjadi Ratu umat manusia.” (St. Andrew of Crete, Homily 2 on the Dormition of the Blessed Mother of God, PG 97,1079b, dikutip oleh Paus Pius XII dalam Ad Caeli Reginam.) Selanjutnya ia berkata, “Ratu dari segenap umat manusia, setia terhadap arti dari namanya itu, yang ditinggikan di atas segalanya, walau tidak menjadi di atas Tuhan sendiri.” (Homily 3 on the Dormition, Ibid.)
- St. Bernardinus dari Siena (1380-1444): “Ketika Maria setuju untuk menjadi Bunda dari Sabda Ilahi, maka oleh persetujuannya ia memperoleh gelar Ratu bagi dunia dan semua ciptaan.” (seperti dikutip oleh St. Alfonsus Liguori, dalam The Glories of Mary, ch. 1.i)
- St. Louis de Montfort (1673-1716): “Tuhan menjadikan Maria ratu surga dan bumi; pemimpin pasukan-Nya …. pembagi rahmat-Nya, pekerja mukjizat-mukjizat-Nya, penghancur musuh-Nya dan penolong yang setia di dalam pekerjaan- pekerjaan-Nya dan kemenangan-Nya.”…. “Betapa tepatnya, ketika St. Albertus Agung menghubungkan sejarah Ratu Ester dari Kitab Ester sebagai gambaran Ratu Maria kita!…. Ia [Ester] berdiri di hadapan Raja Ahasuerus dan memohon bagi bangsanya: “Jika engkau berkenan kepadaku, O Raja, kabulkanlah permohonanku demi bangsaku.” Lalu, karena kasihnya kepada Ester, Ahasuerus mengabulkan permohonannya dan mendekritkan keselamatan bagi bangsa Yahudi. Maka, bagaimana Tuhan dapat menolak Bunda Maria, yang dikasihi-Nya dengan limpah, ketika ia memohon bagi bangsanya, yaitu para pendosa yang mempercayakan diri mereka kepadanya?” (St. Alfonsus Liguori, The Glories of Mary, ed. Msgr Charles Dollen, (New York: Alba house, 1988) p. 4-5)
Dasar Magisterium
- Paus Pius XII (1876- 1958) dalam Ad Caeli Reginam:
“Ia, Sang Putera Allah, memantulkan kemuliaan, keagungan dan kekuasaan kerajaan-Nya kepada Bunda Surgawi-Nya, sebab setelah dihubungkan dengan Sang Raja dari para Martir di dalam karya Penebusan umat manusia sebagai Bunda dan kawan sekerja (Co- operatix), ia [Bunda Maria] tetap selamanya diasosiasikan dengan Dia, dengan kuasa yang hampir tak terbatas, di dalam pembagian rahmat Allah yang mengalir dari Penebusan Kristus. Yesus adalah Raja sepanjang kekekalan, oleh karena kodratnya maupun haknya sebagai Pemenang: melalui Dia, dengan Dia dan di bawah Dia, Maria adalah Ratu oleh karena rahmat Tuhan, oleh hubungan ilahi, oleh haknya sebagai pemenang dan oleh pemilihan yang sifatnya khusus…. (Homily 2 on the Dormition of the Blessed Mother of God, PG 97,1079b, quoted by Pius XII in Ad Caeli Reginam ).
- Paus Pius XII dalam Konstitusi Apostolik, Munificentissimus Deus (1950)
“Sering ada teolog dan pengkhotbah yang mengikuti jejak Bapa Gereja yang suci (lih. St. John Damascene, op. cit., Hom. II, n. 11; St. Modestus, the Encomium) telah dengan bebas menggunakan kejadian dan ekspresi yang diambil dari Kitab Suci untuk menjelaskan iman mereka tentang diangkatnya Maria ke surga…. beberapa menggunakan perkataan dari Kitab Mazmur: “Bangunlah O Tuhan ke tempat peristirahatan-Mu, Engkau dan tabut yang telah kau kuduskan (lih. Mzm 131:8); dan telah melihat Tabut Perjanjian yang dibangun atas kayu yang tidak rusak dan ditempatkan di Bait Allah, sebagai gambaran dari tubuh Perawan Maria yang termurni, yang dijaga dan dibebaskan dari segala kerusakan kubur dan diangkat kepada kemuliaan surgawi…. mereka juga menjabarkan ia [Maria] sebagai Sang Ratu yang masuk dengan kemuliaan ke dalam ruang- ruang surga dan duduk di sisi kanan Sang Penebus Ilahi…. (MD 26)
“..Keserupaan antara Bunda Allah dan Putera Ilahinya, dalam hal kemuliaan dan martabat tubuh dan jiwanya – keserupaan yang mencegah kita untuk berpikir bahwa sang Ratu surga terpisah dari Sang Raja surga- membuat suatu keharusan bahwa Maria “harus berada hanya di mana Kristus berada”. (St. Bernardine of Siena, In Assumptione B. Mariae Virginis, Sermo 11.) Lagipula, adalah suatu yang masuk akal dan layak bahwa tidak hanya jiwa dan tubuh laki- laki saja, tetapi juga jiwa dan tubuh perempuan harus memperoleh kemuliaan surgawi….” (MD 33)
“Oleh karena itu, Bunda Tuhan yang terhormat, dari segala kekekalan digabungkan secara tersembunyi dengan Yesus Kristus …. akhirnya memperoleh sebagai puncak tertinggi dari segala haknya yang istimewa, bahwa ia harus dijaga agar bebas dari kerusakan kubur dan bahwa seperti Puteranya, setelah mengalahkan maut, ia dapat diangkat tubuh dan jiwanya ke dalam kemuliaan surga, di mana sebagai Ratu, ia duduk di dalam kemegahan di sisi kanan Putera-Nya, Raja segala masa yang kekal (lih. 1 Tim 1:17, MD 40)
- Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Gereja, Lumen Gentium:
“Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat melalui kemuliaan di Sorga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan (lih. Why 19:16), yang telah mengalahkan dosa dan maut.” (LG 59)
- Katekismus Gereja Katolik 966:
KGK 966 “Akhirnya Perawan tak bernoda, yang tidak pernah terkena oleh segala cemar dosa asal, sesudah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, telah diangkat memasuki kemuliaan di surga beserta badan dan jiwanya. Ia telah ditinggikan oleh Tuhan sebagai Ratu alam semesta, supaya secara lebih penuh menyerupai Puteranya, Tuan di atas segala tuan, yang telah mengalahkan dosa dan maut” (LG 59) Bdk. Pengumuman dogma mengenai Maria diangkat ke surga oleh Paus Pius XII, 1950: DS 3903). Terangkatnya Perawan tersuci adalah satu keikutsertaan yang istimewa pada kebangkitan Puteranya dan satu antisipasi dari kebangkitan warga-warga Kristen yang lain.
Diskusi lebih lanjut
- https://katolisitas.org/5407/di-sisi-mana-bunda-maria-duduk-di-surga
- https://katolisitas.org/6787/apa-dasar-ajaran-gereja-katolik-bahwa-bunda-maria-diangkat-ke-surga
- https://katolisitas.org/5437/sekilas-ajaran-gereja-tentang-bunda-maria
- https://katolisitas.org/4392/siapa-perempuan-dalam-wahyu-12
- https://katolisitas.org/356/maria-bunda-allah-2
- https://katolisitas.org/6668/mungkinkah-maria-yang-adalah-manusia-disebut-bunda-allah
Ytk Kak Stefanus dan Ingrid,
Saya mohon penjelasan tentang:
1) Apakah ada perbedaan gelar Maria sebagai “Maria Ratu” (Maria Regina)dan “Maria Ratu Surga” (Regina Caeli)?
2) Dengan asumsi ada perbedaan, manakah yang dirayakan pada tanggal 22-Agustus (1 minggu setelah Maria diangkat ke Surga 15-Agustus)?
3) Kalau ada perbedaan dimanakah letak perbedaannya?
4) Saya mengucapkan banyak terima kasih atas balasannya.
Felisita Arum W.
[Dari Katolisitas: Maria disebut Ratu, sebab ia melahirkan Kristus yang adalah Raja semesta alam. Maka Maria Regina adalah salah satu sebutan bagi Bunda Maria. Sedangkan beberapa gelar Maria sebagai Ratu ini dapat dibaca di Litani Loreto, klik di sini. Maria disebut sebagai Ratu Surga, sebab ia telah diangkat tubuh dan jiwanya ke surga, sebagaimana ditetapkan di dalam dogma Maria diangkat ke surga, yang pestanya secara liturgis dirayakan tanggal 15 Agustus. Seminggu sesudahnya, yaitu tanggal 22 Agustus, secara liturgis dirayakan pesta Queenship of the Blessed Virgin Mary, yaitu Maria sebagai Ratu, termasuk sebagai Ratu Surga (Regina Caeli). Selanjutnya tentang topik Maria Ratu Surga, silakan membaca artikel di atas, silakan klik]
Comments are closed.