Pertanyaan:

Hallo…
Aku baru nemuin situs ini ketika ingin cari artikel tentang Bunda Maria. Ga sangka banget! Begitu buka dan baca2, WoW! Artikel2nya sangat membantu menambah&memperluas wawasan, detail sekali, more than words can say lah….
Miss Ingrid & Mr. Stef, saya mau tanya :
1. Apa yang dimaksud Magisterium? Contohnya yang bagaimana?
2. Apa makna penciuman salib pada hari Jumat Agung? Apakah wajib bagi semua umat Katolik? Jika pada saat penciuman salib, maju tetapi tidak melakukan penciuman salib melainkan hanya memberi penghormatan dengan menundukkan kepala,pantaskah?
3. Apakah kata “pengantara” dan “perantara” yang sering digunakan memiliki makna sama? Misal : Yesus, Tuhan dan Pengantara Kami. Bunda Maria, Perantara doa….
Mohon jawabannya yaa… Terima kasih sebelumnya.
Tuhan memberkati kalian dan setiap karya2 kalian.
Salam kasih & salut ! – Mei

Jawaban:

Shalom Mei,
Terima kasih telah mengunjungi katolisitas.org dan juga atas dukungannya terhadap website ini. Ini adalah jawaban untuk beberapa pertanyaaan Mei:

1. Magisterium:

  1. Magisterium diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai Wewenang Mengajar Gereja. Katekismus Gereja Katolik no.100 menjelaskannya sebagai berikut: “Tugas untuk menjelaskan Sabda Allah secara mengikat, hanya diserahkan kepada Wewenang Mengajar Gereja, kepada Paus dan kepada para uskup yang bersatu dengannya dalam satu paguyuban“.
    Vatikan II dalam Lumen Gentium, Konstitusi tentang Gereja, 25 menjabarkan bahwa Wewenang Mengajar tersebut, jika dilakukan dalam kondisi “ex-cathedra” berada dalam pimpinan Roh Kudus sendiri, sehingga mempunyai ciri ‘tidak dapat sesat‘.” Ciri tidak dapat sesat itu ada pada Imam Agung di Roma (yaitu Bapa Paus), Kepala Dewan para Uskup, berdasarkan tugas beliau, bila selaku gembala dan guru tertinggi segenap Umat beriman, yang meneguhkan saudara-saudara beliau dalam iman (lih. Luk 22:32), menetapkan ajaran tentang iman atau kesusilaan dengan tindakan definitif. Oleh karena itu sepantasnyalah dikatakan, bahwa ketetapan-ketetapan ajaran beliau tidak mungkin diubah dari dirinya sendiri, dan bukan karena persetujuan Gereja. Sebab ketetapan-ketetapan itu dikemukakan dengan bantuan Roh Kudus, yang dijanjikan kepada Gereja dalam diri Santo Petrus. Oleh karena itu tidak membutuhkan persetujuan orang-orang lain, lagi pula tidak ada kemungkinan naik banding kepada keputusan yang lain. Sebab disitulah Imam Agung di Roma mengemukakan ajaran beliau bukan sebagai perorangan; melainkan selaku guru tertinggi Gereja semesta, yang secara istimewa mengemban kurnia tidak dapat sesat Gereja sendiri, beliau menjelaskan atau menjaga ajaran iman katolik. Sifat tidak dapat sesat yang dijanjikan kepada Gereja, ada pula pada badan para Uskup, bila melaksanakan wewenang tertinggi untuk mengajar bersama dengan pengganti Petrus.
  2. Jadi, Peran Wewenang Mengajar Gereja ini sangat penting dalam menjaga kemurnian ajaran Gereja, yang bersumber pada Alkitab dan Tradisi Suci. (Silakan baca: Gereja Tonggak Kebenaran dan Tanda Kasih Tuhan bagian ke- 3). Dalam sejarah Gereja, kita melihat Magisterium berperan untuk menjelaskan ataupun menjabarkan pengajaran yang bersumber pada Alkitab dan Tradisi Suci tersebut, termasuk meluruskan pengertian ajaran, terutama jika ada pengajaran sesat. Wewenang ini dapat dilakukan oleh Bapa Paus dan beserta para Uskup (misal berupa Konsili), atau oleh Bapa Paus sendiri selaku penerus Rasul Petrus. Contohnya, pada abad ke-3, ajaran sesat Arianisme (yang menyatakan Yesus bukan Tuhan dan tidak setara dengan Allah Bapa) diluruskan oleh Konsili Nicea, yang menegaskan bahwa Kristus sungguh-sungguh setara (consubstantial ) dengan Allah Bapa. Hal ini dapat kita lihat dari teks syahadat Nicea: “Allah dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah benar…  Ia … sehakekat dengan Bapa.” Sedangkan contoh Wewenang Mengajar yang dilakukan oleh Bapa Paus, misalnya adalah Dogma Maria Dikandung tanpa Noda (Inneffabilis Deus) oleh Bapa Paus Pius IX, tanggal 8 Desember 1854. Selanjutnya silakan baca Maria Dikandung Tanpa Noda: apa maksudnya?

2. Penciuman Salib pada hari Jumat Agung

  1. Selama masa prapaskah, sebetulnya Gereja mengajak seluruh umat untuk merenungkan peristiwa iman yang menjadi dasar seluruh iman Katolik, yaitu Allah Bapa yang mengutus Anak-Nya yang tunggal untuk datang ke dunia untuk menyelamatkan kita dari belenggu dosa. Dan kasih-Nya kepada umat manusia mencapai puncaknya pada hari Jumat Agung, hari dimana Yesus mengurbankan diri-Nya di kayu salib untuk keselamatan manusia. Dari pengorbanan di salib inilah, maka seluruh berkat dari Allah mengalir dan Roh Kudus juga tercurah kepada umat-Nya. Jadi kita melihat bahwa tanpa peristiwa wafat Yesus di salib atau Jumat Agung tidak akan ada kebangkitan atau Minggu Paskah. Untuk inilah salib menjadi tanda kemenangan dan kekuatan Allah (1 Kor 1:18). Penghormatan salib dalam liturgi Jumat Agung dimulai sekitar abad ke-4 di Yerusalem, yang kemudian berkembang ke seluruh dunia, sampai sekarang.
  2. Jadi penciuman salib adalah berakar dari tradisi yang mempunyai dasar teologi yang dalam. Kalau kita perhatikan semua yang dilakukan di dalam liturgi adalah merupakan ekspresi yang ada di dalam hati. Juga penciuman salib adalah suatu ekpresi yang keluar dari dalam hati, yaitu suatu ekpresi syukur dan kasih kepada Yesus yang telah terlebih dahulu mengasihi kita.
  3. Pertanyaannya apakah kita pantas untuk maju dan menghormat tanpa mencium salib? Boleh saja, sejauh hati kita benar-benar mengasihi Kristus dan menghormati dan mensyukuri pengorbanan Kristus. Namun bagi saya pribadi, saya memilih untuk mencium salib. Tidak ada penghormatan bagi Kristus Tuhan yang terlalu berlebihan. Semua penghormatan yang kita lakukan adalah selalu kurang dibandingkan apa yang seharusnya diterima oleh Yesus. Pada saat kita menghormati salib sebagai instrumen keselamatan kita, maka kita berdoa kepada-Nya yang telah menyelamatkan kita.

Pengantara dan perantara:

  1. Mengenai Yesus Pengantara, itu mengacu pada peran Yesus sebagai Mediator (Pengantara) antara Allah dan manusia. Yesus adalah satu-satunya Pengantara yang mendamaikan kita dengan Tuhan (1 Tim 2: 5), dengan wafatNya di salib dan kebangkitan-Nya. Sedangkan Maria menjadi perantara bagi kita dan Tuhan Yesus oleh karena doa-doanya. Oleh perannya ini Bunda Maria disebut sebagai Mediatrix. Mungkin ada baiknya, Mei melihat jawaban surat kami kepada Andry, tentang ikut Maria atau ikut Yesus, di sini (silakan klik). Pada intinya, perantaraan Maria tidak bertentangan dengan pengantaraan Yesus, melainkan mendukung pengantaraan Yesus tersebut. Sedangkan untuk Pengantaraan Yesus yang sifatnya inklusif, yaitu melibatkan anggota- anggota Tubuh-Nya yang lain, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.

Demikianlah jawaban kami, semoga keterangan diatas dapat menjawab pertanyaan Mei. Mohon doa dari Mei agar katolisitas.org dapat menjadi alat Tuhan untuk mewartakan kebenaran Kristus.

Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef & ingrid

5 COMMENTS

  1. Hallo…
    Aku baru nemuin situs ini ketika ingin cari artikel tentang Bunda Maria. Ga sangka banget! Begitu buka dan baca2, WoW! Artikel2nya sangat membantu menambah&memperluas wawasan, detail sekali, more than words can say lah….
    Miss Ingrid & Mr. Stef, saya mau tanya :
    1. Apa yang dimaksud Magisterium? Contohnya yang bagaimana?
    2. Apa makna penciuman salib pada hari Jumat Agung? Apakah wajib bagi semua umat Katolik? Jika pada saat penciuman salib, maju tetapi tidak melakukan penciuman salib melainkan hanya memberi penghormatan dengan menundukkan kepala,pantaskah?
    3. Apakah kata “pengantara” dan “perantara” yang sering digunakan memiliki makna sama? Misal : Yesus, Tuhan dan Pengantara Kami. Bunda Maria, Perantara doa….
    Mohon jawabannya yaa… Terima kasih sebelumnya.
    Tuhan memberkati kalian dan setiap karya2 kalian.
    Salam kasih & salut !

      • Ytk. Pak Stef & Ibu Ingrid,
        Sgt b’trima kasih banget nih untuk jawaban yang DETAIL (Ini salah satu hal yang paling aku suka!)dan respon yang CEPAT. Bnr2 UPDATED! Karena detailnya, membaca sesi tanya jawab pun sudah memberi manfaat. Apalagi di sesi ini sering ketemu pertanyaan yang memang umum dipertanyakan(jadi betah lama2 di situs ini..)
        Ada beberapa istilah yang aku ga ngerti. Tanya lagi boleh ya? Smga ga bosan jawabnya.
        1. Apa yang dimaksud : ex-cathedra?
        2. Mengapa mengucap “shalom” lebih identik dengan kekristenan (maksudnya shalom lebih umum diucapkan umat kristen daripada umat katolik)? Apa pengertian shalom sebenarnya?
        3. Ada istilah2 yang digunakan dalam gereja tapi kita (awam)tidak mengerti (mis:devosi,ex-cathedra, magisterium,dll)dan ingin mencari tahu maknanya, bisa dapat di kamus apa ya? Tlg referensiin yaa. Aku cuma punya Kamus Liturgi Sederhana terbitan Kanisius, tapi hmmm ga ktmu makna ex-cathedra. Hehe…Jadi pengen yg lbh komplit!
        4. Thx bgt u/Bu Ingrid. Aku sgt suka tulisannya tentang “Maria Menyimpan segala perkara”. Sejak pertama baca judulnya sudah langsung jatuh hati. Dan itu aku jadiin bahan untuk renungan lingkungan bulan oktober lalu. Bnr2 sgt membantu krn materi ttg sikap Bunda yang menyimpan perkara ini jarang dibahas.Dan tulisan bu Ingrid sgt menyentuh! Thx bgt yah! Gpp kan aku ambil artikelnya?
        Hmm… senangnya Pak Stef & Bu Ingrid mau berbagi pengetahuan di situs ini. Karena dlm kebingungan, mau cari romo kan ga selalu pas waktunya. So situs ini bnr2 sgt membantu!
        Thx God! GBU!

        • Shalom Mei,
          Terimakasih atas dukungannya terhadap katolisitas.org. Mari kita lihat beberapa pertanyaan yang Mei ajukan:
          Ex Catedra: Silakan melihat jawaban ini – silakan klik.

          Shalom :Shalom sebenarnya berasal dari bahasa Hebrew/Ibrani, yang berarti damai. Sebenarnya, perkataan ini bukan didominasi oleh orang Protestan saja. Sama seperti dalam surat bahasa Inggris, kalau ditujukan kepada teman satu iman, dapat menggunakan kata "Peace", yang artinya juga damai atau shalom. Kata Ibrani lain yang sering digunakan misalkan: Alleluia.

          Istilah-istilah lain: Sumber paling baik tentang istilah dan apa yang diimani oleh Gereja Katolik adalah Katekismus Gereja Katolik. Mei mungkin dapat membelinya di toko buku Obor.

          Mengambil artikel untuk dibagikan: Mei dapat mengambil semua artikel di katolisitas.org, dengan menyebutkan sumbernya yaitu: https://katolisitas.org, sehingga orang yang mau bertanya lebih lanjut atau memberikan masukan dapat menyampaikannya kepada kami.

          Kami sangat senang sekali kalau website ini dapat membantu umat Katolik untuk semakin mengenal dan mengasihi iman Katolik. Mari kita bersama-sama melayani Tuhan dengan kapasitas kita masing-masing, sehingga nama Tuhan dapat semakin dipermuliakan. Selamat melayani dan Tuhan memberkati…

          Salam kasih dari https://katolisitas.org
          stef & ingrid

    • Sebenarnya dalam Dokumen Gereja mengenai Perayaan Paskah dan Persiapannya telah digambarkan dengan jelas bagaimana cara penghormatan yang benar. Memang sesungguhnya yg dianjurkan oleh gereja adalah “penghormatan salib” bukan penciuman salib. dan seharusnya yang digunakan dalam upacara itu HANYA SATU SALIB, bukan menggandakan salib menjadi bebrapa salib dan kemudian diedarkan kepada umat di tiap bagian sudut gereja yang kebetulan saat itu pasti membludak dari biasanya. Sebab dalam hal ini dituntut kesejatian tanda. Utk itulah satu salib yang amat besar yang dapat mudah dilihat oleh umat disediakan di depan.

      Urutan liturgi nya adalah sbb: Imam mengarak salib dari pintu depan gereja sambil berhenti 3x membuka selubungnya satu-persatu sambil menyanyikan “Lihatlah Kayu Salib….” sesampainya di depan Imam mengangkat sekali lagi tinggi2 salib tersebut dan seluruh umat yang ada bersama-sama membungkuk dengan khidmat menghormati salib itu (seperti yang anda katakan> apakah boleh hanya membungkuk hormat tanpa mencium).
      Bisa juga dilakukan penghormatan karena jemaat yang besar, dengan cara: mengarak salib yang sdh dibuka tadi keliling diantara umat, ketika salib itu lewat diantara umat, umat membungkuk menghormati dengan sambil menyanyikan bersama pujian yang sesuai (tanpa iringan musik).

      Jika dirasa kurang, seperti yang telah dikatakan bahwa ada ekspresi atau ungkapan dari hati untuk lebih lagi menghayati salib Kristus dengan ingin menciumnya, maka disediakan waktu bagi umat untuk berdoa di hadapannya dan menciumnya setelah seluruh upacara selesai. Imam akan membawa salib itu dan mentahtakannya di tenpat yang khusus di gereja dengan dua lilin bernyala agar umat dapat dengan bebas menghormati, berdoa di depan salib itu sampai batas waktu tertentu yang diberikan.

      Demikianlah yang dapat saya bagikan mengenai katekese Penghormatan Salib saat Ibadat Jumat AGung, semoga bermanfaat.

      (Cat: di Keuskupan Surabaya, Uskup telah menyerukan dan menyampaikan tatacara seperti ini ke seluruh paroki dan telah diumumkan di gereja2, maka mulai tahun depan Paskah 2014 tatacara seperti diatas akan mulai diterapkan, walau Paskah tahun ini sudah ada beberapa gereja yang sudah mulai menjalankannya.)

      THXX

Comments are closed.