Pengantar dari editor: Kisah yang menyentuh di bawah ini adalah pengalaman bagian kedua dari kisah pelayanan pastoral rumah sakit oleh Romo Andi Suparman, MI, setelah kisah pelayanannya yang pertama yang berjudul “Kebahagiaanmu adalah Kekuatanku”. Dalam kisahnya yang kedua ini, Romo Andi mengajak kita semua, untuk memberikan perhatian kasih bagi para imam, khususnya para imam yang sakit dan berusia lanjut. Dalam keadaan sakit atau purna tugas, seringkali para imam berjuang seorang diri dalam penderitaannya, setelah pelayanan dan pengorbanan yang dipersembahkannya seumur hidupnya bagi kepentingan umat Tuhan di berbagai tempat dan bidang pelayanan. Semoga kisah indah dari Romo Andi ini menggerakkan hati kita untuk memberikan perhatian cinta dan doa yang tulus di setiap kesempatan yang kita miliki, bagi para imam yang telah melayani kita, khususnya di saat mereka sakit atau dalam usia lanjut setelah purna tugasnya. Terima kasih Romo Andi, Tuhan memberkati selalu pelayanan Romo Andi dan rekan-rekan bagi sesama yang menderita.

Hendaklah bertakwa dengan segenap jiwamu, dan junjunglah tinggi para imam Tuhan. Kasihilah Penciptamu dengan segala kekuatanmu, dan para pelayanNya jangan kauabaikan. Takutilah Tuhan dan hormatilah para imam, dan bayarlah bagian mereka seperti yang menjadi kewajibanmu: buah bungaran, korban penebus salah dan bahu binatang korban, korban pengudus serta bagian pertama dari barang kudus. (Sirakh 7 : 29-31)

Hari ini, salah satu pasien yang kulayani adalah imam Tuhan yang jatuh sakit berat. Ketika aku melalui lorong kamar ICU di mana aku dipanggil untuk memberikan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, aku dikejutkan dengan pemberitahuan suster, bahwa ada juga seorang imam yang dirawat di ICU ruangan khusus.  Setelah memberikan pelayanan sakramen kepada pasien untuk menerimakan Sakramen Orang Sakit, aku menyempatkan diriku untuk mengunjungi imam yang sakit itu.

Dia terbaring  sakit karena gangguan jantung dan beberapa organ tubuh lainnya. Badannya semakin kurus, suaranya lembut, dan di matanya tersirat sebuah harapan akan disembuhkan dari penderitaan dan dilepaskan dari salib yang sedang dipikulnya. Dia hanya berbaring lesu di tempat tidurnya, menyerahkan semuanya pada para suster dan dokter dan siapa saja yang menolongnya. Hatiku tersentak menyaksikan kondisinya yang menyedihkan ini.

Dia hanya dikelilingi beberapa anggota keluarga dan umat yang sempat menemaninya di rumah sakit. Keluarganya yang lain berada jauh di kampung halamannya. Umat yang pernah dilayaninya juga berada jauh dari hadapannya. Ada yang jauh di luar negeri, di tanah misi di mana dia telah mengabdi selama 5 tahun hidup imamatnya.  Ada yang di dalam negeri, di pulau Flores, di paroki yang jauh, di institusi yang jauh, di mana dia telah melayani dalam enam tahun terakhir sebelum dia jatuh sakit. Mungkin ada yang mengetahui keadaannya dan mendoakan dia dari jauh di tengah kesibukan mereka; tetapi tentunya lebih banyak yang tidak tahu, kalau sang pastor mereka, yang pernah memberikan waktu, tenaga, keahlian, kasih, dan bahkan mungkin hidupnya bagi mereka, sedang berbaring sakit di rumah sakit.

Tak banyak kata yang diucapkan, selain sapaan, “Selamat datang, Pater” ketika aku memperkenalkan siapa diriku. Dipegangnya tanganku erat-erat dengan menggunakan sedikit tenaga yang dimilikinya. Dipegangnya tanganku semakin panjang, sambil mata kami bertatapan tanpa kata. Seolah-olah kami pernah bertemu lama dan menjadi sahabat karib. Padahal kami baru bertemu pada saat  itu untuk pertama kalinya. Tetapi itulah kehidupan seorang imam Tuhan. Tak banyak yang tahu liku-liku kehidupan pribadi imam. Namun dengan sesama imam, hidup kami tak jauh  berbeda, dan tentunya sudah saling memahami dan mengerti bagaimana liku-liku kehidupan kami secara umum. Ada perasaan ikatan yang mendalam di antara kami, walaupun bukan karena kami pernah bertemu sebelumnya atau sudah saling mengenal dan menjadi sahabat karib, tetapi hanya karena kehidupan panggilan imamat yang kami miliki dan lalui bersama, walaupun di tempat dan waktu yang berbeda.

Aku merasakan, betapa besar kebahagiaannya ketika kami bertemu. Dipegangnya tanganku erat dan aku pun membalasnya demikian. Kuberikan senyumku yang ikhlas dan dia pun tersenyum lebar, seakan mengatakan, “Aku merasa bahagia, karena kamu datang, Saudaraku.” Sepertinya bukan sekedar jabatan tangan dan pertukaran senyuman yang terjadi di sana, tetapi ada aliran kasih yang lewat dari hati kami masing-masing dan bertemu menjadi satu. Itulah kira-kira sumber kekuatan yang dia terima. Di kala banyak hati dan kehidupan yang telah disentuhnya sebagai imam berada jauh dari padanya, sang imam ini dihibur dengan kehadiran saudara imamnya dalam panggilan. Ya, kami adalah saudara terhadap satu sama lain. Walaupun kami datang dari keluarga dan tempat yang berbeda, dan juga dari kongregasi yang berbeda dan menghayati spiritualitas yang berbeda, tetapi kami tetap satu dalam pelayanan kasih Tuhan di ladang-Nya yang luas dan tak terbatas.

Dengan tenaga tersisa, dia memperkenalkan dirinya dan juga tempat misi yang pernah dilayaninya. “Saya Pater Lorens, mantan misionaris di Rusia selama lima tahun.” Aku tak sadar mengangguk, merasa kagum dengan perjalanan misi imam saudaraku ini. Ada sebuah kebahagiaan dan kepuasan yang tersirat di wajahnya, serasa mau berkata, “Terima kasih Tuhan, aku telah Kau panggil dan pilih, dan Kau utus untuk melayani umat-Mu di tanah misi dan memberikan kesaksian tentang cinta-Mu kepada semua saja yang telah kulayani. Tak ada kekecewaan yang kualami, tapi hanyalah ucapan syukur dan terima kasih, karena telah Kau percayakan hamba-Mu yang hina ini untuk menjadi alat dan tanda bagi kehadiran-Mu di tengah umat-Mu. Aku telah memberikan apa yang kumiliki dan kuterima daripada-Mu.” Dan aku pun merasa bangga dengan semangat misionernya itu. Akupun hanya mampu mengatakan , “Saya Pater Andi, pelayan pastoral healthcare di rumah sakit ini.” Aku merasa kecil di hadapan saudara imamku ini yang telah bekerja dan melayani sebagai  imam Tuhan selama 11 tahun. Aku hanyalah seorang imam muda, yang masih bayi dalam pengalaman dan juga tidak ada apa-apanya ketimbang dia. Lalu ia berkata, “Terima kasih, Pater, telah mengunjungiku. Aku merasa senang, Pater datang menjengukku. Semoga sukses dalam pelayanan Pater.” Hatiku tersentak. Ada sebuah kehangatan kasih yang menyelimuti hatiku, tetapi aku bukanlah siapa-siapa. Aku pun tidak memberikan suatu yang istimewa kepada saudara imamku yang sakit ini, selain kehadiranku dan salamku dari lubuk hati yang dalam.

Lama aku duduk di samping tempat tidurnya. Dia berusaha berbicara sedikit demi sedikit. Aku merasa ada semangat yang timbul dari dirinya untuk hidup dan kemauan keras untuk sembuh kembali dan melanjutkan misi pelayanan terhadap umat. Seolah-olah penderitaan sakit tidak melumpuhkan semangatnya, dia tetap tegar. Dan aku pun setia mendampinginya, mendengarkan kata-katanya, serta memberikan dukungan, apresiasi, dan pengertian terhadap perkataannya.

Kemudian, tiba-tiba dia memintaku untuk mendoakannya, ” Pater, tolong doakan untuk aku sekarang juga.” Hatiku tersentuh mendengar permintaannya itu. Aku kembali bertanya dalam hatiku, “Siapakah aku ini sampai imam seniorku ini meminta doaku?” Lalu aku menyadari bahwa aku adalah imam Tuhan, yang diutus Tuhan ke hadapan saudara imamku yang sakit ini. Firman Tuhan dalam  Yak 5 : 15 menguatkan aku, “Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni.”  Lalu kuajak dia berdoa bersamaku, memohon kesembuhan baginya kepada Tuhan, sambil menumpangkan tanganku ke atasnya. Aku berdoa dengan penuh ketekunan, dan aku menyaksikan dan merasakan keseriusan dan ketekunannya, berdoa mohon pertolongan Allah kepadanya.  Aku merasakan, Tuhan sungguh-sungguh hadir di tengah kami. Sungguh benarlah sabda Tuhan dalam Mat 11 : 28, Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Juga janji Tuhan, “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu sampai akhir zaman” (Mat 28 : 20b). Inilah pesan istimewa yang diberikan Tuhan kepada kaum pilihan-Nya, dan pada hari ini Dia menyatakan dan membuat hal itu nyata dalam pengalaman kami berdua.

Air mataku menetes ketika dia mengucapkan “Terima kasih Pater, atas doanya, dan juga kunjungannya. Semoga Tuhan selalu memberkati Pater dan semoga selalu sukses dalam pelayanan.” Aku merasakan bahwa dia telah mengajarkan suatu hal yang luar biasa kepadaku di tengah penderitaannya, yaitu ketabahan dan penyerahan diri kepada Tuhan di tengah penderitaan, dalam doa-doa kepada-Nya. Dia  menunjukkan bahwa kita menyadari kebergantungan kita kepada Tuhan, dan tanpa DIA, seorang  imam tidak bisa selamat dari penderitaannya. Sebab Tuhan telah memanggil dan memilih, dan tentunya Dia tidak akan meninggalkan kaum pilihannya, asalkan kita tidak meninggalkan Dia. Inilah kehidupan imam Tuhan. Ketika dia telah memberikan seluruh hidupnya kepada Tuhan dengan melayani umat-Nya, mungkin hanya sedikit yang peduli dan mengetahui bagaimanakah kabar hidup selanjutnya dari imam ini. Di kala penderitaan menimpa dia, mungkin hanya sedikit yang tahu dan ingat akan dia serta semua pengorbanannya bagi orang lain, tetapi Tuhan pasti tidak akan meninggalkan dia, sebab kasih setia-Nya tetap untuk selama-lamanya. Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. (Mzm 107:1)

Pengalaman ini merupakan pengalaman berahmat bagiku. Di tengah kesibukan dan berbagai tantangan yang harus kulalui, Dia mengagetkan aku dengan berbagai rahmat melalui pengalaman-pengalaman iman yang sederhana. Dalam kesederhanaan pengalaman itu, Tuhan hadir menyentuh hati dan hidupku. Bahwasanya pekerjaan Tuhan adalah baik semuanya dan pada waktu tepat memenuhi setiap keperluan. (Sir 39:33)

Marilah kita senantiasa mengingat para imam di dalam doa-doa kita kepada Tuhan. Amin.
Romo Andi Suparman, MI

Mari kita bersatu dalam doa mempersembahkan doa kepada Bapa bagi para imam, khususnya para imam yang sedang dalam penderitaan sakit, usia lanjut, atau kesepian dalam purna tugas mereka:

Allah Bapa yang Maha Memelihara, kami berlutut di hadapanMu, hendak mengucap syukur atas karunia para imam di dunia ini, yang telah Engkau persiapkan dengan indah sejak semula, Engkau urapi dan lengkapi dengan curahan karunia cinta-Mu, untuk melayani dan memberikan hidup mereka bagi kami dan pekerjaan-pekerjaan di kebun anggur-Mu. Ampunilah kami, bila kami sering melupakan untuk merawati mereka, dengan segala doa dan upaya yang baik. Ampuni kami, bila kami sering melewatkan kesempatan untuk menyatakan syukur dan terima kasih kami atas pelayanan dan pengorbanan mereka yang selalu mendampingi kami dalam perjalanan iman kami kepadaMu. Mohon gerakkan hati kami, untuk sungguh menjadi sahabat yang mendukung para imam dalam suka duka mereka, khususnya dalam doa dan amal kasih kami. Secara khusus, kami hendak memohon berkat perlindungan, kekuatan iman, penghiburan, dan kesembuhan, bagi para imam yang sedang menderita sakit, juga bagi para imam yang sudah lanjut usia dan kadang merasa kesepian dalam masa-masa purna tugas mereka. Bantulah kami agar sungguh mau menyediakan diri hadir bagi mereka, memberikan kasih, doa, dan dukungan kami, hingga mereka boleh tetap berbesar hati dan mengalami karunia-Mu yang sempurna dari awal hingga akhir kehidupan ini. Dalam nama Yesus Kristus, Putra-Mu, Imam Agung-Mu yang kudus dan Tuhan kami.  Amin.

17 COMMENTS

  1. Romo Andi, Romo telah membuat saya menangis saat membaca kesaksian Romo. Semoga ini menjadi tanda pencerahan rasa kepedulian saya atas seluruh karya pelayanan para Romo dan Suster. Selama ini saya sering mendengar kesaksian-kesaksian umat katolik disekitar saya yang kurang mampu memahami hidup keseharian atau kemanusiawian para Romo maupun Suster yang juga tak luput dari godaan dan kekurangan yang sedikit banyak mempengaruhi rasa hormat dan penghargaan saya kepada para Romo dan Suster.

    Maafkan saya Romo Andi, Nyuwun berkah Dalem.

    • trimakasih pak hery… doakan selalu utk para imam dn suster, serta bagi kaum muda agar selalu setia dn mau menjawabi panggilan Tuhan untuk melayaniNya

  2. Sebuah kesaksian yang sangat indah, Don Andi. Tak terasa saya jadi ikutan meneteskan air mata…
    Saya semakin diteguhkan bahwa Allah tidak akan pernah meninggalkan orang-orang pilihanNya. Amen.

    Tetap semangat dalam mewartakan Kabar Gembira, Don Andi.
    Saya akan berdoa juga untuk para imam yang saat ini sedang sakit dan merasa sendirian di masa purna tugasnya. Now I understand ..

    Grazie mille.
    La pace di Cristo sia con Voi!

  3. Tuhan Yesus, kuatkan iman para misionaris yang berusaha mengabarkan kabar gembira bagi calon umatNya. Lindungilah mereka dalam pekerjaan menyebarkan berita baik kedatangan-Mu untuk menyelamatkan umat manusia, kuatkanlah dan lindungi mereka dalam misi mulia ini terhadap segala rintangan dan hambatan dari iblis dalam wujud orang untuk menghancurkan misi kepercayaan kepadaMu, Tuhan Bapa di Surga, dan Yesus serta Bunda Maria. Amien

  4. Salut buat Romo Andi & seluruh Romo & Hamba Tuhan yang telah mempersembahkan seluruh sepenuh hidup beliau bagi Tuhan & sesama. Kiranya Tuhan akan selalu memberikan peneguhan, kekuatan & penghiburan atas panggilan yang sudah beliau terima secara khusus sebagai Imam Tuhan. Buat Romo Lorens & semua Romo yang sedang sakit kami berdoa agar belas kasih Tuhan kita Yesus Kristus akan memberikan kesembuhan, kesehatan & peneguhan atas panggilan Tuhan kepada beliau semuanya. Kami sebagai umat juga mohon didoakan agar kami lebih peduli, lebih berempati & lebih sadar buat meluangkan waktu & hati bagi kebahagiaan & kesejahteraan para romo baik yang masih bertugas ataupun yang sudah purna. Mohon maaf Romo semuanya jika selama ini kami sebagai umat kurang memperhatikan Romo & para Hamba Tuhan lainnya. GBU…

    • Trimaksih saudara Luarbiasanya, untuk doa-doanya. Tuhan memberkatimu dan semua yang dikasihi…

  5. Berkah dalem Romo Andi,
    Saya merasa sangat tersentuh dengan pelayanan Romo Andi. Pelayanan Romo menjadi tamparan bagi saya sebagai umat – Nya karena telah melupakan para gembala yang telah melayani kami para umat. Semoga kesaksian Romo menjadi inspirasi kami untuk melayani dengan lebih lagi terutama bagi romo dan suster yang telah lanjut usia dan purna tugas. Selama ini di tempat kami baru ada pelayanan ke penjara dan rumah sakit. Terimakasih Romo atas kesaksian yang menguatkan iman kami.

    GBU

    • trimakasih bu…. doakanselalu untuk para pelayan gereja yaaa… agar selalu penuh dgn rahmat Tuhan…

  6. Terima kasih Romo Andi, Romo telah memberikan kesaksian dengan pelayanan yang sungguh dikaruniai Allah. Romo telah memberikan pelayanan yang berarti demi kesaksian iman bagi semua orang yang percaya kepada Kristus, karena pelayanan Romo adalah kasih karunia Allah yang diterima oleh Pater Lorens, SVD sebelum dipanggil Allah Bapa di Surga.
    Terima kasih Romo telah berbagi dan semoga pelayanan ini menjadi pembelajaran yang berarti bagi semua orang dalam kesaksian iman khususnya pelayanan bagi imam yang sakit dan usia lanjut. Amin

  7. Berkah Dalem, Romo Andi

    Luarbiasa sharing iman dari Romo, sungguh menyentuh hati dan saya turut larut dalam doa yang Romo persembahkan. Saya mohonkan doa dan berkat Romo supaya Tuhan Yesus berkenan kelak menggenapi doa persembahan yang saya daraskan setiap malam kiranya Tuhan berkenan memanggil anak-anak kami kelak boleh berkarya menjadi tangan dan kaki Nya mewartakan kasih membangun kerajaan Nya di dunia ini. Pax Christi

    • Terimakasih pak Thomas.
      Terimakasih utk doanya… para imam sangat membutuhkan doa doa dan dukungan dari banyak pihak dalam menjalankan tugasnya pelayanannya.
      Terimakasih juga telah berkenan menyerahkan anak2 bapak kepada Tuhan… pasti Tuhan akan mengabulkannya. Tuhan membutuhkan banyak tangan dan kaki untuk melayani lebih banyak lagi….
      Tuhan memberkati keluarga Bapak…

  8. Terus berjuang Romo Andi. Dan semoga Tuhan memberikan kesembuhan untuk Romo Lorens. GBU

    NIco

    • Terimakasih Pak Nico, utk dukungan dan doanya…. Tuhan memberkatimu selalu. Salam dan doaku.

Comments are closed.