Pertanyaan:

Salam Damai,
tidak lama lagi musim advent akan tiba,sebagai Katolik secara jujurnya saya belum mengerti sangat apa itu advent dan kenapa Katolik mewujudkan advent dalam jadual gereja,adakah saudara protestant kita pun ada advent? dan sejak bilakah advent ini menjadi tradisi kita? Dan minta pertolongan untuk ceritakan secara ringkas tentang tradisi ‘Karoling’.

Terima kasih.
Semang

Jawaban:

Shalom Semang,

1. Adven adalah periode 4 minggu sebelum hari Natal, yaitu masa di mana Gereja memperingati kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali ke dunia dan mempersiapkan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya. Masa Adven dapat dimulai antara 27 November dan 3 Desember. Tahun 2009 ini Adven dimulai tanggal 29 November.

Kata “Adven” berasal dari kata Latin adventus atau bahasa Yunaninya, parousia, artinya kedatangan. Maka masa Adven adalah masa yang dipusatkan pada kedatangan Kristus sebagai Mesias dan Raja. Oleh karena itu, bacaan-bacaan Alkitab yang dipilih pada masa Adven ini memuat kitab-kitab Perjanjian Lama yang menggambarkan kedatangan Mesias dan pada Perjanjian Baru tentang kedatangan Yesus kembali sebagai Hakim yang mengadili semua bangsa; dan juga pembacaan tentang kisah Yohanes Pembaptis yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Yesus.

KGK 524    Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua (lih. Why 22:17). Dengan merayakan kelahiran dan mati syahid sang perintis, Gereja menyatukan diri dengan kerinduannya: “Ia harus makin besar dan aku harus makin kecil” (Yoh 3:30).

Karena Adven merupakan peringatan persiapan kelahiran Kristus dan penjelmaan-Nya di dunia, maka sangat layaklah masa Adven diletakkan di pembukaan tahun liturgi. Namun demikian, Adven bukannya bagian dari perayaan masa Natal, tetapi persiapannya. Oleh karena itu Gereja Katolik umumnya tidak menyanyikan lagu-lagu Natal atau menggunakan bacaan Natal sebelum perayaan Natal itu sendiri, yaitu Malam Natal 24 Desember dan 25 Desember.

Hari Natal hanya dapat dipahami dengan baik jika telah dipersiapkan di dalam masa Adven. Persiapan ini semestinya bukan persiapan yang bersifat hura-hura sekular, dengan aneka belanja ini itu, tetapi lebih kepada persiapan batin untuk mengarahkan hati kepada kehendak Tuhan, saat kita merenungkan, seperti para patriarkh, nabi dan raja menantikan kedatangan Penyelamat dunia, yaitu Allah Putera yang menjelma menjadi manusia.

Walaupun tidak dapat diketahui secara pasti dan definitif kapan Gereja memperingati masa Adven, namun diketahui bahwa sejak masa Gereja awal, umat beriman telah menantikan dengan rindu kedatangan Kristus kembali, saat Ia mengalahkan kejahatan dan mengadili orang hidup dan mati (lih. KGK 680-682).

Peringatan masa Adven yang paling jelas terlihat pada abad ke 6. Namun sebelumnya telah tercatat perayaan dan masa puasa yang menyerupai masa Adven. St. Hillarius dari Poitiers (367) dan Konsili di Saragossa (380) telah mengajarkan tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Paus Leo Agung (440-461) dalam homilinya telah mengajarkan tentang masa puasa pada bulan Desember sebelum Natal. The Gelasian Sacramentary (750) memuat bahan-bahan liturgi untuk ke-5 hari Minggu sebelum Natal, demikian juga setiap hari Rabu dan Jumat. Tema dalam Adven adalah penantian dan persiapan hati menyambut Kristus, sehingga yang dilakukan serupa dengan masa puasa dan pantang, dan terutama maksudnya adalah sebagai masa pertobatan.

Pada masa Reformasi, banyak gereja Protestan yang tidak lagi menerapkan perayaan dan masa-masa liturgis yang ditetapkan oleh Gereja Katolik. Walaupun demikian, masih ada juga gereja-gereja Protestan yang mempertahankan masa Adven, contohnya, gereja Anglikan. Dewasa ini gereja-gereja non- Katolik ada yang kembali mulai memperingati Adven, seperti Lutheran, Methodist, dan Presbytarian, atau gereja-gereja lainnya yang mulai memasukkan Adven dalam perayaan ibadah mereka dalam kadar yang berbeda- beda. Namun memang secara umum, dapat dilihat bahwa gereja-gereja Protestan kebanyakan menganggap Adven sebagai “perayaan awal” Natal, sedangkan bagi Gereja Katolik Adven adalah masa persiapan menuju hari Natal.

Memang jika diperhatikan, Gereja Katolik mempunyai kalender liturgi setiap tahunnya yang merupakan siklus yang berputar dari masa Adven, Natal, masa biasa, Masa Prapaska, Paska, Pentakosta, masa biasa, dan kemudian ke masa Adven tahun berikutnya. Ini merupakan permenungan yang tak terputus tentang sejarah keselamatan manusia. Dengan adanya kalender liturgi ini, maka Gereja Katolik ingin membantu kita untuk tidak melupakan hal-hal yang terpenting dalam hidup kita yaitu, rencana keselamatan Allah, yang dinyatakan lewat kelahiran/ penjelmaan Kristus menjadi manusia, hidup-Nya, wafat dan kebangkitan-Nya. Kalender liturgi dibuat untuk membantu kita agar tidak terhanyut oleh kesibukan dunia, namun untuk terus mengingat rencana keselamatan Allah yang membentang dari masa Penciptaan (yang kita kenang pada Malam Paska) sampai kedatangan Kristus kembali di akhir jaman (yang kita kenang pada masa Natal). Kalender liturgis juga membantu kita merenungkan misteri Kristus dengan penghayatan yang terus berkembang, setiap tahunnya. Sehingga walau misteri yang direnungkan tetap sama dari tahun ke tahun, namun Allah tetap dapat mengajarkan sesuatu yang baru di dalamnya, sesuai dengan pertumbuhan iman kita. Dan Gereja juga mengingatkan untuk menyambut kedatangan-Nya, persiapan yang utama dan terpenting adalah pertobatan, agar kita dapat semakin menghayati makna rencana keselamatan-Nya. Itulah sebabnya baik sebelum Natal maupun sebelum Paskah, Gereja Katolik selalu mengajak umat-Nya untuk mempersiapkan hati dan batin: yaitu pada masa Adven sebelum Natal, maupun Prapaskah sebelum Paskah. Maka adalah baik jika kita merenungkan pada masa Adven ini, akan apa yang dapat kita lakukan untuk mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan-Nya, yaitu kelahiran-Nya kembali di dalam hati kita?

2. Untuk pengertian “Carol”, saya meringkas dari New Catholic Encyclopedia, yang dikeluarkan oleh the Catholic University of America, Washington DC, 1967, vol III, p. 130. “Carol”: 1) menurut Julian’s Dictionary, adalah lagu-lagu untuk menyertai suatu tarian. 2) menurut Encyclopedia Britanica, adalah lagu-lagu pujian seperti yang dinyanyikan pada waktu Natal, 3) menurut Oxford book of Carols, adalah lagu-lagu dengan dorongan religius, yang sederhana, gembira, populer dan modern, 4) menurut R.L. Greene dalam The Early English Carols, Oxford 1935, carols adalah sebuah sajak yang dinyanyikan, disusun atas beberapa stanza, dimulai pada bagian refrain yang kemudian diulangi setelah setiap stanza dinyanyikan.

Walaupun sebelum abad ke- 13 telah ditemukan tradisi menyenyikan lagu-lagu pujian Natal, namun Christmas Carols yang menyerupai apa yang kita kenal sekarang, baru mulai dikenal di abad- 13. Christmas Carols ini diprakarsai oleh St. Fransiskus Asisi, 1223 yang pertama kali menggunakan tunil/ pertunjukan kelahiran Yesus “Nativity Plays” di Italia. Sejak saat itu pertunjukan tunil Natal dan lagu-lagu Natal mulai dikenal di banyak tempat di dunia, seperti yang disebarkan oleh para Fransiskan tersebut. Yang dinyanyikan dalam Carols itu adalah lagu-lagu baik dalam bahasa Latin maupun dalam bahasa setempat. Pada saat itu, Carols juga disertai dengan litani dan penghormatan kepada Bunda Perawan Maria yang melahirkan Tuhan Yesus dan penghormatan kepada Keluarga Kudus (Bunda Maria, Santo Yosef dan Kanak-kanak Yesus) dan para orang kudus pada minggu Natal.

Pada masa Reformasi Protestan, kebiasaan Caroling ini kurang begitu populer, karena Christmas Carols/ Caroling sering diasosiasikan dengan Paus dan tradisi Gereja Katolik. Namun demikian, tradisi Christmas Carols terus berkembang, dengan semakin banyaknya lagu-lagu yang diciptakan untuk kepentingan Caroling tersebut. Pada abad ke- 19, Christmas Carols kembali populer dengan dinyanyikannya lagu-lagu yang berpusat pada peristiwa Natal, seperti “Hark, the herald angels”, “The First Nowell”, dll. Pada abad ini, J.M Neale (1818-1866), seorang penerjemah dan seorang tokoh pembaharuan liturgi mulai menerjemahkan lagu-lagu pujian Natal dari bahasa latin, seperti Good King Wenceslas dari Tempus adest floridum.

Sejak saat itu sampai sekarang, kita mengenal banyak lagu-lagu Natal yang dinyanyikan, baik itu dalam bahasa asing maupun yang diterjemahkan dalam bahasa setempat, yang temanya adalah tentang kelahiran Tuhan Yesus. Para penyanyi berjalan berkeliling dari rumah- ke rumah, atau di jalan-jalan, kadang sambil membawa lilin. Christmas Caroling ini maksudnya adalah untuk mewartakan kisah kelahiran Tuhan Yesus Kristus ke dunia, sehingga jika ingin dilakukan sesuai dengan maksudnya, harusnya Christmas Caroling ini bukan saja asal menyanyikan lagu- lagu Natal, tetapi juga disertai dengan pembacaan kisah Natal. Kisah Natal ini dapat dinyanyikan ataupun dibacakan dari ayat-ayat Injil yang kemudian yang diselingi dengan lagu-lagu Natal.

Christmas Caroling menurut tradisi Gereja Katolik, tidak dimulai di minggu-minggu sebelum Natal, karena pada saat itu Gereja masih dalam masa Adven. Maka biasanya, Christmas Caroling yang diadakan oleh Gereja Katolik dimulai setelah Malam Natal sampai hari- hari berikutnya dalam Oktaf Natal (dalam 8 hari masa Natal).

Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org

4 COMMENTS

  1. Salam Damai sist Ingrid,
    Terima kasih di atas penerangan dan nasihat yang diberikan.Saya sangat menghargainya.

  2. Salam Damai,
    tidak lama lagi musim advent akan tiba,sebagai Katolik secara jujurnya saya belum mengerti sangat apa itu advent dan kenapa Katolik mewujudkan advent dalam jadual gereja,adakah saudara protestant kita pun ada advent? dan sejak bilakah advent ini menjadi tradisi kita? Dan minta pertolongan untuk ceritakan secara ringkas tentang tradisi ‘Karoling’.
    Terima kasih. Semang

    [Dari Admin Katolisitas: Pertanyaan ini sudah dijawab di atas, silakan klik]

    • Terima kasih di atas jawapan yang diberikan.Setelah membaca penerangan yang sist Ingrid berkenaan dengan Carol,pertanyaan saya adalah-biasanya kami(paroki) akan mengadakan karoling itu sebelum krismas,maksudnya semasa kita masih dalam musim advent-adakah itu salah? dan yang keduanya adakah wajib ‘wang karoling’ itu mesti diderma/diserahkan untuk Bishop Keuskupan? kerana baru2 ini kami ada menerima surat dari Paderi yang meminta agar semua wang karoling mesti diserahkan kepada Bishop,sedangkan kami sudah biasa untuk tahun2 sebelum ini yang wang karoling itu digunakan sebagai ganjaran/tanda terima kasih kepada saudara2 yang sudi menggunakan kereta(4whell drive) membawa muda mudi(terutamanya) dari satu kampung ke satu kampung pada setiap malam(Dalam surat Paderi ada meminta agar kereta2 itu dibayar oleh gereja2 kampung).Untuk pengetahun sist Ingrid,paroki kami ini adalah sebuah paroki pedalaman/desa dan kedudukan sebuah rumah/kampung antara satu sama lain adalah jauh,ada yang mengambil masa sehingga 2 jam(offroad).Kami bercadang untuk ‘melawan’ arahan ini(wang karoling untuk Bishop) kerana situasi2 lokal tambahan pula majoriti gereja2 kampung adalah terbatas sumber kewangannya(boleh dikatakan miskin) Dan dalam surat itu juga Paderi ada meminta sekiranya kami enggan ikut arahan ini(wang karoling untuk Bishop) aktiviti Karoling mesti dihentikan serta merta.Bagi saya arahan ini adalah sangat kejam.Minta pandangan sist Ingrid.

      Terima kasih.
      ps: 1.kami akan berjumpa/berbincang dengan paderi berkenaan dengan masalah ini pada 17/12/2009.
      2. saya ada bangunkan satu blog untuk merakam serba ringkas aktiviti2 gereja di daerah kami-silalah berkunjung untuk memberi idea2 untuk kami-www.mykatolik-asap.blogspot.com

      • Shalom Semang,

        1. Jika saya boleh menyarankan, dengan memahami makna Adven, memang sedapat mungkin anda/ komunitas anda mengadakan Christmas Caroling setelah Malam Natal tanggal 24 Desember setelah Misa Kudus, tanggal 25 Desember dan dalam oktaf Natal (dalam 8 hari setelah Natal). Dengan demikian anda dan komunitas Caroling anda menujukkan kesetiaan kepada tradisi yang diajarkan oleh Gereja Katolik.

        2. Mengenai anjuran keuskupan untuk menyerahkan dana yang diperoleh dari Caroling kepada pihak Keuskupan, saya kira, itu dilandasi oleh anggapan Keuskupan bahwa telah terhimpun dana yang cukup besar. Jika kenyataannya tidak demikian (bahwa dana yang terkumpul hanya ‘pas’/ tepat untuk membayar ongkos bensin), maka silakan saja anda sampaikan kepada pihak Keuskupan kenyataan ini. Jadi jika anda bertemu dengan Paderi pihak keuskupan, silakan menyiapkan beberapa data fakta yang terjadi, misalnya:

        a. Sampaikan tujuan yang ingin dicapai (semacam visi dan misi) dari komunitas Caroling ini, apakah untuk menghimpun anak muda untuk sama-sama merayakan Natal, ataukah untuk evangelisasi, ataukah untuk mengaktifkan kegiatan generasi muda Katolik, dst.

        b. Sampaikan juga data sejarah dari awal kegiatan ini, apakah ada pertumbuhan jumlah orang-orang yang terlibat, ataukah ada kesaksian dari para penyanyi atau mereka yang dikunjungi akan hasil positif secara rohani yang mereka alami dengan adanya kegiatan ini?

        c. Sampaikan data keuangan yang diterima pada tahun-tahun yang sudah lewat, jika tidak ingat persis, cukup kira-kira saja, dan dipergunakan untuk apa, silakan dituliskan. Sertakan juga prediksi keuangan tahun ini, dengan perincian biaya mobil/ kereta yang akan digunakan untuk keperluan kegiatan Caroling ini.

        d. Tuliskan rencana yang akan anda lakukan tahun ini, maupun untuk tahun-tahun yang akan datang, jika kegiatan ini mendapat restu dari keuskupan. Jika mungkin adakan pendalaman iman dan renungan Natal oleh Imam/ pembicara Katolik kepada para anggota Caroling ini, sebisa mungkin sebelum Natal, yang diikuti dengan acara penerimaan Sakramen Pengakuan Dosa oleh Imam. Maksudnya agar yang ikut Caroling ini tidak hanya ‘menyanyi’ namun juga menghayati nyanyian mereka dengan iman dan dapat mempersiapkan Natal dengan hati yang lebih layak.

        Jika saya boleh mengusulkan, sebagai bagian dari acara Caroling, silakan anda pergi juga mengunjungi Panti Asuhan atau Rumah Sakit Katolik yang ada di daerah anda, atau jika tidak ada kunjungilah orang-orang sakit dalam paroki anda, dan janganlah meminta sumbangan dari mereka. Justru andalah yang menghibur dan ‘menyumbang’ kepada mereka dengan memberitakan suka cita Natal melalui lagu-lagu pujian. Semoga hati mereka terhibur, dan mereka merasa dikuatkan imannya dengan menerima kasih dari sesama saudara seiman.

        Di atas semua itu, jangan sampai diskusi dengan keuskupan menjadi ajang "keras-kerasan" apalagi sampai terjadi semacam pertengkaran. Kita harus menyadari bahwa maksud keuskupan tentu juga baik, maksudnya mengkoordinir segala kegiatan rohani, dan agar jangan sampai ada penyalahgunaan dana dari umat. Harus diakui bahwa tanpa koordinasi yang baik, maka kegiatan macam ini memang bisa disalahgunakan, misalnya uangnya digunakan untuk makan-makan sesama anggota Caroling, dan ini tentu bukan tujuan mulia yang harus dicapai oleh kegiatan rohani. Namun sebaliknya, jika uang yang terkumpul hanya ‘pas-pas-an’ dan paroki juga tidak punya cukup kas untuk mendukung kegiatan ini, maka hal ini selayaknya dikomunikasikan ke pihak keuskupan, sehingga dengan data fakta yang ada, mereka dapat mempertimbangkan bagaimana menyikapi kegiatan Caroling anda.

        Akhirnya, saya sudah mengunjungi blog anda. Bagus, puji Tuhan! Semoga blog anda dapat berkembang menjadi sarana komunikasi kaum muda di paroki anda, dan semoga isinya dapat semakin berkembang, memuat juga kesaksian iman dari anggota-anggota, dan ayat-ayat Alkitab yang menjadi pegangan bagi anda semua sesuai dengan artikel ataupun kesaksian tersebut.

        Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
        Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org

Comments are closed.