Dalam banyak diskusi dengan para pembaca katolisitas tentang kristologi, sering muncul begitu banyak pertanyaan yang sama. Yang menjadi masalah, ketika kami memberikan link-link yang telah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan, maka sering sekali ada sebagian pembaca yang menolak untuk benar-benar membaca artikel-artikel yang telah diberikan. Alasan ini timbul, karena mungkin keengganan untuk membaca artikel-artikel yang cukup panjang. Oleh karena itu, dalam serba-serbi kristologi ini, kami akan mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul sehubungan dengan kristologi secara singkat dan padat. Secara berkala kami akan menambahkan tanya jawab singkat ini.

Bagi yang ingin membaca tanya jawab secara lebih detail, maka dapat melihat arsip diskusi tentang kristologi di sini – silakan klik dan beberapa artikel yang berhubungan dengan kristologi dapat dilihat pada beberapa link berikut ini:

Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal yang dinyatakan dalam doa syahadat bagian Aku Percaya akan Allah Bapa yang Maha Kuasa dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia, karena Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia. Semuanya itu menunjukkan kesempurnaan rancangan keselamatan Allah.

Bagaimana mungkin Kristus adalah Tuhan kalau Kitab Suci juga membuktikan bahwa Yesus adalah manusia?

Tidak ada yang menyangkal bahwa Kitab Suci membuktikan bahwa Yesus adalah manusia, sehingga Gereja Katolik mengajarkan bahwa Yesus adalah sungguh manusia. Namun, Kitab Suci yang sama juga membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan, sehingga Gereja Katolik juga mengajarkan bahwa Kristus mempunyai kodrat Allah. Ke-Allahan-Nya dapat dibuktikan dengan kedatangan-Nya yang dinubuatkan oleh para nabi dari generasi ke generasi: Kelahiran-Nya (lih. Mik 5:2), kehidupan-Nya yang membuat banyak mukjizat (lih. Yes 29:18, 35:5-6, 61:1; bdk. Mat 11:5; Luk 4:18; Mat 15:30), penderitaan dan kematian-Nya (lih. Yes 42, 49, 50, 53). Yesus menyatakan ke-Allahan-Nya juga dengan mengajar dan memberikan hukum dalam nama-Nya sendiri -bukan dengan mengatakan “Beginilah firman Tuhan…. ” (Kel 4:22; 5:1; Yos 24:2; Hak 6:8; 1Sam 10:18, dst) seperti dikatakan oleh para nabi, namun Yesus berkata, “Aku berkata kepadamu…” (lih. Mat 5-6). Dengan perkataan-Nya, Yesus menyatakan diri-Nya bahwa Ia adalah Tuhan. “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan… ” (Yoh 13:13). Yesus juga menyatakan Diri-Nya sebagai Tuhan dengan menyatakan bahwa Ia berdiam di dalam hati setiap orang, terutama dalam mereka yang miskin, sakit dan terpinggirkan, dan bahwa semua orang kelak akan dihakimi atas dasar perbuatannya terhadap mereka yang miskin, sakit dan terpinggirkan itu, sebab dengan perbuatan tersebut mereka memperlakukan Dia (lih. Mat 25:31-46). Yesus juga melakukan begitu banyak mukjizat seperti menghentikan badai (Mat 8: 26; Mrk 4:39-41), menyembuhkan penyakit (Mat 8:1-16,  9:18-38, 14:36, 15: 29-31), memperbanyak roti untuk ribuan orang (Mat 14: 13-20; Mrk 6:30-44; Luk 9: 10-17; Yoh 6:1-13), mengusir setan (Mat 8:28-34), dan membangkitkan orang mati (Luk 7:14; Yoh 11:39-44). Di atas semuanya itu, mukjizat-Nya yang terbesar adalah: Kebangkitan-Nya sendiri dari mati (Mat 28:9-10; Luk 24:5-7,34,36; Mrk 16:9; Yoh 20:11-29; 21:1-19). Yesus juga menunjukkan bahwa Ia sungguh Allah karena Yesus berkuasa untuk mengampuni dosa (lih. Mat 9:2-8; Mrk 2:3-12; Luk 5:24, Luk 7:48); Kristus juga mengatakan bahwa Dia mampu memberikan hidup yang kekal (lih. Yoh 10:28) dan bahwa Ia dan Bapa adalah satu (lih. Yoh 10:30). Dengan cara-Nya sendiri Yesus menyatakan diri-Nya adalah Sang Yahweh, terutama dengan mengatakan bahwa diri-Nya adalah, “Aku adalah Aku/ I am who am”, yang adalah sinonim/ persamaan arti kata ‘Yahweh’ itu sendiri. Karena klaim ke-Allahan inilah, maka Yesus hendak dibunuh dan dilempari batu oleh orang-orang Yahudi (lih. Yoh 10:33). Selanjutnya, Yesus sendiri tidak menolak ketika Rasul Tomas mengatakan, “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh 20:28) dan tidak menolak ketika Dia disembah oleh para murid (lih. Mat 28:16-17). Dan akhirnya dalam Kitab Wahyu digambarkan bahwa Yesus bertahta dalam kemuliaan dan seluruh ciptaan menyembah-Nya (lih. Why 5:13-14).

Apakah misi Yesus ketika Dia datang ke dunia ini?

Ada banyak orang mengatakan bahwa misi Yesus datang ke dunia ini hanya sebagai utusan Bapa (lih Yoh 20:21), melakukan kehendak Allah Bapa (lih. Yoh 6:38) dan menggenapi hukum (lih. Mat 5:17) serta mewartakan Injil (lih. Mrk 1:38). Namun, kalau kita membaca Kitab Suci secara keseluruhan, maka kita melihat bahwa misi yang diemban oleh Yesus adalah lebih daripada itu. Di dalam kehidupan-Nya, Kristus – yang adalah jalan, kebenaran dan hidup (lih. Yoh 14:6) – senantiasa memberitakan kebenaran (lih. Yoh 18:37), karena kebenaran akan memerdekakan manusia (lih. Yoh 8:32). Dia juga menjadi terang dunia sehingga siapa yang percaya kepada-Nya tidak berada dalam kegelapan (lih. Yoh 8:12; Yoh 9:39) melainkan mendapatkan hidup yang kekal (lih. Yoh 3:16-18; Yoh 10:10). Dia datang bukan untuk dilayani, namun untuk melayani, dan memanggil orang berdosa dan yang hilang, agar mereka bertobat (lih. Mat 9:13; Mrk 2:17; Luk 5:32; Luk 19:10) serta memperoleh keselamatan (lih. 1Tim 1:15). Keselamatan ini diperoleh dengan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat 20:28; 1Yoh 4:10; Gal 4:4-5; 1Yoh 4:10) atau dengan kata lain, Dia rela untuk mati dan menghasilkan keselamatan bagi umat manusia (lih. Yoh 12:27; Yoh 12:47). Dengan penebusan-Nya, maka Kristus memberi kekuatan dan rahmat agar umat Allah dapat hidup dalam kekudusan (lih. Rm 8:3-4).

Apakah Yesus memberikan Diri-Nya untuk disalibkan dengan rela atau karena paksaan?

Secara sekilas, mungkin kita melihat bahwa kaum Yahudi dan penguasa Romawi memaksa Yesus untuk mati di kayu salib. Namun, kalau kita menelusuri Perjanjian Baru, maka kita akan melihat bahwa ada banyak ayat yang membuktikan bahwa Yesus secara sukarela memberikan Diri-Nya sebagai penebus dosa. Ditegaskan bahwa Tujuan Yesus datang ke dunia adalah untuk melayani dan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (lih. Mat 20:28; Mrk 10:45; bdk. 1Tim 2:6; Yes 53:10). Bagaimana Dia memberikan diri-Nya? Sebagai gembala yang baik, maka Dia rela memberikan nyawa bagi domba-domba-nya (lih. Yoh 10:11) dan hal ini dipenuhi-Nya dalam kematian-Nya di kayu salib. Yesus sendiri menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mengambil dari Yesus, namun Dia sendiri berkuasa memberikan menurut kehendak-Nya sendiri (lih. Yoh 10:18). Justru, karena Kristus yang adalah Allah, rela menderita dan mati, yang didasari oleh kasih-Nya kepada manusia dan Allah Bapa, maka penderitaan dan kematian-Nya mempunyai efek yang sungguh luar biasa, yaitu dapat menebus umat manusia.

Mengapa Kristus menjelma menjadi manusia di pertengahan sejarah manusia?

Adalah layak jika Kristus menjelma menjadi manusia (Inkarnasi) di era peradaban manusia di saat telah terdapat pencatatan sejarah dan budaya universal dalam tingkatan tertentu. Hal ini perlu: 1) agar Inkarnasi dapat dipercaya sebagai kejadian sejarah, dan bukan hanya mitos atau legenda yang dikelilingi kabut masa prasejarah; 2) sehingga pengetahuan tentang kejadian Inkarnasi ini dapat menyebar ke seluruh bangsa dan negara; 3) agar Inkarnasi Kristus dapat terjadi setelah persiapan yang layak, sebab Allah tidak melakukan karya-Nya yang terbesar tanpa persiapan yang memadai. Persiapan akan inkarnasi Kristus telah terjadi selama sekitar 2000 tahun dalam sejarah bangsa Yahudi, mulai dari Abraham dan para nabi. Akan menjadi tidak layak, jika penjelmaan Kristus ini tanpa pemberitahuan sebelumnya, tanpa diharapkan ataupun dirindukan, tanpa instruksi ataupun nubuat sebelumnya. Juga menjadi tidak layak jika selama sepanjang sejarah, manusia dibiarkan berjalan tanpa campur tangan Allah sendiri untuk menuntunnya ke arah kesempurnaan yang dikehendaki Allah. Dengan demikian, tidak layaklah jika Inkarnasi Kristus terjadi di awal sejarah manusia sehingga tanpa persiapan yang cukup, ataupun di akhir sejarah manusia, karena Inkarnasi bertujuan untuk menguduskan umat manusia.