[Hari Minggu Biasa XXVII: Yes 5:1-7; Mzm 80:9-20; Flp 4:6-9; Mat 21:33-43]

Dari bacaan Kitab Suci hari ini, kita dapat melihat salah satu contoh kaitan antara suatu perikop dalam Perjanjian Lama dengan perikop lainnya dalam Perjanjian Baru. Kisah dalam kitab Yesaya dalam bacaan pertama merupakan gambaran samar-samar dari penggenapannya dalam Injil Matius. Perumpamaan itu mengisahkan tentang bangsa Israel, yang menjadi kebun anggur Tuhan. Kisah yang diceritakan di sana adalah segala yang telah dilakukan oleh sang pemilik kebun anggur, agar kebun itu menghasikan buah yang baik, namun ternyata buah yang dihasilkan adalah buah yang asam (Yes 5:4). Sedangkan dalam Injil, yang dipersalahkan bukanlah hasil kebun, tetapi para penggarap kebun itu. Menurut St. Yohanes Krisostomus, melalui perumpamaan ini Tuhan Yesus mengajarkan tentang penyelenggaraan Tuhan yang selalu menyertai bangsa Isreal sejak awal mula, dan tak ada sesuatupun yang dihilangkan oleh Tuhan demi mendorong mereka kepada keselamatan. Dan meskipun bangsa itu telah membunuh para nabi-Nya dengan sangat kejam, Allah tetap tidak berpaling dari mereka; malah sebaliknya mengutus Putera Tunggal-Nya sendiri, yang harus menderita di tangan mereka dengan penghinaan yang tak terkatakan dan penganiayaan yang demikian kejam, hingga Ia wafat di kayu salib (Hom. lxix.).

Walaupun kebun anggur memang dapat diinterpretasikan secara literal sebagai bangsa Israel, namun kebun tersebut juga dapat diartikan secara lebih luas sebagai misteri Kerajaan Allah dalam Kitab Suci. Pengertian ini diajarkan oleh Origen, salah seorang bapa Gereja di awal abad ke-3. Selanjutnya, ia mengajarkan bahwa kehidupan manusia yang tak bercela adalah buah dari kebun itu yang diharapkan oleh Sang Pemiliknya. Perkataan Kitab Suci adalah pagar yang didirikan di sekeliling kebun, yang memungkinkan dihasilkannya buah dari kebun itu. Kedalaman makna sabda Tuhan adalah tempat pemerasan anggur, yang melaluinya diperoleh kebaikan dari pembelajaran ajaran sabda-Nya itu. Menara jaga yang dibangun di sana adalah sabda tentang Allah sendiri dan mengenai rencana keselamatan-Nya yang digenapi di dalam Kristus. Sedangkan para penggarap kebun adalah orang-orang sebelum zaman kita, baik imam maupun awam yang dipercayakan untuk mengolah kebun, yaitu untuk melaksanakan ajaran Tuhan. Waktu panen dapat diartikan dalam hubungannya dengan perorangan ataupun bangsa, secara khusus bangsa Israel. Dalam kaitannya dengan hidup perorangan, musim pertama adalah masa kecil, masa bertunas adalah masa pertumbuhan. Pertumbuhan jiwa seorang manusia menunjukkan pertumbuhan kebun anggur itu, yaitu sabda Tuhan dalam dirinya, yang setelah berkembang, menghasilkan buah yang matang, yaitu kasih, suka cita, damai sejahtera, dst. Para penggarap yang membunuh anak sang pemilik adalah orang-orang Yahudi yang walaupun telah mengenal Kristus, namun akhirnya menyalibkan Dia. Dalam perikop itu Yesus bertanya kepada kaum tua-tua Yahudi akan akhir dari perumpamaan itu, bukan karena Kristus tidak mengetahui akhirnya, tetapi karena Kristus menghendaki agar jawaban mereka sendirilah yang menjadi hakim bagi mereka. Tanpa menyadarinya, para tua-tua Yahudi itu bernubuat menentang diri mereka sendiri, bahwa sabda Allah itu akan diambil dari mereka dan diberikan kepada bangsa-bangsa lain, yang akan memberikan buahnya pada waktunya. Sebab sabda Allah diberikan kepada mereka yang dapat menghasilkan buahnya; dan Kerajaan Allah diberikan kepada mereka yang telah mengalahkan dosa.

Maka bacaan Kitab Suci hari ini, mengingatkan kita, agar kita dapat menjadi para penggarap kebun anggur yang dapat menghasilkan buah yang manis bagi sang pemilik kebun anggur, yaitu Tuhan. Buah yang manis, itulah diharapkan oleh Tuhan dari kita, setelah kita menerima kepercayaan dari-Nya, untuk menggarap kebun anggur-Nya. Rasul Paulus mengajarkan kepada kita, apakah itu buah yang manis yang diharapkan oleh Allah. “… Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. ” (Flp 4:8,9).

Marilah kita menilik ke dalam hati kita, agar kita dapat melihat, sejauh mana kita telah memikirkan semua yang benar, mulia, adil, suci dan baik? Sejauh mana kita telah melakukan apa yang telah kita terima sebagai ajaran iman kita? “Ya, Bapa, kami bersyukur bahwa Engkau begitu mengasihi kami, sehingga telah mengutus Putera-Mu Yesus untuk menyelamatkan kami. Pimpinlah kami agar dapat menjadi penggarap kebun anggur-Mu, agar kami dapat menghasilkan buah yang manis, yang berkenan bagi-Mu…”