Kebun dan taman biara ini luas banget!! Di sekeliling kapel, ada padang rumput dan bunga-bunga yang warna-warni. Di bagian belakang biara, ada kebun yang penuh dengan berbagai tanaman, mulai dari pepohonan yang nggak bisa dimakan sampai sayur-sayuran yang siap dipanen demi keselamatan perut para penghuni biara. Kebun dan taman juga pemandangan segar buat mata, terutama waktu pagi. Permasalahannya adalah: kebun dan taman yang lebih luas = pekerjaan tangan yang lebih banyak dan berat!
Pekerjaan yang paling simpel adalah mencabuti rumput liar yang tumbuh, entah di sekitar tanaman atau di sekitar paving stone untuk berjalan dan jogging. Waktu musim kemarau sih agak enteng karena rumput & ilalang nggak begitu banyak. Setelah dicabut, beberapa hari baru mulai tumbuh lagi. Tapi, sekarang sedang musim hujan. Para tanaman mulai jingkrak-jingkrak, termasuk rerumputan liar itu. Mereka tumbuh berjamaah dengan kecepatan tinggi. Setelah hari ini kerja tangan cabutin rumput, eh.. besok mereka datang lagi sama teman-teman se-provinsi. Capek dehh..
Kadang, rasanya aku sedang melakukan pekerjaan percuma. Habisnya, kondisi kebun rasanya sudah tidak tertolong. Terlalu banyak tanaman liar yang menjajah kebun. Lebih gampang dibakar saja supaya tanaman liar itu habis semuanya. Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, nanti terong-terong nikmat dan kangkung-kangkung yang cantik bisa ikut terbakar. Kalau terbakar habis, nanti makan pecel dan sambelnya pakai apa dong? Wah, sedih juga ya. Terpaksa, aku kembali jongkok dan mencabuti rerumputan yang mengganggu itu dengan tangan.
Kalau dipikir-pikir, kebun itu kadang-kadang mirip aku ya, tidak tertolong karena dosa yang bertimbun. Dosa-dosa itu datang seperti anjing-anjing biara yang tekun membongkar tong sampah dan nambahin kerjaan sie kebersihan, atau rerumputan liar yang mewabah di kebun di musim hujan. Malah, kayaknya punyaku sudah jadi hutan belantara. Kalau Tuhan nanti nggak tahan lagi sama aku, bisa jadi aku dibakar habis, kayak rencana kejamku terhadap rerumputan liar tadi. Tapi, Ia memang panjang sabar dan penuh kerahiman. “Buluh yang terkulai tidak akan dipatahkannya, sumbu yang pudar takkan dipadamkannya” (Yes 42.3). Diriku yang terjangkit parah oleh “rerumputan liar dosa” tidak dibakar habis olehNya.
Ven. Fulton J. Sheen pernah bilang kalau kemampuan orang menjadi jahat berbanding lurus dengan kemampuannya menjadi baik. Orang yang luar biasa jahat berpotensi menjadi seseorang yang luar biasa baik jika ia bertobat. Orang yang luar biasa baik juga berpotensi menjadi luar biasa jahat jika dia berbalik dari Allah. Contohnya, ya St. Paulus dan Setan. Awalnya, St. Paulus dengan begitu luar biasa kejam memburu dan membunuh umat Kristiani. Setelah bertobat, beliau menjadi salah satu rasul dan pewarta Injil yang luar biasa bersemangat. Bahkan, St. Paulus menghadapi kemartirannya dengan berani di Roma. Begitu juga St. Agustinus dari Hippo, seorang Bapa Gereja yang dulunya seorang bidat dan kumpul kebo dengan wanita. Setelah bertobat, ia menjadi Uskup dan Pujangga Gereja yang kudus dan penuh karya.
Hidup mereka adalah sinar harapan sekaligus peringatan buat aku. Mereka menunjukkan kalau aku, yang parah dan tampak tidak tertolong ini, memiliki kesempatan menjadi orang kudus yang membanggakan bagi Yesus. Kalau aku bertobat terus menerus dan bekerjasama dengan Yesus membabati belantara dosaku dengan tekun, aku akan bisa mendirikan puri batin yang sangat indah untuk Allah. Bagi Allah, tiada yang mustahil.
Tapi, aku harus tetap rendah hati dan waspada. Setan dulunya adalah malaikat yang sangat indah dan mulia. Karena pilihannya adalah berbalik dari Allah, ia jatuh dan berubah menjadi begitu jahat. Begitu parah. Begitu pula aku. Jika aku berbalik dari Allah, belantara dosa ini akan terus bertumbuh dan menutupi semuanya hingga menjadi gelap gulita. Di belakang seorang kudus, ada masa lalu sebagai seorang pendosa. Di depan seorang pendosa, ada harapan menjadi orang kudus di masa depan.
Shalom Katolisitas,
artikel ini sungguh menggugah hati saya karena situasi saya memang serupa dengan yang disebut di atas.
Saya yang dulu sangat menjaga iman dan ketaatan saya, kini terjatuh kembali kedalam lumpur dosa. Terlebih lagi, dosa sudah terasa sangat wajar, perasaan bersalah pun tak terasa. Saya merasa “rerumputan liar” terus menjalar di hati saya dan tak terhentikan. Mohon doa komunitas Katolisitas agar saya dapat kembali taat dan berbalik ke Jalan Kristus. Amin.
Terima Kasih
Shalom Katolisitas,
Terima kasih, karna sejak saya kenal Katolisitas, selalu diserukan kepada saya agar “menjadi kudus”. Nyatanya, saya masih jauh dari itu. Nyatanya, pada diri saya masih banyak dosa yang selama ini telah menjadi kebiasaan.
Rupanya, begitu mudah menjadikan suatu dosa menjadi kebiasaan, tapi begitu susahnya menjadikan doa Rosario menjadi suatu kebiasaan. Tapi untungnya: masih ada sakramen-sakramen, masih ada Katolisitas — yang senantiasa berseru agar semua orang menjadi kudus.
Salam,
Lukas Cung
Comments are closed.