Berikut adalah terjemahan dari homili Paus Fransiskus pada Minggu Paskah ke-6 yang bertepatan dengan Hari Persaudaraan dan Kesalehan Popular:
Suatu keberanian dari kalian untuk datang ke sini dalam kondisi hujan seperti ini … Semoga Tuhan memberkati kalian dengan melimpah!
Sebagai bagian dari perjalanan dalam Tahun Iman, saya senang merayakan Ekaristi ini yang secara khusus didedikasikan untuk para kelompok persaudaraan: sebuah realitas tradisional dalam Gereja, yang pada akhir – akhir ini beberapa kali mengalami pembaharuan dan penemuan kembali. Saya menyambut kalian semua dengan penuh kasih, khususnya para kelompok persaudaraan dari seluruh belahan dunia yang telah datang ke sini! Terima kasih atas kehadiran kalian dan kesaksian kalian!
- Dalam Injil kita mendengar sebuah perikop dari wacana perpisahan Yesus, sebagaimana diceritakan oleh Penginjil Yohanes dalam konteks Perjamuan Terakhir. Yesus mempercayakan pemikiran terakhir-Nya, sebagai perjanjian spiritual, kepada para rasul sebelum Ia meninggalkan mereka. Teks hari ini menegaskan bahwa iman Kristen benar-benar berpusat pada hubungan antara Bapa, Putra dan Roh Kudus. Barangsiapa mengasihi Tuhan Yesus ia menyambut Dia dan Bapa-Nya secara batiniah, dan bersyukur kepada Roh Kudus dengan menerima Injil dalam hati dan kehidupannya. Di sini kita diperlihatkan pusat dari mana segala sesuatu harus pergi dan ke mana segala sesuatu harus berujung: [yaitu] mengasihi Allah dan menjadi murid-murid Kristus dengan hidup seturut Injil. Ketika Benediktus XVI berbicara kepada kalian, beliau menggunakan ungkapan: semangat penginjilan. Para Kelompok Persaudaraan yang terkasih, kesalehan populer, yang merupakan tanda penting dalam kalian adalah harta yang dimiliki oleh Gereja, yang mana para uskup Amerika Latin mendefinisikannya secara signifikan, sebagai spiritualitas, suatu bentuk kebatinan, yang merupakan “tempat perjumpaan dengan Yesus Kristus “. Timbalah selalu dari Kristus, mata air yang tak pernah kering, perkuat iman kalian dengan menghadiri pembinaan spiritual kalian, untuk berdoa secara pribadi dan bersama dalam komunitas, dan dalam liturgi. Selama berabad-abad kelompok persaudaraan telah menjadi cawan lebur kekudusan bagi banyak orang yang tak terhitung jumlahnya, yang telah hidup dalam kesederhanaan, sebuah hubungan intens dengan Tuhan. Melangkah maju dengan kebulatan tekad dalam jalan menuju kekudusan; jangan merasa puas dengan kehidupan Kristen yang biasa-biasa saja, tapi biarkan ikatan tali persaudaraan kalian berfungsi sebagai dorongan, di atas segalanya bagi kalian sendiri, untuk mencapai cinta yang semakin lebih besar lagi bagi Yesus Kristus.
- Perikop dari Kisah Para Rasul yang kita dengar, juga berbicara kepada kita tentang apa yang penting. Dalam Gereja awali ada kebutuhan yang mendesak untuk memikirkan apa yang penting dalam menjadi seorang Kristen, dalam mengikuti Kristus, dan apa yang tidak. Para rasul dan penatua-penatua lainnya mengadakan pertemuan penting di Yerusalem, sebuah “konsili” pertama, dengan tema di atas, untuk membahas masalah-masalah yang timbul setelah Injil diberitakan ke orang-orang kafir, ke orang-orang bukan Yahudi. Ini adalah kesempatan yang diberikan Tuhan untuk pemahaman yang lebih baik atas apa yang penting, yaitu kepercayaan kepada Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit untuk dosa-dosa kita, dan mencintai Dia sebagaimana Dia mengasihi kita. Tapi perhatikan bagaimana kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi: [yakni] bukan dari luar, melainkan dari dalam Gereja. Dan ini membawa sebuah elemen kedua yang saya ingin ingatkan kalian, seperti yang Benediktus XVI lakukan, yaitu: semangat gerejawi. Kesalehan populer adalah jalan yang mengarah ke apa yang penting, jika dijalani dalam Gereja di dalam persekutuan yang mendalam dengan para pastor kalian. Saudara-saudari terkasih, Gereja mengasihi kalian! Jadilah kehadiran yang aktif dalam komunitas, sebagai sel-sel yang hidup, sebagai batu-batu yang hidup. Para Uskup Amerika Latin menulis bahwa kesalehan populer yang kalian cerminkan adalah “sebuah cara yang sah dari penghayatan iman, sebuah cara untuk merasakan bahwa kita adalah bagian dari Gereja” (Dokumen Aparecida, 264). Ini luar biasa! Sebuah cara yang sah dari penghayatan iman, sebuah cara untuk merasa bahwa kita adalah bagian dari Gereja. Cintailah Gereja! Biarkan diri kalian dibimbing olehnya! Dalam paroki kalian, dalam keuskupan kalian, jadilah “paru-paru” sejati bagi iman dan kehidupan Kristiani, sehirup udara segar! Di Lapangan [Santo Petrus] ini saya melihat sebuah keanekaragaman yang besar: sebelumnya ada berbagai macam variasi payung, dan sekarang berbagai macam variasi warna dan tanda. Ini juga halnya dengan Gereja: kekayaan besar dan berbagai keanekaragaman ekspresi yang di dalamnya segala sesuatu mengarah kembali ke persatuan; keanekaragaman tersebut mengarah kembali ke persatuan, dan persatuan adalah perjumpaan dengan Kristus.
- Saya ingin menambahkan sebuah ungkapan ketiga yang harus membedakan kalian: [yaitu] semangat misioner. Kalian mempunyai sebuah misi khusus dan penting, yaitu menjaga keberlangsungan hubungan antara iman dan budaya dari masyarakat kepada siapa kalian termasuk di dalamnya. Kalian melakukan ini melalui kesalehan populer. Ketika, misalnya, kalian memangul salib dalam prosesi dengan penghormatan yang begitu besar dan cinta untuk Tuhan, kalian bukan sedang melakukan tindakan lahiriah semata, kalian sedang menunjuk pada sentralitas misteri Paskah Tuhan, sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya yang telah menebus kita, dan kalian mengingatkan diri sendiri terlebih dahulu, dan juga masyarakat, bahwa kita harus mengikuti Kristus melalui tindakan – tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga Ia bisa mengubah kita. Demikian juga, ketika kalian mengekspresikan devosi yang mendalam kepada Perawan Maria, kalian menunjuk ke realisasi tertinggi dari kehidupan Kristiani, seseorang yang dengan iman dan ketaatannya kepada kehendak Allah, dan dengan meditasinya pada kata-kata dan perbuatan Yesus, seorang murid sempurna Tuhan (lih. Lumen Gentium, 53). Kalian ungkapkan iman ini, yang lahir dari mendengarkan Firman Allah, dengan cara-cara yang melibatkan indera, perasaan dan simbol dari kebudayaan yang berbeda – beda … Dengan cara demikian kalian membantu untuk menyampaikan hal itu kepada orang lain, dan terutama orang-orang sederhana yang dalam Injil Yesus menyebutnya “anak-anak kecil”. Pada dasarnya, “melakukan perjalanan bersama menuju tempat suci, dan berpartisipasi dalam demonstrasi lain dari kesalehan populer, membawa serta anak-anak kalian dan menarik orang lain, itu sendiri merupakan karya evangelisasi” (Dokumen Aparecida, 264). Ketika kalian mengunjungi tempat suci, ketika kalian membawa keluarga kalian, anak-anak kalian, kalian terlibat dalam sebuah karya nyata evangelisasi. Hal ini perlu berlanjut terus. Semoga kalian juga menjadi pewarta Injil sejati! Semoga inisiatif kalian menjadi “jembatan”, yang berarti membawa orang lain kepada Kristus, agar mereka berjalan bersama denganNya. Dan dalam semangat ini semoga kalian selalu perhatian terhadap karya amal. Setiap orang Kristen dan setiap komunitas adalah misionaris dalam artian mereka membawa Injil kepada orang lain dan hidup sesuai Injil, dan bersaksi akan kasih Allah bagi semua, terutama bagi mereka yang mengalami kesulitan. Jadilah misionaris cinta dan kelembutan Allah! Menjadi misionaris belas kasih Allah, yang selalu mengampuni kita, selalu menanti kita dan mengasihi kita.
Semangat penginjilan, semangat gerejawi, semangat misioner. Tiga tema! Jangan lupakan mereka! Semangat penginjilan, semangat gerejawi, semangat misioner. Mari kita mohon kepada Tuhan untuk selalu mengarahkan pikiran dan hati kita kepadaNya, sebagai batu-batu hidup Gereja, sehingga semua yang kita lakukan, seluruh kehidupan Kristiani kita, dapat menjadi kesaksian yang bercahaya akan kerahiman dan kasih-Nya. Dengan cara ini, kita melapangkan jalan bagi kita untuk menuju tujuan dari peziarahan duniawi kita, menuju tempat suci yang sangat indah itu, Yerusalem surgawi. Di sana, tidak ada lagi bait Allah: [namun] Allah sendiri dan Anak Domba adalah bait-Nya, dan cahaya matahari dan bulan memberi jalan kepada kemuliaan Yang Maha Tinggi. Amin
(AR)
Paus Fransiskus,
Lapangan Santo Petrus, 5 Mei 2013
Diterjemahkan dari: www.vatican.va