Home Blog Page 96

Tentang Misteri Predestinasi

2

Tentang Misteri Predestinasi

Berikut ini adalah terjemahan yang kami sarikan dari buku karangan Ludwig Ott, Fundamentals of Catholic Dogma, tentang misteri Predestinasi, p. 242-245:

1. Konsep dan realitas Predestinasi

a. Konsep

Dalam arti terluas, Predestinasi berarti setiap Keputusan dari Kehendak Ilahi. Dalam artian yang lebih sempit, adalah bahwa melaluinya Keputusan Kehendak Ilahi yang mengacu kepada tujuan akhir yang adikodrati dari mahluk-mahluk ciptaan yang berakal budi, apakah tujuannya adalah penerimaan mereka ke dalam kebahagiaan kekal atau tidak termasuknya mereka ke dalam kebahagiaan kekal tersebut. Dalam artian yang paling sempit, adalah Keputusan Kehendak Ilahi untuk mengangkat mahluk ciptaan tertentu ke dalam kebahagiaan Surgawi… (lih. St. Thomas Aquinas, Summa Theology (ST), I, q. 23, a. 2)

Berkenaan dengan daya gunanya dalam waktu, predestinasi dibedakan menjadi dua macam: 1) Predestinasi yang tidak lengkap (incomplete), yaitu kepada rahmat saja, atau kepada kemuliaan saja, atau 2) Predestinasi yang lengkap, baik kepada rahmat maupun kemuliaan, atau yang menurut definisi St. Thomas, “Persiapan rahmat di dalam kehidupan di dunia sekarang ini dan persiapan kemuliaan dalam kehidupan yang akan datang” (ST, I, 23, 2 ob.4)

b. Realitas

Tuhan, dengan Keputusan Kehendak Ilahi-Nya, telah menentukan sebelumnya beberapa manusia kepada kebahagiaan kekal (De fide).

Ajaran ini dirumuskan oleh Magisterium Biasa (Ordinari) dan Umum sebagai kebenaran Wahyu Ilahi. Definisi-definisi ajaran dari Konsili Trente mendasari rumusan ini (D 805, 825, 827…). Realitas Predestinasi jelas disebutkan dalam Kitab Suci (lih. Rom 8:29-)

“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” (lih. Mat 25:34; Yoh 10:27-; Kis 13:48; Ef 1:4-)

St. Agustinus dan para muridnya mempertahankan ajaran Predestinasi dan menyebutnya sebagai tradisi Iman, melawan paham Pelagian dan Semi-Pelagian [Pelagian adalah heresi yang mengajarkan bahwa keselamatan diperoleh melalui perbuatan baik manusia]. St. Agustinus mengatakan, “Keyakinan akan Predestinasi ini, yang sekarang ini secara antusias dipertahankan untuk melawan ajaran-ajaran sesat yang baru, telah selalu dipegang oleh Gereja” (De dono persev. 23, 65)

Predestinasi adalah bagian dari Rencana Penyelenggaraan Ilahi.

2. Dasar Predestinasi

a. Problemnya

Kesulitan terbesar dari ajaran Predestinasi ada pada pertanyaan apakah keputusan kekal Tuhan tentang Predestinasi telah diambil dengan atau tanpa pertimbangan jasa manusia.

Hanya Predestinasi yang tak lengkap kepada rahmat yang tidak tergantung dari setiap jasa manusia, sebab rahmat yang pertama tidak dapat diperoleh dari jasa. Dengan cara yang sama, Predestinasi yang lengkap (kepada rahmat dan kemuliaan) secara bersama-sama tidak tergantung dari setiap jasa, sebab rahmat pertama tidak diperoleh dari jasa, dan rahmat-rahmat yang mengikutinya sebagai konsekuensi, demikian juga jasa-jasa yang diperoleh dengan rahmat-rahmat ini dan penghargaannya, tergantung seperti ikatan rantai, kepada rahmat yang pertama. Jika Predestinasi dipahami sebagai Predestinasi kepada kemuliaan saja, maka pertanyaan muncul, tentang apakah Predestinasi terjadi karena alasan jasa-jasa manusia yang telah diketahui oleh Allah sebelumnya, atau tanpa pertimbangan tentang hal itu. Menurut pandangan yang pertama, Keputusan Ilahi tentang Predestinasi ini dikondisikan (bersyarat), sedangkan paham yang kedua, tidak bersyarat.

b. Usaha mencapai solusi

a. Para pengikut St. Thomas, St. Agustinus, dan mayoritas pengikut Scotis dan kaum Molinis yang terdahulu (seperti Suarez dan St. Bellarminus) mengajarkan Predestinasi absolut. Menurut mereka, Tuhan secara bebas memutuskan sejak dari kekekalan, tanpa mempertimbangkan jasa-jasa manusia oleh rahmat-Nya, untuk memanggil orang-orang tertentu kepada kebahagiaan kekal dan karena itu mengaruniakan kepada mereka rahmat yang tidak dapat gagal untuk menetapkan keputusan Dekrit Ilahi. Dalam waktu, Tuhan awalnya memberikan kepada orang-orang yang ditentukannya, rahmat yang berdaya guna dan lalu kebahagiaan surgawi sebagai penghargaan bagi jasa-jasa yang mengalir dari kerjasama mereka secara bebas dengan rahmat Tuhan….

b. Mayoritas Molinis dan juga St. Francis dari Sales (w. 1622), mengajarkan Predestinasi yang dikondisikan (bersyarat)… Menurut mereka, Tuhan, dengan pengetahuan-Nya, telah melihat sejak semula, bagaimana manusia akan menanggapi secara bebas berbagai rahmat-Nya. Dalam terang pengetahuan ini, Ia memilih, menurut kehendak bebas-Nya, ketentuan rahmat yang tetap dan tertentu. Dengan penglihatan pengetahuannya, Ia tanpa salah mengetahui sebelumnya apakah yang akan dilakukan setiap manusia terhadap rahmat yang diberikan kepadanya. Ia memilih untuk kebahagiaan abadi, mereka yang oleh karena jasa-jasa mereka yang telah Ia ketahui sebelumnya, tetap bertahan bekerjasama dengan rahmat. Sementara Ia menentukan untuk penghukuman kekal di neraka, mereka yang karena perbuatan-perbuatan mereka yang telah diketahui Allah sebelumnya, menolak bekerjasama dengan rahmat. …

Kedua usaha untuk menjelaskan ini diperbolehkan secara gerejawi (lih. D 1090). [Sebab] bukti dari Kitab Suci tidak secara pasti memihak kepada salah satu pandangan. Para pengikut St. Thomas terutama mengutip surat kepada jemaat di Roma, di mana faktor Ilahi dalam keselamatan dikemukakan secara kuat (Rm 8:29; 9:11-13; 9,20). Namun demikian, Rasul Paulus tidak hanya membicarakan tentang predestinasi kepada kemuliaan saja, tetapi juga kepada rahmat dan kemuliaan secara bersama-sama, yang tidak tergantung dari setiap jasa manusia. Kaum Molinis bersandar kepada perikop yang menyatakan kehendak Allah akan keselamatan secara universal, terutama 1 Tim 2:4,dan juga keputusan yang disebutkan oleh Hakim Dunia (Mat 35:34-36), di mana perbuatan-perbuatan belas kasih dijadikan dasar bagi penerimaan ke dalam Kerajaan Surga. Namun, bahwa hal-hal ini juga merupakan dasar bagi “persiapan” untuk Kerajaan Surga, yaitu, bagi keputusan kekal tentang Predestinasi, tidak dapat secara definitif dibuktikan dari ayat-ayat tersebut.

Kutipan-kutipan dari para Bapa Gereja atau dari para tokoh skolastik tidak menunjukkan satu suara yang jelas, sebab masalah ini baru timbul setelah konsili Trente. Ketika tradisi sebelum St. Agustinus lebih mengarah kepada penjelasan kaum Molinis. St. Agustinus, setidaknya pada tulisan-tulisan terakhirnya, lebih mengarah kepada penjelasan menurut St. Thomas. Pandangan kaum Thomis menekankan Allah sebagai Penyebab universal keselamatan, sedangkan pandangan kaum Molinis menekankan kehendak ilahi untuk menyelamatkan secara universal, kehendak bebas manusia dan kerjasamanya untuk keselamatannya. Kesulitan yang tetap ada di kedua sisi membuktikan bahwa Predestinasi bahkan bagi akal budi yang diterangi iman, merupakan misteri yang tak terpahami (Rom 11:33-).

3. Sifat-sifat Predestinasi

a. Imutabilitas (tidak berubah)

Keputusan Perdestinasi, sebagai tindakan pengetahuan Ilahi dan kehendak Ilahi, merupakan sesuatu yang tidak berubah, seperti hakekat Tuhan sendiri [yang tidak berubah]. Jumlah mereka yang tercatat di buku kehidupan (Flp 4:3; Why 17:8; lih. Luk 10:20), secara resmi dan secara material telah ditetapkan, yaitu, bahwa Allah telah mengetahui dan menentukan dengan kepastian yang tidak mungkin salah sedari semula, berapa banyak orang dan orang-orang yang mana saja yang akan diselamatkan. Berapa jumlah orang yang diselamatkan, hanya Tuhan yang tahu. Kontras dengan pandangan ekstrim dari Mat 7:13- (lih. Mat 22:14), yang dengannya St. Thomas juga setuju (lih. ST I, 23, 7), bahwa jumlah dari mereka yang ditentukan [untuk selamat] lebih sedikit dari jumlah mereka yang dihukum, seseorang dapat memperkirakan dengan baik, atas dasar kehendak Tuhan secara universal akan keselamatan, dan dari jasa Kristus yang universal bagi keselamatan, bahwa Kerajaan Kristus tidak akan lebih kecil daripada Kerajaan setan.

b. Tidak dapat ditentukan dengan pasti

Konsili Trente menyatakan secara resmi, bertentangan dengan Calvin, bahwa kepastian sehubungan dengan  predestinasi seseorang hanya dapat diperoleh dari Wahyu yang khusus saja (special Revelation only, D 805, lih. 825-) Kitab Suci mengajarkan kita untuk mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar (Flp 2:12). Ia yang menyangka bahwa ia akan teguh berdiri harus waspada, jika tidak, ia akan jatuh (1 Kor 10:12). Namun di samping ketidakpastian ini, terdapat tanda-tanda Predeterminasi yang menunjukkan kemungkinan yang besar akan predestinasi seseorang, contohnya: ketekunan mempraktekkan kebajikan-kebajikan yang diajarkan oleh Delapan Sabda Bahagia, penerimaan Komuni Kudus sesering mungkin, secara aktif mengasihi sesama, Kristus dan Gereja, memberikan penghormatan kepada Bunda Tuhan.

Misteri Penghukuman/ Reprobasi

1. Konsep dan realitas Penghukuman (Reprobation)

Dengan penghukuman, dipahami Keputusan Ilahi Kehendak Allah untuk tidak memasukkan sejumlah mahluk ciptaan ke dalam kebahagiaan kekal. Sementara Tuhan, oleh rahmat-Nya, secara positif bekerjasama dalam jasa adikodrati [dalam diri seseorang], yang memimpin kepada kebahagiaan surgawi, Ia hanya mengizinkan dosa, yang memimpin kepada penghukuman kekal.

Tentang isi dari keputusan Penghukuman (Reprobasi), pembedaan dibuat mengenai reprobasi positif dan reprobasi negatif, tergantung dari apa yang dimiliki keputusan Ilahi tentang Reprobasi, yaitu tujuan penghukuman dalam hukuman kekal di neraka, atau tidak termasuknya dalam Pandangan Surgawi. Dengan memperhitungkan alasan untuk Reprobasi, pembedaan dibuat antara Reprobasi bersyarat dan tidak bersyarat (absolut), sejauh mana keputusan Ilahi tentang Reprobasi itu tergantung dari atau tidak tergantung dari penglihatan sebelumnya akan perbuatan-perbuatan yang patut dihukum yang dilakukan di kemudian hari.

Tuhan, dengan Kehendak bebas-Nya yang kekal, menentukan orang-orang tertentu, karena dosa-dosa mereka yang telah diketahui sebelumnya, kepada penolakan abadi. (De fide)

Realitas Reprobasi tidak secara resmi didefinisikan, tetapi merupakan ajaran umum Gereja. Sinoda Valence (855)mengajarkan: Dinyatakan dalam Mat 25:41, “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya…” (Mat 25:41) dan Rom 9:22, “Jadi, kalau untuk menunjukkan murka-Nya dan menyatakan kuasa-Nya, Allah menaruh kesabaran yang besar terhadap benda-benda kemurkaan-Nya, yang telah disiapkan untuk kebinasaan?”

2. Reprobasi Positif

a. Berbagai bentuk Predestinasi yang sesat (oleh imam Lucidius di abad ke-5, pertapa Gottschalk di abad ke-9, … Wycliffe, Huss dan secara khusus Calvin), mengajarkan predeterminasi kepada dosa secara positif dan Predestinasi tanpa syarat kepada penghukuman kekal di neraka, yaitu tanpa pertimbangan perbuatan-perbuatan yang patut dihukum. Paham ini ditolak sebagai ajaran yang salah, oleh Sinoda Partikular di Orange (D 200), Quiercy dan Valence (D 316, 322) dan oleh Konsili Trente (827). Reprobasi secara positif dan tak bersyarat mengarah kepada penolakan terhadap keuniversal-an kehendak Ilahi akan keselamatan, dan Penebusan, dan bertentangan dengan Keadilan dan Kekudusan Tuhan dan juga kehendak bebas manusia.

b. Menurut ajaran Gereja, terdapat Reprobasi positif yang bersyarat, yaitu, itu terjadi dengan mempertimbangkan perbuatan-perbuatan yang layak dihukum di waktu mendatang, yang telah diketahui [oleh Allah] sebelumnya.

Adanya kodrat persyaratan dari Reprobasi positif dituntut dari Keputusan Ilahi secara universal dari Allah untuk keselamatan. Paham ini tidak memungkinkan Allah untuk sedari awal menghendaki penghukuman terhadap orang-orang tertentu (lih. 1Tim 2:4; Yeh 33:11; 2 Ptr 3:9)….

3. Reprobasi Negatif

Tentang masalah Reprobasi, pandangan kaum Thomis mengarah kepada Reprobasi negatif. Pandangan ini diyakini oleh kebanyakan kaum Thomis, sebagai tidak dipilihnya seseorang kepada kebahagiaan kekal, bersamaan dengan Keputusan Ilahi untuk mengizinkan sejumlah mahluk yang berakal budi untuk jatuh ke dalam dosa, dan karena itu, dengan keadaan pelanggaran mereka sendiri, kehilangan keselamatan kekal. Bertentangan dengan Reprobasi positif yang absolut dari kaum Predestinarian, kaum Thomis menekankan ke-universal-an Keputusan Ilahi akan Keselamatan dan Penebusan dan pemberian rahmat-rahmat yang cukup bagi para reprobat dan kehendak bebas manusia….

Sifat-sifat dari Reprobasi

Seperti halnya Keputusan Predestinasi, Keputusan Ilahi tentang Reprobasi, juga tidak dapat berubah, tetapi tanpa pewahyuan khusus, kejadian ini tidak dapat diketahui oleh manusia.

Hatiku Tidak Tuli

0

Hujan sangat lebat, pada tanggal 01 November 2013, membuat Jakarta membisu. Genangan air sepanjang jalan menghambat langkah orang untuk mencapai tujuan. Kejengkelan, keresahan, bahkan kemarahan menyatu di kalbu. Kepasrahan merupakan satu-satunya jalan agar  tetap tenang karena tiada yang bisa mengubah keadaan. Terlambat dalam Misa Jumat Pertama hari itu diterima sebagai suatu  hal yang wajar karena semua mengalami hal yang sama.

Kejengkelan dan keresahan  teredam seketika  ketika aku menengok seorang bapak yang sakitnya sangat parah setelah selesai merayakan Misa Jumat Pertama di sebuah komunitas pukul 22.00.  Penyakitnya telah menggerogoti tubuhnya sampai badannya tinggal tulang dibalut kulit. Ia menderita kanker hidung bertahun-tahun lamanya sehingga telah merusak inderanya.  Namun, ketika mendengarkan suara  rombonganku,  ia langsung keluar kamarnya.  Ia dengan kaki menjijit berjalan perlahan menuju kamar tamu sambil menyapa setiap orang: “Selamat malam everybody”.  Aku kaget karena aku pikir bahwa ia sudah tergeletak dan tak berdaya.

Aku berusaha mengajak bicara kepadanya, tetapi tidak ada reaksi darinya. Ia kemudian menunjuk telinganya  untuk menyatakan bahwa ia sudah tidak bisa lagi mendengar. Setelah diam sejenak, ia menyampaikan kata-kata yang menguatkan hati : “Biar telingaku tidak mendengar, tetapi hatiku tidak pernah tuli. Aku masih dapat mendengar sapaan cinta Tuhan yang menegarkan hati. Aku masih bisa mendengar peneguhan Tuhan yang membangkitkan harapan yang kian kosong ini. Aku tidak akan pernah berhenti  berharap selagi nafasku ada”.  

Pernyataannya ini menunjukkan kedalaman hidup rohaninya. Kedalaman hidup rohaninya itu mengingatkan akan Sabda Tuhan yang sangat indah : “Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk” (Yesaya 57:15).

Setelah menyatakan isi hatinya, ia langsung duduk dengan sikap doa. Rupanya didoakan merupakan kerinduannya dalam situasinya yang berat. Sakramen Perminyakan Suci diterimanya dan ternyata melegakannya. Setiap lirik lagu rohani dihayatinya sebagai  penghiburan Tuhan yang menguatkan hidupnya. Ia pun tersenyum di tengah pergumulannya karena kuk yang menindihnya teralu berat telah diambil Tuhan dan pasung yang membelenggunya telah dilepaskanNya.

Pergumulannya menjadi cermin wajah kita. Wajah kita terbentang banyak cerita. Senyum ceria dan tawa ria bisa hancur dalam sekejap  oleh deraian air mata. Wajah muram menjadi ungkapan hati terluka karena menahan sengsara. Mengadu pada Sang Pencipta  membuat kita tetap bahagia. Bahagia bukan berarti segalanya sempurna, tetapi mau melihat semuanya secara sempurna. Karena itu, daripada terus menerus memikirkan hal-hal buruk yang telah menimpa, kita lebih baik mensyukuri hal-hal indah yang telah menghiasi hidup kita.  Itulah jalan menggoreskan cerita abadi tentang kebahagiaan di dalam wajah kita.

 

Tuhan Memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC.

 

Bejana Baru Nan Indah

0

(Pengalaman  rohani dalam retret penyembuhan luka batin)

“Jangan cepat menyerah supaya tidak kalah”. Itu bukan slogan, tetapi aku alami menjelang retret penyembuhan luka batin. Retret penyembuhan luka batin ini aku berikan bersama Tim PDKK Santo Lukas (PDKK Para Medis  Keuskupan Agung Jakarta), pada tanggal 15 – 17 November 2013 di Sukabumi. Dalam perjalanan menuju tempat retret, kopling mobil tuaku tiba-tiba tidak berfungsi pada saat melaju di jalan tol dalam kecepatan tinggi. Kurasakan kepanikan di dalam hati. Hujan deras membuatku basah kuyup dalam usaha memperbaiki. Mobil tuaku ini akhirnya terpaksa diderek karena belum ada  spare  part untuk memfungsikannya lagi. Untunglah sang montir berbaik hati sehingga meminjamkan mobilnya. Pesan Tuhan dalam nurani  dengan kejadian ini : “Peristiwa-peristiwa  yang menyakitkan harus dialami agar dapat merasakan pertolongan Tuhan atas apa yang terjadi”.

Ketika aku sampai di rumah retret, keresahan dan kelelahan sirna seketika dengan sambutan peserta yang penuh pengertian : “Puji Tuhan, Romo bisa sampai  dengan selamat”. Tanpa  mengganti pakaian yang telah kering dengan sendirinya, aku memulai merayakan Ekaristi untuk membawa peserta  masuk dalam tahap awal menikmati dan merasakan penyembuhan Tuhan.

Dalam retret ini, pujian  dan arahan menjadi suatu kesatuan yang membawa hati gembira sehingga pada acara operasi rohani, yaitu mengobati luka batin tidak menakutkan, tetapi justru dinantikan. Sabda Tuhan ini yang mendasarinya : “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah  mengeringkan tulang” (Amzal 17:22).

Proses penyembuhan luka batin dimulai dengan pemeriksaan kehidupan rohani. Pemeriksaaan rohani dijalani dengan merenungkan : a.  Bagaimana Tuhan membentuk hidupku dari masa laluku menjadi pribadi yang sesuai dengan rancangan-Nya. b. Melihat berkat Tuhan yang melimpah sampai sekarang ini. c. Mensyukurinya. d. Operasi rohani dilakukan dengan melihat kembali peristiwa-peristiwa dan orang-orang yang menyebabkan luka batin. Dengan memutar kembali peristiwa dan orang-orang tersebut, kami bisa meminum obat penyembuh luka batin, yaitu melihat penyertaan Tuhan dalam peristiwa pahit yang menerpa dan mengampuni orang-orang yang menyebabkannya. e. Rekonsiliasi dengan melihat film betapa dashyatnya pengorbanan Tuhan Yesus di salib demi cinta kasih-Nya kepada kami. Kemudian kami, para peserta retret ini, mencium salib Tuhan. Banyak di antara kami menangis karena mengalami  bahwa Tuhan sangat mengasihi kami. Ia mengampuni kami berapa besar pun dosa kami. Tetesan air mata ini bukan sembarangan air mata, tetapi air mata rohani yang telah mampu memaafkan dan mengampuni. Akhirnya,  kami melompat kegirangan karena memperoleh kemenangan. Kami pun bersyukur karena Tuhan telah membentuk kami kembali dari puing-puing luka menjadi pribadi  baru  yang sesuai dengan kehendak-Nya. Bejana yang hancur telah dibentuk kembali oleh Tuhan menjadi bejana yang indah.

Bejana baru nan indah ini disharingkan oleh seorang ibu, peserta retret ini. Ibu ini berusia enam puluh  tahun. Ia tinggal sendirian sejak suaminya meninggal dunia lima belas tahun silam. Ia tidak dikaruniai anak dalam pernikahannya.  Pada waktu makan siang, pada hari Sabtu 16 November 2013, menjelang acara puncak retret, tetangganya menelponnya untuk menginformasikan bahwa pintu pagar rumahnya terbuka. Setelah saudaranya mengeceknya, ternyata ada pencuri yang masuk ke dalam rumahnya. Pencuri itu telah mengambil uang belanjanya untuk tiga bulan mendatang dan barang-barang berharga yang disimpannya untuk berjaga-jaga kalau dibutuhkan mendadak. Rahmat Allah yang memungkinnya berdoa agar dapat mengampuni pencuri itu :

 “Tuhan ajar aku mengampuni orang yang mengambil uang dan perhiasan-perhiasanku. Ia mungkin  lebih memerlukan daripadaku. Biarlah kiranya apa yang diambilnya bisa dipakai untuk hal-hal yang berguna. Aku telah merelakannya karena semuanya adalah titipan dariMu. Kini masa depanku benar-benar berada di dalam tangan-Mu. Amin”.

Ia mensyukuri telah dibentuk Tuhan menjadi pribadi yang bisa mengampuni. Mengampuni menjadikan hidupnya ringan dan indah.

Syair di bawah ini  bisa menjadi pesan rohani  bagaimana Tuhan membentuk umat-Nya menjadi bejana baru yang indah:

Hidup adalah sebuah misteri.

Jangan terlalu engkau sesali apa yang terjadi.

Rahmat Allah senantiasa mendampingi

setiap luka yang engkau alami.

Tataplah ke depan karena di sanalah terdapat kebahagiaan.

Tangan Tuhan menanti untuk mengumpulkan puing-puing hidupmu

dan membentukmu menjadi bejana baru yang mengagumkan asal engkau mau mengampuni.

Dalam bejana baru ini terpantullah kasih Ilahi.      

 

Acara retret ini dilengkapi dengan bersyukur atas ulang tahun PDKK Santo Lukas  yang keduapuluh delapan. Semoga Komunitas PDKK Santo Lukas semakin menjadi saluran rahmat penyembuhan dari Tuhan, baik penyembuhan jasmani maupun rohani.  PDKK Santo Lukas mengharapkan supaya semakin banyak kaum medis berpartisipasi dalam klinik  di Gunung Sahari – Jakarta Pusat, yang mereka tangani.  Berobat di klinik ini gratis karena diperuntukkan bagi saudara-saudari yang kurang beruntung. Klinik ini merupakan salah satu pelayanan PDKK Santo Lukas  untuk memberikan berkat secara cuma-cuma dari Tuhan karena Tuhan telah memberikannya secara gratis pula.

Tuhan Memberkati

 

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC.

 

 

 

Paus : Semoga kita tidak lari dari Salib

1

Mintalah rahmat yang kalian butuhkan dalam upaya untuk tidak melarikan diri dari Salib: ini adalah pesan Paus Fransiskus kepada umat beriman dalam Misa pada hari Sabtu pagi [28/09/2013] di kapel Domus Sanctae Marthae di Vatikan. Poin – poin pesannya mengikuti bacaan-bacaan harian yang difokuskan pada bagian Injil hari itu, di mana Yesus mengumumkan Sengsara-Nya kepada murid-murid-Nya.

“Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.” Paus Fransiskus berkata bahwa kata-kata Yesus ini menawarkan hati para murid-Nya, yang menantikan sebuah perjalanan kemenangan. Kata-kata itu adalah kata-kata yang, “dicamkan oleh [para murid-Nya] sedemikian misteriusnya sehingga mereka tidak memahami maknanya.” Paus mengatakan, “[Para murid] takut untuk menanyakan tentang hal [arti perkataan] itu kepadaNya.” Bagi mereka, “lebih baik tidak membicarakan tentang hal itu,” yang, “lebih baik tidak paham, daripada memahami kebenarannya,” yang Yesus telah nyatakan:

Mereka takut akan Salib – mereka takut akan Salib. Petrus sendiri, setelah pengakuan yang sungguh-sungguh di daerah Kaisarea Filipi itu, ketika Yesus kembali mengatakan hal yang sama, mencela Tuhan: “Tidak, Tuhan! Tidak pernah! Bukan ini! “[kata Petrus]. Dia takut akan Salib. Tidak hanya para murid-Nya, namun, tidak hanya Petrus: Yesus sendiri takut akan Salib! Dia tidak dapat menipu diri-Nya sendiri, Dia tahu. Begitu besar rasa takut Yesus sendiri yang, pada Kamis malam itu Dia sungguh berkeringat darah. Sedemikian besarnya rasa takut Yesus hingga Dia hampir-hampir mengatakan hal yang sama seperti Petrus – hampir:’Bapa, ambillah cawan ini daripadaKu. Jadilah kehendak-Mu! “Inilah perbedaannya.”

Salib itu menyebabkan rasa takut bahkan dalam karya evangelisasi, meski, Paus Fransiskus amati, terdapat “aturan” di mana, “murid tidak lebih besar dari Guru. Ada aturan menurut yang mana tidak ada penebusan tanpa penumpahan darah,” tidak ada karya kerasulan yang berbuah banyak tanpa Salib:

Mungkin kita berpikir – masing-masing orang dari kita dapat bertanya-tanya: ‘Dan kepadaku, apa yang akan terjadi? Bagaimana akan jadinya Salibku? “Kita tidak tahu. Kita tidak tahu, tapi akan ada satu. Kita harus berdoa akan rahmat untuk tidak kabur lari dari Salib ketika ia datang: dengan rasa takut, eh! Itu benar. Itu menakutkan kita. Namun demikian, itulah jalan yang harus ditempuh dalam mengikuti Yesus. Kata-kata terakhir yang diucapkan Yesus kepada Petrus datang ke pikiran – dalam pemahkotaan Kepausan di Tiberias itu: ‘Apakah engkau mengasihiKu? Damai ! Apakah engkau mencintaiKu? Damai !… tapi kata-kata terakhirNya adalah ini: ‘Mereka akan membawa kamu ke mana kamu tidak ingin pergi !‘ Janji dari Salib.

Paus Fransiskus mengakhiri dengan sebuah doa kepada Perawan Maria:

“Yang paling dekat kepada Yesus, di kayu Salib, adalah ibu-Nya – ibu-Nya yang terkasih. Mungkin hari ini, saat ini di mana kita berdoa kepadanya, baik adanya untuk meminta darinya bukan rahmat untuk menghapus rasa takut kita – yang harus datang, rasa takut akan Salib… melainkan rahmat yang kita butuhkan untuk tidak kabur lari dari Salib dalam rasa takut. Dia ada di sana dan dia tahu bagaimana untuk berada di dekat Salib.

(AR)

Paus Fransiskus,

Domus Sanctae Marthae, 28 September 2013

Diterjemahkan dari: www.news.va

 

Paus : Bahasa-bahasa untuk mengenal Yesus

0

Untuk mengenal Yesus, kalian harus melibatkan diri denganNya, seperti yang ditunjukkan oleh Paus Fransiskus pada Misa pagi ini [26/09/2013] di Casa Santa Marta. Paus mengatakan bahwa Yesus akan dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dia mengindikasikan tiga bahasa yang diperlukan untuk mengenal Yesus: bahasa pikiran, bahasa hati, dan bahasa tindakan.

Siapakah Dia? Dari mana Dia berasal? Dalam pernyataan berdasarkan bacaan-bacaan pada Misa Kamis pagi di kapel residensi Domus Sanctae Marthae di Vatikan, Paus Fransiskus telah berfokus pada pertanyaan yang diajukan Herodes tentang Yesus – sebuah pertanyaan yang semua orang yang menjumpai Yesus akhirnya tanyakan. Paus katakan bahwa pertanyaannya adalah sesuatu, yang, “seseorang tanyakan karena rasa ingin tahu,” atau “seseorang yang mungkin meminta keselamatan.” Dia mencatat bahwa, [dalam] bacaan Injil, kita lihat bahwa “beberapa orang mulai merasa takut dengan Orang ini, karena Dia bisa menghantar mereka kepada sebuah konflik politik dengan orang-orang Romawi.” Seorang bertanya-tanya, “Siapakah Orang ini, yang membuat begitu banyak masalah?” Karena, Paus katakan,”Yesus [benar-benar membuat banyak masalah]”:

Kalian tidak dapat mengenal Yesus tanpa mengalami masalah-masalah. Dan saya berani katakan, “Jika kalian ingin punya masalah, pergi ke jalan untuk mengenal Yesus – kalian akan berakhir dengan memiliki tidak [cuma] satu [masalah], tapi banyak’ Tapi itulah cara untuk mengenal Yesus! Kalian tidak dapat mengenal Yesus di kelas satu (baca: secara ekslusif)! Seseorang dapat mengenal Yesus dengan pergi keluar [ke dalam kehidupan] sehari-hari. Kalian tidak dapat mengenal Yesus dalam damai dan tenang, atau bahkan di perpustakaan: Kenali Yesus “.

Tentu saja, ia menambahkan, “kita bisa mengenal Yesus dari Katekismus,” karena, “Katekismus mengajarkan kita banyak hal tentang Yesus.” Dia berkata, “kita harus mempelajarinya, kita harus belajar itu.” Jadi, “kita mengenal Putera Allah, yang datang untuk menyelamatkan kita, kita memahami keindahan sejarah keselamatan, tentang kasih Bapa, dengan mempelajari Katekismus itu. “Namun demikian, dia bertanya, berapa banyak orang yang telah membaca Katekismus sejak ia diterbitkan lebih dari 20 tahun yang lalu?

Ya, kalian harus datang untuk mengenal Yesus dari Katekismus – tetapi tidak cukup untuk mengenalNya dengan pikiran: itu adalah sebuah langkah. Namun, [kita] perlu untuk mengenal Yesus dalam dialog denganNya, dengan berbicara denganNya dalam doa, dengan berlutut. Jika kalian tidak berdoa, jika kalian tidak berbicara dengan Yesus, kalian tidak mengenal Dia. Kalian tahu hal-hal tentang Yesus, tapi kalian tidak pergi dengan pengetahuan, yang mana Dia berikan dalam hati kalian melalui doa. Mengenal Yesus dengan pikiran – pelajari Katekismus: mengenal Yesus dengan hati – dalam doa, dalam dialog denganNya. Hal ini membantu kita sedikit, tapi itu tidak cukup. Ada cara ke-tiga untuk mengenal Yesus: yaitu dengan mengikutiNya. Pergi dengan Dia, berjalan bersamaNya.”

Hal ini perlu, “pergi, berjalan di sepanjang jalan-jalan, melakukan perjalanan.” Hal ini perlu, kata Paus Fransiskus, “mengenal Yesus dalam bahasa tindakan.” Di sini, kemudian, adalah bagaimana kalian benar-benar dapat mengenal Yesus: dengan “tiga bahasa – dari pikiran, hati dan tindakan” ini. Jika, kemudian, “aku mengenal Yesus dengan cara-cara ini,” katanya sebagai kesimpulan, “aku melibatkan diri denganNya”:

Seseorang tidak dapat mengenal Yesus tanpa ikut melibatkan dirinya sendiri denganNya, tanpa mempertaruhkan hidup kalian [pada] Nya. Ketika begitu banyak orang – termasuk kita – mengajukan pertanyaan ini: Tapi, siapa Dia?’, Firman Allah menanggapi,” Kalian ingin tahu siapa Dia? Baca apa yang Gereja beritahu kalian tentang Dia, berbicara kepadaNya dalam doa dan berjalan di jalan bersamaNya. Dengan demikian, kalian akan tahu siapa Orang ini. “Ini adalah Jalan-Nya! Setiap orang harus membuat pilihannya.”

(AR)

Paus Fransiskus,
Domus Sanctae Marthae, 26 September 2013
Diterjemahkan dari: www.news.va

 

Paus : Hampiri misteri Salib [Kristus] dengan doa dan air mata

0

Pada Misa Pesta Pemuliaan Salib Suci, Paus Fransiskus mengatakan [bahwa] misteri Salib adalah misteri besar bagi umat manusia, sebuah misteri yang hanya dapat dihampiri dengan doa dan air mata.

Dalam homilinya, Paus berkata bahwa dalam misteri Salib itulah kita temukan kisah manusia dan kisah Allah, yang diceritakan oleh para Bapa Gereja dalam perbandingan antara pohon pengetahuan baik dan jahat, di Firdaus, dan pohon Salib:

“Pohon yang satu telah mengusahakan begitu banyak kejahatan, [sedangkan] pohon lainnya telah membawa kita kepada keselamatan, kepada kepulihan. Ini adalah serangkaian dari kisah manusia: sebuah perjalanan untuk menemukan Yesus Kristus Sang Penebus, yang memberikan hidup-Nya bagi kasih. Allah, pada kenyataannya, telah mengutus Putera-Nya ke dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan agar dunia bisa diselamatkan melalui Dia. Pohon Salib itu menyelamatkan kita, semua dari kita, dari konsekuensi-konsekuensi pohon lainnya itu, di mana rasa terlalu percaya diri sendiri, kesombongan, kebanggaan dari kita yang ingin mengetahui segala sesuatu menurut mentalitas kita sendiri, sesuai dengan kriteria kita sendiri, dan juga seturut asumsi kitalah satu-satunya yang ada dan menjadi hakim dunia ini. Ini adalah kisah tentang manusia: dari satu pohon ke [pohon] yang lain”.

Di Salib ada “kisah Allah,” lanjut Paus, karena kita dapat katakan bahwa Allah memiliki sebuah kisah. Dalam kenyataannya,” Dia telah memilih untuk mengambil kisah kita dan untuk melakukan perjalanan dengan kita, yang menjadi manusia, yang menerima kondisi dari seorang hamba dan yang membuat diri-Nya taat bahkan sampai mati di kayu salib”:

Allah mengambil arah jalan ini untuk kasih! Tidak ada penjelasan lain: kasih sendiri yang melakukan hal ini. Hari ini kita melihat pada Salib, kisah manusia dan kisah Allah. Kita pandang Salib ini, di mana kalian dapat mencoba madu dari getah itu, madu pahit itu, rasa pahit dari manisnya pengorbanan Yesus itu. Tapi misteri ini begitu besar, dan kita tidak bisa oleh diri kita sendiri melihat dengan baik pada misteri ini, tidak untuk memahami – ya, untuk memahami – tapi untuk merasakan dengan mendalam keselamatan dari misteri ini. Pertama-tama misteri Salib. Ini hanya dapat dimengerti, sedikit, dengan berlutut, dalam doa, tetapi juga melalui air mata: air matalah yang mendekatkan kita dengan misteri ini.

“Tanpa meneteskan air mata, meneteskan air mata yang tulus,” Paus Fransiskus tekankan, kita tidak pernah dapat memahami misteri ini. Ini adalah “seruan peniten, teriakan saudara dan saudari yang menatap pada begitu banyak kesengsaraan manusia” dan memandang kepada Yesus, namun dengan “berlutut dan meneteskan air mata” dan “tidak pernah sendirian, tidak pernah sendirian!”

“Dalam upaya untuk masuk ke dalam misteri ini, yang bukanlah sebuah labirin namun sedikit menyerupainya, kita butuh Ibu-Nya, tangan ibu-Nya. Bahwasanya ia, Maria, akan membuat kita mengerti betapa besar dan rendah hatinya misteri ini; bagaimana manisnya seperti madu dan bagaimana pahitnya seperti getah. Bahwasanya ia akan menjadi seorang yang menemani kita pada perjalanan ini, yang tak seorang pun dapat mengambilnya [bagi kita] jika bukan diri kita sendiri. Masing-masing dari kita harus mengambilnya! Dengan ibu-Nya, [dengan] meneteskan air mata dan [dengan] lutut-lutut kita.”

(AR)

Paus Fransiskus,

Domus Sanctae Marthae, 14 September 2013

Diterjemahkan dari: www.news.va

 

 

Keep in touch

18,000FansLike
18,659FollowersFollow
32,900SubscribersSubscribe

Artikel

Tanya Jawab