Pertanyaan:
St. Thomas Aquinas: “Dengan keadilan-Nya sebab dengan Sengsara Kristus maka Kristus menebus (membayar lunas) dosa-dosa umat manusia dan manusia dibebaskan oleh keadilan Tuhan…”
Anda sendiri: “[sengsara Kristus] bukti keadilan yang sempurna, yang menunjukkan kejamnya akibat dosa, yang harus dipikul oleh Kristus, untuk membebaskan kita manusia dari belenggu dosa. ”
Yesus tidak berdosa tetapi membayar dosa-dosa manusia…
Yesus tidak berdosa tetapi memikul kejamnya akibat dosa….
agar Allah dapat berbuat adil dalam mengampuni dosa manusia?
Apakah artinya kalau tanpa penderitaan Yesus dan Allah mengampuni dosa manusia,
berarti Allah bertindak tidak adil, karena akibat dosa belum dibayar lunas?
Apakah artinya Yesus — atas nama manusia — membayar lunas akibat dosa-dosa
agar manusia tidak perlu membayar lunas dosa-dosanya lagi?
Apakah bedanya konsep ini dgn “penal substitution” ?
Mohon penjelasan… terima kasih. – Fxe
Jawaban:
Shalom Fxe,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang dosa dan kaitannya dengan pengorbanan Kristus. Pertanyaan ini sangat bagus, namun harus dijawab dengan menggunakan beberapa istilah yang bersifat teknikal, untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu.
1) Dikatakan di dalam Katekismus Gereja Katolik “Sama seperti oleh ketidak-taatan satu orang, semua orang telah menjadi berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar” (Rm 5:19). Oleh ketaatan-Nya sampai mati, Yesus menjadi Hamba Allah yang menderita, “yang sebagai ganti menyerahkan dirinya untuk kurban pemulihan“. “Ia menanggung kejahatan banyak orang” dan demikian “membenarkan banyak orang” dengan “menanggung dosa mereka” (Yes 53:10-12). Yesus telah menebus dosa-dosa kita dan memberi pemulihan kepada Allah Bapa untuk kita” (KGK, 615)
a) Untuk menjawab mengapa harus ada penderitaan Kristus untuk memulihkan hubungan antara manusia dan Tuhan yang terpisah oleh dosa, maka kita harus melihat kodrat dari dosa itu sendiri dan hakekat Allah. Umat manusia yang diwakili oleh Adam telah memilih untuk berbuat dosa atau terpisah dari Allah. Keterpisahan dari Allah adalah suatu kekosongan kasih Allah. Dan kekosongan ini hanya dapat diisi kembali oleh Allah. Manusia tidak dapat mengisi kekosongan ini, karena derajat manusia yang jauh lebih rendah secara tak terhingga dibandingkan dengan Allah, yang diperburuk dengan dosa manusia, sehingga manusia benar-benar terpisah dengan Allah.
Allah adalah kudus. Dan karena kekudusan tidak dapat bercampur dengan dosa, maka manusia yang berdosa tidak dapat bersatu dengan Allah. Dengan kasih-Nya Allah tidak membiarkan manusia untuk tetap dalam kondisi berdosa dan memperoleh siksa abadi di neraka. Namun hakekat yang lain dari Allah adalah adil. Mazmur 116:5 mengatakan “TUHAN adalah pengasih dan adil, Allah kita penyayang.” Oleh karena dosa adalah perlawanan terhadap Allah, maka untuk bersatu kembali dengan Allah, diperlukan suatu keadilan. Di dalam natural order kita dapat mengerti dengan jelas, seperti: kalau orang mencuri, dia akan menerima hukuman. Kalau dia tidak menerima hukuman, maka dia tidak akan pernah merasakan akibat dari dosanya, dan pada saat yang bersamaan dia akan mengulanginya terus-menerus. Dalam tingkatan adi-kodrati (supernatural order): karena yang disakiti adalah Allah (yang derajatnya jauh lebih tinggi dari manusia secara tak terhingga), maka perbuatan dosa mensyaratkan keadilan untuk menyelesaikannya.
b) Pertanyaannya: apakah mungkin Allah menyelamatkan manusia tanpa adanya pengorbanan Kristus? Mungkin saja, karena Allah dapat saja menyelamatkan manusia dengan cara lain. dikatakan “Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendak-Nya kepada kita, sesuai dengan rencana kerelaan-Nya, yaitu rencana kerelaan yang dari semula telah ditetapkan-Nya di dalam Kristus (Eph 1:9).” Namun, pengorbanan Kristus menjadi suatu keharusan (yang tidak absolut bagi Allah) dan juga fitting (tepat) untuk memanifestasikan kasih (love), belas kasihan (mercy) dan keadilan (justice) Allah. Alasan lengkap inkarnasi dapat dibaca di artikel “Inkarnasi, Tuhan yang beserta kita” (silakan klik). Lihat juga St. Thomas Summa Theologica, Part III, q. 46. a 1 (silakan klik).
c) Pertanyaan yang lain adalah: apakah mungkin Yesus menyelamatkan manusia hanya dengan inkarnasi dan hanya dengan satu titik darah-Nya? Tentu saja mungkin, karena untuk menjadi manusia, Yesus Tuhan “yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.” (Fil 2:6-7). Pengosongan diri, yang menjadikan Allah yang tadinya di luar dimensi waktu menjadi masuk dalam dimensi waktu dan tempat adalah sebagai bukti kasih yang tak terhingga untuk dapat menebus dosa manusia dan ini juga sebagai manifestasi kerendahan hati yang tak terhingga. Namun, Yesus tidak hanya masuk ke dalam dimensi waktu dan tempat untuk menebus dosa manusia, namun “…Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Fil 2:8). Jadi, hanya dengan inkarnasi tanpa kesengsaraan Yesus, Allah tetap bertindak adil dengan mengampuni dosa manusia. Namun, Allah adalah kasih dan adil dalam derajat yang sempurna (absolut). Oleh karena itu, Dia mengkomunikasikan dan memanifestasikan kasih dan keadilan Allah secara sempurna, yaitu dengan mati di kayu salib. Oleh karena itu, pengorbanan Kristus yang taat sampai mati di kayu salib menghasilkan rahmat yang berlimpah dan tak habis-habisnya.
2) Apakah Yesus telah membayar lunas akibat dosa-dosa, sehingga manusia tidak perlu membayar lunas dosa-dosanya? Dengan mati di kayu maka, Kristus yang menjadi pengantara antara manusia dan Tuhan, telah menebus dosa kita, dan memberikan rahmat (grace), yang memungkinkan manusia dapat diselamatkan. Ini adalah meritorious cause keselamatan manusia, yaitu pengorbanan Kristus yang menghasilkan rahmat berlimpah. Dan kalau ditelusuri, maka hal ini disebabkan oleh efficient cause, yaitu belas kasih Allah, yang tidak membiarkan manusia untuk tetap terpisah dari Allah. Nah, kasih Allah dan pengorbanan Kristus telah terjadi. Bagaimana manusia mendapatkan rahmat yang mengalir dari pengorbanan Kristus? melalui instrumental cause – yaitu Sakramen Baptis, yang berarti untuk orang dewasa diperlukan iman. Dan dengan Sakramen Baptis ini, memungkinkan manusia untuk dibenarkan oleh Allah, karena manusia memperoleh rahmat pengudusan (sanctifying grace). Dan inilah yang disebut the formal cause. Dan pada akhirnya rencana keselamatan ini akan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan dan keselamatan manusia (disebut final cause).
Kalau disederhanakan: manusia berdosa, sehingga kehilangan keselamatan kekal. Keselamatan kekal ini adalah the final cause. Namun Allah tidak membiarkan itu terjadi karena belas kasih Allah yang tak terhingga bagi manusia (the efficient cause), sehingga Dia memberikan Putera-Nya untuk menebus dosa manusia dengan cara mati di kayu salib dan memberikan rahmat (the meritorious cause). Rahmat ini diterima oleh manusia secara normal (the ordinary means) melalui Sakramen Baptis (the instrumental cause). Dan karena rahmat pengudusan atau sanctifying grace diterima pada saat pembaptisan, maka manusia berkenan dan dibenarkan di hadapan Allah (the formal cause – yaitu keadilan Allah).
3) Dari uraian di atas, maka kalau ditanya:
a) Yesus tidak berdosa tetapi membayar dosa-dosa manusia…. : karena manusia tidak mampu membayar dosanya sendiri. Diperlukan pengantara, yang sungguh Allah dan sungguh manusia untuk dapat menjembatani hubungan antara Tuhan dan manusia yang telah terputus akibat dosa.
b) Yesus tidak berdosa tetapi memikul kejamnya akibat dosa…. agar Allah dapat berbuat adil dalam mengampuni dosa manusia? Apakah artinya kalau tanpa penderitaan Yesus dan Allah mengampuni dosa manusia, berarti Allah bertindak tidak adil, karena akibat dosa belum dibayar lunas?: Dengan inkarnasi dan satu titik darah, sebenarnya telah menjawab keadilan Allah dan membayar lunas semua dosa manusia. Namun kematian Kristus di kayu salib adalah manifestasi kasih dan keadilan Allah yang sempurna, yang dilakukan oleh Kristus dengan dasar kasih yang sempurna, sehingga menyenangkan hati Tuhan dan menghasilkan rahmat berlimpah untuk keselamatan manusia.
c) Apakah artinya Yesus — atas nama manusia — membayar lunas akibat dosa-dosa
agar manusia tidak perlu membayar lunas dosa-dosanya lagi?: Efficient cause dan meritorious cause telah diberikan kepada manusia, sehingga manusia mungkin untuk mendapatkan keselamatan kekal (final cause). Dan manusia harus menjawab dan menerimanya secara bebas dengan menerima Sakramen Baptis (instumental cause), sehingga mendapatkan rahmat pengudusan dan berkenan di hadapan Allah (formal cause).
Atau secara sederhana, sebuah patung jadi, karena pematung mempergunakan sebuah pahat. Pematung tetap dapat membuat patung tanpa pahat, namun dengan alat yang lain. Namun pahat tidak dapat membuat patung tanpa pematung. Pematung ini telah diberikan dengan kasih Allah dan pengorbanan Kristus. Dan pemahat ini minimal harus menuruti apa yang dikehendaki oleh pematung agar dapat menghasilkan patung yang baik. Untuk menuruti inilah dibutuhkan keinginan bebas yang bekerjasama dengan Allah. Atau dengan kata lain, tanpa kasih Allah dan pengorbanan Kristus, maka manusia tidak mungkin untuk mendapatkan keselamatan.
Dengan dasar di atas, pernyataan bahwa “Yesus telah membayar lunas akibat dosa-dosa agar manusia tidak perlu membayar lunas dosa-dosanya lagi“, harus dimengerti dengan benar. Membayar lunas di sini harus dimengerti sebagai efficient cause dan meritorius cause. Dimana tanpa dua hal ini, tidak mungkin manusia memperoleh keselamatan. Namun di satu sisi, membayar lunas bukan berarti bahwa manusia tidak perlu membayar lunas dosa-dosanya lagi, karena diperlukan kerja sama dari manusia dalam proses keselamatan, yaitu dengan memberikan dirinya dibaptis (instrumental cause). Dan diperlukan kerja sama dari manusia yang telah mendapatkan rahmat pengudusan untuk terus bertumbuh dalam kasih, sehingga pada akhirnya dapat dibenarkan oleh Allah (formal cause), yang pada akhirnya akan menuntun pada keselamatan kekal (final cause). St. Agustinus mengatakan “He, who created you without you, cannot save you without you” atau “Dia, yang menciptakan engkau tanpa engkau, tidak dapat menyelamatkan engkau tanpa engkau.“
3) Untuk penal substitution, silakan melihat pembahasan ini (silakan klik). Penal substitution terlalu menekankan konsep keselamatan dari sisi legal justice. Gereja Katolik tidak mengajarkan “penal substitution“, suatu konsep yang mempercayai bahwa Kristus dihukum (penalized) sebagai ganti (subsitution) untuk dosa-dosa manusia. Konsep penal substitution memberikan konsekuensi bahwa Yesus mati di kayu salib sebagai hukuman dari Allah kepada Yesus yang menggantikan manusia. Sebagai konsekuensinya, maka Yesus juga masuk ke dalam nerakan selama tiga hari sebelum kebangkitan-Nya…..dst-nya
Silakan membaca link tersebut, dan kalau masih ada pertanyaan tentang penal substitution, silakan untuk menanyakannya kembali.
Semoga uraian di atas dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – www.katolisitas.org