Home Blog Page 110

Aku punya cinta

0

Pagi habis hujan dan urat-urat tubuh masih merenggang dalam kedinginan.

Langit  masih diam dan wajahnya muram.

Aku bersama mobil tuaku melenggang menuju Gereja Santo Barnabas Pamulang.

Pikiranku menyempurnakan bait-bait puisi pelayanan yang akan aku hidangkan dalam rekoleksi para Legioner Kuria Maria Regina Missionum yang berasal dari empat paroki dengan tiga belas presidium (enam puluh dua peserta) tanggal 13 Juli 2013.

Wajah-wajah sumringah dan penuh harapan para legioner yang berasal dari berbagai usia dan keadaan menandakan sukacita mereka sebagai pelayan Tuhan.

Sukacita mereka adalah sukacita yang dibentuk dari Doa Tessera (doa wajib para legioner) dan dari pergumulan dalam mewartakan cinta Tuhan bagi sesama.

Semua pengalaman kegembiraan dan kekecewaan terolah menjadi jalan menuju kesempurnaan “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna” (Matius 5:48)” seperti yang terungkap dalam sharing rasa.

Kehadiran seorang wanita dengan tinggi tubuh di bawah rata-rata dalam usia tigapuluh  delapan tahun menyingkapkan makna pelayanan yang benar.

Ia diam  dan tenang  sampai rekoleksi  purna.

Keterbatasan fisiknya mencuatkan pesan yang mendalam : “Aku punya cinta yang tak seorangpun mampu menilainya”.

Dunia hanya dapat ditaklukkan dengan cinta dan bukan dengan uang ataupun strategi-strategi pelayanan yang membuat pusing kepala.

Kesederhanaan hidup mereka dalam membagikan cinta telah menyentuh banyak  jiwa :

“Di dalam kegaluan jiwamu, aku hadir untuk menghiburmu,

Di dalam kesepianmu, aku datang untuk menemaniku. Perkenankanlah aku berarti bagimu”.

Semangat  melayani Tuhan semakin dikobarkan.

Godaan “pensiun “ dalam pelayanan dipatahkan dengan Sabda Tuhan : “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan” (Rom 12:11 ).

Karena itu,  biarkanlah cinta hadir, tumbuh, dan bersemi  di dalam hati.

Keindahan cinta dapat dinikmati bagaikan melodi yang dihayati dengan hati.

Semua ungkapan cinta yang suci akan menjadi berkat bagi yang membuka diri.

Tuhan Memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Jembatan Tuhan

5

Aroma keceriaan muncul dari seorang ibu yang terbaring sakit di rumah ketika ia datang dari Jawa Tengah ke Tangerang untuk mengunjungi anak dan cucunya.

Aroma keceriaan itu tak terkulum oleh naungan air mata.

Aroma itu bukan sekedar enak untuk dinikmati, tetapi indah untuk dimaknai.

Pegangan tangannya masih kuat dapat kurasakan.

Pernyataannya memberikan motivasi kehidupan bagi yang mendengarkan : “Romo puniko romo unik loh amargi  grapyak lan ora medeni”/Romo itu adalah romo unik loh karena ramah dan tidak menakutkan”.

Kegembiraan dalam hidupnya bersumber  pada falsafahnya : “Kula puniko nrimo ing pandum”/ “Saya itu menerima apapun dari Tuhan dengan ikhlas”.

Falsafahnya itu terbentuk  dari asam garam kehidupan.

Ia dengan tabah membesarkan keempat anaknya ketika suaminya meninggal dunia pada waktu anak pertamanya berusia sepuluh tahun.

Kehidupan yang berkecukupan dalam ukuran desa berubah menjadi pas-pasan.

Kehidupan yang pas-pasan tidak menghalanginya untuk berbagi dengan tetangga-tetangganya ketika panen datang.

Gelar sarjana dan kesetiaan iman anak-anaknya pada Tuhan Yesus Kristus membuatnya merasa tidak sia-sia dalam menjalani misi kehidupannya sampai pada kesudahannya.

Semua penyakit yang dialaminya akibat kelelahan tidak ditunjukkannya agar tidak menimbulkan kekuatiran bagi orang-orang yang disayanginya.

Permintaannya sebelum menerima mahkota surgawi mengundang jatuhnya air mata : “Asmo kulo puniko Warsini. Asmo kula nyuwun ditambah dados Warsini Wesi.  Anteman-anteman ing urip puniko ndadosaken kula wesi ingkang kiat kagem njembatani  berkah Dalem Gusti”/Nama saya adalah Warsini. Saya minta nama saya ditambah Warsini Besi. Palu-palu kehidupan telah membuatnya menjadi besi yang kuat sehingga bisa menjadi jembatan berkat Tuhan”.

Pesan yang perlu dimaknai : “Jangan jadikan kesulitan hidup sebagai sebuah lawan, tetapi jadikanlah sahabat sehingga akan membentuk kita menjadi jembatan kuat untuk mengalirkan berkat Tuhan”.  Roh kekuatannya adalah janji Tuhan :  “Sebab aku yakin, bahwa penderitaan jaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Roma 8:18).

 

Tuhan memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Sambutlah cinta

0

Malam mulai larut dan suasana terasa semakin senyap.

Jalan Tol Tangerang-Jakarta  lengang  karena sebagian besar masyarakat sedang berbuka puasa.

Aku tiba di Gereja Regina Caeli-Pantai Indah Kapuk-Jakarta Utara,  jauh lebih awal dalam acara “Praise and Worship” pada tanggal 10 Juli 2013.

Nostalgia masa lampau  memenuhi pikiran, maklumlah sebagai pastor pertama paroki ini.

Kata orang “cinta pertama tidak pernah bisa dilupakan”.

Kegundahan hati sempat melintas “Apakah masih ada umat ingat saya dan datang ke acara bulanan ini”.

Apa yang dipikirkan sering berbeda dengan rencana Tuhan.

Tak disangka ratusan umat, lebih banyak dari biasanya, datang membawa anak-anak kecilnya.

Mereka ingin menyembah Tuhan dan sekaligus bertemu dengan mantan gembalanya.

Ternyata kesan anak-anak selama saya di sana, terpatri kekal dalam benak dan jiwa mereka.

Kegusaran berlalu bersama lagu pembukaan “Roh Kudus Tercurah” yang dinyanyikan oleh para singers yang penuh semangat.

Hatiku pun penuh syukur atas cinta umat dan sekaligus mohon maaf bila sering merepotkan mereka. .

Ucapan syukur yang tak terlukiskan dalan sebuah kata, selain dengan tersungkur dan mengangkat tangan dalam penyembahan kepada Sang Mahakuasa.

Aku membutuhkan doa yang mengalir dari tangan mereka agar Tuhan memampukan dalam sebuah pewartaan.

Bisikan lembut seorang anak belia di telinga “Senang Berjumpa” melontarkan  pesan sipritual yang mendalam  “Janganlah mencari Tuhan karena anda membutuhkan, tetapi carilah Tuhan karena anda tahu bahwa Dialah jawaban yang anda butuhkan.

Tersenyumlah karena senyum mampu menyelesaikan banyak masalah.

Karena itu, “jangan galau ! Allah peduli” sesuai dengan tema pertemuan rohani ini.

Allah ada untuk mengasihi: “Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu. Sebab TUHAN adalah Allah yang adil; berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!” (Yesaya 30:18).

Sebuah pantun yang mengalir dari hati menjadi sebuah penutupan dalam acara ini:

“Jikalau  baju ternoda tinta,Simpan saja di dalam peti.

Jikalau bukan karena cinta, Mungkin tiada rindu di hati.

Saya mohon pamit, Sampai berjumpa lagi”.

Semua berakhir dengan sukacita di hati dan menjadikan hidup ini sebagai sebuah pujian setiap hari.

Tuhan memberkati.

 Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC.

Sepatu Surga

0

Kerlap-kerlip  lampu jalan menghiasi  perumahan  sederhana di Balaraja  Tangerang.

Hilir mudik  ojek sepeda motor memecahkan kesunyian lingkungan  yang tiada tempat  penghiburan yang gemebyar.

Obrolan antar tetangga di depan rumah sudah dapat melepaskan kepenatan setelah bekerja siang dan malam di pabrik-pabrik yang menjadi andalan ekonomi rumah tangga mereka.

Bersyukur kepada Sang Pencipta telah menjadi bait tunggal dalam syair kehidupan mereka.

Syair kehidupan terdengar jelas dalam celotehan anak-anak Lingkungan Santa Ana, Paroki Santa Odilia – Tangerang, saat menunggu Misa Kudus untuk mengucap syukur atas komuni pertama yang baru saja  mereka sambut, pada tanggal 02 Juni 2013.

Hadiah sepatu sekolah baru, yang dibagikan kepada mereka setelah perayaan Misa purna, membuat hati mereka tersanjung karena dianggap telah menyelesaikan tugas belajar dengan sempurna.

Ketika anak-anak sedang asyik dengan sepatu barunya, seorang nenek usia delapan puluh tahunan berdiri  dari tikar yang didudukinya.

Ia menyampaikan sebuah permintaan  yang   disampaikannya dengan bahasa yang lucu, tetapi sangat mendalam “Romo, kula injih nyuwun sepatu/Romo, saya juga minta sepatu. Bilih wayah-wayah kula diparingi sepatu  kangge pados ilmu wonten donya, kula nyuwun sepatu kagem pados ilmu ing suwargo/Kalau cucu-cucu saya  diberi sepatu untuk mencari ilmu di dunia, saya minta sepatu untuk mencari ilmu surga. Sepatu  suwargo injih puniko rosario ingkang Romo agem/Sepatu surga itu adalah rosario yang Romo telah pakai”.

Rupaya rintik hujan yang datang pada malam  itu telah membangkitkan  bayangan di masa silam sebagai seorang ibu muda yang telah ditinggalkan suaminya menghadap Sang Khalik empat puluh tahun silam.

Ia tidak ingin menikah lagi karena baginya hanya ada satu suami sampai bertemu di surga nanti.

Ia  dengan jungkir balik untuk membesarkan kelima anaknya atau dengan istilahnya “Sikil dienggo endas lan endas dienggo sikil” / kaki dipakai untuk kepala dan kepala dipakai untuk kaki karena jamannya adalah jaman susah.

Sepatu Tuhan, yakni doa dan iman, memampukannya  mengabdikan hidupnya sedemikan besar.

Yang membuatnya sehat di masa tuanya adalah melihat anak-anak dan cucu-cucunya tidak meninggalkan iman  mereka akan Tuhan Yesus Kristus, Sang Juru Selamat.

Suatu pesan yang ingin diresapi dalam goresan pena ini adalah ketika situasi yang sulit menggoda kita  untuk putus asa, ingatlah bahwa Tuhan memberikan kepada Nabi Nuh kesanggupan luar biasa  untuk membangun sebuah kapal yang sangat besar sebelum bumi beserta isinya dihancurkanNya.

Tuhan menolongnya sehingga ia mampu menyelamatkan keluarganya, binatang-binatang piaraan, dan dirinya sendiri.

Karena itu, di dalam Tuhan senantiasa ada jalan keselamatan sehingga kita dapat  senantiasa berdoa kepadanya : “Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa” (Mazmur 23:6).

Tuhan Memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Masih Adakah Cinta di Hati ? (Refleksi 25 Tahun Hidup Membiara)

2

Dua puluh lima tahun hidup membiaraku, 01 Juli 2013, dalam Kongregasi SS.CC  merupakan saat untuk melihat  kembali lembaran-lembaran hidupku sebagai seorang biarawan.

Dalam Misa sederhana di ruang doa pastoran bersama dua konfraterku, Romo Toni dan Romo Sipri,  empat suster CB yang menjadi tetangga kami, dan tiga  sahabatku, aku berlutut di hadapan Sakramen Mahakudus untuk memperbaharui kaul religiusku.

Dalam sebuah keheningan aku bertanya kepada diriku  “Masih adakah cinta suci di hatimu kepada Tuhan, konfratermu (saudaramu), dan umat yang dipercayakanNya kepadamu ?” .

Suatu jawaban dari hati nurani yang sangat  indah  dan aku yakini berasal dari Tuhan yang meneguhkan semangat untuk terus menjalani  janji-janji kaulku dengan hati yang senantiasa baru.

Cinta yang suci tidak menuntut  seberapa besar cintaku, tetapi seberapa tulus cinta dan keikhlasanku.

Cinta yang suci  tak akan pernah utuh, tetapi goresan – goresan luka dan kebahagiaan serta dosa dan kesucian senantiasa mengiringinya.

Semakin dalam luka, semakin besar kebahagiaan, semakin besar dosa, dan semakin tinggi kesucian, aku berani jujur mengatakan bahwa aku semakin merindukan cinta yang suci karena aku yakin Tuhan  adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia  (Mamur 103:8).

Cinta suci itu seperti api yang terpatri di hati sehingga semua keadaan tidak akan mampu memadamkannya.

Cinta yang suci menguji kejujuran.

Perjuangan dalam mempertahankan cinta yang suci tidak akan pernah selesai  ketika aku masih bertualang di dunia.

Madu yang meneteskan manisnya dunia sering menggelapkan mata sehingga bisa  jatuh ke dalam lubang kubur kematian yang gelap.

Peka terhadap  petunjuk Tuhan untuk memilih  jalan yang benar merupakan bentengnya.

“Jangan senantiasa mengatakan apa  yang telah aku buat bagi Tuhan, tetapi katakan seberapa banyak yang Tuhan telah lakukan bagiku”, maka cintaku akan Tuhan, kongregasiku, dan  umat beriman akan terus menggelora di dalam jiwa ”. Komunitasku, teman-teman biarawan-biarawati, dan sahabat-sahabatku menjadi tangan Tuhan dalam membantuku untuk setia kepadaNya melalui kesetiaanku pada kongregasiku.

Tuhan memberkati

Oleh Pastor Felix Supranto, SS.CC

Paus : Gereja sebagai keluarga Allah

11

Berikut adalah terjemahan Audiensi Umum Paus Fransiskus pada tanggal 29 Mei 2013:

Saudara-saudari sekalian, Selamat pagi!

Rabu lalu saya menekankan ikatan yang mendalam antara Roh Kudus dan Gereja. Hari ini saya ingin memulai beberapa katekese mengenai misteri Gereja, misteri yang kita semua alami dan kita turut ambil bagian di dalamnya. Saya ingin melakukannya dengan beberapa konsep yang jelas dalam teks-teks dari Konsili Vatikan II.

Hari ini yang pertama adalah: “Gereja sebagai keluarga Allah”.

Dalam beberapa bulan terakhir saya menyebutkan lebih dari sekali Perumpamaan tentang Anak yang Hilang atau, lebih tepatnya, Bapa Yang Murah Hati (bdk. Luk 15:11-32). Anak bungsu meninggalkan rumah ayahnya, menghabiskan semua yang ia miliki dan memutuskan untuk pulang lagi karena dia menyadari bahwa dia telah bersalah. Dia tidak lagi menganggap dirinya layak menjadi anak tapi berpikir ia memiliki kesempatan untuk dipekerjakan sebagai pembantu. Ayahnya, sebaliknya, berlari untuk menemui dia, memeluknya, mengembalikan kepadanya martabatnya sebagai anak dan merayakan hal tersebut. Perumpamaan ini, seperti yang lainnya dalam Injil, jelas menunjukkan rencana Allah bagi umat manusia.

Apakah rencana Allah itu? Yakni membuat kita semua menjadi satu keluarga sebagai anak-anak-Nya, di mana setiap orang merasa bahwa Allah itu dekat dan merasa dicintai olehNya, seperti dalam perumpamaan Injil, merasakan kehangatan menjadi keluarga Allah. Gereja berakar dalam rencana besar ini. Gereja bukan organisasi yang didirikan atas perjanjian antara beberapa orang, tapi – seperti Paus Benediktus XVI telah begitu sering mengingatkan kita – Gereja adalah pekerjaan Allah, yang lahir justru dari rancangan penuh kasih ini yang secara bertahap masuk ke dalam sejarah. Gereja ini lahir dari keinginan Allah untuk memanggil semua orang dalam persekutuan dengan dia, persahabatan dengan dia; untuk berbagi dalam kehidupan ilahi-Nya sendiri sebagai putra-putra dan putri-putri-Nya. Kata “Gereja”, berasal dari bahasa Yunani “ekklesia” , berarti “pertemuan akbar orang – orang yang dipanggil”: Allah memanggil kita, Ia mendorong kita untuk keluar dari individualisme kita, dari kecenderungan kita untuk menutup diri kita sendiri, dan Dia memanggil kita untuk menjadi keluarga-Nya.

Selanjutnya, panggilan ini berasal dari penciptaan itu sendiri. Allah menciptakan kita supaya kita hidup dalam hubungan persahabatan yang mendalam dengan Dia, dan bahkan ketika dosa memutuskan hubungan dengan Dia, dengan orang lain dan dengan ciptaan lainnya, Allah tidak meninggalkan kita. Seluruh kisah keselamatan adalah kisah Allah yang berusaha meraih manusia, menawarkan mereka cinta-Nya dan menyambut mereka. Ia memanggil Abraham untuk menjadi bapa dari banyak orang, Ia memilih orang Israel untuk membuat sebuah perjanjian yang akan merangkul semua orang, dan dalam kepenuhan waktu, Ia mengutus Putra-Nya sehingga rencana cinta dan keselamatan-Nya dapat digenapi dalam Perjanjian baru dan kekal dengan seluruh umat manusia.

Ketika kita membaca Injil, kita melihat bahwa Yesus mengumpulkan di sekitar-Nya komunitas kecil yang menerima firman-Nya, mengikuti-Nya, turut serta dalam perjalanan-Nya, menjadi keluarga-Nya, dan dengan komunitas inilah Dia mempersiapkan dan membangun Gereja-Nya.

Jadi dari manakah Gereja itu terlahir? Gereja lahir dari tindakan kasih yang paling agung dari Salib, dari sisi lambung Yesus yang ditusuk dan mengalirkan darah dan air, simbol dari Sakramen Ekaristi dan Pembaptisan. Darah kehidupan keluarga Allah, Gereja, adalah kasih Allah yang diaktualisasikan dalam mencintai diri-Nya dan orang lain, semua orang, tanpa membeda-bedakan atau batas. Gereja adalah keluarga yang kita cintai dan mencintai kita.

Kapan Gereja memanifestasikan dirinya? Kita merayakannya dua minggu yang lalu, Gereja menjadi nyata ketika karunia Roh Kudus memenuhi hati para Rasul dan membakar semangat mereka untuk pergi ke luar dan memulai perjalanan mereka untuk mewartakan Injil, menyebarkan kasih Allah.

Hari ini masih ada beberapa orang yang mengatakan: “Kristus ya, Gereja tidak”. Seperti orang yang mengatakan “Saya percaya pada Tuhan tetapi tidak pada Imam”. Tapi Gereja sendiri yang membawa Kristus kepada kita dan yang membawa kita kepada Allah. Gereja adalah keluarga besar anak-anak Allah. Tentu saja Gereja juga memiliki aspek manusiawi. Dalam diri mereka yang membentuk Gereja, para imam dan umat beriman, terdapat kekurangan, ketidaksempurnaan dan dosa. Paus juga memiliki hal – hal tersebut – dan banyak dari mereka; tetapi yang indah adalah bahwa ketika kita menyadari bahwa kita adalah orang berdosa kita menemukan rahmat Allah yang selalu mengampuni. Jangan lupa: Allah selalu mengampuni dan menerima kita ke dalam cintanya yang penuh dengan pengampunan dan belas kasihan. Beberapa orang mengatakan bahwa dosa adalah suatu pelanggaran terhadap Allah, tetapi juga merupakan kesempatan untuk merendahkan diri sendiri  untuk menyadari bahwa ada sesuatu yang lain lebih indah: kerahiman Allah. Mari kita pikirkan hal ini.

Mari kita bertanya pada diri kita hari ini: seberapa saya mencintai Gereja? Apakah saya berdoa untuknya? Apakah saya merasa menjadi bagian dari keluarga Gereja? Apa yang harus saya lakukan untuk memastikan bahwa Gereja adalah sebuah komunitas di mana masing-masing orang merasa diterima dan dipahami, merasa belas kasihan dan kasih Allah yang memperbaharui hidup? Iman adalah sebuah karunia dan sebuah perbuatan yang menjadi perhatian kita secara pribadi, tapi Allah memanggil kita untuk hidup dengan iman kita bersama-sama, sebagai sebuah keluarga, sebagai Gereja.

Mari kita mohon kepada Tuhan, dengan cara yang sangat khusus selama Tahun Iman ini, semoga masyarakat kita, seluruh Gereja, semakin menjadi keluarga sejati yang hidup dan membawa kehangatan kasih Allah.

Salam:

Saya menyampaikan sambutan untuk semua peziarah berbahasa Inggris dan pengunjung hadir pada Audiensi hari ini, termasuk dari Inggris, Skotlandia, Irlandia, Norwegia, Swedia, Kanada dan Amerika Serikat. Semoga Anda selalu bertumbuh dalam kasih kepada Kristus dan bagi keluarga Allah, yakni Gereja. Allah memberkati Anda semua!

Terakhir saya tujukan kepada anda, hai orang-orang muda, orang sakit, dan pengantin baru. Pada Audiensi terakhir di bulan Mei pikiran kita berubah secara spontan untuk Maria yang Tersuci, bintang terang dalam perjalanan kita sebagai orang Kristen. Mari kita secara terus-menerus merujuk padanya untuk menemukan dalam dirinya contoh inspirasi dan tuntunan pada ziarah harian iman kita.

Besok, Pesta Tubuh Kristus, kita akan merayakan Misa Kudus di St John Lateran pada pukul 7 malam. Ini akan dilanjutkan dengan  prosesi khidmat ke St Maria Mayor. Saya meminta umat Roma dan para peziarah untuk bergabung dalam perbuatan iman yang mendalam bagi Ekaristi ini, yang merupakan harta yang paling berharga dari Gereja dan umat manusia.

(AO)

Paus Fransiskus,

Lapangan Santo Petrus, 29 Mei 2013

Diterjemahkan dari : www.vatican.va

 

Keep in touch

18,000FansLike
18,659FollowersFollow
32,900SubscribersSubscribe

Artikel

Tanya Jawab