Ketika itu saya masih duduk di bangku kuliah. Satu hari di malam Minggu, seorang teman laki-laki berkunjung ke tempat kos saya. Ia teman baik sejak SMA, tidak pernah ada hubungan istimewa di antara kami kecuali berteman baik. “Kok malam Minggu ke sini, apa kamu nggak apel?” tanya saya dalam nada bercanda. Ia menyahut dengan santai, “Supaya teman-teman se-kos tidak mengira aku jomblo. Walau memang kenyataannya begitu, tapi kan malu kalau ketahuan belum punya pacar. Jadi jangan diam di rumah kos kalau malam Minggu tiba, ke rumah siapa pun jadi deh, biar nggak kelihatan jomblo.” Walaupun merasa maklum, sebenarnya saya heran mendengar jawabannya itu.
Dua puluh tahun kemudian, dan pastinya dua puluh tahun sebelum hari itu, rasanya motivasi sebagian anak muda dalam berpacaran belum banyak berubah. Ketika baru-baru ini saya berbincang dengan keponakan saya yang sudah SMA, ia bercerita tentang motivasi teman-temannya yang sudah mempunyai pacar. Pacaran meningkatkan status sosial, katanya tampak lebih keren dan gaul bila sudah punya pacar. Walaupun kebutuhan akan pengakuan dan status pergaulan adalah bagian dari gejolak masa remaja, tetaplah sangat penting bagi kaum muda untuk mempunyai alasan dan sikap yang tepat dalam berpacaran.
Kaum muda Katolik adalah anak-anak Tuhan yang dipanggil untuk menjadi kudus dalam segala hal. Sebagaimana dinyatakanNya dalam 1 Petrus 1:14-16, “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus” . Usia muda tidak harus tidak matang dalam iman, justru sedari muda kita belajar apa yang benar dan baik yang akan mengarahkan kita menjadi manusia dewasa yang seutuhnya, dalam kepenuhan kasih dan iman kepada Tuhan. Kita baca hal itu dalam 2 Tim 2:22, “Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.”
Tuhan selalu tahu apa yang terbaik bagi kita dalam semua aspek hidup kita, termasuk dalam hal pergaulan. Di dalam Kitab Suci, Dia mengajarkan sikap-sikap yang baik dan terpuji menyangkut relasi kita dengan lawan jenis. Tuhan menghendaki demikian, sebenarnya pertama-tama demi kebahagiaan kita, karena Ia mengenal kita dengan sempurna sejak semula, dan karena Ia sangat mengasihi kita.
Apakah pacaran itu?
Pacaran itu indah, jatuh cinta itu selangit, berjuta rasanya, kata syair lagu. Ketika kita masih duduk di awal bangku sekolah dasar, bergandengan tangan dengan teman yang berlainan jenis tidak menimbulkan perasaan apa-apa kecuali rasa gembira sebagai teman bermain. Namun menginjak usia pra-remaja, di mana perkembangan fungsi tubuh dan hormonal mulai menjadi dominan, kebersamaan dengan teman lawan jenis menumbuhkan perasaan suka yang berbeda. Ketika dua insan berlainan jenis selalu ingin menghabiskan waktu bersama, merasa aman dan nyaman satu sama lain, berkegiatan bersama, baik lewat pertemuan secara fisik maupun lewat berbagai sarana alat komunikasi, dengan diikuti ketertarikan secara seksual dan romantisme, maka relasi di antara keduanya disebut berpacaran. Tuhan memang menciptakan manusia untuk saling mengasihi. Dalam pacaran, manusia mengenal bentuk saling mengasihi itu secara khusus dalam perasaan cinta kepada lawan jenis, dalam artian, ingin memberi, melindungi, dan mengasihi lawan jenis yang dicintai. Relasi ini bersifat eksklusif, artinya hanya melibatkan perasaan kedua orang yang terlibat di dalamnya. Dalam hubungan pacaran yang baik, harus ada unsur-unsur yang menjaga kelanggengannya dan memastikan tujuannya tercapai, di antaranya secara umum adalah kesetiaan, kejujuran, saling menghormati dan menghargai, tanggungjawab, dan komitmen.
Mengapa kita pacaran
Jika hanya mengikuti dorongan alami dari fungsi-fungsi hormonal tubuh, bisa-bisa manusia berpacaran dengan siapa saja yang ia suka dan kapan pun ia mau. Tetapi tentu tidak dapat demikian, karena manusia adalah mahluk berakal budi, ciptaan tertinggi yang dikaruniai hikmat untuk mengikuti norma-norma kebaikan dari hati nuraninya. Manusia diciptakan sesuai dengan gambaran Penciptanya, sehingga ia disebut sebagai citra Allah. Ia juga dipanggil untuk berpasangan dan beranak cucu melalui sebuah relasi yang disebut perkawinan kudus yang tak terceraikan.
Karena manusia mempunyai martabat paling tinggi sedemikian, dan dipercaya oleh Tuhan untuk mengelola alam ciptaan dengan akal budinya, maka setiap tindak tanduknya harus didasari oleh tujuan yang mulia dan alasan yang menjunjung tinggi martabat itu. Tidak terkecuali dalam berpacaran, yang merupakan langkah awal sebelum jenjang perkawinan. Motivasi yang benar dalam berpacaran mengarahkan muda mudi untuk berpacaran dengan sehat dan mencapai tujuannya yang benar dalam memuliakan martabatnya sebagai manusia sesuai dengan tugas dan panggilan Tuhan baginya. Sebaliknya, berpacaran sekedar untuk status, demi ego pribadi, demi memuaskan dorongan seksual semata , atau untuk sekedar bersenang-senang saja, justru berpotensi menimbulkan kesedihan, misalnya luka dalam hati, perbuatan dosa dan rasa bersalah, rusaknya hubungan baik, bahkan kehamilan di luar nikah, atau pernikahan dini yang terpaksa dijalani karena kehamilan di luar pernikahan itu dan bukan didasari oleh cinta yang sejati dengan pertimbangan kecocokan yang matang. Ujungnya adalah masalah, dan bukannya kebahagiaan. Bisa-bisa pacaran tidak lagi berjuta rasanya, tetapi berjuta masalahnya.
Pacaran yang sehat didasari oleh kasih yang tulus dan kebutuhan untuk menemukan pasangan hidup yang tepat, di mana kedua insan berusaha saling mengenal pribadi satu sama lain, mengembangkan cinta kasih sejati, untuk kemudian menikah membentuk keluarga yang dikuduskan dalam sakramen Gereja-Nya, Sakramen Perkawinan. Di dalamnya, Tuhan menghendaki pria dan wanita berketurunan dan membentuk keluarga yang saling mencintai, menghormati, dan melayani dalam kasih dan kesetiaan yang tulus hingga akhir hayat. Semangat kasih dan hormat kepada Tuhan mendasari semua bentuk ungkapan kasih di dalamnya. Kasih yang Tuhan maksudkan adalah kasih yang dituliskan St Paulus dalam 1 Kor 13: 4-7, yaitu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, dan masih banyak lagi.
Keluarga adalah pilar paling dasar yang menopang sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Maka persiapan membentuk keluarga yang diawali dengan proses pacaran mempunyai makna dan tujuan yang sangat penting dan mulia, dan oleh karenanya harus disikapi dan dijalani dengan bijaksana, dengan senantiasa menerapkan apa yang baik yang dikehendaki Tuhan di dalam sebuah relasi berpacaran antara pria dan wanita. Itulah sebabnya, menjalani masa pacaran yang sehat dan sesuai dengan ajaran kasih Tuhan juga akan memberikan bekal berharga bagi kehidupan perkawinan yang bahagia dan langgeng.
Pacaran yang baik yang bagaimana?
Karena tujuannya adalah menemukan pasangan hidup yang tepat sebelum memasuki jenjang perkawinan dan membentuk keluarga yang bahagia, pacaran yang sehat melibatkan sebuah proses. Proses untuk saling mengenal dan mengerti satu sama lain, mengembangkan sikap saling menerima kelemahan dan kelebihan satu sama lain, latihan mengendalikan diri dan bertanggung jawab, latihan untuk berbagi, untuk mendahulukan kepentingan pihak lain dalam semangat saling melayani, latihan menikmati kebersamaan dan berbagi sukacita bersama. Dan tak kalah penting dari semuanya, latihan menjaga kemurnian. Karena “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. “(1 Tes 4 :7)
Proses sedemikian itu memerlukan kematangan dan pada gilirannya juga akan mengembangkan kematangan dari dua insan yang berpacaran. Menjadi makin matang, bertangunggjawab, dan lebih tidak mementingkan diri sendiri adalah beberapa indikator yang baik dari sebuah pacaran yang sehat. Aspek-aspek yang dipelajari dalam sebuah proses saling mengenal itu misalnya seperti di bawah ini:
1. Belajar untuk mencintai
Dalam berpacaran yang baik, cinta yang menerima (eros) dikembangkan sedikit demi sedikit menjadi cinta yang memberi, dan tidak bersyarat (agape). ((https://katolisitas.org/6794/eros-philia-agape)) Cinta itu memberi. Sejak kecil, kita telah menerima cinta dan mengalami dicintai oleh orangtua dan saudara-saudara dalam keluarga. Semakin kita tumbuh besar, kita pun merespon cinta yang kita terima itu dengan tindakan dan perasaan mencintai yang sama. Semua itu sebenarnya adalah cinta Tuhan yang membara kepada kita. Namun cinta yang diajarkanNya adalah memberi tanpa syarat, yaitu dengan tulus demi kebaikan dan kepentingan pihak yang dicintai. Cinta yang sedemikian ini tidak diberikan hanya kalau pihak yang diberi melakukan hal-hal yang sesuai dengan yang kita mau, tetapi memberi karena cinta itu sendiri menggerakkan kita memberi karena mengasihi, menerima dan menghormati pacar kita apa adanya.
2. Belajar membedakan hak dan kewajiban
Karena sudah menjadi kekasih dan merasa saling memiliki, bukan berarti kita dapat berbuat apa saja dengan pacar kita dan menuntut pacar kita melakukan apa pun yang kita inginkan. Kadang-kadang atas nama cinta, kita terjebak dalam relasi yang saling menuntut dan bukannya saling memberi. Pemuda dan pemudi wajib untuk saling melindungi, selain secara fisik dan mental, juga terutama dalam hal menjaga kemurnian satu sama lain. Jika pemuda meminta pacarnya melakukan hubungan badan, itu bukan dalam rangka menuntut haknya, justru melanggar kewajibannya untuk menjaga kemurnian pacarnya. Jika pemudi memanfaatkan pacarnya untuk kesenangannya sendiri misalnya minta diantar ke manapun tanpa ingat waktu dan kesibukan sang pacar, minta dibelikan makanan atau benda yang mahal, maka semua itu bukan haknya untuk dipenuhi. Hak yang sehat untuk dipenuhi misalnya adalah hak untuk berdiskusi mengenai rencana masa depan (ingatlah bahwa perkawinan Katolik adalah tak terceraikan, perkawinan adalah untuk selamanya, sehingga sangat penting selama masa-masa belajar berkomitmen di masa pacaran, sepasang kekasih mengeksplor seluas-luasnya ketrampilan untuk saling memahami dan menerima satu sama lain, saling mengungkapkan harapan dan kebutuhan, di dalam konteks perencanaan masa depan berdua), kemudian hak untuk tetap saling mempunyai kebebasan dan waktu-waktu sendiri bersama keluarga atau teman baik, hak untuk tetap menjadi diri sendiri, hak untuk tetap mempunyai hobi masing-masing, dan hak untuk mempunyai waktu khusus bagi Tuhan. Hal semacam ini menjadikan pacaran mendewasakan kita, mari merenungkan lebih lanjut tentang hal ini, dalam 2 Pet 1 : 5-7, “Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.”
3. Belajar menjadi realistis
Walaupun sedang dalam suasana asmara dan romantisme, pasangan yang berpacaran tetap tidak boleh melupakan realitas kehidupan, yang tidak selalu segalanya manis, romantis dan berbunga-bunga setiap waktu. Maka waktu-waktu berdua hendaknya jangan hanya dihabiskan dengan kegiatan yang sifatnya hanya bersenang-senang seperti rekreasi, makan di restoran, nonton bioskop, berjalan-jalan di pertokoan, atau berbelanja berdua saja. Sesekali luangkan waktu mengunjungi saudara atau teman yang sedang mengalami kesusahan atau sakit, memberikan perhatian kepada orang-orang yang kesepian atau sudah lanjut usia, dan beribadah bersama. Maka sangatlah baik jika pasangan adalah pemuda pemudi yang seiman dalam Kristus, karena kegiatan merayakan Misa berdua dan melakukan pelayanan kasih bersama teman-teman OMK menjadi lebih dimungkinkan.
Apa yang dikehendaki Tuhan dalam pacaran yang sehat
Hal kemurnian baik dalam kata-kata, pikiran, dan terutama tindakan, adalah hal yang sangat penting dalam berpacaran. Kurangnya rasa hormat, kasih dan takut kepada Tuhan serta kurangnya kesadaran untuk bertanggungjawab terhadap masa depan berdua rentan membawa muda mudi dalam dosa percabulan karena nafsu seksual yang tidak dikendalikan. Dalam 1 Tes 4 :3 kita membaca, “Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan”. Setiap relasi dan tindakan seksual yang dilakukan di luar hubungan perkawinan yang sah, adalah tindakan percabulan.
Dunia anak muda tidak terpisahkan dengan dunia cinta dan cerita romantisme masa muda, walau kisah cinta akan selalu dinikmati oleh semua kalangan dan usia. Percintaan dua anak manusia tidak habis-habisnya menjadi inspirasi dalam dunia seni, sastra, musik, hingga film. Sayangnya, tidak banyak film dan bacaan yang beredar di kalangan remaja, yang memberikan contoh yang sejalan dengan semangat kasih yang murni dalam berpacaran, sebagaimana dikehendaki Tuhan. Nilai-nilai duniawi yang laku untuk dijual memang nilai yang mengumbar kesenangan dan hawa nafsu, kepuasan diri dan kegembiraan sesaat. Jika kaum muda Katolik tidak dibekali dengan pemahaman akan nilai-nilai luhur dalam hubungan kasih dengan lawan jenis, maka kekosongan itu segera diisi oleh membanjirnya tawaran nilai dunia hiburan yang dekat dengan keseharian anak muda. Perasaan mengasihi yang tulus dan bertanggungjawab disempitkan dalam sekedar pernyataan seksual sebagai bentuk ungkapan cinta. Rambu-rambu yang penting untuk diajarkan di dalam berpacaran menjadi asing bagi kebanyakan anak muda. Berciuman, saling meraba, hingga akhirnya melakukan hubungan selayaknya suami istri menjadi kecenderungan yang mengaburkan nilai berpacaran sejati yang seharusnya dikembangkan. Alih-alih saling mengenal, belajar bertanggungjawab, belajar memberikan komitmen dan kesetiaan, belajar saling berkorban, dan berlatih mengendalikan diri, malahan banyak remaja justru jatuh dalam dosa percabulan. Padahal rentetan dosa percabulan itu mengakibatkan kerumitan dan penderitaan, misalnya tersiksa oleh perasaan bersalah, timbulnya sifat posesif dan egoisme, muncul perilaku kecanduan seks, terjadinya kehamilan di luar perkawinan, timbulnya penyakit kelamin dan penyakit alat reproduksi yang bisa berakibat fatal, hingga aborsi. Di sini kita melihat dengan jelas salah satu alasan kasih dan keselamatan di balik mengapa Tuhan memberikan ajaran, perintah, dan larangan di dalam relasi kasih antara dua anak manusia dalam berpacaran, yaitu dalam 1 Kor 6 :15, 18, “Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak! Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.”
Menurut survey yang dilakukan Survei Komisi Perlindungan Anak pada 2010 terhadap 4.500 remaja di 12 kota besar seluruh Indonesia, ditemukan 93 persen remaja pernah berciuman, 62,7 persen pernah berhubungan badan, dan 21 persen remaja telah melakukan aborsi. ((http://www.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/11/07/19/lokv29-seks-di-usia-remaja-awas-risiko-kanker-serviks-meningkat)) Kenyataan ini sangat memprihatinkan. Pihak orangtua, gereja, dan sekolah adalah pihak-pihak yang selayaknya setia memberikan pendidikan seks yang baik kepada orang muda secara rutin dan berkesinambungan. Kebutuhan ini mendesak dan memerlukan tindak lanjut yang konkrit. Tuhan meminta dengan jelas hal ini dalam Ams 22:6, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”
Pasangan yang longgar dalam pengekangan diri terhadap godaan berhubungan seksual di masa pacaran, jika akhirnya berhasil memasuki bahtera rumah tangga, umumnya menjadi lebih rentan terhadap godaan perselingkuhan dan hubungan seksual di luar perkawinan. Bisa dimaklumi bila kaitan itu muncul, mengingat nilai-nilai luhur kemurnian sudah biasa untuk dilanggar selama masa pacaran. Kepercayaan satu sama lain juga bisa sangat berkurang, jika selama masa pacaran sudah biasa berhubungan selayaknya suami istri. Rasa saling percaya yang rendah amat tidak sehat dan tidak membangun di dalam sebuah perkawinan.
Untuk sejauh mungkin menghindari munculnya godaan percabulan yang umumnya sangat kuat membayangi hubungan pacaran muda mudi, kita lakukan kegiatan yang proaktif. Sebaiknya berkegiatan bersama di tempat yang ramai dan banyak teman. Jangan mencari tempat-tempat sepi dan tersembunyi untuk berduaan. Atau hindarilah hanya berdua di rumah dan tempat kos. Tempat yang tersembunyi dan tidak diketahui orang lain adalah tempat yang harus dihindari dalam kebersamaan dengan pacar kita. Melalui Kitab Suci, Tuhan mengingatkan kita supaya kita berhati-hati dengan kegiatan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, ”Sebab barangsiapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak, tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya dilakukan dalam Allah.” (Yoh 3: 20-21)
Juga sedapat mungkin hindarilah hiburan yang tidak sehat di dalam musik, buku, film, yang menyajikan sensualitas. Jika mungkin, carilah sebanyaknya kegiatan berdua dalam lingkup gereja, atau kegiatan pengembangan diri bersama untuk mempersiapkan masa depan, misalnya mengikuti pelatihan kerja atau kursus pengembangan diri berdua, ke perpustakaan berdua untuk belajar suatu ketrampilan yang bermanfaat, belajar memasak berdua, berkebun berdua, berolahraga bersama, saling mencoba kegiatan yang menjadi hobi satu sama lain, dan kegiatan positif lainnya. Kegiatan yang positif akan memanfaatkan energi masa muda yang berlimpah kepada penyaluran yang sehat. Selama kasih dan iman kita selalu dibentengi dengan doa-doa kepada Tuhan, sering merenungkan Sabda-Nya, dan orientasi kepada masa depan yang penuh di dalam Tuhan, niat kita akan selalu diteguhkanNya. Jika godaan untuk bermesraan secara seksual tetap datang juga, cobalah untuk berdoa berdua, datang kepada Tuhan dengan tulus, mohon kekuatan untuk bertahan dalam niat menjaga kemurnian hingga godaan itu lewat. Doa Rosario adalah doa yang ampuh untuk melawan kekuatan si jahat, bersama Bunda Maria yang selalu mendoakan kita, rahmat Tuhan akan memampukan kita bertahan dalam kemurnian dan sebagaimana rancangan-Nya yang indah dalam mengikuti Dia, damai sejahtera-Nya akan selalu memelihara kita (lih. Filipi 4: 6-7). Semakin baik juga jika kita memperkaya dan menguatkan motivasi kita dengan membaca kisah para kudus dalam menjaga kesucian hidupnya, misalnya kisah hidup St Agnes dan St Maria Gorreti, kita mohon perantaraan doa mereka untuk bertahan dalam semangat kemurnian. Bersama Kristus dan dalam Dia, kita bisa !
Maka berkaitan dengan usaha menjaga kemurnian itu, aspek lain yang sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam berpacaran adalah menemukan pacar yang seiman. Kitab Suci menyarankan hal ini di dalam 2 Kor 6: 14-15, ”Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? “ Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?
Iman merupakan nilai-nilai dasar yang menopang hidup kita. Perbedaan dalam menghayati nilai-nilai hidup akan sangat menyulitkan pasangan muda mudi menjalani tantangan kehidupan. Karena sebagaimana telah dinyatakan di atas, hidup tidak selalu dan selamanya mudah terus dan manis selalu. Contohnya, dalam menghadapi berbagai godaan seksual yang telah disebutkan di atas, kekuatan niat dan doa dari dua orang yang berpacaran tentu lebih kuat dari niat satu orang saja, dan lebih kuat dari niat bersama tapi dengan pemahaman iman yang berbeda. Dalam berbagai persoalan hidup terutama dalam mengarungi bahtera rumah tangga kelak, iman yang sama membuat tantangan kehidupan bisa diatasi berdua dengan kekuatan yang lebih baik dan terpadu, serta kesamaan dalam memandang nilai-nilai iman dan kehidupan. Sebaliknya, iman yang berbeda, bahkan gereja yang berbeda, berpotensi menimbulkan masalah lain juga, misalnya dalam hal mendidik anak-anak, dalam melakukan penghayatan devosional sehari-hari, sampai relasi dengan keluarga besar. Maka sangat dianjurkan para OMK untuk bijaksana dan proaktif dalam memperluas pergaulan dengan teman-teman seiman dalam Gereja Katolik. Mengikuti aneka kegiatan mudika di gereja, di lingkungan tempat tinggal, maupun di sekolah dan di kampus dapat menjadi sarana yang baik untuk menemukan calon pasangan hidup dari kalangan yang seiman dalam Gereja Katolik. Jangan lupa berdoalah selalu agar Tuhan membimbing kita untuk menemukan pasangan hidup yang tepat dan pada waktu yang tepat, seturut kehendak-Nya.
Sekilas pengajaran iman Katolik mengenai seksualitas manusia oleh Beato Yohanes Paulus II
Dalam lima tahun pertama masa kepausannya, Beato Yohanes Paulus II, yaitu dalam 129 pertemuan audiensi umum setiap hari Rabu dari tahun 1979 hingga tahun 1984, telah mengajarkan kita keindahan rancangan Allah melalui tubuh manusia, rancangan yang agung sedari semula tentang seksualitas manusia, sebelum manusia jatuh ke dalam dosa. ((http://www.ewtn.com/library/papaldoc/jp2tb13a.htm)) Pengajaran itu diberinya judul “Man and Woman He Created Them” (Lelaki dan Perempuan Diciptakannya Mereka), judul yang dikutip dari Kejadian 1:27. Kumpulan pengajaran itu kemudian disatukan dalam sebuah dokumen yang dikenal luas sebagai “Teologi Tubuh” (Theology of the Body).
Tubuh manusia, baik dengan jenis kelamin lelaki maupun perempuan, adalah bagian tak terpisahkan dari keseluruhan pribadi manusia. Melalui tubuh dengan jenis kelamin inilah kita dipanggil untuk menjadi “pemberian/ gift” kepada orang lain, yang secara khusus dinyatakan dalam hubungan suami istri. Maka hubungan seks selalu mempunyai arti yang suci dan luhur, sebab berkaitan dengan maksud Allah menciptakan manusia untuk saling memberikan diri kepada pasangannya sehingga mereka dapat saling mencintai dan melengkapi secara utuh, yang memungkinkan mereka dapat turut mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah. Saling memberikan diri ini sifatnya menunjang (terbuka bagi) kehidupan. Dan oleh karena kehidupan baru selalu berkaitan dengan tanggungjawab melestarikannya, maka hubungan suami istri tak dapat begitu saja dilakukan oleh pasangan yang tidak/ belum disatukan oleh Tuhan sebagai suami istri. Sebab kesatuan suami dan istri mengambil gambaran dari kesatuan Kristus sendiri dengan Gereja-Nya (lih. Ef 5:22-33), di mana dalam kesatuan inilah kita semua sebagai anggotanya memperoleh kelahiran baru dan kelestarian hidup ilahi.
Jika pasangan memisahkan seks dengan pribadi -yaitu dengan hanya mengutamakan keinginan daging, tanpa melibatkan keinginan untuk memberi dan menerima pasangan satu sama lain sebagai pribadi yang utuh (termasuk jiwa dan tubuh pasangan dengan potensi tubuh untuk mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah), maka artinya pasangan tersebut tidak menghidupi/ mengartikan tubuh/ jenis kelaminnya sebagaimana dimaksudkan Allah sejak awal mula penciptaan, karena dimensi tubuh manusia secara fisik (antropologis) tidak dapat dipisahkan dari dimensi ilahi (teologis) yang dirancang oleh Penciptanya. Inilah kebenaran dari seksualitas manusia yang membawa pada hidup yang berbuah dan damai sejahtera bagi umat manusia. Pengetahuan dan penerapan akan kebenaran selalu bersifat membebaskan dan membahagiakan, sebagaimana Tuhan juga mengatakannya kepada kita, “..dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh. 8:32)
Indahnya menunggu
Setelah memahami alasan yang tepat dan sehat mengapa kita berpacaran, dan menyadari berbagai latihan tanggungjawab dan kematangan yang sedemikian besar yang diperlukan dalam sebuah hubungan pacaran, maka kita menyadari bahwa kita tidak harus cepat-cepat punya pacar tanpa alasan yang tepat, dan karena pacaran mempunyai dampak yang besar dalam hidup kita, maka pacaran tidak untuk dilakukan dengan main-main. Punyailah prinsip dan berani tampil beda demi kematangan dan kebijaksanaan pribadi serta tanggungjawab kepada Tuhan, orangtua, serta diri kita sendiri.
Menunda untuk berpacaran sampai kita merasa siap untuk bertanggungjawab, tidak mengurangi kebebasan kita, justru memberi kita kebebasan yang lebih penuh di masa muda, sambil kita sendiri menjadi matang secara fisik, mental, dan spiritual. Dan kita justru terhindar dari rasa sakit dan luka hati yang tidak perlu karena hubungan pacar yang terlalu cepat berakhir karena dimulainya dengan dasar yang tidak kokoh. Berikut ini beberapa dasar yang memberikan keindahan menunda :
Masa remaja dan masa dewasa awal adalah masa yang penuh gejolak dan perubahan, baik secara fisik maupun mental. Berilah waktu kepada diri sendiri untuk menjadi lebih tenang dan stabil. Sambil mengenal diri sendiri dengan lebih baik, bergaullah seluas-luasnya dengan teman-teman yang baik. Mengenal diri sendiri dengan baik akan memampukan kita mengenal dan memahami orang lain dengan lebih baik juga.
Masa muda juga adalah masa-masa menuntut ilmu dalam kegiatan studi berbagai jenjang baik formal maupun informal. Kegiatan belajar memerlukan konsentrasi yang tinggi sebagai bagian persiapan masa depan yang baik. Di masa muda kita mulai belajar berdisiplin membagi waktu dan mengelola tugas-tugas dengan baik. Jika ketrampilan ini masih dipelajari, sementara sudah sambil membuat berbagai komitmen dalam berpacaran, maka kesempatan berharga untuk belajar dan mengembangkan diri tidak termanfaatkan dengan optimal.
Sambil menjalin persahabatan dengan banyak orang, termasuk dengan lawan jenis, kita belajar bergaul dengan berbagai karakter sesama manusia. Kelak, jika kita sudah siap secara mental untuk mengikatkan komitmen pada satu orang, kita bisa lebih menghargainya sebagai seorang sahabat yang baik untuk dikasihi dengan tulus, karena pada dasarnya perkawinan adalah juga penyatuan dari dua sahabat baik.
Pergaulan yang sehat mendewasakan kta, melatih kita untuk menyaring dengan bijaksana, pribadi yang sesuai dengan jati diri kita untuk menjadi pasangan hidup kita kelak. Tidak cepat-cepat memutuskan untuk pacaran dengan seseorang memberi kita kesempatan untuk menilai dengan objektif, bagaimana kepribadian teman kita, terutama imannya (apakah ia takut akan Tuhan dan menghormati hukum-hukum-Nya). Untuk mengevaluasi temperamennya dalam mengatasi konflik, tanggungjawabnya dalam tugas sehari-hari, dalam komunikasinya dengan orangtua dan keluarga, apakah ia orang yang dapat dipercaya, apakah ia tekun dan sabar, dan lain-lain. Lalu kira-kira bagaimana semua itu berpadu dengan karakter dan kepribadian kita sendiri. Kalau sudah cepat-cepat memutuskan pacaran, bisa jadi evaluasi kita sudah tidak terlalu objektif lagi.
Dan akhirnya tentang menunggu, kita telah mengerti sekarang, adalah sangat penting untuk menunda melakukan relasi seksual dengan pacar kita. Karena relasi seksual seperti berciuman, saling meraba, dan apalagi hubungan selayaknya suami istri, adalah hadiah Tuhan bagi manusia untuk dibuka pada saat yang tepat, yaitu setelah menjadi pasangan suami isteri yang sah yang dikuduskan oleh Sakramen Perkawinan di Gereja Katolik. Dengan mengingat selalu kasih Tuhan yang menginginkan segala yang terbaik dalam hidup kita, kita akan disibukkan oleh kegiatan saling mengenal secara sehat dan berkegiatan bersama-sama untuk memuliakan nama Tuhan yang begitu mengasihi kita. Jangan berikan waktu untuk yang lain, dan mengurbankan masa muda kita dan masa depan kita hanya untuk mencoba-coba kenikmatan sesaat yang melepaskan kita dari cinta kasih sejati yaitu cinta kasih Allah. Adalah indah untuk menunggu, dan menunda membuka hadiah Tuhan itu hingga hari pernikahan kita tiba. Mengikuti ajaran Tuhan, membuat pacaran menjadi semakin manis, sampai ke pernikahan kelak. Kata orang kesabaran itu pahit, tetapi buahnya manis. Dan pacaran makin terasa selangit, karena kita bahkan juga memperoleh hadiah pengendalian diri, yang menguatkan perjalanan hidup kita selanjutnya bersama pasangan yang kita cintai. Renungkanlah anjuran St Paulus yang membekali kita untuk membuka hadiah terindah Tuhan itu pada waktunya serta semangat dari kitab Mazmur, untuk menguatkan kita selalu:
Rm 12 : 1,2, “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Ef 5 :8, “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang”
Mazmur 119: 9,11, “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu. Dalam hatiku aku menyimpan janji-Mu, supaya aku jangan berdosa terhadap Engkau
Salam Damai…
Saya telah berpacaran dengan seorang cowok Pantekosta selama 3 tahun lebih. Kami menjalani proses pacaran dengan komitmen juga keseriusan meskipun saya belum mengenal keluarganya secara langsung. Dalam kehidupan beragama saya amati dia jarang ke gereja juga sepertinya tidak mengimani Tuhan Yesus dengan sungguh-sungguh karena yang saya tangkap dari cara dia berbicara tentang agama, dia berpikir nanti juga akan pindah menjadi Katolik jadi tidak pergi ke gerejanya tidak masalah. Dia sangat serius dengan saya, dia juga mengatakan jika nanti saat kita akan menikah dia akan pindah menjadi Katolik. Saya jadi bingung apakah keputusannya nanti itu benar atau salah, apakah saya salah juga? Bagaimana menurut Bapak?
Shalom Stevaniansella,
Saat ini karena kekasih Anda nampaknya sedang mengantisipasi untuk berpindah gereja sebagai salah satu wujud keseriusannya dengan Anda, maka sebenarnya Anda justru sedang mempunyai kesempatan yang luas dan baik untuk membawa kekasih Anda lebih dekat kepada Kristus melalui gereja-Nya, Gereja Katolik. Ajaklah dia mengikuti Misa Kudus setiap hari Minggu dan bahkan Misa harian, sambil menerangkan hal-hal yang ingin dan perlu diketahuinya di dalam Ekaristi. Perkenalkan doa-doa devosi kepada Bunda Maria dan para Kudus, untuk menguatkan iman kepada Tuhan. Baik juga membaca kisah-kisah para Kudus, mengajaknya mengenal ajaran-ajaran Bapa Gereja Katolik yang sangat membangun iman misalnya tulisan-tulisan Bapa Suci Fransiskus, keindahan pengajaran Bapa Paus Yohanes Paulus II dalam Teologi Tubuh (Theology of the Body), dan juga mengajaknya hadir dalam acara-acara OMK di Gereja Katolik.
Idealnya motivasi menjadi Katolik adalah karena sungguh mengasihi Kristus dan keinginan untuk mengikuti seluruh ajaran-Nya. Namun memang sering motivasi ini tidak langsung ada tetapi didahului keinginan mengikuti Gereja pasangan. Mungkin ini yang ada pada pemikiran pasangan Anda. Namun tak apa, sebab jika Anda dapat memperkenalkan iman Anda dengan baik dan tanpa memaksa, mungkin pasangan Anda dapat menjadi lebih tertarik untuk mempelajarinya dan melaksanakannya.
Di atas semuanya bawalah dalam doa-doa Anda agar Tuhan Tritunggal campur tangan di dalam setiap tahap pengenalannya kepada Gereja-Nya serta untuk menjaga hubungan kasih dan iman Anda berdua. Semoga Tuhan membuka jalannya bagi Anda jika memang pasangan Anda itu adalah jodoh Anda dan Anda berdua dapat semakin dipersatukan dalam satu iman, dan satu Gereja.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Triastuti dan Ingrid Listiati-katolisitas.org
Terima kasih atas artikel di atas terutama bagi yang membuatnya dan membuat pikiran saya menjadi terbuka sehingga menjadi dasar saya untuk masa depan..
Jujur, sebenarnya saya bingung mau memulainya dari mana.. Saya pernah melakukan pendekatan dengan seorang gadis (Kristen), saat itu bisa dibilang kami cukup dekat. Pada suatu saat, saya mengungkapkan isi hati saya ke gadis tersebut dan mengatakan bahwa telah memiliki seorang (pria) pacar, saya menerimanya hal tersebut. Bagi saya, bisa bertemu, kenal bahkan dekat dengannya sudah merupakan sebuah anugerah. Saya pernah mendapat kabar dan gadis itu mengatakan yang intinya bahwa hubungannya dengan parcarnya tersebut sedang tidak sehat. Ketika saya ingin berusaha lebih tahau, gadis tersebut tidak mau menceritakan lebih lagi, berusaha mengalihkan pembicaraan.
Beberapa hal yang saya sukai/kagumi dari gadis tersebut merupak seorang yang tangguh, mandiri, berpendirian teguh, rajin, suka/sering ikut Pendalaman Alkitab, ibadah dan puasa sabat, ya selain itu juga dari segi penampilan fisiknya. Akan tetapi, hal itu yang saya rasa, sudah mulai hilang dari diri gadis tersebut. Yang saya ketahui sejak gadis tersebut kenal dengan seorang gadis lain (yang saya ketahui berpenampilan tomboy, muslim), kurang lebih sejak pertengahan tahun 2013 (sekitar bulan Juli), gadis yang itu sedikit berubah. Gadis tersebut sekarang lebih banyak jalan/bermainnya. Dan selain itu juga, saya rasa hubungan saya dengan gadis tersebut (walaupun sekedar teman) sedit mulai terasa berbeda, ada semcama keranggangan. Saya menceritakan kondisi tersebut dengan sahabat saya (muslim) yang kebetulah diberi anugerah ‘kemampuan’ lebih, sahabatnya mengatakan bahwa gadis tersebut sedang asik di dunianya. Saat itu saya berpikiran positif kalau gadis tersebut memang sedang aktif dalam bidang tulis-menulis.
Akhir bulan Febuari/akhir bulan Maret ini, saya iseng mencoba buka akun email gadis tersebut dan ternyata dalam email tersebut ada balas-membalas email antara gadis tersebut dengan gadis yang satunya yang intinya bahwa sekarang mereka sudah berbeda orientasi seksualnya, menjadi penyuka sesama jenis (lesbian), yang intinya kecewa dengan dengan pacarnya (yang telah menyia-nyiakannya). Email tersebut dikirim akhir Deesember/awal Januari yang lalu, yang di dalam email tersebut mereka telah menjalani hubungan (yang salah) tersebut selama 5 bulanan, dengan demikian sejak gadis yang saya (sempat) sukai mengenal gadis tersebut. Jujur saya kaget, syok bahkan bisa dibilang kecewa. Kalau pun gadis tersebut bisa memperbaikin hubungannya dengan pacaranya ataupun menemukan pria lain, saya bisa menerimanya.
Jujur saya bingung mau melakukan apa, saya memiliki keinginan untuk membantu gadis tersebut keluar dari hubungan (yang salah) tersebut. Saya sudah mengetahui hal tersebut akan tetapi kalau saya menyampaikannya secara langsung apa yang saya ketahui dengan gadis tersebut, saya takut akan tambah memperparah hubungan saya dengan gadis tersebut. Sekarang pun, saya masih sulit untuk menemuinya, saya terakhri bertemu dengannya pertengah Desember tahun 2013, itupun karena saya menghampirinya di suatu tempat, mungkin untuk janjian untuk bertemu,
Saya sempat menceritakan apa yang saya ketahui tetang hal yang sedang terjadi dengan gadis tersebut dengan sahabat saya tersebut, sahabat saya mengatahakn bahwa hal itu hanya semntara, hanya pelampiasan kekecewaan (walaupun dengan cara yang menurut saya salah). Saya juga memohon bantuan doa seorang sahabat saya (muslim), yang sudah saya ceritakan tentang hal ini.
Saat ini mungkin saya hanya bisa berdoa agar gadis tersebut bisa kembali menjadi normal, agar hubungan gadis tersebut dengan gadis yang satunya segera berakhir dan meraka dijauhkan/dipisahkan.
Di sini saya juga memohon bantuan masukan dengan cara apa yang bisa saya lakukan agar gadis tersebut bisa kembali menjadi normal, mohon saran melalui doa bagaimana/apa yang bisa saya panjatkan. Saya juga memohon bantuan doanya kepada semuanya, kepada tim pendoa agar gadis tersebut kembali menjadi normal.
Shalom Antonius,
Memang menjalin hubungan mempunyai banyak liku-liku. Saya tidak tahu bagaimana Anda dapat membaca email dari teman Anda. Namun, dalam hubungan yang baik, kita juga harus menghargai privacy orang tersebut, apalagi belum ada ikatan apapun dengan gadis tersebut.
Hal kedua, kita jangan terlalu mempercayai penglihatan-penglihatan yang sesungguhnya belum tentu benar. Jadi, pada saat ini, bawalah senantiasa teman Anda di dalam doa. Dan pada saat yang bersamaan, Anda tetap dapat menjalin hubungan teman dengan gadis tersebut, dengan harapan, bahwa suatu saat gadis tersebut akan dapat menceritakan kesulitannya dan kekecewaannya. Dan semoga, gadis tersebut dapat juga belajar dari Anda untuk dapat mengasihi dengan tulus. Tantangan bagi Anda adalah untuk belajar menjadi sahabat yang baik. Namun, pada tahap awal, menurut saya, jangan mengharapkan hubungan yang terlalu serius dengan gadis tersebut. Hal lain yang dapat Anda lakukan adalah dengan mengajak gadis tersebut untuk bergabung dalam kelompok doa di dalam Gereja Katolik – kalau dia bersedia. Harapannya, Firman Tuhan dapat juga membantu dia untuk kembali ke jalan yang benar. Semoga apapun yang Anda lakukan dapat juga membantu teman Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Halo Bapak Stef dan Ibu Ingrid
Saya ingin bertanya. Jadi di saat saya kecil (usia saya sekitar 6 tahun saat itu). Saya sedang bermain-main dengan adik saya dan seorang temannya (laki-laki) yang berusia 4 tahun. Lalu saya dan mereka sedang ber-acting layaknya sedang melaksanakan resepsi pernikahan. Kemudian yang ber-acting menjadi pengantin perempuan dan pengantin laki-lakinya adalah adik saya (perempuan) dan temannya (laki-laki). Kemudian saya menyuruh mereka untuk bergandengan tangan dan berciuman seperti sepasang suami istri yang baru saja melaksanakan resepsi pernikahan.
Itu hal yang tiba-tiba teringat di benak saya saat membaca artikel ini. Walaupun hal tersebut sudah bertahun-tahun yang lalu. Namun saya takut jika ternyata hal yang saya lakukan saat kecil itu berdosa. Sebenarnya berdosakah saya saat kecil itu?
mohon bimbingannya. Terima kasih.
Salam kasih
Shalom Godfollower,
Seseorang berdosa kalau melawan perintah Allah secara sadar. Dengan kata lain, seorang anak kecil sekitar 6 tahun belum dapat mengerti baik dan buruk. Oleh karena itu, apa yang dilakukan semasa umur tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai dosa. Yang lebih penting saat ini adalah kehidupan sekarang dan ke depan, yaitu berusaha terus dengan bantuan rahmat Allah agar dapat terus bertumbuh dalam kekudusan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Salam sejahtera
Akhir-akhir ini saya memiliki kebingungan dalam batin saya, saya memiliki pacar dan dia beragama Buddha, kami telah menjalin hubungan selama 1 tahun dari kelas 1 SMA dan sekarang saya dan dia telah duduk di kelas 2 SMA dan di kelas yang sama, sekitar 2 bulan yang lalu saya tiba-tiba mendapat pencerahan iman dan sejak itu saya bertobat dan sangat ingin menjadi hamba Kristus yang setia saya pun mulai sering berdoa yang sebelumnya tidak pernah saya lakukan. Yang ingin saya tanyakan begini sy tiba-tiba melihat sebuah situs Alkitab di mana katanya kita sebaiknya tdk berpacaran dengan orang yang berbeda imannya, tetapi saya menjalin hubungan yg agak lama dan dia sangat mengasihi saya begitupun dengan saya, tetapi saya juga sangat ingin mengikuti kehendak Kristus jadi yang saya ingin tanyakan haruskan saya memutuskan hubungan ini? Mohon bantuannya
Shalom Catherine,
kami turut mensyukuri pencerahan iman yang Catherine alami, yang menimbulkan kerinduan untuk bertobat, terpanggil menjadi hamba Kristus yang setia, serta untuk berdoa dengan lebih intensif kepada Tuhan. Pengalaman dipanggil dan disentuh oleh kasih Tuhan adalah pengalaman yang amat indah dan teramat berharga dalam hidup kita, khususnya di usia Anda yang masih belia. Kiranya Tuhan terus membimbing Anda untuk memelihara api kasih dan iman itu tetap menyala di dalam hati dan membawamu menjadi pewarta kasih setia dan Kabar Gembira Kristus yang penuh semangat dalam kehidupan masa muda Anda.
Mengenai hubungan Anda saat ini dengan pacar yang beragama Budha, ada baiknya Anda bersikap tenang dan santai serta tidak terlalu menjadi beban pikiran. Anda masih sangat belia dan masa muda Anda masih amat panjang. Masa muda adalah saatnya kita membekali diri dengan ilmu dan ketrampilan sebanyak-banyaknya untuk menghadapi masa depan, dan sebuah masa yang sangat baik untuk bergaul secara terbuka dengan banyak orang, sehingga wawasan kita juga jadi lebih luas dan bijaksana untuk kelak menemukan teman hidup yang paling tepat yang akan bersama kita menjalani seluruh sisa hidup kita. Tentunya bersama seumur hidup memerlukan bekal yang serius, supaya kehidupan berdua bisa dijalani dengan ketenangan dan keharmonisan dalam segala hal, termasuk dan terutama juga dalam hal iman. Sebab iman adalah pilar yang paling mendasar dari keseluruhan pribadi seseorang, yang mempengaruhi semua pandangan, pilihan, dan keputusan-keputusan hidupnya. Oleh karena itu menemukan kekasih yang seiman adalah sangat baik dan sangat penting.
Itu sebabnya pacaran beda agama memang dihalangi / tidak disarankan oleh Gereja, karena pertimbangan di atas dan karena akan sangat berpotensi melemahkan iman pihak yang Katolik. Akan sangat baik jika di usia belia ini Anda tidak tergesa mengikatkan diri / berkomitmen kepada seorang tertentu / pacar, termasuk mempertimbangkan kembali mengenai relasi kasih Anda dengan pacar beragama Budha tersebut. Luaskan lagi pergaulan Anda dengan mengikuti kegiatan OMK di gereja, menggabungkan diri dengan kelompok kategorial atau teritorial OMK, melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan gerejawi. Apalagi Anda memang rindu untuk melayani Tuhan dengan lebih sungguh dan bertumbuh lebih kuat dalam penghayatan iman Katolik. Memperoleh pasangan yang seiman memungkinkan Anda bertumbuh semakin kokoh dalam iman Katolik.
Atau silakan menggunakan kesempatan relasi kasih Anda dengan pacar Anda ini untuk mewartakan iman Katolik kepadanya, siapa tahu ia tertarik untuk menjadi Katolik karena kesaksian hidup Anda yang baik dan iman Anda yang teguh penuh kasih. Jika kemudian ia menjadi Katolik, maka Anda berdua dapat kemudian aktif terlibat dalam kegiatan gerejawi, dan dengan prinsip ajaran iman yang sama, semoga kalian berdua dapat sama-sama menjajagi, apakah memang Anda cocok satu sama lain.
Jangan lupa mohon bimbingan Tuhan selalu, bawalah semua rasa perasaan serta semua kebutuhan Anda dengan terbuka dan rendah hati di hadapan Tuhan, Tuhan akan memimpin Anda menemukan pasangan hidup yang terbaik sesuai rencana-Nya yang sempurna bagi Anda dan waktu-Nya yang selalu tepat. Semoga masukan kami ini dapat membantu.
Salam kasih dan doa dalam Kristus Tuhan,
Triastuti & Ingrid Listiati – katolisitas.org
Motivasinya hanya ingin menghabiskan waktu bersama. Namun betul itulah yang terjadi tidak pernah berhubungan badan dan juga tinggal bersama hanya waktu sebentar. Apakah dosa?
[Dari Katolisitas: Pada prinsipnya janganlah kita bermain api. Silakan membaca artikel ini, silakan klik. Adalah lebih baik menghindari kesempatan-kesempatan yang dapat menyeret kepada dosa percabulan, daripada menyesalinya jika kelak hal itu sudah terjadi, walaupun sedari awalnya tidak direncanakan.]
saya senang membaca cerita di atas dan mungkin dapat menjalani dan mempraktekkan cara yang baik untuk muasa mudah dalam berpacaran karena saya pertama kali jatuh cinta atau memiliki perasaan kepada lawan jenis pada saat saya masuk kuliah.
syalom katolitas
disini saya ingin bercerita
saya merasa hidup saya telah rusak semenjak saya berpacaran, awalnya saya sepakat untuk mengikuti suara hati nurani dalam hal berpacaran, namun saya saya, saya terjatuh dalam hal berdosa dikarenakan keinginan daging melebihi keinginan Roh saya, sehingga saya berhubungan intim dengan pacar saya, setelah 1 bulan kejadian itu, saya menyesal dengan perbuatanku, dan saat itu juga hubungan pacaran kami putus, kemudian saya pacaran dengan cewe lain, karena terbawa pengalaman saya, dan saat bertemu pacarku saya selalu ingin menciumnya, sampai saya mengulang hal yang sama lagi, (berhubungan intim) hal itu terjadi, saat itu pula aku tak layak hidup di dunia ini, dan saya seakan tanya, Tuhan bila masih ada pintu pengampunan, ampunilah saya, kalau pintu pengampunan tidak ada untuk sya tolong cabut nyawa saya, karena percuma aku hidup, hanya melukai hatimu.
pertanyan saya adalah
bagaimana cara untuk bertobat, dan menghilangkan nafsu daging yang terlalu kuat…? dan bagaimana cara menjalin hubungan yang harmonis dengan pacar saya karena saya sangat mencintainya…
[Pesan ini digabungkan karena dikirim oleh pengirim yang sama]
saya akan bercrita sedikt
saya merasa tidak sanggup lagi menjalani hidup, semenjak saya bersetubuh dengan pacar, setelah hal itu terjadi ,ketahuan aku, kalau pacarku selingkuhan ,dan saya memutuskan dia, dan sama hal juga terjadi dengan pacar baruku,kami pacaran kurang lebih hanya 3 bulan, krn saya pernah melakukan hal itu dan keinginan dagin melebihi batas,saya bersetubuh dengan pcar baruku lagi, setelah semuanaya itu terjadi aku menyesal, dan saya ingin bertobat, namun saya merasa saya terlalu banyak menipu Tuhan atas janji2ku lewat seuntai Doa, dan saya selalu bertanya pada Tuhan,
Tuhan kalau ,Tuhan masih membukah pintu pertobatan ampunilah aku, bilah tidak cabutlah saja nyawaku, karena aku hidup hanya mengecewakan Hatimu.semunya ini terjadi pada tahun 2013, tahun yang sial bagi Hidup saya.
yang saya mau tanyakan apakah adalah :
1. apakah masih ada pengampunan dari Tuhan bilah kita melakukan dosa yang sama ? kalau Ya, Bagaimana cara mengatasinya/cara bertobat !
2. apakah kalau saya bertobat saya akan kembali ke jalan kebenaran ?
3. bilaman aku mempertahankan pacrku yang kedua, dan natinya kita nika, apakah dosa yang pernah berbuat dengannya dapat diampuni?
Shalom Jhon,
Terima kasih atas keterbukaan dan niat Anda yang besar untuk melepaskan diri dari dosa ketidakmurnian. Banyak orang memang masih bergumul untuk mengatasinya. Niat Anda untuk kembali mengikuti hati nurani sebetulnya sudah setengah perjalanan, tetapi jika tidak didukung kemauan keras dan usaha nyata untuk berubah dengan mengandalkan rahmat Tuhan, memang belum akan bisa tuntas. Kuncinya ada pada diri sendiri. Anda harus memutuskan. Banyak hal harus diputuskan di dalam hidup ini, suka atau tidak suka. Karena jika tidak kita putuskan, hidup kita bisa terkatung-katung, misalnya memutuskan sekolah di bidang apa dan di mana, lalu kemudian segera menjalani apa yang sudah diputuskan itu. Menjauhi dosa adalah suatu keputusan, suatu pilihan sadar. Tidak akan terjadi dengan sendirinya jika kita tidak dengan tegas memutuskan untuk mengatakan tidak pada godaan dosa, dan pada saat yang sama berarti mengatakan, ya Tuhan, aku mau taat dan mengikuti Engkau. Keputusan itu diikuti dengan konsekuensi dan tanggungjawab lanjutannya, yaitu melakukan semua hal yang perlu supaya godaan dosa itu dihindari sejauh-jauhnya dan niat menjaga kemurnian itu terus bisa dipertahankan dan ditindaklanjuti dengan konkret. Dengan kekuatan kita sendiri kita tidak akan dapat bertahan, karena daging kita lemah dan akan cenderung untuk kembali berdosa, seperti yang Anda alami. Tetapi dengan mengandalkan Tuhan, kita akan selalu diberikan kekuatan untuk mampu mengatasi godaan dosa itu, roh kita dikuatkan dan dengan demikian, daging kita pun akan berhasil lulus ujian. Sukacita yang besar akan kita rasakan ketika godaan dosa itu berhasil kita lawan, walau secara daging, kita merasa nggak enak. Memang itu ciri-ciri menang atas daging, secara dunia tidak enak, tetapi secara jangka panjang dan jauh di kedalaman jiwa dan hati kita, kita merasa damai dan sukacita luar biasa. Semua yang dikerjakan oleh Tuhan dan dalam Tuhan selalu memberikan sukacita, kelegaan, damai. Itu buah-buah dari Roh Kudus. Sementara pekerjaan si Jahat adalah kegelisahan, rasa bersalah terus menerus, tidak percaya diri, takut, kuatir, minder, yang semuanya itu bukan rancangan Tuhan bagi umat-Nya. Karena dosa-dosa yang kita perbuat, rancangan damai sejahtera Tuhan bagi kita itu seringkali tidak kita alami.
Setiap godaan dosa dan semua hal yang mengarahkan kita kepada godaan haruslah dibuang tanpa kompromi, dijauhi semua kemungkinan yang membawa Anda kembali kepada godaan itu, bahkan yang terkecil sekalipun, misalnya menghindari sama sekali kesempatan berduaan dengan pacar tanpa ada orang lain. Membuang jauh-jauh pikiran untuk melakukan kegiatan yang bersifat seksual, dan mengisi aktivitas sehari-hari dg kegiatan yang sehat, aktif dan produktif. Ada banyak kegiatan kondusif yang membangun relasi secara sehat di masa pacaran. Mengembangkan hobi, menambah ketrampilan, berdiskusi tentang masa depan, merayakan Misa Kudus bersama dan berdoa bersama-sama, melayani di gereja bersama-sama, sehingga godaan yang datang bisa dilawan bersama juga, yang tentunya jadi lebih berdaya tahan. Terhadap dosa kita harus radikal, tegas tanpa ampun, karena kekuatan si Jahat itu sangat besar, sedikit saja kita memberi dia celah, dia bisa memanfaatkannya dan membawa Anda jatuh lagi dengan mudah. Mengenai bersikap radikal dan tanpa kompromi terhadap dosa, Tuhan Yesus telah mengatakan dengan jelas dalam Markus 9: 43, 45 dan Yohanes 15:2
Jika membaca tulisan Anda, sepintas Anda nampak lebih suka mati daripada berjuang meninggalkan kecenderungan untuk berbuat dosa ketidakmurnian. Ini memang menunjukkan kerinduan Anda yang begitu besar untuk bertobat dan kembali ke jalan Tuhan. Tetapi tentu mati dan hidup bukanlah di tangan kita. Tuhan yang telah memberi Anda hidup dengan segenap kemampuan untuk melawan dosa karena rahmat pembaptisan, tentu ingin Anda berjuang untuk mampu mengalahkan godaan dosa ini. Imanilah bahwa Tuhan sangat mengerti Anda, Ia sangat memahami pergumulan dan perjuangan Anda. Ia turut bersedih bersama Anda manakala Anda merasa putus asa akibat dosa yang sama yang masih Anda lakukan. Tuhan menunggu Anda bergantung sepenuhnya dan terus melekat kepada-Nya lewat berbagai sarana yang telah dicurahkanNya pada kita melalui Gereja-Nya, melalui Ekaristi, doa-doa devosi, persekutuan umat seiman, dan Sakramen Tobat. Kasih pengampunan-Nya tidak terbatas, dan kuasa pengampunan-Nya lebih besar dari dosa-dosa kita yang tergelap sekalipun. Ketika Anda datang dengan niat yang tulus dan kerendahan hati mengakui segala kelemahan Anda di hadapan Tuhan, Ia akan mengampuni dengan kasih yang besar, karena Tuhan selalu menunggu kita untuk kembali. Bertobat sejati terdiri dari dua langkah, yaitu mengakukan dosa kita di hadapan Tuhan dengan penyesalan sepenuhnya, dan yang kedua adalah janji untuk tidak mengulanginya lagi (berjuang untuk bertahan di jalan kebenaran). Kalau hanya salah satu yang dilakukan maka itu belum bertobat sesungguhnya. Sebagai bekal yang akan amat berguna bagi Anda, silakan membaca uraian yang telah dituliskan Pak Stef dan Ibu Ingrid di dalam artikel (silakan klik) Bagaimana melepaskan diri dari dosa ketidakmurnian yang telah menjadi kebiasaan.
Semoga sharing kami ini dapat membantu, selamat berjuang dan Tuhan akan selalu menyertai setiap niat baik dan usaha Anda, doa kami menyertai.
Salam kasih dan doa dalam Kristus Tuhan
Triastuti – katolisitas.org
syalom katolisitas,
saya sedang dekat dengan seorang pria yang bisa dibilang dewasa muda, dya seorang protestan. sejak awal perkenalan kami, kami berkomitmen untuk membawa perkenalan kami ini kedalam hubungan yang lebih serius dalam kata lain pernikahan. singkat waktu suatu hari dia menanyakan satu hal yang benar- benar sangat mengagetkan saya, begini katanya : “ Jika kita menikah nanti mau kah kamu menjadi seorang kristen?” pertanyaan itu benar-benar membuyarkan semuanya.hati saya bereaksi keras menolaknya. tapi disisi lain mulut saya tidak bisa berkata tidak. saya hampir tidak bisa berfikir. yang saya ingat hanyalah kalimatnya pada beberapa waktu lalu bahwa ia pun dulu adalah seorang katholik bahkan sempat menjadi seorang putra altar. Entalah,saya tidak tau apa yang membuatnya membelokkan hatinya, dan dia pun mulai menanyakan apa itu iman katolik yang sesungguhnya dan siapa itu bunda maria yang sangat katolik puja. Jujur saja saya tidak berani berkata banyak, tapi seorang legioner aktif Saya hanya berani menjelaskan bahwa katolik tidak memuja ataupun menyembah maria, melainkan kita menghormati dan meneladani iman yang dimiliki oleh seorang maria. Iman yang luar biasa yang mengajarkan kita untuk berserah kepada Allah secara total. selebihnya saya tidak berani menjelaskan apa-apa lagi.dan kami pun mulai berdebat kecil. Yang saya bingung dia masih suka menyakan hal ini berulang-ulang apakah saya mau menjadi kristen sepertinya.
yang ingin saya tanyakan,
1.bagaimanakah saya menjelaskan kepadanya bahwa katolik adalah satu-satunya gereja yang diciptakan oleh Allah sendiri dan bukan diciptakan oleh manusia? tanpa bermaksud menyudutkan iman yang dia yakini.
2. jawaban apa yang harus saya berikan saat dia menanyakan kembali, keinginannya agar saya menjadi kristen seperti yang diyakininya sekarang ?
3. adakah jalan untuk membawanya kembali dalam iman katolik yang pernah ia yakini sebelumnya?
hal lain yang ingin saya ungkapkan bahwa setiap kali saya mulai memejamkan mata dan berdoa,hal yang saya minta hanyalah agar Tuhan membimbing saya, jikalah memang dia orang yang telah dipersiapkan Tuhan untuk mendampingi saya, biarlah Tuhan bimbing dia untuk membawa saya lebih dekat dengannya tentu didalam iman katolik yang saya yakini. dan biarlah tuhan juga membimbing saya untuk membawanya kembali kedalam iman katoliknya yang dulu.
Shalom Oshine,
Menjadi Katolik, adalah menjadi seorang Kristen yang seutuhnya. Silakan Anda membaca terlebih dahulu artikel ini, Apakah artinya menjadi seorang Katolik, silakan klik.
1. Sejujurnya, Anda perlu meyakininya sendiri terlebih dahulu, bahwa Gereja Katolik adalah Gereja satu-satunya yang didirikan Kristus. Selanjutnya mohonlah doa kepada Tuhan hikmat kebijaksanaan untuk dapat menyampaikannya kepada mereka yang meminta pertanggungjawaban iman Anda.
2. Sebagaimana telah disampaikan di atas, menjadi Katolik itu sudah menjadi Kristen. Malah menjadi Kristen dengan arti yang lengkap, karena ‘Katolik’ sendiri itu artinya ‘seluruhnya, selengkapnya’, yang mengacu kepada Gereja yang mengajarkan seluruh ajaran Kristus, maka tidak hanya ajaran yang tertulis dalam Kitab Suci, namun juga ajaran-Nya dan ajaran para Rasul yang lisan dalam Tradisi Suci. Sejak kapan Gereja disebut Katolik, klik di sini.
Jika Anda pandang berguna, silakan pula membaca banyak artikel di situs ini tentang iman Katolik, atau juga dialog dengan Sherly dan Indah di artikel ini: Mengapa Berpindah dari Gereja Katolik, silakan klik.
3. Silakan membawa keinginan Anda dalam doa-doa Anda, semoga Tuhan membukakan jalannya bagi Anda. Silakan juga membawa intensi Anda tentang apakah dia yang menjadi jodoh Anda. Percayalah bahwa Tuhan akan menyatakan kehendak-Nya, dan Ia akan memberikan yang terbaik bagi Anda, asalkan Anda sungguh berserah kepada-Nya dan mengandalkan Dia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Selamat siang..
Mohon tanggapannya…saya punya pacar dari agama katolik, hubungan kami sudah sangat jauh dan selama 5 bulan setiap kami ketemu selalu meminta hubungan badan, saat itu tiba – tiba dia berubah jadi pemarah, saat saya beritahukan hubungan kami sama keluargaku pacarku ini janji bertanggung jawab sama saya dan akan menikahi saya, tapi berjalannya waktu dia memutuskan hubungan ini, dan bilang tidak bisa lagi melanjutkannya, saya tidak menyangka dia seperti itu, dia bilang dosaku pasti diampuni kalau saya minta ampun sama Tuhan tanpa harus bertanggung jawab sama kamu.
apa benar ajaran katolik begitukah?
merusakin wanita sesuka hati hanya minta ampun dan buang saya kayak sampah?
Shalom Maria,
Ajaran iman Katolik tidaklah demikian, hubungan intim secara fisik yang dilakukan sebelum perkawinan melanggar ajaran Tuhan Yesus dalam Kitab Suci untuk menjaga kemurnian. Menjaga kemurnian di sini adalah kemurnian tubuh, pkiran, dan perbuatan, dan bukan hanya kemurnian diri sendiri tetapi juga kemurnian pacar kita. Tuhan mempertemukan pria dan wanita dalam relasi kasih, karena kasih-Nya kepada kita dan menghendaki kita saling memberikan kasih yang tulus, di mana kasih yang tulus adalah juga diwujudkan dalam menjaga kemurnian pasangan kita dan menjaga keutuhan kesucian yang dikaruniakan Tuhan, sampai tiba hari perkawinan di mana sepasang kekasih disatukan dalam sakramen perkawinan yang kudus. Mohonlah pengampunan dari Tuhan atas apa yang sudah Anda rasakan lalai dalam menjaga apa yang Tuhan percayakan pada Anda, dan mohonlah rahmat dan kekuatan dari Tuhan agar luka hati Anda dipulihkan oleh kasih setia Tuhan sehingga Anda dapat mengampuni pacar Anda itu dan diri Anda sendiri. Doakan dia agar Tuhan menyentuh dan membuka hatinya supaya bisa mengalami kasih-Nya secara penuh sehingga ia mampu memberikan kasih yang tulus kepada orang-orang di sekitarnya terlebih kepada kekasihnya. Jika Anda juga seorang Katolik, datanglah kepada pastor untuk menerima Sakramen Pengakuan Dosa, karena melalui ketaatan dan pertobatan itu, Anda memberi kesempatan seluas-luasnya kepada kasih Tuhan untuk bisa berkarya dengan bebas di dalam diri Anda dan memulihkan Anda sepenuhnya, karena Tuhan mampu dan rindu untuk memulihkan Anda sepenuhnya. Semoga di masa mendatang Anda dikaruniai kekasih yang sungguh mengasihi Tuhan dan mengasihi Anda dengan setulus hati, mungkin juga bisa dengan kekasih yang sama jika ia memberi kesempatan untuk rahmat pertobatan Tuhan memulihkan dirinya. Doa kami menyertai Anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Triastuti – katolisitas.org
Shalom..
Selama pacaran atau dekat dengan cowok saya kadang melakukan hal yang menjurus ke seksualitas (walau tidak berhubungan badan), tapi saya sungguh menyesal dan tidak ingin mengulanginya lagi. Saat ini saya sedang dekat dengan cowok Protestan dan keluarganya sudah cocok dengan saya. Mohon didoakan agar saya tidak terjerumus ke pacaran yang tidak sehat lagi dan diberikan jalan karena saya ingin menikah secara Katolik dan menjadi keluarga Katolik seutuhnya. Terima kasih.
[dari Katolisitas: kami turut mendoakan Anda, semoga Tuhan memberkati dan menyertai usaha Anda dalam melaksanakan niat Anda yang mulia untuk menjalani masa pacaran yang sehat dalam semangat menjaga kemurnian, hingga Anda menikah kelak dan membangun keluarga Katolik seutuhnya dalam semangat yang sama. Sebaiknya Anda menerima Sakramen Tobat dan terus menimba kekuatan kasih Tuhan dalam Ekaristi dan doa devosi, dengan demikian Anda makin dikuatkan untuk menjalani hidup yang baru dan diteguhkan selalu dalam semangat kasih dan teladan Kristus]
Syalom katolisitas,
Yang ingin saya tanyakan, namun maaf kalau terkesan aneh. Bagaimana jika sepasang kekasih tinggal dalam satu rumah namun tidak sampai berhubungan badan, mungkin hanya berciuman saja dan sisanya hanya ngobrol nonton bersama makan sama2 tidur terlelap sama2. Apakah itu dosa?
Thanks
[dari Katolisitas: tinggal dalam satu rumah dan maka berbagi hidup keseharian sampai hal-hal yang paling kecil adalah kehidupan yang dijalani pasangan yang sudah menikah dan dikuduskan di dalam Sakramen Perkawinan. Sepasang kekasih yang belum resmi menikah tentu dipertanyakan motivasinya, mengapa harus tinggal serumah, karena memang belum waktunya dan tidak pada tempatnya, sehingga sesungguhnya hal itu melanggar baik norma moral maupun ajaran iman kita (karena sangat berpotensi menimbulkan perbuatan dosa). Menjaga kemurnian akan sangat sukar dalam keadaan satu rumah dan tidur bersama dalam satu ruangan, karena sifat dasar manusia (daging) yang lemah dalam mengontrol hawa nafsu terutama dalam masa-masa berpacaran. Maka sebaiknya sepasang kekasih tidak tinggal dalam satu rumah sampai hubungan keduanya disahkan dan dikuduskan dalam Sakramen Perkawinan]
selamat malam kak..
saya mau bertanya
saya punya pacar yang sangat minderan, sangat pesimis, terlalu ssering berpikir negatif… dia suka mengeluh, ttapi ktika aku semangati ataupun tegur ataupun beri pengertian, dia malah marah.. apapun yg kukatakan, dia slalu menganggap aku jahat.. misalkan dia lgi takut, aku bilang sabar ya, ada Yesus disisimu, Dia sayang kmu, pasti DIa menemani kmu…
dia malah mengatakan aku tidak mengerti.. malah dia merasa aku aneh, dan dia merasa benar” hancur, seakan” seluruh dunia tidak bisa mengerti dia lgi..
Aku bingung harus bersikap seperti apa.. aku support, dia berpikir negatif, aku diam, dia berpikir aku gak peduli
Lalu aku membaca satu perikop ayat dri buku harianku, AMSAL 18, mengenai org bebal.. dan (maaf menjudge) aku jdi merasa bahwa pasanganku adalah org yg bebal
Pertanyaanku :
1. Apa yg hrus kulakukan utk menghadapi pasanganku dengan sikap”nya yg seperti itu?
2. terlepas dri masalahku, bagaimana menghadapi orang bebal (seperti yg dituliskan pada amsal 18:2,6,7)
Mohon bantuannya, terima kasih, Tuhan memberkati
Shalom Rafael,
Adalah baik bahwa Anda peduli kepada situasi yang dialami pacar dan selalu berusaha untuk menunjukkan kepedulian Anda dengan mencoba menyemangati dan mendampinginya. Namun jika ia nampak selalu menolak saran dan support Anda, mungkin ada suatu permasalahan yang lebih dalam yang membuatnya sering gelisah atau sulit merasakan ketenangan. Menurut pengetahuan dan pengamatan Anda, masalah apa yang lebih mendasar di dalam dirinya yang membuatnya sering merasa minder dan berpikir negatif? Apakah ada pengalaman masa kecil yang tidak menyenangkan, pengalaman penolakan atau pengalaman kegagalan yang membekas di sekolah atau di rumah, dan bagaimana relasinya dengan kedua orangtua dan saudara-saudaranya? Lalu, apa sajakah hobinya atau kegiatan-kegiatan yang membuatnya berminat dan bersemangat, mungkin kegiatan serupa itu bisa lebih sering dilakukan bersama? Usaha yang selalunya baik adalah ajaklah ia lebih banyak mengenal dan mengalami kasih Kristus, melalui kegiatan-kegiatan rohani seperti merayakan Misa bersama, mengikuti kegiatan mudika di paroki, memperhatikan orang-orang yang membutuhkan perhatian kita, misalnya mengunjungi teman yang sakit atau saudara yang kesepian, mengikuti pendalaman iman dan Kitab Suci, bahkan rekoleksi atau retret lebih baik lagi, karena jika ada luka batin atau permasalahan yang memerlukan perhatian dan penanganan khusus, dapat digali dan diupayakan kesembuhannya lewat konseling dengan pastor, suster atau pembina rohani lainnya dan didoakan oleh dan bersama mereka.
Mengikuti kegiatan rohani bersama teman-teman seiman dalam OMK banyak sekali manfaat positifnya, selain memupuk kasih kepada Tuhan dan sesama, membentuk kepribadian yang beriman, juga membuat kita mengenal beragam karakter manusia. Hal ini diharapkan membuka pikirannya sehingga tidak berfokus pada hal-hal yang negatif saja tetapi juga menyadari banyak hal yang positif dan menyenangkan di dalam hidup ini. Sebagai pacar dan teman terbaiknya, Anda dapat terus mendampinginya supaya ia tidak merasa sendirian memikul beban-bebannya dan mungkin tidak perlu terburu-buru menilainya sebagai orang yang bebal. Ya, seperti juga yang Anda tuliskan, bahwa hal itu kurang lebih seperti menghakiminya dan tidak membawa manfaat apa-apa untuk dirinya, malahan mungkin membuatnya merasa semakin tidak percaya diri.
Sebelum kita menilai seseorang dengan karakter tertentu, misalnya bebal itu tadi, banyak aspek atau pengalaman hidup dalam diri seseorang yang membuat orang itu menampilkan karakter tersebut. Kita tidak selalu sepenuhnya tahu apa pengalaman atau latar belakang itu, sehingga sebaiknya kita tidak memberikan cap apa-apa, tetapi selalu membuka hati kita untuk membantu dan meringankan beban sahabat dan pacar kita sejauh yang kita mampu. Saya rasa itu sikap yang sehat yang diajarkan Kristus kepada kita.
Mohonlah bantuan Tuhan untuk bisa menjadi teman yang baik bagi pacar Anda itu dan dilengkapiNya untuk menjadi salah satu kepanjangan tangan Tuhan untuk membantu pacar Anda itu agar masalah yang dihadapinya menjadi lebih ringan dan terpecahkan dan ia menjadi lebih gembira dalam menjalani hidupnya di masa mudanya bersama Anda, bersama keluarga, dan teman-teman yang lain. Semoga membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan
Triastuti – katolisitas.org
Menurut saya pacar anda bukanlah orang yang bebal.
Saya yakin ada alasan yang menyebabkan pacar anda seperti itu. Saya menyatakan ini karena, tidak ada seorang manusia pun yang mau/menikmati menjadi orang yang minderan, pesimis, suka mengeluh, suka marah dan lain sebagainya. Tidak ada manusia yang tidak mau dikasihi dan diberi perhatian. Saya pikir ini hal yang pasti.
Saya setuju, memang ada sesuatu yang belum anda mengerti dari pacar anda. Saya juga yakin dia tidak akan mudah menjelaskan semuanya kepada anda. Dia mungkin belum yakin anda mampu menerima dia dengan penjelasan yang nanti akan dia berikan. Karena seperti yang anda jelaskan bahwa dia merasa benar” hancur.
Mungkin inilah tugas anda, anda harus membuktikan bahwa anda benar-benar mengasihi dia. Anda harus membuktikan bahwa anda benar-benar bisa menerima dia. Dengan beginilah kemudian dia akan menjadi pribadi yang lebih percaya diri, dan anda akan bisa mengajari dia banyak hal.
Terakhir, dia sangat membutuhkan anda. Dia merasa bahwa “seluruh dunia tidak bisa mengerti dia lgi..”, dan orang seperti andalah yang mampu memperbaiki pandangan dia ini. Andalah yang mampu mengajari dia banyak hal yang baik. Kalau anda meninggalkan dia, maka dia akan semakin sangat sangat yakin bahwa “seluruh dunia tidak bisa mengerti dia lgi..”.
Sekali lagi, dia sangat membutuhkan anda. Saran saya, anda harus membuktikan bahwa anda mengasihi dia. Anda juga harus meyakinkan dia, bahwa Tuhan mengasihi dia. Kasihi dia, dia anak yang baik.
Maaf kalau saya sepertinya sok tahu. hehe
Salam.
Tuhan memberkati kita semua.
Shalom tim katolisitas, saya ingin bertanya apakah berciuman di bibir selama masa pacaran itu berdosa? Karena ketika saya menolak melakukannya, saya dimarahi dan dituduh sok suci. Mohon penerangannya…
Shalom Rudolf,
Terima kasih untuk pertanyaannya ini, ada keinginan di hati Anda untuk mencari tahu apa yang baik untuk diupayakan demi menjaga kemurnian di masa pacaran dan itu amatlah baik. Ya, adalah sangat bijaksana untuk mengantisipasi supaya kita bisa mempertahankan kemurnian selama masa pacaran. Dorongan seksual di masa pacaran sangatlah tinggi sehingga kontak fisik yang bersifat intim sebaiknya dihindari sebelum terlanjur mengarahkan kita untuk berbuat lebih jauh. Jika sudah mulai melakukan kontak fisik yang sifatnya intim, akan lebih sulit untuk mundur dan kembali kepada relasi tanpa kontak fisik berlebihan. Ciuman pada bibir adalah kontak yang sangat berpotensi mengarahkan kita untuk lebih jauh lagi melakukan tindakan intim secara fisik, maka sebaiknya ciuman di bibir dihindari sebaik-baiknya. Jika itu tetap dilakukan padahal kita sudah tahu resikonya yang bisa menjatuhkan kita dalam usaha menjaga kemurnian, maka hal itu bisa dikategorikan sebagai dosa.
Kontak fisik secara intim, termasuk ciuman di bibir, sebenarnya membawa manusia kepada relasi yang lebih dalam, menyentuh jiwa (batin) dan melahirkan ikatan batin yang khusus dengan orang tersebut. Badan dan jiwa manusia adalah suatu kesatuan utuh yang saling mempengaruhi. Nah, tentunya ikatan batin yang khusus semacam itu selayaknya hanya disharingkan dengan pasangan hidup kita, yaitu orang yang sudah dikaruniakan Tuhan menjadi suami atau istri kita dan dikuduskan oleh rahmat kasih-Nya melalui Sakramen Perkawinan. Menjaga kemurnian selama masa pacaran sebenarnya suatu langkah awal menjaga kemurnian dalam perkawinan kita kelak. Apalagi pacar kita saat ini belum tentu menjadi pasangan hidup kita nanti, bukan? Masa pacaran adalah masa penjajagan, masa saling mengenal pribadi satu sama lain secara sehat dan produktif, bukan (dan belum) merupakan masa saling mengikatkan badan dan jiwa karena itu belum waktunya dan baru bisa dialami kalau pacar kita itu akhirnya kelak menjadi pasangan hidup kita dalam Sakramen. Ada banyak aspek lain yang lebih penting yang harus mendahului bentuk ikatan yang intim itu untuk diupayakan selama masa pacaran. Pembelajaran untuk saling menahan diri, saling mengingatkan, saling menjaga untuk bertindak dalam batas-batas kemurnian yang diperkenankan Tuhan itu justru salah satu aspek terpenting untuk diusahakan, dorongan seksual dilatih untuk dikendalikan, bukan untuk dilepaskan lalu menguasai kita. Pengendalian diri itulah justru kekuatan relasi Anda berdua.
Memang sebagai pengikut Kristus umumnya kita akan selalu berbeda dengan dunia di sekitar kita. Mungkin kita akan dicemooh, dianggap kuper, ajaib, atau cibiran lainnya. Tuhan Yesus sudah selalu mengatakan hal itu, dan Ia bahkan sudah sangat banyak mengalaminya sendiri. Tetapi kita tahu di hati kita bahwa kita sudah memilih yang benar, yang baik serta yang setia kepada Tuhan. Itulah sesungguhnya yang membawa kepenuhan dan kedamaian di hati kita dan hati sesama juga pada gilirannya. Dunia ini perlu perubahan dari “orang-orang aneh” pengikut Kristus seperti kita-kita yang dipanggil ini, yang selalu berusaha untuk bertahan dalam ketaatan dan kasih yang penuh pada Tuhan, untuk melawan arus kenikmatan dan kesenangan sesaat yang gencar ditawarkan oleh dunia. Akhir (masa depan) dari semua bentuk ketaatan kepada Tuhan adalah kebaikan dan kehidupan, sedangkan masa depan dari kesenangan duniawi sering sekali kesedihan dan penyesalan.
Juga penting untuk mengingat bahwa kita tidak sendiri dalam perjuangan kita, kalau kita terus datang kepada Tuhan, pertolongan dan penyertaan-Nya tidak pernah terlambat dan selalu siap menguatkan kita. Mari menjadi agen perubahan yang berani untuk mengatakan tidak dan berani tampil beda.
Pacaran yang sehat membuat kita kreatif, tidak sekedar mengikuti arus kesenangan sesaat yang dilakukan oleh kebanyakan teman. Misalnya daripada menyatakan kasih dengan berciuman, bisa dipilih cara yang lebih sehat namun justru menyatakan bahwa afeksi kita kepada pacar kita adalah bentuk ketulusan cinta yang hakiki, bukan sekedar nafsu badani. Misalnya melalui pandangan mata penuh arti dan sayang, melalui sebuah surat atau puisi yang ditulis dengan indah penuh rasa, melalui mengirim suatu hadiah kecil yang disukainya, melalui membantunya mengerjakan hal-hal yang sulit bagi dia, melalui kehadiran kita di sisinya pada saat ia sedang sangat membutuhkan kekuatan, melalui waktu untuk bersamanya saat ia sedang ingin ditemani, melalui memberi kata-kata semangat dan harapan, atau kata-kata pujian yang tulus yang memberi semangat baru dan meningkatkan rasa percaya dirinya, melalui sikap-sikap rela berkorban pada saat ia sungguh memerlukan bantuan. Nah, bagaimana menurut Anda, apakah kiranya hal-hal itu memberikan efek ungkapan cinta yang lebih penuh dan hakiki daripada berciuman di bibir? Menurut saya iya dan saya rasa Anda pun menyetujuinya.
Kalaupun ingin dinyatakan dengan sentuhan fisik, kita bisa memilih kontak yang aman namun tetap berkesan. Bisa dilakukan dengan kecupan di dahi, membelai rambutnya dengan semangat kasih tulus dan semangat saling menjaga, bergenggaman tangan, atau merangkul bahu. Hal-hal yang juga bisa dilakukan di antara dua sahabat baik. Ya memang masa pacaran pertama-tama adalah untuk menjadi sahabat bagi pacar kita. Sahabat yang sejati selalu ingin untuk menjaga dan mengusahakan yang baik demi masa depan berdua yang cerah dan penuh harapan dalam kasih Tuhan. Mungkin baik jika Anda dapat mengajak pacar Anda untuk dalam suasana yang santai membicarakan hal-hal di atas, semoga pikirannya dapat terbuka dan ia juga bisa memandang sikap Anda dengan cara yang baru serta menghargai keputusan Anda. Sebelumnya, jangan lupa mohonlah bimbingan Tuhan untuk membuka dan menerangi hati dan pikirannya.
Sebenarnya, jika berdua dengan pacar sudah sama-sama punya komitmen untuk saling menjaga, maka pacaran sehat tanpa ciuman bibir dan kontak fisik yang intim itu justru sangat indah, karena ada makna kasih sejati yang berkesempatan untuk tumbuh di situ, dan jangan lupa selalu libatkan Tuhan dalam setiap perjuangan Anda, Ia ada di sini, dekat Anda, tidak pernah jauh. Semoga bermanfaat dan selamat menikmati masa muda bersama Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan
Triastuti – katolisitas.org
terima kasih banyak ibu cecilia atas jawabannya,,mohon doanya selalu.. :)
[dari Katolisitas: Ya Rudolf, akan kami bawa dalam doa-doa kami]
Saya mengusulkan juga dengan pemikiran saya ini, alangkah baiknya kita juga bisa menjelaskan komitmen kita sebelum berpacaran (masa PDKT) untuk melanjutkan tahap yg selanjutnya yaitu pacaran yg kudus misalnya contoh konkrit, saat PDKT setelah mengenal lebih dekat, kita bisa berdiskusi dan menjelaskan komitmen kita di dalam pacaran kudus. Menurut saya ini sangat baik untuk tahap selanjutnya, jadi kita bisa tahu apakah “dia” bisa menerima saya, begitu pula saya juga mengetahui dan belajar bisa menerima “dia” sekaligus kita bisa menanamkan pacaran kudus ini. CMIIW
Thankyou Katolisitas
God bless us!
[dari Katolisitas: terima kasih atas sharing dan masukan yang baik ini]
Shalom Katolisitas….
Terimakasih atas artikel yang sangat keren ini :)
Hanya sekedar sharing saja, memang di masa ini ‘pacaran’ sudah bergeser pengertiannya. Dari sekedar mencari status agar tetap dibilang gaul sampai sebagai sarana pelampiasan hawa nafsu badan para muda-mudi.
Untuk saya yang telah berada di masa awal kedewasaan, jomblo dianggap aneh. Belum pernah berciuman dianggap polos, merasa risih saat dirangkul oleh lawan jenis dianggap kolot.
Padahal saya hanya berusaha menjaga diri, dan karena saya memandang bahwa pacaran bukanlah sekedar main-main, tapi merupakan proses penting sebelum pernikahan.
Dan setelah ‘nyasar’ di artikel ini saya semakin teguh dalam pemikiran saya. Tapi saat ini sangat sedikit muda-mudi yang sepemikiran dengan saya, hanya beberapa dari teman saya yang sependapt dengan saya. Mungkin karena media-media terutama tayangan televisi dan film, para muda mengartikan bahwa mengumbar nafsu badan adalah sesuatu yang keren dan wajar dilakukan.
Semoga banyak para muda mudi / orang muda katolik yang menemukan dan membaca artikel ini, sehingga mereka dapat semakin dekat dengan Kristus dan menjalani pacaran yang sehat.
Amin.
[dari Katolisitas: Terima kasih untuk sharingnya, Leonila, semoga usahamu untuk terus bersama Tuhan menjadi semangat kasih bagi teman-teman yang lain, saling meneguhkan dalam memperjuangkan nilai-nilai kebaikan dan kemurnian yang Tuhan ajarkan dan bersama-sama menemukan keindahan dan sukacita sejati yang Tuhan sediakan di balik semua perjuangan itu. Tetaplah mengandalkan Tuhan dan kasih setia-Nya dalam menjalani masa muda, semoga Tuhan berkati sepenuhnya]
perkenalakan saya fredy, saya juga perna menjadi putra altar/misdinar
masalah berpasaran , saya mulai belajar berpacaran dari SMK kelas 2, saat itu saya tidak berani mendekati pada wanita namun , saya memberanikan diri saya, satu bulan berjalan pacaran, saat2 berjumpah dengannya semakin tertarik padanya, samapi pikiranku telah dikuasainya, saat itu juga aku bersama pacarku berciuman ,hal itu saya baru terima dari pacar saya, sampai pikiranku membawah saya sampai hal nafsu ,namun saya menolaknya,
saya memutusin sama dia dan saya pacaran lagi sama yg lain, saat itu iman saya jatuh dan berhubungan tubuh dengan bersamannya.
yang saya mau bertanya disini ialah apakah ada kesempatan lagi untuk bertobat ,dan kembali pada jalan -Nya ?
[Dari Katolisitas: Jika Anda sungguh bertobat, tentu Tuhan akan mengampunimu. Silakan mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa. Silakan membaca terlebih dahulu beberapa artikel terkait dengan topik ini:
Kemurnian di luar perkawinan
Penyesalan karena telah berhubungan intim sebelum menikah
Nasihat terhadap percabulan ]
Saya sedang mengambil masa discernment sebelum berlanjut ke tahap pacaran. apakah yang harus dilakukan agar masa discernment ini berjalan dengan baik? selain saling mengenal satu sama lain.
Shalom Willy,
Terima kasih atas pertanyaan yang baik ini. Niat Anda untuk melakukan discernment sangatlah baik, sebab proses discernment sesungguhnya mempunyai makna terbuka terhadap semua pilihan (yang sesuai dengan ajaran Tuhan), memasrahkannya kepada pimpinan Tuhan, dan dengan gembira hati menanggapi panggilan Tuhan, apapun panggilan itu.
Pertama-tama dari semuanya, bawalah di dalam doa-doa Anda, mohon Tuhan memberikan penerangan dan kepastian panggilan hidup yang Dia kehendaki untuk Anda jalani, sehingga Anda mantap menjalaninya. Persembahkanlah kepada Tuhan, seluruh aspirasi, cita, dan cinta, agar Tuhan campur tangan sepenuhnya dan menunjukkan jalan yang akan Anda tempuh dalam hidup ini, di dalam kelimpahan rahmat dan penyertaan-Nya. Baik itu hidup selibat untuk Kerajaan Allah, atau hidup berkeluarga. Untuk membantu Anda dalam proses ini, silakan membaca uraian Ibu Ingrid dalam artikel “Menikah atau selibat? (1 Kor 7: 1-40)” Pilihan yang manapun yang Anda ambil, kiranya itu menjadi jalan bagi kekudusan Anda dan kemuliaan bagi Tuhan.
Sangat baik juga jika Anda bisa mengikuti retret pribadi dan retret panggilan, di mana Anda dapat meluangkan waktu sungguh-sungguh untuk berdialog dengan hati nurani, untuk melihat dengan jujur pilihan manakah yang dapat dipersembahkan kepada Allah sebagai ungkapan kasih kepadaNya, apakah dengan membentuk keluarga, atau selibat untuk meluaskan Kerajaan Allah.
Jika Anda telah merasa yakin untuk menjalani hidup berkeluarga, jalanilah masa pacaran dalam penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dengan senantiasa mengutamakan semangat kemurnian sepanjang masa pacaran Anda. Menjalani masa pacaran dalam Tuhan berarti selalu melibatkan Dia dalam setiap proses saling mengenal dengan pacar Anda. Mengusahakan untuk bersama-sama semakin mengenal jalan-jalan Tuhan, mohon tuntunan-Nya untuk taat kepada ajaran-Nya, dan mempersembahkan setiap pergumulan dan tantangan kepada Tuhan supaya masa pacaran berlangsung dengan baik sesuai tujuan hidup berkeluarga kelak dengan saling mengembangkan kasih yang tulus sebagaimana kasih Tuhan kepada kita. Selain untuk saling mengenal, masa pacaran adalah masa belajar membiasakan menyerahkan kepada Tuhan untuk memimpin dan pegang kendali di dalam segala pilihan hidup Anda dan pasangan Anda. Karena Dialah yang seharusnya senantiasa menjadi kepala keluarga yang kelak Anda bangun.
Doa kami menyertai dan salam kasih dalam Kristus Tuhan
Triastuti dan Ingrid Listiati – katolisitas.org
syalom Katolisitas,
saya ingin bercerita sedikit..
saya pernah berpacaran selama 3 tahun lamanya, saya akui selama berpacaran tersebut saya selalu mengikuti hawa nafsu (namun belum sampai ke tahap berhubungan badan). Setiap bertemu selalu ingin memeluk / menciumnya. Setelah kurang lebih 3 tahun berlalu kami berciuman lips by lips untuk pertama kalinya. namun, setelah kejadian itu saya selalu merasa tidak tenang (sampai saat ini). Sehingga kurang lebih 1 tahun yang lalu akhirnya saya putuskan hubungan kami secara sepihak (dalam pemikiran saya, saya takut bila hubungan ini terus berlanjut bukan tidak mungkin persetubuhan itu dapat terjadi).
Yang ingin saya tanyakan, apakah yang saya lakukan ini sudah benar? atau hanya keegoisan diri saya untuk membenarkan diri saya sendiri. Terima kasih sebelumnya, terima kasih
Shalom Andrie,
Terima kasih atas keterbukaan Anda ini dan atas usaha Anda untuk menjaga kemurnian dalam berpacaran. Dorongan seksual di dalam masa berpacaran adalah suatu ujian untuk menjaga kemurnian,di mana kita perlu bergantung sepenuhnya kepada rahmat dan pertolongan Tuhan untuk mampu mengendalikannya dan menyalurkannya secara sehat dan berkenan di hadapan Tuhan. Kita berlatih untuk menguasainya, dan bukan justru dikuasai olehnya. Demi kasih-Nya pada kita dan demi kebaikan kita, Tuhan telah menyatakan kehendak-Nya agar kita mengendalikan hawa nafsu dan menjaga kemurnian tubuh dan pikiran kita.
Bahwa Anda bertekad menghindari kontak ciuman di bibir dalam semangat menjaga kemurnian itu sudah tepat, sungguh patut dihargai, semoga Anda berhasil dan bertekun dalam kasih dan rahmat Tuhan. Namun mungkin harus ada tinjauan yang lebih luas bila untuk alasan menahan diri dan menjaga kemurnian itu Anda lantas memutuskan pacar. Kecuali kalau memang ada alasan lain yang sifatnya prinsip, yang membuat Anda harus memutuskan pacar demi masa depan yang lebih baik bagi masing-masing pihak. Saya tidak mendapatkan informasi lebih lanjut dari Anda. Namun dorongan seksual akan tetap ada, dengan siapapun Anda berpacaran. Maka kuncinya adalah bertobat dan kemudian kembali berusaha bersama rahmat Tuhan, menjaga supaya dorongan itu bisa dikendalikan dengan baik. Mohon bantuan rahmat kasihNya untuk menjaga baitNya yang kudus ini yaitu tubuh kita, dan menjaganya tetap murni hingga hari pernikahan kita kelak, yang semua itu dikehendakiNya demi kebahagiaan kita. Memutuskan pacar secara sepihak tentu dapat melukai hatinya. Jika Anda berdua sebenarnya masih merasa cocok satu sama lain, mungkin lebih baik jika Anda mengajak pacar Anda menyadari indahnya menjaga kemurnian, memberinya pengertian akan ajaran Tuhan tentang kemurnian karena kasihNya kepada kita, dan bersama-sama saling menjaga dan mengusahakan agar masa pacaran Anda selalu diwarnai semangat pertobatan dan kemurnian. Alangkah baik jika Anda mengajak pacar Anda menyisihkan waktu bersama-sama untuk berdoa, mohon kekuatan menjaga kemurnian satu sama lain, kemudian merenungkan Sabda Tuhan, dan sama-sama saling mengingatkan dan mengusahakan untuk menghindari kesempatan yang mendorong timbulnya godaan tersebut. Jika Anda berdua Katolik, Anda juga dapat mengajaknya menerima Sakramen Pengakuan Dosa secara rutin dan mengikuti Perayaan Ekaristi bersama-sama.
Demikian semoga sharing ini dapat membantu. Dan kiranya Tuhan menolong Anda menjalani masa pacaran yang indah dan sehat yang membawa kepada kebahagiaan dan kedamaian sejati bersama dan dalam Tuhan.
Salam kasih dan doa dalam Kristus Tuhan
Triastuti – katolisitas.org
Selamat siang Katolisitas, menanggapi jwbn oleh Katolisitas kpd sdr Jose yg ingin sy tanyakan, apabila beda gereja apakah sama dgn beda agama? seperti saya dgn pasangan saya. Padahal kami berdua sama2 mengimani Kristus, hanya saja beda gereja. Bagaimana menanggapi hal ini? Apa benar seiman blm tentu seagama? dan seagama blm tentu seiman? Terima kasih sebelumnya. Gbu :)
Shalom Agnes Gloria,
Banyak pasangan yang mau menikah tidak menyadari bahwa adanya perbedaan pandangan dalam hal iman dapat mempengaruhi keharmonisan dalam kehidupan perkawinan. Perbedaan pada pasangan yang berbeda gereja tentu berbeda dengan perbedaan pada pasangan yang berbeda agama. Dalam Gereja Katolik kedua keadaan ini dibedakan, walaupun keduanya tetap memerlukan pendampingan. Perkawinan beda Gereja disebut sebagai perkawinan campur, sedangkan yang beda agama disebut sebagai perkawinan beda agama. Katekismus Gereja Katolik mengatakan:
KGK 1633 Perkawinan campur [antara orang Katolik dengan orang yang dibaptis bukan Katolik], yang sering terjadi di banyak negara, membutuhkan perhatian khusus, baik dari pihak kedua mempelai maupun dari para pastor. Dalam hal perbedaan agama (antara orang Katolik dan orang yang tidak dibaptis) dibutuhkan sikap waspada yang lebih besar lagi.
KGK 1634 Kenyataan bahwa kedua mempelai bukan anggota Gereja yang sama, bukan merupakan halangan Perkawinan yang tidak dapat diatasi, kalau mereka berhasil menggabungkan apa saja yang setiap pihak sudah terima dalam persekutuan Gerejanya, dan belajar satu dari yang lain, bagaimana setiap mereka menghayati kesetiaannya kepada Kristus. Tetapi masalah yang berkaitan dengan Perkawinan campur, jangan dianggap remeh. Mereka timbul dari kenyataan bahwa perpecahan umat Kristen belum diatasi. Untuk suami isteri bahayanya, bahwa mereka merasakan tragedi ketidaksatuan umat Kristen dalam inti keluarga mereka. Perbedaan agama malahan dapat memperberat masalah ini. Pandangan yang berbeda-beda mengenai iman dan juga mengenai Perkawinan, tetapi juga sikap semangat religius yang berbeda-beda, dapat menimbulkan ketegangan dalam Perkawinan, terutama dalam hubungan dengan pendidikan anak-anak. Lalu dapat timbul bahaya untuk menjadi acuh tak acuh terhadap agama.
KGK 1635 Sesuai dengan hukum yang berlaku dalam Gereja Latin, maka Perkawinan campur membutuhkan izin eksplisit dari otoritas Gereja, supaya diizinkan (Bdk. KHK, kan. 1124). Dalam hal perbedaan agama dibutuhkan dispensasi eksplisit dari halangan ini demi keabsahannya (Bdk. KHK, kan. 1086). Izin dan dispensasi ini mengandaikan bahwa kedua mempelai mengetahui dan tidak menolak tujuan dan sifat-sifat hakiki perkawinan, demikian pula kewajiban yang dipikul pihak Katolik menyangkut pembaptisan dan pendidikan anak-anak dalam Gereja Katolik (Bdk. KHK, kan. 1125).
Kalau salah satu dari pasangan beragama Katolik, maka pihak Katolik itu berkewajiban memberkati perkawinan tersebut menurut ketentuan Gereja Katolik. Silakan membaca lebih lanjut di artikel ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Katolisitas,
Saya bersyukur adanya artikel ini, dan mengingatkan kembali untuk hidup kekudusan dalam berpacaran, ada beberapa hal yang saya mau tanyakan, saya pernah mendengar dalam berpacaran kudus tidak melakukan kiss lips by lips lebih dari 3 detik, sebenarnya bagaimana pandangan yang baik dan bijaksana, saya memohon bimbingannya. terimakasih Katolisitas, Tuhan berkati
Shalom Stefanus,
Terima kasih untuk pertanyaan aktual ini. Saya juga bersyukur dan mengagumi keinginan Anda untuk mengetahui apa yang baik dan sesuai dengan ajaran kasih Tuhan di dalam masa berpacaran. Tanda kasih kepada kekasih bisa dinyatakan dengan banyak cara, dan masa berpacaran adalah masa yang sangat baik untuk mengembangkan bentuk penyaluran kasih sayang yang kreatif yang tidak selalu harus berupa sentuhan fisik dan apalagi ciuman lips by lips. Pernyataan kasih melalui kontak fisik dengan berbagai manifestasinya akan mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya setelah kita menikah nanti. Keindahan menunggu hingga saatnya tiba yaitu setelah kasih kita dikuduskan Tuhan dalam Sakramen Perkawinan itu akan menjadi kesan indah dan kekuatan yang mendalam jika kita bersabar. Kekuatan yang akan terus kita bawa sepanjang perkawinan kita kelak. Pernyataan kasih secara fisik kelak akan mengikuti dengan sendirinya jika hubungan secara mental dan spiritual sudah terbangun. Ini akan menjadi suatu masa persiapan perkawinan yang kokoh. Bila dalam masa pacaran hanya aspek seksual yang selalu dikedepankan, banyak aspek berharga dari pribadi yang harus dikenali jadi tidak sempat mendapat perhatian yang memadai.
Ciuman di bibir berpotensi menggiring kepada tindakan seksual yang lebih lanjut, karena sifat rangsangannya yang tinggi. Bibir adalah bagian tubuh yang sensitif, sehingga interaksi dengan bibir merupakan interaksi yang sangat intim dari sepasang suami istri yang sudah disatukan dalam Sakramen. Karena juga merupakan bagian tubuh yang pribadi, selayaknya ia mendapat perlakuan dan penghormatan yang lebih, dari kita dan pasangan kita. Jika kita serius ingin mengikuti ajaran kasih sejati dari Kristus dalam berpacaran yang sehat dan tidak melanggar nilai kemurnian yang diajarkanNya, maka sebaiknya ciuman bibir dihindari. Jika hal itu sudah pernah dilakukan, akan lebih sulit untuk bertahan lebih lanjut dalam semangat kemurnian.
Sebagaimana Tuhan sudah mengasihi kita jasmani dan rohani, mari mengasihi tubuh kita dan mengasihi tubuh kekasih kita, dengan saling menjaga dan menghormatinya sepenuhnya, termasuk menahan diri untuk tidak mengeksploitasinya secara seksual, menjaganya tetap utuh dan murni hingga hari pernikahan kita kelak. Dan terlebih karena kasih kita kepada Tuhan, kita menjaga tubuh kita dari kecemaran sebab tubuh kita adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kita dan bahwa kita bukan milik kita sendiri (1 Kor 6:19). St Agustinus pernah mengatakan bahwa Dia (Tuhan) yang menciptakan kamu, adalah satu-satunya Pihak yang paling tahu bagaimana membuatmu bahagia. Maka perintah-perintah Tuhan itu, apapun juga, sebetulnya tujuan akhirnya adalah kebahagiaan kita, sebab Tuhan sangat mengasihi kita. Dengan bebas, mari kita terampil membuat pilihan yang memang berdaya guna dan membawa kebahagiaan yang sejati bagi kita, sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan yang menciptakan kita. Ia yang menginginkan kebahagiaan kita lebih dari diri kita sendiri. Demikian semoga pandangan ini dapat membantu Anda dan semoga Tuhan memberkati.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan
Triastuti – katolisitas.org
Shalom, katolisitas. Saya ingin bertanya megenai berpacaran dengan orang yang tidak mengimani Kristus.
Saya berpacaran dengan seorang yang bukan kristen. Kami benar-benar mengasihi satu sama lain. Awalnya kami sudah begitu dekat bagaikan adik dan kakak. Namun lama kelamaan kami akhirnya menyukai satu sama lain dan kamipun berpacaran.
Dalam hal agama, iman kami sama-sama kuat. Lagipula saya tidak mau kalau dia pindah agama hanya karena ikut-ikut saja dan bukan karena benar-benar mengimani Kristus. Saya sudah beberapa kali mencoba memperkenalkannya kepada Yesus dan meminjamkannya alkitab. Tapi tampaknya hal tersebut tidak begitu menggerakkan hatinya. Karena itu saya mohon bantuan dari katolisitas memberikan masukan atas permasalahan saya ini. Saya juga ingin bertanya bagaimana ajaran gereja mengenai berpacaran atau bahkan menikah dengan orang yang tidak mengimani Kristus
Sekian dari saya. Terima kasih, Tuhan memberkati.
Shalom Jeremy,
Ajaran Gereja Katolik mengenai berpacaran tidak dapat dilepaskan dari ajaran Gereja mengenai keluarga, karena persiapan dan penjajagan untuk membentuk keluarga yang bahagia adalah tujuan yang ingin dicapai sepasang pria dan wanita dalam masa pacaran. Maka sangat baik jika Anda berkenan membaca dan memahami artikel yang disusun Pak Stef dan Ibu Ingrid berdasarkan ajaran Beato Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik yang dikenal dengan” Familiaris Consortio”, silakan diklik di sini, “Dengarlah seruan dari Familiaris Consortio yang telah berumur 30 tahun”
Di dalamnya, Bapa Beato Yohanes Paulus II mengajak kita mengenali dan memahami rancangan serta panggilan Allah yang kudus dan mulia kepada manusia melalui keluarga.
Saya kutipkan lebih lanjut pokok-pokok yang disampaikan di dalam artikel tersebut, yang berkaitan dengan pertanyaan Anda. Saya tuliskan dalam huruf miring di bawah ini.
Perkawinan Katolik merupakan sakramen di mana Kristus hadir. Artinya suami menjadi tanda kehadiran Kristus bagi istrinya, demikian pula istri kepada suaminya. Kalau dalam pembaptisan, kehadiran Kristus ditandai dengan air, dan pada Krisma, tandanya adalah minyak suci; maka di dalam Sakramen Perkawinan, tanda kehadiran Kristus adalah pasangan suami istri itu sendiri. Keluarga disebut sebagai Gereja kecil atau ecclesia domestica. Sebab dengan menerapkan kasih seperti teladan Kristus, keluarga turut mengambil bagian di dalam hidup dan misi Gereja dalam membangun Kerajaan Allah dan menyampaikan kasih Kristus kepada umat manusia.
Tak kurang pentingnya adalah bagaimana pasangan suami dan isteri mendidik anak-anak yang merupakan buah cinta kasih yang dikaruniakan Allah dalam keluarga. Dalam mendidik anak- anak, orang tua adalah pewarta Injil yang pertama kepada anak- anaknya, pertama- tama melalui teladan hidup, melalui doa bersama sebagai satu keluarga, dengan pembacaan sabda Tuhan, dan dengan memperkenalkan anak- anak kepada Gereja-Nya.
Demikianlah martabat perkawinan dan keluarga begitu luhur, karena Allah berkenan menjadikannya sebagai gambaran akan tanda perjanjian antara Allah dan manusia, antara Kristus dengan Gereja-Nya.
Kondisi khusus lainnya adalah pada pasangan kawin campur, yang jumlahnya terus meningkat dewasa ini. Perhatian harus diberikan kepada kewajiban pihak Katolik untuk dapat dengan bebas melaksanakan imannya dan sedapat mungkin membaptis anak- anak dan mendidik mereka secara Katolik. Melalui komunitas Gereja setempat, pihak yang Katolik ini harus dikuatkan imannya, agar sampai kepada pemahaman iman Katolik yang benar dan melaksanakannya, sehingga dapat menjadi saksi yang hidup bagi suami dan anak- anaknya.
Semoga poin-poin di atas dapat menjadi pengetahuan dan permenungan yang baik bagi Anda dan kekasih Anda. Sehingga Anda berdua memahami harapan-harapan Gereja mengenai sebuah perkawinan, seturut kehendak Tuhan yang mempertemukan dan menyatukan manusia dengan kasih-Nya. Saya berharap melalui artikel di atas, Anda memahami hak dan kewajiban yang mengikuti Anda sebagai umat Katolik, dan kemungkinan tantangan yang muncul bila Anda menikah dengan pasangan yang tidak seiman.
Mengenai iman, memang tidak dapat dipaksakan, karena semua itu merupakan rahmat Allah kepada kita untuk menanggapi panggilan-Nya. Tetapi Anda dan relasi Anda berdua ini bisa dipakai Tuhan untuk membuat kekasih Anda mengenal cinta kasih Kristus dan mencintai Kristus, melalui teladan hidup Anda dalam kehidupan sehari-hari, yang bisa ia lihat, alami, rasakan. Sehingga kalaupun ia memutuskan untuk mengikuti Kristus, itu adalah murni karena ia jatuh cinta kepada Kristus, yang Anda wartakan lewat hidup Anda. Jatuh hati kepada Kristus dan ingin menjadi pengikut-Nya adalah keputusan besar yang datang dari rahmat Tuhan dan itu adalah satu-satunya alasan yang paling tepat dan sejati bagi seseorang untuk berpindah agama dan memeluk agama Katolik. Jadi bukan hanya karena ikut-ikut atau supaya bisa menikah dengan pasangan seiman. Walaupun demikian, juga bukan berarti bahwa berpacaran dengan orang yang tidak seiman pasti adalah jalan untuk membuat orang itu menjadi pengikut Kristus. Sebab bisa terjadi justru kita yang akan kehilangan iman kita atau tergerus keteguhan iman kita karena harus berkompromi dengan nilai-nilai hidup dari pasangan yang tidak seiman.
Setelah mengetahui harapan dan ajaran iman Katolik di atas, timbanglah dengan pikiran yang tenang dan jernih serta seimbang dari semua aspek, mengenai gambaran masa depan bersama kekasih Anda. Ukurlah kemampuan, niat, komitmen Anda masing-masing dengan objektif, karena seperti yang dialami banyak pasangan, perkawinan berbeda iman umumnya akan lebih penuh tantangan, yang saat ini mungkin juga sudah bisa Anda bayangkan. Selalu berdoalah memohon rahmat Tuhan untuk menjadi sarana penyampai kasih-Nya bagi kekasih Anda, sambil terus menyerahkan kepada Tuhan semua keraguan dan kekhawatiran Anda. Tuhan selalu hadir dan bekerja lewat semua peristiwa dalam hidup Anda, yang terkecil sekalipun. Maka datanglah selalu dan mohon bimbingan-Nya untuk memutuskan yang terbaik sesuai dengan rancangan-Nya yang sempurna bagi setiap umat-Nya yang mengasihi Dia. Semoga sharing ini turut membantu Anda menyikapi masa depan Anda dalam hikmat kasih Tuhan. Kami turut berdoa bagi Anda. Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Triastuti – katolisitas.org
wah, bagus artikelnya, jarang ne yang beginian, anak muda kristen sering tidak bisa membedakan mana nilai barat dan mana yang kristen tanpa membuat culun akhirnya, tetap jadi diri sendiri tapi takut dan hormat akan Tuhan, hosiana bagi anak muda, amen :)
Shalom..
Sekarang ini banyak di antara kawan2 Katolik saya yang merasa sulit menemukan pasangan sesama Katolik, termasuk saya. Hingga pada akhirnya kami menemukan pasangan yang berbeda iman yang mana malah dikatakan “cocok” dengan kami kecuali hal iman. Sehingga banyak dari mereka yang melanjutkan ke jenjang perkawinan. Jujur saya sangat prihatin. Namun saya sendiri belum sampai ke tahap serius tersebut, masih berharap kemungkinan pasangan saya sejalan dengan iman saya.
Mohon solusinya, bagaimana mengatasi hal serupa..
Terimakasih, Gbu
Shalom Jose,
Menurut saya, alangkah baik kalau bagi yang belum mendapatkan pasangan dapat bergabung bersama-sama dalam satu komunitas orang muda Katolik. Selain mendapatkan pendalaman iman, Kitab Suci, namun juga dapat membentuk komunitas, yang mungkin dapat juga membantu orang-orang yang masih single untuk saling berkenalan. Alternatif lain adalah bergabung juga dalam kelompok kategorial maupun teritorial. Pada akhirnya, seseorang harus menyadari bahwa untuk dapat menempuh bahtera perkawinan dengan baik tidaklah mudah. Pasangan yang mempunyai agama yang sama juga mempunyai kesulitan, apalagi kalau terjadi perbedaan agama. Ketika ada badai yang menyerang bahtera perkawinan, maka janji Sakramen Perkawinan dan juga terus bersandar pada Kristus memberikan kekuatan untuk terus mempertahankan perkawinan dan berusaha membuat kehidupan perkawinan menjadi lebih baik dan indah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
hallo, ada buku nggak yang mengenai pacaran dari Katolik untuk anak muda zaman sekarang? :) lagi nyari untuk dibagikan ke teman-teman.
[dari katoliistas: Anda dapat print artikel ini: silakan klik, klik ini, dan klik ini. Apakah ada pembaca yang tahu buku tentang pacaran sesuai dengan iman Katolik?]
Puji Tuhan,katolisitas membuat artikel ini.
Gaya pacaran dewasa ini pada umumnya sudah sangat mengkhawatirkan.
Iman yg kuat satu2nya benteng kokoh menghadapi godaan2 thd pasangan yg sedang kasmaran.
(sedikit sharing) untuk mengambil keputusan lebih lanjut setelah pacaran,mis:tunangan atau menikah,jangan lupa pula selalu kosultasikan semua keputusan pada Sang Master (Tuhan Yesus),curhatkan semua pada Tuhan,mohon pertanda apakah yang akan kita putuskan nantinya sudah tepat(sesuai kehendakNya) atau belum?
Saya mungkin bisa dibilang ‘korban’ dari kegagalan perkawinan.
Berkah Dalem
[Dari Katolisitas: Namun yang jelas, Tuhan Yesus tidak meninggalkan Anda dan tetap akan menyertai Anda, sejauh Anda mau mengikuti kehendak-Nya. Kegagalan perkawinan dapat terjadi, namun penyertaan Tuhan tidak akan pernah gagal]
Shalom katolisitas,
Ya,saya tetap percaya pd kasih penyertaan Tuhan Yesus dalam setiap kehidupan saya,terimakasih.
Saya jadi ingat kata2 bijak dari kakak ipar saya,” Tuhan memberikan kepada manusia banyak pilihan hidup(membebaskan manusia sebebas-bebasnya),dari yang terbaik sampai yang terburuk. Dan Tuhan akan senantiasa memberkati/menyertai pilihan hidup kita,sekalipun itu (pilihan yg kita ambil) adalah yang terburuk.”
Tuhan Yesus sungguh baik…bahkan teramat baik! :)
BD
C.I.W
maaf sblmnya kl mnrt sy koq prnytaan dri kka ipar anda sdikit mnggelitik pemahaman sy..mnrt sy Tuhan Yesus itu memberikan kebebasan namun dsini pngertianya adlh kebebasan yg penuh kesadaran akan plhn yg kita ambil, kebebasan yg penuh rsa tanggung jwb brdasarkan nilai – nilai iman kristiani yg tlh beliau ajarkan kpd kita..bukan kbebasan dlm pengertian “semau gue” yg brsifat egoistik sesuai dg kehendak daging smata.
Tuhan kita mmg Tuhan yg baik namun bgtu Tuhan jg tdk mentolerir sesuatu yg tdk sesuai dg kehendakNya, dlm pngertian “sesuatu yg buruk” bukanlah hasil karyaNya krna Tuhan itu adalah baik adanya..krna Dia tlh menuntun kita pada jaln yg terang dan di sanalah berkat itu sll melimpah.
syalom
Materi yang sangat menarik buat anak muda.
Buat kaum remaja/muda memang pacaran sangat perlu.
Namun yang penting memang harus bisa berpacaran yang sehat.
Kalau tidak pernah pacaran / langsung nikah tidak bagus juga karena bisa mengalami apa yang disebut regresi (udah punya pasangan, tapi maunya pacaran dengan orang lain). kalau emang udah pengen punya pacar, carilah. kalau udah ketemu pacar, pacaranlah yang sehat, agar saat sudah menikah hanya fokus pada mantan pacar alias pasangan resmi.
syalom katolisitas,
mohon tim katolisitas untuk memberikan artikel seputar pacaran, apa dan bagaimana pacaran yang sesuai dengan iman katolik.
sebab banyak muda-mudi katolik yang belum tahu perihal pacaran dan seringnya hal pacaran ini justru menjerumuskan muda-mudi katolik sendiri.
Tuhan memberkati
[Dari Katolisitas: Silakan membaca artikel di atas, silakan klik]
Comments are closed.