Pendahuluan
Cerita ini adalah yang saya alami pada tahun 2000. Saat itu saya sedang mengunjungi sanak keluarga suami yang tinggal di Jawa Tengah. Suami saya tidak ikut, karena sedang bertugas di luar negeri. Karena hampir semua dari anggota keluarga mereka beragama Kristen Protestan, maka pada hari Minggu terakhir sebelum saya pulang ke Jakarta, mereka mengajak saya ikut kebaktian di gereja mereka. Karena saya pikir saya toh masih dapat mengikuti misa sore setibanya saya di Jakarta, maka saya setuju saja, karena saya tidak ingin merepotkan mereka untuk mengantarkan saya spesial ke gereja Katolik.
Kebaktian berlangsung khusuk. Injil hari itu adalah mengenai “mengasihi Allah dan sesama”, dan Bapak Pendeta mengutip kesepuluh Perintah Allah yang ada di Kitab Keluaran 20. Ayat ke-3 menekankan supaya kita tidak menyembah allah yang lain selain Allah Tritunggal. “Oh, sama dengan ajaran Gereja Katolik”, pikir saya. Namun penjelasan ayat yang ke-4 dan ke-5 membuat saya terhenyak.[1] Saat itu, beliau meminta seseorang untuk memberikan selembar uang kertas sebagai contoh. Katanya perintah Tuhan pada kedua ayat ini seperti halnya uang kertas, harus tercetak di sisi atas dan di sisi baliknya, kalau tidak, uang tersebut tidak berlaku. Maka kedua ayat itu harus diterapkan sekaligus, karena jika tidak artinya kita melanggar perintah Allah. Maka Pak Pendeta mengatakan kita tidak boleh membuat patung yang menyerupai apapun di langit dan di bumi, dan tidak boleh menyembahnya. Dia menyebutkan ‘kekeliruan’ gereja lain (beliau tidak menyebutkan Gereja Katolik) yang mengajarkan bahwa membuat patung itu boleh saja, asalkan kita tidak sujud menyembahnya sebagai Allah. Kemudian, beliau bertanya kepada jemaat, siapa dari antara hadirin yang berpendapat demikian. Hati saya bergemuruh, karena yang saya tahu, yang dilarang adalah membuat ‘patung’ yang kemudian disembah sebagai Tuhan. Jadi, saya memutuskan untuk mengangkat tangan saya, walaupun saya dipandang dengan tatapan aneh oleh banyak yang hadir. Hanya ada dua orang (termasuk saya) yang mengangkat tangan, dari sekitar 400 orang yang hadir. “Anggapan yang keliru”, kata Bapak Pendeta, dan saya bertekad dalam hati untuk menjelaskan hal ini kepadanya setelah kebaktian.
Sayangnya, saya tidak berkesempatan untuk bertemu dengan Pak Pendeta setelah kebaktian. Saya pulang ke Jakarta dengan hati gundah. Satu minggu berikutnya saya isi dengan mempelajari Kitab Suci dan buku-buku ajaran Gereja Katolik mengenai hal patung ini. Minggu berikutnya saya menulis surat kepada beliau, dengan menuliskan ayat-ayat Alkitab yang menjadi dasar bagi Gereja Katolik yang menganggap bahwa membuat patung, memajang patung ataupun berdoa di depan patung bukanlah suatu penyembahan berhala, asalkan kita tidak tunduk menyembah patung itu dan menganggapnya sebagai Tuhan. Sampai sekarang, saya tidak pernah menerima balasan dari Bapak Pendeta tersebut. Namun, saya hanya berharap agar beliau dapat memahami dasar pengajaran Gereja Katolik dalam hal patung ini dan tidak beranggapan bahwa Gereja Katolik mengajarkan sesuatu yang ‘keliru’.
Surat kami kepada Bapak Pendeta
Berikut ini saya sertakan surat kepada Bapak Pendeta tersebut, yang sesungguhnya dapat ditujukan juga kepada siapa saja yang menganggap orang Katolik menyembah patung:
Salam damai dalam kasih Kristus,
Pertama-tama saya ingin mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengikuti Kebaktian Minggu tanggal 17 September 2000, yang bertemakan “Kasihilah Tuhan dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu, dan kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri”.
Saya terkesan dengan kotbah tersebut, hanya ada beberapa bagian yang berbeda dengan pengajaran di dalam Gereja saya, yaitu Gereja Katolik. Memang, Pak Pendeta tidak menyebut langsung ‘Gereja Katolik’ dalam khotbah Bapak, tetapi saya merasa terdorong untuk menjelaskan hal itu mengingat banyaknya kesalahpahaman yang terjadi antara jemaat Kristen Protestan dangan kami umat Katolik.
Dan setelah mendiskusikannya dengan suami saya, maka kami memutuskan untuk menulis surat ini dalam semangat kasih persaudaraan dalam Kristus.
Kami menyadari, bahwa perbedaan adalah hal yang wajar. Dan dengan semangat mencari kebenaran itu sendiri yang berasal dari Tuhan, kami ingin menjelaskan hal-hal dan latar belakang, serta dasar iman Katolik yang berkaitan dengan kotbah Bapak pada saat itu, yaitu mengenai ayat:
Keluaran 20:3-5 (menurut : Lembaga Alkitab Indonesia, 1999)
3)Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
4)Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
5)Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci aku.
Menurut khotbah Bapak, ayat yang ke-4 dan ke-5 tidak dapat dipisahkan, sehingga artinya adalah kita tidak boleh membuat patung, dan tidak boleh menyembah sujud kepadanya.
(Analogi yang Bapak sampaikan pada waktu itu adalah uang kertas dua puluh ribu rupiah yang memiliki 2 sisi). Jadi anggapan bahwa membuat patung itu diperbolehkan asal tidak sujud menyembahnya, dianggap KELIRU.
Kami ingin mengutip dari beberapa ayat kitab suci dari beberapa terjemahan, untuk mengurangi kemungkinan distorsi dari bahasa itu sendiri.
3) You shall not have other gods besides me (NAB, CCB); no other gods before me (RSV, NIV, KJV);
4) You shall not carve idols (NAB); a graven image (RSV); any graven image (NIV, KJV); a carved image (CCB) for yourselves in the shape of anything in the sky above or on the earth below or in the waters beneath the earth;
5)you shall not bow down (NAB, RSV, NIV, KJV, CCB) before them or worship them: for I the LORD your God am a jealous God, visiting the iniquity of the fathers upon the children to the third and the fourth generation of those who hate me.
Catatan: NAB= New American Bible; RSV= Revised Standard Version; NIV= New International Version; CCB= Christian Community Bible.
Dari referensi di atas, maka terlihat bahwa istilah yang digunakan adalah:
Carved idol, yang artinya adalah “patung berhala” dan carved/graven image yang berarti “ukiran dari suatu gambaran”. Kalaupun hal ini masih bisa diperdebatkan, namun tetap tidak mengurangi esensi dari ayat tersebut, bahwa yang paling penting adalah kita tidak membuat image/patung/gambaran untuk disembah sebagai allah lain (dalam kaitannya dengan ayat yang ke 3).
Jadi, penyembahan “patung berhala” adalah dosa. Namun anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwa orang-orang Katolik adalah “sebagian orang Kristen” yang menyembah “patung” karena memiliki patung Yesus, Maria, santo/santa adalah sungguh-sungguh keliru. Hal ini adalah karena kesalahpahaman atau pengabaian dari apa yang dikatakan oleh kitab suci tentang maksud dan penggunaan patung. (Karena orang Katolik tidak menghormati patung, tetapi menghormati pribadi yang digambarkan di dalamnya). [2]
Anggapan bahwa “Tuhan melarang penggunaan image/gambaran/patung”, seperti yang dikotbahkan Bapak, menjadi anggapan umum jemaat Protestan, (sedangkan Gereja Katolik memang melarang patung berhala, tetapi tidak melarang penggunaan patung untuk keperluan ibadah, karena patung hanya merupakan lambang saja yang membantu untuk mengarahkan hati kepada Tuhan).
Kalau kita sungguh-sungguh menyelidiki seluruh kitab suci, kita dapat menemukan bahwa penggunaan image/gambaran/patung dalam ibadah kepada Tuhan diperbolehkan, bahkan Allah sendiri yang “memerintahkan” penggunaan hal tersebut.
Tuhan memerintahkan untuk membuat patung untuk keperluan ibadah
Di samping kutipan kitab Keluaran 20:4-5, marilah kita melihat beberapa kutipan lain dimana Tuhan memerintahkan untuk membuat patung yang digunakan sebagai lambang yang memberikan gambaran/menunjuk kepada kehadiran Yesus pada Perjanjian Baru dan kekal, sebagai yang terkandung dalam ‘Tabut Perjanjian baru’ itu sendiri, dan Putera Allah yang ditinggikan[3]:
1. Keluaran 25:1,18-20
Berfirmanlah Tuhan kepada Musa: “Dan haruslah kau buat dua kerub (English: cherubims/angels) dari emas, kau buatlah itu dari emas tempaan, pada kedua ujung tutup pendamaian itu. Buatlah satu kerub pada ujung sebelah sini, dan satu kerub pada ujung sebelah sana; seiras dengan tutup pendamaian itu kamu buatlah kerub itu di atas kedua ujungnya”. Kerub-kerub itu harus mengembangkan kedua sayapnya ke atas, sedang sayap-sayapnya menudungi tutup pendamaian itu dan mukanya menghadap kepada masing-masing; kepada tutup pendamaian itulah harus menghadap muka kerub-kerub itu.”
2. Ketika raja Daud memberikan rencana pembuatan bait Allah kepada Salomo
2. 1 Tawarikh 28:18-19
”..juga emas yang disucikan untuk mezbah pembakaran ukupan seberat yang diperlukan dan emas yang diperlukan untuk pembentukan kereta yang menjadi tumpangan kedua kerub yang mengembangkan sayapnya sambil menudungi tabut perjanjian Tuhan. Semuanya itu terdapat dalam tulisan yang diilhamkan kepadaku oleh Tuhan yang berisi petunjuk tentang segala pelaksanaan rencana itu.”
Lihatlah bahwa semua yang tertulis di atas diilhami oleh Tuhan sendiri.
Memang bukan raja Daud yang membangun bait Allah, melainkan raja Salomo pada tahun ke-empat setelah ia menjadi raja atas Israel. Dan dia melakukan yang diperintahkan oleh raja Daud, seperti yang tertulis dalam kitab 1 Raja-raja 6:23-35, “selanjutnya di dalam ruang belakang itu dibuatnya dua kerub dari kayu minyak, masing-masing sepuluh hasta tingginya ……..” (Dua kerub yang terdapat pada bait Allah ini menunjuk kepada kehadiran Allah di dalam tabut perjanjian; dan Yesuslah yang kemudian menjadi pemenuhan dari perjanjian Allah ini).
3. Yehezkiel 41:17-18
… dan di seluruh dinding bagian dalam dan bagian luar, terukir gambar-gambar kerub dan pohon-pohon korma, di antara dua kerub sebatang pohon korma, dan masing-masing kerub itu mempunyai dua muka.
4. Bilangan 21:8
Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa:”Buatlah (sebuah patung) ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.” (Ular ini yang ditinggikan Musa menjadi gambaran dari Yesus Putera Allah yang harus ditinggikan (Yoh 3:14)).
Berdasarkan dasar-dasar tersebut di atas, yang dilarang adalah image/ gambaran/ patung yang dijadikan “allah-allah yang lain” dan menyaingi Allah yang Satu. Yang dilarang oleh hukum Allah adalah pemujaan terhadap image /gambaran/patung itu sendiri. Dengan demikian, Keluaran 20:4-5 berkaitkan dengan Keluaran 20:3, yaitu jangan ada padamu allah lain di hadapanKu.
Bagaimana kita menjelaskan kontradiksi ayat-ayat tersebut diatas butir 1-4 dengan kitab Keluaran 20:4-5?
Jawabannya sangat sederhana. Kerub/malaikat tidak dianggap sebagai allah dan tidak memerlukan pemujaan: Mereka adalah gambaran hamba Tuhan. Hal yang sama diterima oleh gereja Katolik saat ini, adalah penggunaan patung Yesus, Maria, santo/santa karena mereka bukan allah melainkan gambaran hamba Tuhan. (Jadi kita tidak menghormati patung itu apalagi menyembahnya, melainkan menghormati pribadi yang dilambangkannya, karena mereka membantu kita mengarahkan hati kepada Allah dan bukannya menjadi ‘saingan’ Allah).
Bagaimana umat Katolik menggunakan image/gambaran/patung:
1. Sebagai salah satu alat bantu umat untuk lebih menghayati kedekatannya dengan Yesus Kristus.
Penggunaan patung, lukisan, elemen artistik lainnya bagi umat Katolik adalah untuk membantu mengingat seseorang atau sesuatu yang digambarkannya. Sama seperti seseorang mengingat ibunya dengan melihat fotonya, demikian juga umat Katolik mengingat Yesus, Maria dan orang kudus lainnya dengan melihat patung/ gambar mereka. (Lagipula, Yesus sendiri sebagai Sang Putera Allah telah menjadi manusia, sehingga Yesus sendiri telah menjadi ‘gambaran Allah yang nyata.’ (lihat Kol 1:15) Karena itu, dengan kedatangan Yesus ke dunia, Allah yang tak kelihatan menjadi kelihatan, Allah yang dalam Perjanjian Lama dilarang untuk digambarkan, maka di Perjanjian Baru malah dinyatakan sebagai ‘gambar hidup’ di dalam diri Yesus. Jadi Yesus memperbaharui ‘tata gambar’ tentang Allah, sebab Ia adalah gambaran Allah sendiri.[4]) Renungkanlah ini: Jika di rumah kita memasang gambar/ foto keluarga kita, mengapakah kita tidak boleh memasang gambar/foto Tuhan yang kita sayangi? Gambar/ patung Tuhan Yesus dipasang tidang untuk disembah, tetapi hanya untuk mengingatkan kita tentang betapa istimewanya Ia di dalam hidup kita.
2. Sebagai sarana pengajaran
Umat Katolik juga menggunakan image/gambar/patung sebagai sarana pengajaran, seperti yang diterapkan juga oleh umat Kristen lain terutama dalam mengajar anak-anak di sekolah minggu, seperti: menerangkan siapa Tuhan Yesus, mukjijat yang dibuatNya, dll dengan gambar-gambar. (Kita mengetahui bahwa masalah ‘buta huruf’ baru dapat dikurangi secara signifikan di Eropa pada abad ke-12; bahkan untuk negara-negara Asia dan Afrika baru pada abad 19/20. Jadi tentu selama 12 abad, bahkan lebih, secara khusus, gambar-gambar dan patung mengambil peran untuk pengajaran iman, karena praktis, mayoritas orang pada saat itu tidak dapat membaca! Penggunaan gambar/ patung untuk maksud pengajaran ini tentu bukan berhala, karena mereka akhirnya malah menuntun orang beriman kepada Tuhan. Hal serupa terjadi waktu kita pertama kali mengajar anak-anak kecil mengenali benda-benda tertentu. Kita membuat/ menunjukkan pada mereka gambar-gambar sederhana, seperti apel, ikan, rumah, dst. Tentu saja hal ini tidak bertentangan dengan perintah Tuhan. Jadi membuat gambar yang menyerupai sesuatu di sekitar kita bukan merupakan dosa asal kita tidak menyembah gambar- gambar itu).
3. Digunakan untuk peristiwa-peristiwa tertentu
Umat Katolik juga menggunakan hal tersebut dalam kesempatan tertentu, sama seperti umat Kristen pada umumnya mempunyai patung-patung kandang natal, gambar peristiwa natal, atau mengirim kartu natal bergambar pada hari natal. (Jika membuat segala gambar/ patung yang menyerupai segala sesuatu dianggap dosa, apakah berarti kebiasaan mengirimkan kartu Natal dan menghias pohon Natal dengan kandang Natal, adalah dosa? Jika ya berarti bahkan menonton TV pun adalah dosa, melihat segala buku bergambar adalah dosa, menggambar/ melukis adalah dosa, karena semua objeknya adalah segala sesuatu yang ‘menyerupai apapun yang di langit dan di bumi’).
Kesimpulan
Jadi, Tuhan memang melarang pemujaan terhadap image/gambaran/patung, tetapi Ia tidak melarang pembuatan image/ gambaran tersebut secara umum. Seandainya Ia melarangnya, maka film, televisi, video, foto, lukisan, kartu natal bergambar, uang, ataupun gambar-gambar lainya akan juga dilarang, karena semua itu mengandung unsur image/ gambaran yang menyerupai sesuatu di bumi atau di atas bumi….(lihat Kel 20:4) Karena itu, Gereja Katolik melihat ayat ke-4 ini sebagai kelanjutan dari ayat ke-3, yaitu, agar jangan kita membuat gambar/ patung untuk disembah sebagai allah lain di hadapan Allah.
Dengan demikian sebenarnya menjadi sangat jelas bahwa baik umat Katolik maupun umat Kristen lainnya hanya memuja Tuhan yang satu dan sama, dan sama-sama menentang penyembahan patung berhala.
Kami yakin bahwa masih ada perbedaan-perbedaan yang ada dalam pengajaran Katolik dan Kristen Protestan. Alangkah baiknya jika kita masing-masing mau mengerti dasar-dasar atau latar belakang alkitabiah dan ajaran Gereja yang mendasari pengajaran tersebut untuk mengetahui kebenaran itu sendiri. Janganlah kita lupa bahwa di antara kita lebih banyak persamaannya dari pada perbedaannya.
Akhirnya, kami mengucapkan salam hangat kami untuk Bapak Pendeta dan seluruh jemaat Bapak. Semoga kasih Tuhan Yesus selalu mengikat kita semua sebagai satu saudara.
Salam dalam damai Kristus,
Ingrid Listiati & Wijoyo Tay
Penutup
Surat ini saya kirimkan kepada Bapak Pendeta tersebut. Nama dan alamat bapak Pendeta tersebut sengaja tidak saya cantumkan di sini karena saya pandang tidak perlu, karena yang terpenting adalah isi dari surat tersebut, untuk kita renungkan bersama. Kesaksian serupa ini mungkin dapat pula saudara/i alami dengan situasi yang berbeda, dan saya berharap artikel ini dapat sedikit membantu. Di atas semua itu, ingatlah bahwa kita harus selalu siap untuk menjelaskan iman kita, namun harus selalu dengan kelemah-lembutan dan hormat (lih. 1Pet 3:15).
Perlu kita ingat di sini bahwa berhala yang lebih ‘berbahaya’ sekarang adalah bukan terbatas hanya patung, tetapi segala ciptaan yang kita anggap lebih utama dari Tuhan, misal, uang, TV, pekerjaan, kedudukan, kecantikan, koleksi barang antik, main game, dst., yang menggeserkan peran Tuhan di dalam hidup kita, dan yang menyita waktu kita sampai tidak ada waktu untuk ke gereja, berdoa dan membaca sabda-Nya. Hal ini malah lebih nyata pada jaman sekarang, ketimbang hal membuat patung lembu tuangan (lih. Ul 9:16), namun prinsipnya sama, yaitu menyembah ciptaan dan bukan Sang Pencipta.
Mari kita refleksikan, apa yang menjadi ‘patung berhala’ di dalam hidup kita, yang mengambil tempat Tuhan di hati kita. Mari kita berdoa agar Tuhan membantu kita mengangkat keterikatan kita terhadap benda-benda tersebut. Dengan demikian kita dapat mengasihi Allah dengan lebih sungguh, tidak hanya di mulut, tetapi sungguh turun sampai ke hati.
[1] Perintah kedua yang dibahas oleh Bapak Pendeta adalah “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit… di bumi … atau yang ada di dalam air di bawah bumi.”(Kel 20:4) Dalam pengajaran Gereja Katolik, perintah kedua adalah: “Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan (Kel 20:7), karena ayat ke-4 yang mengacu pada patung berhala merupakan kesatuan/kelanjutan dari perintah pertama yaitu, “Jangan ada allah lain dihadapan-Ku…”(Kel 20:3)
[2] Lihat Katekismus Gereja Katolik 2132, Penghormatan Kristen terhadap gambar tidak bertentangan dengan perintah pertama, yang melarang patung berhala. Karena ‘penghormatan yang kita berikan kepada satu gambar menyangkut gambar asli di baliknya” (Basilius Spir 18,45) dan “siapa yang menghormati gambar, menghormati pribadi yang digambarkan di dalamnya” (Konsili Nisea II, DS 601). Penghormatan yang kita berikan kepada gambar-gambar adalah satu ‘penghormatan yang khidmat’, bukan penyembahan; penyembahan hanya boleh diberikan kepada Allah.
[3] Lihat KGK 2130, Tetapi di dalam Perjanjian Lama, Allah sudah menyuruh dan mengizinkan pembuatan patung, yang sebagai lambang harus menunjuk kepada keselamatan dengan perantaraan Sabda yang menjadi manusia: sebagai contoh, ular tembaga (bdk Bil 21:4-9; Keb 16-5-14, Yoh 3:14-15), tabut perjanjian dan kerub (bdk. Kel 25:10-22; 1 Raj 6:23-28; 7:23-26).
[4] Lihat KGK 2131, …Dengan penjelmaan menjadi manusia, Putera Allah membuka satu “tata gambar” yang baru.
izin share, kawan.
terima kasih buat katolisitas, situs ini menambah pengetahuan saya dan memperkuat saya tentang ajaran dan iman katolik, jbu ..
Salam kasih,
Saya adalah umat Kristen-Katolik.
Selama ini saya tidak pernah menghiraukan mengenai banyaknya goa2 bunda Maria, banyaknya patung2 di gereja yang setiap umat seolah2 membayangkan bahwa wajah Yesus yang nanti datang untuk ke dua kali nya sama.. Dengan patung2 itu..
Namun pada Jumat Agung tahun ini, saya tidak melakukan ritual yg sering di lakukan oleh semua umat, berlutut, dan mencium kaki di patung Yesus (yang di sugesti kan sebelum misa) dengan nyanyian…. “YESUS ADA DI ATAS SALIB INI, YESUS JURUSELAMAT TELAH MATI, DAN SEKARANG DI ATAS SALIB INI”
Saya terhentak dan melihat seseorang yg menyanyikan lagu itu “wajahnya berubah seperti najis” sy langsung berdoa kepada Tuhan mohon petunjuk.. Seketika sy tersadar kalau liontin kalung yang saya pakai hilang di leher saya… Sy kemudian memutuskan tdk mencium dan berlutut, saya keluar dari misa, sy menuju kendaraan saya untuk mencari liontin.. Sesaat sy keluar banyak suara2 yang menakuti saya sepanjang lorong gelap menuju parkiran.. Saya melihat banyak hal di luar akal saat itu.. Tapi akhirnya saya kembali ke misa itu.. Sesaat sy kembali.. Sy menemukan liontin itu tepat di bawah kaki saya dekat pintu gerbang gereja..
Saya sungguh berbahagia, namun saya kembali ritual penciuman/penyembahan ke salib sudah selesai. Sy berdoa terimakasih Yesus, langkah saya tidak mencium salib itu adalah jawaban terindah.
Yang mau saya beritahu kan.. Allah tidak menyarankan kita membayangkan bahwa dalam figur patung2 itu dengan melihat patung kita ingat PutraNya Yesus, ingat Bunda Maria.. Rendah sekali argumen itu, apabila kita seolah2 terpaku pada patung itu. Ingat kita harus melepaskan bayangan bahwa Putra Bapa Yesus sudah meninggalkan tubuh itu selama2 nya.. Itu hanya tubuh fana yang tidak lagi bersama nya..
Pada Lukas 24:16 Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. http://Bible.is/INZNTV/Luke/24#16 dalam perjalanan dua murid ke Emaus, mereka tidak mengenali Yesus… Bahkan bercerita2 dg Yesus sendiri.. Karena Yesus tidak dalam rupa tubuh itu lagi! Umat Katolik yg sangat saya sayangi.. Bukalah mata, ubahlah semua nya ini karena jelas tertulis..
II Raja-Raja 17:41 Demikianlah bangsa-bangsa ini berbakti kepada TUHAN, tetapi dalam pada itu mereka beribadah juga kepada patung-patung mereka; baik anak-anak mereka maupun cucu cicit mereka melakukan seperti yang telah dilakukan nenek moyang mereka, sampai hari ini. http://Bible.is/INZNTV/2Kgs/17#41
Jangan membuat patung2 yg salah mengidentitaskan bagaimana Yesus yang sekarang!
Semoga kuasa Roh Kudus menyertai kita membuka mata dan bathin pikiran kita, Immanuel!
Shalom Laura,
Menurut saya untuk berdiskusi tentang “penyembahan berhala”, maka tidak dapat berdasarkan pengalaman Anda, yang dapat dipandang subyektif. Saya tidak bermaksud merendahkan pengalaman spiritual Anda, namun, sungguh sulit berdiskusi tentang topik ini berdasarkan pengalaman seperti yang Anda ceritakan, karena dapat saja seseorang mempunyai pengalaman kebalikan dari apa yang Anda alami, seperti: bagaimana seseorang memandang salib Kristus (dengan corpus) dan memperoleh pertobatan, dll. Jadi, mari kita berfokus pada dasar-dasar Kitab Suci yang sudah jelas kita akui kebenarannya. Silakan menanggapi artikel di atas dengan dasar-dasar yang jelas. Semoga dapat dimengerti.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Mengenai penciuman kaki Yesus di salib pada saat Jumat Agung, dapat dianalogikan seperti ini (menurut saya), berimanlah seperti seorang anak kecil, yang sangat menyukai mainannya sehingga tidur pun tetap dipegangnya tidak dilepaskan, bahkan terkadang anak perempuan saya yang masih 5 th suka sekali menciumi bonekanya. Tentunya sewaktu ia bersikap seperti itu tidak kita katakan bahwa anak saya menyembah berhala bukan, begitu pula dgn umat katolik yg menyadari jika ia sungguh sungguh mencintai Yesus yang tersalib bagi dirinya maka jika ia bertindak seperti anak kecil yang menciumi bonekanya dan ia mengungkapan rasa cintanya yg dgn sungguh sungguh dengan devosi yang mendalam lalu mencium kaki Yesus pada salib, tentunya bukan suatu pemberhalaan.
Salam Damai Kristus Bu Inggrid.
Sudah 2 tahun saya merayakan Paskah di distrik Oecusse (Timor Leste) dan ada ritual yang hingga kini mengganjal di hati saya yakni pada perayaan sengsara Tuhan kita Yesus Kristus (Jumat Agung). Setelah mengadakan Jalan Salib di Lifau (Lifau merupakan suatu tempat yang menjadi pintu gerbang masuknya agama Katolik di pulau Timor), dilanjutkan dengan misa jumat Agung pada sore harinya. Sebelum menutup perayaan tersebut dilakukan perarakan patung yang mana patung tersebut dikenal dengan nama Senhor Morto Tuan yang mati). Patung tersebut diarak dari dalam gereja, mengelilingi gereja dan kembali lagi ke dalam gereja. Setelah patung tersebut ditempatkan kembali di dalam gereja umat diberikan kesempatan untuk berdoa dan melakukan ritual yang bagi saya cukup mengganjal. Patung tersebut dibaringkan di tempat yang menyerupai tempat tidur. Adapun ritual yang dilakukan adalah meniarap dari sebelah kiri lalu masuk melalui kolong tempat tidur tersebut dan keluar melalui sebelah kanan. Ritual ini kebanyakan dilakukan oleh umat yang sakit ataupun yang mempunyai persoalan hidup dengan kenyakinan bahwa setelah ritual tersebut dilakukan akan beroleh kesehatan atau masalah dapat teratasi.
Sehubungan dengan keberadaan patung tersebut, berdasarkan informasi yang saya peroleh di bawa oleh orang portugis. Patung tersebut ditempatkan di sebuah gereja tua zaman portugis. Oleh orang Portugis, patung tersebut diserahkan kepada raja setempat untuk dirawat. Katanya, dulu hanya kaum laki-laki saja dan yang terpilih saja yang layak menbersihkan patung tersebut. Dan patung tersebut hanya diturunkan dari loteng gereja setahun sekali yakni pada Jumat pagi dan malamnya dinaikkan kembali ke loteng gereja.
Demikian pengalaman yang cukup mengganjal hati saya dan saya mohon tanggapan dari Bu Inggrid dan tim katolisitas. Terima kasih.
[Dari Katolisitas: Romo Boli telah pernah menanggapi pertanyaan serupa, di jawaban ini, silakan klik. Jika benar yang Anda sampaikan, maka memang nampaknya sikap batin macam itu tidak tepat, sebab sekalipun seseorang disembuhkan, itu pertama-tama karena kasih dan rahmat Tuhan, dan bukan karena melakukan suatu ritual. Jika Anda memiliki pertanyaan sehubungan dengan praktek yang dilakukan oleh umat beriman Katolik di sana, silakan Anda tanyakan kepada pihak imam di paroki ataupun pihak keuskupan di sana yang mengetahui secara persis apa yang terjadi di wilayahnya.]
Persoalan bagi orang protestan adalah bahwa
mencium itu = menyembah
doa didepan patung= menyembah
ini sunggup pola dan cara berpikir yg keliru….
kalo anda mencium kaki istrimu =menyembah ? Saya tidak sukan2 utk cium kaki istri saya karena saya sangat kagum-cintai dan hormati. Apakah itu menyembah ????
Demikian juga dengan orang tua kita. Apakah anda menyembah ? Tidak bukan……
Demikian juga hal berdoa…….apakah klo anda berdoa dihadapan wajah foto orang tua anda yg sdh meninggal, ato mungkin foto istri anda yg sdh almarhum…apakah anda menyembah foto itu.
Tidak bukan……Saya yakin anda berdoa yg ada berhubungan dengan image/citra yg ada difoto tersebut.
Demikian juga dgn saya dan yakin seluruh umat Katolik bila berdoa dihadapan patung salib
Kristus adalah doa yg ada kaitan dgn image/citra yg ada disalib itu walopun terbuat dari batu,logam,kayu dsb.
Demikian. Admin klo kurang2 tolong dpt ditambahkan
Kristus.
Kristus
Kristus. Jadi doa yg kami lakukan adalah bukan pada benda (kayu/batu/dilvet/emas) melainkan dengan image/citra yg ada pada benda yersebut tersebut.
Kristus
Kristus….
Salam Natal buat pak Stef & bu Ingrid yg t’kasih. Smoga kasih kurnia Tuhan Yesus sntiasa mnyrtai anda smua & karya krasulan ni.
Trus trang sya kta’n, website Katolisitas bnyak m’dedah’n sya kpd kmurnian greja Katolik. Nmun 1 hal yg msh sya t’kesan bisa m’bntah ialh ttng hal mnyembah patung ni. & sya mngambil kputusan utk mnulis kpd pak & bu kali ni stelah mlihat upacara Misa Natal d Vatican kmarin, d mna sluruh dunia mlihat bapak Paus m’cium patung bayi Jesus… Jujur sya kata’n, ni sngat2 m’ganggu sya. Klihatannya s’olah2 kta sngat m’agung’n patung t’sbut; diarak dgn pnuh ritual sgala. Sya rasa’n ni ssuatu yg kurang pntas, pak & bu… Sya mngerti, kiranya patung t’sbut blh dguna’n utk tjuan simbolik. Tp sptnya tindakan kta trsebut sngt mlampau. Apakh esensi Kristus lahir pd figura ptung bayi t’sbut? Sya x fkir bgitu… Shingga ad seorang teman sya yg non-kristen yg b’sma2 sya mnonton misa t’sbut jg mnegur, bhwa aneh tindakan t’sbut, yg jelas2 berhala…
Sya blh trima hujah ibu yg mmetik Bil 21:8-9 (Musa m’buat patung ular tembaga). Tp lupakah ibu ksinambungan dr perikop ini? Dlm 2 Raj 18:4-5, raja Hizkia, dgn dorongan roh Kudus, m’hancur’n tugu & patung ular gangsa tsb (Nehustan), & mmimpin Israel kmbali mnymbah Tuhan tnpa sbarang brhala… Skrang cuba kta fkir’n, kiranya Tuhan m’bnarkan Hizkia m’hancurkn patung yg Dia sndiri printah’n utk dbuat- olh Nabi Musa, ap pla pndanganNya pd patung yg dbuat pla olh kita- tangan2 b’dosa..?
Mrujuk pd hujah bhwa patung blh m’bntu kta lbh konsentrasi dlm b’doa, sya rsa ni argumen yg lemah. Sya rsa doa yg tnpa sbrang imej bantu akn lbih m’bantu kta utk lbih mrasa’n dkat pd Tuhan. Sbb tnpa sbrang imej patung yg cnderung m’buat minda kta b’fkir bhwa kta b’doa pdnya, kta akn lbh mrasa’n khadiran Tuhan dlm hati kta scara langsung..! Bila kta b’doa dgn m’buka hati, Tuhan akn msuk k dlamnya, tnpa prlu kta mmikir’n kberadaanNya mlalui patung2 yg kta lihat…
Jujur sya kata’n pak & bu, iman katolik ialh iman yg pling indah. Sya sdh bisa mmhami mngapa kta blh b’doa mlalui bunda Maria, mngapa prlu mngakui dosa kpd paderi, dst… Tp hal ttg patung ni, bgaimna pn p’jelasan kta utk mrasional’nnya, ttap jg salah bu… Krna sngat2 jelas tindakn kta b’lwanan dgn ap yg dkehendaki Tuhan. Krna Tuhan m’beri hkumnya dgn sgt jelas, jngan m’buat berhala utk kta sembah, yg mnyrupai ap pn d bwah langit, d atas bumi & d dlm air..! (& ini sya kra t’msuk patung bayi). Tnpa mngira wlupn mksd kta adlah esensi yg kta sembah, tp berhala ttap adlh berhala. Wlupn hati kta mugkin hnya m’hormati esensi yg kta rujuk, tp tindakn kta sptnya sgt m’agungkn b’doa dgn khadiran patung…
Mohon maaf kiranya ad t’kasar bhasa. Sya rsa sngt t’ganggu dgn prkara ni sjak dlu. Sya sngat2 mnyayangi greja Katolik, shingga sya x dpt mnerima ap2 alasan yg blh m’gugat kmurnian greja kta, shingga dpt mnafi’n k’agungan karya Kristus d dunia yg hnya skali shj utk slamanya mnuntun kpd kselamatan. Sya x dpt byang’n klu d akhir zman nnt, kta dnafi’n Tuhan hny krna k’alpaan kta trhadap isu berhala ni (@ lbh tpat klu sya kata’n prtimbngan yg keliru ttg ap yg dbenar’n & dlarang?)…
Mohon p’cerahan dr phak Katolisitas..? Sya mnanti’n jwapan. & kiranya bapak & ibu lbih snang kiranya kta blh b’dialog, sya lebih2 lg gmbira. Sila e-mail ke: jonaslash297@gmail.com
Merry Christmas..!
God bless…
[dari Katolisitas : Selamat Natal juga bagi anda. Semoga kasih karunia Tuhan senantiasa menaungi anda. Terima kasih atas tanggapan anda, namun topik serupa telah dibahas secara mendalam dalam beberapa artikel dalam situs ini. Tindakan Bapa Suci, seperti yang anda sendiri ketahui, hanyalah ekspresi beliau pada Yesus yang tergambar oleh patung bayi Yesus. Ekspresi tersebut ditujukan pada Yesus, bukan patungnya, seperti seorang remaja yang mencium foto kekasihnya. Setelah selesai Misa, patung tersebut mungkin akan sekedar disimpan di gudang hingga dipakai di kesempatan berikutnya. Akan berbeda halnya jika patung tersebut ternyata disembah-sembah setiap hari dan dianggap dosa bila tidak menyembahnya. Dengan akal sehat yang jernih, kita dapat dengan jujur membedakan tindakan mana yang bermaksud menyembah berhala dan tindakan mana yang hanya ekspresi simbolis tanpa bermaksud menyembah, bukan? Silahkan membaca artikel-artikel berikut beserta tanya-jawab di bawah setiap artikel. Semoga dapat membantu anda.]
Apakah Gereja Katolik Menyembah Patung
Apakah Umat yang Berdoa di Depan Patung Menyembah Berhala?
Orang Katolik Tidak Menyembah Patung
Dear Katolisitas yang Seiman.
Saya adalah Putra Gereja katolik, dan saya juga harus mengakui bahwa permasalahan yang di sampaikan oleh bapak John diatas merupakan polimik dalam hati saya yang sama dengan beliau.
memang esensi Kita menghormati Yesus Juru Selamt Manusia adalah dengan memberikan penghormatan tertinggi badi Tuhan Yesus. yang menjadi persoalan adalah kenapa kita harus mencium Patung? Kenapa? apakah dengan doa kita tidak yakin bahwa Tuhan Mendengar rasa syukur dan keluh kesah kita.
Argumen yang mengatakan bahwa itu hanyalah media bisa diterima jika media itu merupakan perlambanan semisal dengan bendera sebagai lambang negara. persoalannya adalah, lambang seperti bendera atau yang serupa manusia biasanya hanya sebatas mengahrgainya saja. lambang bendera tersebut manusia tidak berdoa minta restu atau suatu hal seperti yang kita jumpai banyak umat berdoa di depan patung minta restu dari Tuhan.
Jadi menurut saya pengandaian patung sebagai media sepertinya bias dan tidak kuat, karena media seperti bendera tidak kita doakan minta restu, tapi di depan patung kita melihat banyak Nasrani yang berlutut minta Restu Tuhan.
Sahabat Katolisitas yang Seiman, terus terang ketika saya melihat tiap Nasrani maju mencium patung. dalam hati saya berfikir ini seperti kita melangkah masuk neraka? kita sudah menyembah patung dan menghargai patung secara nyata. esensi menyembah Tuhan telah tergantikan dengan patung-patung tersebut. saya memahami argumen kita yg mengartikan sebagai perlambanan tapi, siapa yg menjamin bahwa mereka yg melangkah mencium patung mengerti bahwa itu hanya patung? mungking saja mereka bisa berandai mereka mendapat berkat karena mencium patung tersebut?
Team Katolisitas yang seiman, bisakah kebiasaan mencium patung dan berdoa di depan patung bisa perbaharui atau di revisi? bisakah kita umat katolik meminta Vatikan atau Paus untuk melihat kemabali tradisi seperti ini?
Sekali lagi mohon pencerahan sebab saya Cinta Yesus tanpa batas.
Kiranya Tuhan yesus Mengampuni saya jika apa yg saya pikirkan dan saya percayai adalah salah.
mohon jika Katolisitas menjawab keluhan saya ini tolong balaskan juga ke email saya tymus7@gmail.com
Shalom Thomas,
Saya hanya mengharapkan bahwa Anda telah membaca artikel di atas – silakan klik, sehingga minimal Anda dapat melihat alasan mengapa penghormatan di depan patung (dulia relatif) bukanlah merupakan penyembahan (latria) yang hanya ditujukan bagi Allah. Umat Katolik dapat membedakan bahwa patung hanya sarana dan bukan obyek penyembahan. Jadi, bagi orang yang tidak mau mencium patung sebagai tanda hormat tidak menjadi masalah. Pada akhirnya, penyembahan tertinggi dalam Gereja Katolik bukanlah berdoa di depan patung, namun dalam Sakramen Ekaristi. Sebaliknya, kita juga jangan mempermasalahkan seseorang yang ingin mencium patung, sebagai ungkapan hormatnya (bukan menyembah) atau kasihnya kepada orang-orang yang digambarkan dalam patung tersebut – baik santa-santo, Bunda Maria, Kristus maupun salib Kristus. Sungguh salah, kalau kemudian kita terjebak pada pemikiran bahwa mereka yang mencium patung menuju kepada penghukuman neraka.
Tanda bahwa kita tidak menyembah patung-patung adalah kalau patung tersebut jatuh dan hancur atau dirusak, maka tidak membuat umat yang biasa mencium patung tersebut menjadi tidak dapat berdoa. Doa tetap saja dapat dipanjatkan. Namun, kalau media patung dapat membantu mereka yang memerlukannya untuk dapat mengarahkan pikiran mereka untuk menyembah Allah, maka tidaklah menjadi masalah kalau mereka kemudian berlutut atau bahkan mencium patung tersebut. Mungkin kita dapat juga melihat pembandingnya dalam Perjanjian Lama, bagaimana Tuhan sendiri yang memerintahkan Musa untuk membuat Tabut Perjanjian Lama dengan patung kerub di atasnya. Semoga jawaban singkat ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Soal patung dan Bukan Patung:
MAri kita renungkan bersama bahwa semua alat itu adalah sarana keimanan kita untuk menujukan hati kita kepada Tuhan. Umat Katolik membuat salib dengan ada patung Yesus yang melekat pada salib itu tidak dapat kita katakan sebagai menyembah patung, demikian pula halnya bagi jemaat Protestan (maaf saya tidak pakai istilah Kristen sebab antara Katolik dan Protestan keduanya adalah Kristen atau orang yang mengikuti Kristus)jadi keduanya tidak berbeda dari segi iman, yang berbeda hanyalah penafsiran masing-masing dalam mengimplemantasikan keimanannya, itu saja.
Bagi umat Katolik adanya patung Yesus pada salib bukanlah dimaksudkan untuk disembah melainkan sebagai peringatan setiap orang bahwa pada salib tersebut pernah ada seseorang yang mati di salib yang tidak bersalah namun Dia menerima disalibkan karena kasihnya kepada manusia sehingga wajib bagi orang Katolik untuk tahu siapa orang yang berada pada salib itu sebagai sebuah peringatan dan menumpu keimanan.
Bagi Protestan salibnya tidak menggunakan patung juga tidak salah sebab jemaat protestan juga mengenang bahwa salib itu lambang dosa dan Yesus pernah disalib namun di hari ketiga Dia bangkit dan salibnya telah kosong yang artinya bahwa hanya salib tanpa patung mengingatkan kembali bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati dan naik ke sorga dan Yesus tidak disalib lagi sebagai lambang dosa manusia sehingga jemaat protestan lebih memilih salib kosong karena Yesus telah bangkit, bukan Yesus wafat di kayu salib, nammun keduanya tidak ada yang salah baik Katolik maupun Protestan keduanya bermakna sama hanya saja berbeda momen ketika masing-masing aliran mengambil dasar keimanannya.
Bukankah salib saja juga artinya patung? Bagaimana keimanan kita terhadap salib tersebut? Apakah Jemaat Protestan mau jika dikatakan oleh orang bahwa mereka menyembah patung salib dari kayu dan sebagainya? tentu tidak bukan. Alasannya sama persis dengan apa yang dikemukakan oleh Katolik.
Perlu saya jelaskan bahwa Katolik dan Protestan menjadikan dasar keimanan mereka pada saat yang berlainan momentum yang terjadi pada Kristus Yesus, namun keduanya tidak ada perbedaan sama sekali, yang berbeda hanya cara pandang dan cara mendasarkan pikiran keimanannya masing-masing, itu saja.
Terima kasih.
cara2 katolik mencium patung dan membakar kemenyaan dikaki maria sambil sujud menyelipkan kertas doa permohonan di kaki patung maria,
terkadang hal ini benar2 mencoreng kristen dimata umat lain,
memang yesus tidak melarang membuat patung dan sebaliknya,
saya pun setuju tidak ada yang salah dengan patung, namun dogma
bisa jadi alat iblis menyeret manusia bercacat dimata tuhan dengan cara masuk kepada pikiran dan pola2 dogma yang menjadi memberhalakan patung ditempat2 usaha dikamar menjadi dewa pelindung, mohon penjelasannya
trims
[dari katolisitas: Umat Gereja Katolik tahu bahwa patung tersebut hanya patung. Umat Katolik dapat membedakan mana yang ciptaan dan mana yang Pencipta. Patung, gambar dari Kristus, Maria dan orang-orang kudus hanyalah sarana yang membantu umat beriman untuk berdoa. Jadi, apakah yang menjadi alat iblis?]
saya sudah baca sanggahan2 tentang pembuatan patung kerubim dan patung ular
pada perjanjian lama, namun bukan untuk disembah, tapi dalam masa yesus
saya tidak pernah menemukan yesus memberi perintah membuat patung, sebagai
pengingat, mohon dibantu, tx
[dari katolisitas: Di masa Yesus, juga tidak ada perintah dari Yesus untuk tidak boleh membuat patung.]
Sungguh benar hukum Taurat Musa menjadi hidup semasa Yesus masih hidup & Dia berkata tidak ada satu iota atau titik pun yg diganti, bahkan justru digenapi. Dengan demikian Musa boleh beristirahat. Begitu sulitnya imam2 kepala & ahli2 taurat memahami spirit (yg hidup) dalam sebuah aturan. Dengan Iman, Kasih, & Pengharapan Yesus berhasil mengajarkan apa yg menjadi kehendak Bapa. Pilihan ada ditangan kita, haruskah kita mewartakan alkitab ala imam 2kepala/ahli2 taurat atau dengan Iman, Kasih, & Pengharapan.
[dari katolisitas: Mohon diperjelas bagian ini “Pilihan ada ditangan kita, haruskah kita mewartakan alkitab ala imam 2kepala/ahli2 taurat atau dengan Iman, Kasih, & Pengharapan.”]
Tentang konsep Tritunggal; Bunda Maria; patung Yesus.
[Dari Katolisitas: kami edit, karena kalimatnya tidak jelas maksudnya.]
Bukankah alkitab sudah cukup jelas hrs dimaknai dgn iman, maka alkitab menjadi hidup (& tumbuh berkembang sesuai dgn perkembangan iman dari orang yg membacanya dgn bantuan bimbingan roh kudus) seperti taurat Musa menjadi hidup (bukan barang mati) karena dimaknai secara iman oleh Yesus. Dengan demikian alkitab bukan sekedar buku tetapi buku iman yg hidup & memberi hidup jiwa rohani kita. Adalah wajar jika gereja kita sbg pengurus kebun anggur telah berkembang & memberikan pengajaran sehingga para rasul boleh beristirahat.
[Dari Katolisitas: Para Rasul memang telah beralih dari dunia ini, maka mereka telah mempercayakan tugas kepemimpinan mereka kepada para penerus mereka]
Yesus sebagai gembala utama telah mempercayakan kpd Petrus, & Petrus telah mewariskan kepada penerusnya. … [dari Katolisitas: kami edit]
Yoh21:15-19 Yesus memberi “surat kuasa” pada petrus sebanyak 3 kali berbunyi “Gembalakanlah domba-dombaKu. Dialah gembala kita sepeninggal Yesus dan Petrus mewariskannya pada gereja. Kita selayaknya tidak memisahkan diri agar kita bisa disebut sebagai anggota/tubuh gereja yg satu, kudus, katolik, & apostolik sesuai dgn syahadat yg diajarkan penerus Petrus.
Alkitab membuat kita beroleh hidup, kita hidup bersama alkitab, alkitab hidup karena Kristus selalu menyertai kita selamanya. Alkitab bukanlah benda pusaka milik seolah kita minta tuliskan lagi bagi anak cucu kami, tapi saat mereka menuliskannya yg lebih baru untuk kamu, justru kamu berkata bukankah kamu sudah mati, untuk apa mengajar kami yg hidup ini.
[dari katolisitas: Mohon diperjelas tulisan ini “tapi saat mereka menuliskannya yg lebih baru untuk kamu, justru kamu berkata bukankah kamu sudah mati, untuk apa mengajar kami yg hidup ini.”]
Ada begitu banyak patung disekeliling kita : Liberty; patung 3 wajah presiden AS di Mt Rushmore; merlion simbol neg singapur; patung Yesus kota Rio dejaneiro; patung proklamator Soekarno-Hatta; patung pancoran ;patung bundaran HI; patung garuda wisnu kencana; patung Stalin; patung lilin tokoh dunia di madame tussaud ;patung Buddha; patung rangka dinosaurus di museum2; manekin di toko pakaian; boneka barbie di etalase mall dll… Menyerupai apa benda2 tsb? Apa latar belakang agama pembuatnya perlu kita cek satupersatu? Pembuatnya dimurka Allah pd saatnya kelak? Disembahkah? diidolakan? Allah akan cemburu? Kita melihat patung itu dgn kacamata apa? Kacamata logika atau iman? Bagaimana suasana hati saat memandang patung itu? Jawabnya bergantung pada kadar keimanan seseorang. Masing2 mengetahui isi hatinya mau kuapakan patung itu? Kalau seseorang merasa tidak menyembah patung apakah harus didesak …..[dari Katolisitas: kami edit] Kita hanya bisa mempertanggungjawabkanya [edit], tapi tidak kepada orang-orang yang dari awal sudah punya gambaran sendiri bahwa kami menyembahnya, yang sampai kapanpun tetap percaya kepada pandangan mereka sendiri.
[Dari Katolisitas: Yang kami lakukan di situs ini adalah menjelaskan kepada yang bertanya, namun jika yang bertanya tetap berkeras dengan pandangan mereka, maka memang kami tidak dapat memaksa. Namun jika mereka mau mendengarkan, semoga penjelasan kita dapat menjadi masukan, dan semoga mencerahkan.]
Shalom, pak Stef/ bu Inggrid
Saya mau usul apakah bisa ditampilkan di dlm artikel diatas gambar patung yg disebut dlm kitab suci, untuk menambah wawasan pembaca yg penasaran seperti apa sih ular tembaga nabi musa, terafim, kerub, dewa dagon, ba’al, molokh, dll. Saya pribadi sudah melihat di wikipedia cukup lengkap & dengan sekilas sdh paham patung Yesus, Maria, Santo/a masuk kategori tidak disembah & ada berkahnya sbg media penyampai pesan. Terima kasih.
[dari katolisitas: Terima kasih atas usulannya. Kalau ada waktu kami akan tambahkan. Namun untuk sementara, silakan browsing di google.]
Tadinya, saya sempat ragu, ketika pada waktu itu saya masih terkecoh dengan ayat yang hampir bertentangan dengan perintah Bapa sendiri dalam kitab-kitab Perjanjian Lama tersebut. Dan, at last, I dont have to worry about it!!!!! Thanks katolisitas.org
Das Swardaniya…!!!!!
Alles in Ordnung…!!!!!
Xie-xie…!!!!!
Bole Za bertanya..??? Kbetulan ada teman sya bertanya pada sya…Kenapa Umat Katolik Menyembah Patung Bunda Maria…???
Trima Kasih….???
[Dari Katolisitas: Umat Katolik tidak menyembah patung. Silakan membaca kembali artikel di atas, ataupun artikel ini, silakan klik]
Yth:Pembina Katolisitas.org
Dengan ini saya ingin bertanya.Bolehkah Salib atau patung Bunda Maria di pasang di tempat usaha.Terima kasih.
Salam.
Y.Gandhi.
[dari katolisitas: Tentu saja tidak menjadi masalah untuk memasang salib dan benda rohani lain di tempat usaha Anda, selama benda-benda sakramentali tersebut ditaruh di tempat yang layak.]
Yohanes/Yosafat Gandhi…Maaf jika huruf nama anda yang depannya berisial Y nya saya tidak tau.
Masalah salib…Itu tak masalah…Asalkan tindakan yang benar.
Untuk anda cocok sekali.
Amsal 1:33
“Tetapi siapa mendengarkan aku, ia akan tinggal dengan aman, terlindung dari pada kedahsyatan malapetaka.”
[Dari Katolisitas: Pada akhirnya, semua benda-benda sakramentali hanya merupakan tanda/ sarana untuk menumbuhkan iman dan kepercayaan kita akan rahmat dan kuasa Allah. Maka bukan benda-benda itu yang penting, melainkan iman kita sendiri akan Allah itulah yang terpenting, yaitu Allah yang menyertai, melindungi dan memberkati].
Dear Katolisitas.org
Saya Monk Malone ingin mengeluarkan pendapat. “Saya harap, dalam Kitab Keluaran 20:3-5 tersebut, tak ada pertentangan dengan perintah-perintah Bapa sebelumya, karena dari situlah, saya masih agak ragu, tapi apakah saya boleh mendapatkan pencerahannya dari web ini.?”
Terima Kasih…
Das Svardania…
[Dari Katolisitas: Tidak ada pertentangan ayat -ayat dalam Kitab Suci, asalkan kita membaca suatu ayat dalam kesatuan dengan ayat-ayat lainnya dalam Kitab Suci. Kel 20:3-5 melarang kita membuat gambar/ patung untuk disembah sebagai allah lain, sedang jika gambar/ patung dibuat untuk mengarahkan hati kepada Allah, tidaklah dilarang oleh Allah. Bahkan di beberapa kesempatan, Allah-lah yang memerintahkan untuk membuatnya. Silakan membaca artikel di atas, silakan klik]
Shalom Bapak/Ibu Tay, serta saudara-saudaraku semua.
Izinkan, saya untuk bergabung dan sharing dengan sedikit berlogika.
Seandainya saya mempunyai 2 lembar kertas kosong HVS berwarna putih.
Kertas A saya biarkan kosong, lalu saya remas-remas, saya (maaf) ludahi, saya sobek, lalu saya injak-injak ke tanah. Marahkah anda? Kenapa?
Kertas B saya masukkan ke printer, lalu saya cetak sebuah foto ibu yang melahirkan anda. Lalu saya remas-remas, saya (maaf) ludahi, saya sobek, lalu saya injak-injak ke tanah. Marahkah anda? Kenapa?
Itu hanyalah selembar kertas, tidak berarti apa-apa selain harga nominal Rp. 100 perlembar. Kecuali, jika ada lambang, symbol, pribadi, tulisan, atau sejenisnya, yang melekat di benda tersebut. Jika anda mencium foto pacar anda, apakah artinya anda bermaksud untuk mencium selembar kertas? Saya yakin, dalam hati anda bermaksud sedang mencium pacar anda tersebut.
Kadang apa yang tersurat dan yang tersirat memang sulit dipahami. Dan ada juga yang main ‘pukul rata’ mengatakan semua makna itu sama.
Pernah suatu hari, anak saya mematahkan patung tangan Yesus di kamar. Sesuai instruksi romo di paroki saya, maka saya pun memecahkan patung itu sampai kecil-kecil, lalu saya pendam di halaman belakang. Oh tidak, apakah artinya saya sudah membunuh sesembahan saya? Tidak ada sedikitpun beban waktu saya memecahkan patung Yesus yang sudah rusak itu, karena itu hanyalah patung! Dan saya sama sekali tidak kesulitan berdoa setiap harinya tanpa patung tersebut. Dan tidak mungkin saya membawa patung Yesus ke kantor, karena di kantor pun saya juga berdoa.
Pernahkah anda memohon doa pada ibu anda? Seperti; “Ibu, doa kan saya biar lulus ujian ya.” Jika ibu kita ada disamping kita, oke lah. Tetapi jika ibu kita sudah meninggal/berada di tempat lain, apakah berdosa jika memohon doa dari seorang ibu? Karena Bunda Maria, adalah Ibuku juga. [yoh 19:27]
Demikian sharing saya, semoga membawa manfaat bagi kita semua. Jika ada kesalahan, saya mohon maaf dan masukannya. Terima kasih.
Berkah dalem.
[Dari Katolisitas: Pandangan Anda baik dan masuk akal. Tentang memohon dukungan doa syafaat dari Bunda Maria, selain dasarnya bahwa ia adalah ibu rohani kita, juga karena sebagai orang yang sudah dibenarkan Tuhan, besarlah kuasa doa syafaatnya (lih. Yak 5:16). Memang kita tidak harus berdoa melalui perantaraan Bunda Maria/ meminta dukungan doa syafaat dari Bunda Maria, namun baik jika kita melakukannya. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik]
Kadang kadang, tak kusangka saya yang berumur 17 tahun ini mempunyai keinginan untuk mencari tau apa itu Salib-Nya yang suci secara Keagamaan, khususnya kaum kita Katolik-Nasrani.
Terima Kasih.
Tuhan Memberkati Anda semua disini…!!!!!
Ya ha hay…!!!!!
[Dari Katolisitas: Silakan membaca di sini, tentang Dalamnya Makna Tanda Salib, silakan klik, dan Salib tanda Kasih Kristus, silakan klik]
Salam Katolisitas.org
Saya Markus.Saya mau tanya niih, kenapa yaah, dalam Gereja Katolik ada gambar dan patung-patung yang diyakini kudus, padahal dalam Kitab Suci dengan tegas menuliskan janganlah membuat patung-patung untuk menyembah Tuhan Allah?Bukankah kita telah melanggar 10 Perintah Allah kalau seperti itu?
[dari katolisitas: Silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
Salam dalam kasih Yesus Kristus,
Saya bukan pendeta atau sarjana alkitab, saya hanya mengecek argumen anda yang kelihatannya alkitabiah (Bilangan 21:8). Kemudian saya buka kitab tersebut, dan melihat referensi silangnya, ternyata menurut keterangan alkitab sangat simpel, yaitu:
Bilangan 21:8 – 9
21:8 Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup
21:9 Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup.
Musa membuat (patung) ular tembaga karena diperintahkan Allah dan tidak terus menerus membuat banyak patung-patung yang tidak diperintahkah oleh Allah. Maksud Perintah Allah ini yang sebenarnya yaitu:
Yohanes 3:14
3:14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan.
Bagaimana selanjutnya mengenai ular tembaga yang dibuat oleh Musa tersebut? ULAR TEMBAGA TERSEBUT DIHANCURKAN OLEH RAJA HIZKIA.
Ayatnya adalah:
2 Raja-raja 18:1, 3 – 5
18:1 Maka dalam tahun ketiga zaman Hosea bin Ela, raja Israel, Hizkia, anak Ahas raja Yehuda menjadi raja.
18:3 Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Daud, bapa leluhurnya.
18:4 Dialah yang menjauhkan bukit-bukit pengorbanan dan yang meremukkan tugu-tugu berhala dan yang menebang tiang-tiang berhala dan yang menghancurkan ular tembaga yang dibuat Musa, sebab sampai pada masa itu orang Israel memang masih membakar korban bagi ular itu yang namanya disebut Nehustan.
18:5 Ia percaya kepada TUHAN, Allah Israel, dan di antara semua raja-raja Yehuda, baik yang sesudah dia maupun yang sebelumnya, tidak ada lagi yang sama seperti dia.
Salam,
Yis
Shalom Yiss,
Dari Bilangan 21:8-9 maka kita melihat tidak menjadi masalah kalau kita membuat patung. Dari 2Raj 18:1-5 kita mengetahui bahwa Patung tersebut menjadi berhala kalau disembah. Namun umat Katolik mempunyai patung-patung bukan untuk disembah, melainkan hanya sebagai sarana untuk membantu umat Katolik berdoa. Umat Katolik tahu bahwa itu hanya patung dan tidak membawa kekuatan apapun. Kesimpulannya, umat Katolik tidak menyembah berhala.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Saya, orang Katolik< saya sangat setuju bahwa memang orang Katolik itu tidak menyembah patung apapun, karena memang patung2 tsb di peruntukan supaya kita bisa lebih fokus dan kosentrasi waktu berdoa, dengan melihat dan mengekpresikan Yesus, Bunda Maria, dsb, lewat gambarNya melalui patung atau gambar/foto2 Nya.
Tetapi permasalahan muncul yaitu bagi khususnya orang2 tua yang mungkin tidak terlalu memahami, terlebih bagi mereka yang dulunya berasal dari agama lain yang juga banyak patung2nya, sehingga sering kita lihat baik di gereja ataupun di gua2 Maria banyak orang menyembah nyembah layaknya, memegang patung2 tsb baik tangan, kaki atau bagian2 yang lain, di dalam gerejapun orang sepertinya lebih banyak yang berdoa di depan patung2 dari pada didepan Tabernakel ( tempat Hosti Maha Kudus ). Jadi sepertinya kita orang Katolik itu berjalan di atas es yang licin, bila tidak hati2 gampang sekali tergelincir.
terima kasih.
[Dari Katolisitas: Memang jika ajaran tentang hal ini tidak dipahami dengan benar, maka seseorang bisa saja salah kaprah, dan ini harus dihindari. Silakan jika Anda terpanggil, untuk turut memberitahu kepada orang-orang yang sedemikian. Namun jangan lupa bahwa manusia sering menilai berdasarkan dari apa yang terlihat dari luar, sedangkan Tuhan melihat kedalaman hati setiap orang. Jadi dapat saja orang melakukan penghormatan kepada patung Yesus, namun hatinya sungguh menyembah/ menghormati Tuhan Yesus yang digambarkan oleh patung itu; maka ekspresi dia menyentuh patung atau bahkan menciumnya, adalah ungkapan kasih kepada Allah (Ini yang terjadi pada saat penciuman crucifix di perayaan Jumat Agung). Maka tentang hal penghormatan ini, yang dilakukan oleh setiap orang beriman, kita harus dengan rendah hati menyerahkan segala penilaian kepada Tuhan yang Maha Tahu.]
Saya tdk perlu berargumentasi, saya tdk perlu banyak komentar, saya hanya melihat realita/fakta/kenyataan saja. Kenyataan ini memang tdk bisa kita pungkiri dan sudah menjadi rahasia umum, ada sebagian/bahkan banyak orang-orang protestan yg memang diajarkan oleh organisasi gerejanya utk memprotestanisasikan orang katolik.
[dari katolisitas: Kita tidak dapat mengatur orang lain. Yang diperlukan adalah membenahi ke dalam, yaitu agar umat semakin mengetahui dan mengasihi iman Katolik.]
Agama hanyalah buatan manusia, yang penting kita hanya percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Bila dilihat dari gambar pada link terlampir, apakah dapat diartikan sebagai penyembahan berhala?
http://www.jesus-is-savior.com/False%20Religions/Roman%20Catholicism/a_picture_says%20it_all.htm
Terima kasih atas penjelasannya.
Shalom Milka,
1. Apakah agama buatan manusia?
Pertanyaan serupa sudah pernah ditanyakan dan kami tanggapi di sini, silakan klik.
2. Apakah umat Katolik yang berdoa di hadapan patung dapat dikatakan menyembah berhala?
Pertanyaan serupa ini juga sudah sering ditanyakan, dan sudah sering kami tanggapi. Tentu jawaban singkatnya: tidak, sebab yang kami hormati bukan patung itu tetapi pribadi yang diwakilkan oleh patung ataupun gambar tersebut. Penjelasannya silakan membaca di artikel-artikel/ tanya jawab terkait berikut ini:
Apakah umat Katolik yang berdoa di depan patung menyembah berhala?Apakah berhala itu?Apakah arti devosi kepada Bunda Maria?
Silakan membaca terlebih dahulu artikel pada link-link tersebut di atas, dan baru kalau Anda mempunyai argumen baru yang belum pernah ditanyakan di sana, silakan disampaikan, kami akan berusaha menjawabnya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Katolistas..
link to jesus-is-savior.com
1. you shall not bow down (Jangan sujud menyembah)
apakah pada link diatas tidak menunjukkan sujud menyembah?
2. Apakah waktu perjanjian lama mereka sujud menyembah kerub?
Tuhan berkati
[Dari Katolisitas: Pertanyaan Anda sudah kami bahas di artikel ini, silakan klik. Mohon membaca terlebih dahulu artikel tersebut. Mohon maaf, tanpa Anda membaca terlebih dahulu artikel tersebut kami tidak dapat menayangkan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya Anda, karena hanya akan menjadi pengulangan dari apa yang sudah pernah ditanyakan dan sudah pula ditanggapi].
Kalau kamu menyakini “YESUS” itu Tuhan, maka Agamamu bukan buatan manusia, “Diatas Bukit Batu ini akan kudirikan Gerejaku ” itulah sabda Tuhan
Hanya Tuhan yang mengenal hati kita. Biarlah Tuhan yang menghakimi. Ada yang memberikan kesaksian bahwa Paus Yohanes Paulus II ada di neraka (silakan lihat di : http://www.divinerevelations.info/indonesia/ ). Silakan berdoa tanya Roh Kudus apakah kesaksian tsb benar dari Tuhan atau cuma suatu kebohongan. Karena kesempatan untuk bertobat hanya ada selama kita masih hidup. Tuhan memberkati.
[dari katolisitas: Pertanyaannya, bagaimana kita mengetahui bahwa kesaksian tersebut benar atau tidak dan apakah paramenternya? Kalau Anda tertarik dengan diskusi ini, silakan bergabung di dialog ini – silakan klik.]
Link tsb berisi beberapa kesaksian orang-orang yg melihat pendeta, penginjil, majelis gereja, paus, suster, dll ada dalam neraka. Apakah kesaksian itu benar atau bohong hanya Tuhan dan orang bersangkutan yg tahu. Jika mereka berbohong biarlah mereka bertanggung jawab kepada Tuhan. Saya hanya berpikir seperti ini : Kemungkinan kesaksian tsb bisa benar dari Tuhan atau hanya kebohongan untuk mencari popularitas. Kalau itu benar dari Tuhan dan kita mengabaikannya maka kita mempertaruhkan hidup kekal kita. Kalau itu suatu kebohongan mereka akan bertanggung jawab atas kebohongan tsb pada Tuhan. Karena itu saya merasa lebih baik tidak berdoa didepan patung karena ada “resiko” perbuatan tsb melanggar kehendak Tuhan dengan taruhannya kehilangan hidup kekal bila melakukannya. Kalau kita berdoa langsung kepada Tuhan tanpa berlutut di depan patung kita tidak menempatkan hidup kita dalam resiko tsb. Bukankah kita dapat langsung berdoa kepada Tuhan tanpa berlutut di depan patung ? Mengapa kita mau mengambil resiko dengan melakukannya ? Sebagai seorang manusia saya, anda atau siapapun juga dapat salah mengerti mengenai sesuatu hal. Siapa yg dapat menjamin bahwa saya, anda, pimpinan gereja dan yg lainnya tidak dapat salah mengerti ttg sesuatu hal dan berbuat salah ? Bahkan Rasul Petrus pernah berbuat salah sehingga ditegur oleh Rasul Paulus (Gal. 2:11-14) karena bertindak menurut kebiasaan/tradisi orang Yahudi yg tidak mau makan sehidangan dengan orang yg tidak bersunat. Siapa yg dapat menjamin bila kita berdoa di depan patung itu tidak melanggar Firman Tuhan ? Siapa yg dapat menjamin tradisi dalam gereja tidak bertentangan dengan Firman Tuhan ? Bagaimana kalau pimpinan gereja salah mengenai hal tsb ? Bukankah orang_orang Yahudi juga melakukan tradisi-tradisi tertentu yg ternyata tidak berkenan kepada Tuhan ? Kalau tidak ada yg dapat menjamin, mengapa kita tidak langsung saja berdoa kepada Tuhan tanpa berlutut di depan patung ? Bukankah itu lebih aman ? Kalau ada jalan yg lebih aman, mengapa kita mau mengikuti jalan yg lebih beresiko ? Kalau hanya resiko kehilangan harta, itu masih bisa dicari. Bila menyangkut kehidupan kekal bagaimana ? Apakah kita mau mempertaruhkannya ?
Shalom Hnc,
Anda berpandangan demikian, karena Anda mempunyai dasar pemikiran yang berbeda dengan kami umat Katolik, baik tentang wahyu pribadi, tentang penggunaan patung, maupun tentang wewenang mengajar Gereja. Anda tidak meyakini adanya kuasa mengajar Gereja yang tidak mungkin sesat karena dijamin oleh Kristus sendiri, sehingga Anda mempunyai keraguan dalam menyikapi klaim wahyu pribadi. Ini terlihat dari semacam pengandaian dalam pemikiran Anda, seandainya klaim itu benar bagaimana, sedangkan kalau salah bagaimana. Lalu Anda membuat suatu keputusan yang menurut Anda tidak beresiko. Bagi kami umat Katolik, proses macam ini tidak diperlukan. Sebab kami percaya akan wewenang mengajar Gereja yang dijamin oleh Kristus sendiri tidak akan sesat (lih. Mat 16:18-19). Oleh karena itu, dalam menyikapi klaim wahyu pribadi, sikap kami sederhana: apakah yang dikatakan dalam wahyu pribadi itu sesuai dengan ajaran Magisterium Gereja atau tidak? Kalau sesuai, maka kami dapat melihatnya sebagai sesuatu yang memperkaya penghayatan iman, namun kalau tidak sesuai, artinya wahyu itu tidak otentik berasal dari Tuhan, dan karenanya tidak perlu dipertimbangkan. Ini tidak berarti kami menganggap bahwa orang yang mengklaimnya berbohong, sebab dapat saja mereka menyampaikan apa yang mereka alami/ yang sepertinya mereka lihat; hanya saja, penglihatan itu tidak berasal dari Allah. Sebab tidak mungkin Allah mempertentangkan sendiri ajaran-Nya.
Selanjutnya tentang apakah maksud infalibilitas Paus (ajaran Paus tidak mungkin salah/ sesat), silakan klik di sini. Memang, contoh yang sering diajukan untuk menyanggah infalibilitas Petrus adalah kisah Paulus yang pernah menentang Rasul Petrus karena kesalahannya (Gal 2: 11-14). Namun yang salah di sini bukanlah ajaran Rasul Petrus, tetapi sikapnya yang tidak konsisten dalam menerapkan keputusan Konsili Yerusalem perihal menyikapi kesamaan kedudukan umat yang bersunat dan tidak bersunat. Maka kejadian ini bukan bukti yang menentang infalibilitas Petrus/ Paus. Sebab sebagai manusia, Petrus (dan para penerusnya) bisa salah, namun yang tidak bisa salah di sini hanya ketika ia sedang menjalankan perannya sebagai Rasul Petrus (pemimpin para rasul), pada saat ia mengumumkan ajaran iman dan moral secara definitif yang berlaku untuk seluruh Gereja. Maka karisma infalibilitas ini tidak berlaku dalam segala hal, namun hanya dalam hal iman dan moral, yaitu pada saat Paus mengajarkan dengan definitif, seperti yang tercantum dalam Dogma dan doktrin resmi Gereja Katolik. Jadi infalibilitas di sini adalah Yesus memberikan kuasa kepada Petrus dan para penerusnya untuk memberikan pengajaran yang tidak mungkin salah dalam hal iman dan moral, dan ajaran itu merupakan ketentuan yang ‘mengikat’ manusia di dunia dan kelak diperhitungkan di sorga.
Selanjutnya tentang bukti-bukti keutamaan Paus sudah pernah dituliskan di artikel seri berikut ini (silakan klik di judul berikut ini):
Keutamaan Petrus (1): Menurut Kitab Suci
Keutamaan Petrus (2): Bukti sejarah tentang Keberadaan Rasul Petrus di Roma
Keutamaan Petrus (3): Tanggapan terhadap mereka yang menentang keberadaan Petrus di Roma
Keutamaan Petrus (4): Menurut Dokumen paling awal Gereja
Keutamaan Petrus (5): Dalam Gereja di Lima Abad pertama
Tentang Petros dan Petra
Tentang Kunci Rasul Petrus dan Kerajaan Surga
Dengan prinsip ini, izinkan saya menjawab pertanyaan-pertanyaan Anda yang kami cetak warna biru, sedang jawaban kami, warna hitam:
1. Siapa yang dapat menjamin tradisi dalam gereja tidak bertentangan dengan Firman Tuhan? Bagaimana kalau pimpinan gereja salah mengenai hal tsb?
Pertama-tama harus dibedakan antara tradisi (huruf kecil) dan Tradisi Suci (dengan huruf besar). ‘Tradisi’ (dengan huruf besar) yang dimaksud di sini adalah Wahyu Ilahi yang disampaikan dengan secara lisan oleh para Rasul yang mereka terima dari Kristus, atau yang telah mereka pelajari atas dorongan Roh Kudus. Karena merupakan wahyu Ilahi, maka Tradisi Suci ini dijamin tidak dapat salah. Selanjutnya tentang pengertian Tradisi Suci, klik di sini. Sedangkan tradisi dengan huruf kecil, maksudnya adalah tata cara tertentu yang umumnya berkaitan dengan kehidupan menggereja, misalnya tentang tata tertib pantang dan puasa, tentang tata tertib ziarah, dst, yang sifatnya lebih praktis, dan ini dapat berubah sesuai dengan keadaan/ zaman.
Selanjutnya, tentang siapa yang menjamin bahwa Tradisi Suci Gereja tidak mungkin salah? Jawabnya adalah Kristus, berdasarkan firman-Nya sendiri (lih. Mat 16:18-19). Tuhan Yesus berjanji akan melindungi Petrus dari kesesatan sebagai pemimpin jemaat/ Gereja-Nya, sehingga Gereja-Nya takkan binasa. Karena Kristus berjanji menyertai Gereja-Nya sampai akhir zaman (Mat 28:19-20), maka janji perlindungan terhadap kesesatan berlaku tidak hanya bagi Petrus tetapi juga bagi para penerusnya.
2. Bukankah orang-orang Yahudi juga melakukan tradisi-tradisi tertentu yang ternyata tidak berkenan kepada Tuhan?
Tradisi-tradisi Yahudi yang dimaksud oleh Yesus adalah tradisi-tradisi yang dibuat oleh manusia dalam hal ini oleh para ahli Taurat, yang pada saat itu disejajarkan dengan hukum Taurat Musa. Contohnya, Allah tidak menentukan detail takaran persembahan selasih, adas, inggu, jintan dan segala jenis sayuran (lih. Mat 23:23; Luk 11:24), namun para ahli Taurat itu sendiri yang menentukannya dan menganggapnya begitu penting sampai mengalahkan prinsip hukum kasih yang seharusnya lebih penting dan mendasari hukum Taurat. Itulah sebabnya Tuhan tidak berkenan kepada tradisi semacam ini.
Namun Tradisi Suci para Rasul sama sekali berbeda dengan tradisi ahli taurat. Tradisi para Rasul ini adalah Tradisi yang berasal dari Kristus sendiri, yang disampaikan secara lisan oleh para rasul kepada para murid mereka. Inilah yang disebut sebagai pengajaran lisan oleh Rasul Paulus, yang harus dianggap setara dengan ajaran tertulis (Kitab Suci), sebab ia mengatakan, “Berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran yang kamu terima dari ajaran-ajaran yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.” (2 Tes 2:15)
3. Kalau tidak ada yang dapat menjamin, mengapa kita tidak langsung saja berdoa kepada Tuhan tanpa berlutut di depan patung? Bukankah itu lebih aman? Kalau ada jalan yg lebih aman, mengapa kita mau mengikuti jalan yg lebih beresiko?
Umat Katolik dapat berdoa di mana saja, tanpa harus ada patung. Tetapi jika ada patung di rumah ataupun di dalam gedung gereja, tidak berarti kami menyembah patung, sebab yang kami hormati adalah tokoh yang digambarkan oleh patung atau gambar tersebut. Hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Maka jika prinsip ini dipahami, tidak ada resiko apapun dengan berdoa di depan patung/gambar, sebab itu hanya berfungsi sebagai alat bantu saja. Kitab Suci-pun mencatat bahwa dalam beberapa kesempatan Allah malah memerintahkan agar patung dibuat untuk membantu umat Israel memahami misteri penyertaan-Nya dan rencana keselamatan-Nya yang kelak digenapi di dalam Kristus (silakan membaca ayat-ayat yang dimaksud di artikel tersebut, silakan klik). Dalam Kristuslah Allah memperbaharui ketentuan tentang penggambaran Allah (yang dalam Perjanjian Lama dilarang), sebab dalam Perjanjian Baru, Allah Bapa sendiri mengutus Kristus Putera-Nya, yang menjadi gambaran sempurna (bukan sekedar patung) dari Allah yang tidak kelihatan (lih. Kol 1:15).
Jika Martin Luther sendiri menghargai patung-patung dan mempertahankan banyak patung dalam gedung-gedung gerejanya, silakan klik di sini untuk melihat sekilas videonya, maka semestinya para pengikutnya tidak perlu berprasangka negatif seolah Luther telah menyembah berhala, karena mempunyai banyak patung/ gambar hal-hal rohani dalam rumah maupun gerejanya. Demikian sekilas kutipan perkataan Luther tentang patung/ gambar:
Seseorang tidak dapat memahami hal- hal spiritual kecuali jika gambar- gambar dibuat tentang mereka.” (Martin Luther, Weimar edition of Martin Luther’s Works, (translation by William J Cole) 46, p. 308)
“Tidak ada yang lain yang dapat disimpulkan dari perkataan: “Jangan kamu mempunyai allah- allah lain di hadapan-Ku”, kecuali apa yang berkaitan dengan berhala. Tetapi gambar- gambar ataupun patung-patung dibuat tanpa berhala, pembuatan benda-benda tersebut tidak dilarang.” (Martin Luther, ibid., 18, p. 69)
“Kalau saya telah melukis gambar di dinding dan saya melihatnya tanpa berhala, maka hal itu tidak dilarang bagi saya, dan seharusnya tidak diambil dari saya.” (Martin Luther, ibid., 28, p. 677)
Demikian tanggapan saya. Terima kasih atas perhatian Anda, namun kami umat Katolik tidak menganggap bahwa patung ataupun gambar/lukisan Tuhan Yesus atau Bunda Maria dapat mengganggu doa dan penyembahan kepada Allah. Bagi kami, patung ataupun lukisan itu memang bukan yang terpenting, sebab yang terpenting adalah kami menghormati Allah yang dimuliakan di dalam Kristus dan para orang kudus-Nya yang mengambil bagian dalam menyalurkan kasih dan kebaikan-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom HNC
Coba anda baca buku para Santo dan Santa, pd buku2 ada beberapa penglihatan ttg neraka, tapi di buku tersebut tidak ada menyerang atau menjelek2kan penganut agama lain. mis : melihat si A yg agamanya B masuk neraka. Seperti kesaksian Angelina yg dilihat di neraka hanya org yg punya iman berseberangan dengan dia (dari ini saja sdh bisa disimpulkan sendiri). Kalaupun para santo atau santa dpt melihat neraka, spt kesaksian Santo Don Bosco, ia hanya melihat beberapa muridnya sendiri yg tidak taat dlm ajarannya hingga bisa masuk neraka, jadi jg sebagai peringatan spy dia lebih rajin lagi mengingatkan para muridnya utk menjauhi dosa.
Jadi sebaiknya kesaksian2 yg spt link di atas tidak usah dipikirkan, yg perlu kita pikirkan hanya bagaimana cara menjauhi dosa dan bisa hidup kudus spt yg diperintahkan Bapa di surga. Hidup kudus jg mutlak krn rahmat Allah, maka mintalah dgn rajin berdoa dan juga mulai meneladani kehidupan sesuai perintah Allah.
Salam Kasih Kristus,
Yindri
Syalom, kakak” yg memberikan pencerahan melalui website ini,
saya ingin bertanya pandangan kakak” tentang Semiramis dan Nimrod, yang dikisahkan menjelma menjadi banyak figur” religi di dunia seperti Devka-Khrishna, Isis-Horus,Diana-Ephesus,Maria-Bayi Yesus, saat kejadian bagunan babel. Saya bertanya karena tempo hari ada seseorang yang memberikan lembaran yang berjudul ” Mengapa Bunda Maria Menangis? ” atau semacam itu, yang mencakup tentang penyembahan patung Bunda Maria dan termasuk hal yang diatas. Mengenai penyembahan patung Bunda Maria, saya sudah membaca artikel” di Katolisitas dan mendapat pencerahan yang luar biasa, tetapi saya masih bertanya” soal Semiramis dan Nimrod.
Pertanyaan Saya :
-Bagaimana Kakak” menanggapi tentang hal ini?
Terima Kasih ^^
[dari katolisitas: Bagaimana dengan argumentasi: Apakah kedatangan mereka telah dinubuatkan sebelumnya? Silakan melihat artikel ini – silakan klik]
Salam, Dionysius
Banyak kesalahpahaman terhadap pengajaran Katolik timbul karena suatu kesimpulan sudah dibuat sebelum benar-benar memahami apa yang diajarkan dalam Gereja Katolik. Walaupun kesalahpahaman tersebut seringkali adalah wujud kepedulian sesama kita terhadap keselamatan umat Katolik.
Kalau saya tidak salah, diskusi mengenai Semiramis dan Nimrod telah dibahas dalam berbagai buku, salah satunya “Mempertanggungjawabkan Iman Katolik” karya Rm. Piedyarto,O.Carm. Semoga dapat membantu.
Pacem,
Ioannes
menurut saya bapak pendeta sangat benar,,sebab bapak itu adalah salah satu orang yang hampir suci.. kita tidak boleh menyembah tuhan selain allah..dan gambaran-gambaran yang menyerupai alam semesta akan dibangkitkan dihari akhir dan dipertanggungjawabkan..bila banyak gambaran allah di dunia,maka banyak pula allah yang akan dibangkitkan dihari kiamat tersebut..bagaimana allah menbantu kita,sedangkan allah yang sesungguhnya kita tidak tahu yang mana…bila kita selalu menggambarkan allah seperti di patung,maka otak dan pikiran kita akan tersugess seperti gambaran tersebut..jadi mana kita tahu allah yang sesungguhnya itu…
sekali lagi..saya sangat setuju bapak pendeta.
[dari katolisitas: Semua orang dapat mempunyai pendapat. Yang terpenting adalah mencoba untuk mempertanggungjawabkan pendapatnya. Kami telah memberikan argumentasi di atas. Tentu saja anda dapat turut dalam diskusi tersebut. Silakan juga bergabung dalam diskusi ini – silakan klik dan ini – silakan klik.]
Shalom Bapak Dudung Maman,
Saya biasa cuma jadi pembaca, tapi tanggapan anda mengenai PENDETA ADALAH SALAH SATU ORANG YANG HAMPIR SUCI menarik saya untuk me-replay.
Mohon jelaskan ke saya, atas dasar apa saudara begitu yakin dengan kesucian seorang pendeta? dan apa bukti dari kesucian itu?
Menurut hemat saya kesucian itu harus tercermin dari banyak hal, misalnya dari sikap dan perbuatan nya, dan terlebih lagi harus di uji sejalan dengan waktu, tidak hanya semasa hidup nya saja melainkan juga lama setelah dia mati, dan juga melalui buah – buah dari perbuatannya, saya ambil contoh dimana pendeta tersebut tidak memberikan tanggapan yang baik sewaktu penulis bersama 1 orang lain nya mengangkat tangan nya di kebaktian itu dan hanya mengatakan “Anggapan yang keliru” tanpa penjelasan lebih, dan juga pendeta itu tidak membalas surat yang di kirim oleh penulis yang merincikan semua sanggahan dengan sangat mendetail, ini bagi saya menunjukkan ketidak mampuan seorang pendeta yang saudara anggap hampir suci, karena menurut saya orang yang hampir suci itu artinya orang yang hidup rohani nya sudah hampir sempurna dan saya yakin orang seperti ini pastilah selalu di bimbing oleh Roh Kudus jadi harus nya dapat dengan mudah menjelaskan perbedaan pandangan ini.
Bagi saya pribadi orang suci itu adalah para kudus yang terbukti suci karena hidup mereka menunjukkan kesucian mereka, mulai dari segala kharisma yang mereka peroleh, dan segala keutamaan – keutamaan yang mereka jalankan, kemampuan menanggung derita, bahkan segala hal – hal ajaib yang mereka lakukan dalam nama Tuhan Yesus, (St. Gerardus dari Majela, St. Fransiskus dari Asisi, Padre Pio, St. Theresia dari Avila, St. Theresia dari Liseux, St. St. Bernadette Soubirous) dan banyak orang suci lainnya, dan akhir nya mereka semua setelah mati terbukti bahkan jasad mereka tidak hancur sebagaimana kodrat manusia normal lainnya, dan setelah matipun karya kasih mereka masih tetap berlanjut hingga saat ini dimana buah – buah karya mereka yang masih tetap eksis hingga hari ini.
[Dari Katolisitas: kami edit….]
Sebagai perkenalan saya masa remaja dahulunya ikut gereja protestan selama lebih kurang 14 tahun walaupun saya Katolik ini karena ikut teman sekolah yang rata – rata protestan, tapi saya sangat bersyukur iman akan katolik tidak goyah, yang membuat saya yakin dengan kebenaran ajaran Katolik salah satu nya adalah Para Kudus dan Martir. Dari mereka saya belajar banyak bahwa apa yang mereka imani adalah benar, jadi jika saya ikut apa yang mereka imani sudah pasti saya tidak akan salah, sama dengan semboyan salah satu orang kudus (saya lupa nama nya, mohon di bantu jika ada yang tahu) “Jika ada satu yang benar, maka yang lain nya sudah pasti salah”.
[Dari Katolisitas: kami edit]
Mengenai Patung, semua orang Suci baik para Kudus maupun Martir semua punya patung, baik Salib dengan Corpus, Patung Yesus, Patung Bunda Maria, juga Patung orang – orang Kudus, apakah mereka menyembah berhala? jika iya, kenapa mereka menjadi orang Suci? dan Mayat mereka tidak hancur walau sudah di kubur ratusan tahun lamanya, bahkan tidak berbau busuk seperti normalnya mayat manusia pada umumnya, jika ini pertanda kesucian seseorang ada satu pertanyaan saya untuk anda semua
Kenapa tanda – tanda Ilahi ini hanya ada di gereja katolik dan tidak di gereja lainnya? Bukankah gereja yang lain juga menyembah Tuhan Yesus yang sama? …
Salam damai dari Allah Bapa dan dari Putra Nya Yesus Kristus serta Roh Kudus selalu menyertai kita semua, Amin.
Riwayat Santo & Santa saya dapatkan dari http://yesaya.indocell.net/id12.htm
Note:
Kepada Bpk. Stefanus dan Ibu Inggrid saya mohon maaf jika ada yang salah, sekiranya berkenan mohon di koreksi. terima kasih untuk Website ini, semoga lebih banyak lagi orang yang akan tercerahkan oleh pelayanan bapak dan ibu, Berkat Tuhan Yesus selalu menyertai Bapak dan Ibu, Amin.
F Jonathan
Saya membaca mengenai patung dan gambar,dalam Alkitab tertulis:
Jangan membuat patung yg menyerupai apapun di atas atau yang ada di bumi di bawah atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dari orang-orang yang membenci Aku.
JADI para seniman yang membuat patung, pelukis itu bukan pendosa, kita boleh membuat patung asalkan tidak sujud menyembahnya. Gambar2 yang ada pada waktu kita menonton televisi juga tidak ada pengaruhnya karena kita tidak menyembah gambar yang ada pada layar televisi tersebut.
Saya mau bertanya apabila kita berdoa berlutut di bawah patung Bunda Maria, Pieta, Patung Tuhan Yesus, itu termasuk pelanggaran atas 10 perintah Allah yang ke 1 apa tidak?
[dari katolisitas: silakan melihat tanya jawab ini – silakan klik dan diskusi ini – silakan klik]
Salam, Anonymous
Saya bersyukur anda tertarik mencari tahu alasan mengapa orang Katolik akrab dengan seni rupa patung dalam hidup religiusnya. Saya hanya berharap anda memahami bahwa Katolik memiliki dasar dan penjelasan atas hal tersebut tanpa merasa dipaksa menerima penjelasan kami.
Penggunaan patung, seperti yang telah dijelaskan dalam artikel yang telah anda baca, hanyalah sarana yang membantu mengarahkan hati kita pada Allah. Sama seperti lebih mudah melihat foto wajah orang yang kita kasihi daripada sekedar membayangkan, lebih mudah pula bagi manusia untuk menyadari Allah dalam setiap doa dan kehidupannya melalui media seni yang kasat mata. Begitu pula saat anda memeluk atau mencium foto orang yang anda kasihi, apakah berarti anda lebih mencintai selembar foto daripada pribadi yang tampak dalam foto tersebut? Tentu tidak. Demikianlah sikap hati yang umat Katolik miliki. Dengan berlutut di depan patung, bukan berarti kita menyembah patung Yesus, Pieta, atau Bunda Maria tersebut. Kita berlutut karena hati kita telah diarahkan kepada pribadi yang kita lihat, yakni Tuhan Yesus atau Bunda Maria. Mengenai ajaran memohon bantuan doa Bunda Maria telah dipertanggungjawabkan dalam artikel lain di situs.
Saya harap melalui penjelasan yang diberikan pak Stef dan segenap tim katolisitas membuat anonymous memahami bahwa Gereja Katolik hanya memanfaatkan kesenian sebagai sarana untuk kemuliaan Tuhan dan tidak pernah mengajarkan umatnya untuk memberhalakan patung. Semoga Allah selalu beserta kita.
Pacem,
Ioannes
memang benar kata-kata Scott Hahn bahwa orang katolik tidak dapat mengerti seberapa sulitnya orang protestan untuk memahami penghormatan katolik pada Maria
saya pernah bertemu dengan salah seorang teman dari Gereja Protestan berbasis etnik. kami baru berkenalan dan komentar pertama yang keluar setelah kenalan adalah “oh, penyembah Maria”. tertawa, saya menanggapi komentarnya dengan menegaskan bahwa Gereja Katolik tidak menyembah Maria. tetapi dengan percaya diri seakan tidak perlu dikoreksi teman saya berkata dengan nada menyimpulkan “Ah, itu kelihatan sekali kok”. dari komentar sederhana ini, saya berpikir bahwa:
1. Memang ada prasangka kuat dalam pikiran para teman Protestan bahwa Gereja Katolik menyembah Maria
2. Pemahaman ini sulit dan kadang tidak mau diubah
3. kemudian saya bertanya “Kelihatan bagi siapa?”. apakah yang kelihatan pasti benar? siapa yang tau apa yang dilakukan: si pelaku atau si pemirsa? apakah bila saya memegang pisau yang berdarah di samping mayat, saya dengan otomatis membunuh?
soal menyembah patung, masalah ini sudah basi tapi yah kok masih sulit dimengerti. penyembah patung itu seperti Laban yang kebingungan dan memburu Yakub karena terafim-nya hilang. baru-barusan ada patung Maria yang dipenggal, toh umat Katolik tidak menangis tujuh hari tujuh malam seakan-akan Maria bener-bener dipenggal. waktu pengrusakan Gereja beebrapa tahun lalu, gedung gereja saya termasuk yang terkena dengan hasil patung Yesus Kristus terbakar., toh warga paroki ku tidak histeris, merobek baju, menarik-narik rambut, nangis darah seakan-akan Tuhan Yesus menderita luka bakar. setiap umat Gereja Katolik yakin dengan sadar bahwa patung tetap patung. kami kadang menyematkan tindakan afeksi pada patung tersebut misalnya meletakkan rangkaian bunga, menyalakan lilin tapi tujuan kami adalah pada Pribadi yang dilukiskan oleh patung itu, bukan pada benda patung itu. kami tau bahwa yang jadi Tuhan adalah Pribadi Yesus Kristus, bukan benda patung
terpujilah Tuhan Yesus dan terpujilah BundaNya yang Tak Bercela
terima kasih
Jika memang katolik tidak mengajarkan penyembahan terhadap patung, sy ingin bertanya,
Pernah sy ikut suatu misa hari paskah. Pd waktu itu ada ritual dimana patung Yesus yg disalib dibawa keliling dan setiap umat yang hadir, mencium bagian kaki dr patung tersebut.
Pertanyaan sy :
1 bukankah sudah jelas kita tidak boleh menyembah patung, tetapi knp ada ritual seperti itu?
2. Apa maksud mencium kaki patung, padahal kt tahu patung itu cm buatan manusia?
3. Apakah dasar pembenaran alasan untuk sebagai penghayatan dsb dst sedangkan kita cm berpikir menggunakan pembenaran atas sifat manusiawi?
4. Apakah benar perintah Allah dapat kt sesuaikan dengan pemikiran kt sebagai manusia? Dan apa anda yakin bahwa pemikiran2 tsb 100% tidak bertentangan dengan perintah Allah tsb?
[dari katolisitas: sudahkah anda membaca beberapa link yang telah diberikan sebelumnya? Bacalah terlebih dahulu sampai selesai, setelah itu anda dapat memberikan argumentasi yang baru. Penciuman salib dapat anda baca di sini – silakan klik. Dari komentar anda, maka anda belum membaca seluruh link-link yang diberikan. Silakan melihat jawaban kami sebelumnya:
[Dari Katolisitas: Pertanyaan serupa sudah pernah ditanyakan dan dibahas di beberapa artikel di situs ini. Gereja Katolik membaca ayat Kel 20:4-5 dalam kaitannya dengan Kel 20:3, dan ayat- ayat lainnya dalam Kitab Suci, yang tidak melarang penggunaan patung untuk ibadah. Silakan anda membaca artikel berikut ini:
Orang Katolik tidak menyembah patung, silakan klik
Apakah umat Katolik yang berdoa di depan patung menyembah berhala, silakan klik
Diskusi dengan Indah dan Sherly tentang patung, silakan klik, dan klik di sini]
Shallom bu ingrid
Saya mau tanya menurut bu ingrid, dapatkah seseorang diselamatkan dari dosa2nya dan menerima hidup yg kekal hanya berserah/ percaya akan kuasa darah Kristus serta menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juru selamat secara pribadi, padahal orang tersebut tidak pernah minta doa syafaat pd bunda Maria, para santo atau Paus yg telah meninggal?
terima kasih
Shalom Pemirsa,
Terima kasih atas pertanyaannya. Kalau saya dapat menyimpulkan dari pertanyaan anda, maka saya melihat bahwa konsep keselamatan bagi anda adalah A atau B. Namun Gereja Katolik melihat keselamatan adalah A dan B. Sebagai contoh kalau anda tanya “dapatkah seseorang diselamatkan dari dosa2nya dan menerima hidup yg kekal hanya berserah/ percaya akan kuasa darah Kristus serta menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juru selamat secara pribadi, padahal orang tersebut tidak pernah minta doa syafaat pd bunda Maria, para santo atau Paus yg telah meninggal?” maka jawabannya adalah tidak. Kenapa? Karena Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa hanya dengan percaya akan kuasa darah Kristus serta menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi. Dapatkah anda menyebutkan ayat mana di Alkitab yang menyebutkan demikian? Gereja Katolik melihat keselamatan sebagai hal yang lalu, sekarang dan akan. Dengan demikian, keselamatan dari sisi manusia adalah suatu proses. Gereja Katolik juga melihat pentingnya iman, pengharapan dan kasih dalam keselamatan, pentingnya baptisan, pentingnya perbuatan, dan yang paling utama adalah pentingnya rahmat Allah, karena keselamatan adalah merupakan anugerah Allah yang jauh di atas kodrat manusia. Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa umat Allah diselamatkan karena Maria. Anda dapat turut berdialog tentang konsep keselamatan di sini – silakan klik. Saya rasa diskusi tentang keselamatan dalam hubungannya dengan iman dan baptisan telah dibahas secara panjang lebar di link tersebut. Jangan lupa membaca di bagian bawahnya – silakan klik. Semoga penjelasan singkat ini dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Saya ingin menjawab ayat mana yang membenarkan pertanyaan pemirsa “dapatkah seseorang diselamatkan dari dosa2nya dan menerima hidup yg kekal hanya berserah/ percaya akan kuasa darah Kristus serta menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juru selamat secara pribadi, padahal orang tersebut tidak pernah minta doa syafaat pd bunda Maria, para santo atau Paus yg telah meninggal?” maka jawabannya adalah TIDAK. Kenapa? Karena Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa hanya dengan percaya akan kuasa darah Kristus serta menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juru Selamat pribadi. Dapatkah anda menyebutkan ayat mana di Alkitab yang menyebutkan demikian? (Saya jawab: “Bagaimana dengan ayat berikut? : Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan (Roma 10:9). Bukankah ayat ini jelas menyatakan bahwa seseorang diselamatkan dari dosa2nya dan menerima hidup yg kekal apabila berserah/ percaya akan kuasa darah Kristus serta menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juru selamat secara pribadi? Thx.)
Shalom Marie,
Terima kasih atas tanggapannya. Memang Roma 10:10, menekankan pengakuan iman untuk mendapatkan keselamatan. Namun, apakah hanya dengan pengakuan ini saja kita dapat langsung diselamatkan? Tentu saja tidak. Hidup yang kekal atau keselamatan ini diberikan oleh Allah karena kasih karunia, oleh iman/ kepercayaan yang bekerja oleh kasih (Ef 2:8; Gal 5:6); dan ini diberikan melalui Pembaptisan (Yoh 3:5, Mat 28:19-20) yang melibatkan pertobatan untuk melaksanakan perintah Tuhan (lih. Mat 7:21-23; Ibr 11;39; Yak 2:14.). Maka Gereja Katolik tidak pernah memisahkan kasih karunia, iman, perbuatan kasih, Pembaptisan dan pertobatan dalam ajaran Keselamatan ini. Silakan membaca diskusi tentang keselamatan ini di sini – silakan klik dan artikel ini – silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Saya setuju dengan pendapat saudara Stefanus bahwa iman diikuti dengan perbuatan iman. Dan selama prosesnya keselamatan tersebut dapat hilang apabila manusia tetap hidup dalam “manusia lama” nya bahkan setelah menerima babtisan. Saya ingin menanyakan perihal perikop di Injil Lukas 23: 39-43 (Seorang dari penjahat yang di gantung itu menghujat Dia, katanya: “Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah. “Lalu ia berkata: “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”). Dari perikop tersebut, ada kesesuaian dengan ayat pada injil Kisah Para Rasul 2:21 (Dan barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan). Dari kisah tersebut dapat dilihat bahwa hukuman mati berupa disalibkan pada masa itu adalah bentuk hukuman mati yang mengerikan, dan bagi umat Yahudi hukuman ini dihindari, karena dikutuk oleh Allah (Ulangan 21:23). Pastinya seorang kriminal sampai dijatuhi hukuman sedemikian pastilah dosanya sangat berat. Namun dari perikop tersebut dapat dilihat bahwa pada saat itu juga si penjahat berseru kepada Yesus dan percaya bahwa Yesus Tuhan “apabila Engkau datang sebagai Raja”, Yesus mengatakan bahwa “hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”. Bukankah ini bukti keselamatan ada di dalam Dia tanpa diikuti perbuatan baik, dalam konteks penjahat tersebut tidak memiliki kesempatan lagi untuk berbuat baik karena ajal sudah hampir menjemput? (ini hanya satu contoh saja, namun saya pribadi tetap mengakui bahwa tindakan iman itu penting dalam proses menjadi pengikut Kristus). Dari perikop tersebut, saya melihat bahwa tindakan mengakui Yesus sebagai Raja tersebut sudah merupakan tindakan iman “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Roma 10:10) yang merupakan kunci dari keselamatan itu sendiri. Dan inilah yang dapat dikatakan bahwa keselamatan itu adalah anugerah semata dan hanya melalui Yesus kita beroleh keselamatan tersebut. Mohon pendapatnya. Terima kasih.
Submitted on 2011/12/14 at 2:15pm
Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu–dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta–dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia. (1 Yoh 2:27)
Shalom Marie,
Terima kasih atas tanggapannya tentang penjahat yang tersalib dalam hubungannya dengan keselamatan. Saya pikir, saya tidak perlu menjawab pertanyaan anda yang tanggal 14 Desember 2011, karena saya tidak tahu maksud anda memberikan ayat 1 Yoh 2:27 kepada saya. Sekarang mari kita diskusikan tentang penjahat yang disalib, di mana dalam kesempatan lain, saya pernah menuliskan sebagai berikut:
Penjahat yang bertobat, melakukan satu tindakan yang luar biasa. Orang dapat mengakui Yesus sebagai raja, ketika Yesus sedang melakukan mukjizat penggandaan roti atau membangkitkan orang mati. Namun, sangat sulit bagi seseorang untuk mengakui Yesus sebagai raja dan Tuhan dalam kondisi Yesus sedang disalibkan. Namun apa yang dilakukan penjahat yang bertobat? Dia menegur penjahat yang menghujat Yesus, dengan berkata “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” (Luk 23:40-41) Ini merupakan bentuk pertobatan dan pernyataan iman. Tidak cukup dengan pernyataan iman ini, penjahat yang bertobat memberikan pernyataan iman yang sungguh luar biasa dengan mengatakan “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” (Luk 23:42) Dia menaruh iman dan pengharapan di dalam Kristus, yang adalah Allah dan Raja, yang walaupun pada saat ini sedang menderita, namun penjahat ini menaruh pengharapan di dalam Kristus dan percaya bahwa Kristus akan datang lagi dalam kemuliaan-Nya, yaitu sebagai Raja. Walaupun percakapan ini begitu singkat, namun ini adalah ungkapan kasih yang luar biasa. Setiap tarikan nafas dan perkataan yang terucap merupakan penderitaan yang sungguh menyiksa. Namun, dengan sisa nafasnya, penjahat ini mengungkapkan kasihnya kepada Yesus. Ungkapan iman, pengharapan dan kasih yang luar biasa ini dijawab oleh Yesus dengan indah: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (ay.43) Jadi, pertobatan yang sungguh; keinginan untuk bersatu dengan Kristus; pengharapan bahwa Kristus akan mengingatnya; imannya akan Kristus yang menderita sengsara, wafat dan bangkit dalam kemuliaan; serta tindakan kasih, mendatangkan keselamatan bagi penjahat ini.
Apakah contoh ini dapat menjadi konfirmasi dari Rom 10:10? Tentu saja bisa. Apakah contoh ini bisa diterapkan pada semua orang? Tentu saja tidak bisa, karena penjahat tersebut bertobat, menunjukkan iman, pengharapan dan kasih kepada Yesus sampai akhir hayatnya, sedangkan semua orang yang telah mengaku bahwa Yesus Tuhan dan masih hidup di dunia ini, harus menunjukkan kesetiaan mereka sampai akhir. Jadi, kalau anda mempercayai bahwa keselamatan dapat hilang, maka Rom 10:10 tidak dapat diartikan sebagai ayat yang mendukung pengajaran sekali selamat tetap selamat. Pengakuan iman akan Kristus itu memang penting, namun sama pentingnya dengan baptisan dan kekudusan, karena memang tidak ada yang tidak kudus dapat melihat Allah (lih. Ibr 12:14). Gereja Katolik tidak pernah mengatakan bahwa keselamatan adalah karena perbuatan kita. Gereja Katolik mengatakan bahwa keselamatan adalah semata-mata adalah anugerah Allah, namun manusia juga dituntut untuk menggunakan akal budinya sehingga manusia dapat bekerjasama dengan rahmat Allah untuk bertobat, menerima baptisan, bertumbuh dalam iman, pengharapan dan kasih, serta berjuang dalam kekudusan. Dengan kata lain, semua hal ini disebutkan di dalam Kitab Suci. Oleh karena itu, kalau kita memang ingin konsisten terhadap pengajaran Kitab Suci secara menyeluruh, maka kita juga harus menjalankan semua pesan tersebut dan tidak hanya berhenti pada Rom 10:10. Semoga penjelasan ini dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Stefanus,
Saya setuju sekali dengan uraian anda di atas dan tidak berniat menguraikan lebih lanjut. Dan tentu saja saya tidak mengatakan bahwa dari Roma 10:10 dapat diartikan sekali selamat tetap selamat. Saya hanya mengkonfirmasi saja bahwa apa yang dikatakan di Roma 10:10 berlaku bagi siapa saja yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat. Itu syarat utamanya. Masalah apakah seseorang menghidupi keselamatan yang telah diterimanya seiring dengan berjalannya waktu, itu adalah buah dari keselamatan yang diperolehnya (Mat 3:8). Dan tidak menutup kemungkinan kasus seperti yang diuraikan di Injil Lukas 23: 39-43 dapat terjadi pada siapa saja walaupun itu bukan semua orang, seperti ucapan Yesus pada Injil Mat 19:26 (Yesus memandang mereka dan berkata: “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.”), Luk 1:37 (Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil). Terimakasih.
[dari katolisitas: Tanpa iman, tidak ada seorangpun yang berkenan kepada Allah. Namun, iman adalah pemberian dari Allah dan pada saat yang bersamaan adalah tanggapan dari manusia kepada wahyu Allah.]
Saya tidak setuju dengan pendapat Stefanus Tay….
meskipun saya seorang Katolik….
“dapatkah seseorang diselamatkan dari dosa2nya dan menerima hidup yg kekal hanya berserah/ percaya akan kuasa darah Kristus serta menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juru selamat secara pribadi, padahal orang tersebut tidak pernah minta doa syafaat pd bunda Maria, para santo atau Paus yg telah meninggal?” maka jawabannya adalah tidak.
Yang saya takutkan adalah bahwa umat non Katolik akan menganggap bahwa kita diwajibkan meminta doa kepada Bunda Maria, para Santo Santa, padahal kita tidak diwajibkan memohon kepada Bunda Maria dan para Santo Santa… Meskipun demikian ada kalanya saya berdoa kepada Bunda Maria dan para Santo Santa….
Saya berpikir bahwa keselamatan penuh adalah ketika kita bergabung dengan Gereja Katolik dan mengamalkan perbuatan kasih dan kebaikan kepada sesama dan menjauhi perbuatan dosa, dan bila orang tersebut terlanjur berbuat dosa maka dia harus bertobat agar keselamatan yang hilang akan diperoleh kembali…. Keselamatan itu harus kita perjuangkan setelah kita dibaptis…
Tidak berdoa kepada Bunda Maria, atau Para Santo Santa, tetapi orang tersebut memancarkan kasih kepada sesama dan beragama Katolik maka dia akan selamatkan…..
Shalom Krisna,
Kalau anda perhatikan konteks dari diskusi di atas adalah “dapatkah seseorang diselamatkan dari dosa2nya dan menerima hidup yg kekal hanya berserah/ percaya akan kuasa darah Kristus serta menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juru selamat secara pribadi” tanpa perlu yang lain. Dengan kata lain, jawaban yang saya berikan adalah menolak pernyataan bahwa sola fide (hanya iman). Memang Rom 10:10 memaparkan pentingnya percaya dan mengaku dengan mulut untuk mendapatkan keselamatan, namun ayat-ayat yang lain juga menuliskan hidup yang kekal atau keselamatan ini diberikan oleh Allah karena kasih karunia, oleh iman/ kepercayaan yang bekerja oleh kasih (Ef 2:8; Gal 5:6); dan ini diberikan melalui Pembaptisan (Yoh 3:5, Mat 28:19-20) yang melibatkan pertobatan untuk melaksanakan perintah Tuhan (lih. Mat 7:21-23; Ibr 11;39; Yak 2:14.)
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Firman Tuhan Vs Tradisi, apa pilihan anda, apakah tradisi itu menjadi suatu keenakan bagi anda yang mengikutinya? dasar segala sesuatu adalah Firman Tuhan, walau apapun dominasi gereja itu sendiri, dan JANGAN SESEKALI MENGGUNAKAN FIRMAN ITU SEBAGAI BATU SANGDUNGAN BAGI ANDA KERANA BILA TIBA SAATNYA NANTI, akan digenapilah Matius 7 : 21-23
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Shalom Nick,
Terima kasih atas tanggapan anda. Anda memberikan pertanyaan Firman Tuhan vs Tradisi. Bagaimana kalau saya pilih Kitab Suci dan Tradisi Suci yang dijaga oleh Magisterium Gereja? Definisi dari ketiganya adalah sebagai berikut:
Tradisi Suci
(KGK 75-83)
Tradisi Suci adalah Tradisi yang berasal dari para rasul yang meneruskan apa yang mereka terima dari ajaran dan contoh Yesus dan bimbingan dari Roh Kudus. Oleh Tradisi, Sabda Allah yang dipercayakan Yesus kepada para rasul, disalurkan seutuhnya kepada para pengganti mereka, supaya dalam pewartaannya, mereka memelihara, menjelaskan dan menyebarkannya dengan setia. Maka Tradisi Suci ini bukan tradisi manusia yang hanya merupakan ‘adat kebiasaan’. Dalam hal ini, perlu kita ketahui bahwa Yesus tidak pernah mengecam seluruh adat kebiasaan manusia, Ia hanya mengecam adat kebiasaan yang bertentangan dengan perintah Tuhan (Mrk 7:8).
Jadi, Tradisi Suci dan Kitab Suci tidak akan pernah bertentangan. Pengajaran para rasul seperti Allah Tritunggal, Api penyucian, Keperawanan Maria, telah sangat jelas diajarkan melalui Tradisi dan tidak bertentangan dengan Kitab Suci, meskipun hal-hal itu tidak disebutkan secara eksplisit di dalam Kitab Suci. Janganlah kita lupa, bahwa Kitab Suci sendiri mengajarkan agar kita memegang teguh Tradisi yang disampaikan kepada kita secara tertulis ataupun lisan (2Tes 2:15, 1Kor:2).
Juga perlu kita ketahui bahwa Tradisi Suci bukanlah kebiasaan-kebiasaan seperti doa rosario, berpuasa setiap hari Jumat, ataupun selibat para imam. Walaupun semua kebiasaan tersebut baik, namun hal-hal tersebut bukanlah doktrin. Tradisi Suci meneruskan doktrin yang diajarkan oleh Yesus kepada para rasulNya yang kemudian diteruskan kepada Gereja di bawah kepemimpinan penerus para rasul, yaitu para Paus dan uskup.
Kitab Suci
(KGK 101-141)
Allah memberi inspirasi kepada manusia yaitu para penulis suci yang dipilih Allah untuk menuliskan kebenaran. Allah melalui Roh KudusNya berkarya dalam dan melalui para penulis suci tersebut, dengan menggunakan kemampuan dan kecakapan mereka. “Oleh sebab itu, segala sesuatu yang dinyatakan oleh para pengarang yang diilhami tersebut, harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus.” Jadi jelaslah bahwa Kitab Suci yang mencakup Perjanjian Lama dan Baru adalah tulisan yang diilhami oleh Allah sendiri (2Tim 3:16). Kitab-kitab tersebut mengajarkan kebenaran dengan teguh dan setia, dan tidak mungkin keliru. Karena itu, Allah menghendaki agar kitab-kitab tersebut dicantumkan dalam Kitab Suci demi keselamatan kita.
Mungkin ada orang Kristen yang berkata, bahwa keselamatan mereka diperoleh melalui Kitab Suci saja. Namun, jika kita mau jujur, kita akan melihat bahwa hal itu tidak pernah diajarkan oleh Kitab Suci itu sendiri. Malah yang ada adalah sebaliknya, bahwa Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri (2Pet 1:20-21) sebab ada kemungkinan dapat diartikan keliru (2Pet 3:15-16). Gereja pada abad-abad awal juga tidak menerapkan teori ini. Teori ‘hanya Kitab Suci’ atau ‘Sola Scriptura’ ini adalah salah satu inti dari pengajaran pada zaman Reformasi pada tahun 1500-an, yang jika kita teliti, malah tidak berdasarkan Kitab Suci.
Pada kenyataannya, Kitab Suci tidak dapat diinterpretasikan sendiri-sendiri, karena dapat menghasilkan pengertian yang berbeda-beda. Sejarah membuktikan hal ini, di mana dalam setiap tahun timbul berbagai gereja baru yang sama-sama mengklaim “Sola Scriptura” dan mendapat ilham dari Roh Kudus. Ini adalah suatu kenyataan yang memprihatinkan, karena menunjukkan bahwa pengertian mereka tentang Kitab suci berbeda-beda, satu dengan yang lainnya. Jika kita percaya bahwa Roh Kudus tidak mungkin menjadi penyebab perpecahan (lih. 1Kor14:33) dan Allah tidak mungkin menyebabkan pertentangan dalam hal iman, maka kesimpulan kita adalah: “Sola Scriptura” itu teori yang keliru.
Magisterium (Wewenang mengajar) Gereja
(KGK 85-87, 888-892)
Dari uraian di atas, kita mengetahui pentingnya peran Magisterium yang “bertugas untuk menafsirkan secara otentik Sabda Allah yang tertulis atau diturunkan itu yang kewibawaannya dilaksanakan dalam nama Yesus Kristus.” Magisterium ini tidak berada di atas Sabda Allah, melainkan melayaninya, supaya dapat diturunkan sesuai dengan yang seharusnya. Dengan demikian, oleh kuasa Roh Kudus, Magisterium yang terdiri dari Bapa Paus dan para uskup pembantunya [yang dalam kesatuan dengan Bapa Paus] menjaga dan melindungi Sabda Allah itu dari interpretasi yang salah.
Kita perlu mengingat bahwa Gereja sudah ada terlebih dahulu sebelum keberadaan kitab-kitab Perjanjian Baru. Para pengarang/ penulis suci dari kitab-kitab tersebut adalah para anggota Gereja yang diilhami oleh Tuhan, sama seperti para penulis suci yang menuliskan kitab-kitab Perjanjian Lama. Magisterium dibimbing oleh Roh Kudus diberi kuasa untuk meng-interpretasikan kedua Kitab Perjanjian tersebut.
Jelaslah bahwa Magisterium sangat diperlukan untuk memahami seluruh isi Kitab Suci. Karunia mengajar yang ‘infallible‘ (tidak mungkin sesat) itu diberikan kepada Magisterium pada saat mereka mengajarkan secara resmi doktrin-doktrin Gereja. Karunia ini adalah pemenuhan janji Kritus untuk mengirimkan Roh KudusNya untuk memimpin para rasul dan para penerus mereka kepada seluruh kebenaran (Yoh 16:12-13).
Kemudian, kaitan tentang Kitab Suci dan Tradisi Suci, anda dapat mengikuti diskusi ini – silakan klik. Anda dapat berpartisipasi dalam diskusi di link tersebut dan silakan memberikan argumentasi yang baru atau memperkuat argumentasi yang sudah ada. Namun, jangan memulai diskusi dari awal. Semoga hal ini dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Syalom Nick, ternyata perkataan anda itu BERLAWANAN dengan Kitab Suci sendiri, saya akan ambil quote dari message anda yang mengatakan :
“dasar segala sesuatu adalah Firman Tuhan”
Hal ini bertentangan dengan Kitab Suci di 1 Timotius 3:15 =
“Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni JEMAAT DARI ALLAH YANG HIDUP, tiang penopang dan DASAR KEBENARAN”.
jadi Dasar kebenaran adalah gereja / jemaat, BUKAN Kitab Suci. Yang ngomong adalah Alkitab sendiri lho.
Sehingga dari Gereja ( jemaat – jemaat Allah ) itu MEMBENTUK ALKITAB. Sekarang aku tanya ke Nick sendiri deh, coba dipikirkan baik – baik kalo ada yang tanya seperti ini :
1.Mengapa urutan injil harus Matius-Markus-Lukas-Yohanes ? Kenapa tidak Lukas-Yohanes-Matius-Markus ?
2.Bagaimana nasih para rasul yang lain setelah kitab para rasul selesai ? Kemana mereka pergi ?
3.Apakah kamu tahu kalo Injil Lukas itu ternyata rangkuman dari Khotbah2 Paulus ?
Ada banyak hal yang tidak akan dipahami di Alkitab jika TIDAK membaca Tradisi Suci.
Semoga jadi bahan permenungan.
Tuhan Yesus memberkati & Bunda Maria selalu menuntun anda pada putraNYA
kooooook VS ?
Kan lebih pas kalau dibilang Firman Tuhan yang dijaga dan diajarkan secara turun temurun oleh tradisi
Kalau semua orang bebas mengintepretasikan Firman Tuhan apa guidelinenya ?
apalagi kita tahu bahasa sendiri memiliki keterbatasan belum lagi ada masalah ambigu dalam memaknai bahasa juga ada masalah dalam penerjemahan
Dimana jaminan tidak ada kesalahan penafsiran dari intepretasi pribadi anda ?
misal kalau saya mempelajari hukum Newton tentunya disamping saya mempelajari textbook2 yang bersangkutan saya akan berkonsultasi pada orang yang lebih pakar dan terlebih dahulu telah mempelajarinya sebelum saya sehingga saya yain tidak salah memahami. Orang tersebut juga tentunya juga belajar dari pakar sebelumnya dan seterusnya yang bila dirunut ya tentunya Isaac Newton yang mengajarkannya.
Tentunya akan ada argumen kalau membaca/mempelajari Firman bakal mendapat terang Roh Kudus sehingga gak bakal salah ….
hasilnya tentunya sudah bisa dilihat ada berapa banayak variasi dogma/doktrin yang saling bertentangan satu dengan lainnya sebagai akibat intepretasi pribadi yang bebas tersebut
Shallom. pak Stef dan bu ingrid….
Umat katolik menempatkan patung Maria digua gua dan patung paus vatikan di beberapa sudut kota, jika saya tanya pd sdr jawabannya itu sikap penghormatan bukan menyembah, tapi dalam prakteknya sikap yg dilakukan/ ditunjukkan umat katolik didepan patung Maria atau patung Paus vatikan adalah bentuk penyembahan terhadap patung/ berhala, ini jelas sekali melanggar hukum Tuhan yg ke 2, maka gimana jika praktek praktek semacam itu dihentikan, mohon tanggapannya.
thank
Shalom Tiyang desa,
Tentang topik patung ini sudah banyak dibahas di situs ini. Silakan anda membaca terlebih dahulu di artikel- artikel ini, (silakan klik di judul-judul berikut):
Orang Katolik tidak menyembah patung
Apakah berhala itu?
Dialog dengan Indah tentang patung
Dialog dengan Sherly tentang patung
Jika anda berniat berdialog dengan kami silakan anda sebutkan terlebih dahulu, apa yang anda maksud dengan pernyataan anda ini, “dalam prakteknya sikap yg dilakukan/ ditunjukkan umat katolik didepan patung Maria atau patung Paus vatikan adalah bentuk penyembahan terhadap patung/ berhala…” Sikap apa yang anda maksud di sini?
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shallom bu Ingrid
Dilihat dari sikap umat katholik didepan patung maria atau patung paus vatikan, bisa dilihat langsung atau dokumen2 foto yg telah ada. saya kira arah pertanyaan saya sudah jelas.
thanks
[Dari Katolisitas: Silakan anda membaca tanggapan/ jawaban kami di rubrik FAQ tentang topik ini, silakan klik]
Halo,
Saya seorang Protestan dan baru mulai belajar mengenai Katolik, dan sedang dalam proses mencoba memahami penggunaan patung dsb.
Memang jika dilihat dari tujuan sebenarnya memang baik, namun ada beberapa pertanyaan di hati saya:
1. Mengenai pembuatan patung yang disebutkan di PL; saya lihat
a. semuanya itu adalah perintah langsung dari Tuhan. Di luar perintah langsung dari Tuhan, saya tidak yakin apakah ada patung2 yang dibuat.
b. Tujuannya juga untuk kemuliaan Tuhan, bukan untuk kenyamanan atau kemudahan manusia (misal: mengarahkan hati).
Dan mungkin ini sangat erat hubungannya dengan 10 perintah Allah yang sangat dipegang teguh pada saat itu. Setidaknya setahu saya di jaman Yesus tidak dibuat/ada patung Abraham, Yeremia, dan nabi2 besar lainnya.
Jadi saya kurang tahu apakah pembuatan patung Yesus, Maria, Yusuf, dll diperintahkan Tuhan?
2. Kita tentu paham mengenai istilah “menjadi batu sandungan” yang sering disebutkan dalam Alkitab. Dan bahkan dalam jawaban Ibu Inggrid mengenai makanan yang dipersembahkan dalam sembayangan istilah ini digunakan. Namun sayang sekali, saya melihat bahwa penggunaan patung dsb nya itu sudah menjadi batu sandungan, bukan hanya dari kalangan Protestan, bahkan dari agama lainnya yang menganggap Katolik menyembah patung. Saya hanya berpikir, tidak adakah cara lain untuk “mengarahkan hati” dan “menghayati kedekatan” dengan Tuhan tanpa menjadi batu sandungan?
Bahkan jika kita mau jujur, tidak sedikit orang Katolik yang “lupa” dengan esensi dasar doa kepada orang2 suci dan Maria seperti yang sebenarnya jadi dasar dari Gereja Katolik. Contoh: Dalam kondisi darurat (di ambang kecelakaan, dsb) mungkin dia malah berdoa demikian: Maria, tolong saya; (ini fakta yang dilakukan teman saya)…. yang mana ini sudah di luar dasar pembenaran devosi pada Maria…karena harusnya kita memohon pada Tuhan.
Entah disadari atau tidak; konsep orang2 kudus ini bila tidak dipahami dengan benar (sayangnya most likely terjadi), bahkan bisa menjadi batu sandungan bagi orang Katolik sendiri.
Demikian pertanyaan saya, mohon maaf kalau ada yang salah karena saya baru belajar.
Terima kasih.
Shalom Arif Setiabudi,
Terima kasih atas tanggapan anda. Berikut ini adalah tanggapan yang dapat saya berikan:
1. Tentang penggunaan patung di dalam Perjanjian Lama:
a. Seperti yang anda katakan, patung-patung di dalam Perjanjian Lama (PL) adalah perintah Tuhan sendiri. Namun, di satu sisi, Tuhan juga memberikan perintah untuk tidak membuat patung. Perintah yang terlihat saling bertentangan ini sebenarnya tidaklah bertentangan, karena tidak menjadi masalah kalau kita membuat patung asal kita tidak menyembahnya. (lih. Kel 20:4-5). Kalau Tuhan memberikan perintah untuk membuat patung, maka ini berarti pembuatan patung tidaklah bermasalah. Akan menjadi masalah kalau kemudian kita menyembah patung tersebut (lih. 2Raj 18:4)
b. Memang tujuan dari pembuatan patung di dalam Gereja Katolik adalah bukan untuk menyembah patung namun untuk mengarahkan hati umat Katolik agar dapat menyembah Tuhan dengan baik. Memang dapat Perjanjian Baru tidak ada perintah untuk membuat patung, namun di satu sisi, kita juga harus melihat tidak ada larangan untuk membuat patung. Bahwa di dalam PB tidak ada patung Abraham, Yeremia, dll. tentu saja dapat dimengerti karena fokus dari penyembahan umat Yahudi adalah di dalam bait Allah. Sedangkan bait Allah sendiri adalah merupakan duplikasi dari Bait Allah pada jaman Raja Salomo, yang berarti mungkin ada patung kerub seperti yang diperintahkan oleh Tuhan kepada Raja Salomo (lih. 1Raj 6:23-28; 2Taw 3:11-13). Yesus sendiri tidak menghujat Bait Allah ini sebagai tempat berhala. Dan memang tidak ada ayat yang menjelaskan bahwa Yesus memerintahkan membuat patung Yesus, Maria, Yosef, dll. Namun, juga tidak ada perintah larangan untuk membuat patung. Bukankah Yesus juga tidak memerintahkan untuk percaya kepada Sola Scriptura atau Sola Fide di dalam Perjanjian Baru?
2. Tentang patung yang menjadi batu sandungan. Ini argumentasi yang cukup baik. Memang dalam hal makanan, rasul Paulus menjelaskan agar kita tidak menjadi batu sandungan. Di satu sisi, tidak semua hal harus kita korbankan hanya demi tidak menjadi batu sandungan, namun justru hal-hal yang terlihat menjadi batu sandungan dapat menjadi kesempatan bagi kita untuk menjelaskan iman kita. Kalau rasul Paulus mengatakan bahwa Kristus yang tersalib menjadi batu sandungan bagi orang-orang Yahudi (lih. 1Kor 1:23), bukan berarti bahwa Rasul Paulus berhenti mewartakan Kristus yang tersalib, bahkan dia mengatakan bahwa pemberitaan Kristus yang tersalib adalah kekuatan Allah bagi yang diselamatkan (lih. 1Kor 1:18).
Kalau kita melihat lebih jauh tentang batu sandungan, bagi agama lain, bukan hanya Gereja Katolik – namun juga gereja-gereja non-Katolik – juga menjadi batu sandungan. Batu sandungan bagi mereka yang terbesar bukanlah tentang patung, namun tentang Kristus – karena bagi mereka Kristus hanyalah nabi biasa sedangkan kita percaya bahwa Kristus adalah Tuhan. Apakah dengan demikian, maka kita menghilangkan iman akan Yesus sebagai Tuhan? Tentu saja kita tidak mau melakukannya.
Umat Katolik juga tidak menempatkan patung sebagai yang utama, karena bentuk penyembahan tertinggi yang diinginkan oleh Yesus adalah Ekaristi. Dalam perayaan Ekaristi tidak menjadi masalah ada patung atau tidak. Namun, juga tidak berarti bahwa kita terus menghapuskan patung-patung dari Gereja, karena ini adalah tradisi, yang tidak bertentangan dengan iman, bahkan membantu umat Allah untuk mengarahkan hati kepada Tuhan. Bahkan pada abad-abad awal, di mana tidak semua orang dapat membaca dan menulis, maka gambar-gambar dan patung-patung karya seni menjadi sarana untuk menerangkan iman Kristen. Hal yang sama, kita juga terapkan pada anak-anak kita, di mana kita sering menunjukkan gambar atau patung Yesus. Patung-patung dalam Gereja tidaklah mengganggu, karena mereka mempresentasikan anggota keluarga Allah dan bukan musuh-musuh Allah. Dengan demikian, liturgi menjadi penuh makna, karena bukan hanya dihayati sebagai penyembahan umat Allah di dunia ini, namun juga seluruh isi Sorga (Bunda Maria dan santa-santo, serta para malaikat) turut dalam pujian dan penyembahan kepada Kristus. Diskusi panjang tentang topik ini dapat anda ikuti di sini – silakan klik.
Bahwa ada umat Katolik yang tidak tahu imannya secara baik memang harus diakui, sama seperti umat dari non-Katolik juga ada yang tidak tahu imannya secara baik. Umat Katolik dekat kepada Maria, karena menyadari bahwa Maria tidak pernah menyimpan semua doa hanya untuk dirinya sendiri, melainkan dia akan membawanya kepada Yesus, dan dia akan mengatakan “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (Yoh 2:5) Umat Katolik tahu bahwa Maria adalah mahluk ciptaan dan dia tidak dapat berbuat apa-apa tanpa Kristus. Namun, umat Katolik tahu bahwa dia adalah ciptaan yang dipilih oleh Allah secara istimewa, sehingga terpilih menjadi bunda Allah. Kalau Allah memandang Bunda Maria baik sebagai Bunda Allah, maka sebagai pengikut Kristus, kita juga mengikuti Kristus – yaitu menghormati ibu-Nya. Kalau sampai terjadi penyimpangan dan ada yang tidak mengerti iman dengan benar, maka yang dibernarkan adalah pengertian dari orang-orang tersebut, karena masalahnya bukan di dalam pengajaran, namun pada orang-orang tersebut. Dan sekali lagi, Sakramen Ekaristi adalah cara umat Katolik menyembah Kristus, karena itulah yang dikehendaki oleh Kristus. Dan kalau anda pernah mengikuti Ekaristi, maka anda akan mengerti bahwa fokus dari Ekaristi adalah benar-benar Kristus sendiri. Semua devosi, seperti doa rosario, novena, dll tidak dapat menggantikan Sakramen Ekaristi, karena Sakramen Ekaristi adalah sumber dan puncak kehidupan Kristiani. Semoga jawaban ini dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
saya juga bingung kenapa salib protestant tdk ada corpus nya (TUHAN Yesus)…padahal salib kan ada 3 di bukit golgota…kita harus tahu yg mana benar2 salib YEsus itu sendiri dan tdk tertukar
Salam sejahtera bagi semuanya,
saya sangat tertarik dengan diskusi patung ini,
saya seorang Katolik, dan saya bisa dibilang awam dalam iman Katolik, tapi bukan berarti saya tidak mengimaninya.
Ijinkan saya melihat diskusi ini dari perspektif saya sebagai awam (karna jelas yang bertanya di sini juga awam tentang iman Katholik ).
Saya seorang yang punya rasa seni, dan tentunya saya yakin ini adalah pemberian Tuhan Allah kita Yesus Kristus yang biasa saya sebut TALENTA.
saya sangat mencintai Kristus, dan saya sangat merindukan-Nya dalam setiap detik hidup saya.
Dengan dorongan rasa kerinduan yang amat sangat itu…saya seringkali menggambarkan wajah Yesus, mencoba menggambarkan apa yang ada di dalam hati saya.
Semakin besar kerinduan itu, semakin megahlah karya yang saya bikin ( dalam hal ini gambar Yesus ).
pertanyaan saya,
” SEUMPAMA ADA SEORANG RAJA YANG MEMPUNYAI WILAYAH YANG SANGAT LUAS, SAMPAI SAMPAI DIA TIDAK SEMPAT MENUNJUKKAN MUKANYA DI DEPAN SELURUH RAKYATNYA, TAPI SUATU KETIKA RAJA ITU MELAKUKAN KUNJUNGAN KE SUATU DAERAH TERPENCIL DARI DAERAH KEKUASAANNYA ITU, DAN DI SITU TERLIHAT SETIAP GAPURA DIHIASI DENGAN PATUNG BERGAMBARKAN WAJAHNYA, SETIAP PERSIMPANGAN JALAN DITANDAKAN DENGAN PATUNGNYA YANG DIBUAT DENGAN INDAH DAN SEPENUH HATI OLEH PENDUDUK SEKITAR, KIRANYA…APA YANG DI RASAKAN RAJA TERSEBUT? ”
yah…mungkin perumpamaan saya kurang sempurna, tapi saya belajar dari teladan kita Yesus Kristus, saya seorang seniman gambar, apakah salah jika saya menggambarkan yang saya cintai dgn segenap hati dan hidup saya? Mungkin begitu juga yang dirasakan seniman pematung, BAHKAN ORANG2 YANG BUKAN SENIMAN…..
itu hanya expresi…expresi yang dihargai, dan dijadikan sebagai hiasan dalam rumahnya yang kecil ini,
dan saya yakin…KETIKA PATUNG PATUNG TERSEBUT JATUH DAN PECAH DIKARENAKAN UNSUR KETIDAKSENGAJAAN (BUKAN UNSUR YANG NEGATIF) MAKA KAMI UMATNYA TIDAK MERASA SEDIKITPUN KEHILANGAN TUHANNYA, MELAINKAN KAMI KEHILANGAN KARYA SEORANG HAMBA.
terimakasih…. sekian yang ingin saya sumbang, maaf jika ada kata2 yang kurang berkenan di hati saudara.
salam damai Kristus
[dari katolisitas: teruslah menyumbangkan talenta anda yang diberikan oleh Tuhan untuk semakin memuliakan nama Tuhan.]
saudara Arif Setiabudi yang saya kasihi
menanggapi teman anda yang berdoa “Maria, tolong saya”, sebenarnya hal tersebut dapat dimengerti dengan beberapa prinsip:
1. Gereja Katolik mengajarkan bahwa kendati mendapat tempat istimewa dalam karya penyelamatan dan dalam Kerajaan Surga serta Gereja, Maria tetaplah ciptaan
2. setiap anggota Gereja Katolik harus dan sudah tau akan hal ini
3. doa teman anda tidak bearti bahwa ia tidak menggantungkan harapannya pada Tuhan Yesus. saya yakin teman anda tau dengan persis bahwa yang menyelamatkan hanya Tuhan Yesus.
4. pertanyaan paling penting “apakah devosi kepada Maria mengurangi penyembahan pada Yesus? Apakah Tuhan Yesus merasa marah atau malah senang bila anggota Gereja Nya melakukan devosi pada bundaNya? Apakah Maria mencuri kemuliaan Tuhan? Apakah Maria menyimpan doa untuk dirinya sendiri? Bagaimana devosi yang benar kepada Maria?”. saya menemukan bahwa pertanyaan-pertanyaan ini dibahas dengan rinci oleh St. Louis of Monfort dalam buku True Devotion to Mary. buku tsb dapat diunduh di berbagai website lewat google dalam format pdf . kalau bisa, izinkan saya merekomendasikan buku ini kepada anda. tetapi ada baiknya bila anda berkonsultasi dahulu dengan pembimbing rohani anda. bila dimengerti dengan baik dan dilaksanakan dengan benar, devosi yang benar kepada Maria akan mengantar kepada penyembahan yang lebih dalam terhadap Tuhan Yesus. sudah banyak saksi akan hal ini terutama para Kudus. bahkan saya dapat mengatakan dengan berani bahwa setiap penyangkalan terhadap gelar Maria akan berujung pada keraguan akan KeTuhanan Yesus Kristus.
mohon koreksi dari pak Stef dan bu Inggrid, bila ada yang tidak sesuai dengan iman Katolik
terima kasih
wow.. melalui pemikiran saudara Kevin saya jadi mengerti mengapa umat Protestan sampai sekarang terpecah2 dan saling mengklaim denominasinyalah yang mempunyai anugerah Roh kudus untuk menafsirkan Alkitab, karena sdr kevin bilang..free will dll, menafsirkan sesuai ‘Roh Kudus’ yang dianggap mereka miliki dan benar menurut hati nurani mereka, yang benar mereka terima yang salah tidak diterima.. dari mana taunya penafsiran itu salah? dari mana taunya penafsiran itu benar? dari hati anda sendiri? dari roh kudus anda? sudah nampakkah buah Roh Kudus yang menurut hati nurani sang penafsir kedalam kehidupan sehari2? kalau belum nampak buah roh..hati2 lho pak kevin, orang yang pandai berfilsafat juga pandai berargumen sesuai hati nuraninya dsendiri lho karena meyakini kebenaran hati mereka sendiri tanpa mau rendah hati membuka diri dan mendengarkan orang lain dan tunduk kepada peraturan yang baik… apakah argumen anda karena pandai berfilsafat dengan melihat fakta sejarah yang sesungguhnya atau cuma pandai berfilsafat menurut hati nurani anda sendiri atau memang Roh Kudus yang pastinya sudah menampakkan buah2nya bila benar itu Roh Kudus????
Kalau saya, dengan rendah hati saya mau menerima pengajaran bapa gereja terdahulu yang melihat karya nyata Yesus maupun yang ditumpangi tangan diberkati para 12 rasul untuk meneruskan ajarannya karena saya berhati-hati nurani saya bersuara bahwa ia adalah roh kudus… Supaya saya tidak berpendapat semau saya dan akhirya memisahkan diri seperti fakta sejarah ribuan denominasi yang saling mengklaim denominasinya yang paling benar.. ngomong2 itu roh pemersatu atau roh pemecah bung kevin???
Wah, saya merasa senang sekali bisa ada artikel berkaitan tentang pemujaan patung ini.
Saya adalah mantan seorang protestan dan dulu saya juga pernah mempertanyakan hal ini. Banyak orang-orang protestan yang mempertanyakan mengapa di gereja umat Katolik banyak patung, banyak terdapat ornamen2. Bahkan salah satu tante saya yang mantan katolik pun sekarang menolak hal tersebut.
Sejak saya memutuskan untuk masuk Katolik, banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam benak saya, mengapa kita harus berdoa pada Bunda Maria, mengapa kita tidak hanya diselamatkan dengan iman, mengapa harus ada tradisi dalam Gereja? pertanyaan-pertanyaan ini harus dijawab dan dipikirkan dengan kritis. Saya belajar banyak dari berbagai buku-buku Katolik yang saya baca. Salah satu buku yang paling saya sukai adalah buku Rome Sweet Home, Karangan Scott Hann, mantan pendeta Presbyterian, orang paling anti Katolik, yang justru malah menjadi Katolik dan masih melayani Gereja hingga sekarang. ORANG PALING ANTI KATOLIK BAHKAN BERUBAH MENJADI KATOLIK!
Scott Hann bukanlah mantan seorang pendeta biasa, namun ia merupakan lulusan teologi ternama (untuk biografi dsb bisa dicari di berbagai sumber). Bahkan rekan-rekan Scott lainnya juga berpindah, dari seorang Anti-Katolik menjadi seorang Katolik yang taat. Berkaitan dengan pemujaan patung, Scott Hann menyatakan bahwa patung itu dapat diibaratkan dengan foto, kita tidak menggunakannya untuk menyembah, namun hanya mengenang orang tersebut. Dalam hal ini, patung digunakan dalam Gereja Katolik untuk membantu kita fokus berdoa pada Tuhan, BUKAN MENYEMBAH PATUNG TERSEBUT.
Selain itu, menurut saya pribadi, patung dapat digunakan oleh anak-anak sebagai sarana untuk berdoa. Menurut ilmu psikologi yang saya pelajari, anak-anak masih berada dalam concrete operational stage, di mana ANAK-ANAK MEMBUTUHKAN SESUATU YANG ‘KONKRET’ UNTUK DAPAT MEMAHAMI. Konsep Ketuhanan, Allah yang tidak kelihatan namun harus dipercaya, merupakan hal yang sulit untuk dipahami oleh anak. Anak-anak hanya mampu memahami bila melihat sesuatu yang konkret. Oleh karena itulah kebanyakan buku anak-anak bergambar dan orang dewasa hanya textbook tanpa gambar. Adanya patung dalam Gereja dapat membantu anak-anak untuk berdoa lebih fokus dan membantunya untuk memahami keberadaan dan ke-‘konkret’an Tuhan..
Sekian yang bisa saya sampaikan. Saya masih perlu belajar banyak mengenai ajaran dan hukum Katolik, maka saya minta maaf bila terjadi kekeliruan dalam pendapat saya.
Terima Kasih, damai Kristus beserta kalian semua.. =)
maaf, menyambung pernyataan saya yang sebelumnya, saya ingin mengajukan pertanyaan berkaitan dengan penggunaan patung
pada misa Natal kemarin, saya bersama kakak dan ibu saya menghadiri misa di gereja. Kakak dan Ibu saya merupakan seorang protestan, di mana kakak saya sudah dibaptis dan cukup mengetahui ajaran-ajaran protestan dengan baik, sementara ibu saya baru saja belajar agama. Ketika ada perarakan bayi natal Yesus, kakak saya melihat Pastor mendupai patung keluarga kudus yang ada di kandang ternak. Kakak saya langsung berkata pada saya,” Dhita, inilah yang membuat umat Katolik dianggap menyembah patung.”
Kakak saya paham betul bahwa umat Katolik tidak menyembah patung, namun bagaimana dengan umat-umat kristen non katolik yang lain? Saya sendiri sedang belajar dan tidak tahu alasan mengapa patung tersebut didupai..
Apa alasan pendupaan patung tersebut? Pertanyaan ini bertujuan untuk menanggapi pernyataan kakak saya yang sudah ditulis sebelumnya. Terima Kasih dan Tuhan memberkati Tim Katolisitas =)
Shalom Dhita,
Hal makna pendupaan/ penggunaan ukupan dalam ibadah, sudah pernah ditulis di sini, silakan klik.
Agaknya di sini perlu dipahami bahwa hal ukupan dan patung keduanya merupakan lambang yang memaknai sesuatu. Jadi penghormatannya bukan kepada patungnya sendiri, tetapi kepada pribadi- pribadi yang dilambangkannya. Sebagai informasi anda saja, bahwa gereja Lutheran sendiri ada yang juga menggunakan ukupan/ pendupaan di hadapan patung salib (yang ada patung Yesus-nya), sehingga sebenarnya prinsip yang diterapkan di sini, sama dengan prinsip yang diterapkan di Gereja Katolik.
Silakan anda melihat video-clip di link ini, silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Ingrid Listiati,
Artikel ini sangat menarik perhatian saya karena selain yang anda sebutkan tadi, banyak sekali yang menjadi perbedaan yang mengakibatkan polemik tersendiri antara Kristen dengan katolik. Misalnya banyak yang sangat mempertentangkan adanya doa Salam Maria. Padahal Doa Salam Maria sendiri itu awalnya dari Salam yang diberikan oleh Elizabeth kepada Maria. Juga ada lagi mengenai kenapa kok kita yang katolik kalau berdoa memakai kata Dalam nama Bapa, dan Putra dan Roh Kudus. Ini dikarenakan saya juga pernah mengalami apa yang anda alami. Maksudnya saya juga pernah ke gereja kristen untuk melihat gimana cara mereka beribadah. ini sedikit sharing. Ketika itu saya duajak oleh teman saya yang beragama kristen untuk ikut kebaktian. Kebetulan sekali temanya ialah BERTOBAT LAHIR BARU. disitu pendetanya juga sempat menyinggung katanya ” Ngapain orang katolik kalau berdoa pakai atas nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus?” dalam hati saya ini sangat menghina walau pendeta tadi bilang tidak bermaksud menghina karena ada saya. Mudah-mudahan artikel ini bisa menjadi bahan permenungan kita. Berkat Tuhan Beserta kita.
Shalom Adhiatmaka,
Ya, sering kita mendengar kesalahpahaman dari saudara/i kita yang Kristen non- Katolik. Kita tidak perlu marah, sebab mungkin mereka berkata demikian, karena memang mereka diajarkan demikian. Jika ada kesempatannya, silakan anda mengutarakan ajaran Gereja Katolik, sehingga mereka dapat mengetahuinya juga.
Perihal makna tanda salib, sudah pernah dituliskan di sini, silakan klik. Kita membuat tanda salib karena kita percaya dan menghormati Allah Tritunggal Maha Kudus: Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Setiap kita membuat tanda salib kita mengingat dan menghormati Allah sendiri; dan meresapkan makna Pembaptisan kita, sebab hanya oleh kasih karunia Allah yang telah mengutus Putera-Nya Yesus Kristus oleh kuasa Roh Kudus, kita dapat diselamatkan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom semuanya,
Wah…menarik sekali diskusi ini. Puji Tuhan, karena saya justru melihat semua ini baik & positif.
Kita semua bersaudara, bukan? Jadi kalau ada beda-beda pendapat sedikit itu wajar kan.
Yang terpenting adalah, bahwa kita semua adalah SATU di dalam Tubuh Mistik Kristus.
Spt sdh ditulis juga di Katekismus Gereja Katolik artikel 791 ‘Kesatuan Tubuh tidak menghapus perbedaan antara anggota-anggota: “Dalam pembentukan Tubuh Kristus berlaku perbedaan anggota dan tugas. Satu Roh yang membagi-bagikan anugerah-Nya yang bermacam ragam, sesuai kekayaan-Nya dan sejalan dengan kebutuhan pelayanan, demi kepentingan Gereja”.
Kesatuan Tubuh Mistik menyebabkan dan mengembangkan di antara kaum beriman cinta satu sama lain: “Maka, bila ada satu anggota yang menderita, semua anggota ikut menderita; atau bila satu anggota dihormati, semua anggota ikut bergembira” (LG 7). Kesatuan Tubuh Mistik mengatasi segala pemisahan antar manusia: “Karena kamu semua yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Gal 3:27-28).’
Jadi janganlah kita mau dipecah-pecah terus.. Malahan, semua kita haruslah saling lebih MENGASIHI & BERBUAH yang baik dalam keseharian kita & terus minta rahmat-Nya untuk diberikan pengetahuan yang benar.
Spt ketika Rasul Paulus berdoa untuk umat di Filipi, “semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus.” (Flp 1:9-11).”
Dan untuk umat di Kolose, “supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, sehingga hidupmu layak dihadapan-Nya serta berkenan kepada-Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar tentang Allah” (Kol 1:9-10).”
Masalah ‘kebenaran-kebenaran’ itu ya masing-masing carilah dengan cara & pengalamannya sendiri-sendiri seiring pertumbuhan iman & pengetahuannya. Jadi ya ndak usah ‘dipaksakan’.
Diskusi2 seperti ini (yang difasilitasi dengan bijak & baik oleh tim Katolisitas atau yang lain2), tentunya akan juga sangat membantu.
Damai Kristus bersama kita semua. Amin.
Peace and All Good
Thomas
Shalom Thomas Rizal,
Memang sudah seharusnya, bahwa kita semua sebagai murid- murid Kristus bersatu, sebab itulah yang menjadi kehendak Kristus sendiri. Dalam doa-Nya sebelum sengsara-Nya, Yesus berkata, “…. Dan bukan untuk mereka [para rasul] ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang- orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” (Yoh 17:20-21).
Nah, kita mengetahui bahwa Yesus telah mempercayakan kepemimpinan para murid dan semua orang yang percaya kepada-Nya ini kepada Rasul Petrus, yang atasnya Yesus mendirikan Gereja-Nya (Mat 16:18). Maka jika Gereja Katolik mengajak semua murid Kristus untuk bergabung di dalamnya sebagai Satu Tubuh, itu adalah demi terpenuhinya keinginan Tuhan Yesus sendiri. Yesus menginginkan persatuan Tubuh-Nya dalam kesatuan dengan Dia sebagai Kepala, yang telah memberikan kuasa kepemimpinan kepada Rasul Petrus dan para penerusnya. Bahwa kenyataannya, ada banyak orang yang tidak sepaham dengan ajaran ini, itu adalah suatu realita; dan inilah yang menyebabkan ada banyaknya denominasi gereja dengan doktrin yang berbeda- beda. Ada banyak orang mengira, perbedaan doktrin ini tidak apa-apa, atau bahkan menyebutkan bahwa semua sama- sama benar. Namun akal sehat dan kejujuran sendiri menunjukkan bahwa tidak mungkin dua hal yang bertentangan sama- sama benar. Oleh karena itu, berdasarkan arti sesungguhnya, seharusnya kebenaran itu tidak pernah bersifat relatif; atau orang tidak bergitu saja berhak menentukan sendiri kebenaran menurut pandangannya.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa kebenaran itu sifatnya obyektif. Kebenaran yang obyektif ini mempunyai nama, yaitu Yesus Kristus. Yesus adalah Kebenaran yang diwahyukan oleh Allah sendiri. Demikian pula Gereja, yang adalah Tubuh Mistik Kristus, haruslah merupakan sesuatu yang “diberikan”/ “didirikan” oleh Allah sendiri, dan bukannya didirikan oleh manusia, lalu dikatakan kemudian sebagai dikepalai oleh Kristus. Yesus hanya membentuk satu Gereja, dan Gereja ini adalah yang dibangun di atas Rasul Petrus (Mat 16:18). Gereja ini masih berlangsung sampai sekarang di dalam Gereja Katolik. Maka Gereja selalu mempunyai dua dimensi, yaitu baik yang bersifat rohani dan tidak kelihatan (sebagai Tubuh Mistik Kristus) maupun juga sebagai sesuatu yang kelihatan secara struktural (yaitu berada dalam kepemimpinan Rasul Petrus dan para penerusnya).
Maka sebagai umat Katolik kita memegang pengertian Gereja sesuai dengan yang diajarkan oleh Yesus sendiri. Konsep Gereja inilah yang diterapkan sejak masa jemaat awal; yang dapat kita ketahui dari tulisan para Bapa Gereja. Bagi mereka, Gereja adalah persatuan para umat beriman dalam kesatuan dengan para uskup mereka; dan dalam kesatuan dengan Paus yang pada waktu itu disebut sebagai uskup Roma. Hal inilah yang sampai saat ini dilestarikan di dalam Gereja Katolik. Pengertian ekklesiologi (tentang Gereja) seperti ini adalah salah satu unsur Kebenaran yang tak terpisahkan dari Kebenaran tentang Kristus, yang diwahyukan oleh Allah sendiri. Perihal ada banyak orang Kristen yang tidak mempunyai pandangan yang sama tentang Gereja, tidak menjadikan alasan bagi kita untuk meng- korting makna kebenaran sebagai sesuatu yang relatif dan dapat dicari sesuai dengan cara dan pengalaman masing- masing. Kebenaran itu adalah sesuatu yang obyektif. Namun kita sebagai orang Katolik tidak dapat memaksakan ajaran Gereja Katolik kepada siapapun. Yang dapat kita lakukan adalah kita menyampaikan ajaran kebenaran tersebut; dan kita persilakan orang -orang yang menerimanya untuk merenungkannya. Kita beryukur jika ajaran tersebut dapat diterima, namun jika tidak, kita tidak perlu marah ataupun kecewa. Tuhan Yesus tidak pernah memaksa, maka kitapun tidak dapat memaksa. Sebab para pengikut Kristus yang bukan Katolik, sesungguhnya tetaplah adalah saudara/i kita dalam Kristus dan kita tetap memiliki persekutuan dengan mereka, walaupun persekutuan ini tidak sempurna
Jika anda tertarik untuk mengetahui ajaran Gereja Katolik tentang prinsip eklesiologi (pengertian tentang Gereja) silakan anda membaca Communionis Notio, silakan klik di sini
Demikian tanggpan saya, semoga dapat juga menjadi masukan bagi anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Ingrid,
Terimakasih masukannya.
Intinya saya ingin mengatakan “Masalah ‘kebenaran-kebenaran’ itu ya masing-masing carilah dengan cara & pengalamannya sendiri-sendiri seiring pertumbuhan iman & pengetahuannya. Jadi ya ndak usah ‘dipaksakan’.
Saya langsung bagi menjadi 2 topik saja komen & reply anda supaya tidak kemana-mana.
1. Mengenai Gereja Katolik & Kebenaran-nya, walau sayapun juga dalam ‘continuous learning mode until my last days on this earth’, saya 100% meng-amini & meng-imani. Insyaallah. Maka, mohon perhatikan cara penulisan saya, ‘kebenaran-kebenaran’ dan bukan ‘Kebenaran’. Saya harap itu menjawab.
2. Hal kedua “masing-masing carilah dengan cara & pengalamannya sendiri-sendiri seiring pertumbuhan iman & pengetahuannya”.
Sebenarnya itu lebih merupakan refleksi perjalanan iman saya pribadi. Mohon diizinkan utk sharing sedikit disini. Singkatnya, saya lahir, disekolahkan, dididik & dibesarkan secara Katolik. Cinta dgn tata cara liturgi maka pernah pula aktif sbg putra altar, koor dll.
Tapi pada masa tertentu saya mengalami kekosongan dalam hidup saya. Kering rohani yang tidak terpuaskan dengan segala kekayaan yang di Gereja Katolik. Semua hanya ritual. Hambar. Membosankan. Tidak ada lagi pertumbuhan iman.
Lantas saya mulai menjauh dari Tuhan & semakin menjauh. Memberontak dengan tidak mau lagi menghidupi Iman Katolik saya. Predikat Katolik KTP. Katolik NaPas, itulah saya. Berkelana dari gereja ke gereja yang non-Katolik pun saya ikuti. Buku-buku spiritualisme non-Kristen pun saya pelajari. Semua karena saya haus mencari ‘Kebenaran’ itu sendiri yang saya pikir kok tidak harusnya hanya ada di dalam Gereja Katolik, tetapi harusnya juga ada dalam berbagai agama & kepercayaan. Logika saya waktu itu adalah harusnya semua ‘kebenaran-kebenaran’ itu ada disetiap agama & kepercayaan. Makanya semua agama adalah ‘BENAR’.
Tapi Yesus tidak pernah menjauh dari saya. Lewat berbagai macam cara yg agak aneh, akhirnya saya mengikuti suatu retret untuk kaum pria yang diadakan oleh sebuah gereja Kristen Protestan aliran karismatik. Walau awalnya saya merasa dipaksa, disana singkatnya, saya ditegur dan berdamai dengan Yesus secara pribadi.
Dan yang saya ingin sampaikan disini, walaupun pertobatan saya terjadi di gereja non-Katolik, toh ternyata itu malah yang menarik saya demikian kuatnya untuk kembali ke pangkuan Gereja Katolik. Kalau ingat-ingat, saya ini seperti orang yang menemukan cinta lamanya. CLBK, kata anak2 sekarang.
Jadi, itulah yang saya maksud dengan “biarlah masing-masing mencari dengan cara & pengalamannya sendiri2” karena toh ini semua kan rahmat Tuhan Yesus semata. Yang penting jangan pernah haus untuk terus bertanya, membuka hati & juga rendah hati supaya kita boleh terus belajar & bertumbuh iman & pengetahuannya.
Pace e Bene
Thomas
Shalom Thomas,
1. Syukurlah jika anda sudah mengamini dan mengimani Gereja Katolik dan Kebenaran yang diajarkannya. Sebenarnya alasan saya menanggapi tulisan anda itu adalah karena dari pernyataan itu dapat menimbulkan kecenderungan seolah anda menyatakan kebenaran sebagai sesuatu yang relatif, karena anda mengatakan, "Masalah ‘kebenaran-kebenaran’ itu ya masing-masing". Saya hanya ingin memberitahu anda bahwa Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa kebenaran itu sifatnya relatif yang bisa ditentukan oleh masing- masing orang menurut pengertiannya sendiri. Deklarasi Dominus Iesus dengan jelas mengajarkan hal ini, silakan klik, dan penjelasan/ ringkasannya di sini, silakan klik. Namun demikian, Gereja Katolik mengakui adanya hal yang baik dan benar yang diajarkan oleh agama- agama lain, dan hal ini merupakan persiapan bagi nilai- nilai Injil.
Atas dasar ini kita dapat mengatakan bahwa agama- agama lainpun mengajarkan hal- hal yang baik dan benar. Namun kepenuhan kebenaran ada di dalam Gereja Katolik, sehingga setiap umat Katolik mempunyai kewajiban untuk mewartakan kepenuhan kebenaran ini. Perihal orang yang mendengarkannya mau menanggapinya atau tidak, itu bukan lagi menjadi tanggung jawab kita, dan memang benar, kita tidak dapat memaksakannya. Tetapi hal adanya perbedaan bukan menjadi alasan untuk mengatakan bahwa kebenaran itu ditentukan oleh masing- masing orang. Ini bertentangan dengan hakekat kebenaran itu sendiri.
Atau terhadap saudara- saudari kita yang Kristen non- Katolik:
Mohon dipahami, ini bukan pendapat saya, tetapi ini adalah ajaran Gereja Katolik.
2. Hal kedua “masing-masing carilah dengan cara & pengalamannya sendiri-sendiri seiring pertumbuhan iman & pengetahuannya”. Saya tidak berkeberatan dengan pernyataan ini, jika maksudnya adalah untuk mencari hal yang baik dan benar. Kenyataannya memang kita semua mencari kebenaran melalui pengalaman hidup kita. Namun yang menjadi masalah bagi kita umat Katolik adalah, jika kita menomorsatukan pengalaman/ pengertian pribadi di atas apa yang telah diwahyukan oleh Allah lewat Kitab Suci dan Tradisi Suci, seperti yang telah diajarkan oleh Magisterium. Dari kesaksian anda saya melihat betapa anda kembali kepada "cinta lama" anda yaitu iman Katolik anda. Ini sebenarnya sesuai dengan maksud komentar saya. Sebab kalau anda menomorsatukan perasaan dan pengalaman anda, bisa saja anda sudah meninggalkan iman Katolik anda, karena telah mengalami pertobatan di gereja non- Katolik. Padahal kenyataannya malah anda sendiri membuktikan bahwa pengalaman pribadi bukan yang terpenting, melainkan kepenuhan kebenaran itulah yang anda utamakan. Ini kan sangat berbeda dengan orang yang menomorsatukan pengalaman pribadi (mungkin yang juga mengalami serupa dengan pengalaman anda) tetapi akhirnya memilih untuk meninggalkan iman Katolik. Kalau anda mengatakan "masing-masing carilah dengan cara & pengalamannya sendiri-sendiri seiring pertumbuhan iman & pengetahuannya," maka pernyataan anda inipun dapat seolah membenarkan sikap orang itu. Walaupun kita tidak dapat menghakimi orang tersebut, namun sikapnya itu secara obyektif tidak dapat kita benarkan; sebab ia menempatkan pengalaman pribadi di atas pencarian kebenaran yang seutuhnya. Saya hanya memberi masukan kepada anda, justru karena melihat dari komentar- komentar anda selama ini, saya merasa andapun terpanggil untuk mewartakan kebenaran iman Katolik. Maka saya memberikan masukan supaya pada saat anda mewartakannya, anda tidak mengeluarkan pernyataan- pernyataan yang dapat malah mengaburkan pesan yang hendak anda sampaikan, padahal sebenarnya maksud anda tidak demikian. Dan saya sungguh percaya dengan maksud baik anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Ingrid,
Terimakasih sekali lagi untuk masukanya. Mohon doa-nya agar saya boleh terus bertumbuh dalam iman & pengetahuan yang benar mengenai Kristus Yesus Tuhan kita & Gereja-Nya.
Salam kasih saya untuk anda & Stef serta semua tim pengasuh Katolisitas.
Pace e Bene
Thomas
@ Johanes
Johanes menulis:
Anda mempercayakan iman dan keselamatan Anda kepada ajaran iman yang baru dipelajari oleh seorang mantan muslim abal abal yang baru belajar Kekristenan (pendeta gembala sidang anda) kurang lebih 17 tahun yg lalu dan terputus dari sejarah dan pengajaran akar kekristenan dari para rasul dan jemaat perdana. Intinya: apakah Anda merasa diselamatkan oleh ajaran iman yang baru diajarkan oleh Tiberias 17 thn yg lalu…yang artinya Anda sekaligus menyetujui Tuhan Yesus membohongi jemaatNya selama hampir 2000 tahun!!!! dan sekaligus membuktikan Yesus adalah seorang pendusta karna Dia pernah bilang sebelum kenaikanNya ke Surga untuk mengajarkan segala bangsa dan menjadikan mereka sebagai murid dan Ia akan menyertai GerejaNya sampai akhir jaman.
Kevin menanggapi:
Saya juga mau menggunakan cara orang Katolik menyerang di situs ini….
Apakah di Katolik anda diajarkan untuk menghina Pendeta yang diurapi Tuhan seperti Pdt Drs Yesaya Pariadji dng menyebutnya “seorang mantan muslim abal-abal”? Ha..ha…ha… Bila anda belum tahu doktrin Tiberias dan siapa Pdt Drs Yesaya Pariadji, jangan asal buka mulut dan bicara ngawur, karena saya bisa menyebut anda gila dan tukang fitnah. Johanes, jangan sok tahu ketika anda belum tahu, dan jangan sembarangan menilai ketika anda belum punya cukup bekal untuk berdebat.
Anda berkata bahwa bila orang mempercayai Pendeta yang baru 17 tahun bertobat berarti menyetujui Tuhan Yesus membohongi jemaatnya selama 2000 tahun, hahaha….. sungguh suatu pemikiran yang sangat tolol yang pernah saya dengar dari seorang Katolik. Lalu apa anda tidak sadar bahwa anda juga mempercayai ajaran konyol para bapa gereja yang umurnya kurang dari 2000 tahun itu juga merupakan penghujatan kepada Kristus karena tidak solascriptura?
Tahu apa anda soal persatuan tubuh Kristus? Baru setetes doktrin Katolik seperti itu anda sudah bangga dengan faham Gereja yang dipelihara sampai akhir….
Orang pandai tidak akan menganggap tubuh itu mata semua, atau tangan semua. Orang pandai akan bisa melihat bahwa yang namanya tubuh itu ada banyak anggota, banyak fungsi, banyak perbedaan, tapi dikontrol oleh satu kepala yaitu Kristus.
Yang begini saja anda tidak ngerti, beraninya anda menghakimi doktrin gereja kami….
Kalo anda belum puas dng perdebatan ini, silakan anda ajak pakar2 dari Katolik dan kita adakan seminar debat terbuka, dan saya akan ladeni kalian sampai kuda gigit jari….
Johanes, kalo anda merasa pandai dan faham doktrin katolik dan saya menganggap anda paling tolol, mari kita buktikan siapa yang benar…..
Shalom Kevin dan Johanes,
Terima kasih atas komentar anda berdua. Saya akan menutup komentar yang mendiskusikan kasus-kasus, seperti kasus pendeta Yesaya Pariadji, dll. Oleh karena tanggapan tentang hal ini, dengan sangat menyesal tidak dapat saya masukkan ke dalam site ini. Mohon dapat dimengerti. Mari, kita belajar untuk berdiskusi dengan tidak menyerang pribadi, namun berfokus pada diskusi tentang dogma dan doktrin. Dan untuk Kevin, saya pikir perkataan seperti “tolol” tidak perlu dituliskan, karena itu justru merugikan anda sendiri. Untuk Yohanes, komentar anda tentang pendeta Pariadji saya hapus. Mohon hal ini dapat dimengerti kedua belah pihak. Mari, kita kembali berdiskusi tentang dogma dan doktrin dan tidak pada kasus-kasus.
Beberapa topik diskusi yang Kevin kemukakan, sebenarnya telah didiskuskan secara panjang lebar: untuk sola scriptura dapat dibaca di sini (silakan klik) dan untuk perpecahan gereja dapat dibaca di sini (silakan klik). Tentang apa gunanya tulisan para Bapa Gereja, silakan membacanya di sini (silakan klik). Silakan membaca tiga link tersebut dan anda dapat memberikan tanggapan lebih lanjut di link-link tersebut. Dan, mari kita menyampaikan iman yang kita percayai dengan hormat dan lemah lembut (lih. 1 Pet 3:15).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
kepada saudara Kevin….
kalau ajaran Bapa Gereja (maaf) konyol kenapa anda masih memakai Alkitab yang sudah dikanonkan (disahkan) oleh Bapa Gereja sendiri pada konsili Hippo??
kan bisa saja Alkitab itu ajarannya konyolkan??
kan Bapa Gereja yang mensahkan bahwa Alkitab merupakan Injil yang berasal dari wahyu Allah mengajarkan ajaran2 yang konyol, ngapain pakai hasil produk dari ajaran2 yang konyol yaitu Alkitab sebagai dasar iman??
kalau konyol y tidak usah saudara Kevin memakai hasil dari ajaran Bapa Gereja yaitu Alkitab…
ngapain juga pakai Alkitab yang mensahkan Alkitab orang2 yang mengajarkan ajaran2 konyol…
kalau mengenai Sola Scriptura apakah dalam Alkitab yang merupakan hasil dari ajaran konyol dan penghujatan kepada Kristus menyebutkan bahwa “Hanya Alkitab Saja”??
silahkan renungkan dan tanggapi…
Pax Christi
@ Sdr Christopher
Silakan simak baik-baik tulisan saya ini….
Alkitab ditulis oleh lebih dari 40 penulis yang berbeda latar belakang dan berbeda jaman. Dari sejak ditulisnya kitab-kitab Musa (pentateuch) hingga kitab Maleakhi (kitab terakhir di Perjanjian Lama) saja sudah memakan waktu lebih dari seribu tahun. Kitab-kitab yang tertulis dalam perkamen yang tersebar dimana-mana tersebut akhirnya mulai dikumpulkan. Dan pada jaman hidupnya Tuhan Yesus di tanah Israel, praktis kitab perjanjian lama sudah banyak terkumpul, karena kitab para nabi dan kitab Mazmur sudah sering dibaca oleh para Yahudi termasuk Tuhan Yesus sendiri ketika beribadah sabat si sinagoge. Ada masa tenggang sekitar 300 tahun setelah kitab Maleakhi dng lahirnya Yesus, dimana pada saat itu tidak terbit wahyu dari Allah, karenanya masa itu sering disebut abad kegelapan. Ketika Yesus mengajar selama 3,5 tahun, murid-muridnya tentu mencatat (kalo para theolog tidak setuju hal ini, maka saya katakan, para muridnya menghafal habis2an) segala peristiwa yang terjadi dan segala yang dikatakan Tuhan Yesus. Setelah kenaikan Tuhan Yesus ke surga, maka murid2nya mulai menginjil kemana-mana, menyampaikan apa yang pernah mereka dapatkan dari Tuhan. Penginjilan tersebut dilakukan karena adanya Amanat Agung dari Tuhan Yesus di Matius 28:19-20, Markus 16:15. Apa yang disampaikan ketika mereka menginjil? Yang disampaikan secara singkat adalah: YESUS KRISTUS adalah TUHAN, percayalah kepadaNYA dan anda pasti selamat. Sementara pelayanan berlangsung puluhan tahun, tulisan para murid sudah banyak disalin, dari tulisan para murid langsung, sampai tulisan Paulus kepada jemaat di berbagai tempat. Pada saat proses kanonisasi Alkitab (PL & PB) selesai, maka lengkaplah sudah seluruh isi Alkitab yang berisi 66 kitab (39 PL dan 27 PB). Dengan penutup yang sangat jelas dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam kitab Wahyu 22:18-19, bahwa Alkitab sudah lengkap dan tidak boleh ditambah ataupun dikurangi. Dengan demikian Alkitab menjadi kanon tertutup, artinya semenjak saat itu, tidak ada wahyu baru, dan tidak perlu juklak (petunjuk pelaksanaan) untuk menjalankan atau menafsirkan Alkitab.
Bila setelah proses kanon selesai orang masih membuat-buat tulisan baru, tafsir-tafsir baru, informasi-informasi baru dengan dalih “melengkapi Alkitab” maka saya katakan bahwa orang tersebut adalah orang terkutuk, seperti yang tertulis dalam Galatia 1:8-9, karena telah memberitakan injil yang lain. Ingat, konteks yang saya sampaikan ini dalam hal membuat tulisan “untuk melengkapi Alkitab”.
Bila Alkitab adalah kanon terbuka, maka praktisnya semua orang tidak akan pernah tahu kapan selesainya, itu artinya setiap waktu bisa memungkinkan munculnya wahyu baru, dan saya katakan pada umat Katolik, bila kalian berpikir demikian, maka kalian perlu mempertimbangkan klaim islam yang mengaku sebagai wahyu terakhir / terkini / terlengkap. Kalo Katolik menganggap bahwa tulisan para bapa gereja (setelah era kanon) dianggap memiliki substansi yang setara dng Alkitab alias pelengkap Alkitab, kenapa tidak sekalian saja dijadikan Alkitab? Biar Alkitab Katolik tebalnya sebesar meja…
Jadi saya jawab argumen Sdr Christopher, yang kami (protestan) permasalahkan dan saya sebut konyol itu adalah tulisan para bapa gereja setelah era kanonisasi…. artinya setelah Alkitab selesai tersusun. Oleh karenanya kami hanya percaya pada Alkitab saja sebagai satu-satunya sumber kebenaran. Selain itu kami tidak bisa mempercayainya, karena yang diberi otoritas oleh Tuhan untuk menulis Alkitab adalah hanya orang yg telah ditentukan dari Musa hingga Yohanes. Penulis lain diluar ke-66 kitab dari Kejadian sd Wahyu adalah penulis “injil yang lain”… jadi tulisannya bukan wahyu Allah, tapi hasil rekayasa pikiran manusia alias hikmat manusia. Sekalipun yang ditulisnya tidak mengandung substansi yang bertentangan dengan Alkitab secara keseluruhan, tetap saja judulnya “injil yang lain” bukan dari Allah. Bila di sebuah negara memiliki UUD (Undang-Undang Dasar) lalu ada sekelompok orang dalam suatu komunitas propinsi membuat semacam Peraturan Daerah, sekalipun Perda tersebut tidak bertentangan dengan UUD, namun Perda tersebut tetap Perda, dan tidak akan pernah disebut UUD atau bagian dari UUD, dan tidak akan pernah dianggap setara dengan UUD. UUD buatan manusia yang lemah dan banyak kekurangan saja selalu akan dianggap cukup dan tidak pernah disetarakan dengan aturan lain apapun, apalagi Alkitab yang dibuat Tuhan secara sempurna?
Dasar pemikiran Katolik yang senantiasa melibatkan intervensi manusia yang disebutkan memiliki andil dalam penulisan Alkitab menurut saya sudah terbalik porsinya. Dalam pemikiran protestan, Allah bisa menuliskan Firmannya tanpa turut campur tangan manusia, ini dibuktikan dengan dibuatnya 2 loh batu oleh tangan Allah sendiri yang diberikan kepada Musa sebelum dipecahkan. Namun akhirnya Allah memilih manusia untuk menuliskan Firmannya, itu demi meyakinkan manusia yang tidak mengalami kondisi seperti yang tertulis agar lebih mantap keyakinannya bahwa yang diimaninya / dibacanya tersebut bukanlah dongeng antah berantah, namun betul-betul ditulis sebut saja Raja Daud seorang raja besar Israel yang mengalami pengalaman rohani yang luarbiasa bersama Allah. Jadi peran manusia sebetulnya hanya 0% dalam penulisan Alkitab, sedangkan 100 % adalah peran Allah. Namun karena otak manusia yang berkalkulasi dng filsafat, akhirnya harus ditulis bahwa peran manusia 0,00000XX% dan peran Allah 99,999XX%, lebih parah lagi bila komposisinya dibalik. Bodohlah manusia bila menganggap bahwa Alkitab tidak mungkin dapat tercipta tanpa peran manusia (termasuk para bapa gereja). Namun di situs ini orang katolik sering menggunakan teori judi togel untuk membalikkan fakta… seperti misalnya, “..tapi buktinya / faktanya Alkitab ditulis oleh Bapa gereja”…. atau “faktanya Maria yg dipilih Allah dari sekian milyar manusia”…. itu yg saya sebut melihat fakta tanpa kondisi. Tuh kan yang keluar angka 66 bukan 36? Orang baru ngomong setelah angkanya keluar…. mereka lupa bahwa ada probability kondisi diluar itu, kalo tidak demikian tentu Tuhan tidak akan menulis pernyataannya seperti di Matius 3:9, Lukas 3:8, dengan sangat jelas dan keras Tuhan menyatakan bahwa Dia dapat menjadikan manusia (keturunan Abraham) dari batu-batu. Tuhan menunjukkan probability yang bisa terjadi bila suatu option tidak memenuhi kondisi seperti yang diharapkanNya.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga anda dapat memahaminya….
Shalom Kevin dan Christopher,
Sebenarnya, topik ini telah dibahas secara panjang lebar dalam diskusi wahyu Allah dan kebenaran di sini (silakan klik). Silakan untuk bergabung di diskusi di link tersebut. Secara prinsip, Gereja ada terlebih dahulu sebelum Alkitab, oleh karena itu Sola Scriptura tidaklah mendasar. Dan tidak ada satu ayatpun di Alkitab yang mengatakan bahwa Alkitablah satu-satunya pilar kebenaran. Kalau memang benar Sola Scriptura benar, maka bagaimana menerangkan perpecahan 28,000 denominasi, yang masing-masing denominasi mengklaim ajarannya dari Alkitab? Tentang perpecahan gereja, silakan bergabung dalam diskusi ekklesiologi dan perpecahan gereja di sini (silakan klik).
Gereja Katolik mempercayai bahwa wahyu Allah selesai dengan kematian rasul Yohanes yang menuliskan terakhir, kitab Wahyu. Namun, kalau anda ingin mengumpamakan sebuah negara, maka pilar kebenaran bukan hanya UUD, namun juga ada MA, ada Presiden. Dengan kata lain ada kekuasaan yudikatif, legislatif dan eksekutif. Sama seperti dalam pertandingan sepakbola, kita tidak dapat memberikan buku petunjuk bermain sepak bola, namun juga butuh wasit. Tanpa wasit, maka pertandingan akan kacau. Demikian juga, kebenaran tidak mungkin hanya dengan Alkitab saja, karena umat Allah dapat mempunyai penafsiran yang berbeda-beda.
Jadi, kalau Gereja Katolik mengatakan, kita harus melihat Tradisi Suci, karena memang dituliskan bahwa kita harus percaya yang tertulis maupun yang lisan (lih. 2Tes 2:15). Dan Magisterium Gereja (lih. 1Tim 3:15) justru berperan untuk meneruskan warisan iman, baik yang tertulis dan lisan dari generasi ke generasi secara murni. Alkitab dapat saja tercipta dengan Tuhan menurunkan Kitab Suci dari langit. Namun, adalah menjadi kenyataan, bahwa Tuhan menggunakan para penulis Alkitab (manusia) untuk menyampaikan Wahyu Allah dengan inspirasi dari Roh Kudus dan menggunakan Gereja Katolik untuk menentukan kitab-kitab mana yang menjadi bagian dari Kitab Suci dengan perlindungan tak mungkin salah dari Roh Kudus. Jadi, inilah fakta yang tidak dapat dipungkiri. Saya menyarankan untuk berdiskusi lebih lanjut di dua link yang saya berikan di atas. Kevin dapat memberikan argumentasi baru di link-link tersebut. Semoga dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
@ sdr Kevin :
anda berkata : “Jadi saya jawab argumen Sdr Christopher, yang kami (protestan) permasalahkan dan saya sebut konyol itu adalah tulisan para bapa gereja setelah era kanonisasi…. ”
tanggapan saya: jadi sebelum era kanonisasi Alkitab yaitu pada sebelum konsili Hippo tulisan dan ajaran Bapa Gereja bagi anda tidak konyol dan setelah era kanonisasi adalah ajaran konyol??
kok bisa gitu??
anda mengambil kesimpulan darimana??
apakah ajaran2 Bapa Gereja sebelum konsili Hippo (kanon Alkitab) bukan ajaran konyol dan setelah ajaran2 setelah konsili atau setelah era kanonisasi adalah ajaran konyol??
apakah anda sudah membaca ajaran2 Bapa Gereja setelah dan sebelum kanonisasi Alkitab??
apakah ada perbedaan ajaran sebelum dan setelah antara ajaran2 mereka sehingga anda menganggap ajaran Bapa Gereja setelah Kanon adalah ajaran konyol??
wah2 tanggapan anda aneh sekali dan tidak mendasar…
@dear Katolisitas : saya sangat salut dengan kerja keras tim katolisitas ini, dan saya hampir 80% sudah pernah membaca artikel2 maupun tanya jawab di site katolik ini termasuk link yang Bpk.Stefanus kasih (diskusi antara tim Katolisitas.org dan ibu Lisa)…
procifiat buat tim katolisitas….
Pax Christi
Shalom Kevin.
Inilah kesaksian seorang pendeta dari gereja Presbytarian bernama DAVID MINIRTH dimana beliau dulunya sangat anti katholik.
Selama di Calvary Chapel, saya memandang sangat rendah ajaran-ajaran katholik, saya sangat anti katholik. namun ketika saya melihat peran yang sebenarnya dari gereja perdana, penghargaan yang pantas mulai tumbuh. Saya mulai membaca tulisan tulisan para bapa gereja. Saya telah mempelajari sejarah beberapa gereja perdana, tapi sebagian besar terbatas dari buku-buku teks sejarah protestan.Saya terkejut melihat tulisan tulisan orang kristen abad pertama, kedua, ketiga pandangan yang sangat tinggi tentang Gereja dan Liturgi, yang sangat berbeda dengan pandangan orang Protestan Evangelis. penyembahan dan kepemimpinan gerja perdana sama sekali tidak sama dengan yang saya lihat di Calvary Chapel.atau diperkumpulan saya sendiri.Ini kelihatannya lebih Katholik.
Mempelajari para Bapa Apostolik, para Bapa Gereja perdana, sangat mengganggu keyakinan-keyakinan Presbyterian saya. Namun, study study saya menunjukan bahwa gereja perdana dipimpin oleh para uskup. Sejarah Gereja perdana menunjukan bahwa para rasul telah menumpangkan tangan di atas pria pria dan menetapkan mereka sebagai uskup.Ketika saya menjadi pelayan Presbyterian , saya pikir pencarian saya akan gereja sudah selesai. Namun sekarang sejarah gereja memaksa saya untuk meneruskan pencarian.
Sikap anti Katholik kami masih sangat tinggi, sehingga tidak memperhitungkan gereja Katholik sebagai pilihan . Untuk beberapa hal, pemahaman Katholik berbeda dengan pemahaman evangelis saya. Saya menganggap gereja Katholik memimpin jutaan orang kenereka karena ajarannya tentang keselamatan. Gereja Katholik menantang bahwa keselamatan oleh rahmat semata. Padahal Alkitab dengan jelas mengatakan keselamatan oleh rahmat, bukan oleh perbuatan. Saya melihat Gereja Katholik salah sama sekali karena saya pikir mengajarkan keselamatan oleh perbuatan. Belakangan , ketika posisi Katholik dijelaskan kepada saya, saya sangat terkejut betapa hal ini SERING DISALAH ARTIKAN OLEH ORANG ORANG PROTESTAN.
PENOLAKAN KERAS UNTUK MEMPERTIMBANGKAN GEREJA kATHOLIK LENYAP PADA TAHUN 1986,KETIKA SUATU YANG TAK TERPIKIRKAN TERJADI. SAAT ITU SAYA MENDENGARKAN SCOTT HAHN DAN GERRY MATATICS, Dua tokoh yang sangat saya kenal cerdas dan paling bersemangat anti Katholik, sedang berpikir masuk katolik! Saya sangat terkejut Saya tidak dapat mempercayai itu! Saya berusaha mencari informasi itu. dan betapa kagetnya saya ternyata mereka hendak masuk katholik dan hampir menjadi katholik. Yang nenjadi pertanyaan saya adalah mengapa mereka yang dulunya anti Katholik ini benar benar pindah ke katholik? Saya tahu saya harus menghadapi secara jujur kemungkinan Katholik itu benar. saya muliai menyelidiki hal ini dengan membaca beberapa buku. BERKALI KALI GEREJA KATHOLIK MEMILIKI JAWABAN TERHADAP SEMUA KEBERATAN ALKITABIAH SAYA.Petunjuk- petunjukpun mulai jelas.
Pada pertengahan tahun 1990 Caroline dan saya menghabiskan banyak waktu mempelajari gereja Katholik dan berdoa mohon bimbingan Allah. Kami dan keenam anak kami siap untuk masuk ke Gereja katholik. Tanggal 1 Juli, di Epiphany Cathedral, kami secara resmi diterima kedalam Gereja katholik oleh uskup John Nevins. Saya akhirnya menemukan Gereja yang didirikan kristus sendiri, setelah pencariab dua dekade. Meskipun komunitas Katholik menerima kami dengan suka cita, banyak teman dan keluarga kami dari Evangelis tidak memahami bahkan tidak senang dengan keputusan kami, TAPI KAMI TAHU KAMI SUDAH MENGAMBIL LANGKAH YANG BENAR.
Bagaimana Bapak Kevin? semua dimulai dari mempelajari tulisan tulisan para BAPA GEREJA PERDANA. Tuhan memberkati.
@ Sdr Tuah Talino,
Terimakasih atas kisah kesaksian perpindahan iman dari protestan ke katolik tersebut.
Tanggapan saya sederhana: berarti David Minirth belum memahami doktrin protestan dengan baik.
Shalom,
Shalom Kevin M,
Terima kasih atas komentarnya. Saya mengundang anda untuk membaca “Rome Sweet Home” karangan Scott Hahn, seorang pendeta Presbyterian yang akhirnya berpindah menjadi Katolik. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Silakan membacanya, dan kemudian silakan memaparkan di bagian mana dari buku tersebut yang menyatakan bahwa dia tidak memahami doktrin Protestan dengan baik. Dan saya akan mencoba menanggapi keberatan anda semampu saya. Dengan demikian, kita dapat membuktikan apakah para pendeta yang perpindah ke Gereja Katolik adalah hanya merupakan alasan emosi semata, tidak mengetahui doktrin Protestan atau memang benar-benar mencari kebenaran dengan taruhan karir mereka, keuangan mereka yang meninggalkan posisi pendeta dan kemudian menjadi kaum awam di dalam Gereja Katolik. Semoga hal ini dapat diterima oleh Kevin.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Sdr Stefanus,
Pernyataan saya bahwa : “David Minirth belum memahami doktrin protestan dengan baik” itu adalah statement yang saya pinjam dari situs ini.
Saya membaca beberapa kali di situs ini, ketika ada penganut Katolik yang pindah ke Protestan, komentar umat Katolik adalah : yang bersangkutan belum memahami doktrin Katolik dng baik, atau kalau diperhalus kalimatnya diganti menjadi kalimat tanya, “apakah yg bersangkutan sudah memahami ajaran Katolik dng benar?”.
Statement tersebut mengandung unsur “kesombongan”, kekacauan penalaran dan subyektifitas yang sangat tinggi, seolah bila seseorang telah memahami doktrin Katolik dng benar, maka ybs tidak akan pernah dapat berpindah ke Protestan (atau agama lain). Padahal kita tahu bahwa sesempurna apapun sebuah doktrin, akhirnya semua kembali kepada mindset dan perspektif penganutnya. Murid-murid Tuhan Yesus langsung (yg 12 orang) yang setiap hari bersamaNya, mendengarkanNya, menerima ajaran yang sama dariNya, toh satu sama lain bisa bersilang pendapat, bahkan Yudas menghianatiNya. Itu bukti bahwa manusia berada dalam “kapasitas”nya sendiri secara subyektif sekalipun diajarkan ajaran yang sama / dibentuk dng cara yang sama. Sebagai contoh, anggaplah anda dan saya memiliki kapasitas yang sama dalam memahami suatu doktrin, namun toh anda akhirnya memilih Katolik dan saya memilih Protestan. Dan hal seperti ini bisa terjadi / dialami oleh jutaan manusia yang berada dalam tataran masing-masing dalam kapasitas yang sama.
Dengan memahami hal ini, maka kita perlu berpikir 2 kali bila akan mengeluarkan statement seperti diatas.
Mengenai buku Rome sweet home coba akan saya beli dan baca setelah waktu saya longgar. Namun sekali lagi saya sampaikan bahwa banyak hal yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan termasuk pindah agama, sekalipun kita membahas 1 topik saja soal David Minirth dalam tataran doktrin yang dipahaminya, tetap saja terdapat polemik area yang sangat luas, karena ketika saya mengatakan “meja” maka gambaran meja yang ada di benak anda, dengan gambaran meja yang ada di benak saya, bila mau digambarkan secara terperinci dalam dimensi matematis dan estetis, sudah pasti 99,99999999999% akan berbeda. Itulah kenapa ilmu filsafat terbentuk dan berkembang begitu luas dengan tetap menyandang predikatnya masing-masing tanpa pernah bisa dipertemukan / dipersatukan di setiap alirannya.
Walau demikian, saya berterimakasih atas referensi anda tersebut.
Saya tidak pernah menyatakan bahwa bila ada pendeta Protestan yg berpindah ke Katolik hanya didasarkan emosi semata (walau ini dapat saja terjadi). Bila memang David Minirth lebih memilih Katolik, tidak bisa disimpulkan bahwa keputusan dia benar. Sama dengan Irene Handono yang berpindah dari Katolik ke Islam, tidak bisa disimpulkan bahwa keputusan dia benar. Orang protestan akan mengatakan bahwa keputusan Minirt salah, tapi orang Katolik bilang bahwa keputusannya benar. Orang Islam akan mengatakan bahwa keputusan Irene Handono benar, tapi orang Katolik akan mengatakan yang sebaliknya. Inilah realitanya.
Bila mengenai meninggalkan comfort zone, bukan hanya Minirth, Luther pun lakukan hal yg sama dengan menentang ajaran yang salah dari Katolik bahkan dengan resiko yang lebih besar.
Demikian Sdr Stefanus, semoga kalimat-kalimat saya sekarang sudah makin rendah hati mengikuti gaya diskusi disini. Bila ada yang kurang berkenan, mohon dimaafkan.
Shalom Kevin M,
Terima kasih atas komentarnya. Memang saya pernah mengatakan bahwa orang pindah dari Gereja Katolik ke gereja-gereja non-Katolik karena mereka tidak sepenuhnya memahami ajaran Gereja Katolik dengan baik. Dan hal ini telah saya coba paparkan dalam diskusi “mengapa berpindah dari Gereja Katolik ke gereja lain” di sini – silakan klik. Saya tidak mempermasalahkan pernyataan anda bahwa orang yang berpindah dari Protestan ke Gereja Katolik adalah karena mereka tidak tahu secara persis pengajaran Gereja Katolik. Namun, dari begitu banyak pendeta-pendeta yang pindah ke Gereja Katolik (anda dapat mendengarkan kesaksiannya di sini – silakan klik, dan sebagian tulisan di sini – silakan klik), dan kalau kita membaca atau mendengarkan kesaksian mereka, maka mereka mengorbankan begitu banyak hal demi kebenaran yang mereka temukan dalam Gereja Katolik.
Memang pada akhirnya yang mengetahui secara persis, apakah seseorang benar-benar menempatkan kebenaran di atas kepentingan pribadi hanyalah orang tersebut dan Tuhan sendiri. Inilah sebabnya, kalau anda mau benar-benar berdiskusi tentang hal ini, saya menyarankan anda untuk membaca buku “Rome Sweet Home” dan anda dapat menyatakan pendapat anda, apakah Scott Hahn yang sebelumnya adalah pendeta Presbyterian kurang mengerti doktrin Protestan sehingga dia pindah ke Gereja Katolik. Silakan memberikan argumentasi di bagian mana dia kurang mengerti, dan saya akan menanggapi pernyataan anda. Tentang Irene Handono, kalau kita mendengar kesaksiannya, maka kita dapat menyimpulkan bahwa dia banyak menerima informasi tentang doktrin Gereja Katolik yang kurang benar, sebagai contoh pembahasan tentang Trinitas (yang dijabarkan hanya sebagai segitiga), ke-Allahan Tuhan Yesus (yang di-Tuhankan tahun 325), dll.
Tentang perumpamaan anda tentang meja, yang disambung dengan pernyataan bahwa setiap orang mempunyai gambaran yang berbeda tentang meja, sebenarnya kurang tepat. Hal ini disebabkan karena setiap orang dapat menangkap esensi (universality) dari suatu benda. Gambaran detail (accidental) meja dapat berbeda-beda, namun universality dari suatu meja adalah sama. Manusia juga diberikan kemampuan untuk menangkap kebenaran yang obyektif, sehingga untuk mengatakan bahwa semuanya dapat menjadi benar adalah tidak benar. Dan inilah tugas dari masing-masing individu untuk terus mencari dan memperdalam kebenaran, sehingga pada waktunya kita menghadap Tuhan, maka kita dapat mengatakan bahwa kita telah berusaha menempatkan kebenaran di atas segalanya, di atas kepentingan diri kita masing-masing. Tentang Martin Luther, sebenarnya dia didukung oleh penguasa sekuler, terbebas dari dogma dan doktrin Gereja Katolik, dll. Oleh karena itu, sebenarnya dia tidak meninggalkan comfort zone. Namun, pada akhirnya, hanya Tuhan saja yang tahu secara persis motif di balik tindakannya.
Dan pada akhirnya, kerendahan hati dalam berdiskusi tanpa mengaburkan kebenaran adalah bukan karena gaya diskusi di site ini, namun menurut saya pribadi adalah sesuatu yang harus kita lakukan kepada siapa saja, baik di site ini maupun di site agama lain, atau dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita sama-sama belajar untuk melakukannya dan ini berlaku untuk saya sendiri.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
saya sangat setuju dengan sdr Stef.
Dari orang orang yang saya tahu yang pindah dari Katolik ke Protestan kebanyakan mereka lebih kepada keberatan keberatan pribadi mereka misalnya: monoton, kothbah tidak menarik, nyanyiannya tidak enak……dll . Akhirnya mereka pindah. Dari pengakuan pribadi itu timbul suatu pertanyaan besar dalam diri saya: sebenarnya mereka beribadah memuaskan keinginan mereka atau benar benar mencari Tuhan? Kalau Tuhan berkehendak dicari dengan cara Misa Kudus. Apa hak pribadi kita untuk menolaknya?
Akhirnya Tuhan itu menjadi “apakah sesuai dengan keinginan saya?” bukan terjadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam surga.
Shalom Kevin. memang mengenai kepindahan seseorang ke agama lain itu tergantung dengan penafsiran masing-masing, mungkin si A benar menurut saya, tapi bisa juga si A salah menurut orang lain itu semua tergantung kita menilainya. Cuma bagi saya biarkan saja ROH KUDUS yang menuntun kita untuk mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Kita bisa berkeras hati tapi kalu ROH KUDUS yang bekerja kita tidak akan bisa menolaknya. Trims Tuhan memberkati.
Shalom kevin,
Saya rasa usul pak Stef untuk membaca buku tersebut sungguh baik jika anda mau mencari kebenaran atau minimal mengerti pokok ajaran gereja katolik yang sebenarnya. namun,jika anda terlalu sibuk mengisi penuh2 hati anda dengan prasangka,tuduhan dan kata2 kasar,ya sungguh lebih baik jika anda lanjutkan hidup dgn melayani jemaat di gereja anda saja.
Saya heran, orang2 yang mendebat masuk ke web ini, saya rasa pastilah orang2 yang dewasa iman dan melek ajaran Yesus. mungkin berprofesi sebagai pendeta muda. mereka ini orang2 yg cerdas, dan mampu menjelaskan alkitab sesuai pemikirannya sendiri yang dianggapnya benar. Ada yg bilang menemukan JOY, damai, dan sukacita di gerejanya masing2 sambil membanggakan denominasinya sendiri2. Tapi dari tulisan2nya, kok terbaca kepahitan, kata2 yg menyinggung yang tidak perlu ditulis,kasar dari yg sedang sampai parah. Lalu dimanakan letak roh lemah lembut itu?
kalo tidak bisa menerima penjelasan dari tim katolisitas, ya sudahlah. tinggalkan saja. Anda tentu sibuk dan punya pekerjaan lain di gereja anda. dengan begitu sedikit meringankan beban pak Stef & bu Inggrid karena harus menjelaskan berulang-ulang.Saya yg awam saja sampai mengerti.
Jadi, apa gunanya bagi anda sih? anda tidak mampu menunjukkan jati diri kristus dari tulisan anda, dan akhirnya tidak membuat kami cukup yakin berpindah ke gereja anda. anda juga tentunya tidak sedang sungguh mau mempelajari doktrin katolik.
Lalu, tujuannya apa dong?? saya sungguh ingin tahu.
Shalom Ve,
Ve menulis:
Saya rasa usul pak Stef untuk membaca buku tersebut sungguh baik jika anda mau mencari kebenaran atau minimal mengerti pokok ajaran gereja katolik yang sebenarnya. namun,jika anda terlalu sibuk mengisi penuh2 hati anda dengan prasangka,tuduhan dan kata2 kasar,ya sungguh lebih baik jika anda lanjutkan hidup dgn melayani jemaat di gereja anda saja.
Saya heran, orang2 yang mendebat masuk ke web ini, saya rasa pastilah orang2 yang dewasa iman dan melek ajaran Yesus. mungkin berprofesi sebagai pendeta muda.
Kevin menanggapi:
Ve, (maaf) anda terlalu dangkal memahami konteks diskusi disini. Sdr Stef & Inggrid membuka website ini untuk menjelaskan doktrin Katolik. Tapi karena tidak dibatasi bahwa yang boleh mampir hanya orang Katolik saja, maka itu artinya siapapun (termasuk Non Katolik) boleh mampir dan ikut berkomentar. Yang namanya komentar itu adalah pendapat, dan yang namanya pendapat itu setiap orang berbeda. Kalo pendapat anda dan saya berbeda itu adalah hal yang lumrah / wajar, justru kalo pendapat anda dan saya di semua hal bisa sama persis itulah yang aneh.
Dengan kriteria apa anda menghakimi saya “terlalu sibuk mengisi penuh2 hati anda dengan prasangka,tuduhan dan kata2 kasar”..?. Apakah hanya karena gaya bahasa seseorang lalu anda bisa memastikan bahwa orang tersebut tidak benar? Apakah orang yang bicaranya kasar selalu salah dan orang yang bicaranya lembut selalu benar? Cobalah anda renungkan tulisan saya ini. Saya sarankan bagi Ve untuk bercermin dan bercermin, dan jangan buta atau membutakan mata hatimu. Ketahuilah bahwa Katolik memandang Protestan menyimpang. Dan kami Protestan memandang Katolik menyimpang. Sama-sama kan? Kecuali bila Katolik memandang Protestan benar, dan Protestan memaki-maki Katolik, itu baru namanya keterlaluan. Ve, belajarlah dewasa dan tidak egois. Jangan ketika anda diumpat anda tersinggung, kemudian anda mengumpat orang lain dan orang lain tidak boleh tersinggung, itu namanya narsis.
Anda mengajari saya untuk melayani jemaat di gereja saya, apa yang anda tahu tentang saya? Saya bukan pendeta, tidak pernah sekolah theology, tidak pernah terlibat dalam pelayanan apapun di gereja, tapi bertahun-tahun saya belajar Firman Tuhan dari Alkitab, buku-buku, berpikir, dan melalui banyak pengalaman hidup. Bila anda menganggap saya pendeta, dengan senang hati saya akan menerima anda sebagai jemaat pertama saya, dan saya akan mengajarkan kepada anda tentang kebenaran sejati, bukan mengajarkan kemunafikan yang berbalut sopan santun dan kerendahan hati.
Ve menulis:
Saya heran, orang2 yang mendebat masuk ke web ini, saya rasa pastilah orang2 yang dewasa iman dan melek ajaran Yesus. mungkin berprofesi sebagai pendeta muda. mereka ini orang2 yg cerdas, dan mampu menjelaskan alkitab sesuai pemikirannya sendiri yang dianggapnya benar. Ada yg bilang menemukan JOY, damai, dan sukacita di gerejanya masing2 sambil membanggakan denominasinya sendiri2. Tapi dari tulisan2nya, kok terbaca kepahitan, kata2 yg menyinggung yang tidak perlu ditulis,kasar dari yg sedang sampai parah. Lalu dimanakan letak roh lemah lembut itu?
Kevin menanggapi:
Saya sarankan anda membaca baik-baik ayat-ayat dibawah ini:
Yohanes berkata di Matius 3:7
Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: “Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?
Tuhan Yesus berkata di Matius 23:33, Lukas 3:7
Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?
Tahukah anda, Tuhan Yesus yang lemah lembut dan rendah hati dan tidak pernah membalas itu ternyata juga mengata-ngatai orang-orang Farisi dengan pernyataan “keturunan ular beludak”. Apa Tuhan Yesus tidak punya kalimat lain yang lebih baik dan enak di dengar? Yohanes juga mengatakan hal yang sama.
Ketika bait Allah dijadikan pasar/ tempat berjualan, apa yang Tuhan Yesus lakukan? Apakah di dengan senyum berkata kepada mereka, “Hayoo, hayoo, minggirlah, ini Bait Allah lho… kamu dosa lho? Kok pada jualan disini?”… NO!!! Tuhan Yesus langsung mengobrak-abrik tempat jualan mereka dan berteriak memaki mereka. Tuhan Yesus marah !!!!
Kenapa Tuhan Yesus yang lemah lembut dan mengajarkan kelemahlembutan bisa tiba-tiba berkata kasar dan marah dengan action (bukan cuma marah dalam hati / kata-kata)…?
Karena yang dihadapi Tuhan Yesus adalah orang-orang bebal dan pengajar-pengajar kesesatan.
Bila anda faham ayat-ayat diatas dalam konteksnya, maka anda tidak akan terlalu sensitif ketika menyikapi perbedaan dan kata-kata kasar.
Ketahuilah Ve, di dunia ini banyak orang yang tutur katanya lemah lembut, namun berhati iblis. Sebaliknya banyak orang yang kata-kata dan sikapnya kasar namun hatinya mulia.
Suatu saat kelak bila anda mengalami terjebak / ditipu oleh orang yang sangat baik dan lemah lembut, anda bisa sadar dan paham apa yang saya tuliskan disini. Kata-kata lembut tidak selalu menggambarkan hati / niat yang baik, sebaliknya kata-kata kasar tidak selalu menggambarkan hati yang jahat / niat yang tidak baik.
Ketika kuliah dulu, saya hidup di jalanan. Saya banyak berteman dng orang-orang jalanan yang masuk kategori “penjahat” karena cara hidup dan perbuatannya yang sering merugikan orang lain. Mereka ini orang-orang yang sangat sangat keras dan menanggap hidup atau mati sama saja alias biasa saja. Namun diantara mereka saya jumpai beberapa orang sekalipun kata-kata dan perbuatannya tidak baik, namun hatinya sungguh baik. Mereka bergulat dengan keadaan dan kesulitan hidup, berjuang untuk eksis, hingga tidak sadar bahwa tindakannya merugikan pihak lain. Saya tidak berkata bahwa tindakan mereka benar. Namun sikap hati mereka, bila saya bandingkan dengan orang-orang lemah lembut yang tampak rohani, justru bertolak belakang, artinya sebagian penjahat itu memiliki hati yang lebih mulia daripada sebagian orang yang tiap minggu datang ke gereja. Ini kita bicara dalam tataran moral. Sedangkan pesan inti dalam Alkitab / Firman Allah itu tidak semata-mata hanya pesan moral, namun dimulai dari iman sebagai dasarnya. Percuma saja anda bicara soal kasih dan bermunafik dng kata-kata lembut bila esensi hati anda tidak demikian dan bila tidak didasari oleh iman yang benar.
Saya bisa menjabarkan soal kelemahlembutan / kerendahan hati dalam puluhan ribu kata yang mungkin lebih menperjelas pembaca disini, namun rasanya akan saya tulis lain kali saja.
Bila bicara soal roh lemah lembut, nanti kita kupas lain waktu. Namun perlu saya sarankan
kepada anda agar membaca kitab Amsal, agar anda paham bahwa tidak dalam semua hal orang harus bersikap lemah lembut, adakalanya orang harus mengatakan sesuatu yang keras untuk mendidik. Kitab Amsal bagus untuk anda memahami sikon dan saya kutipkan 2 ayat pembuka:
Amsal 26: 4 dan 5
4 Jangan menjawab orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan engkau sendiri menjadi sama dengan dia.
5 Jawablah orang bebal menurut kebodohannya, supaya jangan ia menganggap dirinya bijak.
Tuhan mengajarkan kepada kita agar bisa membaca situasi, dan bertindak tepat sesuai orang dan situasinya, itulah pesanNya ketika kita menghadapi orang bebal dan penyesat.
Ve menulis:
kalo tidak bisa menerima penjelasan dari tim katolisitas, ya sudahlah. tinggalkan saja. Anda tentu sibuk dan punya pekerjaan lain di gereja anda. dengan begitu sedikit meringankan beban pak Stef & bu Inggrid karena harus menjelaskan berulang-ulang.Saya yg awam saja sampai mengerti.
Kevin menanggapi:
Entahlah apa anda sedang ber-empati terhadap Sdr Stef dan Inggrid, atau sedang unjuk gigi dengan memberikan pesan-pesan sponsor, namun saya percaya Sdr Stef dan Inggrid tidak terbebani oleh tulisan2 dan komentar2 saya, sebab ini adalah pelayanan mereka.
Anda tidak punya hak untuk memerintahkan saya meninggalkan situs ini. Hanya Sdr Stef dan Inggrid yang punya hak untuk menghentikan tulisan saya disini. Dan bila mereka menginginkannya, maka saya akan berhenti menulis komentar disini.
Bila Ve tidak suka terhadap tulisan / komentar saya, ya jangan dibaca, sebab membaca sesuatu yang tidak diinginkan itu sama dengan membohongi diri sendiri.
Bila ada pembaca yang membaca komentar saya lalu merasa tersinggung atau sakit hati, itu bagus, itu artinya mereka bisa belajar untuk mengampuni dan makin rendah hati. Bagaimana seseorang paham dirinya sudah rendah hati atau belum kalo tidak diuji? Anggaplah tulisan yg menyinggung itu sebagai ujian bagi iman anda.
Ve menulis:
Jadi, apa gunanya bagi anda sih? anda tidak mampu menunjukkan jati diri kristus dari tulisan anda, dan akhirnya tidak membuat kami cukup yakin berpindah ke gereja anda. anda juga tentunya tidak sedang sungguh mau mempelajari doktrin katolik.
Lalu, tujuannya apa dong?? saya sungguh ingin tahu.
Kevin menanggapi:
Ve, saya menulis disini untuk berdiskusi tentang doktrin Katolik yang menurut pandangan saya banyak yang salah. Saya tidak sedang menunjukkan diri saya yang rohani atau menunjukkan jati diri Kristus. Dan perlu Ve ketahui bahwa saya tidak sedang meyakinkan orang agar berpindah ke gereja Non Katolik, namun bila ada orang Katolik yang ingin belajar tentang doktrin Protestan, ya dengan senang hati saya akan mengajarnya.
Pertanyaan terakhir anda diatas rasanya perlu jawaban yang lebih tegas dari saya, baik saya akan menjawabnya biar anda gampang mencernanya: “Saya ingin menyadarkan saudara-saudara saya yang Katolik agar tidak menyimpang lebih jauh dari Alkitab”
Bila anda puas, anda boleh tepuk tangan, bila tidak puas, anda boleh berkomentar lagi.
“Saya tulis yang saya tahu, anda tulis yang anda tahu, saya tulis yang saya mau, anda tulis yang anda mau, bila tidak sepakat, ya kita tulis lagi”, itulah yang namanya Diskusi…
Kalo mau jadi Kristen Rajawali yang kuat, gagah perkasa, dan tidak munafik, belajarlah dari Alkitab. Kenapa saya sering menggunakan kata munafik? Karena banyak orang Nasrani yang ketika disinggung, sesungguhnya dia tersinggung, namun bibirnya menyatakan seolah dia tidak tersinggung, ini saya sebut munafik ! Dan Tuhan Yesus / Alkitab tidak mengajar kita seperti ini. Mereka ini sok kuat, sok lemah lembut, sok rendah hati, padahal level mentalnya masih rapuh namun berusaha memaksakan diri seolah “patuh” pada ajaran kasih. Tahukah Ve, berapa banyak manusia macam begini? Milyaran…
Saya orang blak-blakan, kalo tersinggung saya bilang tersinggung, kalo tidak saya bilang tidak. Kalo pendapat orang lebih benar maka saya akan akui dengan sportif.
Demikian Ve komentar saya, semoga tidak ada yang menyinggung hati anda. Dan bila ada yang menyinggung, saya mohon maaf, dan semoga anda bisa jadikan komentar saya sebagai bahan ujian / latihan untuk membuat hati anda / pembaca agar tidak mudah tersinggung. Kan anda harus lemah lembut dan rendah hati? ya nggak?
Shalom Ve dan Kevin,
Mari kita bersama-sama menyikapi perbedaan dengan baik. Kita tidak perlu untuk menduga-duga maksud seseorang menuliskan pesan. Yang dapat kita nilai adalah argumentasi yang diberikan. Namun, kita tidak dapat menilai motif orang tersebut. Masing-masing dari kita harus belajar untuk menyampaikan sesuatu yang kita pandang benar dengan bijaksana dan minta rahmat kebijaksanaan. Ada banyak orang yang menggunakan ayat-ayat dari Mt 3:7; Mt 23:23; Lk 3:7 untuk membenarkan perkataan-perkataan yang mungkin cenderung kasar. Di satu sisi Kristus senantiasa mengajarkan kelemahlembutan, termasuk tidak membalas ketika Dia diludahi dan dipukul. Namun, ayat-ayat tersebut, yang memberikan pernyataan yang terlihat kasar adalah karena Yohanes Pemandi dan Kristus melihat kedalaman hati mereka. Mereka dapat melihat kedalaman hati seseorang, namun kita yang berkomunikasi lewat tulisan hanya dapat melihat argumentasi dan tidak dapat melihat kedalaman hati seseorang.
Jadi, tidak menjadi masalah bagi orang-orang yang memberikan argumentasi dengan perkataan kasar, karena menurut saya malah akan merugikan diri sendiri. Pembaca katolisitas bukanlah orang yang tidak dapat menilai. Mereka akan dapat menilai seseorang dari argumentasi yang diberikan secara baik dan terstruktur. Bagi saya pribadi, perkataan kasar justru akan memperlemah argumentasi seseorang. Dan Kevin sendiri telah mengakui dan berusaha untuk memperbaikinya. Kita tidak perlu membandingkan bahwa ada yang orang berkata kasar namun baik, karena ada juga orang yang berkata lemah lembut dan baik.
Saya tidak tahu, apakah Kevin memberikan Amsal 26:4-5 kepada website ini dan menganggap bahwa orang-orang Katolik di website ini adalah bebal, bodoh dan penyesat. Saya harap bukan begitu maksud anda. Namun, kalaupun demikian, tidaklah menjadi masalah, karena setiap orang mempunyai kebebasan untuk menilai. Seperti yang anda telah tuliskan, anda ingin untuk memaparkan doktrin Protestan dan menyanggah doktrin Katolik, maka anda mempunyai kesempatan untuk menyelesaikan diskusi yang telah anda mulai di sini – silakan klik dan ini – silakan klik. Dengan demikian, kita tidak perlu menuduh dengan kata-kata yang tidak perlu, namun dimanifestasikan dalam bentuk argumentasi yang baik, seperti yang anda inginkan. Mari kita berfokus kembali pada diskusi dogma dan doktrin. Saya minta maaf, bahwa saya tidak ingin thread ini diteruskan, karena tidak akan membangun diskusi yang baik. Oleh karena itu, balasan akan thread ini tidak akan saya tampilkan. Semoga hal ini dapat diterima oleh semua pihak.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
sdr David [mungkin maksudnya Kevin],
Jawaban sdr sangat seenaknnya dan sdr tidak menyatakan pendapat sdr poin mana menurut sdr , pendeta David Minirth belum memahami doktrin protestan dengan baik. Apakah dasarnya?
apakah sdr beranggapan bahwa kesaksian kesaksian jemaat di mimbar gereja jauh lebih baik dan mereka telah memahami doktrin protestan dengan baik dibandingkan dengan seorang pendeta (mantan) David Minirth? Bukankah pendeta yang mengajar jemaat? apakah sekarang jaman sudah berubah jemaat yang mengajar pendeta di mimbar?
@ Sdr Johanes
Johanes menulis:
Jawaban sdr sangat seenaknnya dan sdr tidak menyatakan pendapat sdr poin mana menurut sdr , pendeta David Minirth belum memahami doktrin protestan dengan baik. Apakah dasarnya?
Kevin menanggapi:
Silakan lihat komentar saya diatas (di forum ini juga) dan lihat juga komentar Sdr Stefanus kepada saya.
Johanes menulis:
apakah sdr beranggapan bahwa kesaksian kesaksian jemaat di mimbar gereja jauh lebih baik dan mereka telah memahami doktrin protestan dengan baik dibandingkan dengan seorang pendeta (mantan) David Minirth? Bukankah pendeta yang mengajar jemaat? apakah sekarang jaman sudah berubah jemaat yang mengajar pendeta di mimbar?
Kevin menanggapi:
Saya heran, kenapa anda dengan begitu lugunya membuat diskriminasi antara pendeta dengan jemaat. Apa anda pikir kesaksian Pendeta / Pastor pasti benar dan kesaksian jemaat pasti salah? Sungguh tidak masuk akal. Di situs ini saya pernah lihat sekilas (saya belum baca) kesaksian kalo tidak salah ada 2 orang, ntah itu kesaksian hidup atau mujijat. Dengan penalaran anda, seharusnya anda bertanya kepada mereka dng pertanyaan ini: “Apakah anda seorang pastor?”. Bila mereka jawab: “Ya”, maka anda boleh percaya karena kompeten, kalo mereka jawab: “Tidak”, maka anda tidak boleh percaya karena kesaksian jemaat tidak memiliki kompetensi yang memadai. Itukah maksud anda?
Inilah permasalahannya….
Anda di Katolik sudah terbiasa didoktrin bahwa jemaat itu pendengar, dan pastor itu pengajar. Itu artinya Pastor pandai, jemaat bodoh. Kami di Kristen (Protestan) tidak seperti itu. Dari kecil dulu, sewaktu sekolah minggu, kami sudah diajarkan untuk membawa dan membaca Alkitab sendiri. Itu artinya bahwa Kristen mengajarkan bahwa setiap kita bisa belajar langsung dari sumbernya, yaitu Alkitab dan Roh Kudus. Metode pengajaran Kristen sangat menghargai freewill, otoritas Roh Kudus, dan kuasa Firman, sehingga setiap orang dibentuk sesuai “semau apa / sejauh mana” orang tersebut rela / mau diajar oleh Tuhan. Dengan demikian, metode ini bisa menghasilkan cukup banyak orang Kristen yang “maju” / kompeten / memahami Alkitab dengan baik dan benar, bahkan saya mengenal beberapa kawan yg tidak pernah sekolah theology seperti saya memiliki kecakapan / pemahaman Alkitab yang diatas rata-rata kebanyakan pendeta.
Saya pribadi tidak pernah silau / gentar dengan jabatan seseorang, biar itu pendeta / pastor atau apalah. Kualitas pemahaman Alkitab itu tidak ditentukan oleh gelar rohaninya, namun oleh penguasaan / kecakapannya dalam memahami Alkitab. Ini kita tidak sedang bicara soal moral, namun soal teori.
Mari saya beri contoh tentang sekolah / belajar:
Anda dan saya tentunya pernah sekolah. Sekolah adalah sarana belajar, itu artinya bahwa tanpa masuk di pendidikan formal (sekolah) pun seseorang tetap bisa belajar. Tujuan belajar adalah menambah pengetahuan / wawasan. Metode sekolah dalam memberikan pembelajaran adalah dengan buku acuan (seperti buku matematik, buku biologi, dsb) dan dengan penjelasan guru/dosen. Kenapa harus ada guru / dosen? Itu untuk membantu memudahkan mencerna materi, itupun kalo guru/ dosennya bisa mengajar dengan benar. Berapa banyak yang kita ketahui bahwa guru / dosen itu cuma men-dikte-kan catatan, murid-muridnya menulis selama 2 jam, trus dikasih PR, lain waktu ulangan? Banyak! Jenis guru/ dosen inilah yang saya sebut guru/dosen jadi-jadian, tidak bisa mengajar, tapi mau jabatan dan gaji. Kalo setiap hari kita sekolah (anggap saja SD/SMP/SMA) masuk dari jam 7 pulang jam 13, dan sepanjang waktu itu kita cuma mencatat dari papan tulis atau mencatat dari dikte guru, trus apa itu namanya belajar? Jelas itu bukan belajar, itu namanya mencatat.
Guru yang paham arti belajar tentu akan menjelaskan bahwa murid-murid sudah diberikan buku acuan dan bisa belajar sendiri, lalu sang guru bisa memberikan fotocopian “catatan pribadi”nya, agar bisa dipelajari lagi di rumah. Nah pas di sekolah, guru cukup bercerita, menerangkan, menjelaskan, lalu membuka forum tanya-jawab. Inilah yang disebut belajar yang sesungguhnya. Belajar adalah sebuah proses kreatif otak untuk mengolah dan menyimpan informasi, bukan sekedar mencatat atau membaca. Untuk belajar, orang tidak selalu harus diajar. Karena belajar adalah soal berpikir, bukan soal tempat atau ijasah.
Bila anda sudah paham ini, maka saya lanjutkan….
Dengan demikian kita tahu bahwa belajar tidak harus selalu melalui institusi formal. Institusi formal hanyalah “alat bantu” ibaratnya “tutorial” atau “manual book” untuk mempermudah sekaligus menerapkan disiplin, konsistensi, dan sosialisasi. Diluar keempat hal tersebut, orang bisa belajar sendiri dari buku. Jadi sekarang kata kuncinya adalah buku.
Guru / dosen yang mengajar muridnya pun sumber informasi / pengetahuannya didapat dari buku. Buku-buku pelajaran baik yang bersifat science maupun non science sudah dirumuskan sedemikian rupa melalui proses pengujian banyak pihak, sehingga secara umum bisa dipercayai kebenaran informasi di dalamnya terlepas dari kelengkapannya menyajikan informasi.
Melalui buku, orang bisa belajar apapun sebanyak yang dia mau.
Kapasitas pengetahuan seseorang sangat ditentukan dari seberapa banyak dia “melahap” informasi dari luar khususnya dari buku. Itulah kenapa para penemu-penemu di abad renaisanse, yang notabene adalah orang-orang jenius, mereka sangat akrab dengan buku sebagai sumber informasi mereka. Mereka menyerap informasi, mengolahnya, kemudian mengujinya. Dengan demikian lahirlah banyak hal di bidang kimia, biologi, fisika, matematika, dsb yang akhirnya manfaatnya bisa kita nikmati hingga saat ini.
Cukup banyak dari kita yang sudah belajar banyak dan hingga saat ini tidak berprofesi sebagai guru / pengajar / dosen, namun memiliki pengetahuan spesifik maupun umum melebihi para guru / dosen.
Dengan uraian panjang diatas, saya harap Sdr Johanes memahami bahwa kepandaian (kompetensi) seseorang bukanlah semata karena gelar / profesi yang dimilikinya, namun lebih ditentukan kepada seberapa banyaknya dia belajar. Orang cerdas bisa belajar dengan cepat, orang bodoh belajar lebih lambat. Tapi kalo orang cerdas cuma belajar 1 tahun, dan orang bodoh belajar 20 tahun, rasanya si bodoh ini bisa lebih pandai (banyak tahu) dibandingkan dengan si cerdas. Jadi bakat / talent / intelegensi seseorang memang berpengaruh tapi tidak sepenuhnya menentukan kuantitas pengetahuan. Intelegensi berpengaruh pada kualitas, sedangkan usaha berpengaruh pada kuantitas. Gabungan keduanya menghasilkan suatu pengetahuan yang sangat bermutu.
Kesimpulannya adalah…
Kami orang Kristen (Protestan) tidak, khususnya saya, tidak terpaku pada pendeta. Pendeta boleh ngomong apa saja, tapi Alkitab sudah menentukan kebenarannya sendiri. BIla pengajaran pendeta tidak sesuai dengan Alkitab, ya saya tolak, namun bila cocok ya saya terima. Hal ini saya berlakukan juga bagi doktrin agama lain, termasuk Katolik.
Mengenai Minirth, saya belum beli / baca bukunya, tapi jelas saya menggunakan statement semua agama (termasuk katolik) ketika menilai seseorang yang keluar barisan, yaitu orang tersebut belum memahami doktrin agamanya dengan benar. Apakah ini pernyataan absolut atau relatif? Bisa salah satu atau keduanya.
Doktrin Protestan maupun Katolik menjabarkan segala sesuatu yang “benar” menurut pandangannya. Bila si Minirth masuk sepenuhnya dalam doktrin Protestan, dan bisa menerima seutuhnya kebenarannya, maka mustahil dia berpindah ke Katolik. Demikian sebaliknya berlaku bagi orang Katolik yang berpindah ke Protestan. Bila si Minirth tdk setuju dengan beberapa hal dalam doktrin Protestan, itu artinya dia belum masuk sepenuhnya dan/ atau belum menerima kebenaran seutuhnya, sehingga tidak aneh kalau dia berpaling kepada yang lain, dan saya simpulkan Minirth tidak memahami doktrin Kristen dng baik.
Bila anda menganggap bahwa pendeta / pastor pasti lebih tahu / lebih pandai dalam theologi dibandingkan jemaat, maka saya sarankan anda untuk belajar lagi dengan benar sebelum melanjutkan diskusi ini.
Renungkan tulisan saya ini dalam-dalam, saya yakin anda mampu memahami maksud saya.
Bila masih ada yang kurang jelas, silakan bertanya lagi.
Shalom Kevin dan Johanes,
Terima kasih atas komentarnya. Saya pikir diskusi seperti ini tidak perlu diteruskan, karena tidak akan membangun diskusi yang baik. Secara umum, kita harus mengakui bahwa pendeta maupun pastor seharusnya mempunyai ilmu teologi dan filsafat yang lebih baik dari pada kaum awam. Hal ini bukan karena mereka lebih cerdas dari kaum awam, namun karena mereka mendapatkan pendidikan secara khusus dan terstruktur tentang teologi dan filsafat. Tentu saja ada kaum awam yang cerdas, yang dapat mempelajari sendiri. Namun, tetap saja ada bedanya orang yang mengecap pendidikan formal dan tidak formal (catatan: saya berbicara secara umum dan bukan pada kondisi khusus). Sama seperti seorang arsitek – yang telah lulus arsitek dan telah bekerja sebagai arsitek – akan dapat membangun rumah yang lebih baik daripada yang dapat dilakukan oleh orang biasa. Ini adalah hal yang wajar, dan saya kira dapat diterima secara umum.
Dalam Gereja Katolik, tentu saja kita melihat posisi pastor sebagai gembala, yang memang harus mengajar, melakukan tugas pastoral, dan sakramen-sakramen. Dan, kaum awam juga bebas untuk berdiskusi dengan pastor, dengan pegangan tiga pilar kebenaran: Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Anda dapat saja tidak setuju dengan hal ini. Kalau anda mau, silakan membaca diskusi panjang ini – silakan klik. Jadi, dalam diskusi dengan pastor, pilar kebenaran yang digunakan jelas, dan tidak terpaku pada interpretasi pribadi. Silakan Kevin merenungkan sendiri kondisi gerejanya, karena kita tidak perlu membahasnya di sini. Saya sarankan, daripada melakukan diskusi seperti ini, silakan melanjutkan diskusi yang telah anda mulai di sini – silakan klik dan ini – silakan klik. Dan berfokuslah pada diskusi ini, sehingga anda mempunyai waktu untuk menyusun argumentasi yang baik dan mendalam. Dan seperti yang saya tuliskan sebelumnya, yang juga diterima oleh Kevin, maka silakan membeli buku Rome Sweet Home, dan silakan memberikan ulasan bagian mana dari buku tersebut yang Kevin pandang pengarang buku tersebut tidak mengerti doktrin Protestan dengan baik. Dengan demikian kita dapat membahasnya secara mendalam. Harapannya, diskusi dapat berfokus pada dogma dan doktrin. Semoga dapat diterima dengan baik. Mohon maaf, reply selanjutnya dari thread ini, tidak dapat saya masukkan ke dalam website.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
@sdr Kevin :
Disinilah letak akal masalahnya.
Mengenai hal ini, apa yang sdr sampaikan di atas merupakan suatu “sentilan keras” kepada semua jemaat Protestan secara keseluruhan. Mengapa? Saya rasa web ini sudah menjelaskan dengan pajang dan leber sejarah gereja mula mula.Kalau semua jemaat Protestan memiliki pikiran yang sama dengan sdr. maka saya kemudian menjadi sengat tidak heran kalau Protestan terpecah pecah dalam 28.000denominasi yang berbeda beda dan maaf …[edit] .Dan besok pun akan terus terjadi perpecahan gereja, dan mungkin juga sdr Kevin juga mendirikan gereja baru sesuai dengan pendapat sdr Kevin. Tolong sdr renungkan baik baik pertanyaan saya berikut:”Apakah dengan cara demikian sdr turut mengaminkan apa yang didoakan Tuhan ” Supaya mereka semua menjadi satu”? ataukah tidak sebaliknya sdr membuka terus perpecahan karena setiap orang dengan sesuka dan sebebasnya mengartikan firman Tuhan dan mendirikan gereja baru yang sesuai dengan selera penafsirannya? Adakah Roh Kudus salah?
“Sentilan keras” kepada umat Protestan ini adalah pada saat kita berbicara tentang poin “KETAATAN”. Kata “KETAATAN” ini menurut pendapat saya menjadi barang yang sangat antik, kuno, mungkin juga tidak pernah ada di kalangan gereja Protestan. Coba sdr renungkan kembali berapa banyak kotbah pendeta di gereja anda yang mengajarkan point ketaatan ini?
Mengapa jemaat Katolik taat kepada magisterium gereja dalam pengajaran iman? Ini semata karena kami menantikan dengan PENUH IMAN JANJI TUHAN YESUS BAHWA IA AKAN MELINDUNGI GEREJANYA DAN KUASA MAUT TIDAK AKAN BERKUASA ATAS GEREJANYA.Inilah “KETAATAN” itu.dan ketaatan ini sudah cukuplah bagi kami. Maria sangat bingung dan tidak tahu mau berbuat apa atas kabar malaikat tetapi karena ia taat maka keselamatan terjadilah. Jadi, mengapa dalam ketidaktahuan dan kebutaan kita akan maksud dan arti firman Tuhan kita mencoba mengartikannya dengan asumsi pribadi yang akan menimbulkan perpecahan gereja dan sekaligus menyangkal apa yang didoakan Tuhan Yesus supaya pengikutNya bersatu?Sungguh sangat bahaya…….
Dan secara tekhnis , inilah yang membedakan Gereja Katolik dengan Protestan lainnya dalam pengajaran iman. Kotbah dalam Gereja Katolik tidak lebih dari 15 menit setiap Misa Kudus.Protestan bisa 1 jam. Apakah lebih lama lebih baik? Belum tentu. Gereja Katolik menjaga dalam kotbah yang singkat , padat dan jelas untuk sekecil mungkin tercampur dengan pendapat pribadi si pastor yang berkotbah dalam menginterpretasikan kitab suci sehingga apa yang disampaikan berada dalam koridor terjemahan yang di terima olah seluruh gereja universal di seluruh dunia. Dan point pokok dalam setiap Misa kudus bukanlah kotbah. Tetapi nilai yang paling berharga di atas semua kotbah adalah perjumpaan dengan Tuhan sendiri dalam TUBUH DAN DARAHNYA. Ini sudah lebih dari cukup bagi umat Katolik,dibandingkan dengan kotbah yang panjang lebar dan ada kemungkinan besar memuat pendapat pribadi yang dapat menimbulkan perpecahan gereja
Mengenai pendapat anda ttg kesaksian di web ini, perlu ditegaskan bahwa kesaksian ini bukan untuk mengajar, tetapi untuk menguatkan. Jadi anda TIDAK PERNAH akan menemukan kesaksian umat saat kotbah Misa berlangsung. Mengapa? jawabannya sudah diuraikan di alinea sebelum ini. Jadi perlu dibedakan pengajaran dengan kesaksian(sharing). Pengajaran iman bersifat mutlak dan bukan berdasarkan kesimpulan pembicara. Kesaksian memuat pengalaman hidup yang berbeda dikaikan dengan pengajaran iman.Semoga dimengerti.Tugas seorang pendeta adalah mengajar pengajaran iman. Termasuk pdt David Minirth. jadi saya rasa pdt David tahu tugasnya sebagai pengajar iman yang seharusnya mengajarkan iman Protestan. Bagaimana kemudian ia menjadi Katolik? saya rasa hanya Roh Kudus yang tahu. dan saya tidak mau berdiskusi tentang hal ini.karena ini bukan pengajaran iman, hanya berupa kesaksian pdt David.
ingatlah sdr Kevin, ketidaktaatan Adam dan Hawa mendatangkan dosa.Ketaatan Maria dan terutama ketaatan Yesus mendatangkan keselamatan bagi semua manusia.Lantas jangan sdr bilang bahwa :” kami tidak taat pada pendeta karena pendeta adalah manusia, tapi kami taat kepada Allah.” Kalau kamu taat kepada Allah, maka kamu juga taat kepada para pilihanNYa,atau setidaknya, kamu taat pada firmanNya bahwa Ia akan menyertai GerejaNya dan kuasa maut tidak akan menguasai GerejaNya. Kalau taat kepada firman Tuhan ini , maka kamu akan seperti Gereja Katolik yang mempercayakan seluruh hidupnya kepada PENYELENGGARAAN ILAHI. Banyak aliran dan sekte akan tetap bermunculan dan tenggelam , tetapi firman Tuhan ini akan tetap melekat pada Gereja yang dipilihNya. Yang mana? Silahkan sdr analisa dengan mendalam. Mana dari sekian puluh ribu gereja yang ada yang saling menyerang dan mengklaim diri paling benar yang merupakan Gereja yang tidak akan dikuasai oleh maut. Mulailah dari pengajaran para Rasul dan Bapa Gereja.
Semoga Tuhan memberkati sdr. Kevin
Shalom Kevin, Masa iya seorang pendeta protestan yang sudah bertahun -tahun mempelajari firman Tuhan dan sudah sekolah theologi, masih tidak paham/memahami doktrin protestan? menurut saya David Minirth memang sudah dibukakan hatinya oleh Roh Kudus sehingga mengetahui kebenaran.
terima kasih Tuhanmemberkati.
[dari katolisitas: baca kesaksian Alex Jones di sini – Alex Jones bagian 1 ; Alex Jones bagian 2 ; Alex Jones bagian 3; Alex Jones 4]
Kevin Wrote :
Dengan demikian Alkitab menjadi kanon tertutup, artinya semenjak saat itu, tidak ada wahyu baru, dan tidak perlu juklak (petunjuk pelaksanaan) untuk menjalankan atau menafsirkan Alkitab.
—————————————————————-
Anggaplah tidak perlu juklak untuk menafsirkan Alkitab, lalu pertanyaannya : siapakah yang berhak dan memiliki kompetensi untuk menafsirkan Alkitab untuk kemudian mengajarkannya ke seluruh dunia?
– Apakah para Bapa Gereja awal?
– Apakah Martin Luther?
– Apakah Pdt. A?
– Apakah Pdt. B?
– Apakah Ustadz A?
– Apakah Sdr. Kevin?
– Apakah Mr. Katro?
kemudian, tafsiran siapakah yang akan umat Kristen pegang?
@ Mr. Katro
Mr Katro menulis:
Kevin Wrote :
Dengan demikian Alkitab menjadi kanon tertutup, artinya semenjak saat itu, tidak ada wahyu baru, dan tidak perlu juklak (petunjuk pelaksanaan) untuk menjalankan atau menafsirkan Alkitab.
—————————————————————-
Anggaplah tidak perlu juklak untuk menafsirkan Alkitab, lalu pertanyaannya : siapakah yang berhak dan memiliki kompetensi untuk menafsirkan Alkitab untuk kemudian mengajarkannya ke seluruh dunia?
– Apakah para Bapa Gereja awal?
– Apakah Martin Luther?
– Apakah Pdt. A?
– Apakah Pdt. B?
– Apakah Ustadz A?
– Apakah Sdr. Kevin?
– Apakah Mr. Katro?
kemudian, tafsiran siapakah yang akan umat Kristen pegang?
Kevin menanggapi:
Ketika Tuhan Allah menyampaikan FirmanNya, Dia menggunakan bahasa manusia. Dia tidak menggunakan bahasa malaikat atau bahasa yang tidak dimengerti oleh manusia. Tujuan Dia menggunakan bahasa manusia ialah agar manusia dapat memahami maksudNya.
Ketika Tuhan Allah bermaksud mencetak / membukukan FirmanNya, Dia menggunakan peran manusia (walaupun Dia juga bisa mencetak tanpa peran manusia sedikitpun), itu artinya Dia ingin mengkomunikasikan maksudNya kepada manusia dalam perspektif manusia.
Intinya Tuhan ingin agar manusia dapat memahami maksud dan rencanaNya.
Bila Alkitab ditulis dengan bahasa programming (bahasa komputer / bahasa mesin/ bahasa program) maka kita perlu bertanya pada para programmer, apa maknanya. Namun karena Akitab ditulis dengan bahasa manusia (bhs Ibrani dan bhs Yunani) maka cukup menterjemahkannya ke dalam Bhs Inggris atau Bhs Indonesia, dan kemudian bisa membaca serta memahaminya. Memang untuk itulah Alkitab ditulis, agar setiap manusia dapat memahaminya ketika membacanya, itulah maksud Tuhan.
Ketika Alkitab sudah selesai dikanon, maka Alkitab itu adalah milik semua orang. Bukan hanya milik Paus, Pastor, Pendeta, atau Gereja, tapi milik semua orang. Siapapun boleh membaca Alkitab, dan Roh Kudus sendiri yang akan memberikan pencerahan.
Gereja adalah persekutuan orang-orang percaya di dalam Yesus (ini adalah makna rohaninya), sedangkan makna sekulernya adalah sebuah organisasi keagamaan. Gereja memiliki peran untuk mewartakan maksud2 Tuhan dalam Alkitab, namun gereja tidak boleh mengklaim bahwa hanya dia (gereja) yang tahu / mampu menjelaskan isi Alkitab / maksud Tuhan. Gereja yang berprinsip seperti ini berarti sudah mengambil / mencuri otoritas Roh Kudus yang berkuasa untuk menjangkau setiap pribadi orang percaya.
Sekarang saya akan menjawab pertanyaan anda:
Alkitab bukanlah untuk ditafsirkan, namun untuk dipahami dan dilakukan. Walau dalam Alkitab tidak semua tulisan mengandung makna harafiah, namun lebih dari 90% isinya adalah literal dan tidak memerlukan hermeneutik (metode tafsir). Jadi tidak perlu repot-repot tanya ke gereja atau orang lain. Dibaca saja dengan kerendahan hati dan kerinduan akan Tuhan, maka Roh Kudus sendiri akan memampukan pembacanya untuk memahami maksud Tuhan atas dirinya.
Bila anda pernah diajari gereja bahwa untuk memahami Alkitab maka orang harus bertanya pada pihak yang kompeten seperti pastor / pendeta, maka saya bilang itu adalah informasi yang keliru dan sangat menyesatkan, dan itu adalah upaya pembodohan karena orang tersebut diharuskan masuk ke dalam jebakan doktrin yang sudah disetting sedemikian rupa.
Bicara soal tafsir-menafsir, itu seperti menebak arti mimpi, dan sifatnya sangat subyektif sekalipun tampaknya logis. Karena yang namanya tafsir / interpretasi itu berarti upaya untuk menjelaskan arti sesuatu yang kurang jelas (silakan lihat artinya di KBBI (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php). Bila ada orang normal (tidak buta huruf dan waras) membaca seluruh Alkitab tapi sama sekali tidak mengerti 1% pun maksud / isinya, menurut saya cuma ada 2 kemungkinan: orang tersebut belum memiliki kapasitas merangkaikan informasi (seperti misalnya anak kelas 2 SD, bisa membaca namun belum banyak menangkap makna), atau kemungkinan kedua, orang tersebut mengalami gangguan secara psikologis.
Untuk kedua jenis orang yang saya sebutkan tadi, jika dia tidak mampu menangkap 1% pun makna yang ada di Alkitab, maka tentunya orang tesebut juga tidak mampu memahami buku-buku lain atau novel / bacaan yang isinya mengandung muatan sejenis Alkitab.
Tuhan tidak diskriminatif terhadap manusia, Dia mau menerima orang bodoh maupun orang pandai. Bila Tuhan hanya berkenan kepada orang yang pandai (yang mampu memahami atau menafsirkan Alkitab) maka tidak ada gunanya lagi bicara soal kasih. Jadi saya harap anda tidak terjebak dalam indoktrinasi Katolik sehingga anda akan selalu merasa kalah pintar, kalah kudus, kalah saleh dibandingkan pemuka-pemuka agama anda. Yang saya maksudkan dengan kata “kalah” tersebut adalah “merasa inferior”. Kita diajarkan untuk rendah hati, namun bukan berarti rendah diri / minder / tidak percaya diri dihadapan sesama manusia. Ingatlah bahwa indoktrinasi adalah salah satu cara iblis yang paling ampuh untuk menyesatkan umat percaya. Oleh karenanya kita harus kembali kepada Alkitab untuk menguji segala sesuatu.
Alkitab bukan untuk ditafsirkan, namun untuk dipahami. Memang bagi sebagian besar orang, tidak semua isi Alkitab bisa dipahami dengan mudah, namun bukan berarti bahwa pesan intinya tidak bisa dimengerti. Tuhan sangat memahami manusia ciptaanNya yang sarat dengan keterbatasan dan kelemahan, dan Dia tidak pernah memerintahkan kepada kita agar memahami seluruh ayat dalam Alkitab. Seorang anak kelas 3 SD yang membaca kitab Keluaran 20:15 “Jangan mencuri”, saya pikir anak tersebut tentu bisa memahami maksudnya, apalagi kita orang dewasa. Bahkan orang-orang jalanan yang tidak pernah sekolahpun kalo kita sampaikan pesan ayat tersebut, bisa memahami maksudnya.
Jadi ketika anda berbicara soal tafsiran siapakah yang akan umat Kristen pegang, maka saya jawab dengan gampang bahwa umat Kristen tidak perlu berpegang pada tafsiran siapapun, karena Alkitab (Firman Allah) itu mampu menjelaskan diriNya kepada setiap orang yang rindu akan Kebenaran.
Ketika 40 orang belajar di sekolah yang sama, di kelas yang sama, diajar oleh guru yang sama, dengan jam pelajaran yang sama, apakah setiap orang bisa memahaminya dengan sama? Tentu saja tidak, buktinya ada yang nilainya 100, 80, 60, 40, atau bahkan 20. Apakah buku pelajarannya yang salah? Tidak. Apakah gurunya yang salah? Tidak. Yang menyebabkan perbedaan hasil pemahaman ada beberapa faktor seperti intelegensi, kerajinan belajar, kondisi tubuh / pikiran / emosi, dsb.
Hal ini sama dengan banyaknya perbedaan pemahaman di Protestan, dan itu adalah wajar.
Kami umat protestan percaya bahwa Alkitab adalah satu-satunya Kebenaran, dan Alkitab mampu menjelaskan dirinya sendiri ketika manusia menghampirinya dengan kerendahan hati dan kerinduan akan Tuhan.
Demikian penjelasan saya….
Shalom Kevin M,
Terima kasih atas tanggapannya terhadap pertanyaan Katro. Beberapa hal ini adalah tanggapan singkat yang dapat saya berikan:
1. Tuhan memang menyatakan wahyu Allah seperti yang dituliskan dalam Alkitab. Dia menggunakan bahasa manusia, agar manusia dapat memahami Firman-Nya. Dia juga memakai beberapa gaya bahasa dan perumpamaan agar manusia dapat lebih memahami maksud dan rencana Allah. Dengan demikian Alkitab memang milik semua orang dan bukan hanya milik Paus, Pastor, Pendeta, dll. Namun, walaupun telah disampaikan dengan bahasa yang dimengerti manusia, namun adalah suatu kenyataan bahwa ada banyak hal yang dituliskan di dalam Alkitab sulit untuk dimengerti. Kita tahu, ada begitu banyak perbedaan dogma dan doktrin antara Gereja Katolik dan non-Katolik, seperti: tentang Perjamuan Suci (lih. Mt 26:26-28); tentang keselamatan – apakah hanya karena iman atau juga memerlukan yang lain, seperti baptisan dan kasih; tentang apakah Yesus mengetahui hari kiamat, karena di Mt 24:36 dikatakan bahwa Anakpun tidak mengetahui; Apakah Sola Scriptura benar, dan masih begitu banyak isu-isu yang lain. Dan inilah yang ditegaskan oleh rasul Petrus akan tulisan-tulisan dari rasul Paulus, sehingga dia mengatakan “Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga mereka buat” (2 Pet 3:15). Dari sini, kita dapat melihat bahwa rasul Petrus, sebagai murid dari Yesus, yang telah berkumpul dengan Yesus, menyadari bahwa apa yang tertulis di dalam Alkitab tidaklah mudah dipahami seluruhnya.
2. Anda mengatakan “Gereja adalah persekutuan orang-orang percaya di dalam Yesus (ini adalah makna rohaninya), sedangkan makna sekulernya adalah sebuah organisasi keagamaan.” Kita mempunyai konsep yang berbeda tentang Gereja. Kalau anda ingin serius berdiskusi tentang konsep Gereja dengan dualitasnya: cara (means) dan tujuan (end), silakan untuk membuat topik secara terpisah dan kita dapat membahasnya secara lebih mendalam. Sebagai langkah awal, silakan membaca konsep tentang Gereja di sini – silakan klik, di mana dituliskan:
a. Gereja sebagai tujuan akhir hidup manusia
(lih. Ef 1:9-10, Kol 1:15-20,26-27; 1Kor 2:7, Lumen Gentium 2, KGK 760-764)
Pada saat penciptaan dunia, Allah telah merencanakan untuk mengangkat manusia ke dalam kehidupan Ilahi. Namun rencana persatuan Ilahi ini terhalang oleh karena dosa Adam yang kemudian diturunkan kepada semua manusia. Karenanya Allah terus menerus mengutus para nabi untuk membawa manusia kembali kepadaNya, hingga akhirnya Ia mengutus Putera-Nya sendiri yaitu Yesus Kristus menjadi tebusan atas dosa-dosa manusia, supaya tidak ada lagi penghalang antara manusia dengan Allah.
Di dalam diri Kristus, Allah yang tidak kelihatan menyatakan diriNya dan Kristus menjadi yang sulung dari segala ciptaan. Segala sesuatu diciptakan di dalam Kristus, Sang Firman, (Yoh 1:1), oleh Kristus, dan untuk Kristus. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat (lih. Kol 1:15-18, Ef 1:9-10). Karenanya, sudah sejak awal mula Allah telah merencanakan penggabungan jemaat dengan Kristus sebagai kepala yang kemudian dikenal sebagai ‘Gereja’. Rasul Paulus mengajarkan bahwa pada mulanya Allah menentukan orang-orang yang dipilihNya untuk menjadi serupa dengan Kristus Putera-Nya, supaya Kristus menjadi yang sulung dari banyak saudara (lih. Rom 8:29). Nah, kesatuan semua manusia dengan Yesus sebagai yang sulung inilah yang disebut Gereja.
Maka kalau ada orang bertanya pada kita sejak kapan Gereja direncanakan oleh Allah, kita dapat mengatakan bahwa Gereja sudah direncanakan sejak penciptaan dunia. Hanya saja pada waktu itu (di dalam Kitab Kejadian) belum secara eksplisit disebut sebagai ‘Gereja’. Persekutuan manusia dalam ‘wadah’ Gereja ini dipersiapkan oleh Allah melalui pembentukan bangsa Israel di masa Perjanjian Lama hingga tiba waktunya Kristus sendiri menyempurnakannya oleh kuasa Roh Kudus pada Perjanjian Baru, yang merupakan penggenapan Perjanjian Lama. Pada akhir zaman, Gereja akan mencapai kesempurnaannya, di mana semua orang benar sepanjang segala abad akan dipersatukan dengan Allah sendiri.
Nyatalah, sebagai tujuan akhir hidup manusia, Gereja bersifat Ilahi, sebab di dalamnya manusia dipersatukan dengan Allah. Persekutuan kudus dengan Allah ini membawa manusia pada persekutuan dengan para orang kudus sepanjang zaman, karena semua orang kudus tersebut bersekutu dengan Allah, dan juga, karena kematian tidak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus (Rm 8:38). Persekutuan kudus ini pula yang menjelaskan, bahwa hanya ada satu Gereja, karena hanya ada satu Tubuh Mistik Kristus, yang terdiri dari kita yang masih berziarah di dunia ini, mereka yang sudah mulia di surga, dan mereka yang sebelum masuk ke surga masih dimurnikan di Api Penyucian.[4] Kedua dimensi persekutuan ini –yaitu persekutuan dengan Allah dan dengan para kudusNya- menunjukkan sifat ilahi dari Gereja, yang membedakannya dari organisasi apapun di dunia.
b. Gereja sebagai sarana untuk mencapai tujuan akhir hidup manusia
(lih. Ef 4:7,12-16, 1 Tim 3:15, LG 1, 4, KGK 765-768)
Sekarang, mari kita lihat peran Gereja sebagai sarana menuju tujuan akhir manusia. Kristus telah datang ke dunia untuk menebus dosa-dosa kita, supaya kita beroleh keselamatan dan dapat dipersatukan dengan Allah. Untuk itu, Kristus mendirikan Gereja-Nya pada hari Pentakosta oleh kuasa Roh Kudus, supaya oleh Roh yang sama Ia senantiasa dapat menguduskan Gereja-Nya, untuk membawa umat manusia kepada keselamatan dalam persekutuan dengan Allah Bapa. Ini adalah suatu karunia rahmat, bukan usaha manusia sendiri. Karunia keselamatan ini diberikan melalui perantaraan Gereja, yang adalah Tubuh Kristus, sehingga Gereja juga disebut ‘sakramen keselamatan,’[5] yaitu tanda/ sarana untuk menyalurkan rahmat keselamatan dari Tuhan. Perlu kita ingat bahwa Kristus sendiri adalah Sakramen (Tanda) Kasih Allah, dan Gereja adalah sakramen Kristus. Dengan demikian, Gereja sebagai tanda Kasih Allah terjadi karena hubungan Gereja dengan Kristus.
Sebagai ‘sakramen’, Gereja terus-menerus menghadirkan secara nyata karya keselamatan Kristus oleh kuasa Roh Kudus. Kristus terus menerus hadir dan berperan aktif dengan cara yang kelihatan di dalam dan melalui Gereja-Nya yang dibimbing oleh Roh Kudus. Jadi di dalam GerejaNya, Kristus sendirilah yang mengajar, menguduskan, dan melayani Gereja melalui para uskup. Hal ini sesuai dengan janjiNya kepada para rasul, “Engkau akan menerima kuasa Roh Kudus…. dan engkau akan menjadi saksi-saksiKu di Yerusalem….” (Kis 1:8). Telah menjadi kehendak Yesus bahwa setelah kenaikanNya ke surga, Ia akan tetap berkarya di dalam Gereja, agar kita diberi kasih karunia untuk keperluan pembangunan Tubuh-Nya sampai kita bertumbuh sesuai dengan kepenuhan Kristus (lih. Ef 4:7,12-13). Yesus berkarya melalui perantaraan manusia yang dipilihNya, yaitu para rasul dan penerus mereka yaitu para uskup, yang secara turun temurun diurapi dengan kuasa Roh KudusNya sendiri.[6]
Jelaslah bahwa selain dijiwai oleh Tuhan Yesus, Gereja juga melibatkan peran serta manusia, misalnya, Gereja dipimpin oleh manusia (Paus dan para uskup, imam), beranggotakan kita manusia, yang kesemuanya tidak terlepas dari dosa. Karenanya, Tuhan menyediakan sarana pengudusan, di mana Ia sendiri yang bertindak menguduskan lewat perantaraan para imam-Nya melalui sakramen-sakramen. Melalui sakramen, rahmat Tuhan yang tidak kelihatan disalurkan melalui simbol-simbol yang kelihatan. Maka dalam dimensi manusiawi ini terdapat dua hal yang penting, yaitu hal kepemimpinan/ struktur Gereja dan hal sakramen sebagai saluran rahmat Tuhan yang melibatkan perantaraan manusia dan benda-benda lahiriah.
Anda mengatakan “Gereja memiliki peran untuk mewartakan maksud2 Tuhan dalam Alkitab, namun gereja tidak boleh mengklaim bahwa hanya dia (gereja) yang tahu / mampu menjelaskan isi Alkitab / maksud Tuhan” Kalau Gereja yang mengkanonkan Alkitab, maka apakah sulitnya untuk dapat menerima bahwa dengan kuasa Kristus untuk melindungi Gereja-Nya (lih. Mt 16:16-19), maka Gereja dilindungi Roh Kudus untuk dapat menginterpretasikan dengan benar akan pesan yang ingin disampaikan oleh Tuhan? Kalau kita menganggap Gereja dapat salah (fallible) dan Alkitab tidak mungkin salah (infallible), bagaimana mungkin sesuatu yang fallible dapat menghasilkan sesuatu yang infallible? Hal ini sejalan dengan apa yang dituliskan oleh rasul Paulus “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat [Gereja] dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.” (1Tim 3:15) Hal ini bukan berarti bahwa semua orang tidak boleh menginterpretasikan Alkitab, namun untuk isu-isu yang cukup kompleks, maka umat Katolik melihat, mempelajari dan mengikuti apa yang dikatakan Magisterium Gereja, apalagi kalau hal tersebut telah ditetapkan sebagai dogma. Kalau mengikuti argumentasi anda, maka pertanyaan saya adalah: Mengapa setelah Martin Luther, yang membuat semua orang dapat menginterpretasikan Alkitab sendiri-sendiri, berakibat pada perpecahan 28,000 denominasi sampai saat ini?
Dan kalau anda mengatakan “Gereja yang berprinsip seperti ini berarti sudah mengambil / mencuri otoritas Roh Kudus yang berkuasa untuk menjangkau setiap pribadi orang percaya.” maka pertanyaan saya: Mengapa kalau Roh Kudus-nya sama, yang telah memberikan inspirasi kepada penulis Alkitab dan memberikan inspirasi kepada pembaca Alkitab dari generasi-generasi, namun tetap terjadi perbedaan doktrin? Kalau dengan Alkitab yang sama, yang satu percaya akan kehadiran Kristus secara nyata dalam Ekaristi (seperti yang dipercayai oleh Martin Luther), mengapa dengan Alkitab yang sama, setelah 500 tahun kemudian terjadi ada banyak orang yang mengatakan bahwa Perjamuan Suci hanyalah simbol belaka? Bukankah dua hal yang saling bertentangan tidak mungkin keduanya benar, yang berarti seseorang harus memutuskan mana yang benar: Kristus hadir secara nyata atau hanya simbol dalam Perjamuan Suci. Dan kalau demikian, apakah parameter untuk mementukan mana yang benar dan mana yang salah? Dengan perkataan anda sendiri “Gereja yang berprinsip seperti ini berarti sudah mengambil / mencuri otoritas Roh Kudus yang berkuasa untuk menjangkau setiap pribadi orang percaya.“ maka bagaimana anda menerangkan otoritas Roh Kudus dengan perpecahan gereja-gereja?
3. Dengan demikian, keterangan dan pertanyaan saya telah menjawab tanggapan anda “Alkitab bukanlah untuk ditafsirkan, namun untuk dipahami dan dilakukan. Walau dalam Alkitab tidak semua tulisan mengandung makna harafiah, namun lebih dari 90% isinya adalah literal dan tidak memerlukan hermeneutik (metode tafsir). Jadi tidak perlu repot-repot tanya ke gereja atau orang lain. Dibaca saja dengan kerendahan hati dan kerinduan akan Tuhan, maka Roh Kudus sendiri akan memampukan pembacanya untuk memahami maksud Tuhan atas dirinya.
Bila anda pernah diajari gereja bahwa untuk memahami Alkitab maka orang harus bertanya pada pihak yang kompeten seperti pastor / pendeta, maka saya bilang itu adalah informasi yang keliru dan sangat menyesatkan, dan itu adalah upaya pembodohan karena orang tersebut diharuskan masuk ke dalam jebakan doktrin yang sudah disetting sedemikian rupa.” Sayangnya, memang 10% yang memerlukan penafsiran dapat membawa perpecahan gereja. Dan inilah yang bertentangan dengan Roh Kudus, Roh pemersatu. Justru kerendahan hati umat Katolik tercermin dari ketaatannya akan apa yang telah ditetapkan oleh Magisterium Gereja. Dengan demikian, dogma dan doktrin dapat terjaga kesatuannya dari generasi ke generasi sampai berakhirnya dunia ini. Dan untuk isu-isu yang tidak kompleks, tentu saja umat Katolik dapat menginterpretasikannya sendiri. Hal ini sebenarnya sama seperti yang dialami oleh umat Kristen non-Katolik, yang juga bertanya kepada pendetanya akan beberapa ayat Alkitab yang sulit dimengerti. Kalau pendeta mempunyai lingkup satu gereja di lingkungan, maka Magisterium Gereja mempunyai lingkup Gereja semesta (universal Church) di seluruh dunia. Jadi, sangat jauh dari kesimpulan anda yang mengatakan bahwa semua ini adalah upaya pembodohan, karena justru Magisterium Gereja memberikan kepastian akan suatu dogma dan doktrin, sehingga umat Katolik tidak tersesat. Sadar atau tidak, maka umat Kristen non-Katolik sebenarnya telah menempatkan pendetanya atau diri sendiri sebagai Magisterium Gereja.
4. Anda mengatakan “Bicara soal tafsir-menafsir, itu seperti menebak arti mimpi, dan sifatnya sangat subyektif sekalipun tampaknya logis. Karena yang namanya tafsir / interpretasi itu berarti upaya untuk menjelaskan arti sesuatu yang kurang jelas (silakan lihat artinya di KBBI (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).” Dalam menginterpretasikan Alkitab, maka kebenaran tidak boleh saling bertentangan. Kita harus percaya akan kebenaran yang bersifat obyektif. Kebenaran subyektif justru bertentangan dengan hakekat kebenaran itu sendiri.
Anda mengatakan “Bila ada orang normal (tidak buta huruf dan waras) membaca seluruh Alkitab tapi sama sekali tidak mengerti 1% pun maksud / isinya, menurut saya cuma ada 2 kemungkinan: orang tersebut belum memiliki kapasitas merangkaikan informasi (seperti misalnya anak kelas 2 SD, bisa membaca namun belum banyak menangkap makna), atau kemungkinan kedua, orang tersebut mengalami gangguan secara psikologis. Untuk kedua jenis orang yang saya sebutkan tadi, jika dia tidak mampu menangkap 1% pun makna yang ada di Alkitab, maka tentunya orang tesebut juga tidak mampu memahami buku-buku lain atau novel / bacaan yang isinya mengandung muatan sejenis Alkitab. Tuhan tidak diskriminatif terhadap manusia, Dia mau menerima orang bodoh maupun orang pandai.” Kalau membaca Alkitab untuk menemukan nilai-nilai moral, hukum kasih, dll, maka semua orang dapat membacanya dan mengerti. Namun, hal inipun tidaklah semudah yang anda tuliskan, sebagai contoh: apakah kontrasepsi bertentangan dengan Alkitab atau tidak? Hal ini karena memang kadang suatu kebenaran berdasarkan kebenaran yang lain.
Anda mengatakan “Bila Tuhan hanya berkenan kepada orang yang pandai (yang mampu memahami atau menafsirkan Alkitab) maka tidak ada gunanya lagi bicara soal kasih.” Tuhan memberikan macam-macam karunia di dalam Gereja, sehingga masing-masing anggota Gereja dapat melengkapi satu sama lain. Kita harus mengakui bahwa tidak semua orang diberikan karunia mengajar, dapat masuk ke dalam misteri iman secara mendalam, dll. Hal ini tidaklah bertentangan dengan “kasih” seperti yang anda sebutkan.
Anda mengatakan “Jadi saya harap anda tidak terjebak dalam indoktrinasi Katolik sehingga anda akan selalu merasa kalah pintar, kalah kudus, kalah saleh dibandingkan pemuka-pemuka agama anda. Yang saya maksudkan dengan kata “kalah” tersebut adalah “merasa inferior”. Kita diajarkan untuk rendah hati, namun bukan berarti rendah diri / minder / tidak percaya diri dihadapan sesama manusia. Ingatlah bahwa indoktrinasi adalah salah satu cara iblis yang paling ampuh untuk menyesatkan umat percaya. Oleh karenanya kita harus kembali kepada Alkitab untuk menguji segala sesuatu.“Anda tidak perlu merasa diindoktrinasi oleh doktrin Gereja Katolik, kalau memang ada dogma atau doktrin dari Gereja Katolik yang tidak Alkitabiah. Kerendahan hati memang tidak sama dengan rendah diri. Sadar atau tidak, Gereja Katolik maupun gereja non-Katolik dihadapkan pada pilihan: 1. merasa bahwa Roh Kudus dan saya pasti benar atau Alkitab dan saya pasti benar, sehingga tidak membutuhkan yang lain untuk menafsirkan Alkitab, 2. tahu akan keterbatasan diri sendiri, sehingga membiarkan Gereja menentukan dogma atau doktrin karena diberikan kuasa oleh Kristus sendiri. Umat Katolik mengambil alternatif ke-2, karena memang itulah yang diajarkan di dalam Alkitab. Tidak ada yang salah dengan Roh Kudus dan Alkitab, namun “saya” dapat salah bahkan sering salah. Jadi, menyadari bahwa “saya” dapat salah, maka umat Katolik mengikuti dogma dan doktrin yang telah ditetapkan oleh Magisterium Gereja, yang tidak mungkin salah, karena dilindungi oleh janji Kristus sendiri (lih. Mt 16:16-19). Dengan demikian, diskusi akan menjadi lebih substansial, kalau membahas apakah peran Magisterium Gereja atau apakah Sola Scriptura benar atau salah?
5. Anda mengatakan “Alkitab bukan untuk ditafsirkan, namun untuk dipahami. Memang bagi sebagian besar orang, tidak semua isi Alkitab bisa dipahami dengan mudah, namun bukan berarti bahwa pesan intinya tidak bisa dimengerti. Tuhan sangat memahami manusia ciptaanNya yang sarat dengan keterbatasan dan kelemahan, dan Dia tidak pernah memerintahkan kepada kita agar memahami seluruh ayat dalam Alkitab. Seorang anak kelas 3 SD yang membaca kitab Keluaran 20:15 “Jangan mencuri”, saya pikir anak tersebut tentu bisa memahami maksudnya, apalagi kita orang dewasa. Bahkan orang-orang jalanan yang tidak pernah sekolahpun kalo kita sampaikan pesan ayat tersebut, bisa memahami maksudnya.” Yang anda sebutkan di Kel 20:15 adalah merupakan bagian dari hukum kodrat, yang diketahui oleh orang beragama maupun tidak beragama. Namun, pesan di Alkitab lebih daripada itu. Bahkan Yesus menegaskan hal ini dalam amanat agung “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mt 28:20) Dengan demikian, Yesus menginginkan agar umat Allah percaya akan segala sesuatu yang diperintahkan, termasuk adalah perintah “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.” (Yoh 6:54) dan juga perintah-perintah yang lain. Dan pertanyaannya adalah apakah semua denominasi mengajarkan doktrin yang sama tentang hal ini?
6. Anda mengatakan “Jadi ketika anda berbicara soal tafsiran siapakah yang akan umat Kristen pegang, maka saya jawab dengan gampang bahwa umat Kristen tidak perlu berpegang pada tafsiran siapapun, karena Alkitab (Firman Allah) itu mampu menjelaskan diriNya kepada setiap orang yang rindu akan Kebenaran.
Ketika 40 orang belajar di sekolah yang sama, di kelas yang sama, diajar oleh guru yang sama, dengan jam pelajaran yang sama, apakah setiap orang bisa memahaminya dengan sama? Tentu saja tidak, buktinya ada yang nilainya 100, 80, 60, 40, atau bahkan 20. Apakah buku pelajarannya yang salah? Tidak. Apakah gurunya yang salah? Tidak. Yang menyebabkan perbedaan hasil pemahaman ada beberapa faktor seperti intelegensi, kerajinan belajar, kondisi tubuh / pikiran / emosi, dsb.
Hal ini sama dengan banyaknya perbedaan pemahaman di Protestan, dan itu adalah wajar.“
a. Kalau memang Alkitab saja (Sola Scriptura) adalah benar, bagaimana anda menjelaskan perbedaan doktrin antara satu denominasi dengan denominasi yang lain, yang semuanya mengklaim bahwa pengajarannya berasal dari Alkitab? Bagaimana seseorang menentukan mana yang benar dari pengajaran yang saling bertentangan ini?
b. Menggunakan logika anda tentang murid yang belajar di sekolah, yang mendapat nilai bervariasi, maka kita melihat justru hal tersebut terjadi karena parameter kebenaran yang dipakai adalah tetap. Kalau guru mengajarkan 2+2=4, maka murid yang menjawab bukan 4 adalah salah. Namun, yang terjadi dalam denominasi-denominasi bukanlah demikian, karena 2+2 dapat 4 atau 5 atau 6. Dengan demikian, akan sulit sekali untuk mengetahui kebenaran yang hakiki. Hal ini adalah sama seperti Martin Luther yang percaya akan kehadiran Yesus secara nyata dalam Perjamuan Suci dan banyak denominasi-denominasi yang mengatakan Perjamuan Suci hanyalah simbol. Kalau memakai logika anda, maka guru tidak dapat membenarkan jawaban “ya” dan “tidak” dari murid-muridnya. Harus ada salah satu yang benar, sehingga terjadi kebenaran yang absolut, yang obyektif (objective truth). Dengan demikian, perbedaan doktrin dan perpecahan di dalam gereja Protestan bukanlah hal yang biasa, namun telah melanggar pesan Yesus di Yoh 17.
c. Anda mengatakan “Kami umat protestan percaya bahwa Alkitab adalah satu-satunya Kebenaran, dan Alkitab mampu menjelaskan dirinya sendiri ketika manusia menghampirinya dengan kerendahan hati dan kerinduan akan Tuhan.” Kalau memang mampu menjelaskan dirinya sendiri, bagaimana kehidupan jemaat awal sebelum seluruh Alkitab terbentuk – sampai sekitar tahun 100 (Kitab Wahyu)? Kalau memang mampu menjelaskan sendiri, mengapa terjadi perpecahan gereja dan pertentangan dogma dan doktrin? Kalau memang Alkitab adalah satu-satunya kebenaran, mengapa Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa Alkitablah sebagai satu-satunya sumber kebenaran?
7. Sebagai penutup, saya mengundang anda untuk berdiskusi di link-link yang telah membahas topik ini secara panjang lebar. Apa yang saya tulis di atas adalah merupakan pengulangan dari jawaban-jawaban yang telah saya berikan dalam diskusi saya sebelumnya. Oleh karena itu, kalau anda ingin membahas Sola Scriptura secara lebih mendalam, silakan memberikan argumentasi di link ini – silakan klik. Dan tentang ekklesiologi dan perpecahan gereja, silakan menyampaikannya di link ini – silakan klik. Cobalah berkonsentrasi pada satu topik, sehingga pembahasan dapat lebih mendalam. Alangkah lebih baik, kalau anda juga dapat membaca diskusi di link-link tersebut sebelum memberikan argumentasi, sehingga argumentasi yang anda sampaikan bukanlah merupakan pengulangan dari yang telah dibahas. Semoga hal ini dapat diterima oleh Kevin.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Gereja sebagai tujuan akhir hidup manusia
(lih. Ef 1:9-10, Kol 1:15-20,26-27; 1Kor 2:7, Lumen Gentium 2, KGK 760-764)
Pada saat penciptaan dunia, Allah telah merencanakan untuk mengangkat manusia ke dalam kehidupan Ilahi. Namun rencana persatuan Ilahi ini terhalang oleh karena dosa Adam yang kemudian diturunkan kepada semua manusia. Karenanya Allah terus menerus mengutus para nabi untuk membawa manusia kembali kepadaNya, hingga akhirnya Ia mengutus Putera-Nya sendiri yaitu Yesus Kristus menjadi tebusan atas dosa-dosa manusia, supaya tidak ada lagi penghalang antara manusia dengan Allah.
Di dalam diri Kristus, Allah yang tidak kelihatan menyatakan diriNya dan Kristus menjadi yang sulung dari segala ciptaan. Segala sesuatu diciptakan di dalam Kristus, Sang Firman, (Yoh 1:1), oleh Kristus, dan untuk Kristus. Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat (lih. Kol 1:15-18, Ef 1:9-10). Karenanya, sudah sejak awal mula Allah telah merencanakan penggabungan jemaat dengan Kristus sebagai kepala yang kemudian dikenal sebagai ‘Gereja’. Rasul Paulus mengajarkan bahwa pada mulanya Allah menentukan orang-orang yang dipilihNya untuk menjadi serupa dengan Kristus Putera-Nya, supaya Kristus menjadi yang sulung dari banyak saudara (lih. Rom 8:29). Nah, kesatuan semua manusia dengan Yesus sebagai yang sulung inilah yang disebut Gereja.
Maka kalau ada orang bertanya pada kita sejak kapan Gereja direncanakan oleh Allah, kita dapat mengatakan bahwa Gereja sudah direncanakan sejak penciptaan dunia. Hanya saja pada waktu itu (di dalam Kitab Kejadian) belum secara eksplisit disebut sebagai ‘Gereja’. Persekutuan manusia dalam ‘wadah’ Gereja ini dipersiapkan oleh Allah melalui pembentukan bangsa Israel di masa Perjanjian Lama hingga tiba waktunya Kristus sendiri menyempurnakannya oleh kuasa Roh Kudus pada Perjanjian Baru, yang merupakan penggenapan Perjanjian Lama. Pada akhir zaman, Gereja akan mencapai kesempurnaannya, di mana semua orang benar sepanjang segala abad akan dipersatukan dengan Allah sendiri.
Nyatalah, sebagai tujuan akhir hidup manusia, Gereja bersifat Ilahi, sebab di dalamnya manusia dipersatukan dengan Allah. Persekutuan kudus dengan Allah ini membawa manusia pada persekutuan dengan para orang kudus sepanjang zaman, karena semua orang kudus tersebut bersekutu dengan Allah, dan juga, karena kematian tidak dapat memisahkan kita dari kasih Kristus (Rm 8:38). Persekutuan kudus ini pula yang menjelaskan, bahwa hanya ada satu Gereja, karena hanya ada satu Tubuh Mistik Kristus, yang terdiri dari kita yang masih berziarah di dunia ini, mereka yang sudah mulia di surga, dan mereka yang sebelum masuk ke surga masih dimurnikan di Api Penyucian.[4] Kedua dimensi persekutuan ini –yaitu persekutuan dengan Allah dan dengan para kudusNya- menunjukkan sifat ilahi dari Gereja, yang membedakannya dari organisasi apapun di dunia.
Gereja sebagai sarana untuk mencapai tujuan akhir hidup manusia
(lih. Ef 4:7,12-16, 1 Tim 3:15, LG 1, 4, KGK 765-768)
Sekarang, mari kita lihat peran Gereja sebagai sarana menuju tujuan akhir manusia. Kristus telah datang ke dunia untuk menebus dosa-dosa kita, supaya kita beroleh keselamatan dan dapat dipersatukan dengan Allah. Untuk itu, Kristus mendirikan Gereja-Nya pada hari Pentakosta oleh kuasa Roh Kudus, supaya oleh Roh yang sama Ia senantiasa dapat menguduskan Gereja-Nya, untuk membawa umat manusia kepada keselamatan dalam persekutuan dengan Allah Bapa. Ini adalah suatu karunia rahmat, bukan usaha manusia sendiri. Karunia keselamatan ini diberikan melalui perantaraan Gereja, yang adalah Tubuh Kristus, sehingga Gereja juga disebut ‘sakramen keselamatan,’[5] yaitu tanda/ sarana untuk menyalurkan rahmat keselamatan dari Tuhan. Perlu kita ingat bahwa Kristus sendiri adalah Sakramen (Tanda) Kasih Allah, dan Gereja adalah sakramen Kristus. Dengan demikian, Gereja sebagai tanda Kasih Allah terjadi karena hubungan Gereja dengan Kristus.
Sebagai ‘sakramen’, Gereja terus-menerus menghadirkan secara nyata karya keselamatan Kristus oleh kuasa Roh Kudus. Kristus terus menerus hadir dan berperan aktif dengan cara yang kelihatan di dalam dan melalui Gereja-Nya yang dibimbing oleh Roh Kudus. Jadi di dalam GerejaNya, Kristus sendirilah yang mengajar, menguduskan, dan melayani Gereja melalui para uskup. Hal ini sesuai dengan janjiNya kepada para rasul, “Engkau akan menerima kuasa Roh Kudus…. dan engkau akan menjadi saksi-saksiKu di Yerusalem….” (Kis 1:8). Telah menjadi kehendak Yesus bahwa setelah kenaikanNya ke surga, Ia akan tetap berkarya di dalam Gereja, agar kita diberi kasih karunia untuk keperluan pembangunan Tubuh-Nya sampai kita bertumbuh sesuai dengan kepenuhan Kristus (lih. Ef 4:7,12-13). Yesus berkarya melalui perantaraan manusia yang dipilihNya, yaitu para rasul dan penerus mereka yaitu para uskup, yang secara turun temurun diurapi dengan kuasa Roh KudusNya sendiri.[6]
Jelaslah bahwa selain dijiwai oleh Tuhan Yesus, Gereja juga melibatkan peran serta manusia, misalnya, Gereja dipimpin oleh manusia (Paus dan para uskup, imam), beranggotakan kita manusia, yang kesemuanya tidak terlepas dari dosa. Karenanya, Tuhan menyediakan sarana pengudusan, di mana Ia sendiri yang bertindak menguduskan lewat perantaraan para imam-Nya melalui sakramen-sakramen. Melalui sakramen, rahmat Tuhan yang tidak kelihatan disalurkan melalui simbol-simbol yang kelihatan. Maka dalam dimensi manusiawi ini terdapat dua hal yang penting, yaitu hal kepemimpinan/ struktur Gereja dan hal sakramen sebagai saluran rahmat Tuhan yang melibatkan perantaraan manusia dan benda-benda lahiriah.
Shalom Sdr Stefanus,
Sdr Stefanus menulis:
Dalam menginterpretasikan Alkitab, maka kebenaran tidak boleh saling bertentangan. Kita harus percaya akan kebenaran yang bersifat obyektif. Kebenaran subyektif justru bertentangan dengan hakekat kebenaran itu sendiri.
Kevin menanggapi:
Justru itulah yang saya (kami umat protestan) pegang, bahwa kita harus percaya pada kebenaran yang obyektif dan konsisten. Kebenaran yang tidak konsisten bukanlah kebenaran.
Alkitab mencatat bahwa semua manusia ditetapkan untuk mati, setelah itu dihakimi (baca Ibrani 9:27), dan Alkitab juga mencatat bahwa ada 2 manusia yang belum mati hingga detik ini (diangkat ke surga) yaitu Henokh dan Elia. Dimana konsistennya? Henokh dan Elia akan turun sebagai 2 saksi Allah di akhir jaman nanti, kemudian akan dibunuh/ mati. (baca Wahyu 11). Dengan demikian genaplah nats yang tertulis di Ibrani 9:27.
Yang tidak konsisten itu adalah doktrin Katolik, yang meng-interpretasikan Maria diangkat hidup-hidup ke surga. Sudah tidak ada ayatnya, bahkan bertentangan dengan Ibrani 9:27, ujung-ujung penjelasannya cuma pakai exception plus hermeneutik yang penuh relativisme dengan asumsi-asumsi yang dilogis-logiskan.
Sdr Stef, kalo kita mau bicara soal absolutisme namun diwarnai dengan exception2, maka hasil akhirnya adalah relativisme. Silakan anda renungkan.
Sdr Stefanus menulis:
Kalau membaca Alkitab untuk menemukan nilai-nilai moral, hukum kasih, dll, maka semua orang dapat membacanya dan mengerti. Namun, hal inipun tidaklah semudah yang anda tuliskan, sebagai contoh: apakah kontrasepsi bertentangan dengan Alkitab atau tidak? Hal ini karena memang kadang suatu kebenaran berdasarkan kebenaran yang lain.
Kevin menanggapi:
Allah memerintahkan manusia untuk beranak cucu dan medianya adalah melalui aktifitas sexual. Namun Alkitab tidak pernah mencatat bahwa tujuan satu-satunya dari aktifitas sexual adalah untuk beranak cucu, itu artinya Tuhan juga memberikan / mengijinkan suami istri untuk menikmati kesenangan melalui persetubuhan. Bila tujuan persetubuhan suami istri hanya untuk melahirkan anak / keturunan, maka ketika suami istri melakukan persetubuhan tanpa mengharapkan jadinya seorang anak/janin, atau bila mereka tahu bahwa persetubuhan tersebut pasti tidak dapat menghasilkan keturunan, maka pelakunya sudah berdosa. Itu artinya, semua orang mandul sudah berdosa ketika melakukan persetubuhan, karena tahu tidak bakal punya anak, tapi tetap melakukan aktifitas sexual.
Kontrasepsi dalam pengertian mencegah pertemuan sel telur dan sperma tidak bertentangan dengan Alkitab. Yang dilarang Alkitab adalah bila sel telur dan sperma sudah bertemu alias menjadi janin, lalu dimatikan, itu sama saja dengan membunuh manusia.
Sdr Stefanus menulis:
Anda mengatakan “Bila Tuhan hanya berkenan kepada orang yang pandai (yang mampu memahami atau menafsirkan Alkitab) maka tidak ada gunanya lagi bicara soal kasih.” Tuhan memberikan macam-macam karunia di dalam Gereja, sehingga masing-masing anggota Gereja dapat melengkapi satu sama lain. Kita harus mengakui bahwa tidak semua orang diberikan karunia mengajar, dapat masuk ke dalam misteri iman secara mendalam, dll. Hal ini tidaklah bertentangan dengan “kasih” seperti yang anda sebutkan.
Kevin menanggapi:
Maksud pernyataan saya diatas adalah, bila Tuhan hanya berkenan kepada orang pandai / yang mampu memahami atau menafsirkan Alkitab saja, maka tentunya Tuhan tidak cukup bijaksana ketika Dia berkata bahwa Dia mengasihi semua manusia. Jika Allah adalah kasih, maka Dia tidak akan membeda-bedakan orang berdasarkan kepandaian / pengetahuannya. Saya tidak perlu tuliskan dimana ayat-ayatnya krn anda pasti sudah tahu.
Sdr Stefanus menulis:
Anda tidak perlu merasa diindoktrinasi oleh doktrin Gereja Katolik, kalau memang ada dogma atau doktrin dari Gereja Katolik yang tidak Alkitabiah. Kerendahan hati memang tidak sama dengan rendah diri. Sadar atau tidak, Gereja Katolik maupun gereja non-Katolik dihadapkan pada pilihan: 1. merasa bahwa Roh Kudus dan saya pasti benar atau Alkitab dan saya pasti benar, sehingga tidak membutuhkan yang lain untuk menafsirkan Alkitab, 2. tahu akan keterbatasan diri sendiri, sehingga membiarkan Gereja menentukan dogma atau doktrin karena diberikan kuasa oleh Kristus sendiri. Umat Katolik mengambil alternatif ke-2, karena memang itulah yang diajarkan di dalam Alkitab. Tidak ada yang salah dengan Roh Kudus dan Alkitab, namun “saya” dapat salah bahkan sering salah. Jadi, menyadari bahwa “saya” dapat salah, maka umat Katolik mengikuti dogma dan doktrin yang telah ditetapkan oleh Magisterium Gereja, yang tidak mungkin salah, karena dilindungi oleh janji Kristus sendiri (lih. Mt 16:16-19). Dengan demikian, diskusi akan menjadi lebih substansial, kalau membahas apakah peran Magisterium Gereja atau apakah Sola Scriptura benar atau salah?
Kevin menanggapi:
Kata “saya” yang anda tuliskan diatas adalah sebuah kata kunci yang penting bagi pembahasan sola scriptura. Sdr Stef harus ingat, bahwa kata “saya” yang anda tuliskan diatas termasuk di dalamnya adalah Petrus, seluruh Paus, dan semua manusia di bumi ini.
Saya setuju dengan pendapat anda ini !
Anda harus ingat bahwa dalam Magisterium Gereja Katolik juga terdapat banyak “saya-saya”, namun disisi lain anda berusaha membenarkan “saya yang dapat salah” menjadi “saya yang tidak dapat menjadi salah” dengan berlindung di bawah ayat Matius 16:16-19 dengan mempersepsikannya secara keliru.
Katolik lebih memandang Alkitab sebagai karya / peran dominan Bapa Gereja, sedang Protestan memandang Alkitab sebagai karya Allah. Itu artinya bahwa faham Katolik akan lebih banyak diwarnai “saya-saya” plus “relativisme” dibandingkan dengan faham Protestan yang lebih absolut menerima Alkitab sebagai tulisan Allah.
Itulah kenapa saya bisa menyebut Magisterium sebagai Babel modern, karena berusaha mempersatukan dengan keseragaman konsep yang dari semula memang sengaja “dilepaskan” Allah bagi setiap individu. Itu artinya Allah sangat memahami nature manusia, sehingga memaklumkan dengan mencukupkan Alkitab / Firman Allah sesuai dengan kadar / takaran / talent / kapasitas per individu. Pesan intinya satu: Kasih ! (Matius 22:37-40). Dan kita tahu bahwa Kasih itu Yesus (1 Yoh 4:8,16). Jadi pesan Injil sederhana, percayalah kepada Yesus sbg Tuhan dan Juruslamat. Bila bicara dalam konteks yang lain, diluar keselamatan kekal, maka perbedaan pandangan soal aturan moral ini itu kembali kepada iman (Roma 14:23b). Jadi perbedaan pandangan dalam membaca Alkitab itu adalah hal yang memang diperkenankah Allah sesuai dengan takaran masing-masing individu. Lalu apa pemersatunya? Kasih! (Kolose 3:14). Silakan anda baca Surat-surat Paulus kepada jemaat di berbagai kota, semuanya menekankan kasih persaudaraan. Menganggap persatuan tubuh Kristus sebagai Gereja secara Jasmani sama dengan menentang tindakan Tuhan ketika mengacaubalaukan Babel (Kej 11:1-7). Tahukah anda kenapa Tuhan menceraiberaikan manusia yang semula satu logat dan satu bahasa? Karena setiap persatuan manusia, ujung-ujungnya akan menghujat Tuhan, kenapa? Karena setiap persatuan pasti ada yang memimpin, dan bila kepemimpinan sudah meliputi seluruh dunia (seluruh bangsa-bangsa) itu artinya sudah merebut kedudukan Tuhan yang merupakan Allah atas semua bangsa.
Nanti berikutnya kita bisa diskusi soal ini.
Sdr Stefanus menulis:
Yang anda sebutkan di Kel 20:15 adalah merupakan bagian dari hukum kodrat, yang diketahui oleh orang beragama maupun tidak beragama. Namun, pesan di Alkitab lebih daripada itu. Bahkan Yesus menegaskan hal ini dalam amanat agung “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mt 28:20) Dengan demikian, Yesus menginginkan agar umat Allah percaya akan segala sesuatu yang diperintahkan, termasuk adalah perintah “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman.” (Yoh 6:54) dan juga perintah-perintah yang lain. Dan pertanyaannya adalah apakah semua denominasi mengajarkan doktrin yang sama tentang hal ini?
Kevin menanggapi:
Saya mengerti bahwa yang anda maksudkan adalah perbedaan paham transubstansiasi dengan paham transfinalisasi dalam sakramen perjamuan kudus. Saya percaya bahwa semua gereja baik Kristen maupun Katolik menerapkan sakramen ini. Namun makna yang ditekankan setiap denominasi bisa berbeda, yang satu percaya terjadinya perubahan, yang lainnya menganggap simbol. Intinya, sakramennya tetap dilaksanakan. Hal yang serupa bisa juga saya tanyakan kepada anda, kenapa Katolik tidak menjalankan perintah Yoh 6:54 tersebut secara literal? Kenapa cuma makan Tubuh Yesus saja? Berarti cuma pastornya donk yg selamat, sebab dia yang minum? Tapi saya duga, Katolik tentu akan berdalih-dalih kembali dengan persatuan tubuh Kristus, atau apalah, yang jelas perintah yang begitu jelas dan gamblang faktanya tidak dijalankan sesuai aturannya.
Saya percaya bahwa Tuhan Yesus menginginkan agar semua umatNya tahu dan menjalankan “segala sesuatu” yang telah diajarkanNya. Namun perlu anda ketahui bahwa tidak ada satupun manusia yang sanggup menjalankan “segala sesuatu” alias “semua” yang telah diperintahkan Tuhan Yesus. Apakah itu artinya semua orang gagal? Jelas tidak, sebab segala sesuatu yang diajarkan Yesus (diluar Soteriologi dan Christologi) sifatnya adalah ajaran moral / kasih yang fungsinya bukan untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan, namun untuk menyempurnakan manusia sebelum menuju kekekalan.
Sdr Stefanus menulis:
b. Menggunakan logika anda tentang murid yang belajar di sekolah, yang mendapat nilai bervariasi, maka kita melihat justru hal tersebut terjadi karena parameter kebenaran yang dipakai adalah tetap. Kalau guru mengajarkan 2+2=4, maka murid yang menjawab bukan 4 adalah salah. Namun, yang terjadi dalam denominasi-denominasi bukanlah demikian, karena 2+2 dapat 4 atau 5 atau 6. Dengan demikian, akan sulit sekali untuk mengetahui kebenaran yang hakiki. Hal ini adalah sama seperti Martin Luther yang percaya akan kehadiran Yesus secara nyata dalam Perjamuan Suci dan banyak denominasi-denominasi yang mengatakan Perjamuan Suci hanyalah simbol. Kalau memakai logika anda, maka guru tidak dapat membenarkan jawaban “ya” dan “tidak” dari murid-muridnya. Harus ada salah satu yang benar, sehingga terjadi kebenaran yang absolut, yang obyektif (objective truth). Dengan demikian, perbedaan doktrin dan perpecahan di dalam gereja Protestan bukanlah hal yang biasa, namun telah melanggar pesan Yesus di Yoh 17.
Kevin menanggapi:
Sdr Stefanus, rupanya anda kurang memahami maksud analogi saya tentang siswa dan sekolah yang sebetulnya saya maksudkan untuk mendefinisikan kapasitas siswa, bukan untuk menjelaskan standar pengajarannya. Saya sangat percaya kebenaran yang absolut, namun pengertian anda dan saya dalam mendefinisikannya berbeda.
Baiklah, mari kita bicara soal absolut seperti yang anda inginkan. Saya ambil contoh dari 1 Korintus 6:9:
Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Ayat tersebut diatas menjelaskan dengan gamblang bahwa orang-orang yang masuk kategori itu pasti neraka. Pertanyaan saya, “orang kikir” yang seperti apa? Apa definisi kikir? Dalam takaran / batasan / dengan kriteria apa seseorang dapat disebut kikir? Tolong berikan jawaban yang absolut seperti 2+2=4. Kan anda sendiri yang bilang bahwa kita / manusia harus memahami kebenaran secara absolut, jadi tolong anda jangan membalikkan jawabannya kepada Tuhan. Saya bisa berikan puluhan ayat kepada anda, tapi rasanya satu dulu cukup.
Alkitab mengandung kebenaran yang absolut, ya, saya setuju 100%, namun bagaimana cara mengetahui dengan sesungguh-sungguhnya bahwa pandangan / pemahaman kita tentang kebenaran absolut tersebut memang sudah absolut? Jawaban anda pasti Magisterium Gereja, namun jawaban saya adalah: Tuhan yang akan menyingkapkannya seiring waktu yang berjalan. Seringkali kebenaran absolut tidak tampak seketika itu juga, dan saya rasa Tuhan punya alasan yang sangat tepat untuk tidak menggambarkan segala sesuatunya secara eksplisit karena rangkaian Firman itu mengandung misteri besar yang hanya akan dibukakan sesuai waktu Tuhan. Apa buktinya? Buktinya Gereja Katolik sendiri tidak dapat memahami kebenaran absolut tentang heliosentris yang dikemukakan oleh Galileo. GK hanya memahami kebenaran relatif yang terbatas pada panca indera dan ayat-ayat tertentu yang sama sekali tidak meneguhkan secara mutlak bahwa bumilah pusat tatasurya. Kebenaran absolutnya disingkapkan Tuhan di waktu-waktu / masa-masa berikutnya setelah era teknologi mulai berkembang. Saya harap anda tidak terjebak dalam absolutisme tanpa kerangka waktu, karena sekali lagi, Magisterium itu ditetapkan oleh “saya-saya” yang bisa salah. Alkitab tidak bisa salah, namun yang memahaminya bisa salah. Mengkultuskan GK sebagai satu-satunya gereja yang benar sama dengan pernyataan Hitler yang mengatakan bahwa bangsa Arya / Jerman adalah ras manusia terunggul di muka bumi. Kebenaran Absolut tetap dan kekal, namun pernyataan Allah kepada manusia disampaikan secara progresif, sama seperti kasus makanan halal vs haram yang disingkapkan Allah kepada Petrus, bahkan dalam kasus ini Allah sendiri yang “merevisi” dari haram ke halalnya, sedangkan kita tahu bahwa Firman Allah itu mengikat kekal sampai selamanya.
Saya belum pernah mendengar sekolah menetapkan aturan bahwa untuk lulus nilainya untuk semua mata pelajaran harus 100 (A semua). Yang saya ketahui adalah: untuk lulus nilainya rata-ratanya harus diatas 55 (atau minimal C semua). Percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamat, itu sudah menghasilkan nilai 55, sedangkan mentaati perintah lainnya, itu akan memberikan tambahan nilai di hari penghakiman nanti. Saya tidak percaya bahwa setiap orang harus memahami secara benar absolut seluruh isi Alkitab dan menjalankannya persis seperti perintah yang tertulis baru orang tersebut dapat masuk surga. Yang mengajarkan paham seperti ini pastilah orang yang benar-benar tidak tahu kebenaran.
Tulisan / komentar anda yang berwarna merah itu nanti akan saya komentari sesuai forumnya, namun sebagian (soal ekklesiologi dan perpecahan sudah saya jawab diatas).
Semoga hal ini dapat diterima oleh Sdr Stef.
Terimakasih.
Shalom Kevin,
Terima kasih atas tanggapannya. Kalau anda memang serius untuk berdiskusi tentang topik ini, silakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan dengan warna merah, baik di komentar ini maupun di komentar saya sebelumnya. Tanpa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan, maka dengan sangat menyesal, komentar anda lebih lanjut tidak dapat saya masukkan ke dalam website. Berikut ini adalah tanggapan yang dapat saya berikan atas komentar anda.
I. Tentang konsistensi kebenaran dan Alkitab dan analogi
1. Anda mengatakan “Justru itulah yang saya (kami umat protestan) pegang, bahwa kita harus percaya pada kebenaran yang obyektif dan konsisten. Kebenaran yang tidak konsisten bukanlah kebenaran.” Kalau anda percaya akan hal ini, maka bagaimana anda menerangkan hal berikut ini: Martin Luther, John Calvin, Zwingli, dan Wesley percaya bahwa Maria tetap perawan, sedangkan sekarang banyak umat dari denominasi-denominasi Kristen menolak hal ini? Lihat, apa yang dikatakan oleh para pendiri Protestan tentang keperawanan Maria:
a. Martin Luther (1483-1546): “Sudah menjadi iman kita bahwa Maria adalah Ibu Tuhan dan tetap perawan…. Kristus, kita percaya, lahir dari rahim yang tetap sempurna (‘a womb left perfectly intact’).”[15]
b. John Calvin (1509-1564): “Ada orang-orang yang ingin mengartikan dari perikop Mat 1:25 bahwa Perawan Maria mempunyai anak-anak selain dari Kristus, Putera Allah, dan bahwa Yusuf berhubungan dengannya kemudian, tetapi, betapa bodohnya pemikiran seperti ini! Sebab penulis Injil tidak bermaksud merekam apa yang terjadi sesudahnya; ia hanya mau menyampaikan dengan jelas hal ketaatan Yusuf dan untuk menyatakan bahwa Yusuf telah diyakinkan bahwa Tuhanlah yang mengirimkan malaikatNya kepada Maria. Yusuf tidak pernah berhubungan dengan Maria …(He had therefore never dwelt with her nor had he shared her company)… Dan selanjutnya Tuhan kita Yesus Kristus dikatakan sebagai yang sulung. Hal ini bukan berarti bahwa ada anak yang kedua dan ketiga, tetapi karena penulis Injil ingin menyampaikan hak-hak yang lebih tinggi (precedence). Alkitab menyebutkan hal ’sulung’ (firstborn), baik ada atau tidaknya anak yang kedua.”[16]
John Calvin bahkan mengecam Helvidius, yang mengatakan bahwa Maria mempunyai banyak anak.[17]
c. Ulrich Zwingli (1484-1531): “Saya yakin dan percaya bahwa Maria, sesuai dengan perkataan Injil, sebagai Perawan murni melahirkan Putera Allah dan pada saat melahirkan dan sesudahnya selalu tetap murni dan tetap perawan (‘forever remained a pure, intact Virgin’).”[18]
d. John Wesley (1703-1791)menulis: “Saya percaya bahwa Dia (Tuhan Yesus) telah menjadi manusia, menyatukan kemanusiaan dengan keilahian dalam satu Pribadi; dikandung oleh satu kuasa Roh-Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria yang terberkati, yang setelah melahirkan-Nya tetap murni dan tetap perawan tak bernoda.”[19]
Kalau para pendiri gereja Protestan percaya bahwa Maria tetap perawan, mengapa setelah 500 tahun kemudian para pengikutnya menjadi tidak percaya? Apakah Alasannya? Mengapa Kitab Suci yang digunakan sama, namun kesimpulannya dapat berbeda? Apakah anda melihat adanya kebenaran yang obyektif dan konsisten dalam hal ini? Dan dimanakah letak obyektifitas dan konsitensinya?
2. Anda mengatakan “Yang tidak konsisten itu adalah doktrin Katolik, yang meng-interpretasikan Maria diangkat hidup-hidup ke surga. Sudah tidak ada ayatnya, bahkan bertentangan dengan Ibrani 9:27, ujung-ujung penjelasannya cuma pakai exception plus hermeneutik yang penuh relativisme dengan asumsi-asumsi yang dilogis-logiskan. Sdr Stef, kalo kita mau bicara soal absolutisme namun diwarnai dengan exception2, maka hasil akhirnya adalah relativisme. Silakan anda renungkan.“
a. Dalam hal ini, anda telah salah paham tentang apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik tentang Maria diangkat ke Sorga. Gereja Katolik tidak pernah mendefinisikan bahwa Maria diangkat hidup-hidup ke Sorga. Dalam pembukaan Munificentissimus Deus (MD, 3), Bapa Paus Pius XI mengatakan bahwa dalam sejarah keselamatan Bunda Maria mengambil tempat istimewa dan unik, mengacu pada ayat Gal 4:4, di mana dikatakan, “…Setelah genap waktunya”, bahwa dalam pemenuhan rencana keselamatan Allah ini, Allah dengan keMahakuasaan-Nya memberikan hak-hak istimewa kepada Bunda Maria, agar nyatalah segala kemurahan hati-Nya yang dinyatakan kepada Bunda Maria, dalam keseimbangan yang sempurna.
Maka bahwa jika untuk melahirkan Yesus, Bunda Maria disucikan dan dikandung tanpa noda dosa, dan selama hidupnya tidak berdosa (karena tidak seperti manusia lainnya, ia tidak mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa/ concupiscentia), maka selanjutnya, adalah setelah wafatnya, Tuhan tidak akan membiarkan tubuhnya terurai menjadi debu, karena penguraian menjadi debu ini adalah konsekuensi dari dosa manusia. Jadi, dalam hal ini tidak menjadi masalah apakah Maria diangkat ke Sorga pada waktu dia hidup maupun setelah dia meninggal. St. Thomas mengajarkan bahwa mengikuti kematian Puteranya, maka Bunda Maria meninggal dan kemudian setelah meninggal, dia diangkat tubuh dan jiwanya ke Sorga. Dogma ini berkaitan dengan dogma Maria dilahirkan tanpa dosa (immaculate conception).
b. Kita juga melihat perkembangan dari dogma ini, yang terlihat dari liturgi gereja. Liturgi memang tidak menyebabkan/ menjadi sumber iman Katolik, tetapi merupakan hasil/ disebabkan oleh iman Katolik. Jadi liturgi di sini adalah seperti buah yang dihasilkan dari pohon (lihat MD 20). Maka di sini diketahui bahwa iman Gereja tentang pengangkatan Bunda Maria ke surga, telah lama berakar dalam Gereja. Para kudus yang mengajarkan hal ini antara lain adalah: St. Yohanes Damaskus (676-754), St. Antonius Padua, (1195-1231), (1206-1280), St. Thomas Aquinas (1225-1274), St Albert Agung, St. Benardinus (1380-1404), St. Robertus Belarminus (1542-1621), St. St. Petrus Kanisius (1520-1597), Alphosus Liguori (1696-1787). [lihat uraian MD 26-36].
c. Dengan demikian, dogma ini tidaklah bertentangan dengan Ibr 9:27, karena pengangkatan Maria adalah dapat terjadi setelah kematiannya (setelah genap waktunya). Doktrin ini mengatakan “…having completed the course of her earthly life,was assumedbody and soul into heavenly glory.” Pope Pius XII, 1950 ” Dan pengangkatan tubuh dan jiwa ini adalah merupakan janji bagi seluruh umat manusia yang bertekun dalam iman. Silakan melihat penjelasan tentang hal ini di sini – silakan klik. Bahkan Martin Luther mengatakan “There can be no doubt that the Virgin Mary is in Heaven. How it happened we do not know.” (Martin Luther’s Works, vol 10, pg 268).
d. Jadi, kalau anda mengatakan “ujung-ujung penjelasannya cuma pakai exception plus hermeneutik yang penuh relativisme dengan asumsi-asumsi yang dilogis-logiskan.“, maka harus dibuktikan lebih jauh. Bukankah anda telah memakai argumentasi yang sama dalam diskusi dengan saya tentang penal substitution di sini – silakan klik. Dengan argumentasi yang sama, anda sampai pada kesimpulan bahwa Yesus berdosa, sehingga Dia harus mengalami kematian, karena upah dosa adalah maut. Namun, kesimpulan ini malah bertentangan dengan Ibr 4:15. Dengan demikian, sering terjadi, bahwa ada dua kebenaran yang “terlihat” saling bertentangan. Dan kalau mau mengatakan relativism dan asumsi-asumsi yang dilogis-logiskan, anda juga harus menjelaskan apakah asumsi yang dipakai oleh Martin Luther, Calvin, Zwingli, Wesley yang percaya akan Maria tetap perawan dan asumsi apakah yang dipakai oleh para pengikutnya yang tidak percaya akan Maria yang tetap perawan?
“Sdr Stef, kalo kita mau bicara soal absolutisme namun diwarnai dengan exception2, maka hasil akhirnya adalah relativisme. Silakan anda renungkan.” Mengapa tidak boleh ada “perkecualian” di dalam Alkitab, selama tidak bertentangan dengan seluruh kebenaran yang ingin disampaikan dalam Alkitab? Contoh: Alkitab berkata bahwa sejak kejatuhan Adam ke dalam dosa semua manusia dikandung dan lahir dalam dosa dan bahkan berbuat dosa (Ayb 25:4 Mzm 51:7 Mzm 58:4 Pkh 7:20 Rm 3:10-12,23 Rm 5:12,19). Kalau demikian, apakah Yesus, yang sungguh manusia (dan sungguh Allah) juga berdosa? Dengan demikian, kita harus melihat seluruh kebenaran yang dipaparkan di hadapan kita. Untuk itu, sebagai umat Katolik, kami berpegang pada keputusan Magisterium Gereja. Namun, anda yang tidak mempunyai Magisterium Gereja tidak terbebas dari masalah, bahkan mungkin anda mempunyai masalah lebih besar. Bahkan baik disadari atau tidak, anda tidak dapat terlepas dari asumsi-asumsi yang anda pegang, yang justru seringkali diyakini bahwa pendapat andalah yang terbenar karena menganggap telah membaca Alkitab dengan terang Roh Kudus. Namun, sering kenyataannya, ada begitu banyak pertentangan doktrin antara denominasi, seperti tentang: keperawanan Maria, Ekaristi, dll. Pertanyaan saya: darimanakah sumber perbedaan doktrin di antara denominasi-denominasi? Hermeneutik apakah yang dipakai sehingga terjadi perbedaan doktrin?
3. Di bagian akhir tentang analogi siswa yang sedang belajar, anda menuliskan “Sdr Stefanus, rupanya anda kurang memahami maksud analogi saya tentang siswa dan sekolah yang sebetulnya saya maksudkan untuk mendefinisikan kapasitas siswa, bukan untuk menjelaskan standar pengajarannya. Saya sangat percaya kebenaran yang absolut, namun pengertian anda dan saya dalam mendefinisikannya berbeda.” Semua orang tahu bahwa setiap siswa mempunyai kapasitas yang berbeda-beda. Namun, kapasitas yang berbeda-beda ini tidaklah menghapus takaran kebenaran yang sama, karena kodrat dari kebenaran yang obyektif. Dengan demikian, kebenaran adalah lebih besar dari kapasitas masing-masing siswa, karena tidak perduli siswa tersebut salah atau benar menjawab suatu persoalan, namun kebenaran yang dipakai adalah sama.
a. Anda mengatakan “Baiklah, mari kita bicara soal absolut seperti yang anda inginkan. Saya ambil contoh dari 1 Korintus 6:9:
Atau tidak tahukah kamu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah? Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Ayat tersebut diatas menjelaskan dengan gamblang bahwa orang-orang yang masuk kategori itu pasti neraka. Pertanyaan saya, “orang kikir” yang seperti apa? Apa definisi kikir? Dalam takaran / batasan / dengan kriteria apa seseorang dapat disebut kikir? Tolong berikan jawaban yang absolut seperti 2+2=4. Kan anda sendiri yang bilang bahwa kita / manusia harus memahami kebenaran secara absolut, jadi tolong anda jangan membalikkan jawabannya kepada Tuhan. Saya bisa berikan puluhan ayat kepada anda, tapi rasanya satu dulu cukup.“
1. Di jawaban saya sebelumnya, saya mengatakan “Menggunakan logika anda tentang murid yang belajar di sekolah, yang mendapat nilai bervariasi, maka kita melihat justru hal tersebut terjadi karena parameter kebenaran yang dipakai adalah tetap“. Contoh 2+2=4 hanyalah untuk menyatakan adanya suatu parameter kebenaran yang dipakai untuk menentukan kebenaran, dalam hal ini adalah ilmu matematika. Tentu saja dalam menentukan kebenaran iman dan moral tidaklah semudah seperti ilmu empiris – yang dapat dibuktikan secara empiris.
2. Di ayat di atas, terlihat jelas, bahwa yang absolut dari ayat tersebut adalah orang yang tidak adil tidak akan masuk dalam Kerajaan Allah. Jadi, dengan demikian, semua contoh-contoh di atas adalah merupakan manifestasi dari ketidakadilan. Dan takaran manifestasi keadilan inilah yang dapat berbeda. Dalam matematika kita dapat mengukur secara pasti 2+2=4, namun dalam masalah iman dan moral, kita tetap mempunyai kepastian walaupun tidak dalam pembuktian empiris, sebagai contoh dalam moral kita mengenal tiga parameter: (a) obyek moral / moral object, (b) keadaan / circumstances, (c) tujuan / intention. Dan untuk melihat keputusan-keputusan yang sulit, kita dapat memakai double effect – silakan klik. Kalau anda ingin membahas tentang kikir, silakan memberikan parameter dari keadaan dan tujuan, karena obyek moralnya sudah pasti salah – menyalahi keadilan. Tentu saja analisanya akan lebih sulit daripada 2+2=4. Namun, tidak berarti bahwa kita tidak mempunyai parameter sama sekali untuk menentukan apakah satu perbuatan adalah baik atau buruk secara moral.
3. Justru dengan kondisi seperti inilah, maka setiap orang tidak dapat serta merta menganggap interpretasi yang dipegangnya adalah benar, karena hal ini dapat mengarah kepada relativism. Jadi, kembali ke pertanyaan sebelumnya. Kalau anda juga percaya akan kebenaran yang bersifat obyektif, bagaimana anda menyikapi kondisi nyata ini:
Hal ini adalah sama seperti Martin Luther yang percaya akan kehadiran Yesus secara nyata dalam Perjamuan Suci dan banyak denominasi-denominasi yang mengatakan Perjamuan Suci hanyalah simbol. Kalau memakai logika anda, maka guru tidak dapat membenarkan jawaban “ya” dan “tidak” dari murid-muridnya. Harus ada salah satu yang benar, sehingga terjadi kebenaran yang absolut, yang obyektif (objective truth). Dengan demikian, perbedaan doktrin dan perpecahan di dalam gereja Protestan bukanlah hal yang biasa, namun telah melanggar pesan Yesus di Yoh 17.
Jadi, dalam kasus ini, bagaimana seseorang mengetahui kebenaran, kalau jawabannya bisa “ya” dan bisa “tidak” untuk suatu kondisi yang sama namun saling mengkontradiksi?
b. Anda mengatakan “Alkitab mengandung kebenaran yang absolut, ya, saya setuju 100%, namun bagaimana cara mengetahui dengan sesungguh-sungguhnya bahwa pandangan / pemahaman kita tentang kebenaran absolut tersebut memang sudah absolut? Jawaban anda pasti Magisterium Gereja, namun jawaban saya adalah: Tuhan yang akan menyingkapkannya seiring waktu yang berjalan.“
1. Apa yang anda katakan adalah benar, bahwa umat Katolik akan melihat keputusan-keputusan dari Magisterium Gereja, yang pasti tidak akan bertentangan dengan Alkitab, karena dilindungi oleh Kristus sendiri (lih Mt 16:16-19). Anda mengatakan “Saya harap anda tidak terjebak dalam absolutisme tanpa kerangka waktu.”Kebenaran yang dinyatakan oleh Gereja bukan berarti diungkapkan secara penuh pada waktu-waktu awal. Bisa saja suatu kebenaran telah mempunyai tunas di Alkitab, berkembang dengan kesaksian dari Bapa Gereja, sampai akhirnya menjadi matang dan dinyatakan sebagai suatu dogma. Inilah yang disebut “organic development“, yaitu seperti pohon yang kecil dan berkembang menjadi besar. Namun perkembangan suatu doktrin tidak mungkin dari “ya” menjadi “tidak” atau sebaliknya dan tidak mungkin dari “tidak ada” menjadi “ada” atau sebaliknya. Inilah yang membuat Cardinal Newman menjadi Katolik setelah menyelidiki perkembangan doktrin di dalam Gereja Katolik yang organik dan konsisten, yang dituliskannya dalam bukunya “The development of Christian Doctrine“
Namun, apa yang terjadi di dalam gereja-gereja Protestan bukanlah perkembangan doktrin secara organik, karena seperti contoh yang saya sebutkan tentang Ekaristi, maka terlihat bahwa Martin Luther mengatakan “ya” terhadap kehadiran Kristus secara nyata dan kemudian generasi-generasi berikutnya mengatakan “tidak” untuk kondisi yang sama. Saya setuju dengan pertanyaan anda “Seringkali kebenaran absolut tidak tampak seketika itu juga, dan saya rasa Tuhan punya alasan yang sangat tepat untuk tidak menggambarkan segala sesuatunya secara eksplisit karena rangkaian Firman itu mengandung misteri besar yang hanya akan dibukakan sesuai waktu Tuhan.” Namun, kuncinya tidak mungkin kebenaran menjadi saling bertentangan. Kebenaran dapat berkembang dari kurang jelas ke lebih jelas, sampai akhirnya didefisikan sebagai dogma. Namun, kebenaran tidak mungkin bertentangan dari generasi yang satu ke generasi yang lain.
2. Anda mengatakan “Apa buktinya? Buktinya Gereja Katolik sendiri tidak dapat memahami kebenaran absolut tentang heliosentris yang dikemukakan oleh Galileo. GK hanya memahami kebenaran relatif yang terbatas pada panca indera dan ayat-ayat tertentu yang sama sekali tidak meneguhkan secara mutlak bahwa bumilah pusat tatasurya. Kebenaran absolutnya disingkapkan Tuhan di waktu-waktu / masa-masa berikutnya setelah era teknologi mulai berkembang.” Pembahasan tentang Galileo Galilee dapat dilihat di sini – silakan klik. Silakan membaca jawaban tersebut, yang menyatakan bahwa sebelum Galileo, Nicolaus Copernicus sebenarnya telah mempresentasikan teori heliocentric – hanya pada waktu itu masih berupa hipotesa, serta telah dijabarkan keterangan-keterangan yang lain, yang menunjukkan bahwa Gereja tidaklah anti ilmu pengetahuan. Kemudian, pengajaran Gereja Katolik yang tidak mungkin salah hanyalah menyangkut iman dan moral, yang dinyatakan secara formal dan berlaku untuk seluruh umat beriman di seluruh dunia. Dengan demikian, tidaklah tepat untuk membandingkan kebenaran science dengan kebenaran iman dan moral, karena salah satu sumber kebenaran – Alkitab – bukanlah buku ilmu pengetahuan. Yang berarti Gereja tidak pernah menyatakan suatu pengajaran tentang ilmu pengetahuan sebagai sesuatu yang mengikat umat beriman.
2. Anda mengatakan “Magisterium itu ditetapkan oleh “saya-saya” yang bisa salah. Alkitab tidak bisa salah, namun yang memahaminya bisa salah.” Kembali, kalau Magisterium Gereja, yang anda anggap “saya-saya”, yang sebenarnya telah diberi kuasa oleh Kristus untuk mengembalakan umat (lih. Mt 16:16-19; Yoh 20:15-17) dapat salah, maka bagaimana seseorang – seperti Martin Luther, anda, pendeta – dapat mengetahui bahwa yang mereka percayai adalah benar?
Anda melanjutkan dengan “Mengkultuskan GK sebagai satu-satunya gereja yang benar sama dengan pernyataan Hitler yang mengatakan bahwa bangsa Arya / Jerman adalah ras manusia terunggul di muka bumi.” Kalau Kristus tidak pernah memberikan kuasa kepada Gereja-Nya, maka pernyataan anda adalah benar. Kalau Kristus telah memberikan kuasa kepada Gereja-Nya, yaitu Gereja Katolik, maka orang yang tidak mengikuti perintah Kristus justru menjadi salah. Perbedaan Gereja katolik dengan Hitler adalah Hitler tidak pernah diberikan kuasa oleh Kristus sedangkan Kristus memberikan kuasa kepada Gereja Katolik. Pertanyaan saya, dalam tingkat gereja lokal, apakah anda percaya bahwa apa yang diajarkan oleh gereja anda adalah yang paling benar? Apakah ada gereja lain, yang mempunyai pengajaran yang lebih benar dari gereja yang anda ikuti saat ini? Atau apakah anda menganggap pengertian anda yang paling benar dan tidak perduli pengajaran dari gereja anda maupun gereja lain, sejauh anda merasa bahwa pengertian anda adalah sesuai dengan Alkitab dan Roh Kudus? Parameter apakah yang anda gunakan untuk menentukan hal ini?
c. Anda mengatakan “Saya belum pernah mendengar sekolah menetapkan aturan bahwa untuk lulus nilainya untuk semua mata pelajaran harus 100 (A semua). Yang saya ketahui adalah: untuk lulus nilainya rata-ratanya harus diatas 55 (atau minimal C semua). Percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruslamat, itu sudah menghasilkan nilai 55, sedangkan mentaati perintah lainnya, itu akan memberikan tambahan nilai di hari penghakiman nanti.“
1. Kalau anda ingin berargumentasi bahwa percaya kepada Kristus saja sudah cukup, sedangkan sisanya adalah seperti bonus tambahan, maka tidaklah sesuai dengan pesan terakhir dari Kristus sebelum diangkat ke Sorga, yaitu “19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mt 28:19-20). Kita melihat elemen-elemen lain dalam keselamatan, yaitu menjadi murid Kristus, baptisan, melakukan segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Kristus (termasuk di dalamnya adalah sakramen-sakramen, seperti Sakramen Ekaristi, Sakramen Tobat, perbuatan kasih, dll.)
2. Anda mengatakan “Saya tidak percaya bahwa setiap orang harus memahami secara benar absolut seluruh isi Alkitab dan menjalankannya persis seperti perintah yang tertulis baru orang tersebut dapat masuk surga. Yang mengajarkan paham seperti ini pastilah orang yang benar-benar tidak tahu kebenaran.” Pertanyaannya bukan pada setiap orang harus memahami secara benar absolut seluruh isi Alkitab, namun sampai seberapa jauh setiap orang benar-benar mencari kebenaran dengan seluruh hati, pikiran dan kekuatan, serta meletakkan kebenaran di atas kepentingan pribadi. Setiap orang mempunyai kapasitas untuk mencari dan mengerti kebenaran. Oleh karena itu, setiap orang harus mempergunakan seluruh keberadaan dirinya untuk mencari kebenaran, dan dalam kapasitasnya masing-masing hidup menurut kebenaran tersebut. Sebagai contoh: kebenaran tentang Gereja manakah yang didirikan oleh Kristus – satu gereja atau banyak gereja, kebenaran akan Ekaristi – nyata atau sekedar simbol, dll. Setiap orang pada akhirnya harus mempertanggungjawabkan hal ini dihadapan Kristus. Dan hanya Kristus Sendirilah yang tahu secara persis apakah seseorang telah mencari kebenaran dengan sungguh-sungguh dan hidup dalam kebenaran, serta berjuang dengan sepenuh hati dalam kekudusan. Dan perintah Kristus adalah “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.” (Mt 5:48)
II. Tentang ajaran moral dalam Alkitab
Anda mengatakan “Allah memerintahkan manusia untuk beranak cucu dan medianya adalah melalui aktifitas sexual. Namun Alkitab tidak pernah mencatat bahwa tujuan satu-satunya dari aktifitas sexual adalah untuk beranak cucu, itu artinya Tuhan juga memberikan / mengijinkan suami istri untuk menikmati kesenangan melalui persetubuhan.“
a. Anda mengatakan “ Kontrasepsi dalam pengertian mencegah pertemuan sel telur dan sperma tidak bertentangan dengan Alkitab. Yang dilarang Alkitab adalah bila sel telur dan sperma sudah bertemu alias menjadi janin, lalu dimatikan, itu sama saja dengan membunuh manusia.” Kalau anda menuliskan hal di atas sebelum tahun 1930, maka semua gereja dari aliran manapun akan tidak setuju dengan pandangan anda, karena semua gereja menyetujui bahwa kontrasepsi adalah sesuatu yang berdosa. Dengan anda menuliskan bahwa kontrasepsi dalam pengertian mencegah pertemuan sel telur dan sperma adalah tidak bertentangan dengan Alkitab, maka anda telah melanggar salah satu tujuan dari seksual, yaitu untuk menghasilkan keturunan, seperti yang tertulis di dalam Alkitab. Tanpa membuka diri terhadap terjadinya keturunan dalam hubungan seksual (misal: memakai kondom, dll), maka hubungan seksual hanyalah sebagai sarana untuk mencari kesenangan dan kenikmatan. Pertanyaannya adalah, mengapa semua gereja setuju bahwa kontrasepsi berdosa sebelum tahun 1930 dan kemudian setelah itu mereka menyatakan bahwa kontrasepsi tidak berdosa dan hanya Gereja Katolik sajalah yang tetap bertahan dengan pengajaran bahwa kontrasepsi adalah berdosa?
b. Dalam point ini, kita tidak mendiskusikan tentang kontrasepsi secara mendalam. Kalau anda mau berdiskusi tentang apakah kontrasepsi berdosa atau tidak, maka anda dapat melihat link ini – silakan klik. Pada point ini, kita melihat bahwa dalam hal moralpun tidaklah semudah yang anda katakan, bahwa semua orang yang membaca Alkitab akan langsung tahu apakah suatu tindakan moral salah atau benar, karena memang ada banyak kondisi moral yang dihasilkan dari kebenaran-kebenaran yang lain.
c. Anda mengatakan “Bila tujuan persetubuhan suami istri hanya untuk melahirkan anak / keturunan, maka ketika suami istri melakukan persetubuhan tanpa mengharapkan jadinya seorang anak/janin, atau bila mereka tahu bahwa persetubuhan tersebut pasti tidak dapat menghasilkan keturunan, maka pelakunya sudah berdosa. Itu artinya, semua orang mandul sudah berdosa ketika melakukan persetubuhan, karena tahu tidak bakal punya anak, tapi tetap melakukan aktifitas sexual.” Dalam pandangan Gereja Katolik, hubungan seksual mempunyai dua dimensi: procreation dan prounion. Procreation adalah untuk menghasilkan keturunan dan prounion adalah untuk persatuan suami istri. Kedua hal ini tidak boleh terpisahkan dalam hubungan seksual suami istri. Jadi, dalam kondisi suami istri tidak mengharapkan keturunan atau suami istri yang mandul, maka hubungan seksual yang normal (tanpa kontrasepsi) tidaklah berdosa, karena dari pihak suami istri tidak mencoba untuk menutup kemungkinan untuk mendapatkan keturunan, misalkan dengan kontrasepsi. Ini berarti sang pasangan tetap terbuka terhadap kelahiran kalau memang Tuhan mau memberikan keturunan kepada mereka – walaupun secara medis tidaklah mungkin.
III. Tentang Magisterium Gereja
1. Anda mengatakan “Kata “saya” yang anda tuliskan diatas adalah sebuah kata kunci yang penting bagi pembahasan sola scriptura. Sdr Stef harus ingat, bahwa kata “saya” yang anda tuliskan diatas termasuk di dalamnya adalah Petrus, seluruh Paus, dan semua manusia di bumi ini.” Perbedaannya adalah Yesus tidak pernah bicara kepada saya, anda dan banyak orang sebagaimana Yesus bicara kepada Petrus di Mt 16:16-19. Dengan demikian “saya/anda” dan Petrus dan seluruh Paus menjadi begitu berbeda. Yesus membangun Gereja di atas Petrus dan memberikan kuasa kepada Petrus untuk memegang kunci Sorga, namun Yesus tidak pernah memberikan kepada kita kunci Sorga. Kalau anda tidak setuju dengan hal ini, silakan bergabung dalam diskusi dengan Sherly di sini – silakan klik.
2. Anda mengatakan “Anda harus ingat bahwa dalam Magisterium Gereja Katolik juga terdapat banyak “saya-saya”, namun disisi lain anda berusaha membenarkan “saya yang dapat salah” menjadi “saya yang tidak dapat menjadi salah” dengan berlindung di bawah ayat Matius 16:16-19 dengan mempersepsikannya secara keliru.“
a. Dalam Gereja Katolik, Magisterium Gereja Katolik adalah Paus, para kuria, dan para uskup di seluruh dunia. Keputusan yang tak dapat salah dapat dikeluarkan oleh Paus maupun seluruh uskup dalam suatu konsili atau seluruh uskup dalam persatuan dengan Paus, mengenai iman dan moral serta mengikat seluruh umat beriman di dunia. Dan memang Mt 16:16-19 inilah yang menjadi dasar dari semua ini. Kalau anda tidak setuju, maka silakan memberikan argumentasi di diskusi tentang hal ini di sini – silakan klik, sebelum anda menyatakan bahwa pandangan ini adalah keliru. Kalau dengan asumsi anda bahwa semua orang dapat menginterpretasikan Alkitab sendiri-sendiri, maka dasar apakah yang anda pakai? Bagaimana juga anda melihat perbedaan doktrin antara satu denominasi dengan denominasi yang lain?
b. Kalau anda mengatakan “Katolik lebih memandang Alkitab sebagai karya / peran dominan Bapa Gereja, sedang Protestan memandang Alkitab sebagai karya Allah.“, maka sebenarnya anda telah salah dalam mengerti pandangan Gereja Katolik tentang Alkitab. Gereja Katolik percaya bahwa Alkitab adalah karya Allah. Namun, pertanyaannya adalah bagaimana Allah memberikan Alkitab ini kepada manusia? Kita melihat bahwa Alkitab ini tidak diturunkan dari langit dalam bentuk Alkitab yang kita kenal saat ini, namun ditentukan oleh Gereja Katolik. Kalau anda tidak setuju dengan hal ini, silakan bergabung dalam diskusi yang panjang di sini – silakan klik.
c. Anda mengatakan “ Itu artinya bahwa faham Katolik akan lebih banyak diwarnai “saya-saya” plus “relativisme” dibandingkan dengan faham Protestan yang lebih absolut menerima Alkitab sebagai tulisan Allah.” Perbedaannya adalah “saya” di dalam Gereja Katolik dilindungi oleh kuasa Kristus (lih. Mt 16:16-19) dan “saya” di dalam Gereja Katolik adalah 1, yaitu Magisterium Gereja Katolik, sehingga memungkinkan pengajaran yang sama dari satu generasi ke generasi yang lain dan tidak mungkin salah. Sedangkan dalam paham Protestan, maka “saya” berjumlah sebanyak umat/denominasi yang ada, karena paham Sola Scriptura. Dengan demikian, silakan menilai sendiri, mana yang memberikan paham relativism. Kembali, saya ingin bertanya, mengapa terjadi perpecahan sampai ada 28,000 denominasi, yang mengajarkan doktrin yang berbeda-beda? Martin Luther, Calvin, Zwingli, Wesley yang percaya akan Maria yang tetap perawan dan sekarang banyak umat Kristen tidak percaya. Bukankah kebenaran menjadi sesuatu yang relatif? Martin Luther yang percaya akan kehadiran Kristus secara nyata dalam Ekaristi dan kemudian banyak denominasi yang lain hanya melihatnya sebagai suatu simbol. Bukankah kebenaran menjadi sesuatu yang relatif? Kalau demikian, bagaimana faham Protestan yang anda pandang lebih absolut menerima Alkitab sebagai tulisan Allah dapat dijelaskan dengan perpecahan dan perbedaan pengajaran – karena kalau absolut, seharusnya tidak perlu ada perpecahan?
3. Anda mengatakan “Itulah kenapa saya bisa menyebut Magisterium sebagai Babel modern, karena berusaha mempersatukan dengan keseragaman konsep yang dari semula memang sengaja “dilepaskan” Allah bagi setiap individu. Itu artinya Allah sangat memahami nature manusia, sehingga memaklumkan dengan mencukupkan Alkitab / Firman Allah sesuai dengan kadar / takaran / talent / kapasitas per individu. Pesan intinya satu: Kasih ! (Matius 22:37-40). Dan kita tahu bahwa Kasih itu Yesus (1 Yoh 4:8,16). Jadi pesan Injil sederhana, percayalah kepada Yesus sbg Tuhan dan Juruslamat. Bila bicara dalam konteks yang lain, diluar keselamatan kekal, maka perbedaan pandangan soal aturan moral ini itu kembali kepada iman (Roma 14:23b).“
a. Jadi anda ingin mengatakan bahwa keseragaman doktrin tidak sesuai dengan pesan Allah? Dan anda mengatakan bahwa interpretasi dari setiap individu adalah benar walaupun interpretasi individu dapat berbeda-beda, terutama dalam pengajaran-pengajaran yang sulit, karena begitulah Allah merencanakannya?
b. Tentu saja memang tidak ada yang menolak bahwa pesan dari Alkitab adalah kasih, karena Allah adalah kasih. Namun, kita juga tidak dapat menolak kalau pesan dari Alkitab juga untuk mengajarkan semua yang Yesus ajarkan, termasuk apakah Yesus mengajarkan kehadiran-Nya secara nyata dalam perayaan Ekaristi atau tidak, apakah Yesus mengajarkan Sakramen Tobat atau tidak, dll.
c. Anda mengatakan “Jadi perbedaan pandangan dalam membaca Alkitab itu adalah hal yang memang diperkenankah Allah sesuai dengan takaran masing-masing individu. Lalu apa pemersatunya? Kasih! (Kolose 3:14)” Kalau anda mengatakan bahwa persatuan tubuh Kristus adalah kasih, maka ini akan benar, kalau tidak ada perpecahan dalam denominasi-denominasi Kristen. Justru perpecahan inilah yang disoroti oleh St. Agustinus, sebagai suatu tindakan yang tidak mencerminkan kasih. Inilah juga yang menjadi salah satu masalah pada jemaat di Korintus, yang walaupun dikarunia begitu banyak karunia Roh Kudus, namun terjadi perpecahan. Jadi, bagaimana anda menghubungkan kasih dengan fakta perpecahan?
d. Anda mengatakan “Menganggap persatuan tubuh Kristus sebagai Gereja secara Jasmani sama dengan menentang tindakan Tuhan ketika mengacaubalaukan Babel (Kej 11:1-7). Tahukah anda kenapa Tuhan menceraiberaikan manusia yang semula satu logat dan satu bahasa? Karena setiap persatuan manusia, ujung-ujungnya akan menghujat Tuhan, kenapa? Karena setiap persatuan pasti ada yang memimpin, dan bila kepemimpinan sudah meliputi seluruh dunia (seluruh bangsa-bangsa) itu artinya sudah merebut kedudukan Tuhan yang merupakan Allah atas semua bangsa.
Nanti berikutnya kita bisa diskusi soal ini.” Kalau tidak ada persatuan hirarki dan kemudian seluruh umat Allah bersatu padu, maka pendapat anda benar sekali. Namun, sejarah telah membuktikan bahwa tanpa adanya hirarki, maka gereja menjadi terpecah-belah. Kalau demikian, pertanyaan yang sama saya ajukan: Jadi, mengapa terjadi perpecahan gereja, kalau memang benar bahwa tidak perlu ada hirarki? Dalam tingkat gereja lokal, mengapa anda mempunyai pendeta yang memimpin jemaat? Apakah perbedaan antara pemimpin jemaat lokal dan pemimpin umat Katolik sedunia? Apakah salahnya kalau Gereja Katolik mengikuti perintah Kristus, yang membangun Gereja-Nya di atas Rasul Petrus, yang diteruskan oleh para Paus, sehingga terjadi kesatuan umat beriman? Kalau ini anda pandang salah, apakah kemudian perpecahan di antara denominasi-denominasi yang melanggar Yoh 17 adalah tidak salah?
IV. Tentang Ekaristi
Anda mengatakan “Saya mengerti bahwa yang anda maksudkan adalah perbedaan paham transubstansiasi dengan paham transfinalisasi dalam sakramen perjamuan kudus. Saya percaya bahwa semua gereja baik Kristen maupun Katolik menerapkan sakramen ini. Namun makna yang ditekankan setiap denominasi bisa berbeda, yang satu percaya terjadinya perubahan, yang lainnya menganggap simbol. Intinya, sakramennya tetap dilaksanakan. Hal yang serupa bisa juga saya tanyakan kepada anda, kenapa Katolik tidak menjalankan perintah Yoh 6:54 tersebut secara literal? Kenapa cuma makan Tubuh Yesus saja? Berarti cuma pastornya donk yg selamat, sebab dia yang minum? Tapi saya duga, Katolik tentu akan berdalih-dalih kembali dengan persatuan tubuh Kristus, atau apalah, yang jelas perintah yang begitu jelas dan gamblang faktanya tidak dijalankan sesuai aturannya.“
a. Sungguh sangat disayangkan bahwa anda menganggap bahwa yang penting sakramen tetap dilaksanakan, walaupun yang satu menganggap simbol dan yang lain menganggap sebagai kehadiran yang nyata. Dua hal yang saling bertentangan tersebut adalah suatu perbedaan yang besar. Martin Luther sendiri mengatakan “Who, but the devil, hath granted such a license of wresting the words of the holy Scripture? who ever read in the Scriptures, that my body is the same as the sign of my body? or, that is is the same as it signifies? what language in the world ever spoke so? It is only then the devil, that imposeth upon us by these fanatical men…. Not one of the Fathers, though so numerous, ever spoke as the Sacramentarians: not one of them ever said, It is only bread and wine; or, the body and blood of Christ is not there present. Surely it is not credible, nor possible, since they often speak, and repeat their sentiments, that they should never (if they thought so) not so much as once, say, or let slip these words: It is bread only; or the body of Christ is not there, especially it being of great importance, that men should not be deceived. Certainly in so many Fathers, and in so many writings, the negative might at least be found in one of them, had they thought the body and blood of Christ were not really present: but they are all of them unanimous.” (LUTHER’S COLLECTED WORKS, Wittenburg Edition, no. 7, p. 391).
Apakah anda ingin mengatakan bahwa Martin Luther membuat kesalahan penafsiran dalam hal ini dan dia terlalu berlebih-lebihan ketika dia mengatakan bahwa yang berpendapat bahwa Tubuh Kristus merupakan simbol telah memutarbalikkan Alkitab dan dapat disebut devil? Dan apakah dasar pemikiran anda?
b. Tentang Yoh 6:54, yang mengatakan “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman“, maka anda mempunyai permasalahan lebih besar daripada umat Katolik. Kalau makan daging saja tanpa minum darah anda permasalahkan, maka anda seharusnya mempermasalahkan sesuatu yang lebih besar, yaitu apakah dengan demikian tubuh dan darah Kristus diartikan secara literal benar-benar Tubuh dan Darah Kristus ataukah hanya sekedar simbo? Saya mengundang anda untuk berdiskusi tentang apakah hal ini secara mendalam di sini – silakan klik dan ini – silakan klik.
c. Tentang praktek makan tubuh dan minum darah Kristus banyak dilakukan di gereja-gereja Amerika. Namun, banyak gereja hanya memberikan Tubuh Kristus, dengan pertimbangan sebagai berikut – silakan melihat jawaban lengkapnya di sini – silakan klik.
1. Yesus sendiri mengatakan bahwa Diri-Nya adalah Roti Hidup yang turun dari Sorga.
“Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan ini adalah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia (Yoh 6:51). Jadi ayat ini menjadi satu kesatuan dengan ayat ke 53, 54, 56, yang menyebutkan, ‘makan daging-Nya dan minum darahNya’ sebagai syarat kehidupan kekal. Demikian juga pada ayat 57, Yesus berkata, “…barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku.” Nah, hal ini sejalan dengan Rom 5:9-10 yang mengatakan, “…kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan… oleh hidup-Nya!”. Jadi penebusan dosa oleh darah Yesus itu sejalan dengan keselamatan yang kita peroleh dari Yesus, sang Roti Hidup, yang memberikan hidup-Nya kepada kita. Maka Tubuh dan Darah Yesus merupakan satu kesatuan. Penumpahan darah-Nya yang terjadi di kayu salib, bukan merupakan ‘pemisahan’ antara Tubuh dan Darah yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan untuk menunjukkan bahwa darah itu adalah darah Perjanjian Baru yang menjadi pemenuhan Perjanjian Lama, di mana segala sesuatu disucikan dengan darah, dan tanpa darah tidak ada pengampunan (Ibr 9: 22).
2. Tubuh dan darah Kristus adalah merupakan kesatuan.
Dengan demikian, roti yang pada saat konsekrasi telah diubah menjadi Tubuh Kristus dan anggur diubah menjadi oleh kuasa Roh Kudus, merupakan satu kesatuan. Tubuh merupakan satu kesatuan dengan darah-Nya; demikian juga darah-Nya menjadi kesatuan dengan TubuhNya. Seperti halnya kita: tubuh kita juga mengadung darah, dan darah kita hanya bisa terbentuk karena kesatuan dengan tubuh, maka hal yang sama terjadi juga pada Kristus. Darah Yesus yang tertumpah untuk pengampunan dosa kita adalah Darah yang terbentuk dari Tubuh-Nya yang mulia, sehingga kita tidak dapat membicarakan darah Yesus tanpa melihat kaitannya dengan Tubuh Kristus. Oleh karena itu, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan, bahwa Yesus hadir seutuhnya di dalam roti itu, bahkan sampai di partikel yang terkecil dan di dalam setiap tetes anggur. Pemecahan roti bukan berarti pemecahan Kristus, sebab kehadiran Kristus utuh, tak berubah dan tak berkurang di dalam setiap partikel. Dengan demikian kita dapat menerima Kristus di dalam rupa roti saja, atau anggur saja, atau kedua bersama-sama (lih. KGK 1390). Dalam setiap hal ini, kita menerima Yesus yang utuh di dalam sakramen.
Jadi, pemberian Komuni dalam bentuk hosti saja sudah cukup, karena hosti yang sudah diubah menjadi Tubuh Kristus sudah merupakan kepenuhan Kristus: tubuh, darah, jiwa dan ke-Allahan-Nya sudah terkandung dalam setiap partikel hosti maupun anggur.
d. Sekarang, kalau anda mengatakan bahwa Yoh 6:54 adalah begitu gamblang, apakah anda mengartikannya sebagai simbol atau literal? Apakah anda mengartikan Perjamuan Suci sebagai sesuatu yang literal atau simbolik? Dan apakah alasannya? Silakan melanjutkan diskusi ini pada link-link yang telah saya berikan.
V. Tentang pengajaran Kristus
Anda mengatakan “Saya percaya bahwa Tuhan Yesus menginginkan agar semua umatNya tahu dan menjalankan “segala sesuatu” yang telah diajarkanNya. Namun perlu anda ketahui bahwa tidak ada satupun manusia yang sanggup menjalankan “segala sesuatu” alias “semua” yang telah diperintahkan Tuhan Yesus. Apakah itu artinya semua orang gagal? Jelas tidak, sebab segala sesuatu yang diajarkan Yesus (diluar Soteriologi dan Christologi) sifatnya adalah ajaran moral / kasih yang fungsinya bukan untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan, namun untuk menyempurnakan manusia sebelum menuju kekekalan.“
a. Adalah dua hal yang berbeda antara “sanggup menjalankan segala sesuatu yang diperintahkan Kristus” dengan “tidak mengajarkan semua yang diperintahkan oleh Kristus“. Kalau yang satu mengatakan Ekaristi hanyalah simbol dan yang satu mengatakan Yesus hadir secara nyata, maka tidak mungkin keduanya benar, karena keduanya saling bertentangan. Dan ini adalah bagian dari pengajaran Kristus di Yoh 6 dan Perjamuan Kudus.
b. Kalau anda mengatakan “Jelas tidak, sebab segala sesuatu yang diajarkan Yesus (diluar Soteriologi dan Christologi) sifatnya adalah ajaran moral / kasih yang fungsinya bukan untuk menyelamatkan manusia dari kebinasaan, namun untuk menyempurnakan manusia sebelum menuju kekekalan.” maka anda tidak melihat perlunya kasih dalam keselamatan seseorang. Sebenarnya, sungguh sulit untuk memisahkan kasih dari soteriologi (doktrin tentang keselamatan), karena Allah adalah kasih, dan memisahkan kasih dari Yesus, karena Yesus sendiri adalah kasih. Kesempurnaan kasih yang supernatural (mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama atas dasar kasih kepada Tuhan) – yang mensyaratkan iman – inilah yang akan menuntun seseorang kepada keselamatan.
VI. Kesimpulan
1. Akhirnya kita melihat bahwa konsitensi pengajaran dan kebenaran yang bersumber pada Alkitab sangatlah penting. Perkembangan doktrin dapat diterima sejauh tidak saling bertentangan, dari “ya” menjadi “tidak” atau sebaliknya dan dari “tidak ada” menjadi “ada” atau sebaliknya. Dan seperti yang telah saya kemukakan di atas, mungkin perlu dipelajari lagi secara mendalam tentang pengajaran dari gereja-gereja Protestan yang berbeda-beda dari generasi ke generasi, seperti contohnya adalah tentang pengajaran Ekaristi, dimana Martin Luther mengajarkan Yesus hadir secara nyata dan banyak denominasi-denominasi mengajarkan hanya sekedar simbol. Dan hal yang sama terjadi dengan pengajaran tentang Maria tetap perawan, yang dipercayai oleh Martin Luther, Calvin, Zwingli, Wesley, namun ditolak oleh pengikut-pengikutnya. Dengan kondisi seperti ini, maka akan menjadi sangat sulit bagi seseorang untuk mempercayai bahwa iman yang dipegangnya adalah sesuatu yang benar, karena dapat saja yang sekarang benar dapat menjadi tidak benar di kemudian hari.
2. Untuk mengatakan bahwa yang penting adalah percaya kepada Yesus, namun mempunyai pengajaran yang berbeda-beda adalah sesuatu yang sebenarnya suatu pernyataan yang saling bertentangan. Kalau Yesus yang dipercaya adalah sama, maka pengajarannya haruslah sama, karena bagaimana mungkin orang yang sama dapat mengajarkan pengajaran yang saling bertentangan? Dan kalau memang Yesus yang dipercaya adalah sama dan pemersatunya adalah kasih, mengapa terjadi perpecahan, bukankah perpecahan bertentangan dengan kasih?
3. Kita melihat bahwa ada cukup banyak pengajaran di Alkitab yang cukup sulit, yang juga menjadi dasar untuk kebenaran yang lain. Tanpa adanya Magisterium Gereja, yang mempunyai kuasa untuk menginterpretasikan Alkitab, maka tidak mungkin terjadi persamaan pengajaran. Karena Gereja Katolik yang menentukan buku-buku mana yang menjadi bagian dari Alkitab, maka Gereja Katoliklah – melalui Magisterium Gereja – dapat menginterpretasikan Alkitab sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Kristus. Untuk mengatakan bahwa setiap individu bebas menginterpretasikan sendiri-sendiri dan merasa interpretasinya pasti benar (terutama untuk isu-isu yang cukup kompleks), maka sama saja dengan menempatkan individu-individu sebagai Magisterium Gereja, yang pada akhirnya mengakibatkan perpecahan yang bertentangan dengan Yoh 17.
4. Akhirnya, semoga diskusi ini dapat berguna, baik bagi kita berdua maupun bagi seluruh pembaca katolisitas.org. Untuk menjaga agar diskusi dapat berjalan dengan baik, mohon Kevin dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan dalam warna merah, baik di komentar ini, maupun di komentar sebelumnya. Semoga hal ini dapat dimengerti.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Maafkan.. walaupun sudah postingan lama, tapi saya gemes aja.makanya nulis.
@Kevin
Pada saat proses kanonisasi Alkitab (PL & PB) selesai, maka lengkaplah sudah seluruh isi Alkitab yang berisi 66 kitab (39 PL dan 27 PB). Dengan penutup yang sangat jelas dikatakan oleh Tuhan Yesus dalam kitab Wahyu 22:18-19, bahwa Alkitab sudah lengkap dan tidak boleh ditambah ataupun dikurangi. Dengan demikian Alkitab menjadi kanon tertutup, artinya semenjak saat itu, tidak ada wahyu baru, dan tidak perlu juklak (petunjuk pelaksanaan) untuk menjalankan atau menafsirkan Alkitab.
Komen
Mungkin perlu dijelaskan juga.. proses kanonisasi itu selesainya (saat itu) ditangan siapa (kalau Anda tahu or bisa mengidentifikasikan). Pastilah orang itu (or lembaga itu, or komunitas itu) punya otorisasi untuk menentukan kitab mana yang boleh masuk kanon dan kitab mana yang tidak boleh masuk ke dalam kanon.
@Kevin
Dengan demikian Alkitab menjadi kanon tertutup, artinya semenjak saat itu, tidak ada wahyu baru, dan tidak perlu juklak (petunjuk pelaksanaan) untuk menjalankan atau menafsirkan Alkitab.
Komen
Dan saya hanya ingin bertanya, kenapa tidak perlu juklak dalam menjalankan atau menafsirkan Alkitab. Karena setahu saya justru Alkitab itu lah yang paling rawan mis interpretasi. Bacalah hikayat Calon Arang, dia salah menafsirkan alkitab umat tertentu (tidak sy sebutkan). Dia memang jadi sakti juga. tapi karena dia menafsirkan semau dia, maka dia tidak menjadi lebih bijaksana.
@Kevin
Jadi peran manusia sebetulnya hanya 0% dalam penulisan Alkitab
Komen
Jadi orang yang nulis gimana? perannya berapa persen? yg ngecek tulisan ke bahasa aslinya, berapa persen perannya?
Masih banyak sih keberatan saya terhadap pendapat Anda. Tapi mau bagaimana lagi. Kalau pondasinya saja sudah berbeda maka bangunan diatasnya juga pasti berbeda.
[edit]
Dear Pak Christopher,
ide saya, coba anda belajar Alkitab bahasa Ibrani, itu yg benar dan asli. sdh banyak kok pendeta yg sudah belajar langsung bahasa Ibrani.
isi Alkitab ada yg ditambahkan, salah satunya “Makabe”.
ingat Wahyu 22 : 18 = Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan, maka Allah akan menambahkan malapetaka-malapetaka yg tertulis dalam kitab ini. sungguh mengerikan.
GBU
Shalom Lucia,
1. Tidak ada salahnya mempelajari Alkitab dari bahasa aslinya, entah Ibrani atau Yunani. Namun mungkin yang terlebih penting adalah membaca, merenungkannya dan melaksanakannya.
2. Anda keliru jika mengatakan bahwa Kitab Makabe adalah kitab yang ditambahkan. Jika kita mempelajari sejarah asal usul terbentuknya Kitab Suci, maka kita akan mengetahui bahwa, sudah sejak awal saat kanon Kitab Suci ditentukan di abad ke-4, kitab- Kitab Deuterokanonika itu sudah ada. Kitab- kitab tersebut adalah Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, Yudit, Barukh, Tobit, 1 dan 2 Makabe, beserta sebagian kitab Daniel dan Esther, dan surat Yeremia). Jadi tidak benar bahwa Kitab Deuterokanonika baru ditambahkan pada tahun 1546 pada Konsili Trente; ini adalah mitos yang sangat keliru!
Berikut ini adalah secara mendetail perkembangan kanon Kitab Suci:
a) Dekrit dari Paus St. Damasus I, Konsili di Rome, tahun 382.
“It is likewise decreed: Now, indeed, we must treat of the divine Scriptures: what the universal Catholic Church accepts and what she must shun.
The list of the Old Testament begins: Genesis, one book; Exodus, one book: Leviticus, one book; Numbers, one book; Deuteronomy, one book; Jesus Nave, one book; of Judges, one book; Ruth, one book; of Kings, four books; Paralipomenon, two books; One Hundred and Fifty Psalms, one book; of Solomon, three books: Proverbs, one book; Ecclesiastes, one book; Canticle of Canticles, one book; likewise, Wisdom, one book; Ecclesiasticus (Sirach), one book; Likewise, the list of the Prophets: Isaiah, one book; Jeremias, one book; along with Cinoth, that is, his Lamentations; Ezechiel, one book; Daniel, one book; Osee, one book; Amos, one book; Micheas, one book; Joel, one book; Abdias, one book; Jonas, one book; Nahum, one book; Habacuc, one book; Sophonias, one book; Aggeus, one book; Zacharias, one book; Malachias, one book. Likewise, the list of histories: Job, one book; Tobias, one book; Esdras, two books; Esther, one book; Judith, one book; of Maccabees, two books.
Likewise, the list of the Scriptures of the New and Eternal Testament, which the holy and Catholic Church receives: of the Gospels, one book according to Matthew, one book according to Mark, one book according to Luke, one book according to John. The Epistles of the Apostle Paul, fourteen in number: one to the Romans, two to the Corinthians, one to the Ephesians, two to the Thessalonians, one to the Galatians, one to the Philippians, one to the Colossians, two to Timothy, one to Titus one to Philemon, one to the Hebrews. Likewise, one book of the Apocalypse of John. And the Acts of the Apostles, one book. Likewise, the canonical Epistles, seven in number: of the Apostle Peter, two Epistles; of the Apostle James, one Epistle; of the Apostle John, one Epistle; of the other John, a Presbyter, two Epistles; of the Apostle Jude the Zealot, one Epistle. Thus concludes the canon of the New Testament.
Likewise it is decreed: After the announcement of all of these prophetic and evangelic or as well as apostolic writings which we have listed above as Scriptures, on which, by the grace of God, the Catholic Church is founded, we have considered that it ought to be announced that although all the Catholic Churches spread abroad through the world comprise but one bridal chamber of Christ, nevertheless, the holy Roman Church has been placed at the forefront not by the conciliar decisions of other Churches, but has received the primacy by the evangelic voice of our Lord and Savior, who says: “You are Peter, and upon this rock I will build My Church, and the gates of hell will not prevail against it; and I will give to you the keys of the kingdom of heaven, and whatever you shall have bound on earth will be bound in heaven, and whatever you shall have loosed on earth shall be loosed in heaven.“
b) Konsili Hippo, tahun 393 mengkonfirmasikan kanon yang telah ditetapkan oleh Paus Damasus I.
“It has been decided that besides the canonical Scriptures nothing be read in church under the name of divine Scripture.
But the canonical Scriptures are as follows: Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers, Deuteronomy, Joshua the Son of Nun, Judges, Ruth, the Kings, four books, the Chronicles, two books, Job, the Psalter, the five books of Solomon (included Wisdom and Ecclesiastes (Sirach)), the twelve books of the Prophets, Isaiah, Jeremiah, Daniel, Ezekiel, Tobit, Judith, Esther, Ezra, two books, Maccabees, two books.”
(canon 36 A.D. 393).
c) Konsili Carthage III, tahun 397 memberikan konfirmasi kembali tentang kanon yang telah ditetapkan oleh Paus Damasus I. Berikut ini adalah kanonnya:
“It has been decided that nothing except the canonical Scriptures should be read in the Church under the name of the divine Scriptures. But the canonical Scriptures are: Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers, Deuteronomy, Joshua, Judges, Ruth, four books of Kings, Paralipomenon, two books, Job, the Psalter of David, five books of Solomon (Proverbs, Ecclesiastes, Song of Songs, Wisdom, Sirach), twelve books of the Prophets, Isaiah, Jeremiah, Daniel, Ezekiel, Tobit, Judith, Esther, two books of Esdras, two books of the Maccabees.” (canon 47).
d) Konsili Carthage IV, tahun 419, kembali mengkonfirmasikan kanon-kanon yang telah ditetapkan di konsili-konsili sebelumnya. Inilah keputusan dari konsili ini:
“That nothing be read in church besides the Canonical Scripture. ITEM, that besides the Canonical Scriptures nothing be read in church under the name of divine Scripture. But the Canonical Scriptures are as follows: * Genesis * Exodus * Leviticus * Numbers * Deuteronomy * Joshua the Son of Nun * The Judges * Ruth * The Kings (4 books) * The Chronicles (2 books) * Job * The Psalter * The Five books of Solomon (includes Wisdom and Sirach) * The Twelve Books of the Prophets * Isaiah * Jeremiah * Ezechiel * Daniel * Tobit * Judith * Esther * Ezra (2 books) * Maccabees (2books).
The New Testament: * The Gospels (4 books) * The Acts of the Apostles (1 book) * The Epistles of Paul (14) * The Epistles of Peter, the Apostle (2) * The Epistles of John the Apostle (3) * The Epistles of James the Apostle (1) * The Epistle of Jude the Apostle (1) * The Revelation of John (1 book).
Let this be sent to our brother and fellow bishop, [Pope] Boniface, and to the other bishops of those parts, that they may confirm this canon, for these are the things which we have received from our fathers to be read in church.” CANON XXIV. (Greek xxvii.)
e) Konsili Frorence atau Basel, tahun 1431-1445, adalah konsili yang mengkonfirmasikan kembali kitab-kitab yang menjadi bagian dari PL dan PB.
“We, therefore, to whom the Lord gave the task of feeding Christ’s sheep’, had abbot Andrew carefully examined by some outstanding men of this sacred council on the articles of the faith, the sacraments of the church and certain other matters pertaining to salvation. At length, after an exposition of the catholic faith to the abbot, as far as this seemed to be necessary, and his humble acceptance of it, we have delivered in the name of the Lord in this solemn session, with the approval of this sacred ecumenical council of Florence, the following true and necessary doctrine. Most firmly it believes, professes and preaches that the one true God, Father, Son and holy Spirit, is the creator of all things that are, visible and invisible, who, when he willed it, made from his own goodness all creatures, both spiritual and corporeal, good indeed because they are made by the supreme good, but mutable because they are made from nothing, and it asserts that there is no nature of evil because every nature, in so far as it is a nature, is good. It professes that one and the same God is the author of the old and the new Testament — that is, the law and the prophets, and the gospel — since the saints of both testaments spoke under the inspiration of the same Spirit.
It accepts and venerates their books, whose titles are as follows. Five books of Moses, namely Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers, Deuteronomy; Joshua, Judges, Ruth, four books of Kings, two of Paralipomenon, Esdras, Nehemiah, Tobit, Judith, Esther, Job, Psalms of David, Proverbs, Ecclesiastes, Song of Songs, Wisdom, Ecclesiasticus, Isaiah, Jeremiah, Baruch, Ezechiel, Daniel; the twelve minor prophets, namely Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Jonah, Micah, Nahum, Habakuk, Zephaniah, Haggai, Zechariah, Malachi; two books of the Maccabees; the four gospels of Matthew, Mark, Luke and John; fourteen letters of Paul, to the Romans, two to the Corinthians, to the Galatians, to the Ephesians, to the Philippians, two to the Thessalonians, to the Colossians, two to Timothy, to Titus, to Philemon, to the Hebrews; two letters of Peter, three of John, one of James, one of Jude; Acts of the Apostles; Apocalypse of John.” (SESSION 11 4 February 1442)
f) Konsili Trente, tahun 1546-1565.
“And it has thought it meet that a list of the sacred books be inserted in this decree, lest a doubt may arise in any one’s mind, which are the books that are received by this Synod. They are as set down here below: of the Old Testament: the five books of Moses, to wit, Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers, Deuteronomy; Josue, Judges, Ruth, four books of Kings, two of Paralipomenon, the first book of Esdras, and the second which is entitled Nehemias; Tobias, Judith, Esther, Job, the Davidical Psalter, consisting of a hundred and fifty psalms; the Proverbs, Ecclesiastes, the Canticle of Canticles, Wisdom, Ecclesiasticus, Isaias, Jeremias, with Baruch; Ezechiel, Daniel; the twelve minor prophets, to wit, Osee, Joel, Amos, Abdias, Jonas, Micheas, Nahum, Habacuc, Sophonias, Aggaeus, Zacharias, Malachias; two books of the Machabees, the first and the second.
Of the New Testament: the four Gospels, according to Matthew, Mark, Luke, and John; the Acts of the Apostles written by Luke the Evangelist; fourteen epistles of Paul the apostle, (one) to the Romans, two to the Corinthians, (one) to the Galatians, to the Ephesians, to the Philippians, to the Colossians, two to the Thessalonians, two to Timothy, (one) to Titus, to Philemon, to the Hebrews; two of Peter the apostle, three of John the apostle, one of the apostle James, one of Jude the apostle, and the Apocalypse of John the apostle. But if any one receive not, as sacred and canonical, the said books entire with all their parts, as they have been used to be read in the Catholic Church, and as they are contained in the old Latin vulgate edition; and knowingly and deliberately contemn the traditions aforesaid; let him be anathema.” (Session 4, concerning the canonical Scriptures).
Berdasarkan penggunaan kitab-kitab yang telah lama berakar di Gereja, Gereja Katolik menetapkan kanon Kitab Suci, melalui Paus Damasus I tahun 382, pada Konsili di Hippo 393 dan Carthage 397, yaitu 46 kitab dari kanon Yunani (Septuagint) sebagai kanon Perjanjian Lama/PL dan 27 kitab Perjanjian Baru/ PB termasuk di sini adalah ketujuh kitab di PL yang disebut sebagai Deuterokanonika. Para Bapa Gereja, baik sejak jaman Kristen abad pertama, Polycarpus, Irenaeus, Clement dan Cyprian mengutip kitab-kitab Deuterokononika tersebut dalam pengajaran mereka, sebab mereka menganggap kitab-kitab tersebut diilhami oleh Roh Kudus, sama dengan kitab-kitab PL lainnya. Sejak saat diresmikannya kanon Kitab Suci pada abad ke-4, Septuagint ini diterima oleh umat Kristiani, kecuali oleh mereka yang kemudian menolaknya pada sekitar tahun 1529 bersamaan dengan pemisahan diri mereka dari kesatuan dengan Gereja Katolik.
3. Jadi bahwa kenyataannya sekarang Kitab Suci Protestan tidak memasukkan kitab- kitab Deuterokanonika, itu bukan karena Gereja Katolik yang menambahkannya, tetapi karena Gereja Protestan yang menguranginya.
Kemungkinan Luther mencoret kitab Deuterokanonika terutama karena tidak setuju dengan isi Kitab 2 Makabe yang mengajarkan untuk berdoa bagi keselamatan jiwa orang-orang yang telah meninggal, sebab Luther berpendapat bahwa keselamatan diperoleh hanya karena iman (Sola Fide). Martin Luther juga menganggap beberapa kitab dalam Perjanjian Baru sebagai “kitab deuterokanonika”, seperti halnya surat rasul Yakobus – yang disebutnya sebagai “Epistle of straw/ surat jerami”, kitab Wahyu, dan surat Ibrani, karena kitab itu secara implisit mengutip kitab 2 Makabe 7, yaitu Ibr 11:35. Selanjutnya ada yang mengatakan bahwa gereja Protestan mencoret Kitab Deuterokanonika karena ingin mengikuti hasil konsili para Rabi Yahudi di Jamnia/ Javneh, sekitar tahun 100, agar lebih sesuai dengan kitab asli dalam bahasa Ibrani yang diterima oleh umat Yahudi. Namun sesungguhnya umat Kristen tidak perlu mengikuti hasil Konsili Jamnia. Karena konsili itu menolak Kristus, menolak Injil dan menolak seluruh kitab Perjanjian Baru, bagaimana mungkin kita bisa mempercayai bahwa mereka mempunyai otoritas dari Roh Kudus untuk menentukan kanon Kitab Suci? [Karena salah satu alasan penolakan para Rabi agama Yahudi terhadap kitab- kitab Deuterokanonika adalah mereka menolak nubuatan yang tercantum di dalamnya yang jelas menggambarkan Kristus (lihat Keb 2:12-20). Selanjutnya, silakan klik di sini untuk melihat referensi ayat- ayat Perjanjian Baru, yang mengutip ataupun mengacu kepada ayat- ayat kitab- kitab Deuterokanonika]
Namun demikian, walaupun Luther menolak kitab- kitab Deuterokanonika, tapi setelah bertentangan sendiri dengan para tokoh Protestan lainnya, akhirnya Luther tetap memasukkan kitab- kitab tersebut dalam Kitab Perjanjian Baru yang diterjemahkannya sebagai tambahan/ appendix antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Hal ini berlangsung terus sampai tahun 1827, saat the British and Foreign Bible Society mencoret sama sekali atau membuang kitab- kitab Deuterokanonika dari kitab suci mereka.
Maka Kitab Suci versi Protestan yang ada sekarang, bukan saja tidak lengkap, jika dibandingkan dengan Kitab Suci dari Gereja Katolik, tetapi juga tidak lengkap jika dibandingkan dengan Kitab Suci yang umum mereka pakai selama sekitar 300 tahun (dari abad ke 16 sampai ke 19). Dan bahwa kitab suci Protestan sekarang ini usianya baru sekitar 150 tahun, dan ditetapkan oleh manusia, dan bukan oleh Tradisi turun temurun dari para rasul dan para Bapa Gereja. Tak dapat dipungkiri bahwa Luther menentukan sendiri kitab- kitab yang dianggapnya ‘lebih penting’ dari kitab- kitab yang lain berdasarkan pemahaman pribadinya; dan inilah yang kemudian mempengaruhi pandangan para pengikutnya. Sedangkan Gereja Katolik dalam menentukan kanon, tidak berdasarkan pemahaman pribadi melainkan dari bukti tertulis dari pengajaran para rasul dan Bapa Gereja, yang telah memasukkan kitab- kitab tersebut dalam tulisan mereka.
Jadi yang benar adalah Gereja Katolik tidak pernah menambah-nambah Kitab Suci, sebab memang dari sejak awal ditetapkan sudah demikian. Yang terjadi adalah pengurangan oleh pihak pendiri gereja Protestan, yang akhirnya diturunkan kepada generasi-generasi berikutnya dalam bermacam denominasi.
3. Selayaknya anda tidak menghubungkan Wahyu 22:18 dengan Gereja Katolik. Ayat itu mengatakan, "Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini."
Nah, karena Gereja Katolik tidak menambahkan kitab [jika maksud anda Kitab- kitab Deuterokanonika] pada Kitab Suci, maka ayat Why 22:18 tidak ada korelasinya dengan Gereja Katolik. Lagipula "kitab" yang dimaksud oleh Rasul Yohanes dalam Wahyu 22:18 ini adalah hanya kitab Wahyu yang ditulisnya. Karena pada saat Kitab Wahyu ditulis (sekitar tahun 90- an) kanon Kitab Suci belum ditentukan. Yang ada hanya kumpulan naskah yang terpisah- pisah (termasuk ketiga Injil lainnya dan surat- surat para rasul) yang secara keseluruhan belum tergabung dalam satu jilid Kitab Suci seperti yang kita kenal sekarang.
Akhirnya, Lucia, mari, jika masih ada pertanyaan ataupun tanggapan, kita mendiskusikannya dengan semangat kasih.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Ibu Lucia, maaf sebelum menuduh lebih baik pelajari dulu sejarah-sejarah Gereja Purba, siapa yang menambah isi Alkitab atau siapa yang mengurangi isi Alkitab,biar kita tahu sebenarnya seperti apasih perkembangannya dulu. Tuduhan-tuduhan yang tidak mendasar itu menjadi mentah karena ketidaktahuan kita. benar sekali kata cardinal Anglican yang berpindah ke Katholik, beliau mengatakan. LEARNING DEEP IN CHURCH HISTORY, STOP BEING A PROTESTAN. Tapi tak mengapa Ibu Lucia itu adalah karena ketidaktahuan Ibu. Tuhan memberkati.
dear Lucia…
saya akan kalau bisa mencoba mencari Alkitab dari bahasa Ibrani…
seperti kata bu Inggrid saya merasa antara Bahasa Ibrani, Indonesia, Inggris,Yunani atau bahasa2 lainnya tidaklah mereduksi arti dan inti ajaran Kristiani karena semua..
karena semua terjemahan Alkitab kebanyakan diambil dari manuskrip2 terjemahan paling kuno yang masih ada, seperti Septuagint (yang ditulis antara 2 sampai 3 abad BC)…
jadi tidaklah mereduksi arti maupun ajarannya…
mengenai penambahan yang anda utarakan seperti kitab “Makabe” sudah dijelaskan oleh ibu Inggrid bahwa dari awal Kristiani peng-kanon-an sudah memasukkan kitab2 deuterokanonika sebagai Alkitab Kristiani, makanya saudara2 gereja Eastern Orthodox yang merupakan Gereja Timur Alkitabnya sama dengan Katolik, jadi bukanlah Katolik yang “menambahkan” kitab deuterokanonika tetapi orang2 Kristen atau gereja Reformasi yang di dirikan Martin Luther lah yang “mengurangi” Alkitab…
maka mengenai Wahyu 22 : 18 = Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan, maka Allah akan menambahkan malapetaka-malapetaka yg tertulis dalam kitab ini. sungguh mengerikan.,,,
yang anda katakan rasanya malah (maaf) tertuju pada anda yang “mengurangi” Alkitabkan??
jadi sejak dahulu Alkitab kami umat Katoliklah (dan juga umat Orthodox yang Gereja Timur) yang sama dengan Alkitab yang di- kanon-kan oleh para Bapa Gereja (pendiri Gereja) dan tidak “menambahkan” seperti tuduhan anda..
tetapi Gereja Reformislah yang “menguranginya”..
nah apakah anda mau mengamini hal yang dilakukan oleh Gereja Reformis dengan “mengurangi” Alkitab dengan seenaknya yang berarti mengurangi sabda (Firman) Allah sendiri yang sudah dikanonkan oleh para Bapa Gereja pada awal Gereja Perdana??
coba anda renungkan dan jawab…
Pax Christi
Shalom Christopher,
Mungkin perlu diperhatikan di sini bahwa makna “kitab ini” yang ditulis oleh Rasul Yohanes dalam Wahyu 22:18 mengacu kepada kitab Wahyu yang ditulisnya. Karena Kitab Suci pada saat kitab Wahyu dituliskan (yaitu sekitar tahun 90-100) sebenarnya belum terbentuk, sebab kanonnya saja baru ditentukan pada abad ke 4 (dimulai dari Paus Damasus I tahun 382). Dengan demikian peringatan agar jangan ada orang ‘menambahkan’ perkataan- perkataan dalam kitab ini maksudnya adalah sehubungan dengan kitab Wahyu tersebut.
Apa yang anda sampaikan sebenarnya logis, namun kelihatannya bukan itu yang dimaksudkan oleh Rasul Yohanes pada saat menuliskan Why 22:18 tersebut.
Memang, ayat itu sering disalahartikan oleh sebagian orang yang mengatakan bahwa seolah- olah Gereja Katolik telah menambah-nambahi Kitab Suci. Jika kita menggunakan logika yang sama dengan logika mereka, memang pandangan anda benar, bahwa kalau kalau menambahi itu salah, demikian pula yang mengurangi juga salah. Namun, kelihatannya kesimpulan itu bukan yang ingin disampaikan oleh rasul Yohanes, karena alasan yang sudah saya sebut di atas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
@Kevin:
Mohon maaf kalau anda tidak berkenan dengan tulisan saya. Kalau saya salah menurut pandangan anda makan bagian ini tidak perlu km tulis: Saya juga mau menggunakan cara orang Katolik menyerang di situs ini….
Kalau demikian pandangan km ke saya. apa bedanya kamu dengan saya?Justru kamu harus lebih baik dari saya kalau saya salah menurut kamu.
Kalau pendeta (atau siapa saja) bertobat dan tidak mendirikan gereja baru mungkin masih saya bisa pertimbangkan. Tapi kalau dia terpisah dari gereja induknya dan membuat gereja baru jelas tidak perlu saya dukung karena dia sendiri tidak mengaminkan doa Yesus untuk persatuan jemaatNya.Banyak orang memakai istilah anggota anggota tubuh untuk membenarkan diri atas perpecahan gereja. Tapi kalau anggota itu terpisah dari badan real, bagaimana masih bisa disebut anggota tubuh?Apa badan realnya? kalau tidak ada real badan jasmani bagaimana masih bisa di sebut badan? pasti itu adalah semacam mayat. Hati-hatilah sebab setan juga bisa membuat mujijat,ingat persitiwa Yesus dicobai di padan gurun dan ular berbicara dengan Hawa di taman eden.
Anda menulis:
hahaha….. sungguh suatu pemikiran yang sangat tolol yang pernah saya dengar dari seorang Katolik. Lalu apa anda tidak sadar bahwa anda juga mempercayai ajaran konyol para bapa gereja yang umurnya kurang dari 2000 tahun itu juga merupakan penghujatan kepada Kristus karena tidak solascriptura?
Komentar:
Kalau anda tidak setuju dengan ajaran konyol Bapa Gereja, silahkan anda dan gereja anda dengan segera (sebab anda sendiri pasti akan konyol dan anda menertawakan kekonyolan anda sendiri) meninggalkan :
1Alkitab perjanjian lama dan baru karena dikanon oleh Bapa Gereja.
2Tidak perlu merayakan Natal dan Paskah Kebangkitan karena alkitab tidak menyuruh kita merayakan Natal dan Paskah Kebangkitan
3.Tidak perlu beribadah hari Minggu
4.Jangan menggunakan istilah sakramen dalam 5 sakramen gereja anda karena tidak ada pernah kata sakramen dalam alkitab. Karena istilah sakramen adalah produk bapa gereja.
5.Istilah Trinitas/Tritunggal/Trinity yang anda imani adalah produk Bapa Gereja untuk menunjuk Bapa Putra san Roh Kudus. Alkitab tidak ada istilah ini. Mohon ditinggalkan saja.atau gunakanlah istilah lain, mungkin Tri murti, tri ratna atau apalah…..
6 dan masih banyak kalau dibahas…
Kalau saya menjadi anda, dengan sekali menolak ajaran Bapa Gereja, saya akan menolak seluruhnya bukan sebagian sebagian (tidak ada pendirian teguh) dalam hal ini saya lebih menghargai Saksi Yehova (yang meskipun ajarannya salah)jika dibandingkan dengan pendirian anda, mereka konsisten menolak semua yang saya sebut di atas kecuali no1(tetap tidak konsisten).
Anda menulis:
Kalo anda belum puas dng perdebatan ini, silakan anda ajak pakar2 dari Katolik dan kita adakan seminar debat terbuka, dan saya akan ladeni kalian sampai kuda gigit jari….
Ingatlah Sdri lucia, anda sudah berada dalam komunitas yang baik, jadi hati-hatilah ketika anda berada disini. 1 Kor 15:33. Dan menurut saya disini bukan tempat yang tepat untuk anda berdebat, tapi tempat yang baik untuk memberitakan iman yang benar seperti yang sudah anda temukan di Tiberias. Anda sudah berada di tanah yang baik, hati2 ketika anda menginjak jalanan dan tanah berbatu. Silakan baca Lukas 8:5-8.
Komentar: Pakar pakar Katolik sudah ada di sini dan diskusi sudah di mulai dan silahkan dilanjutkan, [edit: 3 kalimat dihapus].
@ Johanes
Johanes menulis:
Mohon maaf kalau anda tidak berkenan dengan tulisan saya. Kalau saya salah menurut pandangan anda makan bagian ini tidak perlu km tulis: Saya juga mau menggunakan cara orang Katolik menyerang di situs ini….
Kalau demikian pandangan km ke saya. apa bedanya kamu dengan saya?Justru kamu harus lebih baik dari saya kalau saya salah menurut kamu.
Kevin menanggapi:
Sebelumnya saya tidak pernah menggunakan kalimat tersebut, namun suatu ketika saya menemukan ada tulisan dari pihak katolik (pembaca) bukan pengasuh situs ini, yang menggunakan kalimat tersebut, kalau tidak salah ada 2 komentar seperti itu. Jadi saya pikir tidak apa menggunakan gaya bahasa yang sama.
Soal anda dan saya dianggap beda atau sama itu tidak masalah, itu kan cuma pemikiran subyektif saja, mau anda merasa lebih baik dari saya atau sebaliknya, tidak berpengaruh apapun.
Johanes menulis:
Kalau pendeta (atau siapa saja) bertobat dan tidak mendirikan gereja baru mungkin masih saya bisa pertimbangkan. Tapi kalau dia terpisah dari gereja induknya dan membuat gereja baru jelas tidak perlu saya dukung karena dia sendiri tidak mengaminkan doa Yesus untuk persatuan jemaatNya.Banyak orang memakai istilah anggota anggota tubuh untuk membenarkan diri atas perpecahan gereja. Tapi kalau anggota itu terpisah dari badan real, bagaimana masih bisa disebut anggota tubuh?Apa badan realnya? kalau tidak ada real badan jasmani bagaimana masih bisa di sebut badan? pasti itu adalah semacam mayat. Hati-hatilah sebab setan juga bisa membuat mujijat,ingat persitiwa Yesus dicobai di padan gurun dan ular berbicara dengan Hawa di taman eden.
Kevin menanggapi:
Anda berbicara tentang Tubuh Kristus lalu anda kaitkan dengan frasa “badan real”….
Inilah kesalahannya, anda sudah terkontaminasi doktrin yang keliru bahwa Tubuh Kristus harus berarti sebuah organisasi / gereja. Kami protestan berpegang bahwa setiap individu orang yang percaya kepada Kristus adalah gereja / bait Allah, sekaligus anggota tubuh Kristus (1 Kor 3:16-17, 2 Kor 6:16). Semua orang yang percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat adalah tubuh Kristus. Kalo anda bicara tubuh yang semu dan tubuh yang real, itu dalih tak berdasar hanya untuk membenarkan bahwa tubuh real itu GK, sedangkan diluar itu tidak real, ah ada-ada aja….
Tubuh Kristus itu dipimpin oleh Kristus sebagai kepala, sedangkan anggota / bagian tubuhnya ialah umat percaya. Dan yang namanya umat percaya itu jenisnya macam-macam, kapasitasnya juga macam-macam, cara pikirnya macam-macam, pokoknya jelas setiap orang berbeda satu sama lain, dan itu tidak masalah karena memang manusia didesain unik, namun yang menjadi masalah bukanlah banyaknya perbedaan, atau banyaknya denominasi di protestan dng berbagai tingkat iman dan pemahaman, yang menjadi masalah adalah katolik tidak memahami konsep persatuan tubuh Kristus dari sudut pandang yang benar. Perbedaan denominasi maupun personal dalam kristen itu hal yang normal, silakan baca Roma 12:4-5.
Tulisan anda yang setan bisa bikin mujijat itu konteksnya apa yaa? kok sepertinya ga ada kaitan sama topik kita?
Johanes menulis:
Kalau anda tidak setuju dengan ajaran konyol Bapa Gereja, silahkan anda dan gereja anda dengan segera (sebab anda sendiri pasti akan konyol dan anda menertawakan kekonyolan anda sendiri) meninggalkan :
1Alkitab perjanjian lama dan baru karena dikanon oleh Bapa Gereja.
Kevin menanggapi:
Wah…wah…wah… anda belum ngerti pandangan saya rupanya…
Alkitab yang sudah selesai dikanon itulah yang kita pegang. Bukan tulisan2 lain setelah era kanonisasi. Pengertian bapa gereja itu harus dipisahkan sebelum era kanon atau setelah era kanon, dan kami hanya mempercayai tulisan bapa gereja sebelum era kanon, itu artinya kami hanya mempercayai 66 kitab ( 39 PL + 27 PB), deuterokanonika tidak kami terima, sebab itu di tulis di abad kegelapan (dimana tidak terbit wahyu dan nabi), dan bahkan GK pun baru memasukkannya sbg bagian Akitab setelah 1500 tahun setelah kanon selesai.
Johanes menulis:
2Tidak perlu merayakan Natal dan Paskah Kebangkitan karena alkitab tidak menyuruh kita merayakan Natal dan Paskah Kebangkitan
Kevin menanggapi:
Merayakan Natal & Paskah sekalipun tidak pernah diperintahkan di Alkitab untuk dirayakan, namun merayakan moment tersebut tidaklah melanggar Alkitab. Kalo orang boleh merayakan ulangtahun dirinya, atau merayakan ulang tahun teman2nya, kenapa kita tidak boleh merayakan ulang tahun Tuhan kita? Ketika anda / saya merayakan ulangtahun, itu juga bukan karena instruksi dari bapa gereja kan? Kalo faktanya natal dan paskah dirayakan dari waktu ke waktu, apa masalahnya? apakah karena itu produk bapa gereja lalu kita menolaknya? Bukan begitu cara berpikirnya…
Johanes menulis:
3.Tidak perlu beribadah hari Minggu
Kevin menanggapi:
Wah ini lebih parah… beribadah hari Minggu / sabat itu sudah dilakukan ribuan tahun atas perintah Tuhan sejak jaman Musa hingga era Kristus. Tuhan Yesus mengajar pada hari Sabat, murid2nya juga berkumpul pada hari Sabat untuk melakukan perjamuan kudus dan berdoa.
Johanes menulis:
4.Jangan menggunakan istilah sakramen dalam 5 sakramen gereja anda karena tidak ada pernah kata sakramen dalam alkitab. Karena istilah sakramen adalah produk bapa gereja.
Kevin menanggapi:
Ini adalah suatu pemikiran yang sangat keliru. Bila dulu ada orang namanya Joko apakah sekarang bila ada bayi lahir tidak boleh diberi nama Joko? Orang-orang yang berpikiran seperti anda itu akhirnya merumuskan agar umat Nasrani tidak boleh menggunakan kata Allah, karena menurut muslim, itu adalah tuhan mereka. Ada-ada aja…
“Kata” adalah milik umum, siapapun boleh menggunakannya.
Kalo begitu cara berpikir anda, seharusnya anda juga jangan tulis / sebut “bapa gereja” karena kata /frasa “bapa gereja” tidak ada di Alkitab.
Johanes menulis:
5.Istilah Trinitas/Tritunggal/Trinity yang anda imani adalah produk Bapa Gereja untuk menunjuk Bapa Putra san Roh Kudus. Alkitab tidak ada istilah ini. Mohon ditinggalkan saja.atau gunakanlah istilah lain, mungkin Tri murti, tri ratna atau apalah…..
Kevin menanggapi:
Alkitab memang tidak pernah menyebutkan Trinitas, namun alkitab mencatat relasi antar ketigaNya, dengan begitu jelasnya Yohanes menggambarkan kesatuan tiga pribadi tersebut akhirnya kita menyebutnya Tritunggal. Tidak usah bawa2 Bapa Gereja (setelah era kanon) lah… semua orang yang pernah sekolah dan tamat SD pun bisa bilang kok, bahwa kalo 3 itu 1 dan 1 itu 3 sebutannya Tritunggal. Emang cuma GK doang yg boleh klaim istilah tritunggal itu miliknya? aneh!
Johanes menulis:
Kalau saya menjadi anda, dengan sekali menolak ajaran Bapa Gereja, saya akan menolak seluruhnya bukan sebagian sebagian (tidak ada pendirian teguh) dalam hal ini saya lebih menghargai Saksi Yehova (yang meskipun ajarannya salah)jika dibandingkan dengan pendirian anda, mereka konsisten menolak semua yang saya sebut di atas kecuali no1(tetap tidak konsisten).
Kevin menanggapi:
Kalo anda mau menghargai SY ya silakan saja, tidak masalah…
Dalam soal menerima / menolak ajaran bapa gereja sudah saya jelaskan diatas, bahwa kami hanya menerima yang sebelum era kanon. Alkitab sudah ditutup, sudah genap, sudah lengkap, tidak perlu diimbuhi lagi dengan tambahan2 pikiran manusia (bapa gereja setelah era kanon).
Johanes menulis:
Pakar pakar Katolik sudah ada di sini dan diskusi sudah di mulai dan silahkan dilanjutkan,
Kevin menanggapi:
Saya sudah pernah tulis bahwa disini bukan tempat yang baik untuk berdebat, maksudnya adalah.. ini rumahnya Sdr Stef & Inggrid dan aromanya adalah doktrin katolik, jurinya juga orang katolik, hasilnya tidak bisa obyektif, karena ujung2nya ya doktrin katolik yg diunggulkan, beda dng debat terbuka, dimana ada berbagai macam orang / agama / aliran dan jurinya dari pihak luar, hasilnya akan lebih obyektif tampak siapa yang benar. Memang perdebatan tidak selalu menghasilkan konklusi, tapi setidaknya mungkin bisa menjernihkan kekolotan pandangan. Orang tidak akan pernah sadar dirinya bodoh kalo tidak ketemu orang yang lebih pandai darinya.
Untuk diskusi disini, saya tetap akan lanjutkan, walau tetap terbatas pada koridor “dibatasi hanya 3 kali putaran” seperti yg sebelumnya saya alami dan dialami oleh yang lain, hal ini cukup merugikan kami karena belum tentu putaran 3 menhasilkan konklusi namun sudah di-cut dan epilognya pasti membenarkan katolik tanpa bisa disanggah lagi.
Shalom Johanes dan Kevin,
Terima kasih atas partisipasinya dalam diskusi. Menurut saya, diskusi dengan topik yang terlalu banyak tidak akan membawa kesimpulan yang baik, apalagi kalau topik-topik diskusi telah dibahas sebelumnya secara panjang lebar. Jadi, saya mengusulkan, agar Kevin dapat bergabung dalam diskusi yang sudah ada, dalam link-link yang saya berikan di bawah ini, sehingga tidak terjadi pengulangan diskusi.
1. Tentang begitu banyak denominasi sebagai bukti perpecahan, dapat dilihat di diskusi panjang ini – silakan klik. Di link tersebut dibahas dasar-dasar Alkitab dan juga beberapa analogi, definisi denominasi, dll. Adalah menjadi suatu kenyataan bahwa 28,000 denominasi dengan doktrin yang berbeda-beda merupakan suatu perpecahan. Kalau anda tidak setuju dengan hal ini, silakan memberikan argumentasi di link tersebut. Kevin memberikan ayat Roma 12:4-5. Namun, bagaimana mungkin denominasi-denominasi dapat menjadi bagian-bagian tubuh dari tubuh yang sama, kalau mempunyai doktrin yang berbeda-beda? Di link tersebut saya telah memberikan argumentasi yang begitu panjang, bahwa 28,000 denominasi adalah suatu perpecahan yang berlawanan dengan pesan Yesus di Yoh 17.
2. Hubungan antara kanon Alkitab dan Bapa Gereja, dapat dilihat di diskusi ini – silakan klik. Di link tersebut saya telah menunjukkan hubungan antara Alkitab, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Kalau Alkitab dihasilkan dari Magisterium Gereja, dan Magisterium Gereja dianggap dapat salah (falliblle) dan Alkitab adalah tidak dapat salah (infallible), maka bagaimana mungkin sesuatu yang fallible dapat menghasilkan sesuatu yang infallible? Ini adalah salah satu pertanyaan yang saya ajukan dalam diskusi tersebut. Tentang deuterokanonika, anda dapat membacanya secara detail di sini – silakan klik. Lihat juga perkembangan kanon Alkitab, yang menunjukkan bahwa kitab deuterokanonika bukanlah muncul tiba-tiba di abad 15:
a) Dekrit dari Paus St. Damasus I, Konsili di Rome, tahun 382.
“It is likewise decreed: Now, indeed, we must treat of the divine Scriptures: what the universal Catholic Church accepts and what she must shun.
The list of the Old Testament begins: Genesis, one book; Exodus, one book: Leviticus, one book; Numbers, one book; Deuteronomy, one book; Jesus Nave, one book; of Judges, one book; Ruth, one book; of Kings, four books; Paralipomenon, two books; One Hundred and Fifty Psalms, one book; of Solomon, three books: Proverbs, one book; Ecclesiastes, one book; Canticle of Canticles, one book; likewise, Wisdom, one book; Ecclesiasticus (Sirach), one book; Likewise, the list of the Prophets: Isaiah, one book; Jeremias, one book; along with Cinoth, that is, his Lamentations; Ezechiel, one book; Daniel, one book; Osee, one book; Amos, one book; Micheas, one book; Joel, one book; Abdias, one book; Jonas, one book; Nahum, one book; Habacuc, one book; Sophonias, one book; Aggeus, one book; Zacharias, one book; Malachias, one book. Likewise, the list of histories: Job, one book; Tobias, one book; Esdras, two books; Esther, one book; Judith, one book; of Maccabees, two books.
Likewise, the list of the Scriptures of the New and Eternal Testament, which the holy and Catholic Church receives: of the Gospels, one book according to Matthew, one book according to Mark, one book according to Luke, one book according to John. The Epistles of the Apostle Paul, fourteen in number: one to the Romans, two to the Corinthians, one to the Ephesians, two to the Thessalonians, one to the Galatians, one to the Philippians, one to the Colossians, two to Timothy, one to Titus one to Philemon, one to the Hebrews. Likewise, one book of the Apocalypse of John. And the Acts of the Apostles, one book. Likewise, the canonical Epistles, seven in number: of the Apostle Peter, two Epistles; of the Apostle James, one Epistle; of the Apostle John, one Epistle; of the other John, a Presbyter, two Epistles; of the Apostle Jude the Zealot, one Epistle. Thus concludes the canon of the New Testament.
Likewise it is decreed: After the announcement of all of these prophetic and evangelic or as well as apostolic writings which we have listed above as Scriptures, on which, by the grace of God, the Catholic Church is founded, we have considered that it ought to be announced that although all the Catholic Churches spread abroad through the world comprise but one bridal chamber of Christ, nevertheless, the holy Roman Church has been placed at the forefront not by the conciliar decisions of other Churches, but has received the primacy by the evangelic voice of our Lord and Savior, who says: “You are Peter, and upon this rock I will build My Church, and the gates of hell will not prevail against it; and I will give to you the keys of the kingdom of heaven, and whatever you shall have bound on earth will be bound in heaven, and whatever you shall have loosed on earth shall be loosed in heaven.“
b) Konsili Hippo, tahun 393 mengkonfirmasikan kanon yang telah ditetapkan oleh Paus Damasus I.
“It has been decided that besides the canonical Scriptures nothing be read in church under the name of divine Scripture.
But the canonical Scriptures are as follows: Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers, Deuteronomy, Joshua the Son of Nun, Judges, Ruth, the Kings, four books, the Chronicles, two books, Job, the Psalter, the five books of Solomon (included Wisdom and Ecclesiastes (Sirach)), the twelve books of the Prophets, Isaiah, Jeremiah, Daniel, Ezekiel, Tobit, Judith, Esther, Ezra, two books, Maccabees, two books.”
(canon 36 A.D. 393).
c) Konsili Carthage III, tahun 397 memberikan konfirmasi kembali tentang kanon yang telah ditetapkan oleh Paus Damasus I. Berikut ini adalah kanonnya:
“It has been decided that nothing except the canonical Scriptures should be read in the Church under the name of the divine Scriptures. But the canonical Scriptures are: Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers, Deuteronomy, Joshua, Judges, Ruth, four books of Kings, Paralipomenon, two books, Job, the Psalter of David, five books of Solomon (Proverbs, Ecclesiastes, Song of Songs, Wisdom, Sirach), twelve books of the Prophets, Isaiah, Jeremiah, Daniel, Ezekiel, Tobit, Judith, Esther, two books of Esdras, two books of the Maccabees.” (canon 47).
d) Konsili Carthage IV, tahun 419, kembali mengkonfirmasikan kanon-kanon yang telah ditetapkan di konsili-konsili sebelumnya. Inilah keputusan dari konsili ini:
“That nothing be read in church besides the Canonical Scripture. ITEM, that besides the Canonical Scriptures nothing be read in church under the name of divine Scripture. But the Canonical Scriptures are as follows: * Genesis * Exodus * Leviticus * Numbers * Deuteronomy * Joshua the Son of Nun * The Judges * Ruth * The Kings (4 books) * The Chronicles (2 books) * Job * The Psalter * The Five books of Solomon (includes Wisdom and Sirach) * The Twelve Books of the Prophets * Isaiah * Jeremiah * Ezechiel * Daniel * Tobit * Judith * Esther * Ezra (2 books) * Maccabees (2books).
The New Testament: * The Gospels (4 books) * The Acts of the Apostles (1 book) * The Epistles of Paul (14) * The Epistles of Peter, the Apostle (2) * The Epistles of John the Apostle (3) * The Epistles of James the Apostle (1) * The Epistle of Jude the Apostle (1) * The Revelation of John (1 book).
Let this be sent to our brother and fellow bishop, [Pope] Boniface, and to the other bishops of those parts, that they may confirm this canon, for these are the things which we have received from our fathers to be read in church.” CANON XXIV. (Greek xxvii.)
e) Konsili Frorence atau Basel, tahun 1431-1445, adalah konsili yang mengkonfirmasikan kembali kitab-kitab yang menjadi bagian dari PL dan PB.
“We, therefore, to whom the Lord gave the task of feeding Christ’s sheep’, had abbot Andrew carefully examined by some outstanding men of this sacred council on the articles of the faith, the sacraments of the church and certain other matters pertaining to salvation. At length, after an exposition of the catholic faith to the abbot, as far as this seemed to be necessary, and his humble acceptance of it, we have delivered in the name of the Lord in this solemn session, with the approval of this sacred ecumenical council of Florence, the following true and necessary doctrine. Most firmly it believes, professes and preaches that the one true God, Father, Son and holy Spirit, is the creator of all things that are, visible and invisible, who, when he willed it, made from his own goodness all creatures, both spiritual and corporeal, good indeed because they are made by the supreme good, but mutable because they are made from nothing, and it asserts that there is no nature of evil because every nature, in so far as it is a nature, is good. It professes that one and the same God is the author of the old and the new Testament — that is, the law and the prophets, and the gospel — since the saints of both testaments spoke under the inspiration of the same Spirit.
It accepts and venerates their books, whose titles are as follows. Five books of Moses, namely Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers, Deuteronomy; Joshua, Judges, Ruth, four books of Kings, two of Paralipomenon, Esdras, Nehemiah, Tobit, Judith, Esther, Job, Psalms of David, Proverbs, Ecclesiastes, Song of Songs, Wisdom, Ecclesiasticus, Isaiah, Jeremiah, Baruch, Ezechiel, Daniel; the twelve minor prophets, namely Hosea, Joel, Amos, Obadiah, Jonah, Micah, Nahum, Habakuk, Zephaniah, Haggai, Zechariah, Malachi; two books of the Maccabees; the four gospels of Matthew, Mark, Luke and John; fourteen letters of Paul, to the Romans, two to the Corinthians, to the Galatians, to the Ephesians, to the Philippians, two to the Thessalonians, to the Colossians, two to Timothy, to Titus, to Philemon, to the Hebrews; two letters of Peter, three of John, one of James, one of Jude; Acts of the Apostles; Apocalypse of John.” (SESSION 11 4 February 1442)
f) Konsili Trente, tahun 1546-1565.
“And it has thought it meet that a list of the sacred books be inserted in this decree, lest a doubt may arise in any one’s mind, which are the books that are received by this Synod. They are as set down here below: of the Old Testament: the five books of Moses, to wit, Genesis, Exodus, Leviticus, Numbers, Deuteronomy; Josue, Judges, Ruth, four books of Kings, two of Paralipomenon, the first book of Esdras, and the second which is entitled Nehemias; Tobias, Judith, Esther, Job, the Davidical Psalter, consisting of a hundred and fifty psalms; the Proverbs, Ecclesiastes, the Canticle of Canticles, Wisdom, Ecclesiasticus, Isaias, Jeremias, with Baruch; Ezechiel, Daniel; the twelve minor prophets, to wit, Osee, Joel, Amos, Abdias, Jonas, Micheas, Nahum, Habacuc, Sophonias, Aggaeus, Zacharias, Malachias; two books of the Machabees, the first and the second.
Of the New Testament: the four Gospels, according to Matthew, Mark, Luke, and John; the Acts of the Apostles written by Luke the Evangelist; fourteen epistles of Paul the apostle, (one) to the Romans, two to the Corinthians, (one) to the Galatians, to the Ephesians, to the Philippians, to the Colossians, two to the Thessalonians, two to Timothy, (one) to Titus, to Philemon, to the Hebrews; two of Peter the apostle, three of John the apostle, one of the apostle James, one of Jude the apostle, and the Apocalypse of John the apostle. But if any one receive not, as sacred and canonical, the said books entire with all their parts, as they have been used to be read in the Catholic Church, and as they are contained in the old Latin vulgate edition; and knowingly and deliberately contemn the traditions aforesaid; let him be anathema.” (Session 4, concerning the canonical Scriptures).
3. Tentang peran Bapa Gereja, dapat dibaca di link ini – silakan klik. Kevin, anda dapat memberikan argumentasi di link ini untuk diskusi tentang Bapa Gereja.
4. Anda mengatakan “Saya sudah pernah tulis bahwa disini bukan tempat yang baik untuk berdebat, maksudnya adalah.. ini rumahnya Sdr Stef & Inggrid dan aromanya adalah doktrin katolik, jurinya juga orang katolik, hasilnya tidak bisa obyektif, karena ujung2nya ya doktrin katolik yg diunggulkan, beda dng debat terbuka, dimana ada berbagai macam orang / agama / aliran dan jurinya dari pihak luar, hasilnya akan lebih obyektif tampak siapa yang benar. Memang perdebatan tidak selalu menghasilkan konklusi, tapi setidaknya mungkin bisa menjernihkan kekolotan pandangan. Orang tidak akan pernah sadar dirinya bodoh kalo tidak ketemu orang yang lebih pandai darinya.
Untuk diskusi disini, saya tetap akan lanjutkan, walau tetap terbatas pada koridor “dibatasi hanya 3 kali putaran” seperti yg sebelumnya saya alami dan dialami oleh yang lain, hal ini cukup merugikan kami karena belum tentu putaran 3 menhasilkan konklusi namun sudah di-cut dan epilognya pasti membenarkan katolik tanpa bisa disanggah lagi.“
a. Tidak menjadi masalah kalau anda berpandangan bahwa di sini bukan tempat yang tepat untuk berdebat, mungkin lebih tepat berdialog. Website ini memang site yang memaparkan pengajaran Gereja Katolik, jadi pasti mempunyai warna pengajaran Gereja Katolik. Namun sebenarnya, kita tidak usah terlalu takut akan penilaian pembaca dan batasan diskusi, karena yang penting adalah argumentasi yang kita berikan. Kita harus percaya akan kekuatan “kebenaran“, yang dapat menarik orang-orang. Jadi, anda bebas untuk berdiskusi di site ini. Beberapa dialog memang kami batasi 3 putaran, karena keterbatasan waktu. Harap diingat, bahwa kami menerima begitu banyak pertanyaan yang perlu dijawab. Dengan dialog tanpa akhir, maka kami tidak mempunyai waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lain. Dan bukan kondisi seperti ini yang kami inginkan untuk site ini. Jadi, dalam dialog tiga putaran, pembaca juga dapat menilai argumentasi-argumentasi yang diberikan. Sebenarnya dalam suatu dialog, baik berupa tulisan maupun dialog terbuka dalam temu muka, senantiasa ada batasan waktu, baik 3 putaran maupun lebih. Batasan ini sebenarnya membuat masing-masing pihak berusaha untuk memberikan argumentasi secara baik, terstruktur. Biasanya dalam putaran ke tiga, maka tidak banyak lagi argumentasi baru yang dipaparkan, sehingga terjadi banyak pengulangan. Memang hal ini berbeda dengan “forum”, yang cenderung memberikan argumentasi yang tidak menyeluruh, namun sepotong-sepotong, sehingga diperlukan dialog tanpa batas waktu atau putaran.
Kita telah berdialog tentang beberapa hal, di sini: tentang kerjasama rahmat dan kehendak bebas Maria (silakan klik); tentang penal substitution (silakan klik). Usulan saya, silakan melanjutkan dialog tersebut, walaupun telah mencapai tiga putaran – untuk dialog tentang penal substitution. Bahkan dalam dialog tentang “kerjasama rahmat dan kehendak bebas Maria” belum mencapai 3 putaran. Jadi, anda sebenarnya mempunyai kesempatan untuk memberikan argumentasi-argumentasi yang lain. Tentang kesimpulan akhir, sebenarnya anda juga dapat memberikan kesimpulan akhir pada argumentasi anda yang terakhir. Usulan saya, silakan menyelesaikan satu dialog. Setelah selesai, kemudian dilanjutkan dengan dialog yang lain. Terlalu banyak topik yang ingin anda bahas tidak dapat memberikan kedalaman pembahasan dari topik yang dibahas. Semoga usulan saya dapat diterima.
Demikian jawaban yang dapat saya berikan. Untuk diskusi lebih lanjut, silakan melanjutkan di link-link yang saya berikan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom dan damai sejahtera bersama kita,
saya baru saja membaca artikel ini dan mengikutinya dari awal hingga akhir… saya mengakui saya adalah orng katholik awam yg memang bodoh dan tidak 100% memahami beberapa hal yg di sebutkan di atas, tp dari yg saya baca akhirnya saya mulai sedikit demi sedikit mengerti dan memahami apa yg menjadi kepercayaan dan keyakinan saya di gereja Katholik. Awal mula artikel ini dibentuk adalah saya rasa utk di konsumsi utk umat katholik artinya utk pembelajaran dan menambah ilmu bagi umat katholik, tp ternyata artikel ini boleh dibaca oleh umum sehingga terjadi tanya jawab yg akhirnya mengarah kepada hal yg negatif (mulai terjadi perselisihan), saya sebagai pribadi yg tidak luput dari dosa sebenarnya menyayangkan beberapa perdebatan diatas yg akhirnya sampe mengeluarkan kata2 yg tidak pantas diucapkan sebagai orng beriman.
[Dari Katolisitas: Yang kami lakukan adalah berusaha memberikan pertanggungjawaban atas iman Katolik dengan lemah lembut dan hormat(lih. 1 Pet 3:15). Namun jika masih dirasakan kurang lembut, kami mohon maaf. Namun dapat dilihat bahwa pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada kami juga banyak yang relatif kasar dan menyudutkan. Hal itu tak dapat kami sepenuhnya kami filter, sebab seringkali pertanyaannya justru ada di dalam kalimat yang sedemikian itu.]
kepada saudara Kevin :
Posisi perdebatan diatas ini sama seperti Tuhan Yesus saat di Cobai ahli2 taurat (Gereja Katolik sebagai Tuhan Yesus dan Anda sebagai Ahli taurat), saya melihat anda sebagai pribadi yg terus menerus mencobai kami, bertanya dgn hal2 yg mendetail dan terkadang sepertinya pertanyaan anda diarahkan utk memojokkan kami agar kami tidak bisa menanggapi lg dan anda merasa hebat bahwa anda bisa mengalahkan teori dan tradisi yg sudah kami jalani ribuan tahun. Saya pikir ….[dari Katolisitas: kami edit] laporan akhir tetap bagaimana kita mempertanggung jawabkan pribadi kita, apakah layak di terima di rumah Bapa… cuma itu kan FINAL DESTINATIONNYA, anda boleh putar terus itu alkitab, keluarkan semua jurus2 anda, tp biar Tuhan yg memutuskan apakah anda layak masuk ke Rumah NYA… bukan begitu pak Kevin… dari pada kita ribut2 malsah hal2 yg semuanya masih ditafsirkan oleh otak kita yg penuh dengan keterbatasan dan akhirnya timbul rasa Fanatik yg berlebihan sehingga menganggap “SAYA ADALAH YG PALING BENAR”. Anda boleh mengutarakan pendapat, tidak masalah. Tp berpendapatlah yg sehat dan tidak bermaksud memojokkan pihak lawan bicara. ….[kami edit] Hukum Cinta kasih itu ada… walau Penjahat sekalipun asal kita mau mendoakan dia, suatu saat Tuhan akan jamah koq. tenang saja… ya “kalau” anda merasa gereja Katholik itu salah ya cukup dibantu doa nya saja supaya kami menjadi ajaran yg lebih baik… bukan begitu pak Kevin…
Sekali lagi saya mohon maaf jika kata2 saya sangat awam sekali, saya tidak bisa berargumen dengan contoh2 ayat kitab dll jadi jika saya disangkal saya cuma bisa bilang (saya hanya orng bodoh yg mencoba utk menjadi orng yg dikasihi Tuhan, tidak lebih dari itu… cukup), saya akan mencoba berusaha utk belajar lebih dan yg paling penting adalah
[Dari Katolisitas: Kami edit]
1. saya hidup dalam jln tuhan (berusaha berbuat baik dan baik dan baik),
2. saya hidup utk menjadi berkat utk orng lain dan sesama
3. saya hidup utk kemuliaan Allah…
apakah anda sudah merasa menjadi pribadi yg dikasihi Tuhan? hanya anda dan Tuhan yg tahu…
Terima kasih atas kesempatannya dan sekali ….perbedaan diciptakan utk saling melengkapi bukan utk saling memusuhi… Mohon maaf sekali lg jika ada kata2 saya yg menyinggung dan tidak berkenan.. semoga anda semua mempunyai hati yg mau mengampuni dan mengasihi… Thats All. Tuhan memberkati
Aku bangga jadi seorang Katolik, tapi disayangkan mungkin hanya ada beberapa saja yang mengerti betul tentang ajaran Katolik…trimakasih sekali kepada narasumber yang begitu cerdas, pintar, teliti dan mampu menyelesaikan tiap pertanyaan dari teman2 semua…yang jawabannya mudah dimengerti, dan nyata. Saya sangat tertarik membacanya… mudah2han ada judul baru lagi tentang Katolik biar pemahaman saya tentang Katolik makin berkembang dan bertambah terus…jangan lupa ADD aku…trimakasih..salam damai untuk kita semua…
Shalom saudarku Kevin.
Dari tanggapan anda, saya kira perlu diperbaiki, karena banyak kata – kata yang kasar dan orang akan menganggap bahwa ternyata anggota gereja Tiberias tingkah lakunya kayak anda. jadi balaslah segala ‘kata – kata kasar’ dengan kelemahlembutan dan kasih.
TUHAN YESUS memberkati dan BUNDA MARIA senantiasa menuntun anda kepada putraNYA
@ Sdr Budi Darmawan Kusumo
Terimakasih atas saran masukan anda agar saya memperbaiki kata-kata, hal itu akan saya perhatikan. Tapi bila orang memandang bahwa karena kata-kata / tulisan saya lalu meng-generalisirnya dng membawa gereja saya, rasanya pemikirannya sangat dangkal, karena kita tahu bahwa pribadi berbeda dengan organisasi, semua orang dewasa tahu akan hal ini.
Terimakasih atas tulisan epilog anda, saya meng-aminkan bahwa TUHAN YESUS memberkati saya, namun saya tidak memerlukan Bunda Maria untuk menuntun saya kepada Yesus, karena saya sudah punya akses langsung kepada Yesus melalui Roh Kudus. Itulah kata Alkitab / Firman Allah yang saya pegang, dan yang anda tuliskan tersebut adalah kata manusia.
Mohon maaf bila ada kata yang kurang berkenan…
[dari katolisitas: diskusi tentang Maria, pernah anda mulai di sini – silakan klik dan di sini – silakan klik]. Kalau anda mau, silakan melanjutkannya di link-link tersebut.
Shalom saudaraku Kevin.
Mungkin saya akan sedikit berbagi pengalaman saja dari kata – kata anda :
Kevin :
Tapi bila orang memandang bahwa karena kata-kata / tulisan saya lalu meng-generalisirnya dng membawa gereja saya, rasanya pemikirannya sangat dangkal, karena kita tahu bahwa pribadi berbeda dengan organisasi, semua orang dewasa tahu akan hal ini.
Budi :
kata – kata, “semua orang dewasa tahu akan hal ini” yang justru malah saya temuin dalam kehidupan sehari – hari saya. banyak orang di sekeliling saya yang suka menggeneralisir suatu organisasi karena tingkah laku seseorang. sering kali kita tidak tahu mana orang dewasa yang benar – benar dewasa dengan orang yang dewasa tapi sesungguhnya masih belum dewasa. Oleh karena itu kita sebagai umat beriman harus selalu senantiasa memperbaiki sikap agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang dewasa yang masih belum dewasa ini.
Kevin :
amun saya tidak memerlukan Bunda Maria untuk menuntun saya kepada Yesus, karena saya sudah punya akses langsung kepada Yesus melalui Roh Kudus. Itulah kata Alkitab / Firman Allah yang saya pegang, dan yang anda tuliskan tersebut adalah kata manusia.
Budi :
Masalah ini juga sudah di bahas lengkap, tapi saya akan sedikit memberi komentar bahwa itu juga menjadi hak anda kalau tidak perlu bunda maria, tapi jika Bunda Maria yang menuntun dan mendoakan anda pada YESUS itu juga menjadi hak bunda maria sendiri ( walaupun anda tidak perlu). sama seperti saya mendoakan anda sekarang walaupun anda pribadi tidak menggubris saya.
TUHAN YESUS memberkati & BUNDA MARIA selalu senantiasa menuntun anda pada putraNYA
Salam Kasih,
Sdr Kevin saya mengerti sekali apa yang anda ucapkan, saya sudah mengikuti dan mencoba mengikuti webb katolisitas ini selama ampir 1 tahunan dan saya katakan secara jujur Tuhan membukakan kepada saya bahwa doktrin dan jawaban2 yang saya dapat banyak tidak nyambung dengan kebenaran firman Tuhan tetapi seharusnya kita tetap mengasihi mereka dengan kasih Tuhan Yesus ingat bagai mana pengorbanan Tuhan Yesus sebelum Dia di salib, kan kalau ada yang menghina atau mejelek2an hamba Tuhan atau anak2 Tuhan sendiri ya orang itu bukan menghina atau menjelekkan kita tapi Tuhan tidak usah menggunakan otot yang paling terpenting yang sudah kita lakukan adalah pelurusan kebenaran sudah di sampaikan mereka mau terima atau tidak ya itu pilihan mereka lagian mereka menanggapinya dengan ( silahkan klik di sini )
Kevin setiap anak2 Tuhan punya Roh Kudus minta untuk belajar dan di didik dalam kebenaran pasti akan lebih dasyat kebenaran yang di bukakan.
Submitted on 2010/05/25 at 12:32am
salam kasih,
Saya penasaran kapan maria di angkat kesorga dan di jadikan ratu sorga? di kisah para rasul 4:20 perkataan petrus dan Yohanes di hadapan pemimpin umat dan tua
di katakan “sebab tidak mungkin kami untuk tidak berkata2 tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar ”
Dari Firman ini saya ingin tahu siapa yang melihat dan siapa yang mendengar karena pengajaran petrus dan yohanes berdasarkan apa yang mereka terima dari Tuhan Yesus dan pimpinan Roh Kudus
kalau menurut pastor di gereja di mana istri saya pergi misa dia mengatakan ketika Tuhan Yesus terangkat maria pun di angkat bersama2 , mungkin benar karena setelah Tuhan Yesus naik ke sorga cerita maria tidak ada lagi dan yang pasti murid2 Yesus menginjil dan mengajar tentang pengajaran, kebaikan, kuasa Tuhan Yesus dan tidak pernah menyinggung sedikit pun tentang maria atau apa yang terjadi dengan maria mengingat maria menurut gereja katolik punya peranan penting sebagai perantara manusia dan Tuhan, apa murid2 Tuhan Yesus lupa dalam pengajarannya menyebut maria?
Shalom Adri A,
Terima kasih atas komentarnya dan terima kasih telah mengikuti website ini selama satu tahun. Saya dapat mengerti kalau anda menilai bahwa pengajaran di site ini bertentangan dengan dokrin yang anda percaya, yang anda klaim lebih Alkitabiah. Untuk itulah, maka saya bertanya kepada anda, untuk memilih satu doktrin yang anda pandang tidak Alkitabiah, sehingga kita dapat membahasnya secara lebih mendalam. Jadi, kalau kami menyatakan perbedaan pendapat, bukan berarti kami menghina atau menjelek-jelekan. Justru kalau kami menyatakan setuju padahal kami tidak setuju, kami justru tidak berdialog dalam kebenaran. Anda dan Kevin, maupun pembaca non-Katolik yang lain, dapat secara bebas berdiskusi di sini, dan tim katolisitas telah dan akan menanggapi beberapa topik diskusi. Kalau saya memberikan beberapa link, karena memang topik tersebut telah dibahas sebelumnya. Dengan membaca terlebih dahulu link yang saya berikan, harapannya tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu. Saya dapat cut and paste jawaban saya dari link yang lain, namun hal tersebut tidaklah berguna, karena hanya suatu pengulangan. Jadi, terus terang saya tidak mengerti, kalau anda berkeberatan kalau saya berikan link-link. Namun, kalau anda mempunyai argumentasi yang baru tentang suatu topik, maka saya akan membuka topik pembahasan yang baru.
Cobalah lihat contoh ini:
Anda bertanya dan memberikan tanggapan (25 Mei 2010, 12:32 am)”salam kasih,
Saya penasaran kapan maria di angkat kesorga dan di jadikan ratu sorga? di kisah para rasul 4:20 perkataan petrus dan Yohanes di hadapan pemimpin umat dan tua
di katakan “sebab tidak mungkin kami untuk tidak berkata2 tentang apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar ”
Dari Firman ini saya ingin tahu siapa yang melihat dan siapa yang mendengar karena pengajaran petrus dan yohanes berdasarkan apa yang mereka terima dari Tuhan Yesus dan pimpinan Roh Kudus
kalau menurut pastor di gereja di mana istri saya pergi misa dia mengatakan ketika Tuhan Yesus terangkat maria pun di angkat bersama2 , mungkin benar karena setelah Tuhan Yesus naik ke sorga cerita maria tidak ada lagi dan yang pasti murid2 Yesus menginjil dan mengajar tentang pengajaran, kebaikan, kuasa Tuhan Yesus dan tidak pernah menyinggung sedikit pun tentang maria atau apa yang terjadi dengan maria mengingat maria menurut gereja katolik punya peranan penting sebagai perantara manusia dan Tuhan, apa murid2 Tuhan Yesus lupa dalam pengajarannya menyebut maria?“
a. Anda pernah bertanya hal yang sama dan menggunakan argumentasi yang sama di sini (11 September 2009, 10:42pm) – silakan klik. Bandingkan dengan pernyataan sebelumnya sebagai berikut:
Wah senang sekali bisa menemukan situs ini, bagaimana penolakan kebenaran, mana ada penipu mau ngaku menipu, begini aga deh
Ada ngak dari petingggi2 gereja khatolik atao pastor yg mau bilang bahwa maria terangkat kesorga???? Sy mau bilang tidak ada
Why? Sy cek sendiri di alkitab, kata pastor [dari katolisitas: saya hapus nama pastor dan paroki, karena tidak relevan dalam diskusi ini] bahwa ketika Yesus naik kesurga membawa maria naik kesorga juga utk di jadikan
Ratu sorga atau mother of heaven wah sy baca di kisah para rasul 1:12-14 maria masih bersama2 anak2nya maria dan
Para rasul lagi bertekun sehati berdoa menunggu Roh Kudus, ayooo mana yg berbohong Firman Tuhan atau pastornya?
Satu lagi di wahyu 12:1-6 GK menegaskan bahwa wanita yg disebut di wayu adalah maria
Yg menjadi pertanyaan di ayat 6 kok maria lari ke padang gurun ya? Katanya ratu sorga???
Sy beritahukan ya perempuan yg di maksud itu adalah gereja yg melahirkan jemaat2
Yg melawan si iblis di gereja salib suci dalm renungan sabda suci nya mengatakan benar bahwa perempuan yg
Dimaksud adalah gereja tp ada jg yg mempercayai bahwa itu adalah maria,
Ayo baca alkitabnya sungguh2 bukan hanya jadi pendengar ya.
Satu lagi yg penting neh Tentang ratu sorga adalah dari jaman babylon yg sekarang di pakai
GK bahwa maria adalah ratu sorga, coba liat di yeremia 7:16-20 tentang melawan penyembahan
Ratu sorga, jelas di jaman yeremia di pembuangan di babylon dan bangsa israel sudah
Terpengaruh dgn dgn budaya babylon artinya ratu sorga di pakai bangsa babylon
Yg dipakai oleh GK utk menghormati maria. Klo ada yg tidak setuju dgn ayat yg saya tulis
Dan ada yg bisa menjelaskan ketidak benaran ayat2 yg Saya kasih, sy akn mencoretnya
Dari alkitab saya.
Minta Tuhan utk membukakan pintu rohani kita semua, kemulian hanya bagi
Tuhan Yesus.
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
b. Kemudian saya telah menanggapi pertanyaan anda dan membuka topik yang baru, yaitu: “Tentang Maria diangkat ke Sorga dan Maria adalah Ratu Sorga” di sini – silakan klik. Tentu saja, saya dapat cut and paste dari jawaban saya, namun hal tersebut tidaklah berguna, karena hanya sekedar duplikasi. Dengan diskusi yang tidak terstruktur dan terpencar-pencar, membuat diskusi hanya dapat menyentuh kulitnya saja. Jadi, saran saya dalam hal ini adalah: 1) anda telah bertanya dan menyanggah, 2) Saya telah menjawab dan memberikan tanggapan, 3) Kalau anda tidak setuju, anda berhak juga untuk memberikan argumentasi atau memberikan sanggahan, 4) Selesaikanlah diskusi tersebut dan kemudian baru berpindah ke topik yang lain.
Namun, pada akhirnya keputusan ada di tangan anda. Yang dapat saya lakukan adalah membuka diri saya untuk berdiskusi dengan anda, kalau memang anda mau berdiskusi secara serius dan mendalam. Semoga keterangan ini dapat menghapuskan kecurigaan maupun kesalahpahaman yang ada.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Adri, Belum cukuplah anda mengikutinya selama setahun jika dibandingkan dengan pendeta-pendeta yang convert ke katholik dengan pengalaman sampai bertahun-tahun, mengembara kebeberapa sekte2 protestan akhirnya kembali ke pangkuan gereja katholik. jadi tidak cukup hanya setahun, bisa bertahun-tahun atau mungkin sampai memutih rambutmu. tidak ada kata terlambat untuk pulang kerumah. HOME SWEET ROME. Tuhan Yesus memberkati.
@Sdri lucia,
Haleluyah karena anda sudah menemukan Kebenaran di Gereja Tiberias Indonesia. Arah dan iman anda sudah benar, dan saya sarankan anda untuk tidak terlibat terlalu dalam pada perdebatan doktrin di situs ini karena disini terdapat banyak kontra faham yang saya khawatirkan dapat mengganggu suasana hati anda yang sudah tenang di dalam Kristus dng solagracia, solafide, sola scriptura. Teguhkan iman anda pada apa yang telah anda dapat dan pelajari dari Tiberias, karena anda sudah mengenal kebenaran, jamahan kasih Tuhan, dan sakramen yang benar. Perkuatlah wawasan anda dari Alkitab, dimana Tuhan telah mengajarkan banyak hal langsung kepada setiap anakNya.
Saya juga beribadah di GTI Tiberias (sama dng anda) sudah lebih dari 10 tahun hingga saat ini, dan saya dijamah Tuhan dng luarbiasa, mengalami mujijat yg spektakuler dlm hidup saya, dan bertumbuh dng iman sederhana dari Tuhan Yesus, serta menerapkan sakramen Perjamuan Kudus dan Minyak Urapan. Ingatlah Sdri lucia, anda sudah berada dalam komunitas yang baik, jadi hati-hatilah ketika anda berada disini. 1 Kor 15:33. Dan menurut saya disini bukan tempat yang tepat untuk anda berdebat, tapi tempat yang baik untuk memberitakan iman yang benar seperti yang sudah anda temukan di Tiberias. Anda sudah berada di tanah yang baik, hati2 ketika anda menginjak jalanan dan tanah berbatu. Silakan baca Lukas 8:5-8.
Demikian saran saya sebagai saudara seiman, doa saya kiranya anda bertumbuh makin kuat di Tiberias dan berbuah makin banyak bagi kemuliaan nama TUHAN kita YESUS KRISTUS. Segala pujian, hormat, sembah, syukur, dan doa kita hanya layak kita panjatkan kepada TUHAN YESUS KRISTUS saja.
Jesus Bless You Lucia…
Shalom Kevin dan Lucia,
Terima kasih atas tanggapannya. Saya tidak mempermasalahkan kalau anda berdua telah merasakan kasih Tuhan di gereja Tiberias. Namun, anda berdua yang datang ke site ini dan mempertanyakan iman Gereja Katolik. Menjadi hak anda untuk bertanya dan menjadi hak kami untuk menjawab sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Dan kalau Lucia maupun anda ingin berdiskusi tentang dogma dan doktrin dari Gereja Katolik yang dipandang salah dan tidak sesuai dengan Alkitab, maka saya membuka diri saya. Saya percaya, seperti yang Lucia katakan bahwa dia pindah ke gereja Tiberias karena alasan kebenaran dan bukan karena alasan pribadi. Dan kebenaran inilah yang dapat didiskusikan kalau masing-masing pihak bersedia untuk berdiskusi. Dengan berdialog, maka anda dapat memberitakan kebenaran yang telah anda temukan, dan sebaliknya saya juga memberitakan apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik. Jadi, kalau anda mengatakan “hati-hatilah ketika anda berada disini“, maka saya tidak tahu apa yang perlu dihati-hatikan, apalagi kalau anda mengumpamakan site ini sebagai jalanan dan tanah yang berbatu (Lk 8:5-8) dan membawa pengaruh buruk (1Kor 15:33). Namun, akhirnya semua itu adalah keputusan dan hak anda berdua. Kalaupun ada dialog yang terjadi, semoga dialog tersebut dapat membawa kita kepada Sang Kebenaran itu sendiri. Jadi, mari kita bersama-sama membawa hal ini di dalam doa.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
@lucia dan kevin
Saya setuju dengan saudara kevin, firman tidak untuk diperdebatkan tetapi untuk di percaya, sampaikan aja kebenaran biar roh kudus sendiri yang akan mencelikkan mata mereka yang buta. Doktrin gereja tuh perintah manusia dan sangat berlawanan dengan firman Tuhan sendiri, Jesus is God
Shalom Abraham,
Terima kasih atas tanggapannya. Seperti yang telah saya jelasan kepada anda, katolisitas.org adalah situs yang memberikan pengajaran Gereja Katolik. Kami terbuka kalau anda ingin berdiskusi. Adalah menjadi hak anda untuk mengatakan sesuatu yang berbeda dengan pengajaran Gereja Katolik, namun di satu sisi menjadi hak dari tim katolisitas.org untuk menyanggahnya dan memaparkan apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja Katolik. Kalau anda mengatakan bahwa kami buta dan doktrin Gereja Katolik hanyalah buatan manusia semata, silakan menyebutkan satu doktrin dari Gereja Katolik yang berlawanan dengan Firman Tuhan. Dan kemudian kita dapat membahasnya secara lebih mendalam. Dengan demikian dapat terjadi dialog yang baik dan tidak hanya sekedar tuduhan yang tidak disertai dengan bukti-bukti yang baik. Semoga hal ini dapat diterima oleh Abraham.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,stef – katolisitas.org
Shalom Stefanus,
Saya bukan ingin berdiskusi tetapi saya hanya menyampaikan kebenaran firman Tuhan, karena itu perintah Tuhan sendiri. setiap firman yang ditabur tidak akan kembali dengan sia-sia tetapi dia akan melaksanakan kehendak Tuhan dengan kekuatan kuasanya. Oke saya kasik doktrin mu yang yang bertentangan dengan firman Tuhan, salah satunya adalah maria sebagai mama nya Allah. padahal Dia adalah yang awal dan yang akhir, kalo mama artinya lebih awal dari Dia sendiri dan ini juga jelas salah, baca juga galatia 4:4-5 maria tuh perempuan yang takluk akan hukum taurat (BERDOSA) oleh sebab itu Yesus menebusnya atau menggantikan tempat kita dengan cara lahir dari perempuan berdosa diwakili oleh Maria ( keturunan hawa yang jatuh dalam dosa asal) supaya kita diangkat menjadi anak bapa yang disurga. Di ayat itulah menerangkan dengan jelas tentang siapa Maria itu. jadi dia sebagai bunda allah tuh pemikiran manusia aja yang melihat secara daging bukan secara roh. Kalo anda berpikir secara logika maka maria adalah istri Allah, sedangkan Allah tidak kawin, karena yang kawin adalah manusia. ratu surga yang kalian klaim sebagai maria tuh terlalu dipaksakan karena dalam perjanjian lama pun Allah menentang penyembahan ratu surga. iblis yang menyesatkan pemikiran kalian tuh dengan segala cara supaya anda menyembah figur ratu surga tetapi supaya tidak terkena firman Tuhan dia memakai figur Maria jadi seakan2 benar tetapi salah supaya tidak kena firman Tuhan tapi sayangnya Anak2 Tuhan yang benar tidak bisa ditipu. anda juga membuat tanda salib dengan bapa putra roh kudus. kan ga ada ibunya? jadi salah tuh maria bunda allah. Tuhan Yesus mengubahkan anda. Halleluya . Amen
Shalom Abraham,
Terima kasih atas tanggapannya. Kalau anda mengatakan bahwa anda tidak ingin berdiskusi namun hanya menyampaikan kebenaran Firman Tuhan, maka sebenarnya ini adalah pernyataan yang berat sebelah. Di satu sisi, apa yang kita lakukan adalah suatu diskusi. Di sisi lain, anda mengatakan hanya menyampaikan kebenaran Firman Allah. Tidak menjadi masalah kalau anda hendak menyampaikan apa yang anda pandang adalah suatu kebenaran Firman Allah. Untuk mengatakan bahwa apa yang anda paparkan adalah sesuai dengan kebenaran Firman Allah, maka harus dibuktikan lebih lanjut. Dengan demikian, mari kita berdiskusi dengan baik.
Anda telah menyampaikan beberapa keberatan doktrin dari ajaran Gereja Katolik yang anda pandang tidak alkitabiah. Saya telah menghapus beberapa komentar anda, mengingat apa yang anda kemukakan sebenarnya telah dibahas secara panjang lebar di dalam beberapa link yang saya berikan. Saya menyarankan, agar anda membaca link-link yang saya berikan, dan kemudian, bergabunglah dalam diskusi tersebut. Mohon untuk tidak memulai diskusi dari awal, namun usahakan memberikan argumentasi yang baru, sehingga substansi dari diskusi menjadi semakin dalam. Cobalah berkonsentrasi pada satu topik diskusi dan kemudian berfokuslah pada satu topik. Setelah diskusi satu topik selesai, maka anda dapat melanjutkannya ke topik yang lain. Berikut ini adalah link-link yang menjawab semua pertanyaan anda:
1. Keberatan tentang Maria sebagai Bunda Allah – silakan klik.
2. Keberatan Maria yang tanpa dosa – silakan klik dan klik ini.
3. Tentang Maria sebagai Ratu Sorga – silakan klik.
4. Tentang menyembah patung – silakan klik dan klik ini dan klik ini juga. Silakan membaca artikel ini – silakan klik.
5. Tentang Gereja Katolik didirikan oleh Yesus di atas rasul Petrus:
Apa artinya menjadi seorang Kristen?
Keutamaan Petrus (4): Menurut Dokumen paling awal Gereja
Keutamaan Petrus (3): Tanggapan terhadap mereka yang menentang keberadaan Petrus di Roma
Keutamaan Petrus (2): Bukti sejarah tentang keberadaan Rasul Petrus di Roma
Keutamaan Petrus (1): Menurut Kitab Suci
Gereja Tonggak Kebenaran dan Tanda Kasih Tuhan (Bagian 5 – Selesai)
Gereja Tonggak Kebenaran dan Tanda Kasih Tuhan (Bagian 4)
Gereja Tonggak Kebenaran dan Tanda Kasih Tuhan (Bagian 3)
Mengapa Kita Memilih Gereja Katolik
Gereja Tonggak Kebenaran dan Tanda Kasih Tuhan (Bagian 2)
Gereja Tonggak Kebenaran dan Tanda Kasih Tuhan (Bagian 1)
Diskusi yang lain dapat dilihat di sini – silakan klik.
6. Tentang ekklesiologi dan perpecahan gereja – silakan klik.
7. Tentang Wahyu Allah dan kebenaran – silakan klik.
8. Tentang Ex-Cathedra (Paus tidak dapat salah) – silakan klik dan klik ini.
9. Tentang Perjamuan Suci – silakan klik dan klik ini.
10. Tentang menerima satu rupa dalam Ekaristi – silakan klik.
Jadi, sekali lagi, pilihlah satu topik saja dari beberapa hal yang telah anda komentari. Silakan melihat diskusi yang telah berlangsung, baik diskusi dengan dasar Alkitab, sejarah, apa yang dikatakan oleh jemaat perdana, dll. Minimal, anda dapat melihat bahwa dogma dan doktrin dari Gereja Katolik mempunyai dasar yang kuat. Anda dapat tidak setuju dengan beberapa pemaparan di atas, namun kalau anda memang berniat berdiskusi secara serius, cobalah membaca terlebih dahulu link-link di atas, dan kemudian anda dapat memberikan argumentasi yang baru yang belum pernah dibahas. Atau anda juga dapat memberikan argumentasi yang lebih mendalam. Saya minta maaf, terus terang kami tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memulai diskusi dari awal. Mohon dapat dimaklumi. Dan anda juga dapat melihat ada banyak diskusi dilakukan oleh orang-orang yang dulunya Katolik dan kemudian berpindah ke gereja lain. Jadi, sama seperti anda, mereka juga mempunyai niat baik untuk memperingatkan umat Katolik dari pengajaran yang seolah-olah bertentangan dengan Firman Tuhan. Namun, dari pengalaman berdiskusi, banyak dari antara mereka sebenarnya tidak mengerti secara persis apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik. Oleh karena itu, bacalah terlebih dahulu diskusi tersebut, sehingga minimal anda dapat menangkap secara persis apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik, dan kemudian anda dapat membuat sanggahan. Semoga usulan saya dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
untuk IBU LUCIA
Saya seorang KATOLIK…
kepindahan anda menjadi seorang Kristen Protestan sebuah hal yang menggembirakan APABILA selama di Gereja tersebut ibu bisa lebih dekat dengan TUHAN YESUS…
setelah ibu pindah dari Katolik apakah Ibu Benar” mendapatkaN perubahan???
APAKAH SETIAP PERBUATAN DAN PERKATAAN IBU MENCERMINKAN SEORANG KRISTIANI (PENGIKUT KRISTUS)???
INI TIDAK HANYA UNTUK IBU LUCIA, KITA SEMUA MERENUNGKAN APAKAH SAYA/KITA SEBAGAI PENGIKUT KRISTUS TELAH MENCERMINKAN TUHAN DALAM KEHIDUPAN KITA?
APALAGI DALAM KEHIDUPAN SEKARANG APAKAH KITA SUDAH MEMBERIKAN YANG TERBAIK BAGI TUHAN YESUS?
APAKAH KITA KITA SUDAH SALING MELAYANI? SALING MENGASIHI? SALING MENGHORMATI? SALING MENGAMPUNI? SALING MENGINGATKAN…
MARI KITA SEBAGAI PENGIKUT KRISTUS SALING BERSATU UNTUK MEMPERMULIAKAN NAMA TUHAN YESUS…
AMIN
[dari katolisitas: pertanyaan utamanya adalah apakah sebelum berpindah ke gereja lain, Lucia telah benar-benar mempelajari iman Katolik dengan sungguh-sungguh? Hanya Tuhan dan Lucia yang dapat menjawabnya.]
Terima kasih kepada Ibu Ingrid dan seorang Ibu yang telah merespond saya….salam damai dan sejahtera untuk kita semua. Mari kita berdamai dan berpikiran positif….Tuhan beserta kita.
[Dari Katolisitas: Komentar ini dipindahkan dari artikel Akhir Jaman -1, karena lebih menyangkut ke topik di atas]
SHALOM: Ingrid Listiati
Saya hanya ingin tau sedikit penjelesannya dari agama katolik..
*Kenapa di katolik membuat patung bunda maria?? dan boleh disembah didepan patung tersebut?
Untuk pertanyaan diatas tersebut: Karena ada alasan di dalam Firman Tuhan:
Keluaran 20:3-5
* Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
*Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
* Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
Dari pertanyaan diatas, jelas mengatakan patung yang menyerupai apapun tidak boleh disembah, termaksud patung Yesus dan bunda maria. Bila menyembahnya maka akan terkena kutukan 4generasinya, dari anak, cucu, dan seterusnya.
knapa di katolik menyembahnya dengan membuat patung bunda maria dan juga patung Yesus??
Karena setiap apapun yang disembah di depan patung, yang buatan tangan manusia patung tersebut, yang masuk adalah roh yang menyerupai patung tersebut. tetapi bukan Allah.
doa yang benar adalah berdoa melalui roh dan kebenaran.
itu yang perlu saya tau dari agama katolik knapa juga diperbolehkan menyembah bunda maria dan dibuatnya patung tersebut.
Tolong penjelasannya, karena kebenaran Firman penting buat semuanya.
Yesus memberkatimu.
Nael
Shalom Nael,
Komentar anda saya pindahkan ke bawah artikel di atas: “Orang Katolik tidak menyembah patung” karena artikel di atas lebih berkaitan dengan pertanyaan anda. Silakan anda membaca artikel di atas, silakan klik terlebih dahulu, dan juga tanya jawab tentang berhala, di sini, silakan klik. Sebab dari situ anda akan mengetahui dasar ajaran Gereja Katolik tentang hal yang anda tanyakan. Karena di kedua artikel tersebut beserta tanya jawab di bawahnya sudah sangat panjang lebar dijabarkan, maka saya tidak ingin mengulanginya lagi di sini.
Prinsipnya, bagi Gereja Katolik, patung itu hanya lambang/ alat bantu untuk mengarahkan hati kepada Allah, sehingga karena hanya alat, maka tidak disembah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
@ Inggrid
Tuhan Yesus tidak mau disamakan oleh apapun apalagi dengan benda buatan tangan manusia seperti Patung. Dia hanya mau tinggal didalam Manusia melalui roh kudusnya. Patung tuh bisa dimasuki oleh setan karena setan juga ingin disembah, Setan lebih suka masuk ke patung Figur yang seharusnya disembah karena dia adalah bapa penipu, Iblis akan menyamar sebagai malaikat terang. ada tertulis di alkitab, Baca yesaya 42:8 Tuhan tidak akan memberikan kemuliaan dan kemasyuran kepada patung. Jangan mau ditipu iblis, senjatanya adalah firman Tuhan sendiri JBU All, Amen
Shalom Abraham Martinus,
Ya, saya juga setuju bahwa Yesus tidak mau disamakan dengan patung; dan Gereja Katolik tidak pernah menyamakan Yesus dengan patung. Jika anda sampai berpendapat bahwa Gereja Katolik menyembah patung atau menyamakan Yesus dengan patung, anda salah paham.
Patung Yesus yang ada dalam gedung gereja atau yang ada di rumah- rumah umat Katolik, bukan untuk disamakan dengan Yesus. Patung atau gambar Yesus itu hanya simbol saja, sama seperti ketika anda memasang foto anda sekeluarga di ruang tamu rumah anda. Tentu foto itu bukan anda sendiri, dan bukan keluarga anda. Dan kalau anda saja mempunyai foto anda di rumah anda, atau di KTP anda, tentu adalah sah untuk memasang foto Tuhan kita di rumah kita, dan di rumah Tuhan (yaitu gereja). Semua orang yang berakal sehat mengetahui bahwa gambar orang itu tidak sama dengan orang yang digambarkannya, sehingga tidak perlulah anda menuduh bahwa orang Katolik menyamakan patung Yesus dengan Yesus. Adapun jika umat Katolik memasang gambar Yesus di tempat yang layak, adalah sesuatu yang normal, seperti halnya anda memperlakukan gambar foto keluarga anda di rumah anda, yang juga akan ditempatkan di tempat yang layak. Jika sampai patung/ gambar Yesus diberikan tempat yang khusus, juga merupakan sesuatu yang normal, sebab Yang digambarkan bukan orang biasa, tetapi adalah Tuhan kita. Gereja Lutheran- pun ada juga menempatkan patung Yesus di tempat yang khusus, dengan relief gambar Yesus yang diberi tempat lilin- lilin di depannya, tempat umat dapat berdoa. Silakan melihat gambarnya dalam dialog berikut.
Apakah Gereja Katolik menyembah berhala, dialog 1
Apakah Gereja Katolik menyembah berhala, dialog 2
Apakah berhala itu?
Silakan anda membacanya terlebih dahulu, sebelum anda memberikan argumen, sebab kami juga menerima dan mengamini Yes 42:8.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Damai/Shalom semuanya.
Saya datangnya daripada Malaysia dan sangat berterima kasih atas perbincangan ini yang banyak membantu kita agar kita tumbuh dalam iman kita sebagai seorang katolik. Ini la curahan cinta kasih yang diberikan oleh Yesus sendiri dimana kesannya sehingga kini kita rasai… Ini la dia kuasa Roh Kudus yang mengikat kita menjadi satu seiring dengan misi Yesus. Saya sangat terharu dengan perbincangan ini walaupun ada beberapa perkataan yang saya tidak begitu fahami, tetapi Dia, telah menyentuh hati saya untuk membaca perbincangan ini dan lebih mendalami Alkitab.
Terima kasih sekali lagi
Damai berserta kita semua.
Syalommmm……..buat saudara/i yang dikasihi YESUS KRISTUS
Jangan pernah menghakimi, jika tidak ingin dihakimi, karena yang layak melakukan itu hanyalah DIA.
Saya adalah dari aliran protestan….
Menurut iman saya, tidak peduli kamu dari gereja mana, asalkan beralaskan KRISTUS!!!!
Sekalipun banyak patung2 di sekitarmu, jika hati kita fokus hanya untuk menyembah DIA, pastinya akan dilihat, bukan dengan mata manusia, tetapi mata TUHAN. Karena apapun yang ada di dalam hati kita tidak ada yang dapat menerawangnya, hanya TUHAN YESUS KRISTUS yang mampu lakukan….
Siapa yang menerima AKU (YESUS) dan mengakui AKU sebagai Juruselamat manusia dia adalah orang-orang yang memperoleh keselamatan…., Bukan tergantung di mana kita berGEREJA….karena GEREJA itu hanya gedung, Tapi jadikanlah hidup kita menjadi rumah ibadah bagi DIA. MAri lebih tingkatkan lagi hubungan intim kita pribadi dengan ALLAH melalui YESUS KRISTUS…..
TUHAN memberkati…………….
Shalom Medi,
Ya benar, yang menghakimi kita manusia adalah Kristus. Maka rubrik ini memang tidak dimaksudkan untuk saling menghakimi. Yang kami usahakan untuk disampaikan di sini adalah kebenaran ajaran Kristus, yang tertuang dalam Kitab Suci dan Tradisi suci para rasul, yang sampai sekarang dilestarikan oleh Gereja Katolik.
Maka, kami mengucapkan selamat datang kepada anda, meskipun anda bukan Katolik. Kita mempunyai banyak persamaan dalam hal iman, terutama karena kita sama- sama mengimani Kristus sebagai Tuhan dan Penyelamat kita; dan ini sangat besar artinya. Namun karena ini adalah situs Katolik, maka tentu wajar jika kami menyampaikan pengajaran Gereja Katolik; dalam hal ini adalah bahwa kami tidak menyembah patung. Syukurlah kalau Medi dapat melihat bahwa kami tidaklah demikian.
Namun mengenai Gereja, Kitab Suci tidak mengajarkan bahwa Gereja itu hanyalah gedung atau rumah ibadah. Gereja adalah keluarga Allah, “jemaat Allah yang hidup”, maka bukan hanya sekedar bangunan. Rasul Paulus mengatakan,
Oleh karena itu Gereja Katolik juga mengajarkan demikian. Sebab, Kristus hanya mendirikan satu Gereja, yaitu pada saat Ia mengatakan kepada Rasul Petrus,
Maka Gereja Katolik juga mengajarkan demikian, dan bahwa Gereja yang dibangun di atas batu karang (Petrus) ini masih eksis sampai saat ini di dalam Gereja Katolik. Jika Medi ingin membaca mengenai hal ini, anda mungkin dapat membaca artikel ini, silakan klik.
Demikian yang dapat saya tuliskan untuk komentar anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Yupz….
intinya…gereja Katholik adalah gereja yang paling kaya….
tapi…Yesus itu maha baik dan maha Kasih…
jadi….
biarlah..kekayaan itu dipinjam oleh beberapa saudara kita….untuk mendirikan sebuah “gereja baru”..
dan biarlah kita tetap rendah hati…
yang terpenting adalah…
diama ada Yesus…disana ada keselamatan…
semua kembali pada kita..”Maukah kita menikmati kekayaan yang terbesar yang ada di dalam gereja Katolik”.
JBU
Begitu banyak sudah ku datangi berbagai website untuk memenuhi dahaga ku terhadap pengetahuan iman katolik yang kusadari sangat minim skl.Namun kini, pencarian ku sepertinya akan berakhir sudah karena telah menemukan salah satu sumber mata air iman yang bukan hanya menyegarkan namun juga menyejukkan.trims utk tim katolisitas.org…Tuhan Memberkati kita semua. amin
Damai Sejahtera bagimu Sobat LUCIA.
Saya sangat sedih, Yesus Kristus yang kamu kenal adalah Yesus Kristus yang ‘ kaya ‘ materi semata.
Padahal, Yesus Kristus dalam Menyampaikan Kabar Keselamatan dengan sikap dan tauladan yang sangat sederhana dan cendrung pada standar hidup manusia yang paling ‘ minim ‘.
Perhatikan pada kelahirannya hanya di ‘ palungan ‘ bukan di fasilitas bersalin yang mewah kala itu. Mengabarkan Kabar Keselamatan dengan berjalan kaki, walaupun pada zaman itu ada unta terbaik dan mahal untuk dapat DIA pakai dengan kuasa dan kekayaannya. Justru memakai ‘ keledai ‘ sebagai simbol kerajaanNYA.
Saya setuju Yesus Kristus ‘ kaya ‘ di bumi dan di surga, tetapi itu bukan materi duniawi. Sehingga umat katholik yang misa ditenda tenda adalah sesuai dengan ‘ pengharapan ‘ Yesus Kristus sendiri :
HAL MENGUMPULKAN HARTA
Injil Matius 6 : 19 – 24
6:19 “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya.
6:20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya.
6:21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.
6:22 Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu;
6:23 jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
6:24 Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”
ORANG MUDA YANG KAYA
Injil Matius 19 : 21 – 26
19:21 Kata Yesus kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”
19:22 Ketika orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak hartanya.
19:23 Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sukar sekali bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
19:24 Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”
19:25 Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?”
19:26 Yesus memandang mereka dan berkata: “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.”
YESUS MENYUCIKAN BAIT ALLAH
Injil Matius 21 : 12 – 14
21:12 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati
21:13 dan berkata kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”
21:14 Maka datanglah orang-orang buta dan orang-orang timpang kepada-Nya dalam Bait Allah itu dan mereka disembuhkan-Nya.
Bagaimana sobat Lucia ….???
Semoga bermanfaat ….!!!
Damai Kristus berserta kita .
Demi nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus. Amiiiin.
Walaupun Katholik bilang tidak menyembah patung, fakta dan praktek nya adalah katholik berperilaku, bertindak menyembah patung. itu adalah realitas
Shalom Bejo,
Agaknya kita berbeda pendapat dalam hal ini, sebab dasar pengertian anda berbeda dengan pengertian kami. Penghormatan yang dilakukan oleh orang Katolik adalah kepada siapa yang dilambangkan oleh patung itu, jadi hampir mirip dengan penghormatan bendera kebangsaan. Jika kita melihat bahwa tiang bendera ditempatkan di tempat yang layak di gedung-gedung pemerintahan, dan orang menunjukkan sikap hormat kepada bendera pada saat menyanyikan “Indonesia Raya”, tentu kita tidak mengatakan bahwa orang-orang sedang “menyembah” bendera, tetapi sedang menghormati negara Indonesia.
Demikianlah, Gereja Katolik hanya menggunakan simbol/ lambang saja untuk menggambarkan Yesus atau orang-orang Kudus untuk membantu umat mengangkat hati kepada Tuhan. Saya juga pernah sesekali mengikuti kebaktian umat Kristen Protestan, dan mereka juga menggunakan gambar-gambar Yesus di layar proyektor ketika diadakan lagu pujian dan penyembahan. Ini juga sebenarnya sama saja maksudnya, untuk mengangkat hati kepada Tuhan. Dan kalau dalam lagu-lagu jemaat mengangkat tangan, itu juga bukan untuk menyembah gambar di layar proyektor, tetapi untuk menyembah Tuhan Yesus yang digambarkan oleh proyektor itu.
Alangkah baiknya jika kita sebagai sesama saudara di dalam Kristus tidak berpikir negatif satu sama lain, apalagi menuduh sesuatu yang sudah jelas tidak demikian halnya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
@ Inggrid
Penghinaan banget perumpamaan kamu yang menyamakan Tuhan Yesus yang berkuasa dengan sebuah bendera yang merupakan benda mati yang dibuat oleh tangan manusia yang fana. Jangan menyebut nama Tuhan AllahMu dengan sembarangan Allah akan memandang bersalah orang yang menyebut namanya dengan sembarangan. Ayatnya udah aku kasik diatas jadi ga tak ulang2. Iman yang kita anut bukan karena melihat tetapi percaya, berbahagialah orang yg tidak melihat namun percaya. Tapi iman kmu iman katolik ya? kalau iman saya akan Yesus Kristus bkan iman rasuli. Penyembah2 yang benar adalah menyembah dalam roh dan kebenaran, bukan dalam patung ato gambar, sekarang saya tanya gimana dengan orang buta? berarti orang buta ga bisa menyembah Tuhan donk? kan ga kelitan patungnya? tetapi orang buta punya roh dan perbuatan serta sikap hati. Ya itu gereja terpengaruh gereja mu
Shalom Abraham,
Terima kasih atas tanggapannya. Menurut saya, anda sebenarnya terlalu emosional dalam menyikapi analogi yang diberikan oleh Ingrid. Silakan anda membaca secara lengkap kalimat yang ditulis, yaitu “Penghormatan yang dilakukan oleh orang Katolik adalah kepada siapa yang dilambangkan oleh patung itu, jadi hampir mirip dengan penghormatan bendera kebangsaan. Jika kita melihat bahwa tiang bendera ditempatkan di tempat yang layak di gedung-gedung pemerintahan, dan orang menunjukkan sikap hormat kepada bendera pada saat menyanyikan “Indonesia Raya”, tentu kita tidak mengatakan bahwa orang-orang sedang “menyembah” bendera, tetapi sedang menghormati negara Indonesia.” Jadi tidak ada yang menyamakan Yesus dengan bendera. Apalagi dengan mengingat perbedaan kata menghormati (dulia) dan menyembah (latria) – yang hanya dapat diberikan kepada Tuhan. Dan dalam kalimat di atas dikatakan “penghormatan” dan bukan “penyembahan“.
Anda mengatakan bahwa iman yang anda pegang bukan karena melihat namun percaya. Namun, bukankah iman juga timbul dari pendengaran (Rm 10:17)? Iman kita bukanlah iman yang buta, namun iman yang berdasarkan fakta yang diberitakan oleh para nabi, Yesus, para rasul, yang diteruskan oleh Gereja Katolik. Cobalah anda melihat apa yang anda imani – sebagai contoh tentang Perjamuan Suci – dan bandingkan dengan denominasi lain. Apakah keduanya mempunyai iman yang sama? Kalau tidak sama, apakah alasannya dan manakah yang benar?
Tentang gambar dan patung, bukanlah suatu esensi agar umat Katolik dapat berdoa, namun hanya sebagai sarana yang membantu. Jadi, tanpa patung maupun gambar, umat Katolik tetap dapat berdoa dan menyelenggarakan Perjamuan Suci. Namun, pembahasan di atas hanya untuk menerangkan bahwa tidaklah benar untuk mengatakan bahwa umat Katolik menyembah berhala karena ada banyak gambar dan patung di dalam gereja Katolik. Kalau anda ingin berdiskusi secara lebih mendalam tentang hal ini, saya mengundang anda untuk membaca dan berpartisipasi dalam diskusi ini – silakan klik dan juga di sini – silakan klik. Dan cobalah untuk memberikan argumentasi dengan baik, terstruktur dan tidak emosional. Semoga hal ini dapat diterima dengan baik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
@Abraham:
anak binatang bisa mengenali induknya waktu kecil, tetapi sesudah besar mungkin pengenalan itu menjadi hilang dan bahkan bisa membunuh induknya.
Hal ini jangan sampai terjadi kepada manusia. Kalau ini terjadi alangkah lebih hinanya manusia itu dibandingkan dengan binatang tadi.
Kesimpulan: Gereja anda hari terpisah dari gereja induk karena perpecahan dan kesombongan [edit]. Kalau anda rendah hati dan memiliki hati seorang anak yang terpisah dari ibunya, maka anda akan berusaha untuk mencari tahu sebenarnya ibu yang melahirkan kamu ke dunia ini siapa? Kenalilah dia, jangan mendengarkan kata kata orang tentang ibu yang melahirkan kamu, tapi carilah dia ada di mana?dan bertanyalah langsung kepadanya mengapa kalian sampai terpisah. tidak ada ibu yang meninggalkan anak. yang ada anak meninggalkan ibu, dari analogi tadi , kita jangan kalah level dari binatang karena kita manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar dan rupa Allah.
Pengenalan anda kepada Yesus hari ini ada karena pengajaran para rasul, sekaligus menunjukkan bahwa iman yang diteruskan oleh para Rasul . jadi tolong hapus kata kata “iman rasuli” dalam tanggapan anda. Hargailah setiap jasa para rasul yang mengorbankan diri buat iman anda. Jangan menjadi kacang lupa kulit. atau jangan seperti analogi binatang yang saya sebutkan diatas. Karena mereka(para rasul) anda dapat beriman pada hari ini. [edit] Yesus bisa saja menyelamatkan manusia secara langsung, tetapi Dia tetap butuh kerjasama manusia dalam peranNya dan salah satunya para Rasul dan para Kudus, Santo dan Santa untuk melibatkan semua manusia dalam karya keselamatan Allah. [edit]. semuanya tercatat di ATAS.
Salam damai kasih Kristus untuk semuanya.
Saya sunjoyo, dibaptis menjadi katolik roma sejak saya smp kelas 1. Sejak kecil saya memang mempunyai jiwa pemberontak, kekanak2an, egois, dan selalu ingin menang sendiri biarpun orang lain susah karena perbuatan saya.
Lalu pada tahun 2000-an(tepatnya saya lupa), seorang teman mengajak saya ke “pertapaan karmel” di Tumpang-Malang. Malam hari diadakan acara sharing oleh para pengunjung dengan didampingi beberapa suster dan frater, tapi saya tidak ikut sharing masalah atau pengalaman, hanya mendengarkan saja, sebab saya merasa tidak ada yang salah dengan diri saya dan tidak ada beban pula. Kemudian di tengah acara seorang suster berkata, ” Jangan khawatir, bawalah segala beban, dan masalahmu kepada Yesus. Dia sungguh mengasihi engkau, lihatlah luka2 dan bilur2 yang telah Dia tanggung untukmu(sambil menunjuk pada patung Yesus disalib di depan ruangan). Saya melihat patung tersebut, tidak ada yang istimewa memang, tapi ketika melihat tangan dan kaki patung yang tertembus paku, terasa ada ngilu di dada dan mulailah saya introspeksi diri tentang apa yang sudah saya lakukan selama ini. Rasa sesal karena tidak melakukan perintahnya untuk mengasihi sesama, menghormati orang tua dll, sekejap muncul. Tak terasa air mata menitik, tubuh terasa gerah, wajah terasa panas dan saat itu juga saya mohon ampun kepada Tuhan Yesus karena kesalahan saya. Tak lama kemudian saya merasakan desiran angin lembut yang sejuk berhembus pada tubuh saya, dan merasakan bahwa Tuhan Yesus bersedia hadir dalam hati saya.
Yang ingin saya sampaikan adalah, saat saya berdoa atau bermeditasi dengan mata tertuju pada patung, hati saya tetap tertuju pada Tuhan. Patung bagi saya adalah media pembantu seperti saat kita ingin minum, kita menggunakan alat berupa gelas. Itu saja tidak lebih. Dan bagi saya pribadi hal tersebut sangat membantu.
Shalom, Sunjoyo.
Salam kasih persaudaraan dalam Kristus.
Saya senang sekali dengan adanya situs ini, sehingga kita bisa bertanya tentang iman ajaran katolik yang benar, atau bisa sharing seperti yang saya, sdri Lucia, dan yang lain lakukan. Saya yakin dengan bertanya dan sharing kita akan semakin berkembang dalam iman sebab kiata sama2 meyakini Trinitas.
Saya hanya ingin menyampaikan kepada sdri Lucia bahwa sebelum tahun 2000 saya hanyalah katolik KTP saja, saya juga mengalami keadaan iman seperti saat saudari Lucia masih bergumul(kalau sekarang sy tdk tahu apakah sdri Lucia msh dalam pergumulan) terutama sejak saya kuliah di salah satu univ Kristen di Sby dimana banyak teman2 Kristen yg sangat pintar berkotbah. Namun saya tidak begitu saja mentah2 menerima pendapat mereka sebab saya ingin apabila saya pindah ke Kristen, maka kepindahan itu haruslah benar2 menyelamatkan. Lalu saya mulai banyak membaca buku, artikel, literatur kuno di perpustakaan. Dari situ saya menjadi tahu bahwa Rasul Petrus ditunjuk oleh Yesus sebagai pemegang kunci “pintu” menuju kerajaan surga sebenarnya mempunyai tujuan untuk menjaga persatuan dan kesatuan sebagai satu tubuh, yakni dalam gerejanya. Dan karena sesuai tradisi gereja, Paus adalah penggati yang ditunjuk oleh Rasul Petrus, saya yakin “pintu” itu adalah gereja Katolik.
Jadi, saya merasa senang dan bersyukur sebab saya ada di depan “pintu” itu dan tidak jadi lewat jendela.
Semoga ini juga bisa menjadi bahan permenungan sdri Lucia, dan seandainya sdri Lucia ingin tahu buku2 yang sy baca, sy sarankan untuk yg pertama judul buku ” Mengapa saya berpindah menjadi Katolik”, sebab buku ini msh termasuk baru sehingga saya rasa masih ada di toko.
Dengan banyak membaca buku, artikel, bahkan kitab suci agama lain kita akan semakin bertumbuh dalam iman, jangan khawatir tersesat, mintalah bimbingan roh kudus selalu.
Shalom, GBU.
Shalom sanjoyo,
Rasanya sangat sedih kalau berkata bahwa dengan patung tersebut menjadi media pembantu, berarti anda tidak perlu Roh Kudus yang anda perlukan adalah patung, maaf kalau saya salah mengeri pernyataan kesaksian anda
Shalom Adri A,
Terima kasih atas komentarnya tentang masalah patung di dalam Gereja Katolik. Kalau anda ingin berdiskusi secara serius tentang topik ini, silakan bergabung di dalam diskusi ini – silakan klik. Dalam diskusi di link tersebut disebutkan dasar-dasar dari Alkitab.
Anda mengatakan “Rasanya sangat sedih kalau berkata bahwa dengan patung tersebut menjadi media pembantu, berarti anda tidak perlu Roh Kudus yang anda perlukan adalah patung, maaf kalau saya salah mengeri pernyataan kesaksian anda“. Tidak ada yang salah menjadikan patung sebagai media pembantu, sama seperti kita menemui salib kayu atau gambar-gambar Yesus dalam slide yang diproyeksikan untuk praise & worship di gereja-gereja non-Katolik. Tentu saja saya tidak dapat mengatakan bahwa umat gereja non-Katolik menyembah balok kayu atau menyembah gambar Yesus yang diproyeksikan, karena semuanya itu hanya sebagai alat bantu. Kita tahu bahwa penyembahan dan pujian umat Katolik kepada Tuhan tidak tergantung dari patung. Hal ini terlihat dari bentuk penyembahan tertinggi dari Gereja Katolik, yaitu Ekaristi, yang tidak memerlukan patung. Hal-hal external, seperti patung, lilin, ukupan, dll, hanyalah sebagai media pembantu, sehingga umat dapat lebih masuk dalam penyembahan kepada Tuhan. Jadi, kalau anda menyimpulkan bahwa dengan adanya patung menjadikan umat Katolik tidak perlu Roh Kudus, maka saya pikir argumentasi ini terlalu jauh, yang harus dibuktikan kebenarannya. Dengan logika yang sama, maka saya dapat mengatakan, bahwa kalau anda mempunyai foto istri anda, maka anda tidak perlu mengasihi istri anda, karena yang anda perlukan adalah foto istri anda. Silakan masuk ke link yang saya berikan, dan kita dapat berdiskusi dengan dasar-dasar Alkitab.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Betul. secara logika & kasat mata, ya menyembah patung. dulu saya katolik, akhirnya saya memutuskan keluar & skrng saya jemaat di Gereja Tiberias Indonesia-Balai Sarbini. saya bnyk belajar. setelah saya di Tiberias, saya diselamatkan Tuhan keluar dari katolik. sungguh ajaran katolik jauh sekali dari Alkitab, sbb :
– di Alkitab tdk pernah mengajarkan adanya Misa/Kebaktian Arwah.
– Maria, bunda Surgawi. tolong sebutkan ada di ayat apa dalam Alkitab?
– Kuburan Santo Petrus di Roma. yg benar aja? Petrus itu punya Istri & Ibu Mertua. Tolong baca PB.
– Barongsai masuk gereja katolik? aneh !!!! rumah Tuhan disatukan dng adat istiadat.
Anda orang katolik bisa mneghubungi Pdt. Theodores Tabaraka (Gereja Tiberias) yang akan menjawabnya.
– anak bayi dibaptis? aneh, bayi itu msh suci ,…… buat apa dibaptis,nanti dong bila sdh tau dosa …
Intinya : Terima Kasih Yesus Engkau telah menyelamatkan saya keluar dari katolik ….
Shalom Lucia,
Terima kasih atas kunjungannya ke website ini. Terima kasih juga untuk membagikan kisah anda yang sebelumnya umat Katolik dan kemudian berpindah ke gereja Tiberias. Saya tidak tahu apa alasan Lucia untuk berpindah ke gereja Tiberias. Apakah Lucia berpindah karena alasan mencari kebenaran dengan sungguh-sungguh atau karena alasan pribadi. Hanya Tuhan dan Lucia yang dapat menjawab pertanyaan ini. Apakah sebelum pindah, Lucia benar-benar mencari tahu dan belajar apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja Katolik? Saya mengundang Lucia untuk membaca artikel ini (silakan klik).
Lucia mengatakan “saya diselamatkan Tuhan keluar dari katolik“. Dari pernyataan ini, maka seolah-olah, anda berpendapat bahwa pada waktu anda di Gereja Katolik, anda tidak mendapatkan keselamatan. Menurut Lucia, bagaimana seseorang diselamatkan? Apakah umat Katolik dapat memperoleh keselamatan? Siapa sajakah yang dapat diselamatkan? Mungkin dari pertanyaan-pertanyaan ini dapat membawa kita kepada dialog tentang konsep keselamatan.
Lucia mengatakan “sungguh ajaran katolik jauh sekali dari Alkitab“. Semoga saja, pertanyataan ini dituliskan karena ketidaktahuan anda. Sebenarnya, semua pengajaran Gereja Katolik adalah Alkitabiah. Saya akan mencoba untuk menjawabnya satu persatu-satu. Semua pertanyaan Lucia sebenarnya telah dijawab di beberapa artikel dan tanya jawab di katolisitas. Lucia dapat melihat arsip tanya jawab di sini (silakan klik). Mari sekarang kita membahas keberatan-keberatan yang diajukan oleh Lucia:
1) Betul. secara logika & kasat mata, ya menyembah patung.
Silakan Lucia memberikan bukti-bukti tentang hal ini. Mungkin ada baiknya kita mulai dari definisi “menyembah“. Apakah yang dimaksud menyembah? Apakah karena umat Katolik berdoa di depan patung, maka secara otomatis umat Gereja Katolik menyembah patung? Apakah di gereja anda mempunyai salib? Apakah saya dapat mengatakan bahwa kalau semua umat berdoa di depan salib, maka semua umat berarti menyembah kayu salib? Apakah Lucia berdoa kepada kayu salib?
2) di Alkitab tdk pernah mengajarkan adanya Misa/Kebaktian Arwah.
a) Mungkin kalau dapat saya simpulkan, keberatan ini adalah suatu pernyataan bahwa Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa orang yang hidup tidak perlu berdoa untuk arwah, karena hubungan antara orang yang hidup dan yang mati tidak terjembatani. Pertanyaan ini telah dijawab dalam beberapa diskusi di sini (silakan klik), di sini (silakan klik), di sini (silakan klik), silakan juga melihat dialog panjang tentang hal ini di sini (silakan klik) – lihat juga di bagian bawah artikel tersebut, yang memuat begitu banyak dialog.
b) Secara prinsip, Gereja Katolik melihat bahwa orang yang telah meninggal di dalam Kristus adalah tetap hidup. Dengan demikian, maka ikatan antara orang yang hidup dan orang yang telah meninggal tidaklah terputus. Kita melihat bahwa Yesus bercakap-cakap dengan Musa dan Elia pada peristiwa transfigurasi. Inilah sebabnya, umat Gereja di dunia ini dapat juga mendoakan orang yang telah meninggal, yang mungkin masih berada di Api Penyuciaan – artikelnya dapat dibaca di sini (silakan klik). Dan umat yang berada di Sorga dapat mendoakan umat yang berada di Api Penyucian dan di dunia. Dengan demikian, semua umat (di Sorga, di Api Penyucian, di dunia) terikat dalam ikatan yang kudus, yaitu ikatan kasih di dalam Kristus.
3) Maria, bunda Surgawi. tolong sebutkan ada di ayat apa dalam Alkitab?
a) Lucia dapat melihat ayat tentang “Maria, bunda Sorgawi” di sebelah kanan kata Trinitas di dalam Alkitab, atau juga dapat dilihat setelah kalimat “sola scriptura” dan “sola fide“. Maaf, itu adalah jawaban yang tidak serius, namun juga mempunyai argumentasi yang cukup dalam. Gereja Katolik melihat bahwa pilar kebenaran ada tiga, yaitu: 1) Kitab Suci, 2) Tradisi Suci, dan 3) Magisterium Gereja. Silakan melihatnya di artikel ini (silakan klik).
Kalau Lucia mau konsisten bahwa kepercayaan anda bergantung pada kata-kata secara persis seperti yang disebutkan di dalam Alkitab, maka, anda juga tidak dapat percaya akan Trinitas, karena tidak ada kata Trinitas di dalam Alkitab. Anda juga tidak dapat percaya akan “sola fide atau iman saja” dan “sola scriptura atau Alkiatab saja”, dengan alasan yang sama. Iman yang kita percayai tidak harus bergantung kepada kata-kata secara persis, seperti yang disebutkan di dalam Alkitab. Namun, bukan berarti pengajaran tersebut – seperti Maria, Bunda Sorgawi, atau Ratu Sorgawi – tidak Alkitabiah. Pertanyaan ini juga telah dijawab di sini (silakan klik).
b) Secara prinsip, inilah jawaban yang dapat saya berikan:
Gelar ratu sorga ini mempunyai hubungan yang erat dengan Maria sebagai ibu dari Yesus, yang telah diberikan kepada umat Allah. Kalau Kol 1:18 dan Ef 4:15 mengatakan bahwa Yesus adalah kepala dari Tubuh, dan Gereja adalah Tubuh Kristus. Karena Maria melahirkan Sang Kepala dari Gereja, maka Maria juga menjadi ibu dari seluruh umat beriman. Martin Luther juga meyakini hal ini, sehingga dia mengatakan “Adalah sebuah penghiburan dan kebaikan Allah yang sangat berlimpah, bahwa manusia dapat bersuka ria dalam hal kekayaan [rohani] ini. Maria adalah ibunya, Kristus adalah Saudaranya, dan Tuhan adalah Bapanya. (Sermon, Natal, 1522) Maria adalah Bunda Kristus, dan Bunda semua dari kita, meskipun hanya Kristus sendiri yang beristirahat di lututnya…. Jika Ia [Kristus] adalah milik kita, maka kita harus berada di dalam keadaan-Nya’; di manapun Ia berada kitapun berada, dan semua yang menjadi milik-Nya adalah milik kita juga, dan ibu-Nya juga menjadi ibu kita.“(Sermon, Natal, 1529).
Bahwa Maria menjadi ibu kita adalah karena perintah dari Kristus sendiri yang mengatakan “26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” 27 Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” (Yoh 19:26-27). Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya, bahwa Maria adalah ibunya. Oleh karena itu, mengikuti apa yang dikatakan oleh Yesus, kita harus menerima Maria sebagai ibu spiritual kita.
Dan kalau Maria sebagai ibu dari Yesus yang menjadi raja di dalam Kerajaan Sorga, maka secara otomatis Maria menjadi ratu Sorga, karena dalam konteks kerajaan pada waktu itu, seorang ratu adalah ibu dari raja. Hal ini sama seperti kalau Yesus menjadi kepada dari Gereja, maka Maria menjadi ibu Gereja.
Dengan menerima Maria sebagai ratu sorga, maka kita harus juga menerima Maria sebagai ibu spiritual umat beriman. Dengan menerima Maria sebagai ibu, maka kita dapat dengan kepercayaan meminta doa-doa dari ibu kita, yang pasti mengasihi anak-anak-nya. Dan hal ini dapat berpengaruh kepada keselamatan kita, karena doa orang yang benar adalah besar kuasanya (Yak 5:16).
4) Kuburan Santo Petrus di Roma. yg benar aja? Petrus itu punya Istri & Ibu Mertua. Tolong baca PB.
Mungkin alasan bahwa Santo Petrus tidak mungkin ke Roma karena punya istri dan ibu mertua, kurang dapat dipertanggungjawabkan. Terlalu banyak bukti-bukti yang mendukung bahwa Petrus datang ke Roma dan menjadi paus pertama, serta akhirnya meninggal di Roma. Untuk itu, silakan membaca artikel ini (silakan klik).
5) Barongsai masuk gereja katolik? aneh !!!! rumah Tuhan disatukan dng adat istiadat.
Ada baiknya, kita tidak menghakimi ajaran Gereja Katolik yang sesungguhnya, dengan beberapa kasus, yang dapat digolongkan liturgi yang tidak benar. Kita dapat berdiskusi tentang topik ini secara tersendiri, yaitu tentang inkulturasi. Diperlukan kebijaksanaan dalam mengaplikasikan inkulturasi. Beberapa dialog dapat dilihat di sini (silakan klik). Tidak semua gereja melakukan hal yang sama. Di gereja Pluit, yang mayoritas umatnya adalah keturunan Tiong Hoa, mereka tidak memperkenankan barongsai masuk ke dalam Gereja.
Anda mengatakan “Anda orang katolik bisa mneghubungi Pdt. Theodores Tabaraka (Gereja Tiberias) yang akan menjawabnya.” Umat Katolik mempunyai pastor dan uskup yang dapat membimbing umatnya secara spiritual dan tidak perlu untuk menghubungi pendeta dari gereja lain.
6) anak bayi dibaptis? aneh, bayi itu msh suci ,…… buat apa dibaptis,nanti dong bila sdh tau dosa …
a) Untuk menjawab tentang hal ini, kita harus mengerti bahwa baptisan adalah perlu untuk mendapatkan keselamatan. Apakah dasarnya? Silakan melihat ayat-ayat ini: Mt 28:19-20; Kis 2:38; Mk 16:16; Yoh 3:3-5; Kis 8:12-13, 36, Kis 10:47; Kis 16:15, 31-33; Kis 18:8; Kis 19:2-5; Kis 9:18; Kis 22:16; Rm 6:4; 1 Kor 6:11; Gal 3:27; Kol 2:12; Tit 3:5-7; Ibr 10:22; 1 Pet 3:20-21.
Kalau Lucia ingin membaca dialog secara panjang lebar, silakan untuk membacanya di sini (silakkan klik). Kalau baptisan diperlukan untuk keselamatan, mengapa kita harus menghalangi bayi-bayi untuk datang kepada Tuhan? Bukankah Yesus mengatakan kepada para murid untuk tidak menghalangi anak-anak yang datang kepada-Nya? (lih. Mk 10:14).
7) Lucia mengatakan “Intinya : Terima Kasih Yesus Engkau telah menyelamatkan saya keluar dari katolik ….” Pertanyaan saya kepada Lucia, apakah sebelum keluar dari Gereja Katolik, Lucia benar-benar mencari tahu apa yang sebenarnya dipercaya oleh Gereja Katolik? Kalau alasan anda untuk keluar dari Gereja Katolik adalah karena pengajaran Gereja Katolik, saya bersedia berdialog dengan Lucia. Lucia dapat memilih salah satu topik yang paling mengganjal – misal tentang Maria, Api Penyucian, konsep keselamatan, dll. Pilihlah salah satu topik dan kita dapat mendiskusikannya secara mendalam.
Namun, kalau alasan Lucia untuk pindah ke gereja lain adalah karena merasa mendapatkan pertumbuhan spiritual, mendapatkan kotbah yang bagus, mendapatkan komunitas, karena pernah sakit hati dengan pastor atau umat dari Gereja Katolik, maka menurut saya alasan-alasan tersebut bukanlah alasan yang kuat (Saya tidak tahu tahu secara persis alasan Lucia dan hanya Lucia dan Tuhan yang tahu secara persis). Semua hal-hal di atas adalah berfokus kepada “saya” dan bukan kepada Tuhan. Dalam pencarian kebenaran, maka fokus utamanya bukan kepada saya, namun kepada kebenaran, baik kebenaran tersebut sulit maupun gampang. Menempatkan perasaan pribadi di atas kebenaran adalah bertentangan dengan kebenaran, karena kebenaran adalah lebih tinggi dari kita sendiri. Kebenaran tetap bertahan walaupun kita setuju maupun tidak setuju. Saya percaya bahwa kebenaran penuh ada di dalam Gereja Katolik yang telah Lucia tinggalkan. Silakan membaca artikel tentang hal ini di sini (silakan klik).
Kita tidak dapat mengasihi Yesus secara penuh, kalau kita tidak mengasihi Tubuh-Nya, yaitu Gereja Katolik. Di artikel tersebut, saya mencoba untuk membuktikannya. Oleh karena itu, saya mengundang Lucia untuk kembali ke Gereja Katolik, sehingga Lucia dapat mengasihi Yesus secara penuh. Saya mengundang Lucia untuk benar-benar mempelajari apakah Yesus sungguh mendirikan Gereja Katolik. Kalau memang hal ini benar, dan anda meninggalkan-Nya, maka anda tidak mengasihi Kristus secara penuh. Saya mengundang Lucia untuk membawa hal ini di dalam doa. Mintalah rahmat Tuhan untuk dapat mencari kebenaran dengan segala pikiran, hati dan kekuatan. Dan kalau Lucia bersedia, saya bersedia berdialog dengan Lucia. Saya juga turut berdoa. Lucia juga dapat membaca kesaksian Maria Brownell di sini (silakan klik). Cobalah baca perjalanan imannya dan bawalah hal ini di dalam doa. Mari kita bersama-sama mengasihi Yesus dengan segenap pikiran, hati dan kekuatan kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
terima kasih atas infonya.
maaf sebelumnya ada artikel dari anda utk saya kembali ke katolik. Jawaban saya “Tidak”.
di Gereja Tiberias inilah mata hati saya lebih terbuka apa yang harus saya lakukan untuk memuliakan Tuhan.
saya pindah katolik bukan alasan pribadi tetapi mencari kebenaran Firman Tuhan, dan ternyata luar biasa setelah saya pindah saya diajarkan untuk puasa, baca Alkitab, hidup jujur, takut akan Tuhan. dari ini semua akhirnya Yesus memberikan saya bahasa roh yang belum pernah saya dapat akhirnya saya dapatkan, saya bangga. banyak mukjizat yang telah saya dapatnya.
Ajaran yang diterapkan di Gereja Tiberias sesuai dengan di Alkitab, makanya tidak heran, coba anda cari di Wikipedia bahwa Gereja Tiberias mempunyai perkembangan jemaat tercepat dalam sejarah gereja di Indonesia. dan misinya adalah Mempersiapkan Jemaat Yang Kudus Misionaris dan siap ke Surga. Gereja yang mendapatkan banyak kuasa dari Tuhan.
Pendeta-pendeta Tiberias yang sangat luar biasa dipakai Tuhan. Saya bangga bisa beribadah di Tiberias.
mungkin ada tambahan sedikit info, saya lulus dari sekolah katolik, saya keluar dari katolik. jadi saya sdh tau semua katolik itu seperti apa?
saya 2x berdiskusi dengan Bapak Ir. Ciputra / owner Ciputra group, saat saya bertemu beliau beribadah Tiberias Hotel Ciputra, mengapa beliau sekeluarga besar keluar dari katolik sama dengan saya alasannya : mencari kebenaran Firman Tuhan.
GBU
Shalom Lucia,
Terima kasih atas komentarnya. Adalah menjadi hak anda untuk tidak mau kembali kepada Gereja Katolik, dan adalah menjadi hak kami untuk memaparkan iman Gereja Katolik. Dan karena saya percaya bahwa perpindahan anda dari Gereja Katolik ke gereja non-Katolik adalah bukan karena alasan pribadi semata, namun terutama karena kerinduan untuk menemukan kebenaran, maka saya membuka diri kalau anda ingin berdiskusi tentang dogma dan doktrin Gereja Katolik. Anda dapat bergabung dalam diskusi di topik “Mengapa berpindah dari Gereja Katolik ke gereja lain” di sini (silakan klik). Di link tersebut anda dapat melihat point-point diskusi baik dari Sherly maupun Indah. Silakan anda bergabung dan memberikan argumentasi yang baru atau menambahkan point-point yang ada.
Anda mengatakan “saya pindah katolik bukan alasan pribadi tetapi mencari kebenaran Firman Tuhan, dan ternyata luar biasa setelah saya pindah saya diajarkan untuk puasa, baca Alkitab, hidup jujur, takut akan Tuhan. dari ini semua akhirnya Yesus memberikan saya bahasa roh yang belum pernah saya dapat akhirnya saya dapatkan, saya bangga. banyak mukjizat yang telah saya dapatnya.” Justru karena saya percaya bahwa anda berpindah karena mencari kebenaran, maka saya membuka diri saya untuk berdiskusi dengan anda tentang dogma dan doktrin dari Gereja Katolik yang anda pandang tidak Alkitabiah. Kalau saja anda mau mencari dengan benar-benar kekayaan iman Katolik dan komunitas Katolik, maka anda akan mendapatkan semua hal tersebut.
Anda mengatakan “Ajaran yang diterapkan di Gereja Tiberias sesuai dengan di Alkitab, makanya tidak heran, coba anda cari di Wikipedia bahwa Gereja Tiberias mempunyai perkembangan jemaat tercepat dalam sejarah gereja di Indonesia. dan misinya adalah Mempersiapkan Jemaat Yang Kudus Misionaris dan siap ke Surga. Gereja yang mendapatkan banyak kuasa dari Tuhan.” Kalau anda mau berdiskusi tentang dogma dan doktrin, silakan memberikan argumentasi dan saya akan mencoba menjawab semampu saya. Tentang jumlah anggota, silakan anda melihat di wikipedia maupun di link-link yang lain, yang menyebutkan jumlah umat Katolik di dunia sekitar 1 – 1.2 Milyar. Tentu saja, saya menghargai kalau anda berbangga dengan gereja yang anda ikuti saat ini.
Anda mengatakan “mungkin ada tambahan sedikit info, saya lulus dari sekolah katolik, saya keluar dari katolik. jadi saya sdh tau semua katolik itu seperti apa?” Sayangnya, anda mempunyai banyak kesalahpahaman tentang apa yang sebenarnya dipercayai oleh Gereja Katolik. Kembali, saya membuka diri untuk berdiskusi dengan anda. Kalau anda benar-benar mengerti apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik, anda tidak akan berpindah dari Gereja Katolik ke gereja lain, karena kepenuhan kebenaran ada di dalam Gereja Katolik. Kalau mau, silakan memilih satu topik tentang dogma Gereja Katolik yang menjadi batu sandungan bagi anda, sehingga kita dapat membahasnya secara lebih mendalam.
Anda mengatakan “saya 2x berdiskusi dengan Bapak Ir. Ciputra / owner Ciputra group, saat saya bertemu beliau beribadah Tiberias Hotel Ciputra, mengapa beliau sekeluarga besar keluar dari katolik sama dengan saya alasannya : mencari kebenaran Firman Tuhan.” Saya tidak meragukukan niat baik anda dan Ir. Ciputra untuk mencari kebenaran sejati. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah sebelum anda pindah anda telah benar-benar mencari dengan sungguh-sungguh apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja Katolik? Hanya anda dan Tuhan yang tahu jawabannya.
Semoga Tuhan memberkati perjalanan spiritualitas anda dan mari kita bawa diskusi ini di dalam doa, mohon agar Roh Kudus sendiri memberikan penerangan bagi akal budi kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Jangan ditanggapi Lucia, stefanus berbicara tidak hanya tentang Alkitab tetapi alkitab yang sudah ditambahi dengan ajaran2 manusia jadi ga bakal ketemu. hukuman menambahi firman Tuhan Sudah menanti di kitab wahyu. Kita berdoa aja untuk saudara kita stefanus agar dia hanya mendengar Firman Yang Benar dan murni. No Added
Shalom Abraham,
Terima kasih atas tanggapannya yang menyarankan orang lain untuk tidak menanggapi. Adalah menjadi hak anda dan Lucia untuk mau atau tidak menanggapi komentar yang diberikan oleh katolisitas. Dan saya yakin anda juga menyadari, bahwa menjadi hak katolisitas untuk menanggapi atau tidak menanggapi komentar yang masuk. Kalau anda memang beranggapan bahwa tulisan yang saya berikan tidaklah sesuai dengan Alkitab, maka anda dapat menunjukkan bagian mana dari tulisan saya yang bertentangan dengan Alkitab. Silakan bergabung dalam diskusi ini – silakan klik. Kalau anda percaya anda mendengarkan Firman yang benar dan murni, maka dibagian manakah dikatakan pengajaran Sola Scriptura dan bagaimana anda menerangkan pengajaran yang benar dan murni dengan perpecahan 28,000 denominasi Kristen? Bagaimanakah menentukan gereja mana yang benar-benar menjalankan Firman secara benar dan murni? Silakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya berikan, sehingga kita dapat meneruskan diskusi ini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Bisa tolong dijelaskan ajaran-ajaran manusia yang anda maksud itu yang mana?
Belajar agama itu Pake Iman bukan Logika apalagi Emosi….
Aku percaya akan roh kudus
Gereja Katolik yang kudus
Persekutuan para kudus
Pengampunan dosa
Kebangkitan badan
Kehidupan kekal
Amin………
Salam Damai………
@Lucia: Tolong beli dan baca buku berikut ini jika anda berminat mencari kebenaran dan keutuhan iman dalam Gereja Katolik :
1. MENGAPA SAYA BERPINDAH KE KATOLIK karya PENDETA DAVID B CURRIE (ada di Gramedia)
2. ROME SWEET HOME karya PENDETA SCOTT HANN (ada di Gramedia)
3. sementara dua buku ini sudah cukup buat Anda….
[dari katolisitas: 2 kalimat di hapus] Intinya: apakah Anda merasa diselamatkan oleh ajaran iman yang baru diajarkan oleh Tiberias 17 thn yg lalu…yang artinya Anda sekaligus menyetujui Tuhan Yesus membohongi jemaatNya selama hampir 2000 tahun!!!! dan sekaligus membuktikan Yesus adalah seorang pendusta karna Dia pernah bilang sebelum kenaikanNya ke Surga untuk mengajarkan segala bangsa dan menjadikan mereka sebagai murid dan Ia akan menyertai GerejaNya sampai akhir jaman.
Saya dengan sangat berani mengatakan bahwa gereja Tiberias MELECEHKAN arti dan makna Perjamuan Tuhan sendiri. Lihatlah betapa berbedanya perlakukan Sakramen Maha Kudus yang disembah dan dihormati oleh jemaat Katolik dengan cara perjamuan gereja anda yang “seadanya saja”. Bahakan saya pernah melihat anggur perjamuan gerejaTiberias belum habis diminum sudah dibuang di tong sampah………..Bukankah itu Darah Kristus? Sungguh suatu pelecehan …..Satu tetes anggur yang tidak sengaja jatuh di lantai Gereja Katolik saja diperlakukan dengan sangat hormat!!
Anda dari Katolik, kenapa anda tidak melihat hal tersebut? Benar kata Steff sebelumnya, seberapa paham dan benar anda memahami pengajaran iman Gereja Katolik pada masa anda di Gereja Katolik? semoga Roh Kudus menggerakkan hati anda dan memakai website ini untuk menegur dan membantu anda mengimani Kekristenan yang benar.
Bukan setiap orang yang berseru kepadaKU Tuhan, Tuhan ….dan melakukan banyak mukjizat …..akan masuk Surga……tetapi Tuhan berkata ….Enyahlah kamu sekalian angkatan yang jahat…….
Johanes,
Inilah contohnya “IDOLATRY” yg anda lakukan. Jika melihat tulisan anda diatas, anda lebih mementingkan segi “MISTIK” dari ajaran gereja Katolik, daripada dengan “FAITH, HOPE and LOVE” yg diajarkan oleh Yesus Kristus sendiri. Saya melihat anda memandang agama sebagai sarana anda untuk “DIKUDUSKAN’ melalui ritual2 dan sakramen2 gereja.
Ingatlah, Yesus Kristus datang kedunia bukan untuk membuat organisasi gereja yg penuh dengan ritual2 pemujaan, seperti konsekrasi dll.
Tuhan Yesus rela didera untuk menggantikan kita didera. Sebenarnya, kita penuh dengan dosa2. Hanya dengan melanggar 1 perintah Allah saja sudah cukup untuk memasukkan kita ke neraka.
Tuhan Yesus datang untuk menggantikan kita masuk neraka dan didera. Tetapi umat Katolik menjadikan IDOLATRY untuk hal2 yg sama sekali buat ttg Tuhan Yesus. Lebih pada komuni, novena, rosario dll. Malah lebih berterima kasih pada santo santa daripada kpd Tuhan Yesus.
Apakah kalo anda menerima Hosti tiap minggu maka dosa2 anda diampuni dan bisa masuk surga?
Apakah anggur itu bisa benar2 menjadi darah Kristus? Mana buktinya???
Tuhan Yesus menyarankan kita untuk mengenang Dia dengan mengadakan perjamuan bersama. Bukan untuk mengIDOLATRIkan hosti dan berharap hosti bisa berganti menjadi tubuh Tuhan dan anggur bisa berganti menjadi darah Tuhan.
Semoga Tuhan memaafkan motivasi anda menjadi Katolik.
Semoga Roh Kudus bisa membukakan mata anda. Saya yakin anda tidak bisa berbahasa roh kan?? Karena itu anda tidak mengerti.
Sherly.
Shalom Sherly,
Terima kasih atas tanggapannya. Saya mengusulkan agar anda memberikan bukti-bukti yang mendukung argumentasi anda, baik dari Alkitab maupun dari sisi sejarah, kalau anda mau, kita juga dapat berdiskusi tentang Sakramen Ekaristi dan perkembangannya. Pernyataan-pertanyaan yang tidak disertai bukti malah membuat posisi anda tidak baik. Saya juga percaya bahwa anda ingin memberikan bukti dari ayat-ayat di Alkitab, karena anda senantiasa mengatakan bahwa ajaran Gereja Katolik tidak mempunyai dasar Alkitab. Oleh karena itu, kalau anda memang mau berdiskusi tentang Sakramen Ekaristi, maka silakan berdiskusi di artikel tentang Ekaristi di salah satu artikel Ekaristi (1, 2, 3, 4). Di situ telah dijelaskan dasar-dasar biblis, seperti:
Perjanjian Lama:
Imam Agung Melkisedek mempersembahkan roti dan anggur (Kej 14:18) yang menggambarkan Perjamuan Yesus pada Perjamuan Terakhir. Yesus sendiri dikatakan sebagai Imam Besar menurut peraturan Melkisedek (Ibr 6:20).
Kurban anak domba Paska yang menyelamatkan umat Israel merupakan kurban yang dimakan sebagai makanan untuk menguatkan mereka menempuh perjalanan ke Tanah Terjanji (Kej 12:1-20). Hal ini menggambarkan Ekaristi yang merupakan kurban Anak Domba Allah, yaitu Yesus, yang dimakan sebagai makanan untuk menjadi bekal perjalanan kita ke Tanah Terjanji, yaitu surga.
Roti Manna yang menjadi simbol Ekaristi pada Perjanjian Lama. Yesus sendiri mengatakan bahwa Ia adalah Roti manna yang turun dari surga (lih. Yoh 6:32-51). Seperti halnya bahwa manna menguatkan bangsa Israel sepanjang perjalanan di gurun dan berhenti dicurahkan setelah mereka sampai di Tanah Terjanji; Ekaristi juga diberikan untuk menguatkan kita di perjalanan hidup di dunia, dan berhenti setelah kita sampai di surga.
Pada Tabut Perjanjian Lama menggambarkan tabernakel pada gereja Katolik di manapun, yang merujuk pada Ekaristi. Dua loh batu (Kel 25:16) menggambarkan sabda kehidupan yang terkandung dalam Ekaristi. Manna (Kel 16:34) menggambarkan Ekaristi sebagai roti hidup yang turun dari surga (Yoh 6:51). Tongkat Harun (Bil 17: 5) yang menandai imamatnya, menggambarkan peran Imamat kudus dalam Kristus, yaitu tubuhNya. Seperti tongkat Harun yang bertunas, tubuh Yesus yang ditembus oleh tombak mengeluarkan air dan darah yang melambangkan sakramen Pembaptisan dan Ekaristi.[2]
Perjanjian Baru:
Yesus sungguh-sungguh hadir di dalam Ekaristi, seperti dinyatakan:
Pada Perjamuan Terakhir Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk mengenangkan Dia dengan merayakan perjamuan tersebut. Yesus berkata, “Inilah Tubuh-Ku… (bukan ini melambangkan Tubuh-Ku)… (lih Mat 26-28; Mrk 14:22-24; Luk 22:15-20).”
Yesus mengatakan sendiri bahwa Ia adalah “Roti hidup yang turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, dia akan hidup selama-lamanya; dan roti yang Ku-berikan itu ialah daging-Ku yang Kuberikan untuk hidup dunia (Yoh 6:35, 51).
Pengajaran ini diberikan setelah Yesus mengadakan mukjizat pergandaan roti, yaitu mukjizat yang ditulis di dalam ke-empat Injil (Mat 14:13-21; Mrk 6:32-44; Luk 9:10-17; Yoh 6:1-15). Lima roti yang sama yang dibagikan oleh para rasul dapat memberi makan 5000 orang, dengan sisa 12 keranjang. Ini menggambarkan Yesus yang satu dan sama hadir dalam Ekaristi, dapat dibagikan kepada semua orang, tanpa Dia sendiri menjadi terbagi-bagi atau berkurang/ hilang.
Yesus berkata bahwa Ia lebih tinggi nilainya dari pada manna yang diberikan kepada orang Israel di gurun. Padahal mukjizat manna adalah suatu mukjizat yang besar, setiap harinya berjuta orang Israel menerima 1 omer (1.1 liter) roti manna per orang, sehingga tiap harinya ada beberapa ratus ton roti manna tercurah dari langit, selama 40 tahun.[3] Yesus mengatakan bahwa mukjizat-Nya lebih hebat daripada mukjizat manna ini, sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa di dalam Ekaristi, roti dapat sungguh-sungguh diubah Yesus menjadi diri-Nya sendiri, seperti yang dikatakan-Nya.
Orang-orang yang mendengarkan pengajaran ‘Roti Hidup’ ini memahami bahwa Yesus mengajarkan sesuatu yang literal (tidak figuratif/ simbolis), sehingga mereka meninggalkan Yesus sambil berkata, “Bagaimana Ia ini dapat memberikan daging-Nya untuk dimakan” (Yoh 6:52)
Yesus menggunakan gaya bahasa yang kuat untuk menjelaskan arti literal pengajaran ini dengan mengulangi pengajaran ini sampai 6 kali di dalam 6 ayat (ay. 53-58),… jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu (Yoh 6:53); Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman (Yoh 6:55). Ini adalah gaya bahasa yang bukan kiasan/ simbolis!
Banyak murid tidak dapat menerima pengajaran ini, dan meninggalkan Yesus (ay.66), tetapi Yesus tidak menarik kembali pengajaran-Nya tentang diri-Nya sebagai “Roti Hidup”. Dia tidak mengatakan bahwa Dia hanya berkata secara figuratif/simbolis. Pada beberapa kesempatan, jika Ia berbicara secara figuratif, Yesus menerangkan kembali maksud perkataan-Nya pada para murid-Nya yang mengartikannya secara literal. (Contohnya pada Yoh 4:31-34, Yesus menjelaskan bahwa ‘makanan-Nya yang tidak mereka kenal’ adalah melakukan kehendak Bapa yang mengutus-Nya. Atau pada Mat 16:5-12; tentang ragi orang-orang Farisi dan Saduki, maksudnya adalah bukan ragi secara literal, tetapi pengajaran mereka)[4]
Setelah banyak yang meninggalkan Dia karena pengajaran ini, Yesus bahkan bertanya kepada ke dua-belas rasulNya, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?”(Yoh 6:67). Namun Petrus menjawab, “Tuhan kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal (Yoh 6:69). Pertanyaan yang sama ditujukan pada kita, apakah kita mau percaya akan pengajaran ini seperti Petrus, ataukah kita seperti murid-murid lain yang meninggalkan Dia?
Rasul Paulus mengingatkan jemaat agar tidak menerima Ekaristi secara tidak layak, supaya tidak berdosa terhadap Tubuh dan Darah Tuhan (1 Kor 11:27). Rasul Paulus juga menambahkan, jika seseorang makan dan minum tanpa mengakui Tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya sendiri (1 Kor 11:28-29). Pengajaran ini tidak masuk di akal, jika kehadiran Yesus dalam Ekaristi hanya simbolis belaka. Kesimpulannya, St. Paulus jelas mengajarkan bahwa Yesus sungguh-sungguh hadir di dalam Ekaristi.
Dan kalau anda tidak menyetujui, maka anda dapat memberikan argumentasi yang jelas, dengan dasar-dasar dari Alkitab. Kembali saya menyediakan diri saya untuk berdiskusi dengan anda tentang topik Sakramen Ekaristi maupun topik yang lain. Semoga usulan saya dapat diterima dengan baik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
PS: Menurut pendapat saya, pernyataan seperti ini “Saya yakin anda tidak bisa berbahasa roh kan?? Karena itu anda tidak mengerti.” tidaklah perlu dituliskan. Kalau anda mau berdiskusi tentang peran Roh Kudus secara mendalam, kita dapat mendiskusikannya. Anda dapat membaca diskusi tentang bahasa roh dan baptisan di sini – silakan klik. Jangan lupa melihat komentar-komentar di bagian bawah artikel tersebut yang membahas tentang hal ini. Untuk mempermudah, anda dapat melihatnya di sini – silakan klik. Semoga diskusi tersebut dapat membantu.
@Sherly:anda menulis:
Inilah contohnya “IDOLATRY” yg anda lakukan. Jika melihat tulisan anda diatas, anda lebih mementingkan segi “MISTIK” dari ajaran gereja Katolik, daripada dengan “FAITH, HOPE and LOVE” yg diajarkan oleh Yesus Kristus sendiri.
Komentar: Maaf anda tidak akan bisa menilai iman ,harapan dan kasih yang ada dalam diri saya. jadi saya tidak memerlukan penilaian dari sdr. Cukup itu antara saya dan Tuhan saja dan Tuhan yang menilai saya . Idolatry menurut anda: Justru karena Tuhan mengajarkan Ekaresti sebagai Tubuh dan DarahNYa yang adalah TUHAN sendiri (sudah dijelaskan oleh Steff panjang lebar atas komentar km dan di bagian ekaresti) maka saya mengidolakan Tuhan sendiri dan itu yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dan jemaat perdana hingga kini.
Saya melihat anda memandang agama sebagai sarana anda untuk “DIKUDUSKAN’ melalui ritual2 dan sakramen2 gereja.
komentar: terserah km melihatnya dari mana . Tapi bagi saya pribadi sebagai orang Katolik saya melihat karena TUHAN YESUS maka saya dikuduskan dan tandanya yang kelihatan adalah lewat sakramen karena sakramen adalah tanda yg kelihatan dari Tuhan untuk manusia. Justru karena kemuran Tuhanlah maka sakramen sakramen itu ada. Jadi melihat sakramen bermuara kepada memandang ALLAH yang memberikan keselamatan. sebagaimana Yesus menjadi tanda keselamatan yang kelihatan bagi keselamatan manusia.Bagi ALLAH, semuanya bisa. Tetapi Tuhan mengutus PutraNya agar manusia melihat tanda keselamatan yang kelihatan ini agar bertobat. Demikian juga dengan sakramen. Tolong perdalam pengertian sakramen sebelum anda berkomentar.
Ingatlah, Yesus Kristus datang kedunia bukan untuk membuat organisasi gereja yg penuh dengan ritual2 pemujaan, seperti konsekrasi dll.
komentar: Kalau ALLAH menghendaki hal itu terjadi, dari mana hal sdr untuk menyangkal hal itu? Kalau Tuhan menginginkan sesuatu yang ritual seperti jaman perjanjian lama dengan tata cara ibadah orang Israel sesuaiyang diperintahkan Tuhan pada Musa, apa hak sdr untuk menolaknya?Kalau Tuhan menghendaki Israel Baru melakukan ritual juga .Apakah hak anda untuk menolak? Tuhan kita Tuhan yang sangat rapi dan terstruktur. Buktinya pada saat penciptaan dunia betapa terstrukturnya Allah kita?Bahasa sekarang adalah ALLAH kita terskedul dengan rapi. Kalau kini Dia meminta kita beribadah kepadaNya dengan rapi ,indah, terstruktur dan penuh keagungan (seperti di Gereja Katolik) apa hak saudara untuk menolaknya?Kalau dulu bangsa Israel saja rapi dengan aturannya apalagi sekarang sesudah kedatangan PutraNya, pasti jauh lebih sempurna.
Tuhan Yesus rela didera untuk menggantikan kita didera. Sebenarnya, kita penuh dengan dosa2. Hanya dengan melanggar 1 perintah Allah saja sudah cukup untuk memasukkan kita ke neraka
Komentar: apakah sdr belajar dari agama Ismael?Mengapa anda berada dalam bayang bayang Tuhan yang menghukum. Konsep Tuhan dalam Kristen tidak demikian. Allah adalah ALLAH yang kasih dan mengampuni.
.
Tuhan Yesus datang untuk menggantikan kita masuk neraka dan didera. Tetapi umat Katolik menjadikan IDOLATRY untuk hal2 yg sama sekali buat ttg Tuhan Yesus. Lebih pada komuni, novena, rosario dll. Malah lebih berterima kasih pada santo santa daripada kpd Tuhan Yesus.
komentar:
sampai saat ini anda belum mengerti mengapa orang Katolik memiliki persekutuan dengan paru kudus,silahkan anda belajar dulu di web ini baru memberi komentar. Intinya: lewat para Kudus ini kami memandang wajah Tuhan dengan kata lain, Tuhan memberikan contoh contoh pribadi orang Kudus untuk memotivasi kami agar bisa lebih hidup kudus.
Apakah kalo anda menerima Hosti tiap minggu maka dosa2 anda diampuni dan bisa masuk surga?
Komentar: tolong kasih tahu saya ini pendapat kamu atau pendapat Gereja Katolik? Kalau pendapat kamu maka tolong kamu mendalami lagi iman Katolik. Dan saya memaafkan pendapat kamu yang salah tentang Katolik. Kalau pendapat Gereja Katolik , tolong kasih tahu saya di mana hal ini anda dapatkan dan tertulis dalam ajaran Gereja Katolik atau katekismus yang mana?
Apakah anggur itu bisa benar2 menjadi darah Kristus? Mana buktinya???
Sudah banyak mukjizat Ekaresti terjadi dan pernah dibahas di web ini .Tolong baca di Mukjizat Ekaresti. sampai titik ini sdr tidak mengimani anggur dan roti adalah Tubuh dan Darah Tuhan sendiri. Dan Alkitab terang terang mengatakan kalau kita makan dan minum dengan tidak hormat kita bedosa kepada Tubuh dan DarahNya Tuhan? Kenapa berdosa kalau hanya lambang? Tuhan Yesus tidak pernah mengatakan “INilah lambang TubuhKu” Mengapa kamu merubahnya menjadi lambang?Tolong sdr membaca lagi tentang perjamuan Kudus dan maknanya di web ini.
Tuhan Yesus menyarankan kita untuk mengenang Dia dengan mengadakan perjamuan bersama. Bukan untuk mengIDOLATRIkan hosti dan berharap hosti bisa berganti menjadi tubuh Tuhan dan anggur bisa berganti menjadi darah Tuhan
Komentar: Mengenang memiliki makna yang dalam dalam kosa kata bahasa aslinya. yaitu menyangkut pengurbanan. Mengidolakan hosti? saya tidak mengidolakan hosti, tapi lewat iman dan perkataan Tuhan saya mengakui itulah TUHAN sendiri bukan lagi hosti. jadi saya mengidolakan Tuhan, lebih dari yang sdr tuduhkan bahwa saya mengidolakan hosti.
Semoga Tuhan memaafkan motivasi anda menjadi Katolik.
komentar: terimakasih, Tuhan mengetahuinya. dan semoga juga Tuhan memaafkan motivasi anda keluar dari Katolik (mungkin karena misanya boring karena kamu tidak mengerti,mungkin nyanyian koornya fales membuat kamu ngantuk.mungkin kotbahnya tidak menarik buatmu-Tapi kamu tidak bisa melihat kehadiranNya dalam Ekaresti, sungguh amat disayangkan) Semoga Tuhan membantumu menemukan kembali makna Ekaresti dalam masa dan saat yang tepat.
Semoga Roh Kudus bisa membukakan mata anda. Saya yakin anda tidak bisa berbahasa roh kan?? Karena itu anda tidak mengerti.
komentar: Bahasa Roh bukan untuk di pamer bu..dan juga bahasa roh buat orang yang tidak beriman kata alkitab.Saya pernah berbahasa roh seperti anda dan saya pernah mendapat karunia ini. Puji Tuhan , tapi saya tidak membanggakan diri saya karena merasa lebih suci dari orang lain . Setelah saya tahu bahasa roh akan berakhir, nubuat akan berhenti yang ada hanya bahasa kasih. maka saya coba mempraktekkan bahasa kasih ini walaupun susah.Buat apa berbahasa roh kalau tutur kata dan perbuatan kita tidak rohani?
Dear Pak Johanes,
thanks atas infonya.
apapun yg orang katakan buruk atau baik gereja Tiberias, tidak akan menggoyahkan kami utk pindah beibadah di tempat lain. Perjamuan Kudus tumpah, itu urusan manusianya dengan Tuhan, bukan gerejanya.
anda maksud Pdt Pariadji, terserah anda mau bicara apa? toh Tiberias tidak pernah menjelekkan gereja lain. kami berdoa “Kami tolak dalam nama Yesus fitnah atas gereja dan keluarga”.
gereja paroki cilangkap masih pakai tenda? anda bantu itu paroki, tidak usah urus gereja lain. ingat pak Yesus itu kaya. anak Tuhan Yesus diurapi?
kuasa apa yang ada di katolik? sptnya tidak ada.
Ingat, agama tidak membawa keselamatan, tetapi Yesus lah jalan keselamatan.
saya lulus dari LPK Tarakanita, teman saya hubungan / pacaran dng pastur [dari katolisitas: nama paroki dihapus], suster [dari katolisitas: nama suster dihapus] kepala asrama tau hal tsb, tp tidak berani menegurnya. semua orang tau itu adalah hal terburuk. lalu dimanakah kebenaran Firman Tuhan ditegakkan?
maaf saya sdh tidak akan berbicara mengenai katolik. it was over.
Shalom Lucia,
Terima kasih atas komentarnya. Saya setuju bahwa kasus-kasus yang disebutkan adalah merupakan kasus yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu. Yang mungkin lebih esensial adalah diskusi apakah Kristus sendiri hadir secara nyata (Tubuh, Jiwa dan ke-Allahan-Nya) dalam setiap Perayaan Perjamuan Suci atau Ekaristi. Kalau anda mau, kita dapat berdiskusi tentang hal ini secara lebih mendalam.
Kita tidak perlu memperpanjang diskusi masing-masing pribadi atau kasus-kasus yang terjadi di dalam gereja Tiberias maupun Gereja Katolik. Diskusi yang lebih esensial adalah tentang dogma dan doktrin. Tentang kasus yang anda sebutkan, saya tidak tahu kebenarannya dan kalaupun itu benar, anda tidak dapat menilai Gereja Katolik dari orang-orang yang tidak menjalankan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Nilailah Gereja Katolik dari orang-orang yang menjalankan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Kalau anda tidak mau berdiskusi tentang Katolik lagi, itu juga menjadi hak anda. Namun, selama anda memberikan komentar di site ini, adalah menjadi hak kami untuk memberikan tanggapan. Semoga hal ini dapat diterima dengan baik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
@Lucia:
apapun yg orang katakan buruk atau baik gereja Tiberias, tidak akan menggoyahkan kami utk pindah beibadah di tempat lain. Perjamuan Kudus tumpah, itu urusan manusianya dengan Tuhan, bukan gerejanya.
(urusan manusianya tergantung bagaimana pengajaran dan gereja ini memandang Perjamuan Tuhan. Bagi anda sendiri: sesudah anda minum dari cup plastik yang berisi anggur /darah Tuhan , apa yang anda lakukan dengan cup itu? langsung membuangnya ke tong sampah bukan?Perlakuan selanjutnya apa atas cup itu?
Mengapa? karena tidak ada tempat terhormat untuk menghargai perjamuan Tuhan sendiri padahal itu darahNya sendiri.Ingat , barang siapa yang tidak dengan hormat makan dan minum ia berdosa. )
anda maksud Pdt Pariadji, terserah anda mau bicara apa? toh Tiberias tidak pernah menjelekkan gereja lain. kami berdoa “Kami tolak dalam nama Yesus fitnah atas gereja dan keluarga”.
Tidak pernah menjelekkan gereja lain? bagaimana pendapat anda tentang mencuri domba dari kandang lain? Tiberias pernah lakukan itu di Gereja katedral jakarta dengan membagi bagi brosur waktu misa Natal malam(tahun lupa) selesai. Bukankah mencuri lebih tidak terhormat dibandingkan menjelekkan?Anda harus berdoa bagi gereja anda agar tidak melakukan hal hal yang tidak terpuji.
gereja paroki cilangkap masih pakai tenda? anda bantu itu paroki, tidak usah urus gereja lain. ingat pak Yesus itu kaya. anak Tuhan Yesus diurapi?
mereka tertahan oleh ijin, bukan dana. mohon dilihat dengan jelas.
kuasa apa yang ada di katolik? sptnya tidak ada.
2000thn gereja Katolik sudah menghasilkan buah buah yang banyak. Kuasa? anda bergereja hanya mencari kuasa saja? sangat amat disayangkan….pengertian anda dasar sekali.
Ingat, agama tidak membawa keselamatan, tetapi Yesus lah jalan keselamatan.
Yesus jalan keselamatan buat jemaat yang dipilihNYa dan kepenuhan kebenaran dalam Gereja Katolik
saya lulus dari LPK Tarakanita, teman saya hubungan / pacaran dng pastur [dari katolisitas: nama paroki dihapus], suster [dari katolisitas: nama suster dihapus] kepala asrama tau hal tsb, tp tidak berani menegurnya. semua orang tau itu adalah hal terburuk. lalu dimanakah kebenaran Firman Tuhan ditegakkan?
komen: maaf anda jangan mengerumpi di sini .Bentuk dosa salah satunya adalah ngerumpi
Shalom Lucia dan Johanes,
Terima kasih atas komentarnya. Diskusi akan menjadi substansial, kalau dapat didiskusikan apakah kita harus percaya bahwa Yesus hadir secara nyata (Tubuh, Jiwa, dan ke-Allahan-Nya) dalam setiap Perjamuan Suci / Ekaristi. Semua sikap-sikap yang lain adalah bergantung dari apa yang dipercayai tentang Ekaristi. Oleh karena itu, silakan bergabung di link ini (silakan klik). Hal-hal yang lain, mohon tidak perlu diperpanjang, karena pembahasan seperti itu tidak akan selesai dan tidak dapat membangun diskusi yang baik. Semoga dapat dimengerti.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Halo johanes,
Saya mau tanya perjamuan yang benar itu yang mana? apa ekaristi yang begitu di banggakan oleh Gereja katolik? apa ekaristi atau perjamuan GK katolik itu sudah benar sesuai dengan yang Tuhan Yesus lakukan atau contohkan bersama2 murid2NYA.
Yang saya lihat ekaristi di gereja katolik perjamuan khas cara gereja katolik buakan cara yg Tuhan Yesus lakukan btw kalau di gereja tiberias anggur yg melambagkan TY di buang bagai mana dengan GK pada saat ekaristi pastor makan dan minum perjamuan sedangkan jemaatnya hanya makan hosti lah anggurnya di habiskan ama siapa? pastor? maaf kenyataannya perjamuan di GK katolik tidak sesuai dengan apa yg Tuhan Yesus lakukan kecuali kalau pengakuan GK yang mengaku kalau GK itu di bangun oleh Tuhan Yesus sendir makanya boleh memodifikasi perjamuan sesuai kebutuhan, peace baca Firman jangan setengah2 lalu di artikan dengen sekehendak hati itu akan menjadi batu sandungan bagi orang2 yang mau mengenal Kristus buakan utk mengenalgereja ya,peace.
Shalom Adri A,
Terima kasih atas komentarnya tentang Perjamuan Suci. Diskusi akan menjadi substansial, kalau anda dapat memberikan argumentasi apakah Perjamuan Suci di Mt 26:26-28 hanyalah sekedar simbol atau Kristus hadir secara nyata (Tubuh, Jiwa dan ke-Allahan-Nya). Untuk itu, saya mengundang anda untuk bergabung dalam diskusi ini di sini – silakan klik. Dalam link tersebut dibahas dasar-dasar Alkitab, etimologi, Tradisi Suci, dll. Dengan demikian, anda mempunyai kesempatan untuk membuktikan apakah yang sebenarnya diajarkan dalam Alkitab. Tentang mengapa dalam perayaan Ekaristi, umat dapat menerima Tubuh Kristus dan atau darah Kristus, anda dapat melihat pembahasannya di sini – silakan klik. Secara prinsip dalam setiap species Tubuh Kristus juga mengandung Darah Kristus, karena Yesus hadir secara utuh (Tubuh, Jiwa dan ke-Allahan) dalam setiap partikel roti maupun setiap tetes anggur. Namun, topik terakhir ini akan lebih baik dibahas setelah melakukan pembahasan yang lebih fundamental, yaitu apakah Perjamuan Suci adalah sekedar simbol atau kehadiran Kristus secara nyata. Saya menyarankan, daripada menuduh Gereja Katolik memodifikasi Firman Allah sesuai kebutuhan, maka akan lebih baik kalau diskusi justru berdasarkan Firman Allah sendiri, seperti yang telah saya paparkan di link tersebut. Kalau anda mempunyai argumentasi yang baru, silakan untuk memaparkannya, dan kita dapat mendiskusikannya secara lebih mendalam. Semoga hal ini dapat diterima oleh Adri.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
@johanes
Anda mengikuti sesuatu berdasarkan kesaksian orang lain, sekarang saya tanya gimana kalau orang bersaksi bahwa dia diselamatkan oleh seseorang selain Tuhan Yesus apa anda juga mengikutinya? Hanya firman saja yang benar, karena Yesus adalah firman yang menjadi manusia, dan Dia adalah kebenaran itu sendiri, Didalam dirinya tidak ada dusta, Kami di Tiberias diselamatkan oleh Yesus 2000 tahun yang lalu, dan kami di Tiberias baru baru menyadari kasih Tuhan Yang sangat besar ini, Yesus tidak pernah bohong tetapi manusia yang disusupi oleh penyesat yang bohong. Tetapi sayangnya di gereja anda perjamuan kudus sudah dikurangi menjadi Tubuh saja, bukannya darah Yesus amat penting berkaitan dengan keselamatan? Kalau kasus belum habis terus dibuang itu oknum orangnya aja, jadi bukan sengaja, Yesus lebih tau dari anda. Firman jangan dipotong2 gitu, Kita ada muzizat karena kepercayaan kita Dalam Nama Yesus, kehendak Bapa adalah percaya kepada Anak. Jadi apa yang salah? JBU All
Shalom Abraham,
Terima kasih atas komentarnya. Saya merasa bahwa diskusi yang memberikan contoh oknum-oknum tidak akan mempunyai substansi diskusi yang baik. Oleh karena itu, kalau anda ingin berdiskusi tentang Perjamuan Suci, saya mengundang anda untuk bergabung dalam diskusi ini (silakan klik). Dan tentang mengapa dalam Gereja Katolik sering diberikan Tubuh Kristus saja tidak beserta dengan Darah Kristus, telah dijawab di sini – silakan klik. Secara prinsip, Tubuh Kristus telah mengandung Darah Kristus. Silakan membaca link tersebut dan melanjutkan diskusi di link yang saya berikan. Diskusi akan lebih substansial kalau kita membahas lebih dalam tentang apakah kita percaya Yesus hadir secara nyata (Tubuh, Jiwa dan ke-Allahan) atau hanya sekedar simbol. Oleh karena itu, silakan membaca diskusi panjang di link yang saya berikan. Semoga dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,stef – katolisitas.org
saya hanya bisa berdoa agar Tuhan memberikan jalan untuk anda bertobat [edit: agar] kembali ke Gereja Katolik.
Jeanedith
Shalom Lucia
Saya sangat… sangat prihatin sekali membaca penuturan anda, bahwa anda tadinya seorang Katolik kemudian menyeberang ke Gereja Tiberias, dengan anda menyebutkan nama komunitas tersebut lebih memudakam penyampaian pengalaman saya untuk berbagi rasa.. Disini saya tidak membicara kan “perbedaan sebuah agama” akan tetapi membagikan apa yang saya ketahui saja..
Saya di bap