Pertanyaan:
Dear Bu Ingrid,
selama ini saya adalah seorang Katolik KTP. Baru-baru ini sajalah saya berusaha untuk bertobat walaupun untuk itu saya harus bergulat dengan banyak pertanyaan. Hal apa yang membuat saya ingin bertobat? Jawabannya adalah: neraka.
Internet membuat saya mengetahui hal-hal seperti berikut:
– Yang ditunjukkan dalam film 2012, ramalan kalender suku Maya,
– Ramalan Santo Malachy bahwa Paus Benediktus XVI adalah Paus terakhir (atau setidaknya akan ada beberapa paus lagi sebelum akhir jaman),
– Bencana alam yang frekuensinya semakin meningkat,
– Moralitas dunia yang semakin bobrok (seks bebas, pornografi),
– Isu eksistensi Planet X atau Planet Nibiru yang akan melintas dekat orbit bumi sehingga bumi berubah porosnya dan bencana global terjadi. Planet X ini melintas setiap beberapa ribu tahun sekali, dan isunya terakhir kali ia melintas adalah saat Atlantis tenggelam dan hilang dari peradaban.
– Pelegalan (pernikahan) homoseksualitas dan aborsi.
– Menghilangnya lebah (Abert Einstein menyatakan demikian: ‘jika lebah menghilang dari muka bumi, maka umat manusia hanya punya waktu empat tahun untuk hidup’).
– Dan banyak lagi hal lainnya
Singkatnya, saya banyak mengunjungi situs-situs yang menyatakan bahwa akhir dunia sudah dekat dan karena saya percaya akhir dunia sudah dekat, saya memutuskan inilah saatnya untuk bertobat.
Jadi alasan atau motif pertobatan saya adalah karena ‘ketakutan’ atau ‘takut’.
Saya takut masuk neraka. Takut disiksa selama-lamanya. Tidak ada jalan kembali jika sudah masuk neraka, bukan?
Saya tidak menyukai motif ini, alangkah indahnya jika saya bertobat karena Sabda dan seruan kasih Tuhan! Tetapi inilah kebenarannya dan saya bersyukur juga karena hal-hal tersebut di atas yang menakutkan saya dapat membawa saya ke pintu pertobatan.
Pertanyaan saya: bagaimana komentar Bu Ingrid mengenai motif pertobatan saya? Apakah saya harus mengubahnya? Jika ya, bagaimana caranya?
Terima kasih,
Fenky
Jawaban:
Shalom Fenky,
Pada tahap awal, jika anda bertobat karena takut hukuman neraka pada Pengadilan Terakhir, itu baik, tetapi tidak cukup. Sebab Tuhan bukan hanya Allah yang Maha Adil, namun juga Allah yang berbelas kasih. Maka pengenalan kita akan Allah tidak boleh hanya berhenti pada pengenalan akan keadilan-Nya tetapi juga pada belas kasih-Nya. Allah adalah Bapa yang mengasihi kita, anak- anak yang diangkat-Nya di dalam Kristus (lih. Rom 8:15, Gal 4:6). Maka kita tidak boleh hanya “takut dihukum”, tetapi harus sampai pada level “takut untuk menyakiti/ membuat sedih Dia yang begitu mengasihi kita” dengan pelanggaran dan dosa kita. Dalam istilah teologis, ‘takut akan hukuman’ itu disebut ‘servile fear‘ sedangkan ‘takut menyakiti hati Tuhan’ adalah ‘filial fear‘. Jadi seperti halnya jika kita mengasihi seseorang (yang sangat mengasihi kita), maka kita tidak mau berbuat sesuatu yang menyakiti hatinya; demikian pula, kita harus bersikap seperti ini terhadap Tuhan. Dengan perkataan lain, mengasihi Tuhan harus menjadi motivasi utama bagi kita untuk terus menerus bertobat di sepanjang hidup kita.
Para orang kudus mengajarkan kepada kita bahwa “servile fear” itu bukannya sesuatu yang buruk- karena ini dapat juga membantu kita untuk menghindari dosa- tetapi jika mau sempurna, kita harus sampai kepada “filial fear“, yaitu agar kita menghindari dosa (dan berbuat baik), demi kasih kita kepada Tuhan. Itulah sebabnya perintah utama dan pertama yang diberikan oleh Tuhan Yesus adalah, “Kasihilah Tuhan Allahmu…. dengan segenap hati, jiwa dan kekuatanmu….” (Mrk 12:30). Sebab atas dasar kasih kepada Tuhan inilah maka kita dapat mengasihi sesama, artinya motivasi kita mengasihi sesama adalah karena kita mengasihi Tuhan [yang terlebih dahulu mengasihi kita].
Maka jika sekarang anda ingin mempunyai sikap “filial fear” terhadap Tuhan, anda harus menghayati bahwa selain Tuhan Maha Adil, Ia juga Maha Kasih. Kasih Allah begitu besar sehingga mengutus Putera-Nya sendiri untuk menyelamatkan kita dari kuasa dosa, dengan wafat-Nya di kayu salib. Oleh rahmat keselamatan ini, maka pintu Surga terbuka bagi kita, jika sampai akhir hidup kita, kita setia beriman kepada-Nya. Kasih Allah inilah membawa kita kepada kehidupan kekal dalam persatuan dengan Dia selamanya. Semakin kita merenungkan, meresapkan dan menghayati rencana keselamatan ini, maka hati kita akan dipenuhi oleh ucapan syukur. Tak mengherankan, Rasul Paulus mengajarkan kita untuk pertama- tama mengucap syukur di dalam doa kita, “Ucaplah syukur senantiasa….” (Ef 5:20). Sebab di dalam ucapan syukur itulah hati kita terangkat, dan penghayatan akan kasih Tuhan yang telah kita terima inilah yang akan menumbuhkan di dalam hati kita, kasih kepada Tuhan dan keinginan untuk menghindari dosa, demi kasih kita kepada-Nya (‘filial fear‘).
Sedangkan tentang akhir jaman, sebaiknya janganlah kita “meramalkan” harinya, atau percaya kepada ramalan banyak pihak tentang hal ini. Firman Tuhan berkata, bahwa tidak ada seorang-pun yang tahu hari dan saatnya…. (Mat 25:13) Maka sikap yang paling tepat adalah berjaga- jaga, waspada, hidup kudus, dan menantikan dengan rindu, kedatangan Tuhan yang kedua kalinya. Bukanlah bagian kita untuk meramalkan apakah pada saat kedatangan-Nya kita masih hidup di dunia atau tidak. Atau, akankah akhir jaman akan datang dalam satu atau dua tahun lagi. Jika kita hidup kudus sebaik mungkin dan percaya bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita dicobai melebihi kekuatan kita (lih. 1 Kor 10:13), maka kita tidak seharusnya gelisah. Percayalah jika saatnya tiba, walaupun mungkin keadaannya akan mengerikan, karena akan didahului bencana ataupun penganiayaan, namun jika hati kita bersatu dengan Tuhan, maka kita akan dimampukan oleh-Nya untuk menghadapi semua itu. Malah, jika kita masih hidup dan bertahan sampai pada akhirnya, kita bersama- sama dengan para orang- orang kudus yang telah wafat dan dibangkitkan, akan “menyongsong Tuhan Yesus di angkasa” (1 Tes 4:17) dan melihat Kristus datang dengan kemuliaan-Nya. Tentang kapan saatnya, tidak usah membuat kita risau, yang penting kita harus berusaha hidup kudus, supaya jika saatnya tiba, Tuhan mendapati kita sebagai hamba yang setia (Luk 12:43), sehingga dapat diijinkan untuk masuk ke dalam kemuliaan kekal.
Memang jika kita melihat tanda- tanda yang ada sekarang ini, saya juga tidak menyangkal bahwa mungkin saja sekarang ini kita memasuki jaman akhir. Namun perihal hari dan saatnya, tidak ada yang dapat meramalkannya atau menentukannya selain dari Tuhan sendiri. Saya mengundang anda untuk membaca beberapa artikel di Katolisitas tentang akhir jaman, sehingga anda dapat mengetahui pandangan Gereja Katolik tentang akhir jaman (silakan klik di judul- judul berikut ini):
- Rapture menurut sudut pandang ajaran Gereja Katolik
- Akhir Jaman menurut Ajaran Gereja Katolik (bagian ke-2)
- Akhir Jaman menurut Ajaran Gereja Katolik (bagian ke-1)
Perlukah kita mengetahui kapan terjadinya akhir zaman?
Mengapa Gereja Katolik tidak mengajarkan Kerajaan literal 1000 Tahun
2nd Coming: sekali, dua tahap, utk menghindarkan umat dari penderitaan?
Tanggapan Katolik tentang dua tahap Kedatangan Kristus di akhir jaman
Demikian yang dapat saya sampaikan untuk pertanyaan anda. Semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Dear Katolisitas,
Berarti pada saat pengadilan akhir/umum nanti, orang orang yang masih hidup akan melihat Yesus datang. Setelah itu Yesus membangkitkan badan orang yg sudah mati, lalu diadakan pengadilan umum. Berarti orang orang yang masih hidup saat Yesus datang tadi akan melihat kebangkitan badan orang mati, lalu mereka (orang yg masih hidup itu) akan melihat pengadilan umum sekaligus menjadi orang yang diadili. Jika demikian berarti orang orang yang masih hidup itu langsung masuk surga atau neraka dengan tubuh asli (bukan tubuh yang sudah dimuliakan, karena tidak sempat mengalami kebangkitan badan). Mohon penjelasan apakah imajinasi saya benar atau salah? terima kasih.
Shalom Yusuf,
Tentang Yesus mengadili orang hidup dan mati, Anda dapat membaca artikel ini – silakan klik. Pengertian orang hidup ini dapat berarti orang-orang yang masuk Sorga atau juga orang-orang yang masih hidup ketika Kristus datang ke-dua kali. Orang-orang yang masih hidup di dunia ini ketika kedatangan Kristus yang kedua kali, akan diubah. Rasul Paulus menuliskan “Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah.” (1Kor 15:51-52) Jadi semua orang yang dibenarkan oleh Allah, baik yang telah meninggal maupun yang masih hidup ketika kedatangan Kristus yang kedua akan diubah, yaitu akan mendapatkan tubuh yang telah dimuliakan. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
pak Stef,
Banyak terima kasih. Ternyata dalam KS ada juga jawaban atas pertanyaan saya itu. Bukti bahwa saya kurang rajin membaca KS. Sehat selalu buat Bapak.
klo blh sy mw sharing penglmn sy ttg hal pertobatan ini.siapa tau bisa bermanfaat utk org lain
sy seorg pendosa yg bertobat.kelemahan sy terletak pd nafsu sex.hal ini sdh sy rskn(keinginantauan ttg sex)sjk sy msh 7thn.awal pertobatan motif sy krn sy ingin merasakan kedamaian dlm hati sy krn dosa nafsu sex membw sy pd dosa2 lainnya.keinginan/doa terkabul.itu tdk cukup,sy sprti ada perasaan ‘haus’ kedamaian.sy cr tau semua ttg ‘Si Pembawa Damai’tsb.alhasil sy mengenal Yesus ‘Si Pembawa Damai’ lebih dekat.saat melihat gambar2 penyiksaan dn penyaliban Yesus dr film Passion of The Christ(sengaja sy tempel sbg pengingat sy akan pengorbananNya)sy renungkan bhwa setiap luka2Nya diakibatkn oleh dosa2 yg sy perbuat.sy membyngkn bhwa sy ikut andil dlm sengsara Yesus krn sy tlh melukai Yesus,bukan dg senjata tp dg dosa2 sy.sy tlh memaku Yesus dikayu salib dg dosa perzinahan sy,sy tlh mencambuk Yesus dg dosa2 percabulan sy,sy tlh menyalibkn,menghina dn mengolok2 Yesus dg dosa2 disepanjang hdp sy.utk itulah jika godaan2/keinginan2 utk memuaskn kelemahan sy tsb,sy cb mengendalikannya bukan krn itu dosa tp krn sy tdk ingin menyiksa Yesus lg dg dosa2 sy.kasarnya gini sy ikhlas dihukum krn dosa2 sy tp jgn Yang Tidak Berdosa yg begitu baik hati.tentu sj hal tsb bth proses,tdk terjd dlm wkt singkat.memang berbuat dosa lbh mudah drpd berbuat baik aplg bertobat krn pertobatan tdk ckp sekali tp seumur hdp sy.setiap hr sy berbuat dosa,setiap hr sy bertobat dn mhn ampunan.stlh awal pertobatan sy,sy br mengerti bhwa hdp adl perjuangan bukan perjuangan utk bertahan hdp tp berjuang utk melwn kelemahan2 sy agar tdk jatuh dlm lubang dosa yg sm,terlebih lg utk tdk menambah luka2Nya,menyiksaNya krn dosa2 sy.hdp ini mmg berat tp tdk akan berat jika kita mhn bantuanNya.mjd relijius bukan lg pilihan bwt sy tp kebutuhan.jika bertobat jgn krn takut neraka krn kt akan kehilangan ‘harta karun’ dlm hdp ini
terima kasih
[dari katolisitas: Mohon lain kali untuk dapat menuliskan pesan tanpa singkatan, sehingga mudah untuk dibaca. Terima kasih atas sharingnya]
Salam Katolisitas
Sy mau bertanya m’enai pertobatan
“Apa kah pertobatan yg tjd pd seseorg adl karunia dr Allah semata??
Namun apa kah b’arti Allah yg mnentukan apa org tsb mau btobat atau ttp pd kedosaan nya??
Trima kasi
Berkah Dalem
Shalom Michael,
Memang Tuhanlah yang memberikan rahmat sehingga seseorang dapat terdorong untuk bertobat. Namun rahmat Allah itu juga memerlukan kerjasama dari pihak orang itu agar dapat membuahkan pertobatan sejati. Kisah pertobatan anak yang hilang dalam Luk 15:11-32 adalah perumpamaan yang jelas menunjukkan hal ini. Anak yang bungsu itu dapat tersadar akan perbuatannya yang salah, namun ia tetap mempunyai pilihan yaitu akankah ia mengeraskan hati untuk tidak pulang ke rumah bapanya, atau pulang. Nyatanya ia memilih untuk pulang; dan kembalinya si anak yang hilang itu menggambarkan pertobatan setiap orang yang berdosa ke jalan Tuhan.
Sebab rahmat yang mendorong untuk pertobatan itu sesungguhnya diberikan kepada setiap orang, tetapi tidak semua orang menanggapinya dengan kehendak bebasnya. Di sini walaupun memang inisiatif pertama datang dari Allah, namun Allah tidak memaksakan kehendak-Nya untuk membuat seseorang bertobat. Ada semacam sinergi yang penuh misteri, yang walaupun mungkin sulit dijabarkan mekanismenya, namun kenyataannya ada dua unsur yang terlibat di sini, yaitu rahmat Allah dan kehendak bebas manusia (grace and free will) yang bekerjasama sedemikian, yang membawa seseorang kepada pertobatan.
Allah yang Maha Tahu, telah mengetahui sejak awal mula tentang pertobatan seseorang dan juga tentang kekerasan hati orang- orang yang menolak untuk bertobat. Tuhan yang menciptakan semua manusia, mengenal satu persatu ciptaan-Nya sejak awal mula, sehingga Ia sudah mengetahui akan jalan hidup yang akan dipilih oleh setiap manusia; entah ia menerima Tuhan atau menolak Dia, entah setelah pertobatannya ia tetap setia sampai akhir atau tidak. Maka sesungguhnya Tuhan memberikan rahmat untuk bertobat kepada setiap orang (lih. Mzm 95:8), sedangkan rahmat tambahan lainnya memang diberikan secara bervariasi antara satu orang dengan yang lainnya sesuai dengan perannya di dalam rencana keselamatan Allah.
Maka kepada mereka yang menolak Tuhan, bukan Tuhanlah yang secara aktif menyebabkan mereka menolak Dia. Hanya karena Allah Maha Tahu, Ia sudah mengetahui tentang hal ini sejak semula; sehingga sering di pikiran kita manusia, kelihatannya seperti Allah yang sudah menentukan semuanya. Padahal tidak. Sebab pengetahuan manusia tidak sama dengan pengetahuan Tuhan. Manusia mengetahui berdasarkan pemahaman kronologis, masa lalu, sekarang dan masa depan; sedangkan bagi Tuhan, tidak ada masa lalu, dan masa depan, sebab semuanya terpampang di hadapan-Nya sebagai SAAT INI. Dengan pemahaman ini, kita mengetahui bahwa karena Tuhan yang menghormati kehendak bebas manusia, Ia membiarkan manusia memutuskan sesuai dengan kehendak hatinya. Demikianlah maksud yang disampaikan dalam surat Rasul Paulus, “Sebab Ia berfirman kepada Musa: Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati.”….Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya. (Rom 9:15, 18). Menjelaskan tentang maksud ayat ini, St. Thomas Aquinas mengambil contoh matahari. Matahari menyinari semua orang, namun jika ada bagian di sana yang terhalang, maka bagian tersebut menjadi gelap, sama seperti matahari menyinari sebuah rumah, namun jika jalusi jendelanya tertutup rapat, maka rumah itu menjadi gelap. Maka bukan matahari yang menyebabkan rumah itu gelap, namun orang yang menutup jalusi jendela rumah itu. Maka Tuhan memilih untuk tidak memberikan terang rahmat-Nya kepada mereka yang meletakkan penghalang bagi terang itu (lih. Thomas Aquinas, Summa Theology, I-II, q.79, a.3).
Demikian tanggapan saya, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Katolisitas
Trima kasih atas penjelasan bu Ingrid…..
Berkah Dalem
Dear Bu Ingrid,
selama ini saya adalah seorang Katolik KTP. Baru-baru ini sajalah saya berusaha untuk bertobat walaupun untuk itu saya harus bergulat dengan banyak pertanyaan. Hal apa yang membuat saya ingin bertobat? Jawabannya adalah: neraka.
Internet membuat saya mengetahui hal-hal seperti berikut:
…….
[Dari Katolisitas: kami edit. ]
Singkatnya, saya banyak mengunjungi situs-situs yang menyatakan bahwa akhir dunia sudah dekat dan karena saya percaya akhir dunia sudah dekat, saya memutuskan inilah saatnya untuk bertobat.
Jadi alasan atau motif pertobatan saya adalah karena ‘ketakutan’ atau ‘takut’.
Saya takut masuk neraka. Takut disiksa selama-lamanya. Tidak ada jalan kembali jika sudah masuk neraka, bukan?
Saya tidak menyukai motif ini, alangkah indahnya jika saya bertobat karena Sabda dan seruan kasih Tuhan! Tetapi inilah kebenarannya dan saya bersyukur juga karena hal-hal tersebut di atas yang menakutkan saya dapat membawa saya ke pintu pertobatan.
Pertanyaan saya: bagaimana komentar Bu Ingrid mengenai motif pertobatan saya? Apakah saya harus mengubahnya? Jika ya, bagaimana caranya?
Terima kasih,
Fenky
[Dari Katolisitas: Pertanyaan selengkapnya dan jawabannya telah ditayangkan di atas, silakan klik]
Saudaraku Fenky,
Apapun alasan anda untuk bertobat, saya mengucapkan selamat datang pada hidup baru…
hidup dalam kasih Allah yang tak berkesudahan… bahkan kasih yang sulit dimengerti…
Namun bila pertobatan yang anda lakukan, yang dalam pengertian saya adalah melakukan pengakuan dosa… dan tidak hanya sekali di awal… namun secara teratur dan kalau mungkin sekali dalam sebulan… semangat pertobatan yang anda lakukan dari ketakutan akan neraka… akan bergeser secara perlahan namun pasti… kearah kasih akan Allah… sebagaimana yang telah dijelaskan dengan sangat baik oleh Bu Inggrid.
Tetapkan langkah untuk kembali kepada pangkuan kasih Allah yang tak terbatas tinggi, dalam, dan luasnya…
Tuhan Yesus memberkati…
Bunda Maria melindungi…
Comments are closed.