Kita mungkin pernah mendengar dalam beberapa perayaan Ekaristi, yang mungkin juga dihadiri oleh umat dari agama lain, diumumkan bahwa yang boleh menerima Tubuh Kristus adalah orang-orang yang dipermandikan secara Katolik dan telah menerima komuni pertama. Ada umat Kristen non-Katolik yang tidak mengerti akan hal ini dan mengatakan bahwa mereka ingin menyambut Tubuh Kristus, karena percaya. Namun, mengapa keinginan mereka dihalangi? Sebenarnya kalau kita lihat, tidak ada yang melarang orang-orang untuk datang kepada Kristus dalam setiap perayaan Ekaristi. Namun, untuk dapat menyambut Kristus dalam perayaan Ekaristi, maka bagi umat Kristen, harus telah dibaptis dan masuk ke dalam Tubuh Mistik Kristus, yaitu Gereja Katolik. Hal ini adalah hal sangat wajar, karena kalau kita ingin memperoleh hak, maka kita juga harus menjalankan kewajiban. Adalah menjadi hak umat Katolik untuk berpartisipasi dalam setiap perayaan Ekaristi, namun menjadi kewajiban umat tersebut untuk tetap berada dalam kesatuan dengan Gereja Katolik, percaya akan dogma dan pengajaran Gereja Katolik. Dengan demikian, kalau memang mereka ingin menyambut komuni di dalam Gereja Katolik, maka dengan senang hati Gereja Katolik menyambut mereka. Namun, karena Gereja Katolik menyadari bahwa Sakramen Ekaristi adalah Sakramen yang menuntun orang kepada keselamatan kekal, maka dalam kondisi yang mendesak (bahaya kematian, dll), bagi umat Kristen non-Katolik yang percaya akan Sakramen ini, atas inisiatifnya sendiri, dapat meminta pastor untuk memberikan Tubuh Kristus kepada mereka.
Keberatan lebih lanjut adalah ada yang mengatakan bahwa larangan seperti ini adalah buatan manusia belaka dan tidak perlu dipatuhi. Kalau mereka berpendapat bahwa larangan tersebut hanya bikinan manusia saja, mengapa mereka ingin menerima Ekaristi, yang berarti mereka mengakui bahwa Yesus hadir secara nyata (Tubuh, Darah dan ke-Allahan-Nya) dalam rupa roti dan anggur? Bukankah kedua hal ini dikeluarkan oleh Gereja yang sama? Kalau mereka mengakui bahwa pengajaran Gereja Katolik ini adalah suatu kebenaran, maka apakah yang menghalangi mereka untuk masuk ke dalam Gereja Katolik? Apakah dengan demikian mereka mengakui bahwa dogma Kristus hadir secara nyata dalam Ekaristi mempunyai dasar di Alkitab dan pada saat yang bersamaan mereka mengklaim bahwa larangan umat Kristen non-Katolik untuk menerima Ekaristi adalah hanya bikinan manusia belaka? Bukankah dengan demikian maka sikap seperti ini adalah sikap yang memilih-milih dan menggunakan parameter yang sebenarnya adalah double standard? Kalau memang percaya bahwa Bapa adalah baik, sehingga Dia memberikan Putera-Nya untuk menjadi manusia dan kemudian hadir secara nyata dalam rupa roti dan anggur, apakah yang menjadi alasan untuk tidak masuk ke dalam Gereja yang mempercayai bahwa Yesus hadir secara nyata (Tubuh, Jiwa, dan ke-Allahan-Nya) dalam rupa roti dan anggur?
Berikut ini mari kita melihat hakekat dari Ekaristi, sehingga kita dapat mengerti mengapa ada larangan bahwa umat Kristen non-Katolik tidak dapat menerima Ekaristi di dalam perayaan Misa. Ada banyak hakekat dari perayaan Ekaristi. Namun, satu hal yang saya ingin soroti dalam menanggapi pernyataan anda adalah Ekaristi sebagai Sakramen Persatuan. Berikut ini adalah apa yang dituliskan di dalam Katekismus Gereja Katolik:
KGK, 1396. Kesatuan Tubuh Mistik: Ekaristi membangun Gereja. Siapa yang menerima Ekaristi, disatukan lebih erat dengan Kristus. Olehnya Kristus menyatukan dia dengan semua umat beriman yang lain menjadi satu tubuh: Gereja. Komuni membaharui, memperkuat, dan memperdalam penggabungan ke dalam Gereja, yang telah dimulai dengan Pembaptisan. Di dalam Pembaptisan kita dipanggil untuk membentuk satu tubuh Bdk. 1 Kor 12:13.. Ekaristi melaksanakan panggilan ini: “Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? Karena roti adalah satu, maka kita, sekalipun banyak, adalah satu tubuh, karena kita semua mendapat bagian dalam roti yang satu itu” (1 Kor 10:16-17):
Kalau kamu Tubuh Kristus dan anggota-anggota-Nya, maka Sakramen yang adalah kamu sendiri, diletakkan di atas meja Tuhan; kamu menerima Sakramen, yang adalah kamu sendiri. Kamu menjawab atas apa yang kamu terima, dengan “Amin” [Ya, demikianlah] dan kamu menandatanganinya, dengan memberi jawaban atasnya. Kamu mendengar perkataan “Tubuh Kristus”, dan kamu menjawab “Amin”. Jadilah anggota Kristus, supaya Aminmu itu benar” (Agustinus, serm. 272).KGK, 1398. Ekaristi dan kesatuan umat beriman. Karena keagungan misteri ini, santo Augustinus berseru: “O, Sakramen kasih sayang, tanda kesatuan, ikatan cinta” (ev. Jo 26,6,13) Bdk. SC 47.. Dengan demikian orang merasa lebih sedih lagi karena perpecahan Gereja yang memutuskan keikutsertaan bersama pada meja Tuhan; dengan demikian lebih mendesaklah doa-doa kepada Tuhan, supaya saat kesatuan sempurna semua orang yang percaya kepada-Nya, pulih kembali.
KGK, 1400. Persekutuan-persekutuan Gereja yang muncul dari Reformasi, yang terpisah dari Gereja Katolik, “terutama karena tidak memiliki Sakramen Tahbisan, sudah kehilangan hakikat misteri Ekaristi yang otentik dan sepenuhnya” (UR 22). Karena alasan ini, maka bagi Gereja Katolik tidak mungkin ada interkomuni Ekaristi dengan persekutuan-persekutuan ini. “Kendati begitu, bila dalam Perjamuan Kudus mereka mengenangkan wafat dan kebangkitan Tuhan, mereka mengimani, bahwa kehidupan terdapat dalam persekutuan dengan Kristus, dan mereka mendambakan kedatangan-Nya kembali dalam kemuliaan” (UR 22).
KGK, 1401. Jika menurut pandangan Uskup diosesan ada situasi darurat yang mendesak, imam-imam Katolik boleh menerimakan Sakramen-sakramen Pengakuan, Ekaristi, dan Urapan Orang Sakit juga kepada orang-orang Kristen lain yang tidak mempunyai kesatuan penuh dengan Gereja Katolik, bila mereka sendiri secara sukarela memintanya, asalkan mengerti Sakramen-sakramen itu mereka memperlihatkan iman Katolik serta berada dah disposisi yang baik Bdk. CIC, can. 844 -4
Jadi, dengan demikian, maka terlihat jelas, pada saat kita mengikuti perayaan Ekaristi, bukan saja kita disatukan dengan Kristus, namun kita juga disatukan dengan seluruh umat beriman, yang berada di dalam satu kumpulan di bawah Paus. Dan juga seluruh umat beriman yang menerima Tubuh Kristus dalam Ekaristi percaya akan dogma yang sama, yaitu kehadiran Yesus secara nyata dalam setiap perayaan Ekaristi. Tentang siapa saja yang berhak menerima komuni di atur di dalam Kanon 844.
Kan. 844 – § 1. Para pelayan katolik menerimakan sakramen-sakramen secara licit hanya kepada orang-orang beriman katolik, yang memang juga hanya menerimanya secara licit dari pelayan katolik, dengan tetap berlaku ketentuan § 2, § 3 dan § 4 kanon ini dan kan. 861, § 2.
§ 3. Pelayan-pelayan katolik menerimakan secara licit sakramen-sakramen tobat, Ekaristi dan pengurapan orang sakit kepada anggota-anggota Gereja Timur yang tidak memiliki kesatuan penuh dengan Gereja katolik, jika mereka memintanya dengan sukarela dan berdisposisi baik; hal itu berlaku juga untuk anggota Gereja-gereja lain, yang menurut penilaian Takhta Apostolik, sejauh menyangkut hal sakramen-sakramen, berada dalam kedudukan yang sama dengan Gereja-gereja Timur tersebut di atas.
§ 4. Jika ada bahaya mati atau menurut penilaian Uskup diosesan atau Konferensi para Uskup ada keperluan berat lain yang mendesak, pelayan-pelayan katolik menerimakan secara licit sakramen-sakramen tersebut juga kepada orang-orang kristen lain yang tidak mempunyai kesatuan penuh dengan Gereja katolik, dan tidak dapat menghadap pelayan jemaatnya sendiri serta secara sukarela memintanya, asalkan mengenai sakramen-sakramen itu mereka memperlihatkan iman katolik dan berdisposisi baik.
§ 5. Untuk kasus-kasus yang disebut dalam § 2, § 3 dan § 4, Uskup diosesan atau Konferensi para Uskup jangan mengeluarkan norma-norma umum, kecuali setelah mengadakan konsultasi dengan otoritas yang berwenang, sekurang-kurangnya otoritas setempat dari Gereja atau jemaat tidak katolik yang bersangkutan.
Dari kanon tersebut di atas, maka tidak benar bahwa dalam situasi biasa, orang-orang Kristen non-Katolik dapat menerima komuni di dalam Gereja Katolik. Hal ini dikarenakan orang-orang Kristen yang lain tidak dalam bahaya mati atau ada keperluan berat lain yang mendesak, walaupun mereka mempunyai disposisi hati yang baik (lih. Kan 844 § 4. di atas). Jadi Misa di dalam kelompok doa Ekumene, harus diumumkan bahwa hanya umat yang telah dibaptis dan beragama Katolik saja yang dapat menerima Ekaristi. Kalau mau, Romo dapat mendoakan umat Kristen yang lain setelah komuni atau setelah Misa.
Persyaratan untuk menerima komuni bukan hanya disposisi hati yang percaya/ mengimani bahwa hosti tersebut (setelah konsekrasi) adalah Tubuh Kristus. Sebab komuni di sini bukan hanya berarti Komuni/ persatuan dengan Tubuh Kristus dalam hosti kudus, namun juga komuni/ persatuan dengan Tubuh Mistik Kristus yaitu Gereja Katolik, di bawah pimpinan Bapa Paus. Hal yang kedua inilah yang mungkin tidak diimani oleh banyak orang Kristen Protestan, karena mereka tidak mengakui kepemimpinan Bapa Paus. Oleh karena itu, mereka tidak dapat menerima Komuni dalam Perayaan Misa, karena mereka pengertian mereka tentang Komuni tidak sama dengan pengertian Gereja Katolik. Semoga keterangan ini dapat memperjelas dan membantu.
Syalom P Stef dan Bu Inggrid….
Pada hari Jumat Agung kemarin, pastor paroki gereja saya mengumumkan bahwa bagi orang protestan yang menghadiri perayaan Jumat Agung di [nama paroki dihapus] boleh ikut menyambut Tubuh Kristus dengan syarat percaya kepada Yesus dan langsung memasukkan Nya ke dalam mulut atau tidak membawa pulang sebagai oleh oleh dari Gereja Katolik.
Mendengar pengumuman ini, saya sangat tercengang, karena selama ini 33 tahun saya menjadi Katolik, saya baru kali ini mendengar pengumuman seperti itu bahkan dari seorang Pastor Paroki yang notabene sangat senior dan memahami semua Hukum Gereja dengan baik dan konon berpendidikan S3 di Roma.
pertanyaan saya adalah apakah memang yg diumumkan oleh pastor tersebut adalah benar sesuai dengan Hukum Gereja Katolik? kalo memang benar, kenapa selama ini yang didapat saya bahwa hanya orang yang telah dibaptis dalam Katolik yang bisa menerima komuni? kalau salah, mengapa pastor tersebut berani mengumumkan hal tersebut atau apakah memang diberikan kuasa kepada pastor untuk mengubah tata cara dan persyaratan komuni dalam sebuah gereja katolik?
kalau memang diberikan wewenang, atas dasar apa wewenang trsbt diberikan ? dan apabila tidak, apakah tidak sebaiknya sang pastor mengundurkan diri sebagai seorang imam?
terima kasih banyak atas jawaban yang akan diberikan
Shalom Antonius,
Sebenarnya apa yang dilakukan oleh pastor tersebut tidak tepat. Yang dituntut dari umat Kristen non-Katolik untuk menerima Ekaristi bukan hanya mempunyai disposi hati yang baik dan percaya akan tubuh dan darah Kristus, namun juga “situasi darurat yang mendesak”. Katekismus Gereja Katolik mengutip Kitab Hukum Gereja menuliskan:
Dalam konteks tersebut, tidak ada kondisi yang mendesak, seperti pada kasus kecelakaan, bahaya kematian, dll. Hal ini telah diulas di sini- silakan klik. Kalau Anda mengenap pastor tersebut, maka Anda dapat berdiskusi dengan beliau dengan semangat kasih. Jangan marah-marah, apalagi menuntut pastor tersebut mengundurkan diri. Mintalah karunia kebijaksanaan, sehingga kita dapat menyampaikan maksud baik kita dengan cara yang baik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Terus terang saya sgt sedih membaca semua koment di atas seakan2 untuk menerima Kristus secara sukarela aja kok sulitnya minta ampun jgn lupa Penyerahan diri dan penerimaan kita akan kristus hanya kita msg2 pribadi dan Kristus sendiri yang tau. Terimakasih.
Shalom Budi,
Sejujurnya, tidak ada yang sulit, jika di sepanjang sejarah tidak ada sejumlah orang yang memisahkan diri dari Gereja yang didirikan Kristus. Namun kenyataannya tidak demikian, inilah persoalannya. Anda mempunyai pandangan seolah-olah kita berhak menerima Kristus, tergantung penghayatan masing-masing pribadi. Maka seolah-olah tidak ada peran Gereja di dalamnya. Tetapi dalam Kitab Suci sendiri, perayaan perjamuan kudus itu tidak pernah terlepas dari kesatuan dengan para Rasul dan jemaat. Hal inilah yang sesungguhnya dilestarikan oleh Gereja Katolik. Maka tentu kalau mau mudahnya, ya silakan bergabung dengan Gereja Katolik, dan dengan demikian menerima perjamuan kudus sesuai dengan kehendak Kristus yang mempercayakan perjamuan kudus itu kepada para Rasul-Nya. Sebab Komuni kudus itu merupakan persekutuan dengan Tubuh Kristus dan Tubuh Mistik Kristus (yaitu Gereja-Nya), yang didirikan di atas Rasul Petrus (lih. Mat 16:18).
Sebab keselamatan, jika kita membaca dari Kitab Suci, adalah kehendak Tuhan bagi semua orang (1 Tim 2:4). Yaitu agar kita semua dipersatukan dengan Kristus sebagai Kepala segala sesuatu (lih. Ef 1:10). Karena itu, keselamatan bukan hanya urusan antara masing-masing orang dengan Kristus, tetapi urusan kita bersama sebagai anggota-anggota Kristus dengan Kristus. Sebab dalam tubuh yang sehat tak cukup hanya ada suatu hubungan yang baik antara anggota-anggota tubuh tertentu dengan kepala, tetapi juga keseluruhan anggota itu dalam kesatuan dengan kepalanya. Nah kesatuan Tubuh Kristus dengan Sang Kepala itu dijamin dengan adanya wakil Kristus di dunia, yaitu Paus (penerus Rasul Petrus); dan itulah sebabnya kesatuan dengan Paus menjadi salah satu syarat untuk menerima Komuni kudus dalam Gereja Katolik. Selanjutnya, ketiadaan dosa berat, juga menjadi persyaratan penerimaan Komuni, di samping harus mengimani Ekaristi sebagai sungguh Tubuh dan Darah Kristus. Persyaratan ini sudah ada sejak zaman Gereja awal, silakan klik. Maka Gereja Katolik tidak dapat berbuat yang lain, selain melestarikannya demi kasih dan ketaatannya kepada Kristus yang mendirikannya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Sejahtera Ibu Ingrid.
Saya kira kalimat yang ibu tuliskan sbb: Karena itu, keselamatan bukan hanya urusan antara masing-masing orang dengan Kristus, tetapi urusan kita bersama sebagai anggota-anggota Kristus dengan Kristus…. adalah sangat tepat.
Kita seringkali mendengar kawan2 Protestan yang mengatakan saya tidak butuh pengantara, saya bisa langsung menuju Yesus, bahkan lebih ektream lagi mengatakan tidak butuh Gereja karena TUHAN ada di dalam tiap2 orang. Jadi menggambarkan bahwa TUHAN bisa langsung mendatangi kita atau kita bisa langsung datang kepadanya TANPA “JASA” ORANG LAIN. Keimanan model inilah yang kelihatan seperu keimanan yang berbungkus kesombongan, inilah yang tidak pernah disadari oleh kebanyakan dari kita. Jadi bagaimana Iman kita bertumbuh jika kita tidak terlebih dlu mendengar pengajaran, dan darimana pengetahuan tentang Yesus didapat? Dari Alkitab. Dan jika kita tarik terus kebelakang maka semua itu berasal dari Yesus sendiri. Tetapi terkadang sikap2 dari kawan2 Protestan yg merasa tidak butuh doa orang kudus, tidak butuh gereja karena TUHAN bisa langsung saja didatangi itu seperti sikap orang yang mau potong jalan, seperti kacang lupa pada kulit. Setelah diperkenalkan siapa dan bagaiamana TUHAN mereka kemudian menyangkal bahwa ada orang yg pernah berjasa memperkenalkan TUHAN kepada dirinya.
Pertanyaaan saya adalah, bagaiamna tanggapan Katolik akan sikap seperti itu? Benarkah sikap demikian? Apakah Iman dapat bertumbuh tanpa orang lain? Ataukah dapatkah Iman bertumbuh tanpa persekutuan umat beriman?
Salam Kasih
Shalom Olvy,
Sejujurnya, kalau kita membaca Kitab Suci, kita mengetahui bahwa Tuhan menghendaki agar kita yang percaya kepada-Nya saling bahu membahu dan saling membantu, agar dapat sampai kepada keselamatan kekal. Keselamatan yang maknanya adalah persatuan/ persekutuan selamanya antara kita dengan Allah, diumpamakan oleh Kristus sebagai gambaran kesatuan antara tubuh dengan kepalanya.
Maka pengajaran yang paling jelas tentang hal ini ada dalam surat Rasul Paulus di 1Kor 12. Kita adalah anggota-anggota Tubuh Kristus, dan Kristus adalah Kepala kita. Setiap anggota tidak bisa mengatakan bahwa ia tidak membutuhkan anggota yang lain. Sebab tubuh itu tidak ada, kalau hanya ada tangan dan kepala, atau kaki dengan kepala. Tubuh baru disebut tubuh, kalau lengkap semua anggotanya. Adalah menjadi kehendak Allah, bahwa terdapat keberagaman anggota tubuh, dengan fungsinya masing-masing -ada yang menjadi rasul, nabi, pengajar, pelayan, pendoa, dst- supaya setiap anggota yang berbeda itu saling memperhatikan (1 Kor 12:25), supaya jemaat dapat dibangun (1 Kor 14:5).
Maka kita tidak dapat mengatakan bahwa kita tidak butuh Gereja (Tubuh Kristus) itu, atau kita hanya butuh Kitab Suci saja. Sebab hal ini tidak sesuai dengan realita. Sebab jalau Gereja tidak penting, maka Tuhan Yesus tidak perlu mendirikan Gereja. Namun nyatanya Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya (Mat 16:18) dan menyerahkan diri-Nya bagi Gereja-Nya itu (Ef 5:25). Juga Kitab Suci itu tidak jatuh sendiri dari langit. Kita menerima Kitab Suci dari Gereja Katolik, yang menentukan kanonnya di abad ke-4 (selanjutnya, silakan klik di sini dan di sini).
Proses penyusunan/penulisan Kitab Suci sendiri menunjukkan keterlibatan banyak orang pilihan Tuhan, sehingga Sabda-Nya itu dapat sampai kepada kita. Di atas semua itu, Allah berkenan melibatkan juga peran Bunda Maria, sehingga melalui persetujuannya, Kristus Putera-Nya dapat menjelma menjadi manusia. Kristus juga mengutus para Rasul-Nya ke seluruh dunia. Melalui para penerus Rasul inilah, kita menerima ajaran iman Kristiani. Maka, dalam mewujudkan rencana-Nya, Allah melibatkan peran manusia.
Melihat semua kenyataan ini, maka kita melihat bahwa iman kita tidak bisa dikatakan hanya merupakan urusan pribadi kita masing-masing dengan Allah. Memang keputusan mengimani Kristus adalah keputusan pribadi, tetapi hal ini terjadi setelah keterlibatan banyak orang, dan karena itu, kitapun mempunyai tugas untuk mewartakannya kepada banyak orang (lih. Mat 28:19-20) dan untuk tinggal dalam kesatuan dengan Gereja yang didirikan-Nya (lih. Yoh 17:20-21). Sebab kesatuan kasih dengan sesama saudara, sebagai satu tubuh adalah bukti iman kita kepada Tuhan. Maka masalah iman dan kasih bukan semata-mata antara setiap kita secara pribadi dengan Allah, tetapi juga antara sesama kita sebagai satu tubuh.
Mari membaca secara perlahan petikan surat Rasul Paulus ini:
Allah menghendaki agar kita saling tolong menolong (Gal 6:2), juga dalam hal iman. Sebab dalam pertumbuhan iman kita, ada orang yang menanamkannya, ada yang menyiram, walaupun memang Allah-lah yang memberi pertumbuhan (lih. 1Kor 3:7). Marilah dengan kerendahan hati kita mengakui keterlibatan Gereja dalam pertumbuhan iman kita, dan sekaligus melihatnya sebagai panggilan bagi kita untuk mengambil bagian dalam karya Gereja dalam kesatuan dengan Kristus, untuk menghantar banyak orang kepada keselamatan kekal.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Syalom Katolisitas
Bolehkan seorg gereja lain non katolik menerima komuni meskipun dia sudah
dibaptis di gereja lain bukan katolik,
dan sebaliknya bolehkan seorang katolik yg sudah dibaptis menerima hosti dan anggur dari gereja yg non katolik.
Terima kasih dan Tuhan berkati.
[dari katolisitas: Silakan membaca ini – silakan klik dan ini – klik ini. Umat Katolik juga tidak boleh menerima hosti dan anggur dari gereja non-Katolik]
Shalom,
Dikatakan bahwa penganut kristen nonkatolik yang sudah dibaptis jika ingin menjadi katolik tidak perlu dibaptis ulang tetapi cukup diteguhkan saja. Pertanyaan saya apa yang dimaksud diteguhkan? Apakah dengan dispensasi Romo paroki yang terkait atau dengan kewajiban mengikuti kursus tentang ajaran gereja Katolik? Pertanyaan ini saya ajukan karena ada keponakan yang berasal dari gereja yang baptisannya diakui sah oleh gereja Katolik akan menikah dengan pacarnya yang beragama Katolik dan pernikahan mereka akan diberkati serta dirayakan misa di gereja Katolik. Pasangan pengantin tersebut ingin bersama-sama menerima hosti dalam perjamuan suci nanti. Ketika ditanyakan kepada Romo ternyata ada Romo yang membolehkannya asalkan dengan dispensasi tetapi juga ada Romo yang tidak membolehkan mempelai yang belum dibaptis secara Katolik untuk menerima komuni. Jadi, pasangan pengantin tersebut merasa bingung. Mohon kepastian tentang larangan ini dan penjelasannya.
Terima kasih dan Berkah Dalem.
Andryhart
Shalom Andryhart,
Jika seorang umat Kristen non-Katolik yang telah secara sah dibaptis di gerejanya yang termasuk PGI, ingin menjadi Katolik, maka ia tidak perlu dibaptis ulang, hanya perlu diteguhkan atau diterima menjadi anggota Gereja Katolik. Dasar yang dipegang oleh Gereja Katolik adalah Ef 4:5, yaitu bahwa hanya ada satu baptisan, maka orang yang telah dibaptis secara sah, tak perlu dibaptis lagi. Nah, jika orang ini ingin bergabung secara penuh dalam Gereja Katolik, maka ia perlu menghadap kepada Romo (bisa di paroki di mana ia berdomisili), lalu menanyakan persyaratannya. Umumnya Romo akan meminta ia mengikuti program katekumen yang umumnya memakan waktu kira-kira setahun. Namun demikian untuk kondisi-kondisi khusus, dapat saja Romo memberikan dispensasi dengan ia sendiri atau ia menugaskan seorang katekis tertentu untuk memberikan pelajaran iman Katolik kepadanya secara khusus, sehingga waktu persiapannya dapat lebih cepat dari biasanya. Namun ini bukan norma umum, dan hal ini tergantung dari kebijaksanaan Romo yang bersangkutan.
Nah, persyaratan seseorang penerimaan Komuni bagi Gereja Katolik tidak hanya bahwa orang itu: 1) percaya bahwa hosti yang telah dikonsekrasikan itu menjadi Tubuh Kristus, tetapi bahwa orang itu juga 2) percaya bahwa Gereja Katolik adalah Tubuh Mistik Kristus, dan ia berkehendak untuk bersekutu secara penuh dengan keduanya: yaitu Tubuh Kristus dan Tubuh Mistik-Nya yaitu Gereja Katolik, dan menaati segala ajarannya. Makna persekutuan penuh dengan Gereja Katolik yang adalah Tubuh Misktik Kristus ini, yang tidak terpenuhi pada seseorang yang Kristen non- Katolik, walaupun mungkin ia percaya bahwa hosti yang telah dikonsekrasikan telah menjadi Tubuh Kristus.
Menurut Katekismus dan Kitab Hukum Kanonik 1983, imam tidak mempunyai hak untuk memberikan dispensasi bagi seseorang yang Kristen non- Katolik untuk menerima Komuni kudus. Yang berhak memberikan dispensasi ini adalah Uskup (Ordinaris); dan itupun hanya dalam keadaan darurat, misalnya bahaya maut, perang, keperluan berat lainnya menurut kebijaksanaan Uskup; dan orang yang memintanya memperlihatkan iman Katolik dan mempunyai disposisi batin yang baik. Berikut ini ketentuannya:
KGK 1400 Persekutuan-persekutuan Gereja yang muncul dari Reformasi, yang terpisah dari Gereja Katolik, “terutama karena tidak memiliki Sakramen Tahbisan, sudah kehilangan hakikat misteri Ekaristi yang otentik dan sepenuhnya” (UR 22). Karena alasan ini, maka bagi Gereja Katolik tidak mungkin ada interkomuni Ekaristi dengan persekutuan-persekutuan ini. “Kendati begitu, bila dalam Perjamuan Kudus mereka mengenangkan wafat dan kebangkitan Tuhan, mereka mengimani, bahwa kehidupan terdapat dalam persekutuan dengan Kristus, dan mereka mendambakan kedatangan-Nya kembali dalam kemuliaan” (UR 22).
KGK 1401 Jika menurut pandangan Uskup diosesan ada situasi darurat yang mendesak, imam-imam Katolik boleh menerimakan Sakramen-sakramen Pengakuan, Ekaristi, dan Urapan Orang Sakit juga kepada orang-orang Kristen lain yang tidak mempunyai kesatuan penuh dengan Gereja Katolik, bila mereka sendiri secara sukarela memintanya, asalkan mengerti Sakramen-sakramen itu mereka memperlihatkan iman Katolik serta berada dah disposisi yang baik (Bdk. KHK, Kan. 844 §4)
KHK 844 § 4 Jika ada bahaya mati atau menurut penilaian Uskup diosesan atau Konferensi para Uskup ada keperluan berat lain yang mendesak, pelayan-pelayan katolik menerimakan secara licit sakramen-sakramen tersebut juga kepada orang-orang kristen lain yang tidak mempunyai kesatuan penuh dengan Gereja katolik, dan tidak dapat menghadap pelayan jemaatnya sendiri serta secara sukarela memintanya, asalkan mengenai sakramen-sakramen itu mereka memperlihatkan iman katolik dan berdisposisi baik.
Maka, jika orang yang bersangkutan itu memang sungguh ingin menerima Komuni di Gereja Katolik dan ingin menjadi Katolik, silakan membicarakannya dengan Romo paroki. Jika karena waktu yang tidak memungkinkan ia untuk diteguhkan/ diterima menjadi Katolik sebelum sakramen perkawinan dilangsungkan, maka silakan diterima dengan hati lapang, bahwa memang ia belum dapat menerima Komuni kudus pada hari perkawinannya itu, sebab ia belum sepenuhnya tergabung dalam Gereja Katolik. Namun perkawinan mereka itu sendiri tetap adalah sakramen, sebab perkawinan dua orang yang terbaptis secara sah adalah sakramen.
KGK 1601 “Perjanjian Perkawinan, dengan mana pria dan wanita membentuk antar mereka kebersamaan seluruh hidup, dari sifat kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-isteri serta pada kelahiran dan pendidikan anak; oleh Kristus Tuhan Perkawinan antara orang-orang yang dibaptis diangkat ke martabat Sakramen” (KHK Kan. 1055 §1).
KHK 1055 §1 Perjanjian (foedus) perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan (consortium) seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri (bonum coniugum) serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibaptis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen.
KHK 1055 §2 Karena itu antara orang-orang yang dibaptis, tidak dapat ada kontrak perkawinan sah yang tidak dengan sendirinya sakramen.
Semoga rahmat sakramen Perkawinan mempersatukan pasangan tersebut dan memampukan keduanya untuk selalu mengusahakan terlaksananya janji perkawinan yang mereka nyatakan di hadapan Tuhan. Dan jika pihak yang non-Katolik berkehendak untuk sepenuhnya bergabung dengan Gereja Katolik, semoga iapun bersedia mengikuti ketentuannya, agar ia memperoleh bimbingan yang diperlukan dalam proses persiapannya menjadi Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom semua,,,
saat ini saya masih seorang protestan, tapi sudah kurang lebih 3 bulan ini saya belajar tentang iman katolik setiap hari saya mengikuti misa ekaristi tidak hanya itu saya jg mengikuti misa hari minggu atau hari sabtu, saya tau u/ menerima komuni itu seseorang itu harus dibabtis terlebih dahulu, namun saat kali pertama saya mengikuti misa digereja katolik saat misa jalan salib bersama teman saya yg katolik saat itu saya maju tapi saya tdk menerima hanya diberi tanda salib saja oleh pastor, namun stelah misa itu setiap kali saya mengikuti misa ekaristi atau minggu saya tdk pernah maju karna saya fikir saya belum dibabtis secara katolik, tapi pacar saya yg seorang katolik menjelaskan bahwa sebenarnya tdk ap” kl mau maju tetapi saya menerima komuni batin, yg ingin saya tanyakn dsni sebenarnya apakah saya boleh maju dan menerima komuni batin ini..karna ad kerinduan dalam diri saya u/ menerima komuni batin.terima kasih u/ semuanya,,JBU
salam Cheris
Shalom Cheris,
Anda benar, bahwa agar dapat menerima Komuni kudus, seseorang perlu dibaptis secara Katolik terlebih dahulu, atau kalau ia sudah pernah dibaptis secara sah di gereja lain yang termasuk dalam daftar PGI, maka ia hanya perlu diteguhkan menjadi Katolik (tidak perlu dibaptis ulang), baru kemudian ia dapat menerima Komuni kudus dalam Gereja Katolik.
Jika Anda mempunyai kerinduan itu, silakan Anda menanyakannya kepada pastor paroki di mana Anda berdomisili, agar Anda dapat diteguhkan menjadi Katolik. Setelah diteguhkan, Anda dapat menyambut Kristus dalam Komuni kudus di Gereja Katolik. Namun sementara hal itu belum terlaksana, dan Anda mempunyai kerinduan untuk memperoleh berkat Tuhan melalui perantaraan Romo selaku imam tertahbis, maka silakan maju pada saat penerimaan Komuni dengan tangan menyilang di dada, sehingga Romo dapat memberkati Anda, tanpa memberikan Komuni kudus itu kepada Anda, karena Anda belum dapat menerimanya. Selanjutnya, silakan Anda kembali ke tempat duduk Anda dan mendoakan Komuni batin (spiritual communion), silakan klik. Ya, doa Komuni batin ini dapat didoakan oleh siapa saja, yang merindukan persatuan dengan Allah, yang karena satu dan lain hal, tidak/ belum dapat menyambut Tuhan dalam Komuni kudus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya berharap suat saat saya bisa menerima komuni, masuk katolik dan dibaptis…
[Dari Katolisitas: Semoga harapan Anda dapat terwujud. Silakan menanyakan persyaratannya kepada paroki di mana Anda tinggal/ berdomisili.]
Salam,
Pa stef apakah pernyataan dan tulisan di atas berani di pertanggung jawabkan kepada Tuhan? Sy percaya Dasar utama sebelum ikut dalam perjamuan adalah pertobatan dan sdh dibabtis dan sebelum mengikuti perjamuan saya hrs memastikan diri saya layak dan sdh membereskan masalah sy dengan orang lain. sy melihat bahwa GK melihat perjamuan di non katolik tdk sempurna kecuali apa yg di buat GK adalah yg benar tp kenyataannya setelah orang selesai mengikut ekaristi hidupnya tdk sama ketika dia mengikuti ekaristi klo saya bilang munafik dan saya melihat inilah org2 yg mengenal Tuhan hanya saat ekaristi tp hidupnya sama seperti org dunia maka sia2 lah ekaristi dia, bagai mana GK bisa mendidik dan mengajar umat utk mengerti arti ekaristi? Alkitab sdh memperingati kita utk org yg akn mengikuti perjamuan utk melakukan perjamuan dengan layak.
[Dari Katolisitas: Apa yang kami tuliskan di situs ini mengambil dasar dari ajaran Gereja Katolik, sesuai dengan Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja, sehingga bukan merupakan pandangan pribadi kami sendiri. Katekismus Gereja Katolik juga mensyaratkan pertobatan sebelum menyambut Ekaristi, artinya seseorang yang dalam keadaan berdosa berat harus mengaku dosa terlebih dahulu dalam sakramen Pengakuan Dosa, sebelum dapat menyambut Komuni (lih. KGK 1385). Jika ada orang Katolik yang tidak melakukannya artinya ia gagal memenuhi ketentuan ini, tetapi ajaran/ ketentuannya sesungguhnya sudah jelas dan benar. Kita tidak dapat menilai suatu ajaran dengan mengambil patokan dari orang-orang yang gagal melakukannya; sebab ada juga banyak orang yang melakukannya, yang sungguh mengalami perubahan hidup ke arah kekudusan, dengan menyambut Ekaristi. Contohnya yang jelas adalah para orang kudus/ Santo- santa dalam Gereja Katolik. Memang adalah tugas seluruh anggota Gereja Katolik untuk hidup sesuai dengan ajaran imannya, secara khusus tentang Ekaristi, agar setelah menerima Kristus, kitapun dapat menyampaikan-Nya kepada sesama. Namun kebenaran ajaran iman Katolik tentang Ekaristi tidak tergantung dari banyaknya orang yang gagal menghayatinya, tetapi dari penetapannya sendiri oleh Kristus, Sang Roti Hidup, sebagaimana diajarkan-Nya dalam Injil, secara khusus dalam Perjamuan Terakhir kepada para rasul-Nya.]
Bu Inggrid/pak Stef,
Kami adalah keluarga Katolik termasuk istri dan anak2 saya.
Suatu hari istri saya ikut kegiatan doa dan ibadah di gereja Tiberias /
Bethany. Dan akhirnya istri dan anak2 aktif di kegiatan ibadah mereka. Sebagai informasi istri dan anak2 sudah dipermandikan menurut tata cara mereka. Walaupun demikian istri dan anak sebulan sekali masih ikut misa di gereja Katolik.
Pertanyaannya apakah istri dan anak saya pada saat ikut misa masih diperbolehkan menerima komuni kudus.
Salam kasih dan doa,
GBU
Shalom Thomas B,
Nampaknya permasalahannya bukan hanya boleh atau tidak menyambut Komuni, tetapi karena apa yang melatar belakanginya. Seorang yang sudah dibaptis Katolik, sesungguhnya wajib untuk menguduskan hari Tuhan dengan mengikuti perayaan Ekaristi sedikitnya sekali seminggu pada hari Minggu. Hal inilah yang tidak dilakukan oleh istri dan anak-anak Anda, dengan fakta bahwa mereka hanya mengikuti Misa Kudus selama sekali sebulan, ditambah lagi dengan kenyataan sampai mau dibaptis ulang secara non- Katolik. Pertanyaannya, mengapa sampai demikian? Secara obyektif nampak adanya kekurangpahaman akan ajaran iman Katolik, yang berdasarkan Kitab Suci hanya mengakui hanya ada satu Baptisan (lih. Ef 4:5); kurang paham akan makna Ekaristi sebagai puncak ibadah kita sebagai umat Katolik, yang tidak tergantikan dengan perayaan ibadah lainnya; dan kurang mengetahui bahwa penerimaan Komuni bukan hanya sekedar menerima hosti, tetapi menerima keseluruhan Kristus dan seluruh ajaran-Nya, sebagaimana diberikan kepada Gereja-Nya yaitu Gereja Katolik. Jika kenyataannya istri dan anak-anak sudah tidak lagi mengimani Katolik, maka penerimaan Komuni bagi mereka sesungguhnya hanya bersifat superficial, karena absennya penghayatan makna Komuni yang sesungguhnya. Silakan Anda merenungkan, untuk melihat apakah ada kekurangan dari pihak Anda, sehingga terjadi kekurangpahaman akan iman Katolik dalam keluarga Anda. Lalu mohonlah pimpinan Tuhan agar Anda dapat membimbing istri dan anak-anak untuk kembali ke Gereja Katolik.
Maka, sebagai kepala keluarga, silakan membicarakan hal ini secara baik-baik dengan istri dan anak-anak Anda. Kemungkinan inilah saat yang tepat bagi Anda, istri dan anak- anak untuk mendalami iman Katolik secara bersama-sama, sehingga Anda dapat semakin menghayatinya. Jika Anda sekeluarga ingin tetap Katolik, silakan Anda bersama istri dan anak-anak mengaku dosa dalam sakramen Pengakuan Dosa, dan sesudah itu Anda sekeluarga dapat kembali menerima Komuni setiap Minggu-nya dalam Gereja Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam, Thomas B.
Syukur bahwa keluarga anda merasakan semangat untuk melayani dan mendekatkan diri pada Tuhan. Dengan memahami pengajaran Katolik dan penghayatan batin yang tepat, keluarga anda dapat melayani Yesus lebih luar biasa lagi. Semoga Yesus semakin mengobarkan cinta kasih keluarga anda.
Ini mungkin sekedar dugaan, yang bisa jadi salah tebak. Saya menduga mungkin keluarga anda giat di gereja Kristiani lain karena merasa tersentuh dan merasa ibadat di gereja lain yang terasa lebih bergairah. Saya mencoba menduga karena hal ini yang lazim terjadi pada umat Katolik yang bosan dengan misa, dan diperparah dengan kurangnya pemahaman terhadap ajaran iman Katolik.
Jika dugaan saya benar, saya menangkap kesempatan yang luar biasa bagi keluarga anda untuk melayani Yesus lebih luar biasa lagi. Yesus memerintahkan para Rasul untuk mengajarkan semua perintah dan ajaran Yesus ke seluruh dunia. Apabila kita sungguh-sungguh mencintai Yesus, kita akan melakukan semua yang Ia ajarkan dan perintahkan. Permasalahannya adalah terkadang kita gagal memahami bahwa sebetulnya ajaran dan perintah Yesus yang utuh ini dipelihara secara utuh hanya oleh Gereja Katolik.
Saya mengajak Sdr. Thomas dan keluarga untuk membuktikan klaim Gereja Katolik yang terdengar sangat berani ini. Dengan mencari apa saja yang termasuk “semua ajaran dan perintah Kristus”, kita akan melihat bahwa klaim Gereja Katolik bukan tanpa dasar, baik dasar teologis maupun bukti historis. Selanjutnya, setelah anda sekeluarga melihat dan mengerti ajaran Kristus tersebut, keluarga anda tidak perlu takut merasa bosan dalam misa, devosi, maupun iman Katolik. Karena sesungguhnya, iman katolik sungguh dalam dan kaya, namun sangat indah dan sarat bukti kasih Allah pada manusia.
Pada akhirnya, apabila keluarga anda tertarik dengan suasana meriah dalam ibadah gereja lain, anda sekeluarga dapat mengikuti persekutuan doa Katolik yang bernuansa karismatik sebagai bentuk devosi. Disana, anda tetap dapat merasakan suasana meriah tanpa menggeser Ekaristi menjadi nomor dua. Walau demikian, saya belajar dari para Santo-santa dan sesama Katolik bahwa perasaan saya bukanlah penentu utama dari kemana iman saya melangkah, melainkan apa yang Yesus ajarkanlah yang menjadi patokan. Saya yakin, ketika iman dan pemahaman tentang ajaran Katolik tumbuh, kita akan melihat apa yang biasanya tidak terlihat oleh banyak orang dalam Misa Kudus. Semoga keluarga Sdr. Thomas B menjadi pelayan tangguh bagi Kristus dan GerejaNya.
Pacem,
Ioannes
Bu Ingrid,
Saya pernah dekat dengan cowok Kristen Protestan. Dia adalah seorang Kristen yang taat sedangkan waktu itu saya adalah seorang Katolik dengan iman yang “biasa-biasa” saja. Dia menemani saya misa di gereja katolik. Saya memberitahukan padanya bahwa yang boleh menerima komuni hanyalah orang yang sudah dibaptis dalam gereja katolik. Namun saat penerimaan komuni tiba, dia mengatakan bahwa dia mau menerima komuni juga. Terus terang saya bingung waktu itu. Tapi menimbang2 bahwa imannya lebih kuat dari saya, dia juga lebih taat kepada Jesus daripada saya, dan saya melihat dia ada kerinduan yang dalam untuk menerima Tubuh Tuhan, saya tidak boleh menghalangi orang bertemu dengan Tuhan, maka saya mengijinkan dia untuk komuni. Bahkan saya mengajari dia bagaimana posisi tangan menerima komuni supaya gak ketahuan Pastor/Pro Diakon yang membagikan komuni. Hal ini berlangsung beberapa kali. Terus terang sekarang saya merasa berdosa. Saya tahu saya salah dan saya akan mengakuinya di sakramen tobat di masa pra paskah nanti. Yang menjadi pertanyaan saya, apakah ini termasuk dosa berat? Apakah saya masih boleh menerima komuni sebelum saya menerima pengampunan di sakramen tobat? Apakah ini termasuk dosa Sakrilegi?
Pertanyaan kedua, saya juga menemaninya ke Gereja Kristen Protestan. Saya juga menerima Roti dan Anggur di perjamuan kudus mereka. Apakah saya berdosa dalam hal ini?
Pertanyaan ketiga, saya punya kalung dengan leontin yang sudah diberkati. Suatu hari waktu bangun tidur, kalungnya terjatuh dan leontinnya terlempar sehingga salibnya hancur berkeping-keping. Lalu saya buang ke tong sampah. Apakah saya berdosa dalam hal ini?
Mohon penjelasannya Bu.
Terima kasih
Shalom Lina,
Terima kasih atas pertanyaannya. Secara prinsip, memang tidak diperbolehkan seseorang yang walaupun telah dibaptis namun belum menjadi anggota Gereja Katolik untuk menerima Sakramen Ekaristi. Walaupun orang tersebut percaya akan kehadiran Kristus, namun tetap tidak diizinkan, kecuali dalam kondisi darurat, seperti dalam situasi akan meninggal. Diskusi tentang hal ini dapat dilihat di sini – silakan klik. Kalau kita telah mengetahui hal ini, dan membantu seseorang yang bukan anggota Gereja Katolik menerima Tubuh Kristus, sebenarnya kita juga telah turut andil dalam perbuatan dosa. Rasul Paulus menuliskan kepada jemaat di Korintus “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang. Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.”
Yang Anda perlu lakukan adalah mengaku dosa kepada pastor. Jangan menunggu sampai masa Prapaskah untuk mengaku dosa kalau Anda dapat melakukannya hari ini. Silakan mengaku dosa dan menceritakan semuanya kepada pastor, sehingga Anda kembali dalam kondisi rahmat. Kemudian Anda juga harus memberitahu pacar Anda agar tidak menerima lagi Tubuh Kristus, sampai dia sendiri menjadi anggota Gereja Katolik. Anda juga tidak boleh menerima roti dan anggur di perjamuan kudus non-Katolik, karena memang sungguh berbeda dengan apa yang terjadi di dalam Gereja Katolik. Tentang benda-benda sakramentali dan sudah diberkati, kalau rusak Anda dapat memasukannya ke dalam amplop dan kemudian dapat ditaruh di dalam tanah jika memungkinkan. Kalau Anda belum mengetahuinya, tidak menjadi masalah dan lain kali kita perlakukan benda-benda sakramentali dengan baik, karena mereka juga telah membantu kita dalam berdevosi kepada Tuhan. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Dear Pak Stef,
Terima kasih atas penjelasannya sehingga sekarang saya mengerti.
Saya sudah mengaku dosa kepada Pastor.
Gbu
Pak Stef,
Maaf ada satu hal lagi yang mengganjal.
Saya pernah dengar bahwa perjamuan kudus di Kristen non-katolik itu hanya untuk mengenang perjamuan terakhir Tuhan Yesus. Jika begitu adanya, kenapa seorang katolik tidak boleh menerima roti dan anggur di gereja Kristen non-katolik? Kan gak salah jika kita ikut mengenang perjamuan terakhir Tuhan.
Terima kasih
[Dari Katolisitas: Silakan membaca terlebih dahulu artikel ini, silakan klik. Bagi gereja-gereja non- Katolik, perjamuan terakhir itu hanya mengenangkan perjamuan terakhir, namun bagi Gereja Katolik adalah menghadirkan kembali Kristus dalam perjamuan terakhir, sengsara, wafat, kebangkitan-Nya dan kenaikan-Nya ke surga. Maka dari maknanya saja tidak sepenuhnya sama. Banyak dari gereja-gereja non- Katolik malah menganggapnya hanya sebagai lambang saja, bukan sungguh-sungguh Tubuh dan Darah Kristus.
Keikutsertaan kita dalam perjamuan itu mengisyaratkan bahwa kita mempunyai pengertian yang sama dengan mereka tentang perjamuan kudus di gereja tersebut. Padahal kita mempunyai Ekaristi, yang mempunyai makna yang lebih penuh, karena sesuai dengan makna peringatan perjamuan tersebut sesuai dengan yang diajarkan oleh Kristus, dan para rasul, sejak zaman Gereja perdana.]
Saya sangat setuju dengan pendapat dari Katolisitas.
Kalau boleh saya tambahkan…gereja-gereja non-Katolik mulai mengadakan permjauan karena mereka tidak ingin disebut tidak melaksanakan perintah Tuhan Yesus…mereka melaksanakan perjamuan (maaf) hanya ikut-ikutan Gereja Katolik…
[Dari Katolisitas: Mari kita jangan menuduh apapun terhadap mereka, sebab tetap ada kemungkinan bahwa mereka melakukannya karena dorongan Roh Kudus, untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Firman Tuhan. Hanya saja karena satu dan lain hal, pelaksanaannya belum sesuai sepenuhnya dengan apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus dan para Rasul, yang telah dilestarikan oleh Gereja sejak zaman abad-abad awal sampai sekarang, dalam Gereja Katolik]
tapi sayang makna yang dalam perjamuan mereka tidak sedalam/ sepenuh yang di Gereja Katolik…
jadi menurut saya kalau kita sudah mendapatkan santapan Rohani yang sepenuhnya di Gereja Katolik…karena kita sungguh menyambut Tubuh dan Darah Kristus…buat apa kita (cuma) menerima roti dan anggur karena kita dapat makan roti dan minum anggur kapan saja dan dimana saja…
bukan maksud saya menuduh apapun terhadap mereka (gereja non-Katolik) tapi itu adalah pengalaman pribadi saya sendiri sewaktu saya dalam penggembaraan iman selama 7 tahun di gereja-gereja non-Katolik dan Gereja Katolik. saya mendengar sendiri ada pemimpin gereja non-Katolik yang mengatakan hal itu. maka dari itu saya meminta maaf dulu sebelum mengatakan mereka ikut-ikutan Gereja Katolik. karena itu adalah pengalaman pribadi saya. mungkin juga benar apa yang dikatakan oleh Katolisitas ‘ada kemungkinan mereka melakukan hal itu karena dorongan Roh Kudus’ saya berharap itulah yang sesungguhnya terjadi bukan hanya ikut-ikutan.
saya sungguh bersyukur karena pernah mengalami pengembaraan iman ke gereja-gereja non-Katolik sehingga saat ini iman saya semakin bertumbuh di Gereja Katolik..apalagi sekarang dibantu ‘pupuk’ oleh Katolisitas..
maju terus Katolisitas…
Mungkin menurut saya kenapa org non Katolik tidak boleh menerima hosti karena ada tertulis di 1kor 11:29 “Karena barang siapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, Ia mendatangkan hukum atas dirinya”
Karena umat non Katolik belum bisa mengakui itu adalah benar-benar tubuh Tuhan
[dari katolisitas: Pertanyaannya adalah, bagaimana jika ada umat non-Katolik yang mengakui bahwa Kristus hadir secaranya nyata (Tubuh, Darah, Jiwa dan ke-Allahan) dalam Ekaristi? Apakah dia bisa menerima Tubuh Kristus?]
Salam buat Katolisitas.org
Ibu saya dari kecil hingga menikah sampai bapa saya meninggal, adalah Katolik. Setelah bapa saya meninggal, ibu saya jadi Kristen. Karna ibu saya ikut doa persekutuan Kristen yang diadakan di rumah2 lalu ibu saya dikelurkan dari Katolik. Yang ingin saya tanyakan: apakah ibu saya boleh menyambut komuni bila saya bawa ke misa Katolik. Saya sendiri masih Katolik dan beda daerah dengan ibu saya.
Terima kasih
Shalom Era,
Terima kasih atas sharingnya. Saya tidak tahu ceritanya secara persis. Kalau mendengar cerita anda, mungkin lebih tepat kalau ibu anda yang sebenarnya meninggalkan Gereja Katolik. Gereja adalah seperti ibu, yang senantiasa menunggu anaknya pulang. Oleh karena itu, kalau ibu anda ingin pulang ke pangkuan Gereja Katolik, maka tentu saja Gereja Katolik akan dengan sukacita menyambut kembalinya ibu anda. Yang perlu dilakukan adalah menghadap pastor, dan kemudian mengaku dosa. Setelah pengakuan dosa, maka ibu anda dapat masuk ke pangkuan Gereja Katolik dan menyambut Sakramen Ekaristi kembali. Hal yang perlu didiskusikan dengan ibu anda adalah alasan mengapa dulu dia meninggalkan Gereja Katolik dan alasan kembalinya. Dengan mengerti alasan ini, maka pastor dapat memberikan jalan keluar yang terbaik. Kami turut mendoakan agar ibu anda dapat kembali ke Gereja Katolik serta mengalami kasih Kristus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom pengasuh Katolisitas,
saya punya sahabat non Kristen, dia seneng ikut ajaran2 agama Katolik, waktu kuajak Misa dia mau, tp ternyata dia menerima komuni, trs saya kasih tahu kalo belum terima sakramen Baptis dan Komuni tidak boleh terima komuni, dia bilang oh aku ga tahu.Tapi ternyata ikut Misa sama temanku yg lain juga menerima komuni. Bagaimana menghadapi orang seperti ini, apa yang akan kita jelaskan lagi padanya?
Terimakasih u penjelasan.
salam kasih,
Christine
[dari Katolisitas: sebaiknya Anda mengajak teman Anda membaca artikel di atas, “Mengapa umat Kristen non-Katolik tidak dapat menerima komuni di Gereja Katolik?”, silakan klik di sini. Semoga dengan bantuan artikel tersebut, Anda memperoleh tambahan pemahaman yang benar dan luas di balik larangan menerima komuni bagi umat non Katolik dan apalagi non Kristen, dan semoga teman Anda dapat memahaminya dengan sebaik-baiknya.]
Sebenarnya, yang kadang jadi masalah adalah: orang katolik sendiri ‘mengajak’ dan mengajarkan orang non katolik (pacar/teman) yang ingin ‘coba2’ hosti.
Sebenarnya, artikel ini tidak hanya untuk dibaca oleh orang non-katolik tapi oleh orang katolik terutama anak2 muda yang sering menganggap enteng hosti (terutama di kota besar). Orang non katolik tidak menghormati hosti, yah, saya masih maklum namanya orang nggak ngerti dan mungkin dasarnya bebal, mati rasa dan tidak punya ‘sopan santun’ dan menghormati(tidak hanya dalam hosti saja tapi dalam hal apapun)…tapi orang katolik sendiri tidak menghormati hosti?…hmmm????…gimana, ya?
[Dari Katolisitas: Ya, fakta yang anda sebutkan itu memperihatinkan. Oleh sebab itu katekese/ penjelasan tentang iman Katolik harus pertama- tama mulai ditujukan kepada umat Katolik sendiri, agar semakin mengenali dan mengasihi imannya. Silakan anda membagikan penghayatan iman anda kepada keluarga, kerabat dan sahabat di lingkungan sekitar anda. Jika anda pikir membantu, anda dapat menggunakan artikel kami, Sudahkah kita pahami pengertian Ekaristi?, silakan klik. Jika ingin meng-copy, silakan, dan mohon anda sertakan sumbernya, yaitu dari katolisitas.org.]
Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya tetapi bersabdalah sahaja maka saya akan sembuh…
salam…
di stasi kami ada seorang ibu yg tdk diperbolehkan oleh pengurus Gereja utk menerima
komuni, alasannya krn ibu trsbt telah bercerai dgn suaminya.,
apakah ini sesuai dgn ajaran Gereja kita?
ibu itu bercerai dgn suaminya bkn atas kemauannya tp atas kemauan suaminya itu sendiri. mohon bingbingan katolisitas.org.
GBu
Shalom Edi,
Jika pasangan suami istri memutuskan untuk berpisah sementara (karena tidak ada istilah cerai dalam Gereja Katolik) karena sesuatu hal, maka keduanya masih tetap dapat menerima Komuni asalkan mereka tidak menikah lagi, dan tidak sedang dalam kondisi berdosa berat. Pada prinsipnya, Ekaristi harus disambut dalam kondisi rahmat, sehingga jika seseorang dalam keadaan dosa berat ia tidak dapat menerima Komuni; namun jika sebelum mengikuti Misa ia bertobat dan mengaku dosa dalam Sakramen Tobat, maka ia diperkenankan menerima Komuni.
Demikianlah secara prinsip, jika nanti ada keterangan tambahan dari Romo Wanta, akan saya sertakan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
TAMBAHAN DARI ROMO WANTA:
Edi Yth
Sejauh data dari cerita anda ibu itu bisa menerima komuni. Alasannya pertama ibu diceraikan secara sipil sebagai orang yang lemah, kedua, ibu tidak hidup bersama dengan orang lain (semoga demikian) sebagai suami barunya, ketiga Familaris Consortio mengajarkan agar para pastor memperhatikan keluarga yang bermasalah dan terjadi perpisahan seperti yang anda ceritakan. Mereka bukan di luar Gereja mereka tetap berada di dalam Gereja Katolik karena itu pelayanan sakramen tetap dijalankan. Perceraian sipil tidak memiliki efek yuridis pada ikatan perkawinan sakramen perkawinan dalam Gereja Katolik kecuali telah diputuskan lain oleh pihak yang berwenang (Tribunal).
Oleh karena itu, ibu yang setia dan tetap beriman pada Yesus Kristus dalam Gereja Katolik karena bukan salahnya diceraikan atau ditinggal suaminya, dia harus tetap mendapat pelayanan sakramen dan dapat menerima komuni.
salam
Rm Wanta
terima kasih telah menjawab pertanyaan saya, namun saya blm memahami apa2 yg yg termasuk dosa berat yg menghalangi kita orang katolik tdk dpt menerima komuni,? bila pertanyaan ini sudah dibahas mohon link nya.. terima kasih.
GBu
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban ini – silakan klik]
Terima kasih atas pertanyaan ini, dan saya akan kembali bertanya apa kah sebalik nya kalau kita menerima perjamuan kudus di gereja protestan tidak di benarkan oleh gereja katolik ? karena teman saya mengalami selama di perantau an tidak menemukan gereja katolik dan dia bergabung dengan umat protestan…
Terima kasih
Sudahkah Kita Pahami Pengertian Ekaristi?
Ekaristi sumber dan puncak Spiritualitas Kristiani
Sejarah yang Mendasari Pengajaran tentang Ekaristi
Cara Mempersiapkan Diri Menyambut Ekaristi
Mengapa umat Kristen non-Katolik tidak dapat menerima komuni di Gereja Katolik?
Bacaan Pertama hari ini 9/9/2010 adalah 1 Kor 8:1 b-7,11-13.
Dalam ayat 8 dikatakan “Kita tidak rugi apa-apa,kalau tidak kita makan dan kita tidak untung apa-apa,kalau kita makan”.
Romo Paroki menafsirkan bahwa kalau kita ikut makan makanan eks penyembahan berhala bersama umat yang dulu sudah terbiasa dengan kebiasaan lama ( maklum, iman mereka masih muda ) tidak apa-apa. Kita tidak boleh tegas-tegas langsung menolak.
Dengan menerapkan ayat tersebut pada kasus kita umat katolik ikut menyambut perjamuan kudus yang diadakan saudara protestan,agaknya tidak jadi masalah juga. Kan tidak untung,tidak rugi? Bukankah perjamuan kudus masih lebih baik dari makanan eks penyembahan berhala? Bukankah hal itu dilakukan demi menghormati mereka?
Gimana pendapat Romo Wanta , Pak Stef dan Bu Inggrid?
Shalom Herman Jay,
Saya pikir perlu kita pahami dahulu konteks ayat tersebut di sini. Di Korintus yang merupakan kota pagan, memang banyak daging untuk doa penyembahan di kuil- kuil yang kemudian dijual di pasar. Maka jemaat kemudian bertanya, apakah kiranya mereka boleh membeli daging di pasar (yang kemungkinan besar adalah bekas makanan sembahyangan berhala), dan memakannya. Rasul Paulus mengajarkan bahwa sebenarnya berhala itu tidak ada, (1 Kor 8:1-6) sebab hanya Tuhan yang Esa sajalah yang layak disembah sebagai Tuhan, maka jemaat tetap dapat memakan daging yang dijual di pasar. Namun, adakalanya karena alasan kasih, agar tidak menjadi batu sandungan, Rasul Paulus menganjurkan agar jemaat pantang makan daging yang dijual di pasar ini (1 Kor 8:7-13). Apapun pengajaran yang diberikan oleh Rasul Paulus, tidak pernah dikatakan adalah boleh untuk memakan makanan sembahyangan kepada berhala pada saat upacara sembahyangan mereka. Mengapa? Karena jemaat tidak mengimani/ tidak dalam satu kesatuan iman dengan mereka yang melakukan sembahyangan itu, jadi tidak sepantasnyalah mereka ikut dalam upacara sembahyangan berhala tersebut.
Demikianlah, umat Katolik tidak selayaknya mengambil bagian dalam Perjamuan kudus dalam gereja non- Katolik, karena kita tidak sepenuhnya sepaham dengan mereka tentang makna Perjamuan Kudus itu. Perjamuan kudus yang kita imani adalah Perayaan Ekaristi, yang dirayakan dalam kesatuan dengan Kristus dan Tubuh Mistik yang didirikan-Nya di atas Rasul Petrus; yaitu Gereja Katolik. Bahwa Kristus telah memberikan kuasa kepada para rasul dan para penerus mereka (yang kini adalah para imam-Nya yang telah ditahbiskan dalam kesatuan dengan Gereja Katolik) untuk mengubah roti dan anggur itu menjadi Tubuh dan Darah-Nya. Dengan demikian, roti dan anggur itu bukan hanya lambang saja, tetapi sungguh- sungguh diubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Penghayatan ini tidak diimani oleh saudara/i kita yang Kristen non- Katolik, atau tepatnya, ada banyak variasi pengajaran tentang perjamuan kudus ini, tergantung denominasinya. Gereja Katolik berpegang pada apa yang diajarkan oleh para rasul, yang terus dilestarikan secara turun temurun selama 2000 tahun ini. Ketaatan kita kepada ketentuan yang diberikan oleh Gereja Katolik, adalah merupakan bentuk ketaatan kita kepada Kristus yang mendirikan-Nya. Maka jika seorang Katolik, mari kita tunduk pada ketentuan Gereja Katolik, dan janganlah sampai kita membuat pemahaman kita sendiri yang tidak sesuai dengan ajaran Gereja Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
karena banyak pemahaman protestan yang berbeda dalam hal Sakramen ini, banyak yg menganggap roti dan anggur hanya merupakan simbol akan Tubuh dan Darah Kristus, bukan Tubuh dan Darah Kristus secara real. Itulah salah satu sebab mengapa diluar Katholik tidak boleh menerima Komuni.
[dari katolisitas: kalaupun mereka percaya akan Kristus yang hadir dalam rupa roti dan anggur, namun mereka tidak dapat menyambut Ekaristi, kecuali dalam kondisi yang mendesak dan atas kemauan mereka sendiri]
Apakah ini berlaku untuk semua saudara kita yang protestan?
Apakah saudara-saudara kita yang tergabung di PGI juga termasuk dalam hal ini?
eko purnomo
[dari katolisitas: ya benar, itu juga berlaku untuk saudara kita yang Protestan dan juga yang tergabung dalam PGI]
“Mengapa umat Kristen non-Katolik tidak dapat menerima komuni di Gereja Katolik?”
Jawaban saya: “Keselamatan itu tidak bisa dicuri”. Kepada wanita yang menjamah jubahnya Yesus bertanya: “Siapa yang menjamah jubah-Ku”? (Mark 5:30). Apakah Yesus benar-benar tidak mengetahui siapa yang menjamah jubahnya? Hemat saya, Yesus tahu. tetapi Yesus mau supaya wanita itu mengakui dengan mulutnya bahwa Yesus adala Allah yang telah menyembuhkannya. Kalau umat Kristen non-Katholik mau menerima keselamatan melalui Hosti Kudus Tubuh Tuhan, akuilah itu melalui Pembaptisan dalam Gereja Katholik. “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” ( Rm 10:10).
Dear Herman,
Selain apa yg telah di bahas di atas, umat Kristan non Katolik tidak di perkenankan utk menerima Ekaristi atau Tubuh Kristu karena mereka tidak percaya bahwah Ekaristi itu adalah benar2 Tubuh Kristus. Ini adalah syarat yg ter utama utk menerima Tubuh Kristus. Geraja Katolik mengajar berdasarkan sabda Jesus (di dalam Alkitab – baca Johannes) bahwa Ekaristi yg terkudus itu adalah benar2 Tubuh Kristus.
Prostestants sebagian besar tidak memahami atau perjaya atas kondisi tsb. Ini berdasarkan Al-Kitab, hal ini ada di Johannes and juga di ujurkan oleh St Paul.
Jadi kondisi ini bukan bikinan manusia dan juga bukan perrsoalan perbedaan agama.
Maaf bahasa Indonesia saya kurang bagus.
Salam dalam Kristus,
David
[dari katolisitas: Kalaupun ada dari umat Kristen non-Katolik percaya bahwa Yesus hadir secara nyata dalam Ekaristi, namun kalau tidak dalam keadaan darurat dan mereka tidak meminta atas inisiatif mereka sendiri, maka mereka tetap tidak dapat menerimanya.]
saya rasa jawabannya sebenarnya sederhana.
Komuni itu berarti: persekutuan
Lantas kalau secara pengajaran iman, gereja gereja non katolik tidak dalam persekutuan penuh dengan gereja katolik (termasuk bagaimana mereka memandang Roti dan anggur yang bukan benar benar Tuhan sendiri, hanya lambang saja, dan bagaimana mereka memandang bunda Maria,dll), maka ya, tidak berhak dalam komuni itu sendiri.
Sepertinya umat protestan yang demikian rancu dan tidak mengerti dasar iman protestan mereka sendiri.
Semua orang yang mengakui penuh Gereja Katolik beserta pengajaran imannya secara total yang berhak dalam persekutuan kudus itu sendiri.
Larangan bagi umat kristen non katolik untuk menyambut komuni sangat menyakitkan hati mereka.
Mereka punya niat baik untuk menyambut Tubuh Kristus tapi mendapat hambatan.
Mereka berpendapat larangan itu hanya bikinan manusia yang bernama gereja katolik.
Larangan itu tidak punya dasar alkitabiah. Bukankah Allah sebagai Bapa Maha Baik memberikan TubuhNya
(anugerahNya) kepada semua umat manusia tanpa membeda-bedakan agama?
[dari katolisitas: silakan melihat jawaban di atas – silakan klik]
@Heman Jay:
Ada dalam prinsip Alkitab dan iman Kristen bahwa : Ya adalah Ya dan Tidak adalah Tidak.
Kesimpulannya: anda tidak bisa menerima kebenaran itu setengah setengah ( dalam artian: mana yang sesuai dengan selera )
Kalau ada umat Protestan yang merindukan menerima Tuhan dalam Komuni Kudus, di Gereja Katolik, maka ia tidak bisa menerima kebenaran itu hanya sampai di situ, tetapi konsekuansinya adalah ybs berkewajiban juga menerima seluruh kebenaran yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Kembali ke prinsip alkitab tadi, ya adalah ya dan tidak adalah tidak. Maka ia berhak putuskan sesuai dengan suara hati nya apakah dia merindukan persatuan dengan Gereja Katolik atau dia tetap berada di luar Gereja Katolik, sebab kebenaran itu mutlak dan pasti tidak setengah setengah. Karena itu kita menyebut Gereja Katolik sebagai Gereja dimana seluruh kebenaran Kristus terpenuhi/tergenapi(Gereja dengan keutuhan kebenaran)
May GBU, Johanes
Comments are closed.