[27 Agustus 2017. Hari Minggu Biasa ke-XXI. Yes 22:19-23. Mzm 137(138):1-3,6,8. Rm 11:33-36. Mt 16:13-20.]
13. Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?”
14. Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.”
15. Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”
16. Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”
17. Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.
18. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.
19. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”
20. Lalu Yesus melarang murid-murid-Nya supaya jangan memberitahukan kepada siapapun bahwa Ia Mesias.
Teman-teman,
Cum Petro![1] Dalam bahasa Latin, kata tersebut artinya adalah “bersama dengan Petrus”. Mengapa dalam perjalanan iman, kita perlu bersama dengan Petrus? Karena kita ingin meneladani Petrus, yang memberikan pengakuan iman akan Kristus dengan sempurna; dan mengakui keutamaan dan kuasa Rasul Petrus yang telah diberikan oleh Kristus.
Injil hari ini mengandung dua bagian. Dalam bagian pertama (13-16), penginjil Matius menceritakan pengakuan iman Petrus. Petrus menjawab pertanyaan Yesus—“siapakah Aku ini?”—atas namanya sendiri dan atas nama para Rasul. Petrus mengucapkan sebuah pengakuan iman yang sempurna,[2] karena ia mengakui baik kemanusiaan Yesus maupun keilahiannya: Yesus adalah sungguh manusia—”Engkau adalah Mesias” (Mesias berarti “yang diurapi”)—dan sungguh Allah—”Anak Allah yang hidup” (16).
Dalam bagian yang kedua (17-20), penginjil Matius menceritakan jawaban Yesus atas pengakuan Petrus. Yesus mengumumkan keutamaan Petrus di antara para Rasul. Yesus memberikan kepada Petrus nama—“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku.” Dengan demikian, Yesus Kristus tetap adalah dasar utama Gereja—“tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus” (1 Kor 3:11). Petrus adalah dasar karena ia adalah wakil (vicarius) Kristus di bumi;[3] Yesus telah berkata kepada Petrus: “Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur” (Lk 22:32). Karenanya, Gereja Katolik tidak dapat dijatuhkan oleh hal apapun, entah oleh ajaran sesat, oleh dosa, atau oleh iblis.[4]
Selain nama, Yesus juga menjanjikan kepada Petrus kekuasaan (potestas)—“Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga” (19)—yang akan diterima oleh Petrus setelah kebangkitan Kristus. Fungsi kunci adalah membuka pintu dan mempersilakan orang-orang masuk; demikian pula Petrus dan para penerusnya—saat ini, Penerus Petrus adalah Paus Fransiskus—memiliki kekuasaan untuk mempersilakan orang-orang masuk ke dalam Kerajaan Sorga melalui pelayanan mereka dalam Sakramen Tobat, di mana dosa-dosa kita sungguh-sungguh diampuni.[5]
Hari ini, kita memiliki kesempatan untuk memperbarui cinta kita kepada Bapa Suci, Penerus Petrus. Hal ini dapat kita capai, misalnya, dengan berdoa untuk pribadi Paus dan juga untuk intensi bulanannya: bulan ini, Paus Fransiskus memohon agar kita berdoa bagi para seniman.[6] Mari kita selipkan intensi Paus ini dalam doa rosario harian kita.
[1] Expresi dalam bahasa Latin ini berarti, dalam bahasa Indonesia, “bersama dengan Petrus.” See Josemaría Escrivá, The Forge, §647, at Josemaría Escrivá, www.escrivaworks.org: “Offer your prayer, your atonement, and your action for this end: ut sint unum! — that all of us Christians may share one will, one heart, one spirit. This is so that omnes cum Petro ad Iesum per Mariam — that we may all go to Jesus, closely united to the Pope, through Mary.”
[2] Thomas Aquinas, Super Mt., cap. 16 l. 2: “Ipse respondet pro se, et pro aliis; sed ipse frequentius respondet, et in hoc perfecta fides tangitur”.
[3] Thomas Aquinas, Super Mt., cap. 16 l. 2: “Est ne Christus et Petrus fundamentum? Dicendum quod Christus secundum se, sed Petrus inquantum habet confessionem Christi, inquantum vicarius eius. […] Ideo Christus secundum se est fundamentum, sed apostoli non secundum se, sed per concessionem Christi, et auctoritatem datam a Christo.”
[4] Thomas Aquinas, Super Mt., cap. 16 l. 2: “Et qui sunt portae Inferi? Haeretici: quia sicut per portam intratur in domum, sic per istos intratur in Infernum. Item tyranni, Daemones, peccata. Et quamvis aliae Ecclesiae vituperari possint per haereticos, Ecclesia tamen Romana non fuit ab haereticis depravata quia supra petram erat fundata.”
[5] Thomas Aquinas, Super Mt., cap. 16 l. 2: “Et hanc [clavem] communicavit ut per ministerium peccata tollerentur, quod expletur per virtutem sanguinis Christi: unde sacramenta virtutem habent a virtute passionis Christi.”
[6] Intensi bulanan Paus Fransiskus dapat dilihat di webpage Vatican Radio, en.radiovaticana.va.