Pertanyaan berikutnya setelah kita percaya bahwa Yesus adalah Tuhan
Dalam tulisan terdahulu, kita telah membahas bahwa kepercayaan kepada satu Tuhan adalah sesuatu yang sangat logis/ masuk akal (lihat artikel: Bagaimana Membuktikan Bahwa Tuhan Itu Ada?). Setelah kita percaya kepada Tuhan yang satu, kita dapat menarik kesimpulan bahwa sudah selayaknya kita juga percaya kepada Yesus Kristus[1], Putera Allah yang menjelma menjadi manusia (lihat artikel: Mengapa Orang Kristen Percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan?). Tahap selanjutnya adalah: setelah kita percaya kepada Yesus, berarti kita menjadi pengikut Yesus dan menjadi seorang Kristen. Namun pertanyaannya sekarang, Kristen yang mana?
Pencarian kebenaran harus lebih tinggi daripada penghargaan dan perasaan pribadi
Pertanyaan di atas menjadi penting di zaman sekarang ini, mengingat bahwa dewasa ini ada begitu banyak tipe kekristenan yang dilihat dari banyaknya macam gereja. Untuk begitu saja menerima kekristenan tanpa meneliti terlebih dahulu tentang Gereja mana yang sebenarnya didirikan oleh Yesus Kristus, adalah menempatkan diri sendiri dan perasaan diri sendiri lebih tinggi daripada kebenaran.[2] Maka, kerap kali kita mendengar pernyataan-pernyataan seperti berikut ini:
- Saya senang ke gereja ini, karena gereja ini umatnya begitu ramah, musiknya juga bagus sekali.
- Saya merasa bahwa gereja ini diberkati oleh Roh Kudus, karena saya merasakan bahwa kuasa Roh Kudus hadir di gereja tersebut.
- Saya merasakan bahwa pembawa firmannya begitu penuh dengan Roh Kudus, sehingga dapat menyentuh hatiku.
- Saya tidak dapat berkembang di gereja A, sehingga saya harus mencari gereja yang membuat saya berkembang.
- Dan begitu banyak pernyataan-pernyataan yang lain.
Kalau kita meneliti pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas, bukankah semuanya berfokus kepada “saya?” Padahal, dalam pencarian kebenaran, seharusnya, fokus kita bukan kepada diri sendiri, tetapi kepada kebenaran, yang akhirnya mengarahkan kita kepada Sang Kebenaran itu sendiri,[3] yaitu Yesus Kristus. Dengan kata lain, kita menempatkan kebenaran di atas kepentingan dan perasaan pribadi.
Gereja yang mana?
Pertanyaan untuk mencari kebenaran adalah: “Sebenarnya Tuhan ingin saya ke gereja yang mana? Atau Gereja manakah yang Yesus dirikan? Pertanyaan ini sangatlah mendasar, karena kalau Tuhan mendirikan sebuah Gereja dan kalau kita menempatkan kebenaran di atas segalanya, termasuk diri kita sendiri, maka kita seharusnya memberikan diri kita kepada Gereja tersebut. Dalam tulisan ini, kita akan meneliti, gereja manakah yang dirancang oleh Allah Bapa, didirikan oleh Yesus Kristus, dan dikuduskan oleh Roh Kudus sampai akhir zaman.
Gereja terpecah belah
Pada waktu saya kuliah di Bandung, saya didatangi oleh umat dari gereja tertentu. Kemudian mereka memperkenalkan diri, bahwa mereka datang dari gereja X. Dalam hati saya sungguh mengagumi keberanian mereka untuk menyebarkan kabar gembira dan dedikasi mereka terhadap Tuhan. Kemudian mereka menceritakan tentang pendiri gereja X tersebut, sebut saja Yesaya. Menurut mereka, pendiri gereja X adalah seseorang yang diurapi oleh Roh Kudus. Sebelumnya sang pendiri ini adalah salah seorang anggota jemaat gereja Y. Kemudian karena sesuatu hal, menurut Yesaya, pemimpin gereja Y tidak dipenuhi lagi oleh Roh Kudus. Kemudian Yesaya mendapatkan inspirasi dari Roh Kudus untuk mendirikan gereja baru, yang bernama gereja X. Dalam keterbatasan saya tentang teologi dan juga pengertian saya yang dangkal, saya bertanya kepada mereka, “Bagaimana bila suatu saat, karena sesuatu hal, ada umat di gereja X yang juga mendapat inspirasi dari Roh Kudus untuk mendirikan gereja baru, bukankah nanti dapat terjadi ada gereja X1, X2, dan seterusnya?”
Kalau kita meneliti dengan jujur, inilah yang terjadi sekarang ini. Ada lebih dari 28,000 denominasi gereja di dunia. Data di Amerika menunjukkan bahwa setiap minggu ada satu gereja baru muncul, dan kemudian dalam dua generasi akan lenyap. Keberadaan gereja yang ‘timbul dan tenggelam’ sudah menjadi hal yang biasa pada saat ini. Pertanyaan-nya adalah, “Mengapa gereja terpecah-pecah, dan kalau memang ini semua dari Roh Kudus, mengapa tidak ada kesatuan? Padahal kita tahu bahwa Roh Kudus adalah Roh Pemersatu dan bukan roh pemecah.”
Perpecahan Gereja terjadi dari awal jemaat sampai sekarang
Catatan sejarah menunjukkan bahwa sejak jemaat awal, akibat dari dosa, benih-benih perpecahan sudah ada. St. Paulus mengingatkan jemaat di Roma dan di Korintus untuk menghindari perpecahan (Rom 16:17; 1 Kor 1:10; 11:18-19; 12:25). Namun, sayangnya perpecahan ini tetap terjadi, mulai dari Docetism (90-451), Gnosticism (100), Manichaeism (250) dan seterusnya. Di abad- abad berikutnya, perpecahan gereja terus terjadi, contohnya:
- Gereja Timur Orthodox (1054).
- Gereja Anglikan di Inggris (abad ke 16), didirikan oleh Raja Henry VIII.
- Lutheran dan Calvinis di Jerman (abad ke 16), didirikan oleh Luther dan Calvin.
- Methodis di Inggis (1739), didirikan oleh John Wesley.
- Kristen Baptis (1639), didirikan oleh Roger Williams.
- Anabaptis (1521), didirikan oleh Nicolas Stork.
- Presbyterian di Skotlandia (1560).
- Mormon di Amerika (1830), didirikan oleh Joseph Smith.
- Saksi Yehovah di Amerika (1852-1916), didirikan oleh Charles Taze Russell.
- Unification Church di Korea (1954), didirikan oleh Rev. Sun Myung Moon.
Perpecahan ini terus bertambah setiap hari sampai saat ini, walaupun sesungguhnya, perpecahan bertentangan dengan pesan Yesus yang terakhir sebelum sengsara-Nya. Yesus berdoa untuk semua orang yang percaya kepada-Nya agar bersatu seperti Ia bersatu dengan Allah Bapa agar dunia bisa percaya kepada-Nya (lih. Yoh 17:21).
Mungkin ada orang yang berargumentasi, bahwa banyaknya gereja tidaklah berarti perpecahan, karena semua gereja percaya akan Trinitas, juga kepada Yesus. Namun, kalau kita teliti lebih lanjut, sebetulnya tidaklah demikian, karena ada gereja-gereja tertentu yang tidak percaya akan ke-Allahan Yesus. Juga gereja-gereja tersebut tidak mempunyai ajaran yang sama. Contohnya: baptisan bayi diperbolehkan atau tidak? Ada berapakah jumlah sakramen? Isu-isu tentang otoritas, dan lain sebagainya. Selanjutnya, kita juga mengetahui bahwa Martin Luther sendiri bertentangan dengan John Calvin dalam pengajaran tentang sakramen pengampunan dosa, dan hal perbedaan ajaran terjadi juga di antara sesama gereja-gereja non- Katolik.
Benarkah: yang penting Kristen, namun tidak penting gereja apa…?
Ada banyak orang beranggapan bahwa yang penting adalah seseorang percaya kepada Yesus, mendapatkan keselamatan, namun tidaklah penting dari gereja yang mana. Mungkin anggapan seperti ini sedikit banyak sejalan dengan tulisan C.S. Lewis, yang mengatakan bahwa menjadi Kristen seumpama seperti banyak orang yang tinggal di rumah yang besar. Maka yang terpenting adalah, pertama- tama masuk ke rumah tersebut terlebih dahulu, sedangkan hal masuk di ruangan mana tidaklah menjadi terlalu penting. Di sini, ruangan diartikan sebagai denominasi gereja-gereja.
Kalau kita merenungkan lebih jauh dan meneliti tentang hakekat gereja dengan menggunakan argumen dari C.S. Lewis, kita dapat mempertanyakan bahwa bagaimana mungkin banyak orang bisa tinggal dalam satu rumah, memilih ruangan masing-masing, namun tidak mempunyai aturan dan ajaran yang sama? Bahkan yang menyedihkan adalah ada kemungkinan orang-orang tersebut masih mempertanyakan tuan rumah dari rumah tersebut. Kita melihat bahwa di kehidupan rumah kita, masing-masing rumah tangga mempunyai peraturan yang harus ditaati, agar semuanya dapat hidup dengan baik. Yesus mengatakan kalau suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan (Mrk 3:25). Kalau sebuah rumah yang besar terpecah-pecah dalam berbagai ajaran dan aturan moral yang berlainan, maka rumah besar itu tidak akan bertahan. Santo Paulus sendiri memperingatkan jemaat di Roma dan Korintus untuk menghindari perpecahan (Rom 16:17, 1 Kor 1:10, 12:25). Jika pemahaman yang diajarkan oleh C.S Lewis ini benar, maka, seharusnya semakin lama semua orang yang sama-sama tinggal di rumah itu semakin bersatu, dan bukannya semakin terpecah.
Gereja Tuhan hanya ada satu dan tidak mungkin banyak
Namun kenyataanya tidaklah demikian, perpecahan demi perpecahan mewarnai gereja-gereja tersebut. Dari buah-buah perpecahan yang terjadi di gereja-gereja di dunia ini, maka timbul pertanyaan, apakah semuanya itu datang dari Tuhan. Kalau datang dari Tuhan, mengapa gereja- gereja itu mempunyai ajaran yang berbeda-beda? Pertanyaan ini dapat dijawab jika dipahami tentang hakekat Gereja itu sendiri.
Gereja, seperti yang dinyatakan oleh Santo Paulus, adalah Tubuh Mistik Kristus,[4] di mana Kristus adalah Kepala, dan Gereja adalah anggota-anggota tubuh-Nya (Ef 5:23-32). Sama seperti tubuh manusia, semua organ diatur oleh mekanisme tubuh yang bersumber pada otak manusia atau di kepala manusia. Demikian juga dengan Gereja. Gereja sebagai tubuh harus mengikuti keinginan Kepalanya, yaitu Kristus. Kalau Yesus sendiri menghendaki agar para anggota-Nya bersatu, maka mereka harus mengikuti. Persatuan ini dikehendaki oleh Kristus, sehingga Ia dapat mempersiapkan, menguduskan, dan mempersembahkan Gereja-Nya sebagai mempelai yang kudus (Ef 5:27). Sama seperti perkawinan yang kudus hanya terdiri dari satu mempelai pria dan satu mempelai wanita, maka Gereja Tuhan -sebagai Mempelai Kristus- juga harus hanya ada satu dan tidak mungkin banyak.
Kristus hanya mendirikan satu Gereja, yaitu Gereja yang didirikan di atas Rasul Petrus (Mat 16:18) , dan Kristus menghendaki Gereja-Nya tetap satu agar menjadi saksi hidup bagi kesatuan antara Diri-Nya dengan Allah Bapa (Yoh 17:20-23). Sama seperti Kristus tak mungkin menyangkal kesatuan antara Diri-Nya dengan Allah Bapa, maka Kristus-pun tak mungkin menyangkal kesatuan antara Diri-Nya dengan Gereja-Nya. Oleh karena kesatuan tersebut, kita tidak dapat memisahkan Kristus dengan Gereja-Nya; kita tidak dapat mengikuti Kristus, tetapi tidak mau bergabung dengan Gereja yang didirikan-Nya.
Manusia tidak dapat membuat Gereja, namun hanya bisa menerima dan berpartisipasi
Mungkin ada orang yang berpendapat bahwa kesatuan Gereja hanyalah bersifat spiritual, di mana para anggotanya mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan. Yesus sendiri mengatakan bahwa di mana dua atau tiga orang berkumpul, maka Ia hadir (Lih. Mat 18:20). Jadi di mana ada dua atau tiga orang jemaat berkumpul, di situlah terbentuk Gereja. Namun di sinilah letak permasalahannya, sebab hakekat Gereja bukanlah hanya sekedar komunitas[5], melainkan lebih dari itu. Kalau orang membuat suatu komunitas dan menamakan komunitas itu gereja, berarti dia membuat gereja, bukan menerima gereja sebagai suatu pemberian dari Tuhan. Manusia tidak bisa membuat Gereja, dia hanya bisa menerima dan menjadi bagian dari Gereja.[6]
Menyadari bahwa Gereja adalah pemberian Tuhan, harus membuat setiap anggota Gereja semakin rendah hati. Dan juga setiap anggota harus menyadari peran masing-masing untuk melindungi dan membuat tanda kasih Allah ini agar semakin memancarkan cahaya kasih Allah. Oleh karena itu, Gereja yang sedang mengembara di dunia ini[7], yang terdiri dari para pendosa dan para kudus harus terus menerus mengalami pemurnian dan pertobatan agar sampai kepada tujuan akhirnya, yaitu persatuan kekal dengan Allah di surga.
Kalau begitu, Gereja mana yang didirikan oleh Yesus Kristus?
Akhirnya dari semua argumen di atas, kita menarik kesimpulan bahwa Gereja yang didirikan oleh Tuhan harus mempunyai tanda-tanda: satu, kudus, katolik, dan apostolik. Satu, karena kesatuan iman, pengajaran, sakramen, kepemimpinan; Kudus, karena bersumber pada Tuhan sendiri – yang hakekatnya adalah Kudus; katolik, karena Gereja Tuhan harus universal baik dari segi waktu maupun tempat; apostolik, karena berasal dari para rasul yang telah diberi mandat suci oleh Yesus. Keempat tanda inilah yang membedakan antara Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus sendiri dengan gereja-gereja yang lain. Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik ini berada dalam Gereja Katolik.[8] Hanya Gereja Katolik-lah yang mempunyai empat tanda ini atau yang disebut “the four marks of the Church.” (Lihat artikel: Gereja Tonggak Kebenaran dan Tanda Kasih Tuhan – bagian 1). Mengapa empat tanda ini begitu penting? Karena tanda itu adalah bukti bahwa Gereja bukan organisasi yang didirikan oleh manusia, namun didirikan oleh Yesus Kristus sendiri. Karena Gereja didirikan di atas Rasul Petrus, dan senantiasa dilindungi oleh Yesus sendiri, melalui karya Roh Kudus, maka tidak ada suatu apapun yang dapat meruntuhkan Gereja ini.[9]
Ketahanan Gereja Katolik meskipun menghadapi percobaan-percobaan sepanjang zaman membuktikan bahwa Yesus memegang janji-Nya untuk melindungi Gereja-Nya
Mungkin ada pula orang yang berpendapat, bahwa Gereja awal adalah Gereja yang didirikan oleh Yesus Kristus, namun kemudian menjadi tidak murni; dan baru sekitar abad 15, Gereja kemudian dimurnikan. Jadi, menurut anggapan ini, Gereja Katolik yang sekarang adalah Gereja yang tidak murni. Mari kita menelusuri keberatan dari argumen ini. Pertama, apakah mungkin bahwa Tuhan yang telah berjanji untuk melindungi Gereja-Nya (Mat 16:18) kemudian melupakan Gereja-Nya selama kurang lebih 15 abad? Kalau jawabannya mungkin, mari kita telusuri lebih jauh. Anggaplah hal tersebut benar, bahwa Gereja tidak murni lagi dan diperbaharui pada zaman reformasi. Seharusnya setelah diperbaharui, maka Gereja Tuhan akan bersatu. Namun apa yang terjadi? Sejarah membuktikan bahwa setelah zaman reformasi (atau lebih tepatnya revolusi) maka gereja justru semakin terpecah-belah, sehingga ada sekitar 28,000 denominasi sampai sekarang. Dengan demikian keberatan ini tidaklah mendasar.
Keberatan yang lain ialah anggapan yang mengatakan bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang tidak murni dan banyak korupsi di dalam Gereja. Memang, percobaan yang dialami oleh Gereja Katolik sudah begitu banyak. Sejak abad awal sudah ada begitu banyak tantangan, percobaan, dan juga serangan dari ajaran-ajaran sesat. Selanjutnya, banyak orang yang memisahkan diri dari Gereja Katolik, seperti yang telah dijelaskan di atas. Selain itu, terdapat pula percobaan yang terjadi di dalam tubuh Gereja Katolik sendiri, baik karena korupsi maupun penyalahgunaan kekuasaan di dalam Gereja, dan lain-lain. Gereja Katolik mengakui bahwa hal- hal ini terjadi karena adanya unsur manusia yang tidak sempurna[10]. Namun demikian, kenyataannya, Gereja Katolik tetap bertahan walaupun diterpa berbagai permasalahan Gereja, baik dari luar maupun dari dalam. Ini membuktikan bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang Yesus janjikan. Jika Gereja Katolik hanya buatan manusia, maka Gereja Katolik sudah runtuh dan lenyap tak berbekas.
Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus
Sejarah mencatat bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang tetap mempunyai empat tanda, yaitu “satu, kudus, katolik, dan apostolik.” Gereja Katolik sampai sekarang mempunyai kesatuan pengajaran yang kalau ditelusuri berasal dari Yesus dan ajaran para murid dan bapa Gereja. Ajaran Gereja Katolik selalu mengambil sumber dari pengajaran Yesus dan para rasul, sebagaimana yang dilestarikan oleh para penerus mereka. Perumusan suatu ajaran yang diadakan di abad- abad kemudian bukan merupakan perubahan ataupun tambahan yang sama sekali baru terhadap suatu ajaran, namun merupakan penjelasan yang semakin menyempurnakan ajaran tersebut. Hal perkembangan ini dikenal dengan istilah “pertumbuhan organik” suatu ajaran.[11] Konsistensi ajaran Gereja dapat dibuktikan dari segi waktu maupun tempat. Gereja Katolik di semua negara dan juga di masa apapun juga mengajarkan hal yang sama.
Bagaimana dengan orang yang tidak mengenal Kristus atau umat yang sudah menjadi anggota gereja lain?
(pembahasan detail untuk topik ini akan dijelaskan dalam artikel yang lain).
Setelah kita mengetahui bahwa Gereja Katolik adalah Gereja Kristus, bagaimana dengan saudara kita yang tidak mengenal Yesus? Gereja Katolik mengajarkan bahwa orang-orang yang, karena bukan kesalahan mereka, tidak mengenal Kristus,[12] dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan melaksanakan hukum kasih[13], di mana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi.[14] Namun keselamatan mereka tetap diperoleh dari Yesus Kristus.[15]
Bagaimana juga dengan saudara kita yang menjadi anggota gereja lain? Dokumen Konsili Vatikan II menjelaskan, bahwa ada unsur-unsur kekudusan dan kebenaran di dalam gereja yang lain, seperti misalnya memegang nilai-nilai suci yang terdapat di Alkitab, hidup di dalam kasih, dll. Bahkan Gereja Katolik mengakui pembaptisan mereka.[16] Jadi mereka mempunyai kesatuan dengan Gereja Katolik dalam hal baptisan. Konsili menegaskan bahwa “… andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.” (Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Gereja, Lumen Gentium 14)
Bagaimana dengan umat Gereja Katolik?
Akhirnya, bagaimana dengan umat Katolik sendiri? Apakah mereka semua dapat diselamatkan? Konsili Vatikan II menegaskan akan pentingnya kita untuk terus berjuang hidup kudus, yaitu dengan mengasihi Tuhan dan sesama ((lih. Lumen Gentium 14)). Orang Katolik yang tidak mempraktekkan kasih, hanyalah menjadi anggota Gereja secara jasmani, namun bukan secara rohani, dan orang yang sedemikian tidak dapat diselamatkan.[17] Hal ini disebabkan karena mereka sudah mengetahui hal yang benar, namun mereka tidak melakukannya (Lih. Luk 12:47-48).
Mungkin ada dari kalangan non- Katolik yang mengatakan bahwa percuma saja menjadi Katolik kalau kehidupannya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Yesus. Pernyataan ini tentu menjadi tantangan bagi kita semua yang menjadi anggota Gereja Katolik – yang seharusnya telah mengetahui bahwa kepenuhan kebenaran ada pada Gereja ini – untuk senantiasa berjuang setiap hari untuk melaksanakan kasih dan hidup kudus. Hidup kudus merupakan cara untuk ” menjadi saksi Kristus dan membangun Gereja” yang paling efektif, seperti yang telah dilakukan oleh para orang kudus. Kita tidak bisa mengasihi Yesus, kalau kita tidak mengasihi Tubuh-Nya, yaitu Gereja. Dan Gereja-Nya berada di dalam Gereja Katolik. Mari kita renungkan, sudahkah kita semua mengasihi Yesus?
[1]Untuk dapat percaya kepada Yesus sebagai Tuhan diperlukan berkat dari Tuhan yang menggerakkan hati kita. St. Paulus berkata bahwa bahwa tidak ada seorangpun dapat mengaku bahwa Yesus Tuhan kecuali oleh kuasa Roh Kudus (1Kor 12:3). Dalam teologi, ini dikenal dengan “actual grace” atau rahmat pembantu (Lih KGK 2000, 2024). Actual grace ini membawa orang kepada pertobatan untuk akhirnya menerima pembaptisan.
[2] Rasul Yohanes mengatakan “..dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” (Yoh 8:32). Menempatkan kebenaran di atas segalanya termasuk diri sendiri akan membawa manusia kepada kebenaran sejati, yaitu Tuhan sendiri. Pada saat manusia menempatkan diri sendiri lebih tinggi daripada kebenaran, maka manusia menempatkan diri sendiri lebih tinggi daripada Tuhan.
[3] (Lih. Yoh 14:6) “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
[4] Pius XII, Encyclical Letter: Mystical Body of Christ and Our Union With Christ (Pauline Books & Media), para. 60-62.
[5] Menganggap gereja hanya sebagai komunitas, secara tidak langsung mengurangi bahkan menghilangkan dimensi Ilahi dari Gereja. Padahal, Gereja mempunyai dua dimensi: manusia – Ilahi, cara – tujuan (means – end), sebuah konstitusi – hubungan secara pribadi dengan Tuhan. Pembahasan lebih jauh tentang dua dimensi dari Gereja, dapat dilihat dalam artikel: Gereja Tonggak Kebenaran dan Tanda Kasih Allah – Bagian 2)
[6] Cardinal Joseph Ratzinger, “The Ecclesiology of Vatican II,” http://www.ewtn.com/library/curia/cdfeccv2.htm: Ch. 2. – Cardinal Ratzinger mengatakan bahwa sama seperti iman dan sakramen, manusia tidak bisa membuat Gereja, namun menerimanya dari Kristus. Kalau iman, gereja, dan sakramen adalah tanda kasih Allah, maka kasih tersebut hanya bisa diterima. Manusia tidak bisa membuatnya, namun manusia dapat turut berpartisipasi dalam kasih Allah.
[7] Gereja Tuhan adalah satu, yang terdiri dari Gereja yang mengembara di dunia ini, Gereja yang jaya di surga, dan gereja yang menderita atau dimurnikan di Api penyucian.
[8] Lihat Lumen Gentium 8, “Itulah satu-satunya Gereja Kristus yang dalam Syahadat iman kita akui sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik[12]. Sesudah kebangkitan-Nya Penebus kita menyerahkan Gereja kepada Petrus untuk digembalakan (lih. Yoh 21:17). Ia mempercayakan Gereja kepada Petrus dan para rasul lainnya, untuk diperluas dan dibimbing (lih. Mat 28:18 dsl), dan mendirikannya untuk selama-lamanya sebagai “tiang penopang dan dasar kebenaran” (lih. 1Tim 3:15). Gereja itu, yang di dunia ini disusun dan diatur sebagai serikat, berada dalam Gereja Katolik, yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya[13], walaupun diluar persekutuan itupun terdapat banyak unsur pengudusan dan kebenaran, yang merupakan karunia-karunia khas bagi Gereja Kristus dan mendorong ke arah kesatuan katolik.”
[9] (Lih Mat 16:16-19). Yesus berkata ” Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” Catatan: Di dalam terjemahan Alkitab Bahasa Indonesia, dikatakan “jemaat-Ku”. Namun dalam bahasa aslinya adalah “ekklesia” yang berarti “gereja”. Yesus mengatakan bahwa Dia akan mendirikan Gereja-Ku. Ini sebabnya bahwa manusia tidak dapat mendirikan gereja, karena Yesus sendiri yang mendirikan Gereja-Nya, dan Yesus berkata Gereja bukan gereja-gereja. Jadi Gereja ini hanya ada “satu”.
[10] Pius XII, Encyclical Letter of Pius XII On The Mystical Body of Christ: Mystici Corporis (Boston: Pauline Books & Media), 66. Paus Pius XII menegaskan bahwa dosa dari anggota Gereja tidak bisa ditujukan kepada Gereja itu sendiri, karena Gereja itu pada dasarnya kudus. Ketidaksempurnaan ini ditujukan kepada anggota Gereja yang memang semuanya mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa (concupiscence). kecenderungan untuk berbuat dosa adalah sebagai akibat dari dosa dari manusia pertama.
[11] Cardinal Newman, dalam bukunya “An Essay of the Development of Christian Doctrines“, meneliti bahwa Gereja yang mempunyai pengajaran yang benar adalah Gereja yang mempunyai perkembangan ajaran yang dapat ditelusuri sampai kepada zaman awal kekristenan, yang bersumber pada Yesus sendiri. Ini berarti harus ada konsistensi dalam hal pengajaran, sama seperti perkembangan pohon kecil ke pohon yang besar. Yang dimaksudkan dari kecil ke besar adalah ajaran yang sama, namun perkembangannya hanya untuk karena ia menempatkan kebenaran di atas segalanya, ia berpindah dari gereja Anglikan ke Gereja Katolik.
[12] Sebagai contoh orang yang tinggal di pedalaman Kalimantan, Irian Jaya, atau pedalaman di China, dll. Ada sebagian dari mereka yang tidak pernah mendengar tentang Kristus. Dan hal ini bukan akibat kesalahan mereka. Tentu saja, kita tidak bisa mengatakan bahwa mereka pasti masuk neraka.
[13] (Lih Roma 2:14-16). St. Paulus mengatakan hukum Tuhan sudah ditulis di setiap hati nurani manusia. Karena manusia diciptakan menurut gambaran Allah dan juga diciptakan untuk mencapai tujuan akhir – yaitu persatuan dengan Allah – maka Tuhan memberikan hukum yang tertulis di dalam setiap hati nurani manusia.
[14] Vatican II, Dogmatic Constitution on the Church: Lumen Gentium (Pauline Books & Media, 1965), 16. ” ….. Penyelenggaraan ilahi juga tidak menolak memberi bantuan yang diperlukan untuk keselamatan kepada mereka, yang tanpa bersalah belum sampai kepada pengetahuan yang jelas tentang Allah, namun berkat rahmat ilahi berusaha menempuh hidup yang benar. Sebab apapun yang baik dan benar, yang terdapat pada mereka, oleh Gereja dipandang sebagai persiapan Injil, dan sebagai kurnia Dia, yang menerangi setiap orang, supaya akhirnya memperoleh kehidupan.”
[15] Seluruh keselamatan umat manusia datang dari misteri Paska Yesus (wafat, kebangkitan, dan kenaikan Tuhan Yesus).
[16] (Lih Ef 4:5) – St. Paulus menegaskan akan kesatuan umat beriman dalam “satu Tuhan, satu iman, dan satu baptisan “. Pengakuan baptisan yang diakui adalah baptisan dengan formula Trinitas.
[17] Vatican II, Dogmatic Constitution on the Church: Lumen Gentium, 14.
shalom inggrid..
saya sedikit memberi masukan sih untuk statement bahwa ” Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus ” ..
menurut pendapat saya, dimana saja kita beribadah baik kristen maupun katholik pun sama saja. kenapa saya berkata seperti itu ?? ingat ” fokus kita adalah kepada Tuhan ”
Di dalam Alkitab tidak ada kata-kata yang mengatakan bahwa ” greja katholiklah merupakan greja yang didirikan oleh kristus ” , jika anda menuliskan seperti itu, dengan maksud yang tersembunyi, anda telah beranggapan bahwa ” greja non-katholik bukan merupakan greja yang didirikan oleh kristus ” [ secara logis ] benar bukan ??
apabila anda seperti itu sama saja anda telah menyombongkan diri anda sendiri sebagai jemaat katholik.. kenapa anda tidak berfikir kita yang sebagai anak-anak Allah, [ baik kristen maupun katholik , yang percaya satu-satunya juru selamat yaitu Tuhan Yesus ] bergabung menjadi satu, yaitu satu visi dan misi yaitu penuaian jiwa ??
Apakah anda perna melihat dan sedikit merieview pekerjaan murid-murid Yesus ?? ” Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus ” . mereka diutus untuk menuai jiwa-jiwa , mereka [ murid Yesus ] tidak bekerja hanya untuk diam, mengembangkan masing-masing greja dan meninggikan masing-masing greja yang merupakan murid Yesus. Melainkan mereka berkeliling dari bangsa yang satu ke bangsa yang lain mempraktekkan hidup mereka sebagai Murid Yesus melalui [tubuh] mereka yang merupakan Bait Allah [ greja ], agar dapat dicontoh oleh orang lain.
pernahkah mereka [ murid Yesus ] meninggikan salah satu greja [ kristen / katholik ] ??
setelah saya telusuri saya pun mulai memahami, bahwa orang-orang farisi merupakan ” kaum yangmeyakini adanya jiwa yang kekal, kebangkitan dari kematian, adanya malaikat, kedatangan mesias yang diutus Allah pada masa yang akan datang ”
apakah kita sama seperti diatas ? saya pikir ” ya ” , kenapa ? karena kita memang benar mempercayai itu semua. tetapi apakah kesalahan dari orang farisi ? ” kaum Farisi digambarkan sebagai pengamat dan penegak hukum Taurat yang sangat teliti ” , karena mereka sangat teliti akan hukum taurat, mereka lupa akan hukum cinta kasih, dan mereka pun mulai meninggikan diri-sendiri dan mementingkan diri – sendiri, dan mereka tidak mentolerir kesalahan / dosa.
pertanyaan saya :
1. Jika anda menggunakan statement “Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus ” , adakah cinta kasih seperti yang diajarkan Kristus ??
kenapa tidakah anda berfikir untuk menyatukan visi dan misi [ katholik maupun kristen ], yang walaupun berbeda agama tetapi tetap satu ??
2. Bukankah kita seperti orang fairisi ? yang datang ke greja memuliakan nama Tuhan, aktif di greja, mengetahui isi Firman Tuhan, tetapi pada dasarnya kita masih belum kudus di dalam kehidupan sehari-hari ?? So jadilah sama seperti gambaran-Nya, dan pratekkanlah seperti ayat ini “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri ” [ karena semua hukum Firman Tuhan tercakup dalam satu Firman ini ].
NB : saya tidak berkata-kata atas kelogisan / pengetahuan saya terhadap alkitab, saya bukanlah seorang teolog, saya hanya umat [ jemaat biasa] tetapi dorongan hati dan hikmat yang Tuhan berikan untuk saya berkata-kata seperti ini.. komentar saya disini tidak ada maksud untuk menyalahkan, tetapi ingin mengajak untuk berkembang bersama-sama di dalam Yesus ^^
terima kasih..
Shalom Starlibra,
Terima kasih atas masukan Anda.
Mungkin Anda berpandangan demikian, karena latar belakang Anda sebagai seorang yang Kristen non- Katolik. Mungkin Anda mengalami kasih Tuhan dan mengenal Kristus dalam gereja Anda, dan ini sudah cukup bagi Anda, maka Anda tidak mencari tahu lebih jauh.
Sebagai umat Katolik, saya juga setuju dengan Anda bahwa “fokus kita adalah Tuhan“. Justru karena berfokus kepada Tuhan, maka kita perlu memusatkan hati kepada apa yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus. Sesungguhnya, dengan pemikiran yang terpusat kepada Kristus ini, dan kehendak yang kuat untuk mengetahui dan melaksanakan kehendak-Nya, seseorang dapat sampai kepada Gereja Katolik.
Memang dalam Kitab Suci tidak tertulis secara literal, “Tuhan Yesus mendirikan Gereja Katolik”. Namun jelas Tuhan Yesus hanya mendirikan satu Gereja, yaitu yang didirikan di atas Rasul Petrus (lih. Mat 16:18-19); dan yang akan disertai-Nya sampai akhir zaman (lih. Mat 28:19-20). Nah, Gereja yang memiliki jalur apostolik yang tidak terputus, sejak dari Rasul Petrus sampai ke pemimpinnya sekarang adalah Gereja Katolik. Selanjutnya, Tuhan Yesus juga menyatakan bahwa Ia menghendaki agar semua murid-Nya menjadi satu (lih Yoh 17:20-21). Maka jelaslah juga bahwa Ia berkehendak agar Gereja-Nya tetap satu, yang walaupun terdiri dari berbagai bangsa dan bahasa, namun memiliki satu ajaran yang sama, cara ibadah yang sama, dan satu kepemimpinan yang sama yang berasal dari-Nya. Melalui fakta sejarah dan sampai sekarang, kita melihat bahwa Gereja yang memiliki ajaran yang satu dan sama, yang dipegang oleh semua anggotanya di seluruh dunia, dan yang tunduk dalam satu kepemimpinan yang sama, itu adalah Gereja Katolik. Maka secara obyektif, kita melihat bahwa dalam Gereja Katolik-lah terpenuhi apa yang sejak awal dikatakan dan dikehendaki oleh Tuhan Yesus. Walaupun Gereja Katolik diterpa banyak pergumulan sepanjang sejarahnya, namun adalah fakta juga bahwa Gereja Katolik adalah satu-satunya Gereja yang tetap bertahan sejak didirikan Kristus itu sampai sekitar 2000 tahun ini.
Apa yang saya tulis di atas ini adalah fakta, yang didukung juga oleh catatan sejarah. Maka jika kami menuliskannya tentu bukan untuk maksud menyombongkan diri, namun agar umat Katolik menyadari akan tanggungjawabnya. Yaitu bahwa: “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.” (Luk 12:48) Sebab sebagai anggota Gereja mempunyai jalur apostolik, setiap umat Katolik mempunyai tanggung jawab untuk turut melestarikan dan melakukan keseluruhan ajaran Kristus dan para Rasul itu, baik yang lisan maupun tertulis. Dengan cara inilah kami umat Katolik membuktikan kasih kami kepada Tuhan. Atau meminjam istilah Anda, “berfokus kepada Tuhan”.
Nah sekarang, di gereja-gereja lain, mungkin saja orang dapat mengenal Kristus dan mengalami kasih-Nya. Namun demikian, hal itu tidak mengubah kenyataan bahwa pada awalnya Tuhan Yesus mendirikan hanya satu Gereja. Kristus yang menghendaki murid-Nya menjadi satu, tentu tidak menghendaki para murid-Nya memiliki berbagai perbedaan ajaran iman. Sebut saja, tentang apakah Baptisan perlu untuk keselamatan; jika ya, bolehkah membaptis anak sejak bayi? Atau apakah keselamatan yang diperoleh saat Baptisan itu bisa hilang atau tidak? Seperti apakah perayaan iman yang dikehendaki oleh Kristus? Apakah Kristus sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur di tengah umat-Nya? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang lain. Tidak bisa kita pungkiri, bahwa perbedaan ini ada, dan inilah yang membuat ada banyak sekali denominasi Kristen, yang konon berjumlah sekitar 30.000 di seluruh dunia. Seberapapun kita dipaksa untuk mengatakan bahwa perbedaan itu tidak ada atau tidak penting, itu tidaklah benar, sebab kalau memang demikian, mengapakah para pemimpinnya dulu memutuskan untuk memisahkan diri atau mendirikan denominasi baru? Kalau sudah satu dan sama, mengapa perlu mendirikan denominasi baru? Mungkinkah Kristus mengajarkan pengertian yang berbeda-beda dan bahkan bertentangan, untuk suatu topik ajaran iman?
Maka tentu saja, kami umat Katolik juga prihatin akan adanya perbedaan itu, dan kami juga berdoa bagi persatuan kembali umat Kristen. Namun jika kami berdoa agar semua umat Kristen bersatu di bawah kepemimpinan Bapa Paus, sungguh itu bukan untuk menyombongkan diri, tetapi karena kami mengetahui dari Kitab Suci, bahwa itu adalah kehendak Kristus. Sebab Kristus mendirikan GerejaNya atas Rasul Petrus, dan Paus adalah penerus Rasul Petrus, yang kepadanya Kristus berjanji akan menyertai dan memberi kuasa untuk mengajar dan menggembalakan umat-Nya.
Nah sekarang izinkan saya menanggapi pertanyaan Anda:
1a. Jika anda menggunakan statement “Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus” , adakah cinta kasih seperti yang diajarkan Kristus ??
Tanggapan kami:
Cinta kasih yang diajarkan oleh Kristus, adalah kasih yang tidak dapat dipisahkan dari kebenaran. Sebab Kristus yang Allah, adalah kasih (1 Yoh 4:8) adalah kebenaran (Yoh 14:6). Maka tak mengherankan, bahwa “dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih, kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus yang adalah Kepala. Dari pada-Nyalah, seluruh tubuh…. menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.” (Ef 4:15-16)
Berpegang kepada ayat ini, Gereja Katolik tidak menyembunyikan ataupun mengaburkan kebenaran, yaitu bahwa Gereja yang didirikan oleh Yesus di atas Rasul Petrus ini sekarang ada dalam Gereja Katolik. Perihal asal usul digunakannya kata “Katolik” untuk mengidentifikasi Gereja yang didirikan Kristus di atas Rasul Petrus, itu sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Adalah hak Anda untuk menganggap bahwa kami tidak menerapkan kasih jika mengatakan hal ini, tetapi bagi kami, mengatakan kebenaran, itu adalah bagian dari kasih. Justru kalau kami menutupi kebenaran ini, maka kami malah mengaburkan fakta, yang kami ketahui sebagai kehendak Kristus sendiri. Namun demikian, adalah keharusan juga bagi kami, bahwa kebenaran ini harus disampaikan dengan kasih, tanpa maksud meninggikan diri atau sejenisnya, sebab memang tidak ada alasan bagi kami untuk meninggikan diri.
1b. “kenapa tidakkah anda berfikir untuk menyatukan visi dan misi [ katholik maupun kristen ], yang walaupun berbeda agama tetapi tetap satu ??“
Tanggapan kami:
Mungkin sebaiknya Anda menujukan usulan ini kepada Bapa Paus dan kepada pemimpin gereja Anda. Saya yang awam hanya dapat melakukan bagian saya yang kecil, yang pengaruhnya tidak akan sebesar pengaruh para pemimpin Gereja.
Sejujurnya, kalau kita mengacunya kepada Kitab Suci, dan tulisan para Bapa Gereja abad-abad awal, kita dapat mengetahui visi dan misi ini dengan lebih jelas, sehingga mungkin kita tidak akan berselisih paham. Namun kenyataannya, apakah semua orang Kristen mau melakukannya, setidaknya para pemimpinnya, ini yang menjadi pertanyaan. Sebab jika orang-orang di abad ini berkeras memegang pengertiannya sendiri tentang suatu ajaran iman, tanpa mau mengindahkan tentang bagaimana Gereja sebagai Tubuh Kristus, telah memahaminya sejak abad- abad awal, maka nampaknya di sinilah timbul adanya perbedaan “visi dan misi”.
2. Bukankah kita seperti orang fairisi ? yang datang ke greja memuliakan nama Tuhan, aktif di greja, mengetahui isi Firman Tuhan, tetapi pada dasarnya kita masih belum kudus di dalam kehidupan sehari-hari ??
Tanggapan saya:
Sungguh, tantangan untuk hidup kudus itu memang tantangan bagi semua umat Kristen, termasuk Anda dan saya. Maka Anda benar, bahwa kita dipanggil untuk tidak menjadi seperti orang Farisi yang mengetahui isi Kitab Suci namun tidak melaksanakannya.
Kekudusan itu sendiri adalah kesempurnaan kasih kepada Allah dan sesama, dan justru untuk mengejar kesempurnaan itulah, maka kita diundang oleh Allah untuk mencari tahu, apa sebenarnya yang dikehendaki Allah, dan bukan apa yang ‘kita sukai’ atau yang ‘saya rasa cocok bagi saya’.
Saya tidak mengabaikan fakta bahwa dapat saja orang mengenal Kristus dan mengalami kasih-Nya dalam gereja-gereja non-Katolik. Gereja Katolik, melalui Konsili Vatikan II mengajarkan, bahwa layaklah umat Kristen non-Katolik kami sebut sebagai sesama saudara di dalam Kristus, karena kita semua disatukan dalam Kristus oleh satu Baptisan (lih. Ef 4:5). Konsili juga mengakui adanya banyak unsur pengudusan dan kebenaran di gereja- gereja lain; namun demikian, kepenuhan sarana keselamatan ada dalam Gereja Katolik. Demikianlah, karena Magisterium Gereja Katolik mengajarkan demikian, kami di situs katolisitas juga menuliskan demikian. Maka tentang hal ini, saya tidak menuliskan pendapat pribadi, tetapi apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Tidak ada niatan dari pihak saya untuk meninggikan diri, mohon maaf jika Anda tersinggung dengan pernyataan saya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Tolong jelaskan yg dimaksud dengan semangat dan jiwa Kristus?
Shalom Hendy,
Jiwa Kristus [Anima Christi/ Soul of Christ] adalah bagian yang tak terpisahkan dari kemanusiaan Kristus, karena dalam penjelmaannya sebagai manusia, Yesus mempunyai jiwa dan tubuh manusia. Keseluruhan diri-Nya ini, Kristus serahkan di kayu salib, demi menyelamatkan umat manusia. Syair tentang kurban Kristus dapat kita baca dalam puisi doa, Anima Christi, yang konon disusun oleh St. Ignatius Loyola, yang dapat dibaca di buku Puji Syukur no. 212.
Sedangkan semangat Kristus kemungkinan berkaitan dengan terjemahan ‘spirit of Christ’, yang mengacu kepada sikap batin Kristus (sebab kata ‘spirit’ memang mempunyai arti yang lebih luas dari ‘soul’, di mana spirit bisa mengacu juga kepada semacam kekuatan batin/ perasaan).
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terimakasih kpd saudari Ingrit telah bersedia menjawab pertanyaan saya. Berkah Dalem
Syaloom,
Saya juga seorang Khatolik secara garis keturunan dari oppung sy keortu saya sampai kepd sy, tetapi sampai sekarang ini saya msh dipenuhi kebimbangan dan ketidakpastian akan iman Khatolik saya krn sy jg pernah dibaptis selam digereja bethel dikepulauan riau tp sy blm resmi keluar dari gereja Khatolik sampai detik ini.
Menurut kata hati saya apakah itu berasal dari roh kudus atau bukan sy tdk tahu, kalo sy mengikuti ibadah digereja kharismatik memang sy dpt merasakan ada sukacita dihati& yg paling penting dari pengalaman saya selama ini sy melihat begitu banyak jiwa2 yg berasal dari agama non kristen yang bertobat dan menerima Yesus digereja kharismatik atau gereja protestan lainnya yg mana tdk sedkit yg terima Yesus ini notabene yang sdh ahli dlm agama mreka sebelumnya bahkan banyak yg mantan guru besar dibidang agama mereka sebelumnya.
Yg menjadi pertanyaan saya! apakah ini bukan pekerjaan Roh Kudus? dan digereja khatolik sendiri saya blm pernah melihat kesaksian2 besar pindah keyakinan seperti itu seperti digereja Kharismatik&protestan lainnya. Ada yg bisa memberi pencerahan kpd sy yg sedang diombang ambing kebimbangan ini?!… Amin Haleluyah.
Shalom Sahputra,
Tuhan kita adalah Allah yang MahaKuasa, dan Ia bebas berkarya melalui sarana apa saja. Maka memang dapat saja Allah berkarya dalam komunitas-komunitas gereja lain yang non-Katolik. Namun demikian kepenuhan rahmat Tuhan diperoleh dalam persekutuan dengan Gereja Katolik, yaitu Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus di atas Rasul Petrus (Mat 16:18). Dalam Gereja Katolik-lah kita merayakan iman Kristiani, sebagaimana dahulu para Rasul merayakannya, seturut kehendak Kristus. Maka fokus perayaan iman dalam Gereja Katolik memang adalah apa yang dikehendaki Kristus, dan bukan semata-mata apa yang dikehendaki dan dirasakan oleh umat. Sebab jika kita membuka hati untuk memahami apa yang dikehendaki oleh Kristus itu, maka penghayatan kita akan makna ibadah tidak akan tergantung lagi oleh perasaan kita yang berubah-ubah, namun dari ketetapan hati akan janji Tuhan untuk menyertai Gereja-Nya, dengan cara yang dipilih-Nya itu.
Jika Anda tertarik dengan topik ini, silakan membaca beberapa artikel berikut ini, dan tanya jawab di bawahnya:
Apakah artinya menjadi Katolik?
Ekaristi adalah Komuni kudus
Perayaan Ekaristi di jemaat perdana
Thank you Jesus, I am home
Mengapa berpindah dari Gereja Katolik?
Gereja Katolik tidak membesar-besarkan jika ada saudara-saudari yang non-Katolik, yang kemudian memutuskan untuk menjadi Katolik. Namun jika Anda ingin melihat beberapa contohnya, silakan mengunjungi situs EWTN (Eternal Word Television Network), dan simaklah di sana program acara Journey Home. Di sana ada sekitar 750 kesaksian dari saudara- saudari kita yang non-Katolik, kebanyakan dari mereka adalah pendeta, yang memutuskan untuk menjadi Katolik, antara lain setelah mempelajari Kitab Suci dan tulisan para Bapa Gereja. Sebab mereka menemukan bahwa Gereja Katolik-lah yang telah dengan setia meneruskan semua ajaran Yesus dan para Rasul sampai sekarang.
Pada akhirnya, bawalah pergumulan Anda dalam doa-doa Anda. Roh Kudus yang sama, yang telah berkarya atas kehidupan para Rasul, adalah Roh Kudus yang sama, yang kini terus berkarya membimbing Gereja. Semoga Tuhan memberikan keterbukaan dan kepekaan hati untuk mengenali karya Roh Kudus yang satu dan sama itu, dan membiarkan kita untuk dipimpin oleh-Nya dalam kesatuan dengan Gereja yang didirikan-Nya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
dan mungkin yg bisa saya tambahkan atas sepengetahuan saya,secara umumnya umat non-Kristen beranggapan bahwa Kristen hanya satu, belom banyak yg tahu perbedaan Katolik dan Protestan, banyak yg beranggapan menjadi Protestan sama dgn Katolik, biasanya kalo dia sudah melirik ke Katolik dalam proses Katekumen mungkin dijelaskan, tapi kalo yg Protestan mungkin tidak
[dari katolisitas: Silakan membaca perbedaan teologis antara Gereja Katolik dan non-Katolik di sini – silakan klik]
Dear Katolisitas, maaf saya bingung harus bertanya di bagian mana.
Mengapa bila kita lihat Vatikan begitu mewah secara fisik (penuh dengan patung-patung, bangunan, benda-benda yang begitu mahal)? Menurut saya ini bertentangan sekali dengan kaul kesederhanaan.
Saya Katolik dan begitu percaya dengan kekatolikan dengan paham kebenaran yang utuh, yang menurut saya benar-benar berasal dari Roh Kudus, namun saya merasa kemewahan Vatikan yang terlihat inilah yang dapat menjadi batu sandungan dan hambatan mengapa banyak orang yang tidak mau berada dalam persekutuan Gereja Katolik.
Selain itu saya merasa juga Gereja Katolik kurang gencar menjamah pribadi seseorang dibanding denominasi lain. Di Gereja Katolik, umat yang aktiflah yang akan menyadari indahnya persekutuan ini, namun yang tidak aktif akan benar-benar tidak tahu (dan juga tidak ada yang secara aktif menjamah mereka). Banyak Katolik yang bahkan tidak tau 3 pilar Gereja Katolik (Kitab Suci, Tradisi Suci, Magisterium Gereja).
Mungkin Katolik harus benar-benar melakukan reformasi dari dalam agar umat benar-benar tertarik untuk mencari kebenaran itu melalui 3 pilar Gereja Katolik, sebagaimana denominasi lain yang begitu tertarik mencari kebenaran dalam Alkitab.
Bagaimana tanggapan tim Katolisitas mengenai hal ini? Terima kasih.
Shalom Arnold,
1. Bangunan gereja Vatikan begitu mewah?
Jika kita membaca Kitab Suci, kita akan mengetahui bahwa Allah menghendaki kualitas yang istimewa bagi pembangunan bait Allah. Silakan membaca kitab Keluaran tentang pembangunan bait Allah (lih. Kel 25-31, 37-40; 1 Raj 6). Maka tidak salah, jika Gereja Katolik, dan bahkan gereja-gereja lainnya juga mengikuti kehendak Allah ini, saat mengusahakan pembangunan gedung gereja sebagai rumah Tuhan. Malah menjadi suatu pertanyaan jika orang membangun gereja hanya seadanya, namun membangun rumahnya sendiri “with all his might“/ dengan segala kekuatannya. Jika kita sungguh mengasihi Tuhan maka, kita perlu mengusahakan yang terbaik untuk Tuhan, walaupun tentu, tetap harus dengan cara yang adil.
Maka pemberian kepada Tuhan, tetaplah selayaknya merupakan persembahan yang terbaik. Dalam Injil Yohanes (lih. Yoh 8:1-11), Yesus memuji perempuan yang mengurapinya dengan minyak wangi yang mahal, dan melihat tindakan itu sebagai perbuatan kasih untuk mengingat hari penguburan-Nya (lih. Yoh 12:1-8). Dengan demikian, tak ada yang keliru jika atas motivasi kasih kepada Tuhan Yesus, jemaat mengusahakan yang terbaik dalam membangun gedung gereja. Jangan lupa bahwa ada banyak orang mengatakan bahwa mereka justru dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam bangunan gereja-gereja Katolik, terutama di Eropa, yang secara mengagumkan menggambarkan Allah Sang Sumber segala Keindahan. Bangunan gereja-gereja yang dipenuhi oleh detail gambar dan patung-patung yang begitu indah tersebut, dapat menghantarkan orang kepada kontemplasi akan Kerajaan Surga, di mana Allah bertahta dikelilingi oleh para kudus-Nya. Adalah hak Allah, Sang Pencipta kita untuk memperoleh penghormatan dan penghargaan dari kita manusia yang diciptakan-Nya. Adalah adil jika para arsitek, insinyur, seniman, dan pekerja bangunan, dan umat sekalian mempersembahkan kembali segala talenta, waktu dan harta, yang dipercayakan kepada mereka kepada Allah dengan sebaik-baiknya.
Jadi, memberi yang terbaik kepada Tuhan, tidak untuk dipertentangkan dengan kaul kemiskinan/ kesederhanaan. Sebab kaul kemiskinan sesungguhnya berkaitan dengan pertumbuhan rohani seseorang, di mana orang melatih dirinya untuk tidak terikat dengan benda-benda lahiriah, agar hatinya bisa lebih terarah/ terpusat kepada Tuhan. Itulah sebabnya kemiskinan dalam Sabda Bahagia disebut sebagai syarat yang pertama agar seseorang dapat memiliki Kerajaan Allah (lih. Mat 5:3). Maka mengusahakan yang terbaik bagi pembangunan rumah Tuhan tidak dapat dipertentangkan dengan ayat ini. Sebab dalam memberikan yang terbaik kepada Tuhan, justru orang tidak mengikatkan dirinya kepada kekayaan jasmani, namun ia mengembalikan kepada Tuhan, apa yang sudah selayaknya diberikan kepada Tuhan, yang secara berlimpah telah memberikan berkat-berkat jasmani dan rohani kepadanya.
2. Gereja Katolik kurang gencar menjamah pribadi?
Nampaknya ini tergantung dari definisi, apakah maksudnya menjamah pribadi. Sebab seringkali yang menjadi sebab mengapa orang tidak mengalami ‘perasaan apa-apa’ dalam ibadah Katolik, adalah karena kurangnya keterbukaan hati, dan kurangnya pengetahuan tentang apakah makna ajaran iman Katolik. Sejujurnya Gereja itu menjamah anggotanya, juga melalui kita, anggota-anggotanya. Maka, jika Anda merasa bahwa bahwa hal ini kurang dilakukan oleh Gereja Katolik, pertanyaannya adalah: apakah yang sudah Anda lakukan untuk turut mengubah keadaan ini? Gereja adalah milik kita bersama dan adalah tanggung jawab kita bersama untuk saling membangun satu sama lain. Silakan Anda membawa di dalam doa-doa Anda, sehingga Andapun dapat mengambil bagian dalam tugas pewartaan iman, sehingga dengan demikian, ada banyak orang yang dapat merasakan jamahan Tuhan.
Saya setuju bahwa Gereja harus terus memeriksa diri dan memperbaiki diri. Sejujurnya ini adalah panggilan setiap anggota Gereja, termasuk Anda dan saya. Mari memohon rahmat Tuhan agar kitapun dapat melaksanakannya.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Terima kasih bu Inggrid atas jawabannya.
Saya melihat bahwa memang harus ada perubahan fokus dari Gereja Katolik. Selama ini Katolik terlalu menekankan pada aturan-aturan yang akhirnya membuat orang yang belum mengerti malah menjauhi Katolik.
Kita memang harus belajar dari gereja denominasi lain yang walaupun banyak kekurangannya, namun setidaknya ada 1 hal yang lebih dari Katolik, yaitu soal cara memperkenalkan Kristus yang membuat orang awam benar-benar merasakan Kristus dan akhirnya tergerak pula dalam memperkenalkan Kristus pada orang lainnya.
Kita bisa lihat begitu banyak pendeta yang melakukan mujizat penyembuhan keliling dunia, atau khotbah yang begitu menarik dan diekspos (cth: dengan mudah kita dapat mencari khotbah pendeta di youtube dan penyampaian mereka begitu menarik, namun sangat sulit mencari khotbah pastor dan sering tidak begitu menarik). Pengeksposan mujizat bukanlah kesombongan, namun lebih pada kebanggaan yang ingin ditunjukkan pada dunia bahwa Kristus itu hadir. Begitu pula dengan khotbah yang menarik menurut saya harus dipelajari kaum tertahbis, sehingga orang dapat tertarik mengenal Kristus, tanpa kehilangan kebenaran Katolik.
Tentu hal ini akan menjamah mereka yang disembuhkan melalui mujizat ataupun khotbah yang menarik, dan saya merasa bahwa pengalaman merasakan Kristus inilah yang menguatkan iman. Perasaan inilah yang pertama harus ditumbuhkan, dan setelah itu jauh lebih diperkenalkan akan kepenuhan kebenaran Katolik.
Tentu awam akan bergerak bila mereka yang di hirarki memulai pola pikir ini dan mengajarkannya.
Saya melihat pula video ini : https://www.youtube.com/watch?v=U0gHG8RCq4Q dan saya setuju atas hal itu.
Salam Kasih.
(Saya pelajar di Jerman dan disini saya melihat bagaimana perbedaan (dalam hal kerinduan akan Tuhan, contoh kecil: dalam ketertarikan diskusi Alkitab) komunitas pelajar Indonesia Kristen denominasi dengan komunitas pelajar Indonesia Katolik, di mana pelajar denominasi benar-benar tiap minggu ada kerinduan berdiskusi Alkitab bersama)
Shalom Arnold,
Fokus Gereja adalah Kristus. Selanjutnya memang adalah tantangan bagi Gereja, bagaimana caranya untuk memperkenalkan Kristus itu. Paus Fransiskus dalam surat ensikliknya, Lumen Fidei, juga berkali-kali menekankan hal “perjumpaan dengan Kristus” sebagai permulaan iman. Namun demikian, tidak berarti bahwa Paus tidak menganggap bahwa aturan-aturan itu tidak penting. Paus hanya menekankan bahwa hal yang terpenting itu (yaitu perjumpaan dengan Kristus itu) harus diutamakan, agar orang dapat mengalami kasih Allah yang dapat mengubahnya ke arah persatuan dengan Kristus.
Memang ada banyak cara orang “berjumpa dengan Kristus”, namun jika kita melihat dari Tradisi Gereja Katolik sejak zaman Gereja perdana, perjumpaan ini terjadi terutama melalui perayaan Ekaristi. Oleh karena itu pemahaman akan makna perayaan sakramen Ekaristi (dan juga sakramen-sakramen lainnya) dapat membangkitkan iman kita akan Kristus, yang sampai sekarang masih berkarya dalam Gereja-Nya. Paus Fransiskus dalam Lumen Fidei mengajarkan bahwa iman tidak dapat direduksi menjadi perasaan emosi yang melambung tinggi (lih. LF 24), namun sebagai kesediaan untuk menyambut Dia yang kita percayai ke dalam hidup kita (LF 18) untuk membimbing kita untuk hidup dalam kebenaran (LF 24) yang menuntun kita kepada tujuan akhir segalanya, yaitu persatuan dengan Allah yang kita kasihi (LF 27).
Nah, segala aturan yang ada dalam Gereja Katolik adalah aturan yang menuntun kita untuk hidup dalam kebenaran. Maka aturan-aturan itu juga perlu, namun demikian, jangan dilupakan apa yang mendasarinya, yaitu ‘perjumpaan dengan Kristus yang bangkit’ (LF 30), demikianlah kurang lebih penekanan Paus Fransiskus.
Hal begitu banyaknya penyembuhan yang ditayangkan di u-tube itu juga menuai pro dan kontra, karena sejumlah di antaranya juga ada yang melibatkan rekayasa, dan reportase rekayasa-nya juga direkam di u-tube, sehingga malah menimbulkan reaksi cemoohan dari orang-orang yang tidak percaya dengan Tuhan Yesus. Bahwa mukjizat Yesus masih terjadi sampai sekarang, itu kita percaya, namun pada akhirnya kita perlu memurnikan motivasi kita untuk beriman kepada Yesus, yaitu tidak semata mencari mukjizat, namun agar kita dapat menerima Dia ke dalam hidup kita, dan membiarkan diri kita dipimpin oleh-Nya menuju kepada kehidupan kekal. Dalam perjalanan iman ini, kita dapat saja mengalami mukjizat dan berkat-berkat-Nya, namun bukan hal-hal ini yang utama.
Demikianlah, maka memang yang terbaik adalah berpegang kepada Tradisi para Rasul, yang jelas sudah terbukti menopang kehidupan Gereja selama 2000 tahun, yaitu perayaan Ekaristi kudus. Mukjizat kesembuhan tetap terjadi di sana, walau tidak diekspos dan menjadi seperti semacam pertunjukan, namun yang terpenting juga adalah kesembuhan rohani yang membawa kepada pertobatan. Selanjutnya tentang bahwa para imam perlu mempelajari bagaimana caranya membawakan khotbah dengan baik, saya pikir, telah menjadi perhatian para imam di Indonesia, sebagaimana juga sudah pernah diulas oleh Romo Wanta, silakan klik.
Akhirnya, apa yang Anda tuliskan memang merupakan tantangan bagi Gereja Katolik, namun demikian, Gereja Katolik mempunyai dasarnya sendiri untuk tidak berubah haluan menjadikan ibadah dan kehidupannya menjadi sesuatu yang berbeda dengan apa yang telah lama berakar sejak zaman para Rasul. Yang mungkin perlu dilakukan adalah bagaimana menumbuhkan pemahaman yang baik akan ajaran iman, perayaan ibadahnya maupun kehidupan doanya, sehingga dapat menjadi bagian kehidupan semua umat Katolik, untuk dilakukan dengan suka cita.
Tantangan ini menjadi tantangan pihak hirarki dan awam, termasuk Anda dan saya. Mari, dengan keterbatasan kita, kita melakukan bagian kita, sesuai dengan keadaan dan kemampuan kita.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
TUHAN YESUS adalah Bapa kita di Sorga.
Sebab TUHAN YESUS adalah satu-satunya Bapa kami yang benar yang ada di Sorga, Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa Maha Suci, Bapa yang Kekal Maha Kudus, Raja Damai Kekal Selamanya. Dimuliakanlah Nama-Mu yang berkuasa, Nama-Mu diatas segala-galanya Nama TUHAN YESUS. TUHAN YESUS BAPA kami di Sorga datanglah Kerajaan-Mu jadilah
Saya Katholik, karena itu saya tidak menyembah kepada bunda Maria, Saya hanyalah menyembah kepada TUHAN YESUS satu-satunya BAPA kita yang benar, Dialah Bapa kita yang hidup si Sorga.
http://kasih-Tuhan-Yesus-Kristus.blogspot.com/
Dan kalau katholik menyembah bunda Maria, atau patung Paus, maka ajaran sesat. Sebab Katholik mengajar Kebenaran Kitab Suci.
Dan tentang Ajaran Trinitas, saya berharap kita semua memahami seluruh Kitab Suci dengan Baik dan Benar dengan Bimbingan Roh Kudus.
Dan sebab yang esa ! adalah YESUS sendiri sebab YESUS adalah TUHAN, maka Bapa adalah pengakuan YESUS itu sendiri, Anak adalah firman-Nya (segala ucapan yang keluar dari YESUS itu sendiri, dan Roh Kudus adalah Nyawa dari YESUS itu sendiri.
Dan Maka itu Kita semua bertobat dan Sujud hanyalah menyembah kepada YESUS adalah TUHAN Allah kita Semesta Alam, dan tidak ada Allah yang lain di samping Dia.
Dan jika menyembah dan menyebut nama YESUS, dan janganlah engkau menyebut nama Allah, atau nama Bapa, yang ucapan kamu semua mengira-ngira yang tidak kamu kenal. Berpikir dengan segenap hati dan dengan kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu nama Allah YESUS itu sendiri, nama Bapa adalah YESUS itu sendiri.
Hi kamu yang sudah dipanggil sebgai pengijil giatlah kamu bekerja di ladang TUHAN YESUS. Kita semua dipanggil untuk bekerja, apa semua pekerjaan kita semua, bukankah kita bekerja sebagai pelaku firman TUHAN YESUS dan memberitakan kebenaran firman TUHAN YESUS, bukankah kamu semua dipanggil untuk memberikan kabar keselamatan dalam nama YESUS, dan setiap orang yang percaya kepada YESUS tidak ada binasa (INI ADALAH PENGAKUAN YESUS bukan pengakuan manusia), karena YESUS adalah TUHAN satu-satunya Bapa kita yang benar, Dialah Bapa kita yang hidup di Sorga, dan tidak ada allah atau bapa yang lain di samping dia.
TUHAN YESUS adalah satu-satunya Bapa kita yang benar, Dialah Bapa kita yang hidup yang ada di Kerajaan Sorga memberkati kita semua.
[dari katolisitas: Yang harus dicermati dari tanggapan di atas adalah Pribadi Kristus adalah berbeda dengan Pribadi Bapa dan berbeda dengan Pribadi Roh Kudus, meskipun ketiganya adalah satu substansi. Jadi, kita tidak jangan mencampuradukan, seolah-olah Pribadi Kristus dan Pribadi Bapa adalah sama.]
Shallom segenap tim Katolisitas
Yang terkasih dalam Kristus
Saya hanya ingin bertanya, tentang bagaimana hukumnya bila saya yang sudah memengetahui tentang “Gereja Katolik”, namun masih dibatasi/belum bisa pindahke Gereja Katolik dikarenakan oleh orangtua saya yang seorang Protestan Kharismatik yang taat sehingga iapun masih keberatan?? Begitu juga dengan rekanan saya lainnya di gereja kharismatik itu sendiri?? Oleh karena itu saya hanya ingin mengajukan pertanyaan tentang bagaimana solusi terbaik bagi saya sendiri, apakah harus tetap memaksakan pindah ke Gereja Katolik atau bagaimana ?? Sekali lagi terima kasih dan salam damai dalam Kristus.
Salam, Samuel
Syukur pada Allah bahwa Samuel merindukan untuk tinggal dalam Bunda Gereja. Saya mendoakan supaya Allah senantiasa menuntun Samuel dalam pergumulan anda menuju Gereja Katolik.
Dilema yang anda alami kurang lebih pernah menimpa saya, walau mungkin tidak sama persis. Ketika Yesus memanggil saya pertama kali, Ia juga memanggil keluarga saya. Padahal, saya sedang terpisah sangat jauh secara geografis. Setelah kembali ke tanah air, saya berdiskusi dengan keluarga, yang yang kebetulan memutuskan untuk masuk gereja pentakostal karena keluarga kami memang berteman dekat dengan sepasang pendeta gereja tersebut. Mereka ingin segera dibaptis dan mengajak saya untuk ikut supaya serumah sama gereja. Saya memutuskan untuk menunda karena saya waktu itu masih mencari Gereja mana yang Kristus sendiri dirikan. Keputusan saya mendapat tentangan dari orang tua, dan lebih keras lagi, dari pasangan pendeta tersebut. Dari sini, saya belajar bahwa saat Tuhan memanggil, Tuhan pula yang menuntun. Syukur pada Allah, sepanjang perjalanan akhirnya keluarga dan teman pendeta tersebut bisa mengerti.
Oleh sebab itu, ijinkan saya sedikit berbagi :
1. Pada dasarnya, memilih agama adalah kebebasan setiap orang, yang juga dijamin oleh UUD Negara. Permasalahannya adalah, pilihan tersebut harus kita pilih dengan bertanggungjawab. Artinya, kita memilih sebaiknya bukan demi keuntungan-keuntungan tertentu, seperti harta, posisi, atau kekuasaan. Selain itu, kita harus konsekuen dengan pilihan kita. Jika memilih menjadi Katolik, jadilah seorang Katolik yang taat dan menghidupi iman karena itu pilihan kita sendiri. Pilihan datang pertama-tama dari keputusan pribadi kita, bukan karena orang lain.
2. Lalu, kita juga harus bisa mempertanggungjawabkan iman pilihan kita dengan lemah lembut dan sopan (1 Pt 3:15). Sehubungan dengan orang tua dan rekan anda yang menentang, itu adalah tindakan yang wajar. Mereka mungkin tidak memahami mengenai ajaran Gereja Katolik. Selain itu, banyak mitos dan kesalahpahaman di luar sana yang seolah menyudutkan Gereja Katolik. Oleh sebab itu, bila anda telah mencari, menemukan, dan meyakini bahwa Kristus sendiri yang mendirikan Gereja Katolik dan ingin anda berada di dalamnya, anda layak memperjuangkannya dengan lemah lembut dan penuh kasih. Anda dapat memperdalam iman Katolik sehingga dapat menjelaskan dengan penuh kasih mengenai ajaran-ajaran Gereja. Anda juga dapat memperteguh keputusan anda setelah anda mendalami bahwa Gereja Katolik memang menjaga secara utuh apa yang Kristus ajarkan melalui para Rasul hingga hari ini.
3. Tidak ada kesaksian yang lebih baik daripada tindakan. Bila kita meyakini bahwa ajaran Kristus disampaikan dan dijaga secara utuh oleh Gereja, selayaknya kita yang mengikuti ajaran Kristus menunjukkan buahnya dalam kehidupan nyata. Kehidupan yang semakin baik dan berubah adalah kesaksian yang berbicara paling keras dan paling melembutkan hati. Orang tua saya dan rekan-rekan saya yang awalnya skeptis mulai melembut ketika saya mau berusaha hidup seturut kasihNya, walaupun memang penuh jatuh bangun dan masih banyak kekurangan. Terutama, doa memohon jalan pada Kristus sungguh-sungguh menguatkan kita dalam menjalani perubahan tersebut dan melembutkan hati orang tua kita. Kita tidak pernah sendiri ketika berdoa. Bunda Maria, para kudus Allah, para malaikat, para rahib pertapa, imam-imam, dan berbagai intensi Misa yang didoakan bersama oleh seluruh Gereja adalah doa-doa yang menyertai kita, bahkan saat kita belum mengenal mereka. Yakinlah, apabila doa orang benar besar kuasanya, maka lebih-lebih lagi kita semua didukung dalam doa oleh sekian banyaknya orang kudus dan benar di surga.
Semoga Allah yang sungguh begitu baik untuk memanggil kita, menuntun kita hingga aman dalam naungan GerejaNya.
Pacem,
Ioannes
Shallom dan terimakasih juga bapak Ioannes yang terkasih dalam Kristus. Bahwa benar juga seperti yang dikatakan,bahwa kita harus membuktikan segala wujud penyertaan kasih dan ajaranNya dalam tindakan nyata agar mereka yang dalam hal ini skeptis(kurang memahami) tentang Kristiani Katolik dapat Kristus jamah dan beri pengertian seturut dengan kasih penyertaan-Nya..saya pribadi juga sudah mulai banyak berunding dengan bijak pada orang orang di sekeliling saya , tentang niatan saya yang tulus dalam kasih utk memuliakan nama Kristus di Bunda Gereja, serta dengan seturut juga kasih dan lemah lembut dalam menyelesaikannya. Semoga Kristus dapat menyertai saya selalu dalam perjalanan ‘pulang’ saya ini ke pangkuan Bunda Gereja yang ‘satu’ dalam nama-Nya, dan semoga Tuhan memberkati anda pak Ioannes, sekali lagi terima kasih dan salam damai dalam Kristus.
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Gereja_Katolik
Saya mengutip dan mengcopy alamat web di atas. Di sana dituliskan sejarah singkat Gereja Katolik.
Apakah tulisan di atas dapat dipercaya menjadi sumber pengetahuan akan sejarah perkembangan Gereja Katolik dari Kristus? atau Tim Katolisitas punya tulisan lain yang lebih lengkap mengenai sejarahnya?dari tulisan di atas apakah ada yang perlu di luruskan?
Salam Kasih,
Wilfirmus
[dari katolisitas: Kami hanya membaca secara sekilas dan cukup baik. Bagian yang perlu dicermati adalah apakah St. Sirilius menentang keutamaan Rasul Petrus. Silakan membacanya di sini – silakan klik]
shalom,Katolisitas.
saya mau bertanya; 1. apakah statusnya (kini) seseorang yang dibaptis secara katolik dan kemudian ketika dewasa pindah agama menjadi protestan tanpa adanya pernyataan keluar secara resmi dari gereja (katolik) ?
terima kssih.
[dari katolisitas: Status orang tersebut adalah umat Katolik, namun yang sesungguhnya tidak menjalankan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik]
Menyambung pertanyaan dan jawaban diatas, apakah dengan demikian seseorang yg tidak menjalankan ajaran Gereja(pindah agama) akan menerima hukuman atau tidak selamat?
Shalom Bonhop,
Nampaknya, yang menjadi kunci di sini adalah, apakah yang bersangkutan sudah “benar-benar tahu” bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan Allah melalui Kristus dan dikehendaki Allah menjadi sarana/upaya yang perlu untuk keselamatan bagi umat manusia, termasuk dirinya. Karena hal apakah seseorang sudah “benar-benar tahu” itulah yang nanti akan menentukan, sebagaimana dikatakan dalam Lumen Gentium:
“Berdasarkan Kitab suci dan Tradisi, Konsili mengajarkan bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis (lih. Mrk 16:16; Yoh 3:5). Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang-orang melalui baptis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.” (Lumen Gentium, 14).
Mari kita serahkan kepada Allah yang mengetahui kedalaman hati setiap orang untuk menilai apakah seseorang itu “benar-benar tahu” bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah sebagai sarana keselamatan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Bu Ingrid,
Saya ada pertanyaan yang mengganjal tentang istilah “benar-benar tahu” ini. Mungkinkah atau apakah ada orang yang semacam ini?
Orang yang benar-benar tahu tapi bisa-bisanya sampai menolak? Bukannya orang itu menolak disebabkan dia tidak tahu?
Maaf kalau pertanyaan saya aneh.
Ryan
[Dari Katolisitas: Tentang hal “benar-benar tahu” ini memang hanya Tuhan yang tahu, sebab memang hanya Tuhanlah yang memahami sepenuhnya isi hati setiap orang. Menurut pemikiran kita seharusnya orang yang benar-benar tahu tidak akan menolak. Namun tetap ada kemungkinan di mana seseorang sebenarnya sudah tahu, tetapi me-rasionalisasikan dalam hatinya bahwa sekalipun dia memilih yang lain (umumnya demi kepentingan pribadinya), Tuhan juga akan memahami keputusannya. Atau untuk alasan lainnya, yang kita tidak pernah dapat mengetahui dengan pasti. Tetapi Tuhan mengetahui segala sesuatunya, dan biarlah untuk hal ini, Tuhanlah yang menilai, bukan kita.]
Salam,
Keaksian ini sebuah terobosan luar biasa bagai mana Tuhan menyentuh seseorang,apakah kesaksian ini akan diakui oleh GK? http://m.facebook.com/photo.php?fbid=371301362924412&id=314813785239837&set=a.368874236500458.89826.314813785239837&refid=28&_ft_=qid.5786791523432177592%3Amf_story_key.8330938,
apakah dia hrs beragama katolik krn iman percaya dia yg telah memilih Yesus.
[dari katolisitas: Iman adalah satu perjalanan. Kalau dia benar-benar mencari, maka harapannya dia akan sampai kepada Gereja Katolik]
Shalom pak stef,
Ketika kita mengatakan bahwa gereja Katolik dapat bertahan selama 2000 tahun adalah bukti penyertaan TUHAN atas gereja-Nya sebagaimana yang ia janjikan dlm injil, dan sebagai bukti bahwa gereja Katolik bukanlah karya manusia, karena jika karena karya manusia sudah pasti gereja itu akan pecah. Namun seringkali oleh kawan protestan dijawab dengan membandingkan dengan agama Budha, Hindu, dan Yahudi yang ada jauh sebelum GK. apakah berarti bahwa ajaran agama2 tersebut adalah benar? Sebab kita tidak bisa menjadikan bertahannya gereja selama 2000 tahun sebagai bukti bahwa Gereja Katolik adalah benar. Bagaimana tanggapan Bpk Stef tentang ini?
Salam Kasih
Shalom Dela,
Sebenarnya, kalau kita mau melihat perjalanan Gereja, maka kita dapat melihatnya mulai dari Perjanjian Lama, yang berarti mulai dari manusia pertama, nabi Nuh, Abraham, dan seterusnya sampai mencapai puncaknya ketika Kristus membuktikan kasih-Nya dengan sehabis-habisnya dengan mati di kayu salib, dan pada saat itulah Gereja dikandung dan dilahirkan pada saat Pentakosta. Gereja inilah yang didirikan oleh Kristus di atas rasul Petrus (lih. Mat 16:16-19), yang diteruskan oleh para Paus sampai saat ini dan akan berlangsung sampai akhir zaman, karena Kristus sendiri yang akan melindungi Gereja-Nya dari alam maut (lih. Mat 16:18). Hal ini terbukti dalam sejarah Gereja Katolik, yang walaupun mengalami serangan dari dalam maupun dari luar tetap kokoh dan tidak tumbang ditelan waktu.
Ketahanan ini juga terlihat dari konsistensi pengajaran, mulai dari Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, jemaat perdana, konsili-konsili sampai pada saat ini. Dengan demikian, kita dapat melihat bertahannya Gereja Katolik secara institusi, dengan jumlah yang besar dan konsistensi doktrin adalah merupakan bukti campur tangan Allah.
Menurut saya, kalau seorang Kristen membandingkan bertahannya Gereja Katolik dengan agama Hindu maupun Budha, sebenarnya tidak pada tempatnya, karena pembuktian akan eksistensi Gereja bukanlah diskusi yang paling utama dengan mereka, karena yang lebih pokok telah berbeda, yaitu konsep tentang Allah yang esa. Namun, kalaupun mau dibandingkan, menjadi satu kenyataan bahwa tanpa adanya otoritas yang satu – seperti Gereja Katolik – maka akan terjadi perpecahan, baik di dalam agama Kristen maupun agama-agama yang lain.
Jadi, argumentasi tentang Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus tidak hanya dari sisi eksistensi Gereja, namun juga dari sisi yang lain, seperti yang dijelaskan dalam artikel tentang hal ini – silakan klik. Namun, eksistensi dan konsistensi Gereja Katolik adalah fakta yang tidak didapati di dalam gereja-gereja lain. Dan menjadi satu kenyataan bahwa ada begitu banyak perpecahan di dalam gereja-gereja lain dengan begitu banyak perbedaan pengajaran. Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,stef – katolisitas.org
Salam,
Saya mempunyai sebuah pertanyaan mengenai Yohanes 20:21, di mana Yesus berkata: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus [Gk. apostello] Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus [Gk. pempo] kamu.”
Mohon koreksi saya apabila saya salah mengartikan kata-kata Yunani di atas. Kata apostello berarti mengutus seseorang dengan otoritas dari si pengirim. Dalam kasus ini, kita mengerti bahwa Yesus telah dikirim dengan otoritas dari Bapa (bdk. Mat 28:18). Kata pempo juga berarti mengutus seseorang atau sesuatu, tetapi tanpa memberinya otoritas untuk bertindak atau berbicara atas nama si pengirim; kata pempo memiliki arti yang lebih mendekati kata “kirim,” seperti yang dimengerti oleh kebanyakan orang di zaman ini–contohnya, “mengirim” surat ke seseorang. Di dalam Alkitab, ada beberapa tempat di mana kata pempo digunakan, misalnya dalam 1 Petrus 2:13-14.
Apabila pengertian saya akan kedua kata Yunani di atas benar, pertanyaan saya adalah:
Mengapa Yesus tampak tidak mengutus para rasul dengan otoritas yang telah Ia terima dari Bapa? Dengan kata lain, mengapa Yesus tidak secara penuh memberikan otoritas-Nya kepada Gereja?
Apabila pengertian saya akan kedua kata Yunani di atas salah, pertanyaan saya adalah:
1. Apa perbedaan dari kata apostello dan pempo?
2. Mengapa Yesus menggunakan dua kata yang berbeda untuk kata “mengutus” dalam Yohanes 20:21? Apakah ini merupakan sesuatu yang signifikan?
3. Sebagai sebuah kontras, Yohanes 17:18 berkata demikian: “Sama seperti Engkau telah mengutus [Gk. apostello] Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus [Gk. apostello] mereka ke dalam dunia.” Konteks dalam Yohanes 17:18 identik dengan konteks dalam Yohanes 20:21. Namun, mengapa Yesus menggunakan kata apostello untuk mendeskripsikan baik apa yang Bapa telah lakukan kepada-Nya (mengutus) maupun apa yang Yesus sendiri telah lakukan kepada para rasul (mengutus)?
Terima kasih.
Shalom KA,
Benar, bahwa secara umum menurut bahasa Yunani sekular, memang kata Yunani pempo berhubungan dengan apostello di mana pempo merupakan terminologi yang lebih umum, yang berarti mengutus ataupun mengirim, sedangkan apostello mengacu kepada arti mengutus dengan otoritas resmi.
1. Dalam bahasa Kitab Suci, istilah ‘pempo‘ memang mengacu pada arti mengutus secara umum, sedangkan ‘apostello‘ adalah mengutus [dengan penekanan khusus] yaitu mengutus dengan kuasa ilahi. Dengan demikian kata ‘pempo’ digunakan secara umum, yaitu dapat mengacu kepada Kristus mengutus para rasul, atau para rasul mengutus utusan/ para murid mereka. Sedangkan karena mengacu kepada otoritas /kuasa ilahi, kata ‘apostello‘ dipergunakan jika kata ‘mengutus’ itu mengacu kepada Allah Bapa mengutus Kristus, ataupun juga Kristus mengutus para rasul. Demikianlah, kata apostello tersebut, menjadi asal kata dasar pembentukan kata apostolos (apostle dalam bahasa Inggris) yaitu ‘rasul’, yaitu utusan yang dipercayai dengan kuasa ilahi.
2. Yoh 20:21 menggunakan dua kata tersebut (pempo dan apostello), di mana keduanya berhubungan kata misi/ mission. Maka pembedaan itu kemungkinan dimaksudkan untuk membedakan derajat misi yang diterima Kristus dan Allah Bapa dan derajat misi yang diterima para rasul dari Kristus. Sebab misi Kristus kadang dapat menandai lahir-Nya Kristus dalam kekekalan, di samping juga lahir-Nya Kristus dalam rupa manusia sebagai Sang Penebus. Nah misi yang diberikan oleh Kristus kepada para murid-Nya adalah misi yang berhubungan dengan pengertian yang kedua, yaitu sehubungan dengan penjelmaan Kristus menjadi manusia untuk menebus dosa manusia. Kristus, yang dalam penjelmaan-Nya menjadi manusia, diberi kuasa mengampuni dosa oleh Allah Bapa, mengutus para rasul-Nya, dengan memberikan kuasa pengampunan dosa tersebut kepada para Rasul-Nya.
Haydock’s Catholic Commentary on Holy Scriptures menjelaskan ayat Yoh 20:21 demikian:
John 20:21 As the Father hath sent me. The word mission, when applied to our Saviour Christ, sometimes signifies his eternal procession from the Father, and sometimes his mission, as he was sent into the world to become man, and the Redeemer of mankind: the first mission agrees with him, as the eternal Son of God; the second, as man, or as both God and man. The mission which Christ here gives his apostles, is like this latter mission, which this great difference, that graces and divine gifts were bestowed on Christ, even as man, without measure: and the apostles had a much lesser share in both these missions. See St. Augustine, lib. iv. de Trin. chap. xix. xx. tom. 4. p. 829. and seq. (Witham) — Jesus Christ here shews his commission, and so giveth power to his apostles to forgive sins, as when he gave them commission to preach and baptize throughout the world, he made mention of his own power. Hence, whosoever denies the apostles, and their successors, the right of preaching, baptizing, and remitting sins, must consequently deny that Christ, as man, had the power to do the same. St. Cyprian, in the 3rd century, ep. lxxiii. says: “for the Lord, in the first place, gave to St. Peter, on whom he built his Church, super quem ædificavit Ecclesiam, the power that what he loosed on earth, should be loosed also in heaven. And after his resurrection, he speaks also to his apostles, saying, as the Father sent me, &c. whose sins you shall forgive,” &c. Why, on this occasion, passing over the other apostles, does Jesus Christ address Peter alone? Because he was the mouth, and chief of the apostles. (St. John Chrysostom, de Sacerd. lib. ii. chap. 1.)
3. Namun di Yoh 17:18 kata asli yang dipergunakan untuk kata mengutus adalah ‘apostello‘, untuk menekankan bahwa sama seperti Kristus diutus oleh Allah Bapa dengan kuasa ilahi, maka demikian juga para Rasul diutus oleh Kristus dengan kuasa ilahi.
Haydock’s Catholic Commentary on Holy Scriptures menjelaskan demikian untuk ayat Yoh 17:18-, tentang doa Yesus sebelum sengsara-Nya, yang sering dikenal sebagai ‘Jesus’ priestly parayer’: “Sama seperti Engkau telah mengutus [Gk. apostello] Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus [Gk. apostello] mereka ke dalam dunia”:
Yoh 17:18: As thou hast sent me into the world, I also have sent them into the world. He speaks of that mission, which agreed with him, as man, and become man for the salvation of mankind, to which also the apostles, and their successors were to co-operate, as the ministers and instruments of Christ, by virtue of their mission for him. (Witham) — For the same intent as Christ himself was sent, were the apostles sent also: whence St. Paul says, God was in Christ reconciling the world to himself, and he has placed in us the word of reconciliation. (2 Corinthians v. 19.) (Glossarium.)
4. Berikut ini adalah keterangan tentang arti kata pempo dan apostello yang saya kutip dari The Complete Word Study Dictionary oleh Dr. Spiros Zodhiates:
(III) Pémpō bears a significant relationship to apostéllō (G649), to send. In secular Gr. there was usually a distinction between pémpō and apostéllō. The comp. verb apostéllō means to send away, referring to both persons and things. Delegation for a particular purpose is involved, and the cause for sending is often particularly stressed. This is the verb from which the word apóstolos (G652), apostle, is derived. Pémpō was more common in secular Gr.; it merely stresses the fact of sending. In the NT, apostéllō occurs as a technical term denoting divine authorization.Apostéllō is used 131 times in the NT, of which 119 occurrences are in the gospels and Acts. Pémpō occurs as a virtual syn., more often in John (32 times), but also in the Gospel of Luke and Acts (10 or 11 times). John uses the two words side by side in Joh_20:21 where apostéllō may be said to mean to send with delegated authority. Pémpō, however, means merely to send, the authority being retained by Jesus Christ and derived from the believer’s attachment to Christ. This is clearly seen in Mat_28:18 where the Lord Jesus Christ sends forth His disciples to preach the gospel and disciple the nations. When speaking of the authority by which this was to be done, He said, “Unto me was given all authority in heaven and on earth” (a.t.). He did not say that unto you has been given this inherent authority. See the use of pémpō in Joh_5:23-24, Joh_5:30, Joh_5:37; Joh_6:38-39, Joh_6:44; Joh_8:29; Joh_16:5, Joh_16:7.Pémpō is not used in the Lord’s high priestly prayer in John 17, while apostéllō is used six times (Joh_17:3, Joh_17:8, Joh_17:18, Joh_17:21, Joh_17:23, Joh_17:25). Here He identifies Himself as the one whom God has sent, the sent one. The purpose and mission of His coming had been set prior to His incarnation (Joh_16:28). Therefore, pémpō is a general term, but apostéllō suggests official or authoritative sending.
Demikian semoga keterangan ini berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
apa selain umat katolik itu salah dan tidak selamat?kalo memang demikian ,berarti tidak ada keadilan disitu.sebab bayak saudara2 kita yg lahir dari lingkungan bukan katolik dan itu bukan kemauan mereka.cotoh ”saya terlahir dari orang non katolik,otomatis pemahaman yg diberikan orang tua saya adalah non katolik.ini kan bukan kemauan saya.tp tuhanlah yg menitipkan saya dilingkungan itu.saya rasa lingkunganlah yg memoles karakter dan kepercayaan seseorang.apa saya salah jika tidak memahami katolik?coba bapak renungkan,!jika bpk yg lahir bukan dari lingkungan katolik.mungkin bpk tidak mengimani katolik..
[Dari Katolisitas: Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa orang Katolik (tak peduli seperti apa penghayatan iman dan perbuatannya) pasti selamat. Silakan membaca artikel-artikel di bawah ini (silakan klik di judul berikut ini):
Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya pasti masuk neraka?
Apakah orang Katolik dijamin pasti selamat?
Adakah keselamatan di luar Tuhan Yesus dan Gereja Katolik?
Apa itu “Implicit desire for Baptism?”]
Kami pernah membaca di dalam website ini , kutipan Injil tentang Pokok Anggur dan ranting-rantingnya.
Kutipan tersebut dijadikan dasar untuk menunjukkan kesatuan dan keutuhan Tubuh Kristus dan juga secara khusus kesatuan gereja ( katolik ) di dunia. Gereja-gereja non katolik berada di luar satu pokok anggur tersbut.
Kami ingin menanyakan kembali:apakah penafsiran dari kutipan perumpamaan pokok anggur itu memang layak dan valid dijadikan dasar argumentasi untuk mendukung dogma Katolik tentang kesatuan gereja di dunia?
Apakah perumpamaan di atas hanya mempunyai tafsir tunggal seperti di atas?
Saudara-saudara seiman dari gereja kristen nonkatolik belum tentu menerima tafsir tunggal demikian sebagai argumentasi biblis untuk mendukung kesatuan gereja di dunia.
[dari katolisitas: Kutipan tentang Yesus adalah pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingnya bukanlah satu-satunya pendukung kesatuan Gereja. Kita dapat melihat alasan-alasan yang lain dalam artikel di atas – silakan klik dan juga diskusi ini – silakan klik. Semoga dapat membantu.]
manakah yang paling benar . . . . kristen katolik
kristen protestan
atau kristen yang lain
apakah bedanya nasrani dan kristen?
[dari katolisitas: SIlakan melihat tanya jawab “Mengapa kita memilih Gereja Katolik” – silakan klik. Nasrani dan Kristiani keduanya mengacu kepada para murid/ pengikut Kristus.
Kitab Suci mengatakan bahwa para murid Kristus disebut sebagai Kristen (Kis 11: 26). Sedangkan istilah ‘Nasrani’ berhubungan dengan kata ‘Nasaret‘. Dalam Kitab Suci dikatakan Yesus disebut sebagai Orang Nazaret (lih. Mat 2:23), a Nazorean, yang berasal dari kata ‘nezer‘ yang artinya tunas (Yes 11:1) dan ‘nazorite‘ yaitu nazir (orang yang mempunyai nazar khusus untuk mengkhususkan dirinya bagi Tuhan (lih. Bil 6:2); dan Nazaret juga adalah nama kota tempat di mana Tuhan Yesus Kristus tinggal bersama dengan St. Yusuf dan Bunda Maria, saat Ia menjelma menjadi manusia. Oleh karena itu, setelah wafat dan kebangkitan Kristus, para pengikut Kristus (sepertihalnya Rasul Paulus) diasosiasikan juga sebagai ‘orang Nasrani’ (lih. Kis 24:5) karena mereka mengikuti Kristus, Orang Nazaret.]
Benarkah ini ajaran Katolik???
Yahudi/ Israel yang sejati adalah Gereja Katolik, Inilah satu-satunya Gereja yang didirikan oleh Yesus (seorang Yahudi keturunan Daud) diatas 12 Rasul Yahudi (yang dilambangkan oleh PL sebagai 12 suku Israel) yang mana fondasi utama 12 Rasul ini adalah Petrus seorang Yahudi pula (Mat 16:18)
Gereja-gereja/ jemaat-jemaat lain didirikan oleh manusia biasa, bukan Yesus. Kebanyakan pendiri jemaat adalah non yahudi, atau kalaupun ada yang mendirikan adalah orang Yahudi, pendirinya bukan Yesus dan bahkan bukan penerus dari 12 fondasi Gereja Israel Sejati.
Para Paus dan Bapa Gereja dilain pihak, adalah penerus dari Petrus dan 11 Rasul lainnya. Jadi meskipun mereka memiliki ras non Yahudi, mereka dapat kepercayaan penuh dari Allah dan 12 rasul untuk menggembalakan Israel yang sejati ini.
Melalui Gereja Katoliklah, identitas Israel dipulihkan. Kerajaan Israel sudah pulih.
3 Tanda kerajaan Israel Kuno dimasa kejayaanya:
1. Memiliki Bunda Ratu (Gebirah), ibu dari Raja
2. Memiliki perdana Menteri yang memegang “Kunci” pemerintahan
3. Kelengkapan 12 suku Israel dalam persatuan penuh
3 tanda Gereja Katolik sebagai pemulihan Kerajaan Israel:
1. Memiliki Bunda Ratu, Maria, Ibu dari Yesus
2. Memiliki seorang pemegang kunci, yaitu Paus yang diawali Petrus (Mat 16:18)
3. Para Paus dan Uskup, penerus 12 Rasul dalam kesatuan penuh
3 tanda ini tidak pernah ada di jemaat manapun, entah protestan, Jehovah WItness, Messianik, Adventist, Kharismatik, Pentakostal, dsb… kecuali Katolik
Shalom Ian,
Secara prinsip, Gereja memang merupakan Israel yang baru. Hal ini disebutkan dalam dokumen Vatikan II, Lumen Gentium, art.9, yang menuliskan:
Yang perlu ditekankan, dalam hal ini bukan masalah pendiri dari Yahudi atau non-yahudi. Yang perlu ditekankan adalah pendiri Gereja adalah Kristus sendiri yang adalah Allah, yang memberi kuasa kepada rasul Petrus dan penerusnya untuk menjadi pemimpin Gereja (lih. Mat 16:16-19). Kuasa untuk mengajar juga diberikan kepada para rasul yang lain (lih. Yoh 20:21-23), yang kemudian diteruskan oleh para uskup dalam persatuan dengan Paus. Dan Gereja yang didirikan oleh Kristus mempunyai empat tanda, yaitu: satu, kudus, katolik dan apostolik. Silakan membaca artikel ini – silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shawlom & terimakasih kepada para pekerja katolisitas.org; “Ad Maiorem Dei Gloriam”.
God is a concept by which we measure our pain.
[dari katolisitas: Apakah dengan demikian, pernyataan di atas ingin mengatakan bahwa Tuhan tidaklah nyata? Silakan membaca artikel ini terlebih dahulu – silakan klik.]
Bagaimana dengan pendapat John Lennon dibawah ini menurut Katolisitas?
I believe in God, but not as one thing, not as an old man in the sky. I believe that what people call God is something in all of us. I believe that what Jesus and Mohammed and Buddha and all the rest said was right. It’s just that the translations have gone wrong.
John Lennon
Shalom Dave,
Terima kasih atas kutipannya dari John Lennon. Menurut saya, kutipan di atas tidak sesuai dengan iman Katolik dan perlu dikritisi lebih lanjut. Apakah dengan mengatakan “I believe in God, but not as one thing, not as an old man in the sky.” maka dia ingin mengatakan bahwa Tuhan bukanlah Pribadi? Kalau seseorang mengatakan bahwa Tuhan bukanlah Pribadi yang mempunyai akal budi dan keinginan, maka sesungguhnya hal ini bertentangan dengan prinsip “seseorang tidak dapat memberi apa yang dia tidak punya”. Karena manusia mempunyai akal budi dan kehendak, maka Tuhan pasti mempunyai akal budi dan kehendak dalam derajat yang sempurna secara absolut. Silakan melihat artikel ini – silakan klik.
Apakah perkataan “I believe that what people call God is something in all of us” bermaksud untuk mengatakan bahwa ada partikel Tuhan di dalam diri setiap orang? Kalau demikian, maka hal ini menjadi paham pantheism yang bertentangan dengan iman Katolik, karena mengajarkan Tuhan ada di dalam semua dan semua adalah Tuhan. Namun, kalau maksudnya Tuhan menjaga dan memelihara eksistensi setiap individu, maka ini adalah pernyataan yang benar. Bahkan Tuhan berdiam secara istimewa pada orang yang telah menerima baptisan dan berada dalam kondisi rahmat.
Perkataan “I believe that what Jesus and Mohammed and Buddha and all the rest said was right” perlu diklarifikasi. Perkataan yang mana yang dianggap benar? Apakah kalau ada kebenaran yang dinyatakan dan saling bertentangan, maka semuanya dianggap benar? Kalau demikian, ini adalah paham relativisme, yang ditentang oleh Gereja Katolik. Lihat artikel ini – silakan klik dan ini – silakan klik. Dan akhirnya kalimat “It’s just that the translations have gone wrong.” perlu dipertanyakan. Jadi, interpretasi siapa yang dianggap benar? Dengan perkataan lain, pernyataan yang diberikan oleh John Lennon tentu saja tidak sesuai dengan iman Katolik. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
salam
mungkin pertanyaan ini konyol, apa istimewanya jd org Katolik? Hak2 apa yg hanya didapatkan oleh org Katolik yg umat lain tdk dptkn? Kenapa harus ke gereja? Tp pertanyaan2 ini yg sering ditanyakan terutama oleh org2 di luar Katolik, terima kasih.
[dari katolisitas: silakan mulai dengan membaca artikel di atas – silakan klik. Kalau Kristus mendirikan Gereja Katolik, maka sudah seharusnya kita masuk di dalamnya. Kalau Tuhan memberikan perintah untuk untuk menguduskan hari Tuhan, maka sudah seharusnya kita pergi ke Gereja.]
“You have a fine way of setting aside the commands of God in order to observe your own traditions!”
[dari katolisitas: Menurut saya, akan lebih baik, kalau anda memberikan argumentasi di bagian mana dari artikel di atas yang bertentangan dengan perintah Allah, sehingga kita dapat berdiskusi secara lebih mendalam.]
Mohon penjelasan mengenai perikop ini dalam hubungannya dengan Gereja Katolik.
Kis.11:26 Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.
a. Kumpulan orang percaya (gereja) Katolik kah yang dimaksud dengan perikop tersebut.
b. Apakah perikop tersebut juga memberi bukti bahwa ada jemaat sebelum murid2 Yesus mulai mengajar?
2 Petrus2:21 Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka.
a. Apa yang dimaksud dengan Jalan Kebenaran dalam surat Petrus di atas?
b. Adakah dokumen yang mendukung fakta bahwa Petrus pernah ke Roma.
Terima kasih.
Shalom Nien Mitano,
1. Kis 11:26
a. Kis 11 :26 mengacu kepada Gereja apostolik/ jemaaat perdana yang didirikan oleh Kristus di atas Rasul Petrus, yang saat itu sudah tersebar sampai ke Fenisia, Siprus dan Antiokhia (Lih. Kis 11:19). Dari perikop tersebut kita ketahui bahwa saat itu Gereja awal yang terbentuk secara resmi di hari Pentakosta di Yerusalem, sudah meluas ke wilayah- wilayah sekitarnya. Maka jika anda tanyakan apakah yang disebut di ayat Kis 11:26 ini adalah Gereja Katolik, maka jawabnya adalah ya, karena memang Gereja apostolik tersebut adalah Gereja Katolik, walaupun nama “Katolik” baru resmi dikenakan pada Gereja pada awal abad ke-2 (tahun 107). Saat itu (107), Santo Ignatius dari Antiokhia menjelaskan dalam suratnya kepada jemaat di Symrna 8, untuk menyatakan Gereja Katolik adalah Gereja satu-satunya yang didirikan Yesus, untuk membedakan umat Kristen dari para heretik pada saat itu yang menolak bahwa Yesus adalah Allah yang sungguh-sungguh menjelma menjadi manusia, yaitu heresi/ bidaah Docetism dan Gnosticism. Dengan surat ini St. Ignatius mengajarkan tentang hirarki Gereja, imam, dan Ekaristi yang bertujuan untuk menunjukkan kesatuan Gereja dan kesetiaan Gereja kepada ajaran yang diajarkan oleh Kristus. Demikian penggalan kalimatnya, “…Di mana uskup berada, maka di sana pula umat berada, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, maka di sana juga ada Gereja Katolik.” (St. Ignatius, Surat kepada jemaat di Symrna, 8). Sejak saat itu Gereja Katolik memiliki arti yang kurang lebih sama dengan yang kita ketahui sekarang, yaitu bahwa Gereja Katolik adalah Gereja universal di bawah pimpinan para uskup yang mengajarkan doktrin yang lengkap, sesuai dengan yang diajarkan Kristus; walaupun sebenarnya asal usul Gereja Katolik, tetaplah adalah Gereja yang satu dan sama, yang didirikan Kristus di atas Rasul Petrus yang resmi dilahirkan di hari Pentakosta sekitar tahun 30.
Kata ‘Katolik’ berasal dari bahasa Yunani, katholikos, yang artinya “keseluruhan/ universal; atau “lengkap “. Jadi dalam hal ini kata katolik mempunyai dua arti: bahwa Gereja yang didirikan Yesus ini bukan hanya milik suku tertentu atau kelompok eksklusif yang terbatas; melainkan mencakup ‘keseluruhan‘ keluarga Tuhan yang ada di ‘seluruh dunia‘, yang merangkul semua, dari setiap suku, bangsa, kaum dan bahasa (Why 7:9). Ini sesuai dengan amanat agung yang dikatakan Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga, agar para rasulNya pergi ke seluruh dunia untuk menjadikan semua bangsa murid-muridNya (Mat 28: 19-20). Kata ‘katolik’ juga berarti bahwa Gereja tidak dapat memilih-milih doktrin yang tertentu tetapi harus doktrin yang setia kepada ‘seluruh‘ kebenaran. Rasul Paulus mengatakan bahwa hakekatnya seorang rasul adalah untuk menjadi pengajar yang ‘katolik’ artinya yang “meneruskan firman-Nya (Allah) dengan sepenuhnya…. tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.” (Kol 1:25, 28)
Jadi, istilah ‘katolik’ bukan istilah baru, karena sudah dipakai sebelumnya pada zaman Santo Polycarpus (murid Rasul Yohanes) untuk menggambarkan iman Kristiani, bahkan pada jaman para rasul. Kis 9:31 menuliskan asal mula kata Gereja Katolik (katholikos) yang berasal dari kata “Ekklesia Katha Holos“. Ayatnya berbunyi, “Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus. Di sini kata “Katha holos atau katholikos”; dalam bahasa Indonesia adalah jemaat/ umat universal atau Gereja Katolik, sehingga kalau ingin diterjemahkan secara konsisten, maka Kis 9:31, bunyinya adalah, “Selama beberapa waktu Gereja Katolik di Yudea, Galilea, dan Samaria berada dalam keadaan damai. Gereja itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.” Memang Kristus pertama- tama menugasi para rasul-Nya untuk menjadi saksi-Nya di Yerusalem, di seluruh Yudea, namun akhirnya, sampai ke seluruh dunia (lih Kis 1:8). Karena pusat dunia saat itu ialah Roma, maka Rasul Petrus dan Paulus saat itu sama- sama menuju Roma, untuk memenuhi perintah Kristus ini.
b. Sepanjang pengetahuan saya, perikop Kis 11:19-30 tidak memberikan bukti bahwa ada (Gereja) jemaat sebelum murid- murid Yesus mulai mengajar. Sebab yang mendirikan Gereja (ekklesia) apostolik ini adalah Kristus, dan kuasa Roh Kudus turun atas para rasul pada saat Pentakosta, yang memampukan mereka mengajar orang banyak dan melakukan mukjizat dengan kuasa yang mereka terima dari Allah. Baru sejak saat itu Gereja berkembang, mulai dari Yerusalem, lalu ke Yudea, dan seluruh dunia sebagaimana diperintahkan Kristus (lih. Kis 1:8).
2. 2 Petrus 2:21
a. “Jalan Kebenaran” yang dimaksud di sini adalah Kristus. Sehingga ayat 22, menjabarkan keadaan serius dari mereka yang kembali ke dalam kehidupan yang penuh dosa setelah mengetahui ajaran Kristus yang menyelamatkan. Ayat ini mengacu kepada para pengajar sesat maupun mereka yang disesatkan oleh pengajaran mereka. Jika demikian, keadaan mereka yang terakhir menjadi lebih parah daripada keadaan mereka yang mula- mula (lih. Mat 12:45).
b. Dokumen yang mendukung fakta bahwa Rasul Petrus pernah ke Roma sudah pernah dijabarkan di sini, silakan klik. Sedangkan tanggapan bagi mereka yang tidak mengakui keberadaan Kristus di Roma, klik di sini. Tentang benarkah makam Petrus ada di basilika St. Petrus Vatikan, klik di sini. Tentang tanggapan kami terhadap informasi yang menyatakan bahwa kubur Petrus ada di Yerusalem, silakan klik di sini.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Saya bingung menjawab pertanyaan yang diajukan kawan Protestan sbb:
1. apakah jemaat dalam Mat. 16:18 artinya gereja khatolik, Yesus mendirikan jemaat bukan Gereja Katolik
2. apakah tubuh YESUS sbg roti hidup diserahkan YESUS sekali saja, atau berulang ulang setiap perayaan ekaristi..
3. manakah yg masuk sorga.. seseorg yg ke gereja khatolik tanpa mengakui YESUS sbg Juruselamatnya, atau seseorg yg mengakui YESUS sbg Juruselamatnya tanpa ke gereja khatolik..
Bisakah saya mendapat penjelasan, terima kasih atas waktunya
Tuhan Memberkati Katolisitas
Shalom Aida Bela,
Terima kasih atas pertanyaannya. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
1. Tentang Gereja Katolik: Apakah Yesus mendirikan Gereja dan Gereja ini adalah Gereja Katolik, maka ada beberapa tanya jawab yang membantu di sini – silakan klik, klik ini dan klik ini. Kalau memang Yesus tidak mendirikan Gereja Katolik, yang satu, kudus, katolik dan apostolik, namun hanya jemaat, maka pertanyaannya adalah: jemaat yang mana, karena pengajaran dari jemaat-jemaat tersebut adalah berbeda-beda?
2. Tentang Roti Hidup: Yesus sebagai roti hidup yang disebutkan dalam Yohanes 6 dan juga dalam Perjamuan Kudus. Kita melihat apa yang dikatakan oleh Yesus “Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” Dengan demikian, Kristus menginginkan agar kita dapat memperingati Kristus dengan cara merayakan Sakramen Ekaristi. Dan karena kita ingin memperingati kasih Kristus setiap hari, maka Gereja Katolik mengadakan perayaan Ekaristi setiap hari. Dan kalau kita mengingat perayaan ini dilakukan oleh banyak umat Katolik dengan waktu yang berbeda-beda, maka dapat dikatakan bahwa perayaan ini adalah perayaan yang dilakukan setiap saat.
3. Tentang keselamatan: Seseorang yang ke Gereja Katolik namun tidak mengaku Yesus sebagai juru selamatnya, maka perlu dipertanyakan apakah orang ini benar-benar mengerti tentang iman Katoliknya. Setiap bagian dari perayaan Ekaristi adalah berfokus pada Kristus sendiri. Semua sakramen-sakramen yang ada di dalam Gereja Katolik mengalir dari misteri Paskah Kristus. Bagaimana mungkin seorang Katolik tidak mengaku bahwa Kristus adalah juru selamatnya? Namun, kalau seorang Katolik tidak bertumbuh dalam kasih, maka dia juga tidak dapat diselamatkan (lih. LG, 14)
Bagaimana dengan seseorang yang mengaku Yesus sebagai juru selamat namun tidak masuk ke dalam Gereja Katolik? Lumen Gentium 14 menjelaskannya demikian:
Jadi, kuncinya adalah apakah orang tersebut benar-benar tidak tahu (invincible ignorance) bahwa Gereja Katolik adalah benar-benar menjadi sakramen keselamatan. Kalau dia tahu bahwa Gereja diperlukan untuk keselamatan namun tidak mau masuk ke dalamnya, maka dia tidak dapat diselamatkan. Namun, yang tahu secara persis apakah orang tersebut tahu atau tidak (dalam kategori: invincible ignorance) adalah Tuhan sendiri. Silakan melihat link ini – silakan klik. Semoga jawaban dan link-link ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Mengapa Protestant cuba menjelekkan POPE di mata dunia ya?
Mengapa mereka itu menjelekkan Tradisi orang Katolik??
Apakah sebenarnya mesej yang cuba disampaikan oleh mereka???
Shalom Epie,
Terima kasih atas pertanyaannya. Tradisi Suci merupakan salah satu pilar kebenaran yang tidak diakui oleh Kristen non-Katolik. Dan Paus adalah wakil Kristus di dunia ini dan menjadi penerus rasul Petrus, yang menjadi pemersatu umat beriman, yg kalau memberikan pengajaran ex-cathedra yang tidak dapat sesat – yang mensyaratkan pengajaran iman dan moral, yang diberikan dalam kapasitasnya sebagai penerus rasul Petrus serta berlaku seluruh dunia. Dan peran ini juga tidak diakui oleh Kristen non-Katolik.
Kita mencoba untuk melihat bahwa mereka yang melakukan kritikan berniat baik dengan mengingatkan umat Katolik yang mereka pandang mempunyai pengajaran yang sesat. Yang dapat kita lakukan adalah menyambut niat baik ini dan mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya diajarkan oleh Gereja Katolik. Semoga dengan penjelasan yang memadai, maka mereka minimal dapat melihat bahwa iman Gereja Katolik sesungguhnya mempunyai dasar yang kuat. Sebagai umat Katolik, kita tidak perlu marah, namun hal ini menjadi tantangan bagi kita semua untuk semakin mempelajari iman Katolik kita, sehingga kita dapat menerangkannya dengan hormat dan lemah lembut jika ada yang meminta pertanggungjawaban akan apa yang kita percayai.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Syalom,
saya katolik
bagaimana menjelaskan tentang mengapa gereja Katolik berdoa kepada Bunda Maria, para Santo & Santa & juga para malaikat kepada orang2 kristen diluar Katolik? terutama kepada Bunda Maria, karena mereka berpikir kalau kita (Katolik) juga menyembahnya, oiya, mereka juga sering mengira kalau kita (Katolik) menyembah patung2 itu seperti berhala. bagaimana cara menjelaskannya dengan singkat jelas dan padat yah?
terimakasih,
GBU
[dari katolisitas: silakan melihat ini – klik ini dan klik ini]
Syalom rekan2 katolisitas.org yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus…
Perkenalkan, saya Titus dari GPIB, salah satu gereja Protestan/Reformed di Indonesia. Saya memang bukan orang Katolik namun saya sangat suka dengan sejarah gereja yang banyak saya dapatkan dari rekan2 umat Katolik yang sudah memulai peradabannya jauh lebih lama dari Protestan.
Saya juga sangat kagum dengan kesatuan iman umat Katolik yg sampai hari ini masih berada dalam satu naungan Gereja yang Kudus dan Am. Bahkan sampai sekarang saya juga masih suka “merinding” bila menyaksikan siaran langsung Misa Natal dari Vatikan di televisi yang begitu khidmat dan sakral. Saya membayangkan betapa indahnya bila persatuan semacam ini bisa tumbuh juga di antara denominasi gereja2 Protestan walaupun hal itu nampaknya mustahil untuk dilakukan.
Yang ingin saya tanyakan adalah :
1. Adakah upaya2 yang dilakukan oleh para pemimpin gereja baik dari Katolik maupun Protestan untuk menjalin/memperbaiki kembali hubungan kasih persaudaraan yang terkesan telah sangat renggang sejak revolusi pada abad pertengahan? Sebab sejatinya kita adalah bersaudara dalam Kristus walaupun pandangan kita sangat berbeda secara doktrinal dalam beberapa hal.
2. Gereja Katolik memang baik dan sempurna karena secara sah berasal langsung dari Tuhan Yesus sendiri. Namun masih adakah kemungkinan untuk tumbuhnya gereja2 lain di luar Gereja Katolik yang juga berasal dari Kristus?
Sebagai contoh, misalkan pada suatu daerah terdapat peradaban yang sangat terpencil, jauh dari jangkauan pelayanan Gereja Katolik. Apakah tidak mungkin bila Tuhan juga dapat memberikan semacam “lilin-lilin kecil” bagi mereka sebagai penerang iman mereka karena jangkauan cahaya Gereja Katolik tidak dapat menyinari mereka?
3. Gereja Protestan memang terkesan urakan, ugal-ugalan dan tidak beraturan, bagaikan anak bungsu yang meninggalkan Bapa dan Saudaranya dalam Lukas 15:11-32. Akan tetapi dari kacamata iman rekan2 Katolik tidak adakah sedikitpun kebenaran Kristus dalam Gereja Protestan?
Dari sekian ratus denominasi gereja Protestan, tidak adakah satupun yang layak untuk menerima “Kunci Kerajaan Allah” juga?
Sebab revolusi dalam gereja pun tentunya terjadi atas kehendak Tuhan untuk memperbaiki dan menjaga Gereja-Nya dari kegelapan. Bila pada waktu itu tidak terjadi revolusi yang dilakukan oleh Martin Luther dan kawan2 mungkin pemahaman kita tentang Kekristenan tidak akan sekaya saat ini, sebab adalah sangat sulit bagi orang2 awam dan berpendidikan rendah seperti saya untuk memahami dan mempelajari pengetahuan2 maupun doktrin2 teologi gerejawi yang cukup kompleks dalam Gereja Katolik.
Terima kasih rekan2, Bapak Stefanus dan Ibu Inggrid, tulisan2 Anda sangat memberkati dan membantu saya untuk lebih mengenal Kekristenan tidak hanya dari dalam gereja saya sendiri, tetapi juga dari kacamata iman saudara2 umat Katolik.
Salam Kasih Karunia dan Damai Sejahtera,
Tuhan Yesus Memberkati…..!!!
Shalom Titus Anindya P,
Terima kasih atas pertanyaan dan komentarnya, serta selamat datang di situs ini. Memang Gereja Katolik mempercayai bawah ada empat tanda dalam Gereja, yaitu satu, kudus, katolik dan apostolik, yang dapat anda lihat juga di artikel ini – silakan klik. Persatuan umat Allah adalah kerinduan kita bersama, dan terlebih lagi adalah kerinduan Yesus sendiri – bahkan persatuan umat Allah adalah perintah Kristus sendiri, seperti yang didoakannya di Yohanes 17. Berikut ini adalah tanggapan yang dapat saya berikan atas pertanyaan anda:
1. Tentang Ekumenisme: Sebenarnya, kalau kita melihat, konsili yang terakhir, Konsili Vatikan II ,dipenuhi dengan semangat ekumenisme. Vatikan II tidak mengeluarkan dogmatik yang baru, namun memberikan pendekatan pastoral dari dogma-dogma yang telah ada. Salah satu hasil dari KV II adalah Dekrit Unitatis Redintegration, yang dapat anda baca di sini – silakan klik. Pada bagian awal dijelaskan bahwa Gereja Katolik mengemban amanat persatuan dari Kristus namun pada saat yang bersamaan menyadari hakekatnya sebagai Gereja yang didirikan oleh Kristus sendiri. Dengan kesadaran dan ketaatan ini, Gereja Katolik ingin merangkul gereja-gereja yang lain. Inisiatif yang lain adalah dengan adanya “Pontifical Council for Promoting Christian Unity“, yang memang secara aktif mengusahakan persatuan umat Kristen. Mereka berdialog dengan gereja-gereja Timur dan juga dari gereja-gereja lain (Ecclesial Communites). Salah satu laporannya dapat anda lihat di sini – silakan klik , yang memaparkan usaha, harapan dan kendala dalam mewujudkan persatuan umat beriman. Anda juga dapat melihat arsip yang lain di sini – silakan klik.
2. Tentang gereja-gereja di luar Gereja Katolik: Seperti yang anda percayai, bahwa Gereja Katolik didirikan secara langsung oleh Kristus sendiri, yang dapat ditelusuri dari Kitab Suci, Tradisi Suci, maupun dari Magisterium Gereja. Kalau Kristus sendiri menginginkan persatuan, maka sulit sekali untuk dapat menerima bahwa Kristus menghendaki banyak gereja dengan berbagai perbedaan dogma dan doktrin. Kalau Kristus sendiri mengajarkan monogami dan Gereja adalah mempelai wanita, maka sungguh sulit untuk diterima bahwa Kristus menghendaki adanya banyak gereja atau banyak mempelai wanita. Kalau dalam hukum kodrat kita tahu bahwa poligami berdosa, maka Kristus tidak mungkin mempunyai banyak gereja, karena itu berarti sama saja dengan mempunyai banyak mempelai wanita.
Bahwa ada banyak daerah yang belum terjangkau oleh misionaris, maka menjadi tugas seluruh umat beriman untuk mencoba menjangkau mereka. Gereja Katolik dari awal mula mengirimkan banyak sekali misionaris ke daerah-daerah terpencil. Karya misionaris ini bukan hanya untuk sementara, namun biasanya mereka akan tinggal menetap dan mencoba untuk membentuk komunitas Gereja. Dan banyak misionaris-misionaris yang akhirnya menjadi martir atau dibunuh dalam tugas pelayanan mereka.
Bahwa ada gereja-gereja non-Katolik yang turut melakukan karya-karya misionaris adalah sesuatu yang tidak dapat disangkal. Dan saya juga mempercayai ada begitu banyak umat dari gereja-gereja non-Katolik yang memang mempunyai ketulusan dan kesungguhan untuk melakukan karya evangelisasi, yang didasari oleh kasih kepada Kristus sendiri. Jadi, hal ini adalah sesuatu yang baik. Oleh karena itu pada dokumen Unitatis Redintegratio, par. 3 (UR, 3) dikatakan “Oleh karena itu Gereja-Gereja dan Jemaat-Jemaat yang terpisah, walaupun menurut pandangan kita diwarnai oleh kekurangan-kekurangan, sama sekali bukannya tidak berarti atau bernilai dalam misteri keselamatan. Sebab Roh Kristus tidak menolak untuk menggunakan mereka sebagai upaya-upaya keselamatan, yang kekuatannya bersumber pada kepenuhan rahmat serta kebenaran sendiri, yang dipercayakan kepada Gereja katolik.“
Namun, menjadi tugas setiap umat beriman dalam kapasitasnya masing-masing harus benar-benar mempelajari imannya. Kalau kita telah menyadari bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus sendiri, maka dengan penuh kerendahan hati, minimal kita mencoba mempelajari apa yang dipercayai oleh Gereja Katolik, yang mungkin pada akhirnya akan menuntun kita untuk masuk dalam Gereja Katolik.
3. Tentang gereja Protestan: Saya yakin, bahwa ada begitu banyak orang yang dengan tulus hati mencari dan mengasihi Kristus dengan segenap hati, termasuk umat dari gereja-gereja non-Katolik. Dan dokumen dari Gereja Katolik mengakui akan hal ini. Namun, yang mungkin disayangkan adalah mereka yang terpisah dari Gereja Katolik sebenarnya justru tidak menikmati kesatuan beserta dengan karunia yang lain, seperti sakramen-sakramen, yang sebenarnya diberikan oleh Kristus sendiri untuk membantu umat-Nya. Di dalam dokumen yang sama dikatakan:
Kalau demikian, apakah yang diselamatkan hanya orang yang secara formal masuk dalam Gereja Katolik saja? Silakan membaca jawaban ini – silakan klik. Secara prinsip, kalau kita mengakui bahwa tidak ada keselamatan di luar Yesus, dan Yesus adalah kepala dari Tubuh Mistik Kristus (Gereja Katolik), serta Kepala dan Tubuh tidaklah terpisahkan, maka keselamatan juga terdapat (subsist) di Gereja Katolik. Tentu saja keterangan ini tidak akan cukup untuk menjelaskan secara detail pertanyaan anda. Oleh karena itu, silakan membaca link yang saya telah berikan. Kalau masih ada pertanyaan atau tanggapan setelah membaca link tersebut, maka anda dapat menyampaikannya lagi.
Tentang revolusi Gereja, maka tentu saja Tuhan mengijinkan semuanya terjadi, karena tidak ada sesuatupun terjadi tanpa seijin Tuhan. Namun, perpecahan Gereja bukanlah yang dikehendaki oleh Tuhan, karena hal itu bertentangan dengan konsep Gereja yang satu dan persatuan yang diinginkan oleh Kristus sendiri. Dan bahwa ada oknum-oknum dalam Gereja pada waktu itu, yang mungkin tidak menjalankan apa yang seharusnya dilakukan adalah harus disayangkan. Namun, kalau Kristus telah berjanji untuk melindungi Gereja-Nya dan alam maut tidak akan menguasainya (lih. Mat 16:18), maka kita harus mempercayai janji ini. Kalau saja Martin Luther dapat memperbaiki Gereja Katolik dari dalam dan tidak memutuskan untuk keluar, mungkin dia dapat dikenang sebagai salah satu santo yang besar. Kita dapat melihat St. Fransiskus dari Asisi, St. Klara sebagai figur-figur yang memperbaiki Gereja dari dalam.
Kita sering salah mengira bahwa Gereja Katolik tidak membuka kekayaan doktrin dan dokumen Gereja, Kitab Suci kepada umat awam. Anda dapat melihat jawaban ini – silakan klik. Gereja Katolik senantiasa terbuka dan seluas mungkin menyebarkan pengajarannya. Jangan lupa juga, bahwa mesin cetak masal, baru ditemukan sekitar abad 15. Sebelumnya, orang-orang tidak mempunyai Kitab Suci pribadi, karena diperlukan waktu yang lama bagi seseorang untuk menyalin Alkitab secara manual. Siapa yang menyalin? Kebanyakan dilakukan oleh rahib-rahib, seperti dari ordo Benediktus.
Dan di zaman digital ini, maka anda dapat menemukan dogma dan doktrin dari Gereja Katolik di http://www.vatican.va dalam berbagai bahasa. Di sana anda dapat menemukan semua dokumen yang pernah ditulis oleh para Paus, beberapa kongregasi, dll. Memang harus diakui, bahwa tidak mudah untuk memahami dokumen-dokumen tersebut. Salah satu penyebab untuk memahami dokumen-dokumen tersebut adalah karena memang dokumen resmi memberikan kepresisian doktrin, yang pada akhirnya menggunakan bahasa-bahasa teologis. Dokumen-dokumen resmi tidak menggunakan bahasa yang berbunga-bunga, karena dapat menimbulkan beberapa arti atau dapat salah dimengerti. Namun, inilah yang menjadi tantangan bagi hirarki Gereja dan orang-orang yang terlibat di dalamnya untuk dapat mensosialisasikan pengajaran Gereja Katolik dalam bahasa yang mudah dipahami.
Akhirnya, saya membuka diri untuk berdiskusi dengan anda tentang beberapa hal di atas. Semoga semangat kita untuk benar-benar mencari kebenaran benar-benar dapat menuntun kita kepada Kebenaran itu sendiri.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Ini hampir menjawab pertanyaan saya kenapa sih Kristen terbagi-bagi? kenapa teologi2 nya aja berbeda-beda? Kalau Semua benar kenapa tidak disatukan? Dan kalau ada yg salah gimana kita bedakan dan kadang kita melihat dr karunia-karunia karismatik di suatu gereja dan akhirnya cara kita memilih gereja menjadi salah. Seperti yang anda bilang di awal artikel ini.
Yang membuat saya bertanya-tanya dan pusing sendiri kadang saya mao lepas iman saya saja karena konsep keselamatannya saja berbeda. Ada yg bilang musti percaya dan usaha kita ga bisa buat kita selamat. Lah saya yg masi struggle dengan pertanyaan2 dan kadang masi ragu, apakah iman saya yg kerdil ini ckup untuk Dia selamatkan saya. Jadi kalau Tuhan ga memilih saya untuk selamat maka saya tidak akan selamat. Saya ketakutan sekali..
Sekarang saya bingung saya memilih ibdah ke Katolik karena saya tenang, walaupun pengenalan dan iman saya ttg Allah Tritunggal dan Bunda Maria masi minim tapi saya medapat kekuatan dan ketenangan di gereja katolik. Apakah ini jg salah dalam memilih gereja?
Shalom Leonard,
Terima kasih atas pertanyaannya. Memang kadangkala kalau kita menganut agama tertentu dan memutuskan untuk masuk ke agama Katolik, maka tidaklah semudah membalik telapak tangan. Diperlukan rahmat Tuhan dan keberanian untuk menempatkan kebenaran di atas kepentingan pribadi. Jadi, saran saya, jangan terburu-buru. Kajilah iman Katolik satu persatu – minimal yang pokok -, sehingga tidak ada ganjalan besar untuk masuk menjadi Katolik. Kalau anda senang dengan ibadah iman Katolik yang tenang, maka ini merupakan langkah pertama. Langkah selanjutnya adalah mencoba mempelajari apakah benar ibadah seperti di dalam Gereja Katolik adalah merupakan ibadah yang diinginkan dan diperintahkan Kristus. Karena kalau Kristus benar-benar menginginkan Diri-Nya disembah dalam Sakramen Ekaristi, maka siapakah kita yang mau seenak sendiri mengubah cara menyembah Kristus? Saya menyarankan, berfokuslah pada satu topik, seperti tentang Ekaristi. Kalau anda setuju dengan topik ini, maka saya ingin menyarankan anda untuk membaca beberapa artikel berikut ini:
Sudahkah kita pahami pengertian Ekaristi – silakan klik
Ekaristi sumber dan puncak spiritualitas kristiani – silakan klik
Sejarah yang mendasari pengajaran tentang Ekaristi – silakan klik
Ekaristi sebagai sakramen pemersatu – silakan klik
Diskusi dengan beberapa umat Kristen non-Katolik dapat dilihat di sini – silakan klik.
Diskusi tentang ekklesiologi dan perpecahan Gereja – silakan klik.
Setelah anda membaca beberapa artikel tersebut, anda dapat bertanya kembali. Atau kalau anda mau mulai dari topik yang lain, silakan juga bertanya dan berdialog. Semoga anda dapat menemukan kepenuhan kebenaran di dalam Gereja Katolik. Kalau anda merasa bahwa pengenalan iman anda tentang Trinitas dan Bunda Maria kurang, maka hal ini tidak menjadi masalah, karena anda dapat belajar. Yang terpenting adalah kita semua benar-benar mencari kebenaran. Dan Tuhan akan membiarkan Diri-Nya ditemukan bagi orang yang benar-benar mencari-Nya dengan tulus hati (lih. Yer 29:13-14) dan pada akhirnya kebebasan itu akan membebaskan kita (lih. Yoh 8:32). Akhirnya saran saya, kalau anda mendapatkan ketenangan ketika mengikuti Ekaristi, silakan terus menghadiri perayaan Ekaristi (tanpa menyambut Tubuh dan Darah Kristus) dan pada saat yang bersamaan terus mendalami makna Ekaristi dalam beberapa link yang saya berikan di atas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Terima Kasih
saya skrg mao blajar Katakumen
tp sedang cari guru yg baik. karena saya bnyak pertanyaan.. hahaha…
Saya sadar slama ini sejak mao benar2 bertobat saya kaya perahu yg di ombang ambing..
Sebentar di non-Katolik saya smpat blajar agama disana tp byk bgt saya merasa ada yang kurang
saya berharap di Katolik saya menemukan seluruh kebenaran. karena saya merasa byk yg terjawab semua pertanyaan saya di situs ini.
Walau ada thread-thread yang isi nya diskusi yg mengarah ke debat karena masing-masing yakin dipimpin oleh Roh Kudus.
Saya juga bngung knapa bs bgtu? bagaimana cara ny membedakan Suara Roh Kudus ama Suara Daging? maaf kalau salah tmpt lagi tanya nya
Tuhan berkati
Shalom Leonard,
Terima kasih atas pertanyaan dan sharing dan pertanyaannya. Berikut ini adalah jawaban yang dapat saya berikan:
1. Tentang Pembedaan Roh (discernment): Karunia membeda- bedakan roh (discernment) dapat membantu kita untuk mengetahui apakah suatu dorongan yang ada di dalam hati kita itu berasal dari Roh Kudus, dari si jahat atau dari diri kita sendiri. Dorongan yang berasal dari Roh Kudus selalu menghasilkan damai sejahtera, walaupun dapat saja terlihat sulit pada awalnya. Sedangkan dorongan yang berasal dari si jahat umumnya terlihat enak dan mudah pada awalnya, namun akhirnya tidak mendatangkan damai sejahtera. Memang bagi seseorang yang sudah hidup diperbaharui di dalam Kristus, maka tidaklah terlalu sulit untuk membedakan hal yang baik dari yang buruk, sehingga tidaklah terlalu sulit untuk memilih satu di antara keduanya. Yang kemungkinan lebih sulit adalah untuk memilih satu keputusan dari antara dua atau lebih pilihan yang kelihatannya sama- sama baik. Untuk hal ini memang diperlukan karunia discernment untuk menentukan pilihan tersebut. Mungkin dalam hal ini, kita perlu belajar dari St. Ignatius dari Loyola, yang mengajarkan di dalam membuat keputusan, maka kita perlu memilih sesuatu yang mendatangkan kemuliaan lebih besar kepada Allah (for the greater glory of God/ ad maiorem Dei gloriam).
2. Tentang proses belajar: Pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari proses belajar adalah sungguh baik. Jadi, jangan sungkan untuk bertanya, baik kepada katekis maupun dalam situs ini – kalau anda pandang dapat membantu proses belajar anda. Namun, saya ingin menyarankan, sebaiknya untuk dapat belajar tahap demi tahap. Sebagai contoh, silakan mempelajari, bertanya, berdialog tentang satu topik, misal: mengapa anda mau masuk ke Gereja Katolik dan bukan gereja lain. Setelah topik ini selesai, maka anda dapat masuk ke topik yang lain, seperti: konsep keselamatan, sakramen, dll. Semoga Tuhan memberkati kerinduan anda untuk menemukan kebenaran.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom…
Saya dari Malaysia,saya telah membaca artikel-artikel di dalam Tanya Jawab.Saya penganut agama katolik dan suami saya penganut agama Seventh Day Adventis (SDA) dan kami berdua pun tidak dapat berkahwin di gereja Katolik atas sebab-sebab tertentu.Saya sekarang berusaha untuk memujuk suami saya supaya kami dapat berkahwin di gereja katolik tapi usaha saya itu di di balasnya dengan alasan ‘Ya, gereja katolik memang yang pertama di mata dunia tetapi adakah penganut katolik masih merujuk kepada Imamat 10:8-11 tentang larangan minuman keras, Imamat 11:1-59 tentang bintang yang haram dan tidak haram, Keluaran 20:1-17 tentang kesepuluh firman tuhan, Kejadian 31:12-17 tentang peringatan untuk menguduskan Hari Sabat. Oleh itu, penganut SDA pergi ke gereja pada Sabtu dan sekarang sudah 2 tahun saya tidak menyambut roti kudus serta anak saya sudah pun lahir sekarang berusia 3 bulan. Jadi saya sekarang terpaksa mengikut suami saya ke gereja pada hari sabtu. Jadi, saya sekarang ingin minta pendapat Apakah Gereja Katolik masih merujuk pada Alkitab perjanjian lama?
Shalom Christine Mussie,
Gereja Katolik tentu menerima Kitab Perjanjian Lama, sebab Kitab Perjanjian Lama merupakan bagian dari Kitab Suci. Namun demikian, Gereja Katolik membaca Kitab Perjanjian Lama dalam terang dan kaitannya dengan Perjanjian Baru, di mana apa yang dituliskan dalam PL merupakan gambaran samar- samar, akan apa yang kemudian digenapi di dalam PB oleh Kristus. Maka Gereja Katolik tidak mengambil sumber dari Kitab Perjanjian Lama saja, tanpa melihat kaitannya dengan Perjanjian Baru. Tentang hal ini sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Secara khusus tentang makanan/ minuman haram, dibahas di sini, silakan klik.
Sedangkan, pembahasan tentang hari Sabat, dan mengapa Gereja Katolik merayakan hari Minggu sebagai hari Tuhan, sudah pernah dibahas di sini, silakan klik.
Jika perkawinan tidak diberkati oleh Gereja Katolik, dan anda sudah 2 tahun tidak ke Gereja Katolik maka memang anda tidak dapat menerima Komuni kudus. Agar dapat menerima Komuni kudus, anda harus mengaku dosa terlebih dahulu, dan anda harus menghadap ke pastor paroki anda untuk menerima konvalidasi perkawinan, artinya, agar perkawinan anda dapat dinyatakan sah di hadapan Gereja Katolik (tentu dengan asumsi waktu anda berdua menikah, anda dalam status bebas/ belum pernah menikah sebelumnya).
Pemberkatan secara Katolik tidak mensyaratkan bahwa pasangan anda harus masuk Katolik. Namun syaratnya adalah ia harus tidak menghalangi anda untuk menjalankan kewajiban anda sebagai Katolik dan mengetahui bahwa anda berjanji sedapat mungkin untuk mendidik anak- anak secara Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Salam Damai Kristus bu Ingrid,
Berkenaan dengan pertanyaan di atas dan hal ini memang pernah dibahas sebelumnya pada link yang ibu sebutkan, Namun yang saya tanyakan adalah mengenai makna yang dalam ketika Kristus selama penjelmaanNYA menjadi manusia dan bersabda sebagai berikut :
Mt. 5:17-20 mengatakan “17 “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. 18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. 19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. 20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.”
Yang ingin saya tanyakan dari hasil pengertian ayat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Manakah yang benar saat ketika hukum taurat ditiadakan yaitu ketika lenyap langit dan bumi? atau sebelum semuanya terjadi? Karena ayat diatas mengandung pengertian dari 2 hal dimana hukum taurat akan ditiadakan ketika lenyap langit dan bumi dan yang lain adalah ketika semuanya terjadi/ tergenapi.
2. Jika yang benar adalah ketika semuanya terjadi maka bukankah Yesus menggenapi hukum taurat tersebut?? Maka dengan itu hukum taurat yang merupakan gambaran kedatangan Anak Manusia akan ada beberapa perubahan dan diganti dengan hukum kasih karena semuanya sudah tergenapi. tetapi kita juga harus tetap mengajarkan ahl itu kepada anak cucu kita tentang Perjanjian lama karena dengan itu merupakan bukti bahwa Perjanjian Lama sudah tergenapi dengan Kedatangan Kristus yang membawa Perjanjian Baru.
3. Abraham tidak mengenal hukum taurat dan tidak merayakan Sabat serta tidak mengenal Kristus. Apakah Ia diselamatkan oleh Allah?
Demikian pertanyaan saya bu Ingrid, terimakasih dan TUHAN memberkati.
Salam,
Bernardus Aan
Shalom Bernardus Aan,
Terima kasih atas tanggapannya tentang Mat 5:17-20. Secara prinsip Mat 5:17-20 menyatakan bahwa Kristus datang bukan untuk menghapuskan apa yang diajarkan di dalam Perjanjian Lama, namun Kristus datang untuk menyempurnakan. Kesempurnaan ini bukanlah berupa hukum-hukum (letter) namun dinyatakan dalam Diri Kristus sendiri, yang menjadi sumber rahmat bagi seluruh umat manusia. Dengan demikian, kita tidak dapat mengesampingkan PL, karena PL adalah merupakan persiapan akan PB. Hukum-hukum di dalam PL adalah merupakan gambaran akan hukum yang lebih sempurna, yaitu Kristus sendiri. Semua hukum akan lenyap, ketika langit dan bumi musnah, karena pada saat sangkakala dibunyikan dan kita semua dijadikan baru, maka manusia yang telah dibenarkan oleh Allah berpartisipasi secara sempurna dalam kehidupan Trinitas, yaitu kehidupan kasih dan mengasihi. Pada saat kita mencapai tujuan, yaitu Sorga, maka kita tidak memerlukan hukum-hukum – yang mengantar kita pada Sorga. Hanya kasih yang tidak berkesudahan, karena hakekat Allah adalah kasih.
Tentang hukum apakah yang masih terus berlangsung di dalam PB, maka silakan melihat jawaban tentang tiga hukum dalam PL: Ceremonial, Judicial dan Moral law di sini – silakan klik.
Apakah Abraham diselamatkan walaupun tidak mengenal Sabat dan tidak mengenal Kristus? Ya, dia diselamatkan karena dia beriman dan melaksanakan imannya dengan sungguh-sungguh, serta menempatkan kebenaran iman itu melebihi dirinya sendiri. Iman Abraham bukanlah iman yang hanya dinyatakan di mulut dan hati, namun diwujudkan dalam perbuatan. Imannya bukan hanya sebatas perkataan, namun diwujudkan ketika dia membawa Ishak untuk dikorbankan serta ketika dia menghunus pisau. Dengan kata lain, dia benar-benar mengasihi Allah melebihi kasih terhadap diri sendiri. Ini adalah kasih yang bersifat adi kodrati (supernatural), yang mengalir dari iman yang adi-kodrati juga. Dengan demikian, dia juga mempunyai pengharapan akan Allah yang menepati akan menepati janji-Nya. Dengan dasar inilah, dia memenuhi apa yang dikatakkan di Ibrani 11:6 “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” Iman tentang Abraham yang luar biasa ini dijelaskan oleh Rasul Paulus di Ibrani 11:8-19. Dan untuk itulah, Abraham juga disebut bapa umat beriman. Abraham diselamatkan oleh pengorbanan Kristus di kayu salib, karena seluruh keselamatan umat manusia mengalir dari misteri Paska Kristus (penderitaan, kematian, kebangkitan dan kenaikan). Walaupun peristiwa Paska Kristus terjadi dalam sejarah manusia atau dalam waktu tertentu, namun karena Kristus adalah Tuhan, maka pengorbanan-Nya juga melampaui batas waktu dan tempat. Ini berarti orang-orang benar di dalam Perjanjian Lama juga diselamatkan oleh Kristus. Semoga jawaban singkat ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
syaloom…………..
sya cuma mau tanya kenapa saat sekarang initerlalu banyak aliran dalam aga ma kiristen??? saya sendi terkadang berpikir sebenar nya mana yg benar?????????
terimah kasi/God Bless
Shalom Jhon,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang gereja. Terlalu banyak aliran dalam agama Kristen adalah karena: 1) tidak adanya otoritas, seperti Magisterium Gereja di dalam Gereja Katolik, 2) Konsep Sola Scriptura, 3) Kesalahan dalam ekklesiologi (Gereja), 4) Tidak mau melihat dan mempelajari sejarah Gereja, 5) kesombongan rohani. Bagi kami, yang benar adalah Gereja Katolik. Mengapa? Silakan membaca artikel mengapa memilih Gereja Katolik di atas – silakan klik. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Pak Stef dan Bu Ingrid,
Saya sedang kebingungan mengenai Kardinal. Dari hasil kunjungan ke http://www.catholic-hierarchy.org saya menemukan ada 3 macam Cardinal yaitu Cardinal Deacon, Cardinal Priest, dan Cardinal Bishop. Sedangkan setahu saya seseorang yang menerima jabatan Kardinal kalau belum menerima tahbisan Uskup diminta untuk menerima tahbisan Uskup terlebih dahulu. Walaupun saya sendiri pernah bertemu dengan seorang Kardinal yang bukan Uskup di kota Roma. Dengan alasan umur uzur dan kesehatan beliau minta dispensasi dari Paus agar tidak ditahbiskan sebagai Uskup.
Pertanyaan saya apa perbedaan dari 3 macam Cardinal tersebut di atas? Apa kriteria Paus dalam menentukan seseorang masuk ke salah satu dari 3 kategori Cardinal?
Dari hasil pencarian saya juga, Kardinal Julius masuk dalam kategori Cardinal Priest. Beliau juga umurnya masih di bawah 80 tahun namun beliau sudah pensiun. Bila sewaktu – waktu ada konklaf saat beliau belum genap berumur 80 tahun, apakah Kardinal Julius juga masih berhak ikut konklaf mengingat dia sudah pensiun?
Terima kasih
Edwin Yth
Benar dalam sejarah Gereja kita mengenal kardinal diakon, imam dan uskup. Namun sekarang dengan Surat Apostolik dari Paus tentang pengangkatan kardinal selaku penasehat Paus dan calon Paus hal itu tidak ada lagi. Kardinal harus Uskup yang sudah ditahbiskan di dalam Gereja Katolik. Kardinal Julius masih bisa diundang dalam konklaf pemilihan Paus meskipun sudah pensius sebagai Uskup.
salam
Rm Wanta
Mohon tanya, bagaimana saya harus menyikapi bila ada seorang teman katolik yang tidak ke gereja lagi dengan alasan ia lebih memilih menjalankan imannya dari hati (dengan berdoa, membaca kitab suci, renungan, bersikap baik) daripada menjalankan ritual. Mohon pencerahannya. Terima kasih
Shalom Stefani,
Terima kasih atas pertanyaannya. Pada waktu kita menjalankan iman kita, maka parameternya bukan terserah pada kemauan kita. Kalau Kristus sendiri telah memberikan Sakramen Ekaristi dan sakramen-sakramen lain sebagai cara untuk menyalurkan rahmat-Nya, maka siapkah kita yang hendak mengubah apa yang telah diberikan oleh Kristus? Bagaimana kalau ada orang yang mengatakan bahwa dia memilih menjalankan agamanya dengan hanya berbuat baik bagi sesama tanpa berdoa maupun membaca Alkitab? Setiap orang dapat saja mempunyai keinginan yang berbeda-beda. Namun, kalau kita telah memilih untuk menjadi umat Gereja Katolik, sudah seharusnya kita menjalankan apa yang seharusnya dijalankan oleh umat Katolik yang baik – bukan dengan alasan ritual, namun dengan alasan bahwa Kristus telah memilih jalan tersebut (sakramen-sakramen) untuk menyalurkan rahmat-Nya. Jangan lupa juga bahwa semakin orang berpartisipasi dalam Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat, maka semakin orang tersebut dimampukan untuk berdoa, membaca Alkitab, melakukan renungan dan mengasihi sesama. Semoga keterangan singkat ini dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Pak Stef,
Waw! Luar biasa!…Apa yang Pak Stef tulis di atas sangat berdasar. Point-point berikut ini berdasarkan tulisan Pak Stef tulis di atas, akan saya sampaikan kepada keluarga dan lingkungan saya, yaitu:
1. untuk menjalankan iman kita, parameternya bukan terserah pada kemauan kita.
2. Kristus telah memberikan sakramen-sakramen sebagai cara untuk menyalurkan rahmatNya, maka siapakah kita yang hendak mengubahnya?
3. Kristus telah menetapkan jalan yaitu melalui sakramen-sakramen untuk menyalurkan rahmatNya. Kalau kita telah memilih untuk menjadi umat Gereja Katolik, maka kita harus mengikuti jalan yang telah Kristus tetapkan.
4. semakin orang berpartisipasi dalam Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat, maka semakin orang tersebut dimampukan untuk berdoa, membaca Alkitab, melakukan renungan dan mengasihi sesama.
Terima kasih Pak Stef atas point-point yang sangat mengena ini.
Lukas Cung
“Mengapa gereja terpecah-pecah, dan kalau memang ini semua dari Roh Kudus, kenapa tidak ada kesatuan? Kita tahu bahwa Roh Kudus adalah Roh Pemersatu bukan roh pemecah.”
maaf, saya orang bodoh yang baru tahu adanya katolisitas.org. ingin bertanya
Bukankah di katholik, arti gereja adalah umat? (maaf bila ada pendapat/ arti lain)
Tetapi yang saya tangkap dari paragraf / kalimat di atas adalah gereja dalam arti perkumpulan/ kelompok
Apakah benar?
Mohon diberi pencerahannya…
salam damai..
Shalom Aviras,
Selamat datang di katolisitas dan terima kasih atas pertanyaannya. Dalam kalimat di atas, memang saya ingin memberikan penekanan gereja dari sisi denominasi-demominasi Kristen non-Katolik. Untuk arti sebenarnya dari Gereja, anda dapat melihat secara detail dalam penjelasan ini – silakan klik. Silakan melihat dualitas dari Gereja, yaitu sebagai tujuan akhir dan sebagai sarana. Dengan mengerti hakekat dari Gereja yang merupakan tanda kasih Allah, yang didirikan oleh Allah, maka kita akan dapat mengerti bahwa manusia tidak dapat mendirikan Gereja, namun hanya dapat menerimanya dari Allah. Semoga dapat dimengerti.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Berulang kali dikatakan bahwa kepenuhan dan keutuhan ajaran Kristus hanya terdapat dalam Gereja Katolik ? Bukankah ini mencerminkan sikap arogansi Gereja Katolik, padahal kebenaran sempurna hanya ada pada Tuhan? Apa dasar alkitabiah yang menguatkan bahwa kepenuhan ajaran hanya terdapat di dalam gereja Katolik.
Shalom Herman Jay,
Gereja Katolik memang mengajarkan bahwa kepenuhan kebenaran ada di dalam Gereja Katolik. Menurut saya, esensi diskusi bukanlah pada sombong atau tidak, namun apakah benar bahwa Kristus mendirikan Gereja Katolik. Kalau benar, maka tidak ada yang perlu disombongkan, karena kepenuhan kebenaran mengalir dari Kristus sendiri. Jadi, Gereja adalah suatu pemberian dari Kristus. Dan kalau itu suatu pemberian, apakah yang perlu disombongkan? Pemberian ini hanya dapat diterima dengan ucapan syukur.
Apakah dasar Alkitab untuk mengatakan bahwa kepenuhan kebenaran ada di dalam Gereja Katolik? Silakan membaca artikel tentang mengapa memilih Gereja Katolik di atas – silakan klik. Dengan mendiskusikan topik-topik tersebut, maka kita dapat menghindari diskusi yang emosional dan hanya berdasaran perasaan. Semoga dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Saya jadi ikutan mau bertanya pada semua team katolistas
Gereja katolik roma mulai kapan memiliki Alkitab ? Apakah tau?
Kalo gereja yang benar seperti yang diklaim mestinya dari semula dia punya Alkitabnya ya……
Edited:
Tentu saja supaya jelas maksud pertanyaan saya, yang saya tanyakan mulai tahun berapa gereja katolik roma memiliki Alkitab ? Terima Kasih…..
Tanggapan saya lainnya tentang Mat 16:16-19
16 Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” 17 Kata YESUS kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. 18 Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. 19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”
Nubuatan KRISTUS ini telah digenapkan waktu Petrus ada di hari pentakosta membuka kunci pertama kepada bangsa Yahudi dan di rumah kornelius membuka kunci kedua kepada bangsa non Yahudi.
For your information, thats the fact. Bukan berupa gedung yang megah.
GBU
Shalom Olvy,
1. Kitab Suci yang ada pada kita sekarang berasal dari kanon Kitab Suci yang ditentukan oleh Magisterium Gereja Katolik, yaitu oleh Paus Damasus I pada tahun 382, dilanjutkan dengan Konsili Hippo, 393 dan Konsili Carthage, 397. Silakan anda membaca artikel ini, silakan klik, untuk mengetahui asal usul terbentuknya Kitab Suci.
2. Anda benar sewaktu mengatakan bahwa dalam Mat 16:17-19, Yesus berbicara kepada Rasul Petrus, dan Ia mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus. Selanjutnya tentang hal ini, sudah pernah kami tuliskan di artikel ini, silakan klik.
Jadi anda benar juga sewaktu mengatakan bahwa Gereja itu bukan semata berarti bangunan, tetapi adalah ekklesia, yaitu “jemaat Allah yang hidup, yang menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran” (1 Tim 3:15). Gereja ini terbuka untuk seluruh bangsa, bukan hanya untuk orang Yahudi tetapi juga semua bangsa lain; seperti halnya dikisahkan dalam Kisah Para Rasul, antara lain dengan dibaptisnya Kornelius seorang perwira pasukan Italia (Kis 10).
Gereja/ ekklesia yang universal yang didirikan oleh Yesus ini masih eksis sampai sekarang, sesuai dengan janji Kristus sendiri dalam Mat 16:18, bahwa alam maut tidak akan menguasainya; dan Gereja ini ada di dalam Gereja Katolik, yang mempunyai jalur apostolik yang berasal dari Rasul Petrus.
Benar, hal ini adalah fakta, bahwa Gereja bukan gedung, namun adalah jemaat Allah. Sedangkan gereja (dengan huruf kecil) maksudnya adalah gedung tempat beribadah umat Kristiani. Dan gereja dalam pengertian gedung ini memang tidak sama dengan Gereja (dengan huruf besar) yang artinya jemaat Allah.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Steve,
keterikatan dalam satu tubuh. Siapakah yg disebut gereja Tuhan, Tubuh KRISTUS? Bukankah mereka yg beriman kepada KRISTUS. Bagaimana jika ia berbeda denominasi? Apakah ia bukan termasuk tubuh KRISTUS? Apakah Tubuh KRISTUS harus satu gereja dalam pengertian satu denominasi?
Perbedaan. Mungkinkah dalam satu tubuh mempunyai doktrin yg berbeda bahkan bertentangan? Jawabnya mungkin saja. Sebab manusia yg memiliki akal dan kebebasan telah memberikan peluang terjadinya hal tersebut. Ini adl ttg persepsi. Con: seorang ayah sedang mengendarai mobil dg anaknya yg berumur 8 th. Kemudian terjadi kecelakaan dan anak tersebut terluka dibagian kepalanya sehingga mengeluarkan darah yg banyak dan pingsan. Kemudian ia dibawa kerumah sakit dan masuk UGD. Sesampainya disana anak tsb ditangani oleh suster dan dokter. Saat dokter melihat anak tersebut, ia berkata: “oh…anakku”. Mengapa dokter tsb berkata demikian? jika ada yg menduga bahwa dokter itu merasa kasihan, atau teringat akan anaknya yg sakit dirumah atau pernah alami kejadian yg sama maka dugaan ini salah. Yg benar adl dokter itu adl ibunya. Inilah yg saya maksud dg persepsi. Maksudnya dg bahan yg sama namun jika persepsinya berbeda maka yg dihasilkan berbeda. Apakah yg salah adl bahannya, sudah pasti tidak. Justru bahan tersebutlah yg harus menjadi parameternya utk mengukur suatu doktrin/ ajaran. Meskipun harus diakui bahwa dalam membaca dan memahami Alkitab ini, manusia memiliki persepsi sendiri. Dan inilah yg menjadi persoalan sampai sekarang. Menurut saya seharusnya tidaklah demikian. Seperti yg saya dengar dari apa yg dikatakan para pendeta dan teolog, biarkan Alkitab menafsirkan dirinya, maka tidak akan muncul perbedaan doktrin. Inilah doa kita bersama, seperti yg didoakan YESUS.
Bagaimana dg gereja katolik? Adakah perbedaan (perubahan) dalam pemahaman doktrin? Contoh: ttg keselamatan di luar gereja, adakah? Setahu saya doktrin yg diajarkan oleh gereja katolik adl bahwa hanya dalam YESUS – melalui gereja – seseorang dapat diselamatkan. Diluar gereja, manusia tidak dapat menemukan keselamatan.
Bagaimana dg ajaran doa (‘penyembahan kepada’) arwah? Bagaimana dg ajaran api penyucian? Adakah diajarakan oleh Alkitab? (Mohon dikoreksi).
Salam
Shalom Laila,
Terima kasih atas tanggapannya. Berikut ini adalah tanggapan yang dapat saya berikan.
1. Tentang Tubuh Mistik Kristus. Secara singkat jawabannya adalah Gereja Katolik, karena Gereja Katolik inilah yang didirikan oleh Yesus sendiri (lih. Mt 16:16-19). Saya pernah menjawab hal ini di tanya jawab ini – silakan klik, di mana saya menuliskan:
a. Untuk menjawab hal ini, kita harus mengerti tentang konsep Gereja sebagai “means” dan gereja sebagai “end“. Hirarki, struktur, sakramen, yang terlihat adalah contoh Gereja sebagai means dan ekaristi, kekudusan, Kerajaan Allah, yang tak terlihat adalah contoh Gereja sebagai “end”. Namun, means dan end tidaklah terpisahkan, sama seperti manusia yang mempunyai tubuh dan jiwa yang tak terpisahkan. Lumen Gentium, 8 menyatakan bahwa means dan end adalah tak terpisahkan sebagaimana Kristus mempunyai kodrat manusia dan kodrat Allah. Dikatakan bahwa:
Kristus, satu-satunya Pengantara, didunia ini telah membentuk Gereja-Nya yang kudus, persekutuan iman, harapan dan cinta kasih, sebagai himpunan yang kelihatan. Ia tiada hentinya memelihara Gereja[9]. Melalui Gereja Ia melimpahkan kebenaran dan rahmat kepada semua orang. Adapun serikat yang dilengkapi dengan jabatan hirarkis dan Tubuh mistik Kristus, kelompok yang nampak dan persekutuan rohani, Gereja didunia dan Gereja yang diperkaya dengan karunia-karunia sorgawi janganlah dipandang sebagai dua hal; melainkan semua itu merupakan satu kenyataan yang kompleks, dan terwujudkan karena perpaduan unsur manusiawi dan ilahi[10]. Maka berdasarkan analogi yang cukup tepat Gereja dibandingkan dengan misteri Sabda yang menjelma. Sebab seperti kodrat yang dikenakan oleh Sabda ilahi melayani-Nya sebagai upaya keselamatan yang hidup, satu dengan-Nya dan tak terceraikan daripada-Nya, begitu pula himpunan sosial Gereja melayani Roh Kristus, yang menghimpunkannya demi pertumbuhan Tubuh-Nya (lih Ef 4:16)[11].
Itulah satu-satunya Gereja Kristus yang dalam Syahadat iman kita akui sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik[12]. Sesudah kebangkitan-Nya Penebus kita menyerahkan Gereja kepada Petrus untuk digembalakan (lih. Yoh 21:17). Ia mempercayakannya kepada Petrus dan para rasul lainnya untuk diperluaskan dan dibimbing (lih. Mat 28:18 dsl), dan mendirikannya untuk selama-lamanya sebagai “tiang penopang dan dasar kebenaran” (lih. 1Tim 3:15). Gereja itu, yang didunia ini disusun dan diatur sebagai serikat, berada dalam Gereja katolik, yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya[13], walaupun diluar persekutuan itupun terdapat banyak unsur pengudusan dan kebenaran, yang merupakan karunia-karunia khas bagi Gereja Kristus dan mendorong ke arah kesatuan katolik.
b. Tubuh Kristus tidak mungkin terdiri dari banyak gereja, karena Kristus sendiri mengumpamakan bahwa Kristus adalah mempelai pria dan Gereja adalah mempelai wanita (lih Ef 5). Tidak mungkin, Kristus – yang adalah mempelai pria – dan yang mengajarkan kesakralan suami-istri dan hubungan monogami, dapat mempunyai beberapa mempelai wanita. Dengan demikian, Tubuh Mistik Kristus adalah satu.
2. Masalah perpecahan gereja: Saya pernah berdiskusi tentang ekklesiologi dan perpecahan gereja secara panjang lebar di sini – silakan klik. Anda mengatakan “Mungkinkah dalam satu tubuh mempunyai doktrin yg berbeda bahkan bertentangan? Jawabnya mungkin saja. Sebab manusia yg memiliki akal dan kebebasan telah memberikan peluang terjadinya hal tersebut.” Dengan pemikiran ini, maka akan sangat sulit untuk mengerti mana yang benar dan mana yang tidak, karena kebenaran menjadi sesuatu yang relatif. Kalau Yesus perpesan kepada para murid untuk membaptis dan mengajarkan seluruh perintah-Nya (Mt 28:20), maka pesan ini akan sangat sulit dilakukan, kalau terjadi pertentangan doktrin. Bagaimana orang dapat tahu mana yang benar dan mana yang tidak dan parameter apa yang digunakan? Bagaimana orang tahu Ekaristi adalah kehadiran Yesus secara nyata – seperti yang dipercayai Martin Luther – atau hanya sekedar simbol seperti yang dipercayai oleh banyak gereja-gereja? Bukankah Yesus sendiri mengatakan bahwa yang makan Tubuh-Nya dan minum Darah-Nya mendapatkan hidup yang kekal (lih. Yoh 6:54)? Jadi, perintah-perintah Yesus menjadi sangat penting untuk keselamatan manusia. Namun, kalau gereja-gereja mengajarkan doktrin yang berbeda-beda, bagaimana manusia tahu mana perintah Yesus yang benar?
Perbedaaan doktrin seperti ini, bukanlah hanya perbedaan persepsi seperti yang anda katakan dan seolah-olah dapat diterima sebagai sesuatu yang wajar. Kalau kita melihat perjuangan jemaat awal, mereka sampai mengorbankan diri mereka untuk mempertahankan doktrin, sehingga tidak sampai diselewengkan. Mereka tidak memperjuangkan perbedaan persepsi, karena dogma dan doktrin bukanlah sekedar persepsi, namun perintah dari Yesus sendiri. Mengikuti dogma dan doktrin yang salah berarti sama saja dengan melanggar perintah Yesus. Seperti yang anda katakan “Apakah yg salah adl bahannya, sudah pasti tidak. Justru bahan tersebutlah yg harus menjadi parameternya utk mengukur suatu doktrin/ ajaran.“, maka tidak ada yang salah dengan Alkitab, namun yang salah adalah masing-masing pribadi. Untuk itulah, Gereja Katolik mengikuti Alkitab, mempunyai Magisterium Gereja, sehingga Alkitab (Tradisi tertulis) dan Tradisi Suci (Tradisi Lisan) dapat diwariskan dari generasi ke generasi secara murni. (lih. 1Tim 3:15). Selama kita berpatokan bahwa Alkitab dapat menafsirkan sendiri dan menjadi satu-satunya pilar kebenaran, maka perpecahan tidak dapat dihindari. Silakan melihat perkembangan gereja dari jaman Martin Luther sampai saat ini, yang terpecah-pecah sampai 28,000 denominasi. Kalau memang Alkitab dapat menafsirkan sendiri, seharusnya tidak terjadi perpecahan.
3. Tentang perbedaan doktrin di dalam Gereja Katolik: Kalau anda mau berdiskusi secara mendalam tentang dogma tidak ada keselamatan di luar Gereja (EENS = Extra Ecclesiam Nulla Salus), silakan membaca link berikut ini – silakan klik. Untuk membahas doktrin ini, maka kita harus melihat cukup banyak dokumen Gereja dan bagaimana Gereja mengartikan doktrin ini. Kemudian, Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan penyembahan kepada arwah seperti yang anda katakan, namun mendoakan arwah sebagai tanda kasih, karena di dalam Kristus orang yang telah meninggal adalah hidup dan tidak ada yang dapat memisahkan kasih Kristus, termasuk kematian. Silakan bergabung dalam diskusi ini, yang membahas topik ini secara panjang lebar di sini – silakan klik. Tentang Api Penyucian, silakan membaca artikel ini – silakan klik. Silakan memilih salah satu topik bahasan, dan kemudian kita dapat membahasnya secara lebih mendalam. Membahas terlalu banyak topik membuat diskusi tidak terfokus. Anda juga dapat bergabung dalam 18 point keberatan dari orang yang telah berpindah dari Gereja Katolik ke gereja lain di sini – silakan klik dan di sini – silakan klik. Semoga usulan ini dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Bpk stef
Langsung aja pada diskusi kita
Tubuh KRISTUS. Kembali kepada pemahaman ttg ini, bahwa dlm bahasa Bpk Steve yg menggunakan istilah Tubuh mistik KRISTUS (saya menggunakan istilah tubuh KRISTUS) nampaknya saya melihat tidak ada pertentangan apapun. Sebab pada dasarnya saya mempercayai bahwa Tubuh KRISTUS adl satu, yaitu gereja, yaitu orang yg percaya kepada YESUS KRISTUS sebagai Tuhan dan Juruselamat. Bukankah ini yg seharusnya menjadi dasar pijakan utk ‘menilai’ ttg perkembangan denominasi? Yaitu kesamaan mereka dalam iman kepada YESUS KRISTUS? Bukankah sudah jelas bahwa Tubuh KRISTUS adl yg percaya kepada YESUS dan bukan ttg dari organisasi mana org tsb berasal?
Jika di dalam gereja ada begitu banyak suku,bahasa,dan bangsa, yg menunjukkan keragaman dan perbedaan namun mereka dipersatukan dalam KRISTUS. maka bukankah tidak menutup kemungkinan bahwa dalam gereja juga banyak organisasi/denominasi dan mereka tetap dipersatukan dalam Krsitus? Bagaimanapun juga mereka ini juga adl org yg percaya kepada YESUS sebagai Tuhan dan Juruselamat. Seperti pertanyaan saya: apakah mereka tidak disebut sebagai bagian dari Tubuh KRISTUS?
Bapak sendiri mengatakan : KRISTUS, satu-satunya Pengantara, didunia ini telah membentuk Gereja-Nya yang kudus, persekutuan iman, harapan dan cinta kasih, sebagai himpunan yang kelihatan. Ia tiada hentinya memelihara Gereja. Melalui Gereja Ia melimpahkan kebenaran dan rahmat kepada semua orang……….., kelompok yang nampak dan persekutuan rohani, Gereja didunia dan Gereja yang diperkaya dengan karunia-karunia sorgawi janganlah dipandang sebagai dua hal;melainkan semua itu merupakan satu kenyataan yang kompleks, dan terwujudkan karena perpaduan unsur manusiawi dan ilahi.
Mempelai KRISTUS. Jika gereja dipahami sbg individu org yg percaya kepada YESUS (bukankah memang seperti ini?), apakah ini berarti YESUS memiliki istri banyak? Saya yakin tidaklah demikian. Kembali pada dasar pertama bahwa jemaat/ gereja / tubuh KRISTUS adl org yg percaya kepada YESUS. Jadi saya, sis debi dan semua yg percaya kepada YESUS adl gereja / Tubuh KRISTUS / jemaat yg pada dasarnya adl satu yg disebut jemaat Tuhan / gereja. Karena itu denominasi adl bagian dari Tubuh KRISTUS, sebab mereka pun percaya kepada YESUS, maka mereka juga pada dasarnya adl satu yaitu mempelai KRISTUS.
Perbedaan doktrin. Utk mengerti mana yg benar, seperti yg sudah saya sebut “Apakah yg salah adl bahannya, sudah pasti tidak. Justru bahan tersebutlah yg harus menjadi parameternya utk mengukur suatu doktrin/ ajaran.“, Contoh ”apakah KRISTUS mendirikan satu gereja atau banyak gereja?”. Jawabnya jelas bahwa KRISTUS mendirikan satu gereja/jemaat, yaitu orang yg percaya kepada-Nya. Mis.Yoh 17:20 dan beberapa ayat yg sudah bapak sebut.
Saya tidak ingin berkutat ttg apakah doktrin adl ttg persepsi ataukah tidak. Namun saya melihat bahwa faktanya memang demikian, bahwa ada begitu banyak ajaran yg didasarkan oleh bahan yg sama namun outputnya bisa berbeda. Bagaimana mungkin terjadi jika tidak dipengaruhi oleh manusia yg mencetuskan doktrin tsb? Sebab itu, semua ajaran harus diuji kebenarannya, lih 1 Tes 5:21 [maaf…. termasuk ajaran katolik]. Bagaimanapun juga YESUS telah memberikan ‘seatbelt’, rambu, nasihat, peringatan bahwa Matius 7:16 Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri?
Ttg para martir, menurut saya, mereka tidak berkorban demi doktrin/dogma, namun demi KRISTUS yg mereka imani. [namun yg sesungguhnya hanya para martir yg mengetahui]
Ada yg mengganggu pikiran saya bahwa Bpk menuliskan Tentang Tubuh Mistik KRISTUS. Secara singkat jawabannya adalah Gereja Katolik, karena Gereja Katolik inilah yang didirikan oleh YESUS sendiri (lih. Mt 16:16-19). Yg dimaksud dg gereja katolik apakah organisasi ataukah gereja universal/ tubuh KRISTUS/ gereja/ jemaat? Jika yg dipahami adl organisasinya (katolik roma) maka rasanya terlalu mempersempit kuasa dan karya YESUS.
Salam persahabatan.
Shalom Laila,
Terima kasih atas tanggapannya dalam diskusi tentang ekklesiologi. Sebenarnya argumentasi yang anda kemukakan telah dibahas secara panjang lebar di sini – silakan klik. Lihat juga di komentar-komentar yang diberikan di bagian bawah tanya jawab. Di situ terlihat adanya argumentasi yang secara prinsip adalah sama, yang ingin menekankan bahwa Gereja adalah jemaat Allah yang percaya akan Kristus, yang membentuk satu tubuh dan perbedaan pengajaran tidaklah menjadi masalah asal percaya akan Kristus. Bukannya saya tidak mau berdiskusi tentang topik ini, namun, kalau anda tidak berkeberatan, silakan memberikan argumentasi di link di atas, sehingga tidak terjadi pengulangan. Anda dapat bergabung dengan Tristan maupun Lisa, yang memberikan pandangan yang sama dengan anda. Secara prinsip, kalau anda beranggapan bahwa semua perbedaan doktrin tidaklah menjadi masalah sejauh semua orang percaya kepada Kristus, maka hal ini tidak menjadi wajar lagi dan bertentangan dengan Yoh 17. Pertanyaannya adalah persatuan apakah yang diinginkan oleh Yesus di Yoh 17? Dan perbedaan doktrin yang saling bertentangan membuat umat kebingungan untuk mencari dan memutuskan doktrin mana yang benar. Coba anda melihat diskusi ini tentang apakah Yesus hadir dalam setiap Perjamuan Suci secara nyata atau secara simbolik di sini – silakan klik dan klik ini. Bagaimana mungkin Martin Luther yang percaya akan kehadiran Yesus secara nyata dalam Perjamuan Suci kemudian banyak pengikutnya yang hanya melihat Perjamuan Suci sebagai simbol. Tidak mungkin dalam satu tubuh mengajarkan doktrin yang saling bertentangan. Bagian-bagian tubuh dapat saling melengkapi namun tidak dapat bertentangan, karena setiap anggota tubuh adalah mempunyai satu kepala, yang mengatur semuanya secara harmonis. Jadi, buah-buah perpecahan, seperti yang terlihat dengan adanya 28,000 denominasi tidaklah sesuai dengan perintah Kristus.
Dan kalau anda ingin berdiskusi apakah Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus, anda dapat bergabung dalam diskusi ini – silakan klik. Dalam diskusi dengan Sherly telah dibahas cukup panjang tentang topik ini. Jadi, silakan bergabung dalam diskusi tersebut. Saya mohon pengertiannya, agar diskusi dapat dilanjutkan di link-link yang saya berikan, sehingga tidak terjadi pengulangan. Dengan anda berpartisipasi dalam diskusi di link-link tersebut, maka topik-topik dapat dibahas secara lebih mendalam maupun dapat ditinjau dari sisi yang berbeda, yang mungkin belum sempat dibahas. Semoga hal ini dapat diterima.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Shalom Laila,
Saya jadi ingin berkomentar setelah membaca tulisan Anda di atas tentang perbedaan; mungkin saja dalam satu tubuh mempunyai doktrin yang berbeda, bahkan bertentangan.
Anda menulis:
Perbedaan. Mungkinkah dalam satu tubuh mempunyai doktrin yg berbeda bahkan bertentangan? Jawabnya mungkin saja. Sebab manusia yg memiliki akal dan kebebasan telah memberikan peluang terjadinya hal tersebut. Ini adl ttg persepsi.
Komentar saya:
Walaupun dalam tulisan Anda berikutnya, Anda menulis: “tidak ingin berkutat ttg apakah doktrin adl ttg persepsi ataukah tidak”, tetapi saya ingin mengomentari contoh yang Anda berikan di atas, tentang ayah yang mengendarai mobil bersama anaknya yang berumur 8 tahun.
Di contoh ini Anda menulis: timbul dua persepsi.
Persepsi pertama: “jika ada yg menduga bahwa dokter itu merasa kasihan, atau teringat akan anaknya yg sakit dirumah atau pernah alami kejadian yg sama maka dugaan ini salah”.
Dengan jelas sekali Anda menulis bahwa persepsi pertama adalah salah.
Persepsi kedua: “Yg benar adl dokter itu adl ibunya”
Anda menulis: “Inilah yg saya maksud dg persepsi”.
Jadi, Anda menulis bahwa yang benar adalah persepsi yang kedua.
Nah, di mata saya, Anda adalah orang yang mempunyai dua pendirian, yang Anda anggap kedua pendirian ini sama-sama benar.
Pendirian pertama Anda: tidak masalah jika dalam satu tubuh mempunyai doktrin yg berbeda bahkan bertentangan, karna manusia yang mempunyai akal dan kebebasanlah yang menyebabkannya – manusia mempunyai persepsi yang berbeda-beda.
Pendirian kedua Anda: tidak semua persepsi itu benar.
Pertanyaan saya:
Jika doktrin yg berbeda bahkan bertentangan itu tidak semuanya benar, mengapa mereka boleh ada?
Kembali lagi ke contoh Anda di atas. Jika saya adalah orang yang kebetulan ada di situ, dan saya ngotot dengan persepsi saya bahwa dokter itu merasa kasihan, teringat akan anaknya yang sakit di rumah, atau pernah mengalami kejadian sama.
Nah, Anda yang tahu bahwa persepsi saya salah, apakah Anda tetap memperbolehkan adanya persepsi saya – walaupun persepsi saya bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya?
Jika Anda menjawab bahwa saya tidak boleh mempunyai persepsi seperti itu, lalu mengapa dalam hal doktrin yang berbeda bahkan bertentangan itu, boleh ada?
Menurut saya, setiap firman Allah bukan untuk ditafsirkan dengan cara yang saling berbeda, saling bertentangan dan berubah-ubah.
Menurut saya, setiap firman Allah hanya punya satu maksud, bukan punya banyak maksud yang saling berbeda, saling bertentangan dan berubah-ubah.
Menurut saya, setiap firman Allah hanya punya satu arti, bukan punya banyak arti yang saling berbeda, saling bertentangan dan berubah-ubah.
Menurut saya, setiap firman Allah hanya boleh diajarkan dengan ajaran yang sama di mana-mana dan tidak berubah, bukan diajarkan dengan ajaran-ajaran yang saling berbeda, saling bertentangan dan berubah-ubah.
Jika Tuhan Yesus bersabda “Inilah TubuhKu!…. Inilah DarahKu!”, berarti hanya punya satu arti yang tidak berubah-ubah, hanya punya satu maksud yang tidak berubah-ubah. Bukan berarti-arti yang saling bertentangan dan berubah-ubah. Bukan bermaksud-maksud yang saling bertentangan dan berubah-ubah. Tidak mungkin sabda Tuhan Yesus ini punya banyak arti/maksud yang saling berbeda, saling bertentangan dan berubah-ubah, dan semua arti/maksud ini benar adanya.
Ada cerita. Seorang majikan akan keluar negeri. Sebelum ia berangkat keluar negeri, ia mengumpulkan semua staffnya yang banyak itu untuk duduk mendengarkannya.
Setelah semua staffnya berkumpul, maka ia menjabarkan: semua instruksi darinya yang harus dijalankan, semua rencana darinya yang patut dilaksanakan, dan ia berpesan agar semua staffnya bersatu sama lain selama ia berada di luar negeri.
Namun, setelah sang majikan ini pergi, terjadilah: masing-masing staff menafsirkan instruksi majikan dengan caranya sendiri-sendiri, masing-masing staff melaksanakan rencana sang majikan dengan gayanya sendiri-sendiri, dan masing-masing staff tidak mau saling bersatu. Walau begitu, semua staff tetap berhimpun sebagai staffnya majikan.
Kira-kira, seperti inikah yang diinginkan oleh sang majikan?
Apakah tidak masalah atas apa yang telah terjadi selama sang majikan berada di luar negeri, karna toh semua staff masih berhimpun dalam perkumpulan staffnya majikan?
Bacaan Injil pada hari ini, Selasa, 15 Juni 2010, dari Matius 5:43-48.
Ayat 48: “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.”
Apa yang terjadi, untuk bacaan di atas: Lukas Cung mengajarkan A, Laila mengajarkan B, Stef mengajarkan C, Ingrid mengajarkan D, Johanes mengajarkan E? Masing-masing pengajaran ini berbeda bahkan saling bertentangan, dan masing-masing merasa diilhami oleh Roh Kudus.
Apa yang terjadi jika semua pengajaran di atas dianggap benar semua?
Apakah mungkin, sabda Tuhan Yesus di atas bisa dijabarkan dalam banyak pengajaran yang saling berbeda-saling bertentangan dan berubah-ubah?
Apakah mungkin, pengajaran yang saling berbeda-saling bertentangan dan berubah-ubah itu adalah benar semua, karna toh semua pengajar itu percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai juru selamatnya secara pribadi?
Jadi, kalau saya Lukas Cung telah percaya dan menerima Tuhan Yesus sebagai juru selamat saya secara pribadi, maka apakah boleh saya menafsirkan sabda Tuhan Yesus dan mengajarkannya sesuai persepsi saya sendiri – tanpa perlu memperhatikan: konteks bahasa aslinya, latar belakang adat istiadatnya, gaya bahasa penulis kitabnya, pengajaran dari Bapa Gereja dan hal-hal lain? Hanya melulu sesuai persepsi saya – yang saya percayai telah diilhami oleh Roh Kudus?
Marilah kita semua renungkan pelan-pelan. Jangan sampai, kita menjadi orang yang telah “membelokkan” firman Allah dari apa yang telah dimaksudkanNya.
Datanglah Roh Kudus. Penuhilah hati umatMu dan nyalakanlah di dalamnya api cintaMu.
Salam kasih dalam Tuhan Yesus,
Lukas Cung
Saya mempertahtikan kalimat diatas adanya kata Kudus. yang dimaksud disini setelah saya baca sepintas dari posting ini ingin mengatakah hanya katolik gereja kudus yang didirikan Tuhan.
Sebaliknya saya tidak sependapat dengan ini. Banyak saya baca ketidak kudusan gereja katolik. tentang pembantaian orang2 Yahudi ternyata beberapa tahun lalu pope john II minta maaf, berarti tuduhan banyak pihak bahwa vatican dibalik ini benar. Kalau kita perhatikan beberapa bulan di Yahoo dimuat berita bahwa tuntutan oleh 300 pengacara Yahudi supaya bank of Vatican mengembalikan uang dari orang2 Yahudi yang di tranfer(baca rampok) oleh vatican dan disimpan dibanknya untuk dikembalikan sayangnya pengadilan san fransisco mengatakan itu diluar wewenangnya karena satus diplomasi . Belum lagi ramai2 orang menuntut Pope yang sekarang ini karena waktu dia jadi bishop di jerman ada banyak molestet dilakukan di panti asuan katolik terhadap anak2 yang tuli dan pope yang waktu itu bishop tahu dan tidak mau melaporkan. bahkan kalau kita dengar dari youtube, Leo Zagami yang katanya orang dalam vatican mengatakan bahwa Pope yang sekarang ini adalah Gay.
Bagaimana begini dikatakan gereja yang kudus?
Kalau ingin lihat text sumber yang saya ambil ini linknya
http://www.ianpaisley.org/article.asp?ArtKey=jesuit ·
Berikut terjemahannya:
Berikut ini adalah text dari sumpah pentabisan Jesuit sebagai tercatat dalam jurnal ke 62 dari kongres, sesion ke 3 dari unitet state congressonal record( Huse calender no 397, laporan no 1523, tanggal 15 februari,1913 halaman 3215-3216 dimana halaman ini telah di dihilangkan. Sumpah ini juga di quote oleh Charls Didier dalam bukunya Subterranean Rome ( New york, 1843) yang diterjemahkan dari bahasa prancis. Dr Alberto Rivera, yang keluar dari Jesuit pada tahun 1976 confirms bahwa upacara pentabisan dan pengambilan sumpah yang dia alami adalah sama dengan text dibawah ini.
Ketika terjadi kenaikan rangking dari Jesuit tingkat bawah ke tingkat komando, upacara diadakan di chapel Covent or the Order, dimana hanya ada 3 orang lain yang hadir. Seorang atasan berdiri didepan altar, disamping kanan dan kiri ada paderi. Satu membawa spanduk berwarna kuning dan putih, yaitu warna kepausan, dan yang lain membawa spanduk hitam dengan gambar pisau dan salib merah diatas tengkorak dan tulang yang bersilang dengan hurum INRI dan dibawah ada kata Justum Necar Reges Impius yang berarti; untuk memusnahkan raja2 saleh atau sesat, pemerintahan atau penguasa.
Diatas lantai yang bergambar salib merah, calon berlutut. Pimpinan upacara kemudian memberikan salib kecil berwarna hitam yang diambil dengan tangan kiri dan di tekankan ke jantung dan bersamaan dengan itu pimpinan upacara memberi pisau yang diarahkan ke jantungnya.Pemimpin upacara masih memegang gagangnya dan mulai upacara.
Pimpinan upacara berkata:
Anakku, kamu telah dididik menyamar, diantara Roma Katolik menjadi Roma Katolik, dan menjadi pengamat/agen rahasia, skealipun diantara saudaramu sendiri. Untuk tidak mempercayai setiap orang, diantara reformis, menjadi reformis; diantara huguenots menjadi huegenot, diantara kalvinis, menjadi kalvinisp; diantara protestan menjadi protestan. untuk memperoleh kepercayaan dari mereka,untuk untuk memenangkan bahkan untuk berkotbah pada mimbarnya. dan dengan berapi api menjelek2kan agama mu dan Paus (Pura2 menjelekan katolik dan paus supaya dikira bukan katolik -red): dan bahkan merendahkan diri sendiri sampai serendah Yahudi (disini kita lihat katolik menganggap Yahudi itu sangat rendah -red) supaya kamu dapat mengumpulkan semua informasi untuk kepentingan tugasmu sebagai prajurit yang setia dari Paus.
Kita lihat Jesuit itu ternyata agen rahasianya katolik yang ditugaskan menyusup dan menyamar ke gereja2 kalvin, protestan pada umumnya, reformis dll, tujuannya mengumpulkan informasi2 untuk kepentingan penghancuran protestan, juga negara2 dan penguasa2.
ini saya ketik bahasa aslinya bagian ini dan lengkapnya bisa dilihat sendiri di link yang saya berikan:
perhatikan kalimat ini yang menjadi tujuan katolik.
It Is Just to exterminate or annihilate impious or heretical Kings, Governments, or Rulers.
Hanya untuk memusnahkan Raja2 saleh atau sesat, pemerintahan2 dan penguasa2.
Jelas terlihat pemerintahan dunia atau yang dikenal dengan New world order tampak disini
Kan Paus itu wakil KRISTUS didunia. KRISTUS adalah Raja dari segala Raja jadi Paus juga harus jadi Raja dari seluruh dunia.
Ini lanjutan dari sumpah Jesuit yang naskah aslinya bisa di klik di sini: http://www.ianpaisley.org/article.asp?ArtKey=jesuit ·
kamu telah dilatih untuk secara diam2 menanamkan benih2 irihati dan kebencian diantara kominitas, propinsi, negara bagian yang dalam keadaan damai dan menghasut mereka untuk mengadakan pertumpahan darah.
Yang ini komentar saya.
Apa betul Tuhan YESUS mendirikan gereja yang kudus model ini? Tuhan itu cinta damai dan kasih yang diatas ini sebaliknya. Sobat yang dikasihi Tuhan, pertimbangkanlah keyakinanmu dengan jujur, mintalah Tuhan YESUS memberi pengertian dan bicara melalui Roh Kudus apa benar anda pada jalanNya?
Lanjutan:
Libatkan mereka dalam peperangan diantara mereka sendiri (adu domba-red) dan ciptakan revolosi dan prang saudara di negara2 yang merdeka dan makmur maju dalam ilmu pengetahuan dan budaya dan menikmati kedamaian. (jadi tidak senang dengan negara yang damai dan maju red) Untuk memihak pada satu pihak danberlaku rahasia dngan saudaramu Jesuit, yang mungkin bekerja dipihak lain. (Jadi ada 2 Jesuit yang satu pura2 berpihak pada kelompok A dan yang lain pura2 berpihak pada kelompok B dan jangan sampai orang tahu red) tapi secara terbuka melawan pihak lawan, supaya gereja akhirnya memperoleh keuntungan. Kamu telah dilatih dalam tugasmu sebagai agen rahasia, untuk mengumpulkan semua data statistik, fakta dan informasi dari segala sumber, mengambil hati dan mendapatkan kepercayaan dari keluarga protestan dari semua kelas dan karakter, juga pada pedagang2 dan pengusaha2 bank, pengacara, sekolah2an dan universitas2 dalam anggauta parlemen dan kehakiman dan dewan2 pemerintahan dan semua orang untuk keperluan Paus yang kita layani sampai mati. Kamu telah menerima semua petunjuk pada waktu kamu sebagai orang yang belum pengalaman menjadi asisten komando, pastur pendengar pengakuan dosa dan alim ulama, tapi kamu belum pernah diangkat menjadi komando dari tentara loyola untuk melayani Paus. Kamu harus bertindak sebagai pembunuh sebagaimana ditugaskan oleh atasanmu.
Karena tidak ada yang dapat menjabat sebagai komando disini sebelum disucikan dengan darah dari heretic (yang dimaksud heretic disini adalah protestan red) karena dengan tanpa penumpahan darah tidak seorangpun dapat selamat. Oleh sebab itu untuk melayakan dirimu pada pekerjaan ini dan meyakinkan keselamatanmu, sebagai tambahan dari sumpahmu, kamu juga harus menaati perintah dari Paus.
Ulangi kata2 saya:
Perhatikan sumpah Jesuit ini untuk bisa cocok pada pekerjaannya harus menumpahkan darah orang2 protestan, tentu dengan cara2 mengadu domba, menciptakan perang dll seperti yang tertuang dalam keseluruhan sumpah ini. Bukankah mengerikan agama ini? Oleh sebab itu saya tidak sependapat dengan sobat katanya gereja ini satu2nya gereja kudus yang didirikan Tuhan YESUS. Ini bukan gereja Kudus. Keselamatan kita tidak dari menumpahkan darah atau mengadu domba, tapi dari pengorbanan salib KRISTUS.
KRISTUS juru selamat satu2nya bukan gereja.
Submitted on 2010/04/24 at 11:26am
Ini lanjutan dari sumpah Jesuit yang naskah aslinya bisa di klik di sini: http://www.ianpaisley.org/article.asp?ArtKey=jesuit ·
Ulangi setelah saya:
Tek sumpah.
Saya…………., dalam kehadiran Tuhan, Perawan Maria yang diberkati, Santo Yahya pembabtis yang diberkati, rasul2 suci, santo petrus, dan santo Paulus dan semua orang2 suci, seluruh bala tentara surga, dan padamu my ghostly father. superior jendral dari masyarakat YESUS, yang didirikan oleh Ignatius Loyola dalam pontification Paul ke 3.dan seterusnya sampai sekarang, dilakukan oleh rahim perawan, kandungan rahim Tuhan, Paus, yang adalah wakil KRISTUS dandan adalah satu2nya pimpinan gereja katolik atau gereja universal (semua gereja red)diseluruh dunia; dan dengan kuasa untuk mengikat dan melepaskan yang diberikan pada bapa suci oleh juruselamatku YESUS KRISTUS. dia punya kuasa untuk menggulingkan raja2 sesat, Pangeran2, Negara2, negara2 kesemakmuran, dan pemerintahan2 dan mereka mungkin dapat dijatuhkan dengan aman.
Sampai sini dulu karena saya ingin memberi komentar.
Jadi Katolik ini menafsirkan Paus yang sebagai penerus Petrus itu diberi kunci untuk mengikat dan melepaskan. Dalam hal ini diartikan untuk menggulingkan pemerintahan2 dengan adu domba, perang dll supaya cita2nya untuk pemerintahan tunggal/new world order itu tercapai.
Melihat kenyataan sehari2 rupanya globalisasi pemerintahan ini sedang dimulai dengan globalisasi pasar/ekonomi yang digembar gemborkan di koran2. Nantinya globalisasi agama dan diteruskan globalisasi pemerintahan/antikrist.
Saya ingat bekas wartawan bbc yang kemudian jadi penulis terkenal yang bernama David Icke spelling last namenya saya lupa2 ingat. Dia mengatakan pada tahun 90 an dia pernah dapat informasi dari insider bahwa kelompok illuminati merencanakan perang dunia ke 3 yang di triger dari timur tengah.
Illuminati ternyata didirikan oleh Jesuit juga, bisa dilihat dari wikipidia, oleh sebab itu agendanya indentik.
Memang mau tidak mau menurut alkitab, bakal ada pemerintahan antikrist, dan ternyata Jesuit punya agenda itu juga. Jadi saya yakin antikrist itu adalah Paus, tentunya Paus terakhir.
Submitted on 2010/04/24 at 11:32am
Sebelum saya lanjutkan menterjemahkan sumpah Jesuit, ada beberapa informasi yang ingin saya sampaikan. Menurut penyiar radio dan bekas katolik yang mengamati masalah katolik, sumpah ini hanya dialami oleh 2 persen anggauta Jesuit teratas saja.
Informasi penting selanjutnya adalah informasi dari David Icke, yang antara lain membahas tentang hegelian doctrin/hegelian dialectik.
Hegel adalah seoorang professor filsafat berkebangsaan jerman nama aslinya,
Georg Wilhelm Friedrich Hegel (German pronunciation: [ˈɡeɔʁk ˈvɪlhɛlm ˈfʁiːdʁɪç ˈheːɡəl]) (August 27, 1770 – November 14, 1831)
proses logic dari doctrine ini pada prinsipnya adalah :
Thesis, antithesis dan syntesis.
Dalam dunia nyata kalau ada masalah mesti akan timbul reaksi dan kemudian orang cari solusi.
Misal masalah kebakaran, orang lalu memikir bagaimana supaya tidak terjadi kebakaran, lalu solusinya dicari misal hati2 main api, siap dengan pemadam kebakaran supaya kalau toh terjadi kebakaran korbannya ringan. dll.
Oleh sebab itu situasi ini bisa dimanfaatkan secara terbalik.
Misal kita ingin menciptakan pemerintahan tunggal.
Supaya orang mau menuruti kemauan kita, kita timbulkan masalah kita buat Perang besar2an sehingga banyak yang mati, banyak kelaparan karena petani2 takut menanam padi jangan2 kena bom, banyak penderitaan sakit dll.
Orang2 mulai pikir supaya tidak terjadi lagi perang antar negara, bagaimana kalau seluruh dunia dijadikan satu negara saja.
Inilah informasi yang diterima oleh David Icke bahwa kelompok Illuminati yang setelah saya selidiki didirikan oleh Jesuit, (lihat wikipidia) sedang merencanakan perang dunia ke 3. Tujuannya supaya orang bisa menerima agendanya yaitu new world order.
Thesis/menciptakan masalah/perang
Antithesis/ reaksi/orang mulai berpikir untuk mengatasi masalah ini.
Synthesis/memberi solusi pada masalah yang diciptakannya sendiri yaitu pemerintahan tunggal.
Coba renungkan sumpah Jesuit ini bukankah ini tujuannya?
Menggulingkan pemerintahan2 supaya bisa terjadi pemerintahan tunggal.
Alkitab sudah menubuatkan bakal ada pemerintahan antikrist yang adalah pemerintahan global.
Kita tidak akan bisa mencegah, hanya berdoa saja supaya kita dan keluarga, teman2 sekalian di milis ini diberi kekuatan untuk tidak menyerahkan keselamatan jiwanya dengan menerima tanda 666. Paling tidak sumpah ini menguak siapa antikris. dan apa agendanya.
Dr Alberto Rivera mengatakan waktu dia masih anggauta Jesuit dia ditugaskan untuk mengelabuhi orang2 protestan supaya mereka percaya bahwa katolik dan protestan itu sama mari bersatu, sama2 Kristen, Globalisasi agama, mulai dari protestan dan katolik nantinya semua agama. ada di youtube Pope John Paul II pernah mengundang semua pimpinan agama ke Vatican untuk berdoa bersama. Bukankah ini tanda2 globalisasi agama.
Globalisasi pasar, Globalisasi pemerintahan, globalisasi agama.
text asli bisa klik link dibawah ini.
http://www.ianpaisley.org/article.asp?ArtKey=jesuit ·
Oleh sebab itu dengan sepenuh kekuatan saya, saya akan mempertahankan ajaran ini dan Hak2 kesucian dan adat dari semua lawan2 sesat atau penguasa protestan, khususnya gereja Lutheran dari Jerman, Holland, Denmark, Sweden dan Norway dan otoritas pura2 dan gereja ingris dan scotland dan cabang2nya yang di ireland dan di amerika dan dimana2 yang mungkin lawan dan sesat, menentang ibu gereja Roma.
Komentar sedikit.
Ada kata penguasa pura2, saya pernah dengar bahwa Jesuit percaya sebenarnya yang berkuasa di inggris itu bukan pemerintah atau Raja inggris tapi Jesuit berada dibalik kekuasaan secara diam2 sesuai dengan sumpahnya.
Lanjutan.
Saya mencela dan menyangkal semua kesetian pada semua raja sesat, pangeran atau negara, bernama Protestan atau liberal, atau kesetiaan pada semua undang2nya. hakim atau polisi. Selanjutnya saya menyatakan bahwa ajaran dari gereja inggris, scotland calvinist, huguenots dan protestan2 lain atau masson sebagai terkutuk dan diri mereka sendiri sebagai terkutuk. Selanjutnya saya menyatakan bahwa saya akan membantu,membimbing dan memberi nasehat pada semua agen dari yang suci(agennya pope) dimana saja saya berada, di swis, german, holland, ireland atau amerika atau dikerajaan2 lain atau wilayah yang harus saya datangi, dan melakukan sekuat tenaga saya untuk menghabisi protestan sesat atau doctrine masonic dan menghancurkan semua kekuasaan semu/pura2 secara legal atau tidak.
sampai disini dulu terjemahan ini saya ingin sedikit komentar.
Kembali terlihat disini target dari Jesuit untuk menghancurkan protestan dan penguasa2 atau negara2 didunia ini supaya ada pemerintahan tunggal.
Pemerintahan tunggal artinya hanya satu negara saja, jadi kalau ada banyak negara harus dihancurkan dulu. Banyak orang mengatakan amerika adalah target pertamanya, karena kalau mereka bisa menghancurkan amerika, yang lain gampang. Lihat ekonomi amerika sekarang sudah dilumpuhkan melalui Federal reserve, bank dunia dan IMF.
Lanjutan terjemahan diatas:
Lebih lanjut saya berjanji dan menyatakan bahwa meskipun saya harus beranggapan bahwa semua agama adalah sesat untuk kepentingan ibu gereja;untuk menjaga rahasia dan pribadi semua nasehat2 agennya dari waktu ke waktu, sebagaimana mereka mempercayai sayadan tidak membocorkan baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan kata2 dengan tulisan atau dengan keadaan; tetapi melaksanakan semua yang diusulkan tugas yang dibebankan atau ditemukan pada saya darimu bapaku. atau segala tugas suci. Selanjutnya saya berjanji untuk sedikitpun tidak memakai opini atau kehendak saya sendiri sedikitpun sekalipun harus menjadi mayat. Tetapi dengan tanpa ragu taat pada setiap perintah yang saya terima dari atasan pasukan milisia Paus dan YESUS KRISTUS. Bahwa saya akan pergi ke semua bagian dunia kemanapun saya dikirim,kedaerah es di utara, hutan india, kepusat civilisasi di eropa atau ke daerah buas barbar dari Amerika dengan tanpa menggerutu dan akan mematuhi segalanya yang ditugaskan pada saya.
Kita bahas dulu bagian ini:
Jelas terlihat bahwa penguasa menghendaki suatu kepatuhan total dari calon2 komando Jesuit ini, mereka tidak lagi boleh memakai perasaan sendiri. Harus mematikan kehendak dan perasaan, sekalipun mungkin ada perasaan iba ketika disuruh mengadu domba, mengadakan penumpahan darah, mengadakan perang saudara, namun mereka harus mematikan perasaan ibanya itu demi Pope dan ibu gereja Roma ini. Kesadisan2 yang kita dengar waktu jaman Hitler menemukan penjelasan di sumpah ini.
Selanjutnya saya berjanji dan menyatakan bahwa saya akan, mencari kesempatan untuk mengobarkan perang yang berkelanjutan, secaa rahasia dan terbuka, melawan semua protestan sesat dan mason, sebagaimana saya diarahkan untuk melakukannya. untuk melenyapkan mereka dari muka bumi, tanpa peduli umur, jenis kelamin atau apapun, dengan cara digantung, dimasak dalam air mendidih, dikuliti, dicekik dan dikubur hidup2 ; merobek perut, rahim bagi wantita, dan menghantamkan kepala bayinya ke tembok untuk melenyapkan suku mereka yang keterlaluan. Jikalau keadaan tidak memungkinkan dilakukan terbuka, saya akan menggunakan racun, tali untuk mencekik, pedang atau peluru kelam, tanpa peduli status sosial. Apapun kedudukannya apakah public atau pribadi, kapanpun saya ditugaskan oleh agennya Pope atau atasan dari keluarga Jesuit, dalam rangka mengkonfirmasikan dedikasi hidup, jiwa dan raga saya. Dan dengan pedang yang saya terima, saya akan menulis dengan darah saya suatu kesaksian dan seandainya saya terbukti salah atau lemah dalam ketekatan, maka saudara dan sesama prjurit milisi dari Pope memotong tangan dan kaki saya dan tengorokan dari telinga sampai ke telinga perut saya dibuka dan dibakar dengan belerang , dengan semua jenis hukuman yang dapat dijatuhkan dalam dunia. dan jiwa saya akan disiksa oleh iblis dineraka untuk selamanya.
Semantara saya hentikan terjemahan, untuk sedikit komentar.
Inilah pertanyaan saya pada PIHAK KATOLIK yang mengatakan Tuhan mendirikan gereja satu2nya yaitu gereja katolik yang kudus.
Apa yang diatas ini kelihatan kekudusannya? Atau malah kesadisannya, masak mau bunuh protestan tanpa pandang umur, wanita hamil dibelah rahimnya, bayinya dibenturkan tembok dll.
Apa pernah Bpk Stev dan Ibu Ingrid mendengar peristiwa lebih sadis dari ini? Kata Kudus terlalu jauh dari cerita diatas.
Dan saya akan vote selalu vote untuk a Knight of Colombus ketimbang Protestan, kususnya Mason. (Knight of Colombus adalah organisasi rahasia yang sebagian anggaotanya berkarya dibidang politik dan menurut eric jon phelps Jesuit dibalik organisasi ini tujuannya jelas memuluskan agenda new world order) dan kalau perlu untuk ini saya akan meninggalkan partai saya. Kalau dua katolik dalam ticket saya akan memilih calon yang paling mensuport ibu gereja
Dan saya akan memilih pegawai katolik daripada protestan. Dan saya akan menempatkan wanita katolik ke dalam keluarga protestan supaya dapat laporan mingguan tentang kegiatan sesat. Bahwa saya akan siap dengan senjata dan peluru sebagai kesiagaan kalau ada perintah, atau saya diperintahkan untuk mempertahankan gereja apakah secara indifidu maupun bersama milisia Diatas semuanya Saya …………….bersumpah dengan berkat trinitas dan berkat sakramen yang sekarang saya sedang terima untuk melakukan dan untuk memelihara sumpah saya. Sebagai kesaksian saya menerima sakramen perjamuan suci yang paling suci dan diberkati dan menyaksikan nama saya ditulis dengan darah saya sendiri menggunakan pedang ini dan dimeteraikan oleh sakramen suci ini.
Pimpinan upacara berkata:
Bangkitlah sekarangdan saya akan memberikan pelajaran katekisasi yang diperlukan untuk membuat dirimu dikenal oleh anggauta2 Jesuit pada rangking ini. Pertama, kalau ketemu sesama Jesuit kamu harus membuat tanda salib selayaknya orang katolik. Kemudian menyilangkan pergelangan tangan, telapak tangannya terbuka dan sebagai jawaban, yang lain menyilangkan kakinya satu diatas yang lain; orang pertama menuding dengan jari telunjuk dari tangan kanan menunjuk pada tengah telapak kiri, yang lain menunjuk dengan jari telunjuk kiri ke tengah telapak kanan Kemudian orang pertama membuat lingkaran diatas kepalanya dengan tangan kanan dan menyentuhnya, orang kedua kemudian dengan menggunakan telunjuk kiri menyentuh tubuh bagian kiri dibagian bawah jantung. Kemudian orang pertama dengan menggunakan tangan kanan menarik garis melintang tenggorokan ari orang kedua kemudian dengan pedang turun ke perut yang pertama Orang pertama kemudian mengatakan lustum; dan orang kedua menjawab Necar; I Reges; II menjawab Impious. Kemudian I memberikan kertas kecil yang dilipat dengan cara aneh, 4 kali dan II akan memotong membujur dan waktu dibuka nama Jesu akan ditemukan tertulis di kepala dan tangan salip tiga kali. kemudian kamu akan memberi dan menerima pertanyaan dan jawaban2 berikut ini.
Dari mana saja kamu datang? Jawab ;Iman suci.
Siapa yang kamu layani. Jawab: Bapa suci Roma, Paus dan gereja roma katolik universal seluruh dunia.
Siapa komando kamu. Jawab; Penerus dari santo Ignatius Loyola, pendiri Jesuit atau prajurit JESUS KRISTUS.
Siapa yang menerima kamu. Jawab: Laki2 terhormat dengan rambut putih.
Bagaimana? Jawab; dengan pedang telanjang, saya berlutut diatas salib diatas spanduk dari Paus dan perintah suci kami
Apakah kamu bersumpah? jawab: ya, untuk menghancurkan kesesatan dan pemerintahannya danpenguasa dengan tanpa peduli umur, jenis kelamin atau kadaan untuk menjadi mayat dengan tanpa ada opini atau kehendak diri saya, tapi untuk taat pada atasan saya dalam segala hal dengan tanpa menggerutu dan ragu2.
Apakah kamu akan melakuiannya? Jawab: Saya akan melakukannya.
Bagaimana perjalananmu? jawab: dikulit nelayan petrus.
Perjalananmu kemana? : Jawab:ke empat penjuru dunia.
Untuk maksud apa? Jawab:Untuk menaati perintah dari Jendral dan atasan dan melakukan kehendak dari Paus dan dengan setia memenuhi sumpah saya.
Pergilah keseluruh dunia dan kuasailah semua tanah dalam nama Paus. Terkutuklah dan lenyaplah siapag yang tidak menerima dia(Paus) sebagai pengganti KRISTUS dan wakilnya didunia
rencana new world order berkali2 tampak dalam sumpah Jesuit ini.
Perhatikan statemant2
lenyapkan semua pemerintahan
Kuasailah semua tanah dalam nama Paus.
Bunuh yang menentang posisi Paus sebagai wakil KRISTUS(baca raja seluruh jagad raya)
Dan lain2
Kesadisan2 juga tampak dengan jelas dalam sumpah ini. Apakah gereja demikian bisa dikatakan kudus?
Mohon Pihak Katolik memperhatikan ini!!!
Shalom David,
Terima kasih atas komentarnya dalam hubungannya dengan salah satu tanda dari Gereja Katolik, yaitu "kudus". Dan argumentasi yang anda berikan untuk menyatakan bahwa Gereja Katolik tidak kudus adalah dengan memberikan kasus-kasus yang belum terbukti kebenarannya, seperti kasus dengan pembantaian orang-orang Yahudi, kasus Paus ketika dia masih bertugas di Jerman, dan bahkan anda mempercayai sumber Leo Zagami (yang tadinya seorang Katolik dan berpindah ke Islam karena menikah dengan seorang Islam) yang mengatakan bahwa Paus adalah gay. Kemudian anda menyusun argumentasi panjang anda berdasarkan Jesuit Oath yang merupakan karangan dari Robert Ware. Dan kepalsuan dari tulisan ini telah dijabarkan secara panjang lebar oleh Fr. Thomas Edward Bridgett dalam bukunya "Blunders and Forgeries" – sumber – silakan klik. Saya ingin memberikan usulan, kalau anda memang mau benar-benar serius berdiskusi tentang topik ini, maka mari kita berfokus pada dogma dan doktrin dari Gereja Katolik. Carilah sumber-sumber yang lebih dapat dipercaya, yaitu Alkitab. Dengan demikian pembahasan dapat lebih obyektif dan bukan membahas gosip-gosip yang beredar, yang tidak jelas kebenarannya. Secara singkat inilah jawaban yang dapat saya berikan:
1. Gereja yang kudus (Ef 5:25-27, Why 19:7-8, KGK 823-829, LG 8, 39, 41,42)
Kekudusan Gereja disebabkan oleh kekudusan Kristus yang mendirikannya. Hal ini tidak berarti bahwa setiap anggota Gereja-Nya adalah kudus, sebab Yesus sendiri mengakui bahwa para anggotaNya terdiri dari yang baik dan yang jahat (lih. Yoh 6:70), dan karenaNya tak semua dari anggotaNya masuk ke surga (Mat 7:21-23). Tetapi Gereja-Nya menjadi kudus karena ia adalah mempelai Kristus dan Tubuh-Nya sendiri, sehingga Gereja menjadi sumber kekudusan dan sebagai penjaga alat yang istimewa untuk menyampaikan rahmat Tuhan melalui sakramen- sakramen (lih. Ef 5:26).
Jadi kekudusan Gereja dapat dilihat dari para anggotanya yang hidup di dalam rahmat pengudusan, terutama mereka yang sungguh-sungguh menerapkan kekudusan itu di dalam kaul religius seperti para rohaniwan, rohaniwati dan terutama terlihat nyata pada para martir dan Orang Kudus (lih. LG 42). Kekudusan Gereja juga terlihat dari banyaknya mukjizat yang dilakukan oleh Para Kudus sepanjang sejarah. Dalam hal kekudusan inilah, maka Gereja menggarisbawahi pentingnya pertobatan (lih. LG 8), agar para anggotanya dibawa kepada rahmat pengudusan Allah.
Walaupun Gereja itu kudus, karena Kristus yang mendirikan Gereja dan menjadi Kepala Gereja adalah kudus, namun anggotanya terdiri dari para kudus dan para pendosa. Namun adanya anggota yang berdosa ini tidak menghapus kenyataan bahwa Gereja tetap kudus, sama seperti Yudas yang menghianati Yesus tidak menghapus kenyataaan bahwa pengajaran Kristus adalah benar. Kekudusan dari Gereja dapat lebih bersinar ketika anggota-anggota Gereja menampakkan kekudusan, seperti yang telah dicontohkan oleh para santa-santo dalam sejarah Gereja.
2. Tentang Yahudi yang dibantai
Gambaran yang menyatakan Paus Pius XII pro NAZI dan membiarkan holokaus adalah tuduhan yang keliru. Silakan membaca kesaksian bahkan dari kaum Yahudi sendiri bagaimana Paus malah melindungi mereka, dan berperan dalam menyelamatkan sedikitnya 700, 000 orang Yahudi atau malah 860, 000 orang, menurut Pinchas Lapide, seorang teologian Yahudi dan diplomat Israel dalam bukunya Three Popes and the Jews, seperti dikutip di Wikipedia. Bahwa ada yang mengatakan bahwa sebenarnya Paus Pius XII mungkin dapat berbuat lebih banyak untuk melindungi orang Yahudi/ menyetop holokaus, itu mungkin masih dapat diperdebatkan (walau tetap tidak dapat memuaskan, karena tak seorangpun dari kita mengetahui secara persis keadaan yang dihadapi Paus pada saat itu), tetapi tuduhan yang mengatakan bahwa Paus Pius XII membiarkan holokaus dan tidak melakukan apa-apa untuk menyelamatkan orang Yahudi, itu adalah tuduhan yang sangat keliru. Silakan juga membaca di link ini untuk membaca bagaimana Paus Pius XII melindungi orang-orang Yahudi pada saat itu, silakan klik.
3. Tentang permintaan maaf dari Paus:
1) Mari sekarang kita melihat bagaimana sikap Gereja Katolik. Paus Yohanes Paulus II, telah meminta maaf kepada dunia akan sikap dari sebagian putera dan puteri Gereja Katolik dalam sejarah Gereja Katolik yang menyebabkan penderitaan. Saya menganjurkan agar anda dapat membaca buku "Luigi Accattoli, and Jordan Aumann, When a Pope Asks Forgiveness, 1st ed. (Alba House, 1998)", dimana Luigi mencatat ada sekitar 94 kali, Paus Yohanes Paulus II meminta maaf dalam berbagai kesempatan, dan yang memuncak pada tanggal 12 Maret 2000, Minggu Pertama Prapaskah. Keterangan lengkap dapat dibaca disini ( silakan klik) dan juga di sini (silakan klik).
2) Ini adalah suatu sikap, dimana walaupun Gereja Katolik adalah kudus, karena Kristus adalah Kepala-Nya, namun terdiri dari para pendosa, sehingga Gereja harus senantiasa memeriksa batin dan mengadakan pertobatan yang terus menerus.
3) Permintaan maaf dan memaafkan adalah suatu tindakan kasih yang diajarkan oleh Kristus sendiri. Cobalah melihat dari sisi yang lain, apakah ada tindakan serupa yang dilakukan oleh agama lain?
Mari kita melihat sebagai contoh kasus inquisition:
Sebagai contohnya, di Touluose, dari 1308-1323 hanya 42 orang dari 930 yang diadili dinyatakan sebagai “unpenitent heretics“/ bidat yang tak menyesal, dan diserahkan kepada pihak pemerintah sekular.
Spanish Inquisition, dalam 30 tahun pemerintahan ratu Isabel, ada sekitar 100,000 orang yang dikirim ke inkuisisi, dan 80,000 dinyatakan tidak bersalah. 15,000 dinyatakan bersalah, namun setelah mereka menyatakan iman secara publik, maka mereka dibebaskan kembali. Hanya ada sekitar 2,000 orang yang meninggal karena keputusan inkuisisi sepanjang pemerintahan Ratu Isabella, dan 3000 orang kemudian dari tahun 1550 – 1800. Sedangkan, sebagai perbandingan, hanya dalam waktu 20 hari, Revolusi Perancis (1794), yang dimotori oleh gerakan “Enlightenment”, meng-eksekusi pria dan wanita sebanyak 16,000- 40,000. Jumlah korban ini, jauh lebih banyak daripada korban inkuisisi dalam 30 tahun pemerintahan Ratu Isabella.
Menurut Raphael Molisend, seorang sejarahwan Protestan, Henry VIII membunuh 72,000 umat Katolik. Orang yang meninggal selama beberapa tahun pada masa pemerintahan Henry VIII dan anaknya Elizabeth I, jauh melebihi apa yang terjadi pada inkuisisi di Spanyol dan Roma selama 3 abad. Dari Geneva, Calvin mengirimkan utusan kepada England (Inggris) dengan pesan untuk membunuh orang-orang Katolik: “Siapa yang tidak mau membunuh para pengikut Paus, adalah pengkhianat.” Kebijakan ini dikenal tidak hanya oleh orang-orang Inggris yang setia kepada Roma, tetapi juga orang- orang Irlandia, yang hidup dan hak asasinya diambil (sampai 1913), demikian juga tanah mereka. Tahun 1585 parlemen Inggris mengeluarkan dekrit “hukuman mati bagi para warga Inggris yang kembali ke Inggris setelah ditahbiskan menjadi imam Katolik, dan semua orang yang menghubungi mereka.” (Black Legends of the Church by Vittorio Messori, ch. 6, nr. 36)
Bandingkan juga dengan Perang Dunia I dan II, yang membunuh 50 juta orang. 40 juta orang meninggal dalam masa pemerintahan Stalin di Rusia. 80 juta orang meninggal di Cina karena revolusi komunis dan 2 juta di Kamboja.
Tentu saja ada kesalahan yang dilakukan oleh putera/i Gereja yang tidak menerapkan hukum kasih selama dalam proses inkuisisi ini. Inilah sebabnya Paus Yohanes Paulus II meminta maaf atas nama mereka, menjelang perayaan tahun Yubelium 2000. Di satu sisi, kita seharusnya melihat keberanian dari Gereja Katolik untuk mengakui kesalahan ini dan dengan berani meminta maaf. Silakan membandingkan dengan agama atau gereja lain, apakah ada yang pernah melakukan hal yang sama, untuk meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan oleh putera dan puteri mereka di masa yang lalu?
4. Tentang isus-isu lain: Saya pikir, saya tidak perlu untuk menanggapi video yang dibuat oleh Leo Zagami tentang isu-isu yang memojokkan Gereja Katolik, karena tidak terbukti kebenarannya. Isu-isu yang dipaparkan lebih banyak untuk konsumsi majalah gosip. Daripada kita mencermati video-video yang dibuat oleh Leo Zagami, lebih baik kita menggunakan waktu kita yang terbatas untuk mencermati dogma dan doktrin yang ingin didiskusikan. Dan isu-isu yang lain, biarlah waktu yang akan membuktikannya.
5. Tentang Jesuit Oath:
Sumber: silakan klik. Robert Ware the forger, the author of "Foxes and Firebrands", who has of late years been so thoroughly exposed by Father Bridgett, traded upon the same prejudices. His more public career began contemporaneously with that of Oates in 1678, and by sheltering himself behind the high reputation of his dead father, Sir James Ware, amongst whose manuscripts he pretended to discover all kinds of compromising papers, he obtained currency for his forgeries, remaining almost undetected until modern times. Many foul aspersions upon the character of individual popes, Jesuits, and other Catholics, and also upon some Puritans, which have found their way into the pages of respectable historians, are due to the fabrications of "this literary skunk", as Fr. Bridgett not unjustifiably calls him (see Bridgett, "Blunders and Forgeries", pp. 209-296).
Jadi, saya mengharapkan agar anda tidak mendasarkan argumentasi anda dapat karya Robert Ware yang telah terbukti membuat cerita palsu. Oleh karena itu, saya tidak akan menjawab beberapa pertanyaan dan pernyataan anda yang menanggapi artikel "Jesuit Oath", karena Jesuit Oath ini hanyalah sebuah kepalsuan dan dogma dan doktrin Gereja Katolik bukanlah seperti yang dijabarkan dalam Jesuit Oath. Kalau anda merasa bahwa artikel ini masuk dalam "Library of Congress" dan terlihat kredibel, maka ini juga tidak benar, karena untuk memasukkan ke dalam library of congress, kita dapat memasukan beberapa jenis karangan seperti "fiction, nonfiction, poetry, contributions to collective works, compilations, directories, catalogs, dissertations, theses, reports, speeches, bound or loose-leaf volumes, pamphlets, brochures, and single pages containing text." Kita juga dapat memasukkan suatu karangan dengan membayar US$ 30 (Rp 300,000). Silakan membaca Jesuit Oath debunked di sini – silakan klik. Agar lebih mudah, saya copy and paste tulisan tersebut di sini.
Akhirnya, mari kita menggunakan waktu kita untuk diskusi yang berfokus pada dogma dan doktrin daripada menggunakan waktu kita untuk mencermati hal-hal yang cenderung mengarah kepada gosip. Saya minta maaf, kalau saya tidak dapat meneruskan diskusi yang berdasar pada tulisan-tulisan yang tidak ilmiah. Semoga hal ini dapat dimengerti oleh David. Namun, saya membuka diri kalau David ingin berdiskusi tentang dogma dan doktrin dari Gereja Katolik berdasarkan Alkitab maupun tulisan-tulisan Bapa Gereja.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
The Jesuit Oath Debunked
Sometimes one finds himself completely outside the realm of “the possible” and in the strange realm of “where the heck did they come up with this stuff?” The Jesuit Oath is one such example. It is completely ludicrous, and to believe that people actually believe this stuff is simply staggering. The Oath has also been reincarnated in another popular version known as the “Knight of Columbus Oath”. However, we will deal strictly with the two versions of the Oath that are most commonly cited. The first is located in the Library of Congress, the second is located in the Congressional Record.
Jesuit Oath found in the Library of Congress This version of the Jesuit Oath is one of the two most popular versions cited. It is probably cited so often due to the fact that it can be located in the Library of Congress, Washington, D.C., Library of Congress Catalog Card # 66-43354. Anti-Catholics seem to believe that because it is found in the Library of Congress, that it is a credible document, which I will show is not always a given. On the other hand, perhaps certain anti-Catholics wish to prey on ignorance, and they know exactly what I am about to expose. But, before I do, here is a complete copy of the aforementioned Oath.
So there you have it, the Jesuit Oath found in the Library of Congress. Every time I have seen this Oath used, the author/anti-Catholic has relied on the fact that it can be found in the Library of Congress as some testament to the legitimacy and authority of the document. So, just to be sure that this was really the case, I went on an excursion to the Library of Congress website and had a look-see for myself.
At the Library of Congress, I was interested in how I could make a submission to the Library of Congress and there I stumbled across Form FL 109 which speaks about Copyrights. According to Form FL 109, three things are needed to obtain a copyright and obtain subsequent registration in the Library of Congress. They are as follows:
A completed Form TX.
A non-refundable filing fee of $30.
A non-returnable deposit of the work.
Form FL 109 also goes on to state (at the very beginning):
Suitable for submission? Loose-leaf scribblings are available for admission, and WILL receive submission? According to the Library of Congress they will, and all for $30. So, how credible is a Library of Congress registration sounding now? Not very authoritative, is it? I can imagine that just about everything and anything can be, and has been, submitted to the Library of Congress, and since all it requires is $30 and some paperwork, one could put anything in it. I could very well make a statement, scribbled on a piece of toilet paper (I do need to remember that it is non-returnable so I need to make a copy for myself) that has some extremist “Non-Catholic Oath” on it and claim that this applies to all non-Catholics and that we should be wary of them. It’d be just as credible at the Jesuit Oath (if the anti-Catholics apply the same criteria to my toilet paper as they do their precious Jesuit Oath.
Jesuit Oath found in the Congressional Record This version of the Jesuit Oath is another popular version, and is quoted by such anti-Catholics as Ian Paisley. It is a part of the U.S. House Congressional Record, 1913, p. 3216. The oath was originally made public in the year 1883. This version of the Jesuit Oath reads as follows:
After being informed about the flimsiness of the Library of Congress, exactly how authoritative is the Congressional Record? Was the Jesuit Oath revealed in the proceedings of Congress as something to be wary of? The Congressional Record the official record of the proceedings and debates of the United States Congress. It is published daily when Congress is in session. It is not a library. It is the responsibility of the Government Printing Office, and the information can be accessed by going through the Federal Depository Libraries, an extension of the Library of Congress. You can’t "send" or even "submit" things to the Congressional Record. The only way to get anything into the Record is to have them said or entered into the Record by a Congressman. So, exactly how did the Jesuit Oath get into the Congressional Record in 1913?
Here is the story (as related by Mark a.k.a. dumbox) on SPH’s board Examining Protestantism: In the 1912 elections, the two candidates for Congress from the Seventh Congressional District in Pennsylvania were Eugene C. Bonniwell, a Democrat, and Thomas S. Butler, a Republican. Mr. Bonniwell, the unsuccessful candidate, filed an objection with the Speaker of the House, asking that Mr. Butler not be seated to represent the district. His objections were investigated by a House Committee on Elections, which prepared a report (House Report 1523). That report was submitted to the House on February 15, 1913, and, upon request of a Congressman Olmsted, was included in the Congressional Record.
The House Report reproduced, in its entirety, Mr. Bonniwell’s written statement of objections. Among other items, Mr. Bonniwell’s objection included the following discussion of religious slanders perpetrated by supporters of Mr. Butler:
To this, Mr. Bonniwell attached (and the House Report and Congressional Record dutifully reprinted) a copy of the purported “Knights of Columbus Oath” that had been circulated during the campaign. The purported oath included verbatim the language given above. (That language constitutes, roughly, the second half of the purported oath as it appears in the Congressional Record). Note that it is at all times referred to as a purported "Knights of Columbus" oath – the Jesuits are never mentioned. Something that Mr. Paisley and his other anti-Catholic friends do not seem to be very well aware of. Makes one wonder where and who their sources are.Also included in the House Report (and reprinted in the Congressional Record) is the response submitted by Mr. Butler. He admitted that the activities alleged by Mr. Bonniwell had, in fact, occurred, but denied any knowledge of or connection to those activities. A portion of his response follows:
So what we have is a document anonymously circulated during a heated election campaign. Both sides disavowed its authenticity. It was included in a House Report summarizing an investigation of that election, because it was attached to a document submitted by one of the candidates. The Report was reprinted in the Congressional Record.
All in all, no sane person could conclude that this constitutes any sort of "authentication" of this document by Congress.
Anyone who is interested in checking behind my research can read all about it – any law school library will have a copy. The citation is H.R. Rep. No. 62-1523 (1913), reprinted in the Congressional Record for February 15, 1913, at pp. 3215-3220.
I think that this, without a doubt shows that neither Oath is credible, and allow me to point out that even Congress believes this to be so, because in the Congressional Record, the Committee on Elections states the following:
All of which leaves me with only one last thing to say:
You shall not utter a false report. (Exodus 23:1 [RSV])
Salam Bapak Stev,
Tentang Doctrine atau dogma katolik memang berlainan dengan doctrine Protestan karena memang kitab sucinya lain. Oleh sebab itu katolik mengatakan adalah satu2nya gereja yang didirikan oleh Tuhan YESUS. Ya saya tidak bisa memaksakan kepercayaan saya pada Bapak
Sebaliknya katolik juga tidak bisa memaksakan doctrinenya ke orang lain.
Karena Bapak mengatakan akan menjawab masalah doctrine, maka saya bertanya.
Melihat artikel bapak, saya simpulkan bahwa diluar katolik adalah gereja sesat karena hanya Roma katolik satunya gereja yang didirikan Tuhan Benarkah demikian?
Itulah sebabnya Roma Katolik berhak membunuh pembelotnya, apa benar ini doctrine asli dari Roma Katolik?
Salam Damai dalam Kristus
Shalom David,
Terima kasih atas tanggapannya. Kalau anda memang tidak setuju bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Yesus, tentu saja tidak menjadi masalah dan anda dapat memberikan argumentasi untuk menyanggahnya. Gereja Katolik tidak memaksakan doktrinnya kepada orang lain dan melihat umat dari gereja-gereja Kristen sebagai saudara di dalam Kristus. Kami mengakui bahwa ada unsur-unsur kebenaran di dalam gereja-gereja lain, namun kami percaya bahwa kepenuhan kebenaran ada di dalam Gereja Katolik. Dalam dokumen Unitatis Redintegratio, par. 3 tentang hubungan antara saudara-saudari yang terpisah dan Gereja Katolik dituliskan:
Dalam satu dan satu-satunya Gereja Allah itu sejak awalmula telah timbul berbagai perpecahan[15], yang oleh Rasul dikecam dengan tajam sebagai hal yang layak di hukum[16]. Dalam abad-abad sesudahnya timbullah pertentangan-pertentangan yang lebih luas lingkupnya, dan jemaat-jemaat yang cukup besar terpisahkan dari persekutuan sepenuhnya dengan Gereja katolik, kadang-kadang bukan karena kesalahan kedua belah pihak. Tetapi mereka, yang sekarang lahir dan di besarkan dalam iman akan Kristus di jemaat-jemaat itu, tidak dapat dipersalahkan dan dianggap berdosa karena memisahkan diri. Gereja katolik merangkul mereka dengan sikap bersaudara penuh hormat dan cinta kasih. Sebab mereka itu, yang beriman akan Kristus dan dibabtis secara sah, berada dalam suatu persekutuan dengan Gereja katolik, baik perihal ajaran dan ada kalanya juga dalam tata-tertib, maupun mengenai tata-susunan Gereja, persekutuan gerejawi yang sepenuhnya terhalang oleh cukup banyak hambatan, diantaranya ada yang memang agak berat. Gerakan ekumenis bertujuan mengatasi hambatan-hambatan itu. Sungguhpun begitu, karena mereka dalam Baptis dibenarkan berdasarkan iman, mereka disaturagakan dalam Kristus[17]. Oleh karena itu mereka memang dengan tepat menyandang nama kristen, dan tepat pula oleh putera-puteri Gereja katolik diakui selaku saudara-saudari dalam Tuhan[18].
Kecuali itu, dari unsur-unsur atau nilai-nilai, yang keseluruhannya ikut berperanan dalam pembangunan serta kehidupan Gereja sendiri, beberapa bahkan banyak sekali yang sangat berharga, yang dapat ditemukan diluar kawasan Gereja katolik yang kelihatan: Sabda Allah dalam Kitab suci, kehidupan rahmat, iman, harapan dan cinta kasih, begitu pula kurnia-kurnia Roh kudus lainnya yang bersifat batiniah dan unsur-unsur lahiriah. Itu semua bersumber pada Kristus dan mengantar kepada-Nya, dan memang selayaknya termasuk gereja Kristus yang tunggal.
Tidak sedikit pula upacara-upacara agama kristen, yang diselenggarakan oleh saudara-saudari yang tercerai dari kita. Upacara-upacara itu dengan pelbagai cara dan menurut bermacam-ragam situasi masing-masing Gereja dan jemaat sudah jelas memang dapat menyalurkan hidup rahmat yang sesungguhnya, dan harus diakui dapat membuka pintu memasuki persekutuan keselamatan.
Oleh karena itu Gereja-Gereja[19] dan Jemaat-Jemaat yang terpisah, walaupun menurut pandangan kita diwarnai oleh kekurangan-kekurangan, sama sekali bukannya tidak berarti atau bernilai dalam misteri keselamatan. Sebab Roh Kristus tidak menolak untuk menggunakan mereka sebagai upaya-upaya keselamatan, yang kekuatannya bersumber pada kepenuhan rahmat serta kebenaran sendiri, yang dipercayakan kepada Gereja katolik.
Akan tetapi saudara-saudari yang tercerai dari kita, baik secara perorangan maupun sebagai Jemaat dan Gereja, tidak menikmati kesatuan, yang oleh Yesus Kristus hendak dikurniakan kepada mereka semua, yang telah dilahirkan-Nya kembali dan dihidupkan-Nya untuk menjadi satu tubuh, bagi kehidupan yang serba baru, menurut kesaksian Kitab suci dan tradisi Gereja yang terhormat. Sebab hanya melalui Gereja Kristus yang katoliklah, yakni upaya umum untuk keselamatan, dapat dicapai seluruh kepenuhan upaya-upaya penyelamatan. Sebab kita percaya, bahwa hanya kepada Dewan Para Rasul yang diketuai oleh Petruslah Tuhan telah mempercayakan segala harta Perjanjian Baru, untuk membentuk satu Tubuh kristus di dunia. Dalam tubuh itu harus disaturagakan sepenuhnya siapa saja, yang dengan suatu cara telah termasuk umat Allah, Selama berziarah di dunia, umat itu, meskipun dalam para anggotanya tetap tidak terluputkan dari dosa, berkembang dalam Kristus, dan secara halus dibimbing oleh Allah, menurut rencana-Nya yang penuh rahasia, sampai akhirnya penuh kegembiraan meraih seluruh kepenuhan kemuliaan kekal di kota Yerusalem sorgawi.
Jadi dengan demikian, maka Gereja Katolik melihat gereja-gereja yang lain sebagai saudara di dalam Kristus yang terpisah dari Tubuh Mistik Kristus. Pertanyaan saya kepada anda, bagaimanakah anda melihat Gereja Katolik? Apakah umat Gereja Katolik menurut anda adalah Kristen dan dapat diselamatkan?
Gereja Katolik tidak perlu membunuh para pembelotnya, karena kebebasan beragama adalah hak dari setiap orang. Mungkin ada baiknya anda juga dapat melihat sikap dari Martin Luther dan John Calvin terhadap orang-orang yang dianggap membelot dari doktrin mereka. Namun, saya tidak akan berdiskusi tentang teori konspirasi. Kalau anda ingin berdiskusi tentang kodrat Gereja, doktrin, dll, maka saya akan mencoba menjawabnya semampu saya. Semoga hal ini dapat dimengerti.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Bu Inggrid & Pa Stef yang dikasihi Tuhan….
Saya sangat kagum dengan kesabarannya menanggapi setiap pertanyaan maupun komentar yang kadang menjengkelkan, nyeleneh dll. Mau tanya dikit ni (nyeleneh tapi, maaf ya!):
1. Sifat gereja katolik adalah: satu, kudus, katolik dan apostolik. Mengapa memilih kata Katholik sebagai nama gerejanya bukan satu, kudus atau apostolik.
2. Katanya gereja katolik tidak pernah pecah, tapi kalau sepengetahuan saya gereja katolik ortodoks (gereja timur) juga adalah gereja katolik yang konon memiliki aturan (liturgi dsb) sama persis dengan gereja katolik. Bahkan yang pernah saya dengar (sumber kurang dipercaya) katanya doa syukur agung yang dipakai pada ekaristi kudus itu dijiplak lurus-lurus dari gereja katolik ortodoks.
Mohon penjelaannya.
Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati semua yang telah dan akan ibu dan bapak kerjakan, amin!
Shalom Piony,
1. Tentang nama Gereja “Katolik” yang dipilih, dan bukan ‘satu’ atau ‘kudus’ atau ‘apostolik’, berkaitan juga dengan: 1) makna yang ingin dicapainya sebagai Gereja yang ‘lengkap’/ menyeluruh/ universal, yang mencakup seluruh dunia. Ini sesuai dengan amanat Kristus kepada para rasul sebelum kenaikan-Nya ke surga untuk mewartakan Kabar Gembira ke seluruh dunia (lih. Mat 28:19-20); 2) fakta sejarahnya, bahwa nama “Katolik” tersebut yang dipakai/ ditekankan oleh para Bapa Gereja, terutama oleh St. Ignatius dari Antiokhia untuk membedakan Gereja yang setia dengan ajaran para rasul dengan mempertahankan doktrin yang lengkap, dengan aliran sesat yang berkembang pada saat itu (yaitu Docetism dan Gnosticism) yang juga mengajarkan tentang Yesus, namun tidak mempercayai Yesus sebagai Allah yang menjelma menjadi manusia. Dengan demikian doktrin mereka tidak lengkap dan sesat.
Kata ‘Katolik’ berasal dari bahasa Yunani, katholikos, yang artinya “keseluruhan/ universal” atau “lengkap“. Jadi dalam hal ini kata katolik mempunyai dua arti: bahwa Gereja yang didirikan Yesus ini bukan hanya milik suku tertentu atau kelompok eksklusif yang terbatas; melainkan mencakup ‘keseluruhan‘ keluarga Tuhan yang ada di ‘seluruh dunia‘, yang merangkul semua, dari setiap suku, bangsa, kaum dan bahasa (Why 7:9). Kata ‘katolik’ juga berarti bahwa Gereja tidak dapat memilih-milih doktrin yang tertentu asal cocok sesuai dengan selera/ pendapat kita, tetapi harus doktrin yang setia kepada ‘seluruh’ kebenaran. Rasul Paulus mengatakan bahwa hakekatnya seorang rasul adalah untuk menjadi pengajar yang ‘katolik’ artinya yang “meneruskan firman-Nya (Allah) dengan sepenuhnya…. tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.” (Kol 1:25, 28)
Maka, Gereja Kristus disebut sebagai katolik (= universal) sebab ia dikurniakan kepada segala bangsa, oleh karena Allah Bapa adalah pencipta segala bangsa. Sebelum naik ke surga, Yesus memberikan amanat agung agar para rasulNya pergi ke seluruh dunia untuk menjadikan semua bangsa murid-muridNya (Mat 28: 19-20). Sepanjang sejarah Gereja Katolik menjalankan misi tersebut, yaitu menyebarkan Kabar Gembira pada semua bangsa, sebab Kristus menginginkan semua orang menjadi anggota keluarga-Nya yang universal (Gal 3:28). Kini Gereja Katolik ditemukan di semua negara di dunia dan masih terus mengirimkan para missionaris untuk mengabarkan Injil. Gereja Katolik yang beranggotakan bermacam bangsa dari berbagai budaya menggambarkan keluarga Kerajaan Allah yang tidak terbatas hanya pada negara atau suku bangsa yang tertentu.
Nama ‘Gereja Katolik’ pertama diresmikan pada awal abad ke-2 (tahun 107), ketika Santo Ignatius dari Antiokhia menjelaskan dalam suratnya kepada jemaat di Syrma 8, untuk menyatakan Gereja Katolik sebagai Gereja satu-satunya yang didirikan Yesus, untuk membedakan umat Kristen dari para heretik pada saat itu yang menolak bahwa Yesus adalah Allah yang sungguh-sungguh menjelma menjadi manusia, yaitu heresi/ bidaah Docetism dan Gnosticism. Dengan surat ini St. Ignatius mengajarkan tentang hirarki Gereja, imam, dan Ekaristi yang bertujuan untuk menunjukkan kesatuan Gereja dan kesetiaan Gereja kepada ajaran yang diajarkan oleh Kristus. Demikian penggalan kalimatnya,
“…Di mana uskup berada, maka di sana pula umat berada, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, maka di sana juga ada Gereja Katolik.”
Di sinilah baru Gereja Katolik memiliki arti yang kurang lebih sama dengan yang kita ketahui sekarang, bahwa Gereja Katolik adalah Gereja universal di bawah pimpinan para uskup yang mengajarkan doktrin yang lengkap, sesuai dengan yang diajarkan Kristus.
Namun, istilah ‘katolik’ bukan istilah baru, karena sudah dipakai sebelumnya pada zaman Santo Polycarpus (murid Rasul Yohanes) untuk menggambarkan iman Kristiani,[3] bahkan pada jaman para rasul. Kis 9:31 menuliskan asal mula kata Gereja Katolik (katholikos) yang berasal dari kata “Ekklesia Katha Holos“. Ayatnya berbunyi, “Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.” Di sini kata “Katha holos atau katholikos” dalam bahasa Indonesia adalah jemaat/ umat Seluruh/ Universal atau Gereja Katolik, sehingga kalau ingin diterjemahkan secara konsisten, maka Kis 9:31, bunyinya adalah, “Selama beberapa waktu Gereja Katolik di Yudea, Galilea, dan Samaria berada dalam keadaan damai. Gereja itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.”
2. Jika kita mempelajari sejarah, kita mengetahui bahwa walaupun terjadi perpecahan dalam sejarah Gereja, namun sebenarnya yang terjadi adalah beberapa kelompok jemaat yang memisahkan diri dari kesatuan dengan Gereja Katolik, karena sesuatu dan lain hal. Tentang pemisahan Gereja Timur dari Gereja Barat (Katolik Roma), memang didahului oleh bermacam kejadian, namun dua hal pemicunya adalah skisma patriarkh Photius (867) dan Michael Cerularius (1054). Sebagai akibat dari skisma tersebut, maka Gereja-gereja Timur memisahkan diri, dan mereka tidak menerima kepemimpinan Gereja Roma. Gereja-gereja Timur ini menamakan diri Gereja Orthodox. Namun dewasa ini, sebagian dari Gereja-gereja Timur tersebut (22 Gereja) sudah kembali ke pangkuan Gereja Katolik; daftar nama Gereja-gereja tersebut tertulis di sini, silakan klik.
Maka harus dipahami bahwa sebelum permisahan antara Gereja Timur Orthodox dari Gereja Barat (Katolik Roma), keduanya adalah satu dalam Gereja Katolik, dan sama-sama melanjutkan Tradisi para rasul. Oleh sebab itu tidak heran, jika ada banyak kesamaan antara liturgi antara Gereja Timur dan Barat, sebab sumber/ asalnya sama yaitu dari ajaran para rasul. Maka tidak tepat kalau dikatakan “doa syukur agung yang dipakai pada ekaristi kudus itu dijiplak lurus-lurus dari gereja katolik ortodoks.” Di sini perlu diketahui bahwa tidak ada yang menjiplak, baik Gereja Timur dan Gereja Barat tidak menjiplak, sebab keduanya melanjutkan Tradisi para rasul.
Demikianlah jawaban saya, semoga berguna.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Salam sejahtera Ibu ingrid,
Saya masih belum menemukan detail kepastian tentang bahwa Tuhan Yesus mengajarkan atau membentuk gereja khatolik secara specifik di alkitab, apakah gereja yg di maksud ibu inggrid itu gedungnya atau pribadi masing2 karena dalam alkitab ada di katakan apa yg kamu lihat dan kamu dengar sebarkan, mkn benar nama gereja pada waktu itu dinamakan katolik tetapi yg yg melakukan dan apa yg Tuhan Yesus ajarkan, tp sekarang sepertinya ada penanmbahan buatan manusia yg mengatas namakan bahwa ini yg dari Tuhan, Saya belum liat ada sesuatu yg bisa menyaknkan saya bahwa dengan masuk katolik atau mengimani iman katolik ada keselamatan, emang gereja katolik menjamin umatnya bisa masuk ke sorga?
Shalom Adri,
1. Kitab Suci jelas mengatakan bahwa Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya di atas Rasul Petrus dan Ia berjanji bahwa alam maut tidak akan menguasai Gereja-Nya (Mat 16:18) dan Yesus akan menyertai Gereja-Nya sampai akhir jaman (Mat 28:19-20).
Nah dari sini kita mengetahui bahwa Gereja yang didirikan oleh Yesus itu adalah Gereja Katolik, yang dipimpin oleh Paus yang mempunyai jalur kepemimpinan yang diturunkan dari Rasul Petrus. Paus Benediktus XVI adalah Paus ke 265, sedang Rasul Petrus adalah Paus yang pertama. Walau istilah ‘paus’ (=bapa) belum ada pada jaman Rasul Petrus, itu tidak mengubah fakta bahwa kepemimpinannya sebagai bapa bagi para murid Kristus sudah ada, dan kepemimpinannya itulah yang diteruskan tanpa terputus sampai sekarang. Silakan membaca rangkaian artikel tentang Keutamaan Petrus, terutama bagian 1, silakan klik.
Maka di sini Gereja bukan merupakan semata- mata hanya gedung saja. Yang dimaksud dengan Gereja adalah "ekklesia" diterjemahkan sebagai "jemaat Allah yang hidup", yang menjadi "tiang penopang dan dasar kebenaran" seperti yang diajarkan oleh Rasul Paulus:
2. Istilah "Katolik" yang artinya ‘universal’/ menyeluruh juga sudah dikenal sejak jaman abad awal, terutama untuk membedakan Gereja yang otentik dengan mereka yang menamakan diri gereja, namun memegang ajaran sesat ataupun Injil yang lain daripada yang diajarkan oleh para Rasul.
Kata ‘Katolik’ berasal dari bahasa Yunani, katholikos, yang artinya “keseluruhan/ universal̶, atau “lengkap “. Jadi dalam hal ini kata katolik mempunyai dua arti: bahwa Gereja yang didirikan Yesus ini bukan hanya milik suku tertentu atau kelompok eksklusif yang terbatas; melainkan mencakup ‘keseluruhan‘ keluarga Tuhan yang ada di ‘seluruh dunia‘, yang merangkul semua, dari setiap suku, bangsa, kaum dan bahasa (Why 7:9). Kata ‘katolik’ juga berarti bahwa Gereja tidak dapat memilih-milih doktrin yang tertentu asal cocok sesuai dengan selera/ pendapat kita, tetapi harus doktrin yang setia kepada ‘seluruh‘ kebenaran. Rasul Paulus mengatakan bahwa hakekatnya seorang rasul adalah untuk menjadi pengajar yang ‘katolik’ artinya yang “meneruskan firman-Nya (Allah) dengan sepenuhnya…. tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.” (Kol 1:25, 28)
Maka, Gereja Kristus disebut sebagai katolik (= universal) sebab ia dikurniakan kepada segala bangsa, oleh karena Allah Bapa adalah pencipta segala bangsa. Sebelum naik ke surga, Yesus memberikan amanat agung agar para rasulNya pergi ke seluruh dunia untuk menjadikan semua bangsa murid-muridNya (Mat 28: 19-20). Sepanjang sejarah Gereja Katolik menjalankan misi tersebut, yaitu menyebarkan Kabar Gembira pada semua bangsa, sebab Kristus menginginkan semua orang menjadi anggota keluarga-Nya yang universal (Gal 3:28). Kini Gereja Katolik ditemukan di semua negara di dunia dan masih terus mengirimkan para missionaris untuk mengabarkan Injil. Gereja Katolik yang beranggotakan bermacam bangsa dari berbagai budaya menggambarkan keluarga Kerajaan Allah yang tidak terbatas hanya pada negara atau suku bangsa yang tertentu.
Nama ‘Gereja Katolik’ pertama diresmikan pada awal abad ke-2 (tahun 107), ketika Santo Ignatius dari Antiokhia menjelaskan dalam suratnya kepada jemaat di Syrma 8, untuk menyatakan Gereja Katolik sebagai Gereja satu-satunya yang didirikan Yesus, untuk membedakan umat Kristen dari para heretik pada saat itu yang menolak bahwa Yesus adalah Allah yang sungguh-sungguh menjelma menjadi manusia, yaitu heresi/ bidaah Docetism dan Gnosticism. Dengan surat ini St. Ignatius mengajarkan tentang hirarki Gereja, imam, dan Ekaristi yang bertujuan untuk menunjukkan kesatuan Gereja dan kesetiaan Gereja kepada ajaran yang diajarkan oleh Kristus. Demikian penggalan kalimatnya,
“…Di mana uskup berada, maka di sana pula umat berada, sama seperti di mana ada Yesus Kristus, maka di sana juga ada Gereja Katolik.̶
Di sinilah baru Gereja Katolik memiliki arti yang kurang lebih sama dengan yang kita ketahui sekarang, bahwa Gereja Katolik adalah Gereja universal di bawah pimpinan para uskup yang mengajarkan doktrin yang lengkap, sesuai dengan yang diajarkan Kristus.
Namun, istilah ‘katolik’ bukan istilah baru, karena sudah dipakai sebelumnya pada zaman Santo Polycarpus (murid Rasul Yohanes) untuk menggambarkan iman Kristiani, bahkan pada jaman para rasul. Kis 9:31 menuliskan asal mula kata Gereja Katolik (katholikos) yang berasal dari kata “Ekklesia Katha Holos“. Ayatnya berbunyi, “Selama beberapa waktu jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria berada dalam keadaan damai. Jemaat itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus; Di sini kata "Katha holos atau katholikos"; dalam bahasa Indonesia adalah jemaat/ umat Seluruh/ Universal atau Gereja Katolik, sehingga kalau ingin diterjemahkan secara konsisten, maka Kis 9:31, bunyinya adalah, “Selama beberapa waktu Gereja Katolik di Yudea, Galilea, dan Samaria berada dalam keadaan damai. Gereja itu dibangun dan hidup dalam takut akan Tuhan. Jumlahnya makin bertambah besar oleh pertolongan dan penghiburan Roh Kudus.̶
3. Gereja Katolik percaya bahwa Kristus tetap menyertai Gereja-Nya dengan Roh Kudus-Nya sampai akhir jaman. Bentuk penyertaan-Nya ini terlihat nyata dengan perlindungan-Nya terhadap Magisterium Gereja yang tidak mengajarkan sesuatu yang salah/ sesat. Maka yang dilakukan oleh Magisterium adalah mengajar kepada umat tentang iman dan moral sehubungan dengan Kitab Suci dan Tradisi Suci. Yang diajarkan oleh Magisterium ini bukanlah penambahan ajaran manusia, namun sesuatu ajaran yang diinspirasikan oleh Roh Kudus. Ini sesuai dengan janji Kristus kepada Rasul Petrus untuk menyertai Gereja-Nya yang didirikan atas Rasul Petrus itu sampai akhir jaman; sehingga perlindungan atas kewenangan mengajar tersebut tidak hanya berlaku untuk Rasul Petrus tetapi juga untuk para penerusnya.
4. Anda bertanya, "Saya belum liat ada sesuatu yg bisa menyakinkan saya bahwa dengan masuk katolik atau mengimani iman katolik ada keselamatan, emang gereja katolik menjamin umatnya bisa masuk ke sorga?"
Keselamatan menurut Kitab Suci adalah sesuatu yang "telah, sedang dan akan",yaitu kita:
Telah diselamatkan (Rom 8:24; Ef 2:5,8; 2 Tim 1:9; Tit 3:5)
Sedang dalam proses (1 Kor 1:18; 2 Kor 2:15; Fil. 2:12; 1 Pet 1:9)
Akan diselamatkan (Mt 10:22, 24:13; Mk 13:13; Mk 16:16; Kis 15:11; Rm 5:9-10; Rm 13:11; 1 Kor 3:15; 2 Tim. 2:11-12; Ibr. 9:28).
Maka keselamatan sesungguhnya bukan merupakan sesuatu yang diberikan "sekali untuk selamanya" oleh Tuhan (once saved always saved). Sebab kita manusia juga harus turut bekerja sama dengan rahmat Tuhan itu. Jadi, kita diselamatkan karena kasih karunia Allah, oleh iman, yang bekerja oleh kasih (Ef 2:8-9, Gal 5:6), dan ini kita terima pada saat kita dilahirkan kembali dalam air dan Roh (lih. Yoh 3:5). Dengan demikian, ada peran yang harus dilakukan oleh pihak manusia untuk turut mempertahankan rahmat keselamatan yang telah diterimanya melalui Pembaptisan, dan untuk hidup di dalam iman yang dinyatakan dalam perbuatan kasih (Yak 2:24) agar ia dapat memperoleh kesempurnaan penggenapan janji keselamatan ini di surga kelak.
Jadi memang Gereja Katolik tidak dapat menjamin semua umatnya pasti dapat masuk ke surga (demikian juga sebenarnya gereja lainnya), karena masih ada bagian yang harus dilaksanakan oleh umat yang bersangkutan itu. Namun tentu, Gereja Katolik, sebagai Gereja yang didirikan Kristus sendiri, telah dipercayakan oleh Kristus untuk menyalurkan rahmat Allah yang diperlukan oleh setiap umat-Nya untuk dapat sampai kepada keselamatan itu. Secara khusus, setelah kita dibaptis, kita dapat menyambut Tubuh dan Darah-Nya dalam Ekaristi, kita dapat memperoleh pengampunan-Nya melalui Sakramen Pengampunan Dosa, kita dikuatkan sebagai saksi-Nya melalui sakramen Penguatan. Selanjutnya Tuhan juga memberikan rahmat yang kita perlukan, entah jika memilih kehidupan keluarga, ataupun selibat untuk Kerajaan Allah. Dan pada akhirnya nanti, rahmat Tuhan-pun diberikannya pada saat kita sakit atau menjelang ajal. Sungguh, Tuhan mencurahkan rahmat-Nya, tidak saja pada saat kita berdoa dan merengungkan firman-Nya, tetapi terlebih juga pada saat kita menerima rahmat-Nya yang nyata dalam sakramen- sakramen-Nya. Nah, jika setelah kita menerima semua rahmat itu kita bekerjasama dengan hidup kudus, maka besarlah pengharapan kita bahwa kita dapat terbilang dalam kumpulan orang- orang yang diselamatkan Tuhan.
Jadi kalau kita ditanya, "Apakah kamu yakin pasti selamat?" Jawabannya adalah, "Saya punya pengharapan yang besar bahwa Tuhan menyelamatkan saya, namun saya juga berdoa agar dapat terus mempertahankan iman saya dalam kasih, hingga akhirnya saya dapat sampai kepada keselamatan kekal yang Tuhan berikan." Dengan demikian, kita dapat tinggal dalam kerendahan hati untuk mengakui bahwa hal menyelamatkan manusia itu sepenuhnya adalah hak Tuhan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
itulah yang dimaksudkan oleh St Paulus sebagai : IMAN, PENGHARAPAN , dan KASIH. Menurut saya kalau ada gereja (protestan) yang berani mengajarkan bahwa “sekali selamat tetap selamat” sepertinya tidak sesuai dengan apa yang St Paulus ajarkan.
lho kalo Gereja Katolik Timur baru ada sejak tahun 867 M, ya berarti Gereja Katolik Timur dong yang menjiplak dari Gereja Katolik Roma ( Barat ), karena yang Gereja Katolik Roma sudah ada sejak YESUS sendiri yang mendirikan
Shalom Budi Darmawan,
Gereja Timur Othodox memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma pada abad ke- 9 dan pemisahan ini benar- benar nyata pada tahun 1054. Namun mereka sebenarnya juga mempunyai jalur apostolik yang bersumber pada para rasul. Hanya memang pada sekitar abad ke -9 terjadi pemisahan yang dipelopori oleh Photius, berkisar atas istilah ‘filioque’ dalam Credo Aku Percaya. Hal ini pernah dibahas di sini, lihat point 3, Filioque. silakan klik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Izin copy paste ya buat disebar ke media gereja katolik q dan situs pertemanan seperti facebook, friendster, twitter…tenang aja nti gw akan menyebutkan sumber dan nama penulisnya
Shalom Richard,
Terima kasih atas dukungannya untuk katolisitas.org. Silakan menyebarkan artikel yang ada di website ini dengan menyebutkan sumbernya, yaitu: http://www.katolisitas.org, sehingga bagi yang ingin memberikan masukan atau ingin bertanya lebih lanjut dapat menyampaikannya kepada kami.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
trim’s atas izinnya…pastilah q menyebutkan sumbernya. kalau gak gitu namanya plagiat donk..hehehe…
Shalom,
Dalam pertemuan lingkungan kami sering disinggung oleh Bapak Prodiakon bahwa keluarga Katolik yang baik harus mendidik anak-anaknya untuk tetap menjadi penganut Katolik yang baik. Mereka harus mencari jodoh yang Katolik dan menikah dengan sakramen pernikahan menurut tatacara Gereja Katolik. Orangtua yang tidak berhasil melakukan hal ini bukanlah penganut Katolik yang baik. Saya sendiri sebagai orangtua merasakan bahwa jika benar demikian, maka saya dan isteri saya bukanlah keluarga Katolik yang baik karena salah satu anak kami telah beralih kepada agama lain kendati tetap di dalam Kristus. Bahkan dia telah membangun gerejanya sendiri dan membiayainya dengan penghasilannya. Meskipun tetap menghormati ajaran gereja Katolik (kadang-kadang dia dan isterinya mau kami ajak retret ke Carmel), namun dia bersama isterinya yang beragama kristen nonKatolik pergi beribadah di gereja mereka.
Ketika membicarakan hal ini dengan seorang romo, beliau mengatakan bahwa saya tidak perlu merasa berdosa atau risau. Beliau mengatakan (mungkin ingin menghibur saya) bahwa anak saya sudah berbuat kebaikan yaitu dengan melakukan penginjilan yang membuat orang yang belum mengenal Kristus dapat mengenal Kristus. Jadi, hal seperti ini, beliau katakan. tidak perlu membuat saya merasa terikat dalam dosa. Dengan penjelasan beliau, saya ingin bertanya bagaimana pendapat gereja Katolik yang sebenarnya tentang ketidakberhasilan orangtua untuk mempertahankan anak-anak mereka dalam gereja Katolik? Manakah yang lebih bisa diselamatkan, penganut Katolik (yang belum tentu mengikuti ajaran dan teladan Kristus) ataukah pengikut Kristus seperti Mahatma Gandhi yang meskipun bukan Katolik tetapi belajar dan mengajarkan khotbah Kristus di bukit kepada para pengikutnya. Bahkan Mahatma Gandhi melakukan perbuatan yang saya lihat mirip seperti yang dilakukan oleh St Fransiskus Asisi yaitu melaksanakan kaul kemiskinan.
Atas jawaban Ibu, saya ucapkan terima kasih.
andryhart
Shalom Andryhart,
1) Terima kasih atas pertanyaannya tentang pendidikan anak-anak. Memang, menjadi tugas orang tua untuk membekali pendidikan anak-anak dengan baik, termasuk adalah membekali mereka dengan iman Katolik yang baik.Tidak semuanya dapat dikontrol oleh orang tua, misalkan pada waktu anak tersebut kuliah, mempunyai pergaulan tersendiri, dll, maka mereka akan memutuskan banyak hal, yang kadang bertentangan dengan orang tua. Yang penting orang tua telah menjalankan bagiannya, dengan mempersiapkan anak-anak untuk dapat mengasihi Yesus dan Gereja-Nya. Dan inilah yang orang luar tidak tahu secara persis, apakah Andryhart dan istri telah membekali anak-anak dengan iman Katolik yang baik. Kalau jawabannya belum, maka Andryhart dan istri dapat mengaku dosa tentang hal ini. Kalau jawabannya sudah, maka tidak ada kesalahan yang diperbuat oleh Andryhart dan istri. Namun, apapun jawabannya, kita tidak dapat merubahnya sesuai dengan kemauan dan waktu kita. Oleh karena itu, berdoalah kepada Tuhan, agar suatu saat, Tuhan memberikan rahmat agar anak dapat kembali kepada Gereja Katolik. Parameter orang tua yang baik adalah yang dapat mempersiapkan anak-anaknya dan seluruh anggota keluarganya masuk dalam Kerajaan Sorga.
Yakinlah pada penyelenggaraan tangan Tuhan. Berdoalah dengan setia agar Tuhan sendiri yang membukakan hati anak anda, sehingga dia dapat melihat kebenaran di dalam Gereja Katolik. Kalau anda mau, berpuasalah setiap hari Jumat, dan menyatukan anak anda dalam sengsara dan kematian Kristus. Dan terutama, bawalah anak anda dalam setiap perayaan Ekaristi, sehingga intensi anda disatukan dalam pengorbanan Kristus di kayu salib.
Dalam beberapa kesempatan, ajaklah berdiskusi tentang konsep gereja (ekklesiologi). Berikan kepadanya buku-buku yang baik tentang iman Katolik. Mungkin ada baiknya agar anak anda dapat membaca buku “Rome Sweet Home” karangan Scott Hahn dan Kimberly Hahn. Anda juga dapat mencetak beberapa artikel dari katolisitas.org, sebagai bahan diskusi. Berdiskusilah dengan anak anda tentang iman Katolik dengan hormat dan lemah lembut. Kalau ada perbedaan pendapat, sikapilah dengan bijaksana. Dan kalau ada pertanyaan dari hasil diskusi tersebut, silakan bertanya kepada site-site katolik maupun kepada katolisitas.org. Kami, akan berusaha semampu kami untuk membantu.
2) Tentang keselamatan, anda dapat membaca beberapa artikel tanya-jawab tentang keselamatan di arsip tanya jawab berikut ini:
Dosa berat dalam hubungannya dengan keselamatan – Dec 16, 2009
Sesudah selamat lalu apa? – Oct 27, 2009
Keselamatan dan hubungannya dengan Baptisan – Sep 21, 2009
Mengapa Yesus disunat, kita tidak? – Sep 15, 2009
Apakah keselamatan yang sudah diperoleh melalui Pembaptisan dapat hilang? – Aug 25, 2009
Mengapa Yesus memilih salib untuk menebus dosa manusia? – Aug 24, 2009
Keselamatan adalah anugerah Allah? – Aug 18, 2009
Apakah yang diselamatkan hanya orang Katolik dan yang lainnya pasti masuk neraka? – Aug 4, 2009
Keselamatan: theosentris, kristosentris, eklesiosentris? – Jun 25, 2009
Apakah orang Katolik dijamin pasti selamat? – May 26, 2009
Tidak ada keselamatan kecuali melalui Yesus – Jan 5, 2009
Tidak cukup menerima Yesus di hati saja – Dec 27, 2008
Sekali selamat tetap selamat – tidak Alkitabiah – Dec 22, 2008
Siapa saja yang dapat diselamatkan? – Dec 17, 2008
Apakah agama membuat orang masuk Sorga? – Dec 15, 2008
Apakah orang yang tidak dibaptis masuk neraka? – Nov 24, 2008
Adakah Keselamatan di luar Tuhan Yesus/ Gereja Katolik? – Aug 20, 2008
Lumen Gentium, 14 menegaskan bahwa “… andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan.” Yang kita tidak tahu adalah apakah sebelum anak anda memutuskan untuk pindah atau mendirikan Gereja, telah benar-benar mencari tahu tentang kebenaran iman Katolik. Kalau dia benar-benar mencari tahu dengan sungguh-sungguh, menempatkan kebenaran di atas kepentingan pribadi, maka kita serahkan keselatannya kepada Yesus. Kalau dia benar-benar mencari kebenaran di atas kepentingan pribadi, maka dia akan dapat kembali ke pangkuan Gereja Katolik.
Kalau di suruh memilih antara Mahatma Gandi yang tidak menjadi Katolik dan seorang Katolik yang tidak menjalankan iman Katolik dengan benar, maka saya tidak memilih keduanya. Yang saya pilih adalah menjadi seorang Katolik, yang mengasihi Yesus dan Gereja-Nya, dan senantiasa berusaha untuk bertumbuh dalam kekudusan. Dan inilah yang ditunjukkan oleh para santo-santo yang hidup sepanjang sejarah Gereja.
Jadi, sekali lagi, saya turut merasakan keprihatinan Andryhart. Saya pikir, lakukan apa yang dapat Andryhart kontrol, misalkan: doa, misa harian (kalau mungkin), mengaku dosa secara teratur, puasa, dll. agar anak anda dapat kembali ke Gereja Katolik. Kemudian jadilah suami yang baik, dan ayah yang baik bagi anak-anak, sehingga mereka dapat melihat seorang Katolik yang menjalankan iman Katoliknya dengan baik. Setelah itu, serahkan semuanya pada Tuhan, karena hanya Dialah yang dapat merubah hati seseorang. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Shalom sdr Andryhart
Penuturan yang anda alami hampir serupa dengan “keadaan” yang saya jalaninya saat ini, pergumulan ini telah membawa saya hampir selama 12 tahun lamanya dan saat ini masih berlangsung. Apapun yang anda ceritakan mungkin masih merupakan sebagian dari yang anda alami, dimana anda merpakan keluarga Katolik, saat ini anak anda telah tumbuh dewasa serta telah berkeluarga..
Pengalaman saya sedikit berbeda, saya membangun keluarga belum dilandasi oleh agama manapun, pernikahan kami di karuniai 2 orang anak akan tetapi saya tetap memilih menyerahkan pendidikan anak2 saya di sekolah Katolik sejak mereka TK hingga SMA.
Anak puteri (sulung) kami oleh karena tuntutan syarat pendidikan di sebuah sekolah Katolik ternama, sehingga di baptis di Gereja Katolik dengan iman yang percaya kepada Yesus. Anak ini sejak duduk di bangku 5 SD sudah sering diajak.. ditarik.. dijemput ke Gereja Kristen dengan keramah tamahan oleh komunitas Gereja ini, (disebabkan Gereja ini tepat bertetangga dengan dimana tempat kami tinggal) akibatnya… isteri berkiblat pada Kristen, setiap hari (hampir tiap sore) anak-anak aktif dalam komunitas Gereja tsb.
Saya pernah konseling dengan Pastor yang membaptis puteri kami, beliau mengatakan selama si anak tsb masih tidak meninggalkan Yesus, hidup di dalam komunitas lingkungan yang sehat masih merupakan keadaan yang baik, sehingga mendorong saya untuk senantiasa memantau dan mengamati pertumbuhan si anak bukan dengan sikap yang melarang. sampai saat ini puteri kami tidak pernah menginjakkan kaki di Gereja Katolik lagi… sebagai orang tua saya hanya bisa berdoa agar Terang Kristus menunjukkan jalan dan menuntun jalan kehidupan bagi si anak…
Satu hal yang ingin saya sharingkan pada anda, bahwa Gereja non Katolik (protestan) sangat haus dengan umat-umat dari Gereja Katolik, mereka sangat kuat dalam mempengaruhi mental seseorang.. jika yang menjadi obyek sasaran tidak dalam keadaan di bekali oleh “dasar iman katolik” yang kuat. Cara awal mereka yang sangat lazim (umum) adalah: “Gereja kita sama-sama menyembah Yesus..” “Alkitabnya juga sama toh..” (tawaran mereka dengan mengutarakan kesamaan dengan mereka). Kemudian mereka akan memasukkan pemikiran negative seperti “Pengakuan Dosa” “Menyembah Bunda Maria” “Baptisan Katolik tidak sah” “Gereja Katoli tidak alkitabiah” “hal iman akan bertumbuh di Gereja mereka” “Paus juga orang biasa” “Hirarkis Gereja Katolik mengikat kebebasan manusia” dan bermacam2 sharing2 aktif secara berkelompok untuk tak henti-hentinya memasukkan faham mereka…. (mungkin ini yang menyebabkan anak anda berpaling seperti anak saya).
Bukan merupakan kesalahan kita sebagai orang tua, harus di akui semua ini merupakan kehendak Tuhan… mungkin semua ini merupakan cara jalan pewartaan yang di inginkan-Nya. Tapi menurut saya, sebagai orang tua seharusnya menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana, memberikan gambaran tentang ajaran Kebenaran yang bisa mencerminkan tauladan bagi sang anak. Kita sendiripun juga harus “lebih tekun” dalam kehidupan rohani kita, memperdalam Iman Katolik kita.. banyak mengadakan persekutuan doa lingkungan dalam keluarga sendiri, serta mengusahakan komunikasi sehat dengan si anak.. dan bawa masalah ini setiap kali di dalam doa-doa kita.
Demikian sekilas sharing pendapat juga pengalaman kami, mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Salam Damai Kristus.
Felix Sugiharto.
Shalom Felix Sugiharto,
Terima kasih atas sharingnya. Sudah selayaknya, sebagai orang tua kita harus berusaha untuk benar-benar memberikan pendidikan iman Katolik kepada anak-anak. Saya cenderung untuk melarang anak-anak untuk bergabung dengan kegiatan dari agama Kristen non-Katolik, karena lama kelamaan, mereka akan terpengaruh dan pindah gereja. Kita tahu bahwa keselamatan kita datang dari Kristus melalui Gereja-Nya. Jadi, tidak cukup hanya dengan asalkan mengenal Yesus saja maka telah cukup, apalagi sebelumnya anak tersebut telah berada di dalam Gereja Katolik. Oleh karena itu, kalau ada anak yang pindah ke gereja lain, maka sudah selayaknya dalam beberapa kesempatan mereka dapat diajak berdiskusi dan tentu saja melalui kesaksian hidup kita. Kalau anda mau, maka anak-anak anda dapat berdiskusi di situs ini, sehingga diharapkan agar mereka dapat mengenal dan mengasihi iman Katolik. Namun, banyak anak muda yang mungkin tidak terlalu perduli akan ajaran, karena mereka lebih mementingkan persahabatan. Oleh karena itu, langkah pertama, mungkin anak-anak harus diajak ke komunitas Katolik yang baik, yang menawarkan keakraban, dll. Anda dapat mencoba mengajak mereka ke Legio Mariae atau juga Persekutuan Doa Katolik. Nanti, dalam lingkungan Katolik yang baik, maka lama-kelamaan motif untuk berteman dapat terus bertumbuh dan diganti dengan motif untuk mengasihi Kristus. Dan jangan lupa untuk mendoakan mereka. Ajaklah seluruh keluarga untuk berdoa bersama. Janganlah kita lupakan, bahwa suami adalah iman di dalam keluarga. Kami turut mendoakan.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Hati saya sedih melihat banyak orang non katolik menyerang gereja katolik bertubi2….
mengapa mereka terus2an mencari2 kesalahan pada kita… sedangkan kita tidak pernah menyinggung mereka…
Semoga Kasih Tuhan tetap menguatkan Iman kita dan semoga kita bisa mempertanggungjawabkan iman kita
dengan lemah lembut dan hormat..
1 Petr 3:15
Rom 1:16
Tuhan Memberkati kita semua!
Shalom Hendri,
Terima kasih untuk masukannya. Kadang kala saya juga merasakan kesedihan yang sama. Namun, di satu sisi hal ini harus memacu kita, agar kita dapat semakin giat untuk belajar tentang iman Katolik, sehingga pada saat ada yang bertanya, kita dapat menjelaskannya dengan baik (1 Pet 3:15). Kita juga harus berfikir dan menganggap bahwa orang yang bertanya mempunyai maksud baik, yaitu ingin menyadarkan kita akan pengajaran yang mereka anggap keliru. Biasanya setelah mereka mendengar penjelasan yang baik tentang iman Katolik, mereka akan tahu bahwa iman Katolik mempunyai dasar yang kuat. Kita juga dapat berdoa untuk mereka, agar suatu saat mereka dapat melihat dan menerima kebenaran iman Katolik. Namun, kita tidak bsisa mengubah hati seseorang. Oleh karena itu, kita berdoa agar Roh Kudus, Roh Kebenaran dapat juga memberikan inspirasi kepada orang tersebut.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Saya sampai tidak habis berpikir tentang para golongan dari gereja lain masih tetap keras kepala mempertahankan gereja mereka dan/atau pandagan mereka yang keliru terhadap gereja dan terlebih salah penabsiran terhadap Alkitab. maka dengan rahmat kasih Yesus Kristus dapat membimbing arah dan pandangan mereka agar mereka sadar bahwa gereja Katoliklah gereja yang didirikan oleh Tuhan kepada Rasul Petrus.
Semoga gereja lain dapat dibimbing oleh roh kudus yang sama. Amin
Aquilino Amaral
[quote] Kenyataannya, Gereja Katolik tetap bertahan walaupun menghadapi berbagai permasalahan Gereja, baik dari luar maupun dari dalam. Hal ini membuktikan bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang Yesus janjikan. Kalau Gereja Katolik hanya buatan manusia, seharusnya Gereja Katolik sudah runtuh dan lenyap tak berbekas [unquote]
apakah kalau sesuatu itu tidak runtuh SELALU membuktikan bahwa ybs bukan buatan manusia ?
argumen yang sama bisa diklaim oleh SEMUA agama-agama besar dunia yang lain bukan ?
Bahkan mungkin pun dapat diklaim oleh paham macam kapitalisme – karena kapitalisme tetap bertahan maka ia bukan buatan manusia ?
mohon koreksi
Shalom Skywalker,
Terima kasih atas pertanyaannya. Pada waktu saya menulis "Kenyataannya, Gereja Katolik tetap bertahan walaupun menghadapi berbagai permasalahan Gereja, baik dari luar maupun dari dalam. Hal ini membuktikan bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang Yesus janjikan. Kalau Gereja Katolik hanya buatan manusia, seharusnya Gereja Katolik sudah runtuh dan lenyap tak berbekas", maka ini adalah satu argumentasi yang saya kemukakan untuk menjawab orang-orang yang berkata bahwa Gereja Katolik bukanlah Gereja yang didirikan oleh Kristus, karena terjadi penyelewengan yang dilakukan oleh orang-orang di dalamnya.
Argumentasi di atas tidak dapat dilepas secara terpisah dari argumentasi sebelumnya, yang dapat disingkat sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik. Dan mungkin juga perlu dipahami bahwa Gereja Katolik telah bertahan selama 2000 tahun lebih dengan membawa empat tanda tersebut. Dan inilah yang membuat Gereja Katolik dapat dipercaya sebagai Gereja yang didirikan oleh Kristus sendiri, yang dikuatkan dengan janji Kristus sendiri "Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya." (Mt 16:18-18).
Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
berkait dengan ajaran bahwa gereja itu KUDUS
bagaimana penyimpangan para klerus seperti ini dapat diterangkan ?
http://network.nationalpost.com/np/blogs/fullcomment/archive/2009/05/21/ireland-contemplates-its-holocaust-of-abuse-and-decades-of-denial.aspx
mohon nasehat
Shalom Skywalker,
Terima kasih atas pertanyaannya tentang kekudusan Gereja namun dijumpai penyimpangan-penyimpangan. Untuk ini saya ingin mengutip KGK, 678 : Gereja adalah kudus: Roh Kudus adalah asalnya; Kristus, Mempelainya, telah menyerahkan Diri untuknya, untuk menguduskannya; Roh kekudusan menghidupkannya. Memang orang berdosa juga termasuk di dalamnya, tetapi ia adalah "yang tak berdosa, yang terdiri dari orang-orang berdosa". Dalam orang-orang kudusnya terpancar kekudusannya; di dalam Maria ia sudah kudus secara sempurna."
Dari pertanyataan dokumen di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa pada waktu Gereja Katolik mengatakan bahwa kita percaya akan gereja yang "kudus", maka ini mengacu kepada Kristus sebagai kepala Gereja dan Roh Kudus yang terus-menerus berkarya di dalam Gereja. Namun Gereja yang mengembara di dunia ini terdiri dari para kudus dan para pendosa. Kekudusan dari para santa dan santo menyebabkan mereka menjadi suatu refleksi dari Kristus sendiri yang adalah Kudus. Dan para santa-santo bekerja sama dengan Roh Kudus untuk mengikuti kehendak Bapa. Para pendosa di dalam Gereja dapat menjadi batu sandungan, namun pada saat bersamaan dapat memurnikan Gereja. Gereja adalah lebih besar dari masing-masing individu. Gereja di dunia ini adalah Gereja yang masih mengembara menuju Surga. Oleh karena itu, Gereja akan senantiasa mengalami proses pemurnian dan pertobatan yang terus menerus, sampai pada akhirnya semuanya bersatu di dalam Gereja yang jaya, di Surga. Gereja yang mengembara di dunia ini, yang menderita di Api Penyucian, dan Gereja yang jaya di Surga, bukanlah tiga Gereja, namun satu Gereja, yaitu Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik.
Semoga dapat memperjelas.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
penjelasan yang amat baik
terima kasih edukasi nya
highlighted :
[quote] Gereja akan senantiasa mengalami proses pemurnian dan pertobatan yang terus menerus, sampai pada akhirnya semuanya bersatu di dalam Gereja yang jaya, di Surga
[unquoted]
p stef, saya butuh artikel tentang perpecahan gereja(lengkap), termasuk bidaah-bidaah yang sekarang mulai marak lagi (saksi yehova). 2 orang saudara ketua lingkungan saya sudah 2 tahun ini ikut aliran ini di jakarta. tolong ya pak, terima kasih. berkah Dalem…
Shalom Chris,
Terima kasih atas pertanyaannya. Saya minta maaf kalau pada saat ini ingrid dan saya masih belum dapat menuliskan tentang sejarah gereja, karena keterbatasan waktu. Kami memang mempunyai rencana untuk menuliskan topik ini di masa yang akan datang. Namun sekilas sejarah ini dapat dilihat di gerejakatolik.net (silakan klik).
Untuk kasus tentang saksi Yehowa, silakan membaca artikel tentang Kristologi, yang membuktikan bahwa Yesus adalah Tuhan.
Iman Katolik bersumber pada Allah Tritunggal dan berpusat pada Kristus, Allah yang menjelma menjadi manusia untuk menyelamatkan kita. Inkarnasi, Allah menjadi manusia, adalah perbuatan Tuhan yang terbesar, yang menunjukkan segala kesempurnaanNya: KebesaranNya, namun juga KasihNya yang menyertai kita. Penjelmaan Allah ini telah dinubuatkan oleh para nabi. Yesus Kristus yang kita imani sekarang adalah sungguh Yesus Tuhan yang ber-inkarnasi dan masuk ke dalam sejarah manusia.
Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
maaf pak stef
yg menjadi manusia bukan ALLAH lo tapi firmanya.yoh 1 aya 1t
Shalom Cornelius,
Dikatakan: Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. ” (Yoh 1:1). Karena Firman itu adalah Allah dan Firman itu telah menjadi manusia (lih Yoh 1:14), maka yang menjadi manusia adalah Allah. Dengan demikian, kita juga mengakui bahwa Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
Berita dari Irlandia seputar abuse oleh oknum kaum berjubah menambah lembaran hitam gereja Katolik
http://network.nationalpost.com/np/blogs/fullcomment/archive/2009/05/21/ireland-contemplates-its-holocaust-of-abuse-and-decades-of-denial.aspx
teoritis, gereja katolik – mungkin saja lebih unggul [seperti kita bisa baca diatas] – namun pada akhirnya gereja tidak lebih dari sekumpulan manusia yang lemah dan rentan terhadap dosa
semoga hal macam ini hanya kasus yang terisolasi dan bukan kanker yang sudah menyebar dalam dan membusukan gereja
Shalom Skywalker,
Ya, selayaknya kita memang turut berprihatin jika membaca berita-berita negatif seperti yang ada di link yang anda sebutkan. Ini memang menunjukkan bahwa Gereja memang mempunyai aspek ilahi dan aspek manusiawi. Aspek ilahinya sungguh kudus, sebab Gereja didirikan oleh Kristus dan dijiwai oleh Roh Kudus, namun, aspek manusiawinya, memang senantiasa harus terus bertobat dan berjuang untuk hidup kudus. Dengan kata lain, kita memang harus menerima, bahwa Gereja memang terdiri dari orang-orang kudus dan pendosa; "saints and sinners", dan memang sepanjang kita hidup di dunia, kita semua harus berjuang untuk bertumbuh dalam kekudusan. Tak hanya para imam, tetapi juga para awam. Kita, para awam juga harus tekum berdoa bagi para imam, agar Tuhan menjaga mereka dari segala godaan dan menjadikan mereka imam yang kudus, dan teladan bagi umat.
Jika kita membaca berita negatif tentang imam, maka mari kita bertanya juga pada diri sendiri, sudahkah kita rajin berdoa bagi mereka? Memang para imam adalah manusia biasa, namun sebenarnya mereka telah dipilih Allah secara khusus untuk melanjutkan pelayanan-Nya di dunia. Oleh karena itu, kita para awam juga harus mendukung para imam dengan doa maupun dengan kemampuan kita untuk bekerja sama dan mendukung pelayanan mereka.
George Weigel mengarang buku yang berjudul, The Courage to be Catholic, yang juga menjabarkan kisah krisis yang terjadi dalam Gereja, khususnya yang terjadi di Amerika tahun 2002. Akar masalahnya adalah, menurut Weigel, krisis kesetiaan/ fidelity, terhadap doktrin ajaran Gereja yang murni. Sebab yang ‘salah’ bukan doktrinnya, tetapi faktor manusianya. Namun di akhir bukunya itu, Weigel juga menyampaikan adanya titik terang, bahwa melalui segala macam problem itu Gereja malah dimurnikan. Para calon imam yang berasal dari generasi muda saat ini malah menjadi lebih waspada dengan tantangan tersebut, dan motivasi mereka untuk menanggapi panggilan Tuhan menjadi lebih murni. Kita juga perlu lebih objektif untuk melihat bahwa memang kejadian-kejadian negatif tersebut sungguh menyedihkan, tetapi ada lebih banyak fakta positif yang bertumbuh dalam kehidupan Gereja. Dan untuk itu marilah kita mensyukurinya.
Bagi kita orang awam, memang tantangannya adalah bagaimana agar kita berjuang untuk hidup kudus. Sebab segala yang buruk hanya dapat dikalahkan dengan kebaikan; ketidaksetiaan dengan kesetiaan; dan itu dimulai dari kita masing-masing.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.
[quote] Memang para imam adalah manusia biasa, namun sebenarnya mereka telah dipilih Allah secara khusus untuk melanjutkan pelayanan-Nya di dunia [unquote]
terlalu berat sebelah IMHO – karena anda dan saya yang tidak dipanggil jadi klerus tetap juga melayani ALLAH dengan cara kita masing2 – Gereja Katolik IMHO bosa jatuh pada kultus klerus- menomor duakan awam (sekaligus melanggengkan ketimpangan dan ketergantungan awam pada klerus)
saya tidak anti klerus – yang mau dan merasa dipanggil silakan saja – tetapi tidak lantas klerus menjadi lapisan elit tersendiri yang berhak atas privilese – kalau minta privilese karena sudah berkorban (misal tidak menikah dsb) – boleh ditanya balik apakah ybs sungguh rela dan (sungguh dipanggil)
sudah waktunya untuk memandang awam dan klerus sebagai bagian setara dari tubuh mistik Kristus.
Panggilan mengapa jadi identik dengan panggilan masuk biara ? saya pun dipanggil dalam bidang kerja saya dan dalam keluarga saya – apa itu tidak ada nilanya dimata ALLAH ?
mohon koreksian
Shalom Skywalker,
Pada waktu Ingrid menulis "Memang para imam adalah manusia biasa, namun sebenarnya mereka telah dipilih Allah secara khusus untuk melanjutkan pelayanan-Nya di dunia", sebenarnya ini untuk memberikan penekanan atas pentingnya para iman, karena mereka mempunyai tempat tersendiri di dalam Gereja. Jawaban tersebut bukan untuk mengecilkan kaum awam. Baik klerus maupun awam dipanggil untuk melayani Gereja, untuk membangun Tubuh Mistik Kristus. Masing-masing mempunyai cara dan bagian masing-masing untuk berpartisipasi.
Apakah klerus menjadi lapisan elit tersendiri? Saya tidak mau memakai perkataan elit, yang berkonotasi sebuah kelompok yang seolah-olah yang terbaik dan mempunyai kekuasaan. Namun, kaum Klerus mempunyai tempat tersendiri di dalam Gereja karena memang mereka bertindak "in persona Christi", yang ditandai dengan Sakramen Imamat, yang tidak akan terhapuskan. Dan Tuhan sendirilah yang memilih mereka. Namun dalam keistimewaan ini, mereka tidak minta untuk dilayani, namun melayani. Seperti kaum klerus yang mempunyai bagian istimewa dalam membangun tubuh Kristus, kaum awam juga mempunyai bagian tersendiri untuk membangun Gereja, yaitu dengan menjadi garam dan ragi di tempat mereka berada. Komunitas di tempat mereka berada inilah yang tidak dapat terjangkau oleh para klerus. Para klerus mempunyai tugas untuk melayani kaum awam, sehingga kaum awam mempunyai kekuatan untuk menjadi garam dan ragi dunia.
Mari kita melihat perbedaan tersebut bukan sebagai dua hal yang saling bertentangan dan saling menyaingi, namun kedua-duanya terikat dalam kasih Kristus dalam ikatan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
terima kasih koreksinya
lanjutan pertanyaan
[quote] karena memang mereka bertindak “in persona Christi”, yang ditandai dengan Sakramen Imamat, yang tidak akan terhapuskan.Dan Tuhan sendirilah yang memilih mereka [quote]
a) apakah SETIAP saat Imam tersebut [quote] bertindak “in persona Christi”, [unquote} ? atau HANYA saat mempersembahkan misa ? Jika mereka 24 jam dan 7 hari [quote] bertindak “in persona Christi”, [unquote} mungkin mereka tidak manusia lagi – tetapi deitas
b) Apakah Imam yang memutuskan untuk melepas jubah tetap [quote] bertindak “in persona Christi”, [unquote} karena anda menulis [quote ] tidak akan terhapuskan [unqoute]
c) Berkait dengan imam yang lepas jubah versus [quote ] Dan Tuhan sendirilah yang memilih mereka [ [unqoute] ; apakah ini kasus imam yang salah dengar [merasa dapat panggilan padahal tidak] atau kasus “salah pilih” ?
mohon nasehat
Shalom Skywalker,
Terima kasih atas komentarnya. Mari kita membahas tentang imam sebagai "in persona Christi", yang dimateraikan oleh Sakramen Imamat. Berikut ini adalah yang diajarkan tentang oleh Katekismus Gereja Katolik (KGK) dan Kitab Hukum Kanonik (KHK).
KGK 1548: "Kristus sendiri hadir dalam pelayanan gerejani dari imam yang ditahbiskan dalam Gereja-Nya sebagai Kepala Tubuh-Nya, Gembala kawanan-Nya, Imam Agung kurban penebusan, dan Guru kebenaran. Gereja menyatakan ini dengan berkata bahwa seorang imam, berkat Sakramen Tahbisan, bertindak "atas nama Kristus, Kepala" [in persona Christi capitis] (Bdk. LG 10; 28; SC 33; CD 11; PO 2; 6.).
"Inilah Imam yang sama, Yesus Kristus, yang pribadi kudus-Nya diwakili oleh pelayan yang dipanggil. Oleh tahbisan imam, ia menjadi serupa dengan Imam Agung; ia mempunyai wewenang, supaya bertindak dalam kekuatan dan sebagai pengganti pribadi Kristus sendiri [virtute ac persona ipsius Christi]" (Pius XII, Ens. "Mediator Dei"). "Kristus adalah sumber setiap imamat; karena imam Hukum [Lama] adalah citranya. Tetapi imam Perjanjian Baru bertindak atas nama Kristus" (Thomas Aqu., s.th. 3,22,4)."
KGK, 875: "Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepadanya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar tentang Dia? Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada, yang memberitakannya? Dan bagaimana mereka dapat memberitakannya, jika mereka tidak diutus?" (Rm 10:14-15). Tidak ada siapa pun, individu atau kelompok yang dapat mewartakan Injil kepada dirinya sendiri. "Jadi, iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh firman Kristus" (Rm 10:17). Tidak ada seorang pun dapat memberi kepada diri sendiri tugas dan perutusan untuk mewartakan Injil. Orang yang diutus Tuhan tidak berbicara dan bertindak atas wewenangnya sendiri, tetapi berkat wewenang Kristus; ia berbicara kepada umat, bukan sebagai salah seorang anggota, melainkan atas nama Kristus. Tidak ada seorang pun dapat memberi rahmat kepada diri sendiri; rahmat harus dikaruniakan dan ditawarkan. Semuanya itu mengandaikan adanya pelayan rahmat, yang diberi kuasa oleh Kristus. Dari Dia mereka menerima perutusan dan wewenang [kekuasaan kudus] untuk bertindak "dalam nama Kristus, Kepala" [in persona Christi Capitis]. Jabatan ini, di mana orang-orang yang diutus Kristus karena rahmat Allah melakukan dan memberi, apa yang mereka tidak dapat lakukan dan berikan dari dirinya sendiri, oleh tradisi Gereja dinamakan "Sakramen". Jabatan pelayanan di dalam Gereja diterima oleh suatu Sakramen khusus."
KHK, 1008: "Dengan sakramen tahbisan menurut ketetapan ilahi sejumlah orang dari kaum beriman kristiani diangkat menjadi pelayan-pelayan suci, dengan ditandai oleh meterai yang tak terhapuskan, yakni dikuduskan dan ditugaskan untuk menggembalakan umat Allah, dengan melaksanakan dalam pribadi Kristus Kepala, masing-masing menurut tingkatannya, tugas-tugas mengajar, menguduskan dan memimpin."
a) Dari hal di atas, maka kita dapat melihat bahwa "in persona Christi" bersumber pada Kristus sendiri yang mengalir dari Sakramen Imamat (KGK, 1548). Oleh karena itu, seorang pastor dapat bertindak in persona Christi setelah dia menerima tahbisan iman. Melalui tahbisan iman, dia mempresentasikan Kristus sebagai raja (governing/kingly office) untuk memimpin, imam (priestly office) untuk menguduskan, dan nabi (prophetic office) untuk mengajar (lih KHK, 1008). Sama seperti baptisan yang diterima oleh semua orang tidak hilang karena dosa berat, maka karakter Sakramen Imamat tidak juga hilang karena dosa yang dilakukan oleh imam yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan tiga sakramen – Sakramen Baptis, Imamat, dan Penguatan – memberikan tanda yang tak dapat hilang. Tanda spiritual untuk melakukan in persona Christi secara jelas dimanifestasikan pada saat seorang imam melakukan konsekrasi dalam Sakramen Ekaristi atau memberikan pengampunan dalam Sakramen Tobat. Dan tugas mengajar dimanifestasikan secara penuh dalam diri Paus – pada saat dia mengajar dalam kapasitas ex-catedra – dan dalam diri para uskup dalam kesatuan dengan Paus, pada saat mereka mengajarkan kebenaran karena tugas mereka penerus rasul Petrus.
Namun bagaimana jika para imam atau uskup mengajarkan sesuatu yang salah? Sesuatu yang salah tidak dapat mewakili Kristus, dan datang dari diri mereka sendiri. Hal ini dilakukan jika mereka menolak berkat khusus yang dicurahkan kepada mereka.
b) Imam yang melepaskan jubah tetap mempunyai karakter imamat, yang memungkinkan mereka bertindak in persona Christi dalam kondisi-kondisi tertentu, seperti: dalam kondisi darurat. Oleh karena itu KHK, 976 mengatakan "Imam manapun, meski tidak memiliki kewenangan menerima pengakuan, dapat memberi absolusi secara sah dan licit peniten manapun yang berada dalam bahaya maut dari segala censura dan dosa, meskipun hadir juga seorang imam lain yang memiliki kewenangan."
Tentu saja karena imam ini tidak mempunyai faculty atau kewenangan yang diberikan Gereja, secara otomatis mereka kehilangan in persona Christi dalam hal mengajar (prophetic office) dan memimpin (kingly office).
c) Pada waktu seseorang ingin menjadi imam, maka tugas dari orang tersebut dan juga pembimbing rohani mencoba melihat apakah benar-benar orang tersebut dapat menjadi imam yang baik (discernment process). Dan selama masa persiapan, calon imam ini dengan pembimbing rohaninya senantiasa menganalisa panggilan ini. Kalau sampai semua proses ini dijalankan dengan baik (bisa sampai memakan waktu 7 tahun) sampai tahbisan, dan kemudian hari imam ini kemudian keluar, maka dapat dikatakan bahwa imam tersebut mungkin kurang berhati-hati dalam proses "discernment" yang berakibat pada salah pilih atau mungkin proses "discernment" benar, namun tidak dapat meneruskan karena godaan dunia ini. Tuhan dapat memanggil mereka, namun Tuhan juga menghormati kehendak bebas mereka.
Semoga dapat menjawab pertanyaan anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Shalom
Saudara stefanus, saudara ingrid.
Saya kagum ama kalian yg begitu sabar mau mnjawab pertanyaan kami. Oiya sbenarnya saya dari agama kristen, saya mau tanya kalo di ibadah kristen tiap blnnya ada perpuluhan,apa benar di misa katolik tdk ada perpuluhan? Jika memang tidak ada bukannya trdapat di kitab mal 3:6-12. Saya mau nanya lg, misalnya saya d kristen sdh di baptis lalu saya pindah ke katolik apa perlu d baptis ulang, jika memang iya knapa? Sblmnya saya minta maaf kalo ada kata2 yg salah.
GBU
Shalom Mari,
Selamat datang di katolisitas.org dan terima kasih atas pertanyaan dan dukungannya terhadap katolisitas.org. Mari kita melihat pertanyaan Mari satu persatu.
I. Tentang perpuluhan: saya pernah menjawabnya di sini (silakan klik).
II. Dari Kristen menjadi Katolik apakah perlu dibaptis ulang?: Ingrid pernah menjawabnya disini (silakan klik).
Silakan untuk membaca kedua jawaban tersebut. Nanti kalau ada pertanyaan lagi sehubungan dengan kedua hal tersebut di atas atau pertanyaan yang lain silakan untuk bertanya lagi. Semoga kedua jawaban tersebut dapat menjawab pertanyaan Mari.
Saya juga ingin mengusulkan agar Mari dapat mengubungi pastor paroki di daerah tempat Mari tinggal, sehingga pastor dapat membimbing Mari untuk menjadi seorang katolik. Semoga Tuhan memberkati perjalanan Mari untuk menjadi seorang Katolik. Gereja ibaratnya adalah seorang ibu, yang senantiasa menantikan anak-anaknya untuk kembali pulang ke rumah. Menjadi suatu kegembiraan yang tak terhingga bagi seorang ibu untuk mengatakan kepada anak-anaknya "Welcome home…"
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
salam damai dalam Tuhan…..
Saya menulis beberapa pertanyaan, mohon kiranya untuk bisa dijawab, karena saya dan beberapa umat merasa ada yang kurang benar. pertanyaan saya: 1. apakah di gereja katolik tidak mengenal organisasi atau hieraraki atau struktur (karena beberapa tokoh umat dan romo menyatakan bahwa kita ini adalah organism), menurut penangkapan saya, adalah organisasi itu ada ketua, sekretaris, bendahara dan beberapa anggota sehingga muncul struktur, dari struktur itu punya arutan main atau AD/ART. sedangkan organiesm atau organisme adalah sebuah bentuk yang tidak memiliki struktur sehingga tidak diperlukannya struktur. dari pemahaman saya yang seperti ini maka muncul pertanyaan dalam diri saya yang benar yang mana (conflict interest). bila dalam gereja katolik ada struktur kiranya romo/bapak/ibu yang berkenan menjawab hal ini, sekali lagi bila berkenan pula mohon saya diberi contoh struktur yang baku beserta tugas pokoknya dan kewenangannya, bila sebuah organism mohon pula saya diberi contoh dan kewenangannya pula 2. apakah terjadi perubahan tatacara peribadatan di gereja katolik khususnya saat ibadat sabda, karena ditempat saya persembahan itu dilaksanakan pada saat pengumuman artinya setelah ibadat akan selesai, biasanya setelah homili atau doa umat dilanjutkan persembahan (asumsi saya adalah ini adalah sedikit hasil dari aktivitas saya selama 1 minggu dalam konteks masih dalam lingkup peribadatan). mudah-mudahan saya salah mengartikannya, jika memang terjadi perubahan mohon kiranya para mengasuh rubrik bisa memberikan tatacara peribadatan yang benar. 3. apakah dengan ditetapkannya tahun 2009 sebagai tahun paguyuban, ada sebuah kebijakan bahwa stasi/wilayah dalam mengumpulkan kas atau dana untuk kepentingan gereja dibatasai besarannya oleh paroki setempat, karena ada wacana demikian jika terjadi kelebihan maka dana tersebut akan diminta/ditarik ke paroki untuk pemerataan (dalam praktek siapa tahu), apakah dengan dihembuskannya issu ini tidak menjadikan umat di wilayah menjadi tidak nyaman karena meskipun uang tidak diminta jika paroki butuh dana toh akan minta sumbangan ke umat (hal itu biasa terjadi karena kita satu keluarga), asumsi saya jika di gereja/kapel wilayah ada sedikit kerusakan (lampu mati, lilin habis,hosti habis, dll) yang tidak terlalu besar bisa membeli sendiri sehingga romo pada saat misa tidak perlu bawa kesana kemari (tidak saja paroki yang menjadi mandiri apakah wilayah/stasi menjadi mandiri itu dilarang sebelum parokinya madiri????). saya menjadi bingung dengan aturan yang ada saat ini..(karena pengalaman kami saat kami memperbaiki gereja pada saat itu tidak minta sumbangan paroki atau gereja lain tetapi murni dari umat mengumpulkan sedikit demi sedikit dari nilai 10.000 setiap minggunya hingga bertahun2 (bukan sumbangan umat yang ditentukan tetapi satu wilayah siapa yang rela menyisihkan 500, 1000, dst), sekarang dengan adanya issu yang dihembuskan ini, saya merasa harus bergantung kepada paroki jika begitu. mohon batuan untuk dijelaskan…. jika ada surat edaran memang harus dibatasi mohon saya diberi copiannya…???? 4. apakah ada forum online tentang segala sesuatu hal mengenai gereja katolik…. bila berkenan mohon saya diberi website atau situs mana yang perlu saya kunjungi…. sebelum dan sesudahnya saya mohon maaf yang sebsar-besarnya….karena pertanyaan saya mungkin tidak penting tetapi di wilayah saya yang terpencil dan terjepit ini sangat penting sekali..karena semuanya awam tentang gereja katolik… sekali lagi saya mohon maaf tidak ada maksud apa-apa dari semua pertanyaan saya ini tetapi saya hanya butuh kejelasannya saja…. atas bantuan dan jawabannya saya ucapkan terimakasih…… damai kristus beserta kita…….. aminnnnnn
Shalom Bram Kris,
Berikut ini jawaban pertanyaan anda dari Romo Wanta dan saya:
1. Pada dasarnya, kita perlu mengetahui bahwa Gereja adalah Umat Allah, yang memiliki dimensi spiritual/ rohani (yang tak kelihatan) dan dimensi jasmani (yang kelihatan) dalam bentuk manusianya dan struktur organisasinya. Maka Gereja merupakan persekutuan communio, societas religius namun ada di tengah dunia. Maka pada prinsipnya orgamism dan organisasi tidak dapat dipisahkan. Hal ini jelas dijabarkan dalam Lumen Gentium (LG) 9, 23, dan KHK Kan. 204, 2 teksnya sebagai berikut:
LG 9, tentang Gereja sebagai Umat pilihan Allah (‘Israel’) yang baru:
"Adapun seperti Israel menurut daging, yang mengembara di padang gurun, sudah di sebut Gereja (jemaat) Allah (lih. Neh 13:1; Bil 20:4; Ul 23:1 dst), begitu pula Israel baru, yang berjalan dalam masa sekarang dan mencari kota yang tetap dimasa mendatang (lih. Ibr 13:14), juga disebut Gereja Kristus (lih. Mat 16:18). Sebab Ia sendiri telah memperolehnya dengan darah-Nya (lih. Kis 20:28), memenuhinya dengan Roh-Nya, dan melengkapinya dengan sarana-sarana yang tepat untuk mewujudkan persatuan yang nampak dan bersifat sosial. Allah memanggil untuk berhimpun mereka, yang penuh iman mengarahkan pandangan kepada Yesus, pencipta keselamatan serta dasar kesatuan dan perdamaian. Ia membentuk mereka menjadi Gereja, supaya bagi semua dan setiap orang menjadi sakramen kelihatan, yang menandakan kesatuan yang menyelamatkan itu[15]. …"
LG 23, tentang hirarki Gereja yang tak terlepas dari sifat organis Gereja:
"Persatuan kolegial nampak juga dalam hubungan timbal-balik antara masing-masing Uskup dan Gereja-Gereja khusus serta Gereja semesta [universal]. Imam Agung di Roma [Bapa Paus], sebagai pengganti Petrus, menjadi azas dan dasar yang kekal dan kelihatan bagi kesatuan para Uskup maupun segenap kaum beriman[66]. Sedangkan masing-masing Uskup menjadi azas dan dasar kelihatan bagi kesatuan dalam Gereja khususnya[67], yang terbentuk menurut citra Gereja semesta. Gereja katolik yang satu dan tunggal berada dalam Gereja-Gereja khusus dan terhimpun daripadanya[68]. Maka dari itu masing-masing Uskup mewakili Gerejanya sendiri, sedangkan semua Uskup bersama Paus mewakili seluruh Gereja dalam ikatan damai, cinta kasih dan kesatuan.
Masing-masing Uskup, yang mengetuai Gereja khusus, menjalankan kepemimpinan pastoralnya terhadap bagian Umat Allah yang dipercayakan kepadanya, bukan terhadap Gereja-Gereja lain atau Gereja semesta. Tetapi sebagai anggota Dewan para Uskup dan pengganti para Rasul yang sah mereka masing-masing – atas penetapan dan perintah Kristus – wajib menaruh perhatian terhadap seluruh Gereja[69]. Meskipun perhatian itu tidak diwujudkan melalui tindakan menurut wewenang hukumnya, namun sangat bermanfaat bagi seluruh Gereja. Sebab semua Uskup wajib memajukan dan melindungi kesatuan iman dan tata-tertib yang berlaku umum bagi segenap Gereja, mendidik umat beriman untuk mencintai seluruh Tubuh Kristus yang mistik, terutama para anggotanya yang miskin serta bersedih hati, dan mereka yang menanggung penganiayaan demi kebenaran (lih. Mat 5:10); akhirnya memajukan segala kegiatan, yang umum bagi seluruh Gereja, terutama agar supaya iman berkembang dan cahaya kebenaran yang penuh terbit bagi semua orang. Memang sudah pastilah bahwa, bila mereka membimbing dengan baik Gereja mereka sendiri sebagai bagian Gereja semesta, mereka memberi sumbangan yang nyata bagi kesejahteraan seluruh Tubuh mistik, yang merupakan badan Gereja-Gereja itu[70].
Penyelenggaraan pewartaan Injil di seluruh dunia merupakan kewajiban badan para Gembala, yang kesemuanya bersama-sama menerima perintah Kristus, dan dengan demikian juga mendapat tugas bersama, seperti telah ditegaskan oleh Paus Coelestinus kepada para bapa Konsili di Efesus[71]. Maka masing-masing Uskup, sejauh pelaksanaan tugas mereka sendiri mengizinkannya, wajib ikut serta dalam kerja sama antara mereka sendiri dan dengan pengganti Petrus, yang secara istimewa diserahi tugas menyiarkan iman kristiani[72]. Maka untuk daerah-daerah misi mereka wajib sedapat mungkin menyediakan pekerja-pekerja panenan, maupun bantuan-bantuan rohani dan jasmani, bukan hanya langsung dari mereka sendiri, melainkan juga dengan membangkitkan semangat kerjasama yang berkobar di antara umat beriman. Akhirnya hendaklah para Uskup, dalam persekutuan semesta cinta kasih, dengan sukarela memberi bantuan persaudaraan kepada Gereja-Gereja lain, terutama yang lebih dekat dan miskin, menurut teladan mulia Gereja kuno.
Berkat penyelenggaraan ilahi terjadilah, bahwa pelbagai Gereja, yang didirikan di pelbagai tempat oleh para Rasul serta para pengganti mereka, sesudah waktu tertentu bergabung menjadi berbagai kelompok yang tersusun secara organis. Dengan tetap mempertahankan kesatuan iman serta susunan satu-satunya yang berasal dari Allah bagi seluruh Gereja, kelompok-kelompok itu mempunyai tata-tertib mereka sendiri, tata-cara liturgi mereka sendiri, dan warisan teologis serta rohani mereka sendiri[73]. …..Keanekaragaman Gereja-Gereja setempat yang menuju kesatuan itu dengan cemerlang memperlihatkan sifat katolik Gereja yang tak terbagi. Begitu pula konferensi-konferensi Uskup sekarang ini dapat memberi sumbangan bermacam-macam yang berfaedah, supaya semangat kolegial mencapai penerapannya yang kongkret."
KHK, Kan 204, §2:
§ 2. Gereja ini, yang di dunia ini dibentuk dan ditata sebagai masyarakat, ada dalam Gereja katolik yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya.
Maka kita ketahui bahwa meskipun kepemimpinan Gereja universal ada di tangan Bapa Paus sebagai penerus Rasul Petrus, namun beliau juga bekerja sama dengan kolese para uskup yang memimpin Gereja khusus/ lokal. Hubungan Gereja universal dan lokal ini sangat khusus, sehingga tidak merupakan struktur organisasi yang kaku, namun merupakan kesatuan organis. Maka, di dalam Gereja terdapat dua unsur yang tak terpisahkan, yaitu organism dan organisasi. Organogramnya tidak piramidal tetapi melingkar di mana Kristus di tengah menjadi kepala beserta TubuhNya, yaitu GerejaNya.
Pada struktur yang kelihatan, maka Paroki dikatakan sebagai "Ibu" Gereja. Organogramnya adalah Pastor Paroki sebagai ketua/kepalanya kemudian ada perangkat DPP (Dewan Pastoral Paroki) ada Dewan keuangan (Dewan moneter) ada ekonom (bendahara) ada seksi-seksi sesuai kebutuhan ada kelompok kategorial dan pembagian wilayah, lingkungan, umat Allah. Statuta DPP lihat dan baca buku Romo Wanta yang baru: Imam diambang batas Ilahi dan manusiawi (surgawi dan duniawi), Kanisius 2009.
2. Tata cara Liturgi persembahan selalu sesudah doa umat, saat persiapan persembahan. Sedangkan, pengumuman diberikan sebelum berkat penutup. Kalau diubah maka artinya tidak ikut rubrik liturgi Gereja Katolik Roma. Sebaiknya, kebijakan pastoral sendiri mengikuti ketetapan yang normatif. Mungkin perlu diperhatikan lebih detail, apakah persembahan yang diadakan pada saat pengumuman itu adalah kolekte kedua? Sebab memang jika itu kolekte kedua, misalnya khusus untuk mendukung atau menyumbang bencana alam, dana mendukung kaum seminaris dst. yang sifatnyasekali-kali, maka itu dapat diperbolehkan, asalkan kolekte yang umum sudah dilakukan sesudah doa umat.
3. Tahun 2009 disebut sebagai tahun paguyuban itu, di keuskupan mana? Soal derma atau persembahan uang, kolekte silakan bertanya kepada Pastor Paroki setempat. Tiap keuskupan berbeda karena otonom di bawah Uskup diosesan. Tidak menjadi kebijakan semua Gereja Katolik. Silakan bertanya juga pada paroki yang lain yang berada dalam keuskupan yang sama, dan jika belum jelas silakan bertanya kepada pihak keuskupan, sehingga anda dapat mendapat gambaran yang lebih jelas tentang arti ‘paguyuban’ yang dimaksud.
4. Forum on line: http://www.ekarisiti.org atau http://www.pondokrenungan.com? Silakan bertanya pada web ini http://www.katolisitas.org, kami akan berusaha menjawabnya, atau pada http://www.ekaristi.org , http://www.pondokrenungan.com atau jika berhubungan dengan liturgi silakan bertanya pada boscodancunha@kawali.org. Untuk diketahui bahwa Pastor Bosco da Cunha O’Carm adalah sekretaris komlit KWI.
Demikian jawaban kami pada pertanyaan anda, semoga bermanfaat, dan semoga Tuhan memberkati.
salam dari http://www.katolisitas.org
Rm Wanta.Pr dan Ingrid
Bro Stef & Sis Ingrid yang terkasih dalam Yesus Kristus,
Saya sangat bersyukur sekali dapat mengenal situs ini, yang mengajarkan banyak tentang iman katolik.
Saya di kantor setiap jumat ke dua dan keempat dalam setiap bulan ada ibadat oikumene. Yang ingin saya tanyakan :
1. Dalam ibadat tersebut ada pujian yang menggunakan kata-kata alleluya, apakah dalam masa prapaska saya boleh menyanyikan pujian tersebut?
2. Apakah saya boleh mengikuti ibadat oikumene ? Bagaimana kalau yang diberitakan tidak sesuai dengan iman katolik saya ?
3. Apa yang menjadi dasar pada masa prapaska tidak ada kemuliaan, alleluya ?
Semoga Allah sumber pengharapan memenuhi kamu dengan damai dan sukacita., supaya oleh kekuatan Roh Kudus kita semua berlimpah limpah dalam pengharapan. Amin
Terima kasih. GBU
antherus
Shalom Antherus,
Sebelum kita membahas mengapa Gereja Katolik tidak menyanyikan "Alleluia" pada masa Prapaska, mari kita lihat dulu apa arti kata "Alleluia". Alleluia berasal dari bahasa Ibrani, yang artinya "Terpujilah Tuhan." Namun pujian ini bermakna sangat istimewa, yang merujuk kepada arti pemujaan kepada Tuhan dan kedatangan kerajaan-Nya di dunia ini dalam Gereja-Nya. Memang Gereja Katolik, kita yakini sebagai Kerajaan Allah yang hadir di dunia yang mengarungi jaman dan akan mencapai kesempurnaannya di surga nanti. Pujian Alleluia ini juga kita lihat di dalam Alkitab sebagai pujian kepada Allah yang dinyanyikan oleh para malaikat di surga (lihat Why 19). Maka pada saat kita menyanyikan "Alleluia", kita menggabungkan pujian kita dengan pujian para malaikat di surga.
Dengan pengertian Alleluia seperti di atas, kita mengetahui alasan mengapa kita tidak menyanyikan Alleluia pada masa Prapaska. Karena masa Prapaska bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran akan dosa-dosa kita dan agar kita dapat bertobat, maka fokusnya adalah menantikan kedatangan kerajaan-Nya -dan sesungguhnya kita memang menantikan kedatangan Yesus yang kedua pada akhir jaman. Kita diajak untuk sungguh-sungguh merenungkan dan mempersiapkan diri akan kedatangan Yesus dan hari penghakiman, sehingga kita dapat mempunyai tekad yang bulat untuk meninggalkan dosa dan hidup di dalam Kristus, dan dengan demikian kita mempunyai pengharapan bahwa kita akan dibenarkan oleh-Nya dan dibawa-Nya pada kemuliaan surgawi.
Dengan demikian maka saya akan berusaha menjawab pertanyaan Antherus:
1) Apakah boleh menyanyikan "Alleluia" dalam Masa Prapaska? Maka jawabnya adalah, jika kita sungguh mau menghayati masa pertobatan ini, kita tidak menyanyikan "Alleluia". Kita tetap boleh menyanyikan pujian kepada Tuhan, tetapi tidak dengan ucapan Alleluia. Jika di PD Oikumene ada nyanyian tersebut, maka menurut saya, pilihannya ada dua: 1) jika pengurusnya anda kenal, maka boleh anda sampaikan pengertian anda, semoga di lain kesempatan (masih dalam masa Prapaska) mereka memilih lagu-lagu yang tidak memakai kata Alleluia, untuk menghormati umat Katolik (yang merupakan bagian dari komunitas tersebut) 2) Jika pilihan pertama tidak mungkin, maka saya menganjurkan anda tidak mengikuti PD tersebut sementara waktu sampai masa Prapaska selesai- jika anda memutuskan untuk bergabung dalam PD tersebut.
2) Apakah boleh mengikuti ibadat Oikumene? Bagaimana kalau pengajarannya tidak sesuai dengan iman Katolik? Untuk menjawab hal ini, saya pulangkan kepada hati nurani anda, yang dapat menilai, sejauh mana anda dapat terpengaruh atas pengajaran yang diberikan. Jika anda mempunyai pengetahuan yang cukup mendalam akan iman Katolik, maka ikut kegiatan Oikumene tidak akan mendatangkan pengaruh buruk pada iman anda. Sebab malah sebaliknya, silakan menggabungkan diri dalam kepengurusan komunitas, sehingga anda dapat memberi masukan pandangan Katolik kepada rekan-rekan sekomunitas, agar merekapun menghormati apa yang menjadi ajaran Gereja Katolik. Namun sebaliknya, jika anda merasa anda belum terlalu memahami iman Katolik anda, jika boleh saya sarankan agar anda tidak mengikuti PD Oikumene, sebab nanti anda akan mengalami kebingungan dan tidak ada rasa damai. Dulu, saya pernah mengalami hal itu, ketika saya masih bekerja di daerah Jl. Sudirman, Jakarta, ketika saya mengikuti beberapa kali kegiatan PD Oikumene di sana. Masalahnya timbul terutama setelah pengajaran tentang keselamatan dan akhir jaman, yang memang berbeda dengan ajaran Gereja Katolik.
Jika anda memiliki beberapa teman Katolik yang merasakan hal yang sama, silakan membentuk grup Rosario bersama dan sharing Alkitab yang juga mungkin dapat lebih berguna untuk membangun iman Katolik.
3) Pertanyaan ketiga, akan kenapa tidak ada nyanyian "Alleluia" dalam masa Prapaska, sudah dijawab pada uraian di atas. Justru karena kita mengerti kedalaman arti kata "Alleluia" maka kita diajak untuk tidak asal menyanyikannya, tanpa menyesuaikannya dengan suasana hati dan sikap batin yang mendukung makna tersebut.
Demikian jawaban saya, semoga berguna ya. Selamat berjuang menjadi saksi Kristus.
Salam dari http://www.katolisitas.org
Ingrid Listiati
[Dari admin: saya pindahkan komentar ini ke artikel: Mengapa Kita Memilih Gereja Katolik]
saya seorang protestan. Dari kecil saya hidup di lingkup gereja protestan. Beranjak dewasa, tepatnya sejak saya mulai bekerja, saya membuka diri untuk bergaul dengan teman2 kerja yang beragama katholik.
Hingga akhirnya, saya memiliki keyakinan yang kuat [tapi belum terlaksana] mengenal ajaran katholik. Salah satu hal yang membuat saya sangat ingin menjadi katholik adalah kehidupan sosial rekan2 kerja yang penuh dengan empati, simpati, dan wawasan luas terhadap problema dunia. Mereka tidak menjadi serupa namun tidak menutup diri.
Saya berpikir, andai sejak kecil saya berada di atmosfer itu. Mungkin saat ini saya akan lebih peka dan peduli terhadap sesama. Namun, saya tidak bermaksud menyudutkan kehidupan protestan secara universal. Sayangnya, saya bertumbuh di lingkungan yang tidak se-visi. Itu saja.
Tidak ada yang mengetahui kerinduan hati saya untuk mengenal karunia Tuhan lewat kehidupan katholik. Lalu, bagaimana saya harus bersikap dengan kesenyapan ini? Hampa, saat tak bisa terbuka dan berbagi. Tapi takut jika saya memulai dan tidak diterima keluarga dan teman.
Saya ingin mengenal katholik karena terlanjur mencintai karakter pengikutnya. Apakah itu salah? Bukankah manusia yang berkenan adalah cermin Tuhan di dunia? Syalom.
Shalom Komix,
Terima kasih atas kunjungan dan pertanyaannya di katolisitas.org. Saya juga berterima kasih atas sharingnya. Memang hidup kudus, hidup seperti yang diperintahkan oleh Kristus adalah suatu cara untuk bersaksi dan membangun Gereja. Inilah yang dialami oleh Komix, yang tertarik kepada Gereja Katolik melalui saksi-saksi yang hidup.
Untuk tahap awal, keinginan untuk menjadi Katolik karena tertarik oleh pengikut Gereja Katolik adalah baik sekali, namun tidak cukup kuat untuk jangka panjang. Bisa saja, suatu saat Komix bertemu dengan umat Katolik yang kurang dapat mencerminkan ajaran Kristus.
Untuk menjadi Katolik, Komix harus benar-benar yakin bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Kristus, yang mempunyai kepenuhan kebenaran, sehingga pada akhirnya dapat membawa keselamatan kekal bagi Komix. Mungkin artikel ini dapat membantu Komix untuk menemukan jawaban: mengapa seseorang memilih Gereja Katolik (silakan klik).
Setelah Komix yakin dengan hal di atas, maka Komix harus berusaha untuk mencapai kebenaran itu, termasuk dengan semua resikonya, karena itu adalah merupakan cerminan dari mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, dan segenap pikiran. Ini berarti menempatkan kebenaran di atas segala-galanya, termasuk di atas segala ketakutan dan pergolakan yang harus dihadapi.
Saya mengusulkan agar Komix membawa hal ini di dalam doa setiap hari, agar Tuhan sendiri yang memberi kekuatan dan berkat-Nya sehingga Komix dapat benar-benar mengikuti dorongan Roh Kristus. Pada saat yang bersamaan, mohonlah kekuatan dari Tuhan, sehingga kalau memang mengikuti dorongan Roh Kudus, Komix rindu untuk masuk ke Gereja Katolik, Komix diberikan kekuatan untuk melangkah dengan mantap.
Setelah itu, tanyalah teman Katolik di kantor yang Komix anggap baik untuk menunjukkan kepada Komix siapa pastor yang dapat dihubungi. Atau, Komix dapat juga menghubungi pastor Gereja Katolik terdekat. Diskusikan dengan pastor tersebut, sehingga Komix dapat diteguhkan (bukan dibaptis ulang, kalau memang baptisan yang dulu dianggap sah), setelah melalui beberapa persiapan.
Kalau ada pertanyaan-pertanyaan yang lain, saya bersedia untuk menjawabnya sejauh saya mampu.
Saya juga turut mendoakan agar Komix juga dapat masuk ke dalam Gereja Katolik, Gereja yang didirikan oleh Kristus, sehingga pada saatnya nanti, Komix juga dapat mengatakan kepada Yesus "Yesus, aku telah berusaha dengan segala pikiran dan kekuatan untuk menjalankan semua perintah-Mu, termasuk adalah untuk bersatu di dalam Gereja yang Engkau dirikan." Namun tentu saja, hanya Komix yang dapat memutuskan hal ini. Tuhan memberkati.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
stef
salam sejahtera,
saya wanita 23thn anggota GKI hendak menikah dgn pria muslim,saya yakin pria ini bisa menjadi suami yang baik dan ayah yg baik utk anak2 kami kelak.saya bnr2 tdk tahu hrs mulai darimana untuk mengurus atau menemui siapa.sebenarnya dari pihak pria keberatan untuk menikah di katolik.tetapi saya bersikeras untuk bisa menikah di gereja katolik walaupun saya bukan katolik,smua semata mata untuk anak2 saya kelak,karena setahu sy di dalam katolik tidak ada perceraian,apakh bnr?ketakutan ini berasal dari masa lalu saya,hingga detik ini saya bahkan tidak tahu nama ibu yang melahirkan saya,hanya bbrp org sekitar blg,bahwa ibu saya(muslim menikah secara islam) ditinggal suaminya dan terpaksa meninggalkan saya dgn orang lain.saya bnr2 takut itu terjadi ke anak2 saya kelak,cukup saya merasakan.di dalam keyakinan pasangan saya,yang saya lihat perceraian mudah sekali dilakukan sperti membalikkan telapak tangan.jadi saya mohon pendapat untuk hal ini,dalam bahasa kasarnya apakah saya bisa meminta bantuan gereja katolik selain menikahkan kami,yg paling utama adalah menjaga anak2 saya nanti,mempunyai status yg jelas tg ayah dan ibu mereka,sekalipun salah satu dari orang tua menikah lagi atau pergi begitu saja meninggalkan rumah tangga,karena manusia bisa saja berubah ataupun ingkar,dan anak2 hanya menjadi korban(seperti kebanyakan kasus suami istri belakangan,mohon doa agar jangan sampai terjadi kpd kami)
atas doa pendapat kritik dan saran kami ucapkan banyak2 terima kasih.
Tuhan berkati,
Arief Ikhwani & permata sari
Salam damai Arief dan Permata,
Terima kasih atas pertanyaannya, dan saya juga ikut bersyukur bahwa dalam persiapan pernikahan Arief dan Permata telah memikirkan masa depan anak-anak.
Saya juga menghargai keinginan Arief dan Permata untuk menikah di Gereja Katolik demi masa depan anak-anak. Berikut ini adalah beberapa tanggapan dari saya:
1) Sakramen Perkawinan adalah merupakan suatu sakramen, dimana berkat dari Tuhan tercurah secara khusus kepada pasangan sehingga mereka dapat saling menguduskan dan mengasihi. Pada saat yang bersamaan, mereka diberi kekuatan untuk dapat saling mengasihi baik dalam suka maupun duka, baik sakit atau sehat. Penjelasan lengkap tentang Sakramen Perkawinan dapat dilihat di tulisan ini (bagian 1, 2 – silakan klik). Dan Sakramen Perkawinan ini membentuk suatu "gereja kecil" (lih. Katekismus Gereja Katolik, 1647)., dimana suami istri dapat mendidik anak-anaknya untuk mengasihi Kristus dan Gereja-Nya.
Makna dari Sakramen Perkawinan ini begitu dalam, karena melambangkan suatu janji yang tak terceraikan antara Allah dan manusia, antara Yesus dengan Gereja. Oleh karena itu, suami istri yang dipersatukan dalam Sakramen Perkawinan (dan tidak mempunyai cacat perkawinan) tidaklah terceraikan sampai maut memisahkan mereka.
2) Sakramen Baptis adalah merupakan pintu gerbang untuk menerima sakramen-sakramen yang lain. Oleh karena itu, orang yang belum dibaptis tidak dapat menerima sakramen-sakramen yang lain, termasuk adalah Sakramen Perkawinan.
Hal ini adalah sudah pantas, karena dengan Sakramen Baptis, seseorang menjadi anak Allah di dalam Kristus dan menerima rahmat kekudusan, namun secara nyata menjadi anggota dari Gereja Katolik.
Bandingkan dalam "natural order", misalkan seseorang ingin mendapatkan pensiun dari pemerintah Indonesia, maka yang harus dilakukan adalah untuk menjadi pegawai negeri, menjalankan semua yang diperlukan untuk menjadi seorang pegawai negeri yang baik, dan pada saatnya tiba, maka orang tersebut akan menerima pensiun.
Jadi apa yang dapat dilakukan oleh Arief dan Permata?
1) Yang pertama, mungkin Arief dan Permata harus benar-benar untuk berdiskusi secara terbuka bagaimana untuk menyikapi perbedaan-perbedaan yang ada, terutama adalah perbedaan agama. Untuk dapat terus bertahan dalam pernikahan satu agama saja cukup sulit, apalagi dengan pernikahan yang berbeda agama. Namun apakah mungkin dilakukan? Inilah yang harus dijawab sendiri oleh Arief dan Permata.
2) Alternatif untuk menikah dalam Sakramen Pernikahan di Gereja Katolik adalah tidak mungkin pada saat ini, kalau salah satu atau dua-duanya belum menjadi menjadi Katolik. Namun untuk menjadi Katolik hanya berdasarkan motif agar pernikahan dapat berlangsung langgeng dan anak-anak dapat terdidik dengan baik adalah baik, namun kurang kuat.
3) Pertimbangkan lagi apakah Arief dan Permata ingin menjadi Katolik. Kalau ya, tidak cukup dengan alasan di atas, namun harus lebih daripada itu, yaitu untuk keselamatan kekal, yaitu agar kita dapat bersatu dengan Tuhan untuk selamanya. Kehidupan kita di dunia ini hanyalah bersifat sementara. Dan perkawinan adalah merupakan gambaran yang terbatas akan persatuan kasih antara Tuhan dan manusia di Surga.
Kalau belum yakin akan pokok-pokok iman Katolik dan bahwa Gereja Katolik dapat mengantar Arief dan Permata kepada kehidupan kekal, maka janganlah masuk dulu ke Gereja Katolik. Diskusikan hal ini secara terbuka dan dari hati ke hati. Beberapa artikel yang berhubungan dengan Tuhan, Kristus, dan Gereja Katolik dapat dibaca di sini:
Tulisan ini adalah suatu rangkaian tulisan untuk membuktikan tiga pilar kebenaran: 1) Kebenaran akan Tuhan, 2) Kebenaran akan Yesus sebagai Tuhan, yang telah dinubuatkan para nabi untuk menjadi manusia, dan tertulis dalam sejarah, 3) dan Kebenaran akan Gereja Katolik sebagai sakramen keselamatan. Filosofi digunakan untuk membantu menerangkan misteri iman, sehingga misteri iman tersebuat dapat terkuak dengan lebih jelas.
Itulah yang dapat saya sampaikan, semoga Arief dan Permata dapat membawa hal ini di dalam doa, sehingga Tuhan sendiri yang menuntun perjalanan Arief dan Permata. Dan saya doakan agar Tuhan menuntun Arief dan Permata kepada kebenaran.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
salam sejahtera,
saya baru saja menerima dan membaca pendapat,masukan,dan semua kebaikan2 atas pergumulan2 yang sedang kami hadapi.karena baru saya yg membaca,maka akn saya sampaikan terlebih dahulu kpd Arief untuk selanjutnya kami diskusikan,bicarakan dari hati ke hati.setelah kami memahami,mendiskusikan semuanya,maka kami baru akan kembali menuliskan hasil diskusi atau pertanyaan jika ada bbrp yg msh kurang kami mengerti (jika diperkenankan).saya sangat berterima kasih krn ada yang mau peduli kpd kami yang membuka diri dan masih mencari kebenaran…untuk permata sendiri sudah yakin ingin melangkah kedalam gereja katolik dan bisa menjadi seorang katolik yang baik di mata Tuhan Yesus,yang berat adalah meyakinkan Arief bahwa gereja katolik lah yang terbaik untuk memberkati,menyatukan kita dalam sakramen pernikahan…semoga Tuhan memberikan saya kekuatan yang lebih untuk bisa mengajak arief bersama melangkah menuju kebenaran yang sejati, membentuk sebuah keluarga dimana juru Slamat akan hadir ditengah tengah untuk memberkati kami, dan selanjutnya khidupan yang kekal,amien
Tuhan memberkati,
permata
Shalom Permata,
Terima kasih atas balasannya. Saya turut bersyukur akan kemantapan Permata untuk menjadi seorang Katolik yang baik. Bawalah hal ini di dalam doa setiap hari, sehingga Roh Kudus sendiri yang bekerja untuk membantu permata dalam mengambil keputusan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Tuhan. Kalau ada pertanyaan untuk menjadi seorang Katolik, Permata dapat menghubungi seorang pastor di paroki yang terdekat.
Dan jangan lupa juga untuk mendoakan Arief, sehingga dia juga benar-benar dapat mencari kebenaran. Kita harus menyadari bahwa tidaklah mudah untuk mengambil keputusan pindah agama. Kita dapat berusaha sesuai dengan kemampuan kita untuk menjelaskan, namun merubah hati adalah urusan Tuhan.
Kalau masih ada pertanyaan-pertanyaan yang lain, silakan menuliskan pesan dan kita dapat mendiskusikannya bersama. Hanya mohon bersabar, kalau tidak dapat langsung saya jawab, karena kesibukan kuliah. Saya turut berdoa agar diskusi dengan Arief dapat berjalan dengan baik. Mulailah diskusi dengan doa kepada Tuhan, sehngga diskusi dapat berjalan dengan baik dan diwarnai semangat kasih.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
stef
Permata dan Arief Ikhwan Yth.
Perkawinan katolik terjadi kalau salah satu dari calon pengantin adalah katolik. Karena aturan Gereja Katolik untuk orang katolik. Maka anda yang beragama GKI tidak termasuk di dalam aturan Gereja Katolik kecuali menjadi katolik. Jadi jika anda mau diteguhkan perkawinan di Gereja Katolik maka harus menjadi katolik lebih dulu. Ketidakceraian itu bukan hanya karena ajaran Gereja tetapi juga tanggungjawab setiap pasangan suami isteri untuk setia pada janji perkawinan.
Tuhan memberkatimu.
salam
Rm Wanta Pr
Syalom Bpk. Stefanus Tay.
Dalam kitab Wahyu dikatakan, bahwa :”Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu” (Why 20:15).
1. Gereja Katolik percaya bahwa Sakramen Baptis adalah mutlak untuk keselamatan, bahkan dikatakan bahwa Gereja tidak tahu ada cara lain selain Baptisan yang membuat orang dapat masuk ke kehidupan kekal di surga.
Berarti bahwa agar tidak dilemparkan ke dalam lautan api, namanya harus tertulis dalam kitab kehidupan dan Gereja Katolik tidak mengetahui cara lain selain Baptisan agar dapat masuk ke kehidupan kekal.
2. Namun disisi lain seseorang, bukan kesengajaannya tidak mengenal Kristus karena bukan kesalahan mereka, dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan mempraktekkan hukum kasih, dimana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi”.
Apakah hal tersebut no. 1 dan 2 diatas tidak bertentangan ?
Shalom Julius,
Terima kasih atas pertanyaannya. Saya pernah menjawab pertanyaan tersebut di jawaban ini: (klik ini, dan juga klik ini).
Dimana di salah satu jawaban tersebut, saya mengatakan:
Point II. 5:
Jadi kesimpulannya, kita tidak dapat mengatakan bahwa orang yang tidak dibaptis air (secara sakramen) pasti masuk neraka, sebab ada kondisi-kondisi lain (yang telah disebutkan di atas) yang diperhitungkan. Namun, satu-satunya keselamatan hanya melalui Kristus dan melalui pembabtisan. Jadi bagi orang-orang seperti yang disebutkan di atas, yang dalam kondisi "bukan karena kesalahannya sendiri" tidak dapat mengenal Kristus dan Gereja-Nya, dan juga mereka berbuat kasih dan mengalami pertobatan, orang tersebut sebetulnya mengalami "baptism of desire" (lih KGK, 1258-1259). Dan bagi orang-orang yang mengalami kematian karena iman, tanpa sebelumnya menerima Pembaptisan, mereka juga dapat diselamatkan karena mereka telah menerima "Baptisan darah" (KGK, 1258). Dengan penggabungan faktor-faktor tersebut di atas, maka kita juga dapat mengatakan bahwa orang yang tidak dibaptis tidak dapat masuk surga atau dikatakan bahwa Gereja tidak mengenal cara lain selain pembaptisan untuk masuk surga (KGK, 1257). Dan bagi orang yang telah dibaptis namun tidak menjalankan kasih juga dapat kehilangan keselamatannya.
IV. Kontradiksi konsep keselamatan?
1) Lumen Gentium, 14 mengatakan
"Orang-orang yang, bukan karena kesalahan mereka, tidak mengenal Kristus, dapat juga diselamatkan, asalkan mereka mengikuti hati nurani mereka dan mempraktekkan hukum kasih, dimana mereka juga digerakkan oleh rahmat Ilahi."
Jadi bagi orang yang bukan kesalahannya sendiri dapat masuk surga sejauh keadaan tidak mengenal Kristus adalah sebagai akibat dari "invincible ignorance" (ketidak tahuan yang tak dapat dihindari) seperti yang telah dijelaskan di atas.
2) Hal ini tidaklah bertentangan dengan "Andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan."
Hal ini dikarenakan bahwa orang yang benar-benar tahu bahwa Kristus mendirikan Gereja Katolik namun tidak masuk di dalamnya berarti dia mendahulukan kepentingan pribadi di atas pencarian kebenaran.
3) Dan juga tidak bertentangan dengan:
"Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta-kasih; jadi yang “dengan badan” memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak “dengan hatinya”.
Ini berarti bahwa orang Katolik yang mempunyai "kepenuhan kebenaran" harus benar-benar dapat menerapkan ajaran kasih. Bagi orang Katolik tidak ada alasan untuk tidak mengasihi Tuhan dan sesama, karena semua telah diberi berkat yang berlimpah dari sakramen-sakramen, terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat, yang memampukan seseorang untuk hidup kudus setelah menerima Sakramen Baptis.
4) Kita kembali kepada prinsip di awal, bahwa Tuhan adalah maha adil dan kasih. Juga rahmat Tuhan adalah cukup bagi semua orang untuk bersatu dengan Tuhan. Oleh karena hal ini adalah sangat masuk akal, bahwa semuanya mempunyai resiko dan tugas masing-masing untuk mendapatkan keselamatan. Keselamatan adalah suatu proses yang berakhir pada saat kita meninggal. Orang yang tidak mengenal Kristus, yang mengenal Kristus di luar Gereja Katolik, dan anggota Gereja Katolik, semuanya mempunyai resiko kehilangan keselamatan. Yang menjadi perbedaan adalah Gereja Katolik mempunyai "kepenuhan kebenaran", gereja yang lain tidak mempunyai kepenuhan kebenaran, dan agama-agama lain mempunyai beberapa unsur kebenaran, yang harus dilihat sebagai persiapan untuk menerima pesan Injil (lih. Lumen Gentium, 16).
5) Gereja Katolik percaya bahwa keselamatan adalah suatu yang telah (past), sedang (present), dan akan datang (future):
Telah diselamatkan (Rom 8:24; Ef 2:5,8; 2 Tim 1:9; Tit 3:5).
Sedang dalam proses (1 Kor 1:18; 2 Kor 2:15; Fil. 2:12; 1 Pet 1:9).
Akan diselamatkan (Mt 10:22, 24:13; Mk 13:13; Mk 16:16; Kis 15:11; Rm 5:9-10; Rm 13:11; 1 Kor 3:15; 2 Tim. 2:11-12; Ibr. 9:28).
Semoga keterangan tersebut dapat memperjelas konsep keselamatan.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
Saya seorang Katolik dan sampai sekarang saya sangat bangga dan bersyukur dengan agama saya ini, namun beberapa waktu terakhir ini saya dbenturkan dengan permasalahan Karismatik. Apakah semua orang katolik wajib ikut karismatik agar benar-benar diselamatkan ? kemudian ada kelompok pelayanan kasih yang menamakan diri Kelompok Pelayanan Kasih Maria Ibu Yang Bahagia yang menyatakan bahwa pemimpin kelompok ini yaitu Ibu Agnes mendapat wahyu langsung dari Bunda Maria mengenai hari Pemurnian, bahkan ibu Agnes ini dapat bercakap2 langsung dengan Bunda Maria dan beberapa orang kudus lainnya, bagaimana saya harus menyikapi hal ini ? karena tidak semua dari gereja2 Katolik dapat menerima hal ini, bahkan ada yang mengatakan bahwa aliran ini termasuk sesat.
Mohon pencerahan, terima kasih…………
Shalom Bernadus,
Terimakasih atas pertanyaannya. Kita memang harus bangga dan bersyukur atas karunia iman sehingga kita menjadi anggota Gereja Katolik, dimana kepenuhan kebenaran ada di dalam-Nya. Namun, pada saat yang bersamaan, ini menjadi suatu tantangan agar kita berjuang untuk hidup seperti, mengikuti ajaran Kristus. Mari kita membahas pertanyaan Bernadus:
1) Setiap orang Katolik tidak harus ikut Karismatik untuk dapat diselamatkan. Keselamatan adalah berkat dari Tuhan semata yang diwujudkan dalam Sakramen Baptis sebagai jawaban "ya" kita atas rahmat Tuhan. Dan untuk diselamatkan, kita perlu hidup kudus, seperti yang diajarkan oleh Kristus. Silakan membaca rangkaian artikel tentang kekudusan:
Kekudusan itu sangat penting dalam kehidupan rohani kita, karena kekudusan adalah kehendak Tuhan untuk semua orang. Kekudusan menjadi tanda yang nyata bagi kita sebagai pengikut Kristus, dan kekudusan adalah sesuatu yang diperhitungkan pada saat akhir hidup kita (Apa itu Kekudusan?). Marilah kita memeriksa diri sendiri, sudahkah kita hidup kudus (Refleksi praktis tentang Kekudusan), dan mulai mempraktekkannya dengan belajar untuk lebih rendah hati (Kerendahan hati Dasar dan Jalan menuju Kekudusan).
2) Bahkan seseorang Katolik yang baik harus bertumbuh terutama dari sakramen-sakramen, terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat. Seseorang yang mengikuti kelompok karismatik namun meninggalkan sakramen-sakramen dapat dikatakan salah jalan. Sakramen Ekaristi adalah bentuk doa dan penyembahan yang tertinggi, dan tidak dapat digantikan oleh bentuk doa apapun(silakan klik: 1, 2, 3).
3) Tentang kelompok Ibu Agnes, saya belum pernah mendengarnya. Namun untuk kasus wahyu pribadi, saya pernah menjawabnya disini (silakan klik) dan di sini (silakan klik) dimana saya mengatakan:
a) Umat beriman terikat oleh wahyu umum, seperti yang diberitakan lewat Kitab Suci, Tradisi Suci. Dan Magisterium yang menginterpretasikan wahyu-wahyu umum tersebut. Dan sebagai orang Katolik, kita harus mengikutinya.
b) Wahyu pribadi tidak mengikat umat beriman untuk mengikutinya. Ada yang telah diakui oleh Gereja, seperti penampakan di Lourdes dari St. Bernadette Soubirous, stigmata yang dialami oleh Padre Pio, devosi kerahiman Ilahi yang diberikan melalui St. Faustina Kowalska, dll. Namun ada juga yang belum diakui dan tidak diakui oleh pihak Gereja.
c) Biasanya kebenaran dari wahyu-wahyu pribadi akan terlihat dengan perjalanan waktu. Dan oleh sebab itu Gereja benar-benar berhati-hati untuk sampai menyetujui bahwa wahyu pribadi tersebut otentik (benar) dan tidak bertentangan dengan pesan Kristus.
d) Karena wahyu umum telah selesai (KGK 65-67) dan wahyu pribadi tidak bersifat mengikat, maka umat boleh percaya atau tidak percaya terhadap wahyu pribadi. Umat tidaklah berdosa kalau mengatakan "Saya tidak percaya akan wahyu ini."
Demikian jawaban yang dapat saya sampaikan, semoga dapat menjawab pertanyaan Bernadus.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – http://www.katolisitas.org
Terima kasih atas tanggapannya pak, mengenai kelompok yang saya ceritakan bisa dilihat di http://mariaibuyangbahagia.org
mohon tanggapan, masukan dan saran, terima kasih…..
Shalom Bernadus,
Saya minta maaf karena belum sempat untuk membaca website tersebut, karena keterbatasan waktu. Saat ini saya sedang berkonsentrasi untuk menulis beberapa artikel. Namun secara prinsip, semua wahyu pribadi harus tunduk dengan hirarki Gereja. Dan kalau memang wahyu itu dari Tuhan, maka waktu yang akan membuktikannya. Kita tidak usah terlalu takut dengan bencana atau akhir jaman, karena ada saatnya kita dipanggil Tuhan. Yang paling penting adalah bagaimana kita dapat hidup kudus, sehingga pada saat kita dipanggil oleh Tuhan – baik karena meninggal secara alami atau karena akhir jaman – kita dapat diterima di dalam kerajaan Surga.
Dan Tuhan sudah menyediakan semua cara bagi kita untuk hidup kudus, terutama lewat Sakramen-sakrament, terutama Sakramen Ekaristi dan Sakramen Tobat.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
stef
Tambahan: Terima kasih kepada Christ yang telah memberikan link berikut ini, yaitu tanggapan secara detil tentang hal ini. Silakan untuk melihatnya di sini: http://imankatolik.or.id/catatan_kristis_pesan_maria.html
Senang sekali membaca tulisan-tulisan yang ada dalam website ini. Setelah lama mencari sumber-sumber penjelasan iman katolik yang bisa terjamin, saya mensyukuri hadirnya web ini.
Ada yang ingin saya tanyakan berkaitan dengan Surat St.Petrus, yakni 1 Petrus 3 : 18 – 20 dan 1 Pet 4:6. Tepatkah ayat tersebut jika saya pergunakan untuk menjelaskan mengenai adanya Purgatory ?
Sehubungan dengan iman saudara kristen lain, yang seringkali menggunakan ayat Luk 23:43, yang intinya hari ini juga Dia akan bersama-sama dengan-Nya di Firdaus. Untuk membuktikan bahwa orang yang meninggal langsung ke surga (Firdaus = Surga)atau ke neraka. Biasanya saya menunjukkan kepada mereka ayat Yoh 20 : 17, yang menyatakan Yesus belum pergi ke pada Bapa setelah tiga hari meninggal, ini untuk mempertentangkan hari ini juga dengan 3 hari kemudian, dan kepergian Yesus kepada roh-roh dalam penjara (Surat 1Petrus tadi). Mohon penjelasannya. Terima kasih.
Shalom Saulus,
Terimakasih atas kunjungan dan dukungannya terhadap katolisitas.org. Untuk doktrin tentang Api Penyucian atau Purgatory, telah ditulis dalam artikel tersendiri (klik disini).
Ayat Luk 23:43, dimana Yesus mengatakan "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus", bukan merujuk kepada Surga, namun "Limbo of the Fathers", yaitu tempat orang-orang yang tidak masuk dalam neraka, namun belum dapat masuk ke surga karena Yesus belum bangkit dan dimuliakan. Jadi pada hari itu juga, pencuri yang bertobat bersama-sama dengan Yesus masuk ke dalam Firdaus atau limbo of the fathers dan bukan surga. Orang-orang yang berada di limbo of the fathers kemudian dapat masuk ke dalam surga atau melalui Api Penyucian setelah kebangkitan Kristus dan dengan dinyatakannya kemuliaan Kristus. Untuk keterangan tentang hal ini, saya telah menjawabnya di sini (klik disini).
Semoga artikel tersebut dapat semakin menguatkan kita semua akan adanya suatu pengharapan untuk berkumpul bersama dengan Yesus di Surga, baik secara langsung maupun harus melalui purgatory.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
Selamat siang, Bu Ingrid dan Pak Stef…
Terima kasih atas tanggapan yang terdahulu tentang komentar saya.
Dalam suatu diskusi singkat (tidak sampai 5 menit barangkali, :-)) dengan Pastor Pembantu di Paroki saya [Admin: menghapus nama paroki], beberapa waktu lalu, saya bertanya apakah Dogma Extra Ecclesia Nulla Sallus atau EENS masih dipegang oleh Gereja Katolik? Jawabannya sungguh mencengangkan saya, yaitu katanya bahwa Dogma EENS sudah lama ditinggalkan oleh Gereja Katolik, terutama pasca Konsili Vatikan II yang (katanya) mengakui adanya keselamatan di luar Gereja Katolik.
Saya hanya mengelus dada waktu itu, dan ketika saya membaca beberapa artikel dari para Bapa Gereja, terbukti bahwa Dogma EENS masih dipegang teguh oleh Gereja Katolik.
Satu hal yang saya yakini adalah bahwa suatu Konsili diadakan pertama – tama bukan untuk meniadakan suatu atau beberapa Dogma dalam Ajaran GerejaNYA, tetapi adalah untuk menjawab kebutuhan umat Katolik dalam menjawab tantangan dan persoalan yang dihadapi umat, terutama yang berkaitan dengan kehidupan iman Katolik.
Sebagai contoh, Konsili Trente diadakan untuk menjawab keresahan umat Katolik pada waktu itu akan bahaya dari sepak terjang paham Protestantisme.
Saya mohon dukungan data dan artikel dari Bu Ingrid dan Pak Stef untuk bahan saya dalam membuat artikel apologetika di buletin mingguan Paroki saya [Admin: menghapus nama paroki], terutama yang berkaitan dengan Dogma EENS itu.
Terima kasih. Semoga Tuhan selalu memberkati karya dan kehidupan Bu Ingrid dan Pak Stef sekeluarga.
[Admin memindahkan pertanyaan ini dari artikel lain ke artikel Gereja Katolik]
Shalom Andi,
Terima kasih telah berkunjung kembali ke katolisitas.org. Memang, seringkali orang salah mengerti bahwa dengan adanya Vatican II, maka doktrin yang lama dihilangkan. Padahal, kalau kita membaca dengan teliti, doktrin yang baru senantiasa berdasarkan doktrin dan dasar teologi yang lama, namun dibuat dengan ekpresi yang baru, sehingga doktrin tersebut dapat semakin jelas dan menjawab tantangan pada jaman tersebut, seperti yang juga dikemukakan Andi.
Kalau konsili Trente dibuat untuk merespon ajaran Protestan, maka Vatican II mengadakan pendekatan pastoral, dan bagaimana Gereja menjawab tantangan dunia modern, serta bagaimana semua anggota terlibat dalam proses evangelisasi dengan menjadi saksi Kristus yang baik, yaitu hidup kudus.
Untuk ajaran EENS (Extra Ecclesiam Nulla Salus atau Tidak ada keselamatan di luar Gereja Katolik), maka Andi dapat melihat di beberapa jawaban: 1), 2), 3). Semoga jawaban-jawaban tersebut dapat membantu Andi.
Kemudian dalam berdiskusi dengan orang lain, kita harus melakukannnya dengan hormat dan lemah lembut (1 Pet 3:15), apalagi terhadap seorang pastor. Kita harus menganggap bahwa pastor adalah bapa kita secara rohani, jadi dalam diskusi dengan pastor, sama seperti diskusi kita dengan ayah kita. Kita tidak senantiasa mengiyakan kalau ada pendapat yang berbeda, namun disampaikan dengan lemah lembut dan hormat.
Kami doakan agar Andi dapat menulis artikel dengan baik dan mewartakan kebenaran.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
Tidakkah perlu dilakukan penyeragaman pendapat para imam ttg EENS ini?
Jika banyak imam tdk lagi memegang doktrin ini, bagaimana dgn umatnya?
Shalom Agnus Dei,
Terima kasih atas pesannya. Memang pada akhirnya semua ini adalah tergantung dari training (formation) yang diberikan. Setelah Vatikan II, banyak yang salah sangka bahwa EENS (Extra Ecclesiam Nulla Salus) tidak berlaku lagi. Jadi, mari kita bersama-sama mendoakan seluruh umat dan juga seluruh pastor agar semuanya dapat menjalankan apa yang diajarkan oleh Gereja Katolik. Doakan juga kami, agar di dalam keterbatasan pengetahuan kami, kami dapat menyampaikan kebenaran dengan baik, sesuai dengan pengajaran Gereja Katolik. Beberapa tulisan mengenai hal ini ada di sini: 1) silakan klik, 2) silakan klik, 3) silakan klik.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
stef & ingrid.
Ini adalah keprihatinan saya.
Saya lihat banyak ajaran2 GK yg mulai dikikis secara halus dgn mengatasnamakan humanisme, sekularisme, toleransi dsb.
Shalom Agnus Dei,
Memang ada banyak gejala dimana nilai-nilai kebenaran Gereja Katolik dikikis dengan humanisme, sekularim, toleransi, dll.
Namun sesungguhnya, manusia akan semakin menjadi lebih manusia atau “human” kalau dia dapat menemukan Yesus, karena Yesus adalah “fully human” dan “fully God”. Dan Tuhan menciptakan manusia sesuai dengan gambaran Tuhan, sehingga manusia mempunyai kodrat untuk mengetahui dan mengasihi Penciptanya.
Sekularism yang mencoba membentuk masyarakat tanpa Tuhan tidak akan membawa manusia kepada kebahagiaan, karena bertentangan dengan kodrat manusia.
Sedangkan toleransi yang menggeser kebenaran tidak akan membawa damai, karena bertentangan dengan kebenaran dan kasih.
Mari kita bersama-sama, di dalam kapasitas kita masing-masing berusaha untuk mengetahui dan mengasihi kebenaran di dalam Gereja Katolik, sehingga kita dapat membagikannya kepada orang-orang yang kita jumpai – bukan hanya dengan kata-kata, namun terutama dengan hidup kudus – sehingga kebenaran itu dapat memancar melalui kehidupan kita. Dan pada akhirnya lebih banyak lagi orang yang dapat menemukan dan mengasihi Yesus lewat Tubuh Mistik-Nya, yaitu Gereja Katolik.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
stef
Amin,
saya dukung sepenuh hati.
Untuk meyakinkan pemeluk agama lain, kita tidak perlu berdebat dengan mereka atau menginjili mereka tetapi dapat menyatakan iman melalui ucapan dan perbuatan kita kepada mereka.
Berikut ini contoh nyata yang benar-benar terjadi pada sebuah rumah sakit Katolik. Sebagaimana lazimnya, di rumah sakit Katolik digantungkan patung salib dengan korpus pada dinding setiap kamar perawatan. Seorang pasien yang beragama Islam tidak menyukai hal ini dan menganggap patung itu sebagai berhala. Patung tersebut diturunkan dan kemudian ditaruhnya secara diam-diam di dalam lemari. Ketika seorang biarawati mengetahuinya, dia tidak memarahi pasien tersebut. Tetapi dia hanya mengatakan, “Pak. Kami hanya bisa melayani Bapak dengan kasih dan pengorbanan sepenuh hati jika kami selalu diingatkan oleh iman kepercayaan kami. Dan iman itu berupa patung salib yang Bapak turunkan. Jadi, tanpa diingatkan oleh salib tersebut, kami akan bekerja tanpa kasih dan mungkin tidak dapat melayani Bapak dengan sebaik mungkin.” Mendengar penjelasan suster, Bapak itu terdiam. Akan tetapi, ketika keesokan harinya suster yang sama masuk ke kamar Bapak tersebut, patung salib itu sudah tergantung kembali pada tempatnya. Rupanya secara diam-diam Bapak tersebut menyadari kesalahannya sekaligus merasa khawatir kalau-kalau dirinya tidak dilayani dengan kasih jika tidak mengembalikan salib tersebut ke tempatnya semula.
Shalom Andryhart,
Terimakasih atas pesannya yang mengingatkan kita semua untuk melakukan proses pewartaan dengan iman melalui ucapan dan perbuatan kita. Kita semua memang dipanggil untuk menyatakan kabar gembira tentang Kristus kepada semua orang, dan caranya sesuai dengan kapasitas dan keadaan kita masing-masing. St Fransiskus Asisi pernah mengatakan "Senantiasalah untuk melakukan pewartaan, kalau memang terpaksa dengan menggunakan kata-kata". Namun ini juga berarti bahwa kita harus senantiasa siap sedia untuk mempertanggungjawabkan iman kita dengan menggunakan kata-kata yang disampaikan dengan penuh hormat dan kasih (lih 1 Pet. 3:15)
Mari kita bersama-sama berdoa kepada Tuhan, sehingga Tuhan menuntun kita semua dalam proses pewartaan dan rencana Tuhan dalam hidup kita dapat terwujud dengan indah.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
Pak Stefanus, saya ingin meminta bantuan anda.
Saya memiliki seorang sepupu. Sekarang ini dia beragama Buddha, namun ketika kecil (SD) dia pernah dibaptis menjadi Katolik. Saat pembaptisan itu, kedua orang tuanya beragama Buddha dan rumah tangga mereka sudah perada di “pinggir jurang”. Sepupu saya ini tinggal bersama ibunya yang lebih toleran dan tinggal di kota Bogor. Ia menjadi Katolik mungkin karena suasana bersekolah di sekolah Katolik. Beberapa tahun kemudian, orang tuanya resmi bercerai, dan ia tinggal bersama Bapaknya di Jakarta. Bapaknya ini berasal dari keluarga Cina totok dengan budaya Buddha yang kental. Anak ini dimasukan ke sekolah Buddha dan dilarang ke Gereja. Awalnya, sepupu saya ini masih memegang teguh iman Katoliknya. Namun karena tekanan dari ayahnya, bersekolah di sekolah Buddha, aksesnya ke Gereja Katolik ditutup sama sekali, di masa SMAnya ia mulai mendalami agama Buddha secara bersungguh2 sampai akhirnya sekarang menjadi Buddha. Ia mengatakan ia lebih dapat menemukan “kedamaian” dalam agama Buddha. Bahkan beberapa bulan yang lalu, ia sering bertanya kepada keluarga saya, bagaimana caranya membatalkan baptisan Katolik sehingga ia dapat dibaptis secara Buddha. Kami sudah melakukan sejumlah dialog dengannya namun ia selalu menolak ketika diajak ke Gereja dan tetap rutin pergi ke wihara setiap minggunya. Iman Buddhanya masih tetap kuat, walau ia mengakui mulai muncul sejumlah panggilan untuk kembali ke Gereja Katolik berkat pembicaraan2 yang kami lakukan.
Karena itulah saya ingin meminta bantuan anda. Bagaimana cara cara yang baik sehingga kami dapat membawanya kembali ke Gereja Katolik?
Shalom Christopher,
Terima kasih atas pertanyaannya. Kita semua perlu mendoakan sepupu Christopher. Bagaimana cara membawa sepupu Christopher ke pangkuan Gereja dapat membaca jawaban ini, yang pernah dibahas sebelumnya. Tambahan yang lain adalah, karena banyak sekali meditasi di dalam ajaran Budha, maka Christopher dapat memberikan buku-buku seperti karangan Teresa of Avilla, yaitu puri batin atau Yohanes Salib. Saya tidak tahu apakah ke dua buku tersebut sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, namun seingat saya, Pastor Yohanes Indra Kusuma telah membuat satu buku tentang doa berdasarkan Santa Teresa Avilla dan Yohanes Salib.
Pembaptisan tidak dapat dibatalkan, karena Sakramen Baptis adalah sakramen yang memberikan karakter kepada jiwa kita, dimana kita menerima tiga kebajikan Ilahi, karunia Roh Kudus, bersatu dengan Gereja, dan menjadi anak Allah. Itulah sebabnya sakramen ini tidak dapat diulang.
Dalam hal ini, tidak usah terburu-buru. Lakukan percakapan dengan sepupu Christopher berlandaskan kasih. Kita tidak pernah tahu waktunya. Namun semakin kita ngotot, dia akan semakin menjauh. Yang penting bawa terus di dalam doa, karena pada akhirnya konversi hati adalah urusan Tuhan. Kita hanya sebagai alat Tuhan.
Semoga Christopher diberikan kebijaksanaan oleh Tuhan untuk memberitakan kebenaran Injil dan membawa sepupu Christopher ke dalam pangkuan Gereja Katolik.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
hallo aku mau tanya apa bedanya katolik latin dengan katolik timur?
aku juga mau tanya mengapa kita harus berdoa kepada orang kudus?
Shalom Christ,
Untuk pertanyaan pertama tentang Katolik Latin dan Katolik Timur adalah:
1) Katolik Latin adalah Western Church, atau Katolik Roma. Sedangkan Katolik Timur adalah Gereja Katolik Timur, yang tetap dalam kesatuan Gereja Katolik.
2) Gereja Katolik Timur ini mempunyai pengajaran yang sama dengan Katolik Roma, dan mereka mengakui Paus sebagai pemimpin Gereja Katolik. Mereka mempunyai liturgi yang begitu indah, dimana Konsili Vatican II dalam Orientalium Ecclesiarum mengatakan bahwa mereka didorong untuk merayakan Ekaristi dengan tradisi yang sudah ada, karena Gereja ingin mempertahankan warisan ini.
3) Kitab Hukum Gereja yang dipakai mereka adalah CCEO (Code of the Canons of the Eastern Church), yang dipakai oleh 21 Gereja Katolik Timur. CCEO ini disahkan oleh Paus John Paul II tanggal 18 Oktober 1990, yang mulai berlaku tanggal 1 Oktober 1991. Sedangkan Latin Church memakai Kitab Hukum Kanonik 1983, yang disahkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983, dan berlaku mulai tangal 27 November 1983 (hari pertama advent). Namun semuanya adalah Gereja Katolik yang satu, kudus, katolik dan apostolik.
Tentang mengapa kita berdoa kepada orang kudus:
1) Perlu diluruskan terlebih dahulu, bahwa sebenarnya tidak tepat perkataan "harus", karena kita tetap menjadi orang Katolik, kalau kita tidak berdoa bersama orang Kudus. Kita tidak berdoa kepada orang kudus namun berdoa "bersama" orang kudus. Kita hanya berdoa kepada Tuhan.
2) Bayangkan, ada orang-orang yang Christ kenal baik (seorang pastor atau saudara, atau teman gereja) dan mereka sangat suci dan baik hidupnya.Kalau Christ sedang menghadapi kesulitan, bukankah Christ akan telpon mereka dan minta doa mereka? Kenapa? Karena kita tahu bahwa doa orang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya (Yak 5:16). Kita juga tahu bahwa dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama Yesus, disitu Yesus hadir di tengah-tengah mereka (Mat 18:20). Kita semua, baik Katolik maupun Kristen- Non katolik percaya akan hal ini. Namun yang membedakan adalah: Apakah setelah dipisahkan oleh kematian, hal ini tetap berlaku atau tidak?
3) Orang Katolik percaya akan apa yang dikatakan oleh St. Paulus "Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" (Rom 8:38-39). Jadi walaupun para orang kudus telah meninggal, mereka tidak terpisah dari kita. Inilah sebabnya, Gereja Katolik percaya akan Satu Gereja, yang mempunyai 3 keadaan: 1) Gereja yang masih mengembara di dunia ini, 2) Gereja yang dimurnikan – ada di api penyucian, dan 3) Gereja yang Mulia, ada di surga (KGK 954, 962). Ketiganya tidak terpisahkan dan menjadi satu tubuh Kristus dengan Kristus sendiri menjadi kepala-Nya.
4) Kita juga percaya bahwa para kudus telah bersatu dengan Tuhan. Hal inilah yang meyakinkan kita, bahwa mereka benar-benar mempunyai kesatuan abadi dengan Tuhan, yang artinya mereka adalah "orang benar".
5) Jadi kalau orang kudus, adalah orang benar dan kematian tidak memisahkan mereka dengan kita, apakah kita tidak "rugi" kalau kita tidak meminta doa-doa dari mereka? Kalau kita tidak minta doa-doa mereka, kita yang sebenarnya dirugikan.
6) Karena para kudus adalah orang yang benar dan telah bersatu dengan Allah, maka kasih mereka jauh lebih sempurna dibandingkan dengan kasih orang-orang di dunia ini. Kalau orang yang berbelas kasih di dunia ini berdoa untuk pertobatan orang-orang, apakah kita berpendapat bahwa mereka di surga hanya berpangku tangan saja, dan tidak melakukan apa-apa? Disinilah, Gereja mempercayai bahwa mereka yang ada di surga tetap mendoakan Gereja yang mengembara dan Gereja yang sedang dimurnikan (KGK 956, Lumen Gentium 49).
7) Suatu saat, katolisitas.org akan membuat artikel tersendiri tentang persatuan para kudus.
Semoga pemaparan singkat di atas dapat membantu. Mari kita, yang masih mengembara di dunia ini dapat terus berjuang untuk hidup kudus, sehingga kita semua akan dipersatukan dengan semua orang kudus di surga.
Para kudus di surga,…. doakanlah kami.
Salam kasih dari: https://katolisitas.org
stef
Pak Stefanus,saya sudah menikah sekitar 6 thn yg lalu dan istri saya kebetulan dari pantekosta,namun pada waktu menikah kami diberkati di gereja katolik.saya sangat berterimakasih thdp istri saya karena selama ini dialah yg membimbing saya dan selalu mengajak saya untuk pergi kegereja paroki saya,tanpa dia mungkin saya tidak akan mengenal Yesus dan bunda Maria spt skrg ini,ada ganjanlan serta keinginan dlm hati saya kapan istri saya dapat disatukan dlm gereja katolik,saya tidak dapat memaksakan keinginan saya thdp dia dlm masalah ini karena takut menyinggung hati dan perasaannya,dan saya tahu kalau iman istri saya cukup kuat untuk mempertahankan keyakinannya apalagi dalam memgupas isi alkitab saya pribadi patut memujinya, sedangkan saya sendiri secara pribadi masih teramat dangkal serta dlm tahap belajar dlm segi keimanan saya,masih perlu banyak bimbingan.Kadang diselasela waktu dan dlm suasana santai saya ada sedikit2 membahas tentang agama katolik thdp istri saya sesuai kemampuan diri saya tapi rasanya masih jauh dan belum tergerak hatinya,bagaimana diri saya menghadapi hal ini,saya mohon bimbingannya.Oh ya,satu hal lagi mengenai kakak perempuan istri saya pernah bertanya karena tahu saya seorang katolik,kenapa kamu berdoa mesti melalui bunda Maria bukannya langsung ke Yesus dan dibarengi dgn sejumlah pertanyaan yg lain yg kurang lebih sama dgn pertanyaan2 dari rekan2 protestan yg lainnya,ada perasaan sakit hati dlm diri saya dihujani pertanyaan2 spt itu,tapi saya mencoba bersabar dan saya jawab sekemampuan saya tapi kelihatan kurang puas penerimaannya,daripada ribut akhirnya saya coba menghindar dan saya berikan pengertian lbh baik kita tidak usah meributkan masalah agama/keyakinan kita masing2.Pak Stefanus,kira2 jawaban apa yg paling baik dan diterima oleh kakak ipar saya,terima kasih atas perhatiannya Tuhan memberkati.
Shalom Andi,
Terimakasih atas pertanyaannya. Saya ikut bersyukur bahwa Tuhan memberikan berkat perkawinan yang baik walaupun tidak satu agama. Dan bersyukur juga untuk istri Andi yang begitu penuh pengertian.
Untuk pertanyaan pertama tentang bagaimana untuk menggerakkan istri agar dapat menjadi satu iman, saya ingin menyarankan hal-hal berikut ini:
1) Yang pertama adalah berdoa terus agar istri Andi dapat masuk dalam pangkuan Gereja Katolik. Dan juga yang tidak kalah pentingnya adalah memberikan contoh bagaimana menjadi suami Katolik yang baik, misalnya dengan berlaku lemah lembut dan penuh kasih.
2) Mengakui bahwa kita musti banyak belajar, seperti yang Andi katakan adalah menjadi langkah awal yang baik. Sudah menjadi kewajiban kita sebagai orang Katolik untuk mengetahui dan mengasihi iman Katolik kita. Tanpa pengetahuan yang baik akan sulit mengasihi. Bayangkan kalau di dalam pekerjaan, untuk dapat menyelesaikan pekerjaan, sering kita dituntut untuk tahu banyak hal. Dan karena pekerjaan begitu penting dalam hidup kita, maka kita akan melakukan apapun, sehingga kita jadi tahu dan dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Kita sebenarnya dapat menerapkan usaha-usaha yang kita lakukan untuk pekerjaan kita ke dalam kehidupan spiritual kita. Kalau kita dapat memberikan setengahnya saja, maka kehidupan spiritual kita akan menjadi lebih baik.
Seorang Santo mengatakan bahwa kalau saja setiap manusia mempunyai usaha dan kemauan yang sama dalam kehidupan rohani, seperti usaha dan kemauan dalam mencapai hal-hal duniawi, maka semua orang dapat masuk surga.
3) Untuk itu, saya ingin mengusulkan untuk bersama-sama bergabung dalam kegiatan di paroki, misalkan: pendalaman Alkitab, berdoa rosario, atau aktif di lingkungan, dll. Bahkan kalau memungkinkan, dapat diadakan pertemuan lingkungan di rumah, juga rosario bersama di rumah.
4) Dapat juga pada waktu pagi dan malam berdoa bersama-sama, yang kadang-kadang bisa divariasikan dengan doa rosario.
5) Kalau ada pertanyaan-pertanyaan dari istri Andi, dan Andi bingung untuk menjawabnya, bilang dengan jujur bahwa saat ini Andi tidak tahu, namun berjanji untuk mencari tahu. Setelah itu Andi dapat bertanya kepada pastor atau orang-orang yang Andi percayai.
Memberikan jawaban yang salah lebih fatal akibatnya daripada berkata jujur bahwa kita memang tidak tahu.
Kemudian pertanyaan kedua, yaitu tentang pertanyaan-pertanyaan yang datang dari kakak perempuan istri Andi:
1) Kembali kewajiban dari kita semua untuk tahu atau benar-benar mencari tahu apa yang kita percayai. Dan dalam berdiskusi tidak usah sakit hati atau sampai emosi. Memang kita tidak harus terus berdebat tentang agama, namun tahu akan apa yang kita percayai dapat memberikan kepercayaan iman yang lebih, sehingga kita dapat mempertanggungjawabkan iman kita yang dilakukan dengan penuh hormat dan kasih (1 Pet 3:15).
2) Kalau ada pertanyaan-pertanyaan seperti Bunda Maria, orang Katolik menyembah patung, dll., Andi dapat memberikan artikel yang ada di website ini kepada dia. Semua artikel dapat Andi berikan, asalkan mencantumkan sumbernya: https://katolisitas.org.
3) Kesaksian tidak hanya berupa dengan kata-kata atau argumentasi-argumentasi yang canggih, namun terutama dengan menunjukkan perbuatan kita sebagai orang Katolik yang baik.
Semoga uraian singkat di atas dapat membantu Andi. Mari kita bersama-sama semakin mengasihi Yesus dan Gereja-Nya, sehingga orang-orang di sekitar kita juga dapat merasakannya dan tertarik untuk mengetahui iman Katolik.
Salam kasih dari: https://katolisitas.org
stef
Saya menjadi Katolik karena mengikuti teman-teman Katolik saat bersekolah di sekolah Katolik. Saya menjadi Katolik karena ingin seperti teman-teman Katolik yang boleh menerima hosti setelah dibaptis. Jadi, saya menjadi Katolik bukan karena tertarik kepada ajarannya atau pun karena dipanggil oleh Tuhan, tetapi karena ikut-ikutan untuk bisa menerima hosti. Sebagai remaja berusia belasan tahun, saya memiliki keingintahuan yang sangat besar tentang bagaimana rasanya hosti yang begitu dihormati umat Katolik sehingga saya mengikuti pelajaran agama Katolik dan bersedia dibaptis sekalipun tidak disetujui oleh orangtua saya (karena saya dianggap masih kecil sehingga orangtua saya yang tidak beragama saat itu memandang pembaptisan saya terlalu dini dan dapat menimbulkan persoalan kalau saya menemukan pasangan hidup yang berbeda agama).
Isteri saya menganut agama Kristen. Sebelum menikah, dia biasa beribadah ke gereja Pentakosta tetapi kadang-kadang ke GKI. Semua saudaranya menikah dengan pendeta dan evangelist. Dia mengajak saya untuk ke gerejanya karena menurutnya, ibadah di gerejanya tidak membosankan dan tidak rumit dengan berbagai ritual seperti di gereja Katolik. Pada saat pacaran, memang dia mengajak saya untuk pindah ke agamanya. Tetapi saya menolaknya karena saya tidak mau dibaptis ulang. Kami menikah di catatan sipil.
Setelah mempunyai dua orang anak, kemudian kami mencoba mengambil keputusan. Pernikahan yang tidak diberkati di gereja ternyata membuat kami serba salah. Jika saya memaksakan diri untuk menerima komuni, saya merasa berdosa. Jika tidak, lama-lama saya dan isteri akan malas ke gereja karena tidak bisa mengimani ibadah yang berlangsung di dalam gereja.
Akhirnya kami memutuskan untuk memohon sakramen perkawinan dari gereja Katolik. Isteri saya menyetujui karena dia tidak perlu dibaptis ulang dan pastor yang akan memberikan sakramen perkawinan mengatakan bahwa saya dan isteri hanya berbeda gereja tetapi tetap satu iman, yaitu percaya bahwa Yesus merupakan jalan satu-satunya keselamatan kita.
Selanjutnya tanpa disadari kami mulai rajin ke gereja dan mulai bisa merasakan makna ibadahnya, bahkan kami juga mulai ikut kegiatan lingkungan. Isteri saya ternyata lebih aktif dari saya dalam hal kegiatan seperti doa Rosario, ikut koor dan bahkan ikut kursus penginjilan Shekinah. Mungkin dia lebih mempunyai waktu dibandingkan diri saya atau kesadarannya untuk beribadah dengan baik tumbuh lebih dahulu daripada saya. Akhir-akhir ini kami juga sering berwisata ziarah ke Carmel dan Gedono. Semua kegiatan ini mendorong saya untuk belajar lebih lanjut tentang Kitab Suci, tradisi suci gereja dan magisterium. Dorongan ini lebih kuat lagi ketika iparnya yang merupakan seorang pendeta mengalami kecelakaan berat (patah tulang tangan kaki dan retak tulang kepala/muka). Iparnya itu mengalami mukjizat karena selain Tuhan telah menyembuhkannya, juga biaya rumah sakit yang ratusan juta (sehingga tidak mungkin bisa ditanggung oleh pendeta biasa yang umatnya bukan orang kaya)dibayarkan oleh orang lain. Dia mengalami mukjizat ketika pada malam harinya menjelang kesembuhannya berdoa di kapel R.S. Elizabeth Semarang dan disentuh hatinya oleh biarawati yang menegurnya serta menghiburnya. Biarawati itu menasihati bahwa dalam menghadapi cobaan di mana bagi manusia, cobaan itu tidak mungkin bisa diatasi, maka mukjizat akan terjadi karena bagi Allah tidak ada perkara yang mustahil. Kini ipar saya mengikuti doa mazmur di Gedono yang dekat dengan Salatiga, tempat tinggalnya. Memang kami berbeda gereja tetapi itu tidak berarti kami berbeda iman karena dia pun bersama isterinya akhirnya dapat memahami ajaran gereja Katolik. Sekarang saya sendiri harus terus mendalami iman dan ajaran gereja Katolik, yaitu ajaran gereja perdana yang selama 300 tahun setelah kematian Kristus diimani oleh para pengikut Kristus sehingga mereka lebih bersedia mati dianiaya daripada meninggalkan Kristus. Saya telah menemukan sumber ajaran tersebut dari berbagai artikel, komentar dan jawabannya, kesaksian dan sebagainya dalam http://www.katolisitas.org ini di samping dari ajaran dalam berbagai retret. Karena itu, saya berdoa agar situs ini tetap lestari untuk menjadi sumber mata air yang dapat menghilangkan dahaga kami akan ajaran kebenaran yang sejati.
shalommmmm…..
bagaimana cara untuk menumbuh iman katolik mereka ketika mereka mulai goyah?
sebagai contohnya adalah ada seorang yang menjadi katolik padahal sebelumnya di8a berasal dari gereja yang lainnya. dengan satu alasan dia masuk ke gereja katolik. Dia suka membandingkan antara gerejanya dengan gerejanya sebelum dia masuk katolik. dia jadi malas untuk pergi ke gereja dan mengajak anaknya untuk masuk ke gerejanya dulu dan juga mengikuti peraYaan ekaristi. Bagaimana apakah mengganggu keimanan anak tersebut tentang katoliknya? apakah dia yang mengajak anaknya itu salah?/??????
satu Lagi tolong dong Kirimin Ke email ku kalau ngak salah…… Dulu aku punya ssurat wasiat dari kubur Yesus. yang menuliskan beberapa tetes darah Yesus yang tumpah, Berapa yang Ikut denganNYa pada saat penyalipan, berapa jumlah algojonya, dll. Pada saat Yesus menampakkan diri kepada Seorang Suster. tolongnya. sebab buku itu sekarang di pakai oleh saudara ku yang membutuhkan buku itu. jad aku minta tolong umtuk dikirimin kalau ada.
terima kasih atas WaktunyaA yang berharaga. TUHAN Yesus memberkati.
Shalom Chandra,
Pertama, saya tidak tahu alasan dia untuk pindah ke Gereja Katolik dan apakah dia benar-benar mendapatkan proses katekese yang baik. Inilah yang menjadi masalahnya, bahwa tanpa katekese yang baik, maka seseorang akan sulit untuk tahu dan mengasihi iman Katolik. Mengasihi harus terlebih dahulu tahu. Kita tidak bisa mengasihi tanpa tahu terlebih dahulu. Contohnya, bagaimana seseorang dapat mengasihi Ekaristi, kalau dia tidak benar-benar tahu bahwa disitulah segala penderitaan Yesus dihadirkan kembali? Bagaimana seseorang mengasihi Gereja Katolik, kalau dia tidak tahu bahwa Gereja Katolik adalah Tubuh Mistik Kristus?
Jadi saya ingin mengusulkan hal praktis berikut ini yang dapat dilakukan oleh Chandra:
1) Berdoa dan memberikan kesaksian yang baik bagi orang tersebut, sehingga orang tersebut bisa melihat bahwa anggota Gereja Katolik yang baik dapat bersikap dengan penuh kasih.
2) Dalam beberapa kesempatan, orang tersebut dapat diajak untuk berdiskusi untuk mengenal secara baik tentang liturgi, terutama adalah Ekaristi. Ekaristi membutuhkan kesadaran, aktif partisipasi dari yang hadir (KGK, 1071). Bisa juga diberikan buku tentang Ekaristi dan iman katolik. Maaf, saat ini saya tidak tahu buku apa dalam bahasa Indonesia yang membahas tentang Ekaristi dengan baik. Kalau ada buku yang bagus, bisa minta dia untuk membacanya. Yang jelas Katekismus Gereja Katolik adalah buku yang harus dipunyai oleh setiap umat Katolik. Yang menjadi masalah, mungkin tidak semua orang dapat mengerti akan keindahan dan kedalaman dari buku ini.
3) Ajak juga ke komunitas Gereja, sehingga dia dapat tumbuh bersama, misalkan: ikut pendalaman Alkitab, kelompok doa, dst-nya. Karena pada dasarnya orang butuh komunitas untuk bertumbuh.
4) Orang juga perlu melayani untuk bertumbuh. Semakin kita memberikan diri untuk orang lain, semakin kita dapat lebih bertumbuh.
5) Untuk bertumbuh dalam kehidupan rohani, orang yang telah dibaptis membutuhkan: doa (terutama mencapai puncaknya dalam perayaan Ekaristi), menerima sakramen-sakramen yang lain (Sakramen Tobat, dll), membaca Firman Tuhan, bergabung dalam komunitas, mengikuti pelayanan.
Kemudian tentang anaknya yang diajak untuk ke Gereja yang lain adalah salah, dengan alasan berikut ini:
1) Pada waktu dia menikah, dia berjanji di hadapan Tuhan untuk mendidik anaknya secara Katolik. Dan ini bukan untuk kepentingan Tuhan, namun untuk kepentingan manusia, karena di dalam Gereja Katolik ada kepenuhan kebenaran. Anggota Gereja Katolik mendapatkan kekuatan dari sakramen-sakramen yang tidak di dapat di Gereja yang lain, dan juga dengan semua doktrinnya yang menuntun seluruh anggota gereja untuk hidup kudus dan mencapai kebahagiaan sejati di Surga.
2) Kalau dia mengajak anaknya ke gereja lain, maka hal tersebut akan membuat anak tersebut menjadi bingung. Yang menjadi masalah adalah apakah sebelum mengajak ke gereja yang lain, "apakah dia benar-benar mencari dengan sungguh-sungguh dengan segala kekuatannya untuk mencari kebenaran di Gereja Katolik?" Tanpa pencarian kebenaran yang sungguh-sungguh dan membawa anaknya ke gereja yang lain adalah tidak tepat dan merupakan kesalahan besar. Ini berarti seseorang menempatkan perasaan pribadi di atas kebenaran. Kebenaran tidak tergantung dari "perasaan", ini berarti bahwa kalau kita datang ke perayaan Ekaristi dan mengalami "perasaan bosan", tidak menghilangkan bahwa kebenaran bahwa "Ekaristi adalah bentuk doa dan penyembahan yang tertinggi, karena Yesus sendiri menjadi Kurban dan Imam". Tidak ada doa (pribadi, praise and worship, puji-pujian, dll) yang dapat menyamai Ekaristi.
Untuk dokumen tentang detail penderitaan Yesus Kristus, saya tidak mempunyai datanya. Saya punya empat buku tebal "The life of Jesus Christ karangan Anne Catherine Emmerich", yang salah satunya menceritakan tentang penderitaan Kristus secara detail. Penglihatan-penglihatan dari Anne Catherine Emerich dan Mary of Agreda menjadi salah satu sumber inspirasi bagi Mel Gibson dalam filmnya "The Passion of the Christ." Hal yang paling penting di sini adalah, Yesus menyediakan diri-Nya untuk mengalami siksaan yang begitu kejam untuk menebus dosa kita. Dan peristiwa dan penderitaan ini dihadirkan kembali dalam setiap perayaan Ekaristi.
Semoga pemaparan di atas dapat menjawab pertanyaan Chandra.
Salam kasih dari: https://katolisitas.org
stef
shalom…
aku mau tanya begini… kan Kristen itu banyak sekali…. bukan….
aku mau tanya secara jelas apa seeh geeja ortodoks dan anglikan itu. apa persamaan dan perbedaaannya. dan apakh mereka mempunyai dogma yang sama dengan geeja kita dan satu lagi… bagaimana cra untuk dapat membuat seorang anak kecil yang malas ke gereja untuk pergi ke gereja. apakah perlu unsur paksaan.
juga apakah kita boleh untuk membuat sebuah kapel kecil di rumah. apa saja syaratnya
thanks Tuhan membekati
Shalom Christ,
Untuk pertanyaan pertama, memang ada banyak yang kekristenan yang dapat kita lihat sampai saat ini, namun sebagai orang Katolik kita percaya bahwa Gereja Katolik adalah Gereja yang didirikan oleh Yesus sendiri, dengan empat tanda "satu, kudus, katolik, dan apostolik". Jika ada banyak gereja yang memisahkan diri dari Gereja Katolik dengan berbagai alasan yang berbeda, hal itu tidak ‘mengurangi’ ke-empat ciri Gereja Katolik tersebut. Mengenai pemisahan Gereja Othodox dan Anglikan adalah sebagai berikut:
1) Pertama-tama perlu diketahui bahwa tidak semua Gereja Timur memisahkan diri dari Gereja Katolik. Dokumen Vatikan II mengenai Gereja Timur yang mempunyai kesatuan dengan Gereja Katolik ditulis dalam Orientalium Ecclesiarum (OE) yaitu Dekrit Tentang Gereja-gereja Timur Katolik. Istilah ‘Orthodox’ yang berarti “true believer/ orang beriman sejati” pada mulanya digunakan oleh Gereja-gereja Timur yang menolak ajaran sesat Nestorians dan Monophysites. Namun kemudian gereja-gereja Orthodox ini tergabung dalam schism Photius (abad ke 9) dan Cerularius (abad ke 11) yang kemudian memisahkan dari dari kesatuan Gereja Katolik Roma. Maka “Orthodox” ini adalah nama teknis dari Gereja-gereja Timur (di Eropa Timur, Mesir dan Asia) yang tidak mengakui kesatuan dengan Gereja Katolik. Untuk lebih lengkapnya mungkin uraian ini akan dapat kami tuliskan di artikel terpisah di waktu yang akan datang.
Dengan demikian, terdapat 2 kelompok Gereja Timur, yang pertama masih dalam kesatuan dengan Gereja Katolik Roma, dan yang kedua tidak dalam kesatuan penuh dengan Gereja Katolik Roma (yang dikenal dengan Gereja Orthodox). Gereja Katolik mempunyai ikatan yang erat dengan Gereja-gereja Timur tersebut, termasuk Gereja Orthodox yang walaupun tidak berada dalam kesatuan penuh dengan Gereja Katolik, namun mereka mempunyai apostolik, imamat dan Ekaristi (KGK, 1399). Jadi secara prinsip Gereja Orthodox mempunyai pengajaran dan sakramen seperti yang ada dalam Gereja Katolik, namun mereka tidak mengakui otoritas Gereja Katolik Roma. Namun, melalui Vatikan II Gereja Katolik berusaha mengusahakan kesatuan kembali dengan Gereja-gerja tersebut, yang dapat dilihat misalnya dalam hal pemberian sakramen. Orientalium Ecclesiarum 27 mengatakan,”…kepada para anggota Gereja-Gereja Timur, yang tanpa kesalahan apapun terpisah dari Gereja Katolik, dapat diterimakan Sakramen Tobat, Ekaristi dan Pengurapan Orang Sakit, bila mereka sendiri memintanya dan berada dalam disposisi baik. Bahkan orang-orang Katolik pun boleh meminta Sakramen-Sakramen itu kepada pelayan-pelayan yang tidak Katolik (imam Orthodox- red), bila Gereja-Gereja mereka mempunyai Sakramen-Sakramen yang sah, setiap kali itu dibutuhkan, atau sungguh ada manfaat rohaninya, dan bila secara fisik atau moril tidak dapat ditemui seorang imam katolik (maksudnya, jika dalam keadaan darurat atau di daerah itu tidak terdapat imam Katolik- red).”
2) Gereja Anglikan – didirikan oleh Raja Henry VIII di abad ke16. Untuk gereja-gereja yang memisahkan diri dari Gereja katolik dan yang mucul dari jaman Reformasi (termasuk di sini gereja Anglikan), telah kehilangan hakikat misteri Ekaristi karena mereka tidak mempunyai Sakramen Tahbisan (KGK, 1400). Gereja Anglikan kehilangan apostoliknya, seperti yang dikatakan Paus Leo XIII dalam suratnya Apostolicae Curae (1896). Ada perdebatan tentang hal ini. Mereka juga mengakui bahwa hanya ada 2 sakramen yang diinstitusikan oleh Yesus sendiri, yaitu: Baptis dan Ekaristi, sedang lima sakramen yang lain dimasukkan sebagai sakramen yang berasal dari Injil. Gereja Anglikan juga mendasarkan ajarannya dalam 9 point berikut ini (sumber: New Advent): 1) tidak mengakui kepausan, 2) tidak mengakui Gereja yang mempunyai "sifat tidak dapat sesat" (Church infallibility), 3) pembenaran hanya berdasarkan iman semata, 4) keutamaan Alkitab sebagai artikel iman, 5) Ekaristi sebagai persekutuan bukan kurban, dan tidak mengakui transubstantiation – sehingga tidak ada adorasi di depan Sakramen Maha Kudus, 6) Sakramen Pengakuan Dosa tidaklah penting, 7) menolak bantuan doa dari Bunda Maria dan para kudus, 8 ) menolak dokrin api penyucian, 9) menolak indulgensi.
Kardinal Henry Newman dengan Oxford Movementnya berusaha untuk menyatukan Gereja Katolik dan Anglikan, namun akhirnya Kardinal Newman sendiri, yang tadinya seorang Anglikan menjadi Katolik karena dia melihat bahwa apostolik yang penuh hanya berada di dalam Gereja Katolik dan hanya doktrin/ ajaran Gereja Katolik yang mempunyai perkembangan yang bersifat organik, yaitu tidak berubah, namun seperti pohon, dari kecil menjadi besar. Artinya di dalam Gereja Katolik tidak ada perubahan doktrin. Yang ada hanyalah penjabaran doktrin sehingga menjadi lebih jelas sejalan dengan berjalannya waktu.
Untuk pertanyaan tentang bagaimana membuat anak yang malas ke gereja untuk datang ke gereja:
1) Ke gereja satu kali seminggu tidaklah cukup untuk perkembangan kehidupan rohani anak. Sama seperti anak tidak cukup makan satu kali seminggu. Saya pikir anak juga harus mempunyai suatu kebiasaan berdoa bersama di dalam keluarga. Ibu Teresa mengatakan "keluarga yang berdoa bersama akan terus tinggal bersama". Anak juga harus melihat bahwa dengan menjadi Katolik, ke gereja bersama, membantu terbentuknya suasana kasih di dalam rumah.
2) Pertanyaan ini sama seperti "bagaimana membuat anak yang sakit, namun malas untuk makan obat yang diberikan oleh dokter?" Kita tentu akan melakukan segala cara untuk memberikan obat kepada anak tersebut. Saya pikir, bahwa kewajiban orang tua yang pertama adalah membawa anak untuk dapat masuk surga, dan caranya adalah dengan mengasihi Tuhan dan sesama, yang salah satunya terwujud dalam ibadah minggu. Apakah harus dipaksa? Dalam kadar tertentu ya, apalagi kalau anak tersebut di bawah "age of reason" sekitar 7-9 tahun. Namun tentu saja memberikan motivasi lebih baik daripada memaksa.
3) Namun di atas semua itu, yang penting adalah: mendoakan anak itu dan memberikan contoh yang baik dengan perbuatan kasih.
Untuk mendirikan kapel pribadi, setahu saya tidak ada syarat apapun selama tidak ada tabernakel, yaitu tempat untuk menyimpan Tubuh Kristus.
Semoga penjelasan di atas dapat menjawab pertanyaan Christ.
Salam kasih dari: https://katolisitas.org
Stefanus Tay dan Ingrid Listiati
bagaimana mengatasi kondisi dimana kalau dilingkungan kita berada banyak yang bilang kalau Katolik(khususnya kristen) adalah kafir? Saya bingung menjelaskan kepada teman yg beragama lain,soalnya mereka selalu ingin tahu tentang katolik.
tolong dibalas. makasih banyak. God Bless Us!
Shalom Doughlas, Berikut ini adalah beberapa petunjuk praktis untuk berdiskusi dengan saudara kita, baik yang satu agama maupun yang berbeda agama:
1) Hal pertama yang kita lakukan adalah mengingat apa yang dikatakan oleh Rasul Petrus "Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat" (1 Pet 3:15). Ini berarti bahwa kita harus berusaha dengan kemampuan kita masing-masing untuk mempelajari iman Katolik dengan sungguh-sungguh. Sumber paling baik adalah Katekismus Gereja Katolik, yang mungkin bisa didapatkan di Obor atau toko buku Gramedia. https://katolisitas.org akan menyediakan Katekismus Gereja Katolik secara online dalam waktu dekat ini.
2) Rasul Petrus mengingatkan kita, bahwa dalam berdiskusi dan menerangkan iman kita, harus dilakukan dengan lemah-lembut dan hormat. Ini berarti harus dilakukan dengan kasih tanpa menghilangkan kebenaran. Misalkan saja, kita tidak bisa berkata "… ah semua agama sama saja..", tanpa ada konteks yang jelas. Kita harus berani berkata apa yang memang berbeda dengan semangat kasih. Menyamaratakan semua agama adalah mengaburkan kebenaran.
3) Kalau kita ragu-ragu, jangan sungkan-sungkan untuk mengatakan bahwa saya tidak tahu, namun saya akan mencari jawabannya. Dengan ini kita tidak memberikan keterangan yang bertentangan dengan ajaran Katolik. Dan setelah itu, carilah jawaban menurut ajaran Gereja Katolik, yang bisa didapatkan dengan membaca Katekismus Gereja Katolik, atau bertanya dengan Romo, dll.
4) Yang paling penting adalah menunjukkan apa yang kita percayai dengan cara hidup kudus, sehingga umat dari agama lain juga ingin tahu apa yang membuat kita bertidak dengan penuh kasih.
Mari sekarang kita melihat secara khusus pertanyaan dari mereka, yang mungkin dapat saya simpulkan bahwa yang bertanya adalah dari saudara kita umat beragama Islam. Saya sendiri tidak terlalu mendalami tentang agama Islam, namun ada beberapa hal penting yang dapat kita lihat:
1) Dalam berdiskusi dengan umat Islam, kita tidak dapat menggunakan ayat-ayat dari Alkitab, karena mereka tidak mempercayainya. Dalam berdiskusi, harus ada titik yang menjadi acuan diskusi yang dipandang baik oleh kedua belah pihak. Jadi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan human reason karena kedua belah pihak mempunyai akal budi.
2) Satu persamaan dari beberapa persamaan yang lain antara Katolik dan Islam adalah kita sama-sama percaya akan satu Tuhan, walaupun umat Islam sering salah mengerti akan ajaran Trinitas, dan mengatakan bahwa umat Kristen percaya akan 3 tuhan. Mereka percaya akan Tuhan yang besar, namun bukan Tuhan yang imanuel (yang beserta kita), yang kita imani sebagai Yesus Kristus. Bagi mereka, adalah tidak mungkin bahwa Tuhan menjelma menjadi manusia, karena itu sama saja dengan merendahkan dan menghina Tuhan yang besar. Namun, bagi kita, justru dengan datang di dunia, Tuhan telah menunjukkan kasih yang sehabis-habisnya kepada manusia, sehingga kita malah semakin mengasihi Tuhan kita. Nanti akan ada artikel tersendiri yang membahas tentang "Mengapa Tuhan menjadi manusia".
3) Kepercayaan bahwa agama Kristen adalah agama kafir menurut Islam, saya tidak benar-benar yakin, karena ada beberapa penjelasan yang mengatakan bahwa Islam membedakan antara golongan yang menyembah berhala (polytheism) dan menyembah satu Tuhan, seperti agama Yahudi dan Kristen (monotheism). Untuk pengertian kafir, dapat dilihat disini. Dan lihat diskusi ini, dan ini, bahwa agama Yahudi dan Kristen disebut "agama buku atau dapat disebut kaum Yahudi dan kaum Kristen" (Al-Baqarah 2:109; Al-Hashr 59:2).
4) Jadi kalau sampai dibilang kafir, tanya apa maksudnya dan penjelasannya. Karena dari penjelasan di atas, kafir tidak ditujukan untuk kaum Yahudi dan Kristen.
5) Kalau mereka ingin tahu tentang pengajaran Katolik, mungkin dapat dimulai dengan sosok Kristus, karena sumber iman kita adalah Kristus, Allah yang menjadi manusia. Keingintahuan mereka tentang agama Katolik adalah merupakan langkah awal yang baik. Mungkin artikel "Mengapa orang Kristen percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan" dapat membantu. Kalau mereka setuju bahwa umat Kristen bukanlah kafir, namun disebut agama buku, maka tunjukkan bahwa agama Kristen bukanlah agama buku, namun agama yang mengikuti sosok Seseorang, yaitu Yesus, karena Dia adalah Tuhan, dan Dia berkata "Akulah Jalan, dan Kebenaran, dan Hidup" (Yoh 14:6).
6) Akhirnya bawalah mereka dalam doa, sehingga Yesus sendiri yang dapat memberikan karunia iman kepada mereka.
Semoga pemaparan singkat ini dapat menjawab pertanyaan Doughlas.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
hallo salam dmai dari Tuhan kepada kita selalu
Memang banyak dari gereja lain yang beranggapan bahwa kita hanya menyembah patung? dan menganggap bahawa apakah maria tetaP perawan. menurut saya pribadi bahawa kita memakai patung bukan untuk susjud di hadapan patung itu tetapi kita mengenang dan melihat sosok dari patung tersebut dan membuat kita pasti dapat berbuat yang lebih dari pada itu
kepada tuhan ALLah. tuhan adalah gembala kita yang menuntun kita tapi menurut mereka begitu apak boleh buat
Shalom Chandra,
Terimakasih buat komentarnya. Memang ada banyak perbedaan antara Katolik dengan saudara kita dari agama Kristen yang lain. Namun kita juga dipersatukan dengan mereka dalam Sakramen Baptis (Lih Dok Vatikan II, Unitatis Redintegratio/UR,3). Archbishop Fulton J. Sheen berkata “There are not a hundred people in America who hate the Catholic Church. There are millions of people who hate what they wrongly believe to be the Catholic Church— which is, of course, quite a different thing.” Dari sini kita melihat, bahwa banyak orang mempunyai begitu banyak kesalahan persepsi tentang ajaran dan dokrin Gereja Katolik, sehingga mereka tidak menyukai Gereja Katolik dan segala pengajarannya – padahal sebenarnya kalau diteliti, semua ajaran dan dokrin Katolik sungguh-sungguh berasal dari Tuhan sendiri.
Dengan semangat kasih dan menempatkan kebenaran di atas segalanya, kita harus mencoba dengan segala kemampuan kita untuk menerangkan bagaimana iman Katolik yang sebenarnya. Dan kebenaran ini bukan hanya ditunjukkan dengan kata-kata. Kebenaran akan lebih bersinar, jika ditunjukkan dengan perbuatan kita sebagai orang Katolik untuk terus berusaha hidup kudus.
Inilah yang ditunjukkan oleh para orang kudus. Pada saat seorang Ibu Teresa menunjukkan kepada dunia akan arti kasih yang sebenarnya – yang bersumber pada Yesus, Maria, Ekaristi, doa adorasi di depan Sakramen Maha Kudus – , maka dunia akan melihat kebenaran akan ajaran-ajaran Gereja dengan lebih jelas. Namun, kita harus selalu siap untuk menjelaskan iman kita dengan kelemah-lembutan dan hormat (lih. 1Pet 3:15).
Mari, kita bersama-sama berusaha untuk menjadi saksi Kristus yang baik, sehingga Kristus akan semakin bersinar.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef
Saya ada pengalaman pribadi tentang artikel ini, mengapa kita memilih Gereja Katolik?
yah, saya dari keluarga yang berlatarbelakang 3 agama (protestan, katolik dan buddha). Kedua orang tua saya itu Buddha, kakek moyang saya itu seorang penginjil Protestan. Kadang saya merasa aneh, napa hal ini bisa terjadi di keluarga besar saya.
Walau saya sendiri belom dibaptis (akan dibaptis di bulan September 2008). Saya merasa bangga bisa memutuskan untuk memilih ke Katolik, padahal dari kecil sampe tamat SMU, saya sekolah di Methodist (Protestan). Nah yang menjadi pertanyaan, napa saya tidak terpengaruh memilih ke Protestan?
Secara jujur saya mengatakan bahwa prinsip di Protestan itu jauh berbeda dengan saya sendiri. Di dalam Katolik, saya belajar begitu banyak tentang moral dan bagaimana kita hidup beriman. Di sini, saya tidak menjelaskan secara detail tentang Protestan, saya yakin bahwa temen temen seiman di Katolik juga mungkin mengalami hal yang sama dengan saya dan tahu secara jelas bagaimana pandangan Protestan ke Katolik.
Percaya atau tidak, saya merasakan suatu kedamaian dalam Katolik. Yang secara nyata saya sadarin sewaktu saya mengikuti misa di gereja Katolik, dimana perasaan ini tidak pernah saya alamin di gereja lain. Sebenarnya saya sudah merasakan hal ini sewaktu pertama kali saya datangin universitas katolik di melbourne (ACU), tapi saya tidak begitu perduli akan hal ini, sampe di awal tahun ini Feb 2008, saya memutuskan untuk menjadi Katolik dan mengikuti kelas katekumen.
Mungkin Tuhan tahu saat yang tepat bagi saya untuk memutuskan, sebab jika saya memilih katolik waktu itu, mungkin saya tidak akan banyak belajar dari agama lain.
Tentang komentar dari bapak Yosep, saya juga pernah alamin di kehidupan saya, yang melakukan itu malah seorang pendeta Protestan. Seorang pendeta itu harusnya memberikan teladan, tp ini malah kebalikan. Sampai waktu itu saya pernah mengkritik pendeta itu di depan temen temen Protestan, kalo saya mungkin lebih mulia dari dia seorang pendeta. Emank saya salah, dimana tidak seharusnya saya mengecam seorang pendeta. Justru setelah di katolik, saya makin sadar, kalo saya tidak boleh mengecam orang bersalah, tapi haruslah kita berusaha untuk mendoakan supaya dia sadar. Dan juga saya sering disudutkan oleh orang Protestan tentang Katolik, terutama tentang penghormatan kepada Bunda Maria. Yah, untung saja saya pernah belajar di Protestan, jadi saya mempunyai cara menjawab mereka, walaupun ujung-ujungnya mereka marah ke saya, tapi itulah yang diajarkan di Protestan. Saya yakin kalo banyak diantara kita mengerti bagaimana pandangan Protestan ke katolik. Tidak usah berkecil hati, semakin kita didiskreditkan, maka semakin kuat dan teguh iman kita. Dan itulah membuktikan kebesaran kasih Katolik bagi hidup manusia.
Tidak jarang, sekarang banyak orang-orang non Katolik selalu mengambil kesalahan pastor (yang melalukan pelecehan seksual) untuk menyatakan kita Katolik itu agama yang tidak bener, di sini, saya hanya bisa berkata, kalo itu adalah oknum dan tidak mewakili semua orang iman Katolik. Maafkan saya kalo ada kata-kata yang salah di sini.
Terima kasih
felix
Shalom Felix,
Terima kasih buat sharingnya. Memang pada akhirnya, orang akan tertarik kepada Gereja Katolik kalau umat Gereja dapat menjadi contoh yang baik, yaitu dengan cara hidup kudus. Kekudusan, seperti yang ditunjukkan oleh para santa dan santo, adalah cara untuk memperbaiki Gereja dari dalam. Mahatma Gandi pernah mengatakan bahwa kalau orang Kristen di India mempraktekkan apa yang tertulis di dalam Alkitab, maka tidak ada lagi orang Hindu di India. Ini adalah tantangan bagi kita semua untuk menunjukkan bahwa umat Katolik yang diberkati dengan kepenuhan kebenaran dapat menjadi contoh bagi bagi umat dari agama lain.
Mari kita bersama-sama berjuang untuk hidup kudus, sehingga Gereja benar-benar dapat menjadi refleksi terang Kristus.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef tay
Saya katolik, orangtua saya katolik (alm. mama) dan (papa) protestan. Suami saya protestan,kami menikah dan diberkati di gereja katolik. Menghindari perselisihan atas permintaan suami, saya merelakan kedua anak saya di baptis (bayi) di gereja protestan. Untuk ibadah minggu, kami sepakat di satu gereja yang beraliran kharismatik/injili (meski diluar gereja katolik & protestan). Karena lingkungan keluarga mayoritas protestan dgn denominasinya, saya jarang mengikuti aturan/perayaan gereja katolik lagi (hanya berpuasa pada Jumat Agung). Selama ini kami dan keluarga besar hampir tidak pernah mempertentangkan perbedaan gereja kami. Deep down inside saya sadar saya tetaplah katolik, saat2 tertentu saya masih berdoa Rosario sekaligus percaya bahwa Yesus Kristus adalah Kepala Gereja yang utama. Saya kok merasa dengan latar belakang “iman yang sangat kaya” tersebut justru saya lebih bisa menghormati dan menghayati nilai dan tradisi gereja Katolik. Bahkan bila ada kesempatan mengikuti misa kudus di gereja Katolik saya merasakan kekhusukan dan suka cita yang amat sangat. Belakangan saya sering membaca artikel2 di situs katolik, terus terang saya tergugah dan bertanya-tanya dimana iman saya berada. Salahkah bila iman saya seperti itu ? Mohon saran ya & GBU..
Shalom Oelean,
Saya tidak tahu secara persis latar belakang dari perkawinan Oelean, apakah diberkati di Gereja Katolik atau tidak. Karena kalau diberkati di Gereja Katolik, seharusnya pastor sudah meminta kepada pihak yang bukan beragama Katolik, dalam hal ini suami Oelean untuk menandatangani surat pernyataan bahwa dia tidak akan melarang Oelean untuk melakukan ibadah secara Katolik dan harus mendidik anak-anak dengan iman Katolik. Namun, memang banyak kenyataan tidak segampang itu. Sering perkawinan campur akan mempunyai permasalahan yang cukup rumit. Jadi saya ingin menyarankan hal-hal berikut ini:
1) Pertama, datang ke pastor, ceritakan tentang semua situasi ini, dan kemudian mengaku dosa, karena tidak mengikuti perayaan Misa dan tidak mendidik anak-anak secara Katolik. Diskusikan hal ini dengan pastor, sehingga pastor juga dapat memberikan saran-saran yang lain.
2) Diskusikan dengan semangat kasih kepada suami, agar diperbolehkan untuk mengikuti Misa di Gereja Katolik pada hari Sabtu sore, dan kemudian pada hari Minggu dapat ke gereja Protestan bersama-sama dengan suami dan anak-anak. Jadi dalam langkah pertama ini, hanya Oelean yang pergi ke gereja Katolik.
3) Kalau Oelean diperbolehkan ke Gereja Katolik, Oelean harus dapat menunjukkan kepada suami dan anak-anak bahwa dengan Oelean pergi ke Gereja Katolik tidak membuat mereka jadi terlantar, namun justru membuat semuanya lebih baik. Dalam hal ini, Oelean harus berusaha lebih baik untuk mengasihi mereka. Semangat kasih inilah yang akan memenangkan hati suami dan anak-anak. Lihat artikel: tentang kekudusan.
4) Berdoa dengan sungguh-sungguh agar Oelean diberi kekuatan untuk menghadapi semua ini dengan hati yang tegar. Saya menyarankan untuk berdoa rosario secara teratur, yang sebenarnya dapat dilakukan kapan saja: waktu memasak, waktu mencuci, di mobil dalam keadaan macet, dll. Dan bersiap-siaplah bahwa mungkin situasi ini berlangsung tidak hanya sebentar, namun bisa berlangsung lama. Tuhan yang tahu secara persis apa yang terbaik untuk keluarga Oelean. Jika Tuhan menghendaki, bukanlah tidak mungkin bahwa suatu saat Tuhan dapat mempersatukan seluruh keluarga Oelean dalam pangkuan Gereja Katolik yang kudus.
Kami akan bawa Oelean dan keluarga dalam doa. Yakinlah bahwa Tuhan senantiasa menyertai Oelean dalam pergumulan ini.
Salam kasih dari http://www.katolisitas.org
Stef
Terima kasih untuk sarannya, kalau ada kesempatan yang baik saya akan bicara dengan pastor. Pada dasarnya suami tidak pernah melarang saya ke gereja katolik, tapi karna sudah berkeluarga memang saya “terpaksa” harus menyesuaikan diri dengan jadwal keluarga.
Kebetulan di gereja yang saya dan suami hadiri tiap minggu, pemberian sakramen tubuh dan darah Kristus hanya di awal bulan saja, atau sekali sebulan. Kalau kebanyakan gereja protestan menganggap pembagian roti dan anggur hanya sebagai simbol atau peringatan belaka ; pada denominasi yang saya ikuti ini pendeta/ pemimpin ibadah selalu menekankan pada jemaat bahwa Roti yang diterima adalah benar2 tubuh Kristus dan Anggur yang diminum adalah benar2 darah Kristus. (Kesimpulan saya bahwa mereka juga mempercayai sakramen Roti dan Anggur sebagaimana misteri paska pada gereja katolik.) Bagaimana sikap gereja Katolik tentang hal ini ?
Shalom Oelean,
Untuk pertanyaan tentang ekaristi, silakan membaca juga tulisan “Sudahkah engkau pahami tentang Ekaristi?”.
Untuk menjawab pertanyaan Oelean, ada beberapa hal yang harus dimengerti:
Dari sini kita melihat bahwa apostolic succession memegang peranan yang begitu penting untuk berlangsungnya kehidupan Gereja Kristus di dunia ini. Mari kita semua berdoa, agar Tuhan juga memanggil kaum muda untuk mau menjawab panggilan Tuhan sebagai imam.
Semoga keterangan di atas dapat menjawab pertanyaan Oelean.
Salam kasih dari https://katolisitas.org
stef tay
Stef,
Rindu mendoakan kondisi kantor yang dalam pemikiran saya memang harus banyak didoakan, maka saya mengajak teman2 non muslim/kristen untuk berdoa bersama. Istilah populer nya: PD -Persekutuan Doa- Ternyata peminat terbesar justru teman2 Kristen yang bukan Katolik. Tak terlintas pikiran apapun saat itu kecuali: rindu untuk menyembah dan memuliakan Tuhan, terlebih dalam kondisi pekerjaan yang terasa makin membebani. Bahagia sekali rasanya waktu itu, bisa kumpulkan teman2 dan adakan PD; apalagi itu adalah pertamakalinya setelah usia kantor yang lebih 10thn dan bahkan menabrak larangan Pimpinan untuk mengadakan PD. Semangat saya berkobar, kenapa juga musti takut PD? toh tujuannya bagus -mendoakan perusahaan yg notabene termasuk mendoakan para Pimpinan Perusahaan-. PD sudah berjalan hampir 2 bulan, 1x seminggu. Diisi dengan nyanyian -mostly Kristen atau biasanya Karismatik- dan dilanjutkan dengan doa yang mengalir sangat lancar, biasanya dari rekan dari gereja Kristen,yang Katolik biasanya diem.
Malem ini, setelah membaca artikel ‘mengapa memilih gereja katolik’,saya jadi ragu, apakah yang saya lakukan itu benar? karena tepat sekali spt tertulis dalam artikel ini, ‘yang penting sama2 pengikut Yesus’, juga keyakinan bahwa dimana ada 2 atau 3 jemaat berkumpul, maka Yesus hadir di situ…Saya tidak menyadari dan tidak bermaksud untuk mendirikan gereja tentu saja. Dan saya tetap katolik dan bahkan makin mantap setelah baca2 web ini. Apakah sebaiknya saya berhenti dari kegiatan tsb? aduhh, saya jadi terusik sekali merasa bersalah menyamaratakan semua gereja. Mohon sarannya ya…. terimakasih banyak! GBU both.
Hi Nicola,
Yesus pasti senang dengan kerinduan Nicola dan juga teman-teman di kantor untuk memuji dan menyembah-Nya. Jangan merasa bersalah dengan PD di kantor. Kita melihat bahwa Paus Yohanes Paulus ke II mengumpulkan semua pemuka agama untuk berdoa bersama di Asisi. Yang dilakukan di kantor bukan membuat gereja, namun berdoa bersama.
jadi, PD di kantor jangan dibubarkan. Yang menjadi masalah adalah sering PD di kantor hanya mengundang pendeta atau pengkotbah dari agama Kristen yang lain, yang kadang apa yang disampaikan bertentangan dengan iman Katolik. Hal penting yang lain adalah, Nicola harus mengerti dan menunjukkan bahwa bentuk pujian, doa, dan penyembahan yang tertinggi dan tak dapat digantikan oleh apapun juga adalah Ekaristi Kudus (lihat artikel: https://katolisitas.org/?p=169). Jadi yang harus dilakukan di kantor, kalau ada PD, jangan hanya mengundang pendeta, namun juga mengundang pastor-pastor yang bagus, sehingga banyak orang yang bukan Katolik dapat mengerti keindahan dan kebenaran ajaran Katolik. Dalam beberapa kesempatan, mungkin ada baiknya diadakan perayaan Ekaristi Kudus, sehingga orang Katolik juga akan mau ikut.
Perlu juga dipikirkan agar jangan sampai bentrok dengan pimpinan perusahaan.
Mari kita syukuri bersama anugrah yang diberikan oleh Yesus, yaitu Tubuh-Nya sendiri, Gereja Katolik yang “satu, kudus, katolik, dan apostolik.” Mari kita juga sama-sama belajar untuk mendalami kekayaan Gereja Katolik yang begitu baik, benar, dan indah.
Selamat melayani Tuhan.
Salam kasih dari katolisitas.org – stef.
Bpk Stefanus & Ibu Inggrid,
Syukur kepada Allah Bapa yg mengaruniakan hikmat & kasih karuniaNYA kepada anda yg telah bersusah payah mendirikan website ini. Semua artikel di sini sangat informatif & dalam dengan teologi Katolik berdasarkan Tradisi Suci, Alkitab, dan Magisterium Gereja. Hal ini sangat menyentuh hati saya, dan atas kehendak Tuhan akan membawa banyak jiwa-jiwa kembali ke pangkuan Gereja Katolik.
Kiranya Roh Kudus senantiasa menaungi hati saudara, melindungi saudara, dan memberkati anda dengan sinar IllahiNYA. Demi Kristus Yesus Tuhan & Pengantara kami. Amin.
Saya akan berdoa utk anda berdua dalam doa harian saya.
Teriring salam dalam kasih Tuhan,
Herdi
Terimakasih atas doa Bapak Herdi. Kita saling mendoakan. Mari kita bersama-sama mengasihi Yesus dan Gereja-Nya, juga melayani-Nya dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan kita.
Shalom – stef & ing
Dulu saya bangga dan selalu mempertahankan Katolik saya. Karena dulu saya merasakan dan menghayati bahwa hidup sebagai orang Katolik akan tampak berbeda, kita akan dilihat karena kita yang rendah hati, baik lagi tidak sombong. Sekarang setelah saya punya dua anak, saya bingung untuk menjelaskan bahwa sebagai KATOLIK harus bersikap baik, jujur dan benar. Karena apa yang dia alami dan nyatakan dalam pergaulan sekolah jauh berbeda dengan logo dan simbol sekolahnya yang katolik dengan VISI ” SOSIAL DAN CINTA KASIH “. Yang dia terima disekolah baik oleh sebagian besar an guru adalah DISKRIMINATIF DAN RASIALIS. Sehingga saya harus menekankan jika kamu mau bertahan maka harus menyerang dan lawan yang mengejek dan menghina. Anak kami adalah minoritas di sekolah tersebut walaupun kami warga negara mayoritas. Kami memang tidak pernah dan mau memberikan hadiah atau apapun pada saat penerimaan rapor kepada guru-guru, karena tugas dan kewajiban kerja mereka. Dan kami dianggap aneh dalam sekolah Katolik tersebut. Masih perlukah saya bangga sebagai KATOLIK. Kita sudah jauh tertinggal oleh perkembangan sosial dan peningkatan kepemimpinan dari saudara muslim, yang mengembangkan sekolah ber-asrama/kolese. Sedang kita meninggalkan bentuk sekolah yang menjadi ciri KATOLIK. Dan, saya sering merasa ragu dan tersenyum dalam hati sambil berucap – bukan basa basi – saat kita saling memberikan salam damai setelah doa berkat damai sebelum anak domba allah. Mau kemana kita dalam KATOLIK ??? Disadari atau tidak oleh para pemuka jemaat dan petinggi gereja, di aras bawah tumbuh sikap apatis dan perngkotak-kotakan, Karismatik vs non karismatik, Kaya vs Miskin, Pribumi vs Non Pribumi ?????????
Shalom, Bapak Yosep.
Saya turut bersedih akan perlakuan yang tidak baik terhadap anak bapak di sekolah, baik dari pihak guru, sekolah, maupun teman-teman dan lingkungan yang mungkin tidak mencerminkan ciri Katolik yang baik. Namun saya rasa, yang paling bersedih adalah Yesus sendiri, karena Dia melihat bahwa ada anggota Tubuh-Nya yang tidak berfungsi dengan semestinya.
Kalau kita berkata bahwa Gereja itu kudus, itu adalah karena sumbernya dan pendirinya, yaitu Kristus sendiri (Lumen Gentium 39; Ef 5:25-26). Namun Gereja di dunia yang sedang mengembara perlu untuk senantiasa dimurnikan, sama seperti kita semua dimurnikan. Jadi, sebagai anggota Gereja, kita tetap mengasihi Gereja, sama seperti kita mengasihi ibu kita, walaupun anggotanya tidak sempurna.
Untuk anak-anak, saya berfikir bahwa tugas orang tua yang paling penting adalah memberikan bekal yang cukup agar anak-anak bisa masuk surga. Jadi yang harus diajarkan kepada anak-anak adalah kekudusan, yang terwujud dalam kasih kepada Tuhan dan sesama. Mungkin dalam prakteknya:
– Ajarkan anak-anak untuk berterimakasih kepada Guru dan jangan membalas kalau dihina.
– Tidak perlu memberikan hadiah kepada guru, cukup dengan kartu ucapan terima kasih.
– Dll.
Untuk Gereja kita di dunia ini, apakah ada yang harus diperbaiki? Tentu saja, yaitu Gereja sebagai “sarana” (baca: https://katolisitas.org/?p=121). Terutama agar seluruh anggota Gereja menerapkan hidup kudus, sehingga Gereja dapat menjadi pantulan dari Kristus sendiri.
Namun ini adalah undangan untuk kita semua, bukan cuma untuk para pastor dan suster (Lumen Gentium 40,42).
Mari, dalam kegelapan, kita menjadi lilin kecil. Bapak menjadi lilin buat anggota keluarga, anak bapak menjadi lilin buat teman-teman, dstnya.
Kita saling mendoakan agar kita dapat menerapkan kekudusan, walaupun itu sulit. Dan mari kita terus mengasihi Kristus, dengan juga mengasihi tubuh-Nya, yaitu Gereja Katolik.
Salam damai dalam kristus dari
katolisitas.org
Comments are closed.