[Dari Katolisitas: Berikut ini adalah salah satu teori Premillennialism, yang mengimani bahwa akan ada 1000 tahun Kerajaan damai yang akan dipimpin oleh Yesus Kristus di dunia sesudah Kedatangan-Nya yang ke dua di dunia. Gereja Katolik tidak mengajarkan hal ini, dan Ingrid akan menjawab mengapa demikian, menurut dasar Alkitab]
Pertanyaan:
Salam damai sejahtera
Dear Ingrid
Sekali lagi tentang Kerajaan 1000 tahun damai
KERAJAAN 1000 TAHUN
Ini adalah :
A.Hari Sabat Allah
Di dalam rencana dan pekerjaanNya, Allah biasanya memakai satuan waktu : SABAT, yaitu : 6 hari kerja + 1 hari perhentian = 7 hari
Penciptaan alam semesta dalam Kej 1 dilakukan dalam 1 (satu) sabat.
Kej 2 : 2 – 3 (Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.)
Tanda2 khas dari hari yang ke tujuh (sabat) ini ialah :
1. Berhenti bekerja, ada perhentian
2. Menyucikannya
3. Memberkatinya
Sesudah Adam Hawa jatuh dalam dosa, Allah mulai lagi bekerja untuk menebus umat manusia, dan ini yang direncanakanNya dalam 7 hari Allah yaitu satu sabat Allah.
1 hari Allah = 1000 tahun manusia (2Pet 3 : 8)
7 hari Allah = 7000 tahun
Jadi rencana Allah untuk manusia akan diselesaikan dalam 6000 tahun (sejak kejatuhan Adam Hawa), lalu akan ada perhentian selama 1000 tahun.
Jadi Kerajaan 1000 tahun ini adalah hari sabat Allah.
Sebab itu kita juga menemukan tanda2 sabat dalam Kerajaan 1000 tahun ini yaitu :
1. Ada perhentian, iblis dan pengikutnya dipenjarakan, sehingga tidak ada lagi peperangan pada masa ini.
2. Kerajaan 1000 tahun ini disucikan.
Ini dilaksanakan dengan pemerintahan tongkat besi yang keras sekali, sehingga betul2 Kerajaan 1000 tahun ini menjadi suci.
3. Kerajaan 1000 tahun ini diberkati.
Dahulu pada waktu Adam Hawa berdosa, bumi ini dikutuki sehingga rusak, tetapi sekarang dalam Kerajaan 1000 tahun ini bumi dipulihkan dan diberkati, sehingga keadaannya menjadi indah seperti di Eden.
Jadi Kerajaan 1000 tahun adalah hari sabat Allah diatas bumi.
B. Bumi yang dipulihkan.
Mari kita sama2 melihat keadaan pada waktu
1.Selesai penciptaan alam
2.Sesudah dosa masuk
3.Sesudah pemulihan
Keadaan sesudah penciptaan semesta selesai.
Kej 1 : 31 (Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.)
Pada waktu Allah selesai menciptakan bumi ini, semua keadaannya amat baik, tidak ada dosa maupun segala akibatnya, tidak ada hal2 yang jahat atau kerusakan.
Keadaan sesudah dosa masuk
Oleh karena kejatuhan Adam Hawa, maka dosa masuk dalam manusia dan seluruh bumi.
Maka sebagai akibatnya bumi kena kutuk dan semua menjadi rusak, segala yang jahat timbul di mana2
Kej 3 : 17 (………..maka terkutuklah tanah karena engkau ……….)
Sebelum bumi ini dikutuki keadaan bumi dan isinya tidak sama dengan keadaan yang sekarang.
Tidak ada makluk yang makan daging / darah, semua makan tumbuh2an. Manusia makan buah2an.
Singa,beruang dll makan rumput,nyamuk tidak menghisap darah, kalajengking tidak menyengat, ular tidak berbisa dan seterusnya.
Tetapi sesudah bumi dikutuki Tuhan, keadaannya berubah rusak ditambah dengan semua akibat2 dosa.
Perkataan : “ …….. terkutuklah bumi ……” ini sangat hebat akibatnya. Semua berubah!
Binatang berubah menjadi garang dan kejam, singa makan domba dan binatang lainnya, nyamuk mulai menggigit dan menghisap darah dan seterusnya.
Juga dunia tumbuhan berubah menjadi cepat layu dan rusak.
Seluruh bumi dan isinya termasuk juga manusia terkena akibatnya.
Jadi sekarang ini sebetulnya kita hidup di dalam bumi yang relatif sudah rusak oleh dosa.
Keadaan sesudah pemulihan
Tuhan sudah merencanakan pada saatnya akan mengadakan pemulihan bagi bumi dan isinya.
Ini terjadi pada waktu Tuhan Yesus turun dari Sorga dalam kedatanganNya kembali untuk memerintah seluruh bumi.
Kis 3 : 21 (Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu.)
BAGAIMANA PEMULIHAN ITU TERJADI ?
Dasarnya : Golgota
Kutuk dosa yang dijatuhkan atas dosa Adam Hawa dan yang mengenai seluruh dunia, itu sudah ditanggung oleh Anak Domba Allah di Golgota.
Gal 3 : 13 (Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: “Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!”)
Sebab itu di dalam Kristus, kita bebas dari kutuk dosa, sebab sudah dibayar lunas oleh Tuhan Yesus diatas kayu salib (Kol 2 : 14)
Sesudah dibebaskan dari dosa dan kutuk dosa maka barulah nampak kemuliaan hari sabat Allah.
Ini hanya oleh pengorbanan Kristus dapat timbul pemulihan ini .
Perhentian : iblis dipenjarakan
Tidak ada lagi peperangan dengan iblis dan pengikutnya, sebab mereka dipenjarakan selama 1000 tahun ( Wah 20 : 1-3) yaitu selama Kerajaan 1000tahun ini berlangsung.
Sehingga bumi menjadi damai sepenuhnya, mengalami perhentian.
Disucikan dalam pemerintahan tongkat besi.
Pemerintahan ini sangat keras, setiap dosa bahkan rencana dosapun dihukum (sebab pemerintahnya adalah Allah yang maha tahu)
Wah 2 : 27 (dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk–sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku–)
Diberkati di dalam Hadirat Tuhan Yesus dan orang-orang suci Nya.
Dalam Mat 17 : 1-6 Tuhan Yesus berada didalam kemuliaanNya.
Pada saat itu murid2 merasakan begitu indah dan keberkatan, sehingga mereka tidak mau turun lagi.
Lebih2 disini Tuhan Yesus berada dalam kemuliaanNya selama 1000 tahun
Inilah faktor2 yang menyebabkan bumi dipulihkan kembali.
Ini sesuai dengan rencana Allah sejak dari awal dunia ini.
Dalam Kerajaan 1000 tahun inilah bumi dipulihkan dengan segenap isinya
KEADAAN BUMI YANG DIPULIHKAN.
Dunia Binatang
Binatang2 itu berubah seperti di taman Eden yaitu sebagaimana diciptakan oleh Allah pada mulanya. Semua keadaan dan sifat yang timbul sebagai akibat dari dosa dan kutuknya, sekarang lenyap.
Ini sudah pernah terjadi pada waktu binatang2 masuk dalam bahtera NUH ! (Kej 7 : 8-9)
Pada waktu itu binatang2 sudah berubah seperti dalam Kerajaan 1000 tahun ini, namun hanya selama satu tahun sepuluh hari saja ( Kej 7 : 11 & Kej 8 : 14) dan hanya pada binatang2 yang masuk dalam bahtera.
Nuh sekeluarga menikmati hidup yang luar biasa di dalam bahtera dengan dunia binatang yang sudah berubah sifat2nya, jika binatang2 tsb tidak berubah sifatnya maka akan terjadi menjadi medan pembunuhan yang hebat. Semua ini terjadi karena Firman Tuhan (Kej & : 1-3), tetapi waktu mereka keluar dari bahtera, keadaannya kembali lagi seperti sebelumnya. Semua hal2 yang jahat itu sudah lenyap.(Yes 11 : 6-9)
Semua binatang kembali makan rumput dan tumbuhan yang hijau. Seperti pada waktu diciptakan, sebelum kejatuhan.
Kej 1 : 30 (Tetapi kepada segala binatang di bumi dan segala burung di udara dan segala yang merayap di bumi, yang bernyawa, Kuberikan segala tumbuh-tumbuhan hijau menjadi makanannya)
Sebab itu anak2 dan bayi2pun dapat ber-main2 dengan singa dan ular biludak tanpa bahaya apa2 (Yes 11 : 8)
Binatang dapat berbicara. (Kej 3 : 1)
binatang2 berbicara dalam bahasa manusia seperti keledai Balhum (Bil 22 : 28) atau hewan2 berbicara dalam bahasa binatang, tetapi manusia bisa mengerti bahasanya.
Alam Tumbuh2an
Tanah dipulihkan menjadi subur sehingga tidak lagi ada tanah yang tandus atau gersang.
Yes 35 : 6 – 7 (Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai; sebab mata air memancar di padang gurun, dan sungai di padang belantara; tanah pasir yang hangat akan menjadi kolam, dan tanah kersang menjadi sumber-sumber air; di tempat serigala berbaring akan tumbuh tebu dan pandan.)
Tumbuh2an tidak lagi ada yang bantut atau berpenyakit, semua tanaman “duri” lenyap diganti tanaman yang berguna.
Kej 3 : 18 (semak duri dan rumput duri yang akan dihasilkannya bagimu, dan tumbuh-tumbuhan di padang akan menjadi makananmu)
Ayub 31 : 40 (maka biarlah bukan gandum yang tumbuh, tetapi onak, dan bukan jelai, tetapi lalang)
Yes 55 : 13 (Sebagai ganti semak duri akan tumbuh pohon sanobar, dan sebagai ganti kecubung akan tumbuh pohon murad, dan itu akan terjadi sebagai kemasyhuran bagi TUHAN, sebagai tanda abadi yang tidak akan lenyap.)
Oleh sebab dosa maka bumi menumbuhkan duri dan unak. Sebaliknya pada waktu kutuk dosa diangkat dan bumi disucikan serta diberkati oleh Allah, dosa praktis tidak ada lagi dan berkat serta hadirat Allah limpah, maka duri dan unak lenyap diganti sanobar dan murad.
Semua akibat dosa terhadap benda2 di bumi praktis lenyap dan pengaruh berkat Tuhan pada alam benda betul2 terasa.
Waktu masih ada, baru dalam kekekalan waktu itu tidak ada lagi (hilang), satu kali kita akan mengalaminya juga.
Iblis dan pengikutnya sudah dikalahkan dalam perang Harmagedon, semua ditangkap dan ditentukan tempatnya masing2 (Wah 20 : 1-3)
Seluruh “udara” (dunia roh) dikuasai oleh Tuhan Yesus dan orang2 suciNya. Antikris dan nabi palsu dibuang kedalam lautan api (Wah 19 : 20-21)
Sekarang ini iblis dan setan2nya masih memerintah “udara” dengan segala tingkah polahnya yang keji dan kejam
Ef 6 : 12 (karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.)
SIAPA YANG MASUK DALAM KERAJAAN 1000 TAHUN ?
Ada 2 macam orang yang masuk dalam Kerajaan 1000 tahun.
1.Orang2 yang lolos dari zaman antikris, tidak dibunuh dalam perang Harmagedon (Wah 19 : 9-10)
Apa tanda2 orang yang lolos ini ?
Mereka tidak menyembah binatang Anbtikris atau patungnya dan tidak menerima tanda binatang itu
Wah 13 : 15 – 16
Orang2 ini lolos dari tangan antikris dengan anugerah Tuhan, seperti halnya beberapa banyak orang2 yang lolos dari tangan Achab dan Izebel oleh anugerah Tuhan.
Roma 11 : 4-5
Lihat juga 1Raja 19 : 18
Juga dalam perang Harmagedon orang2 ini juga tidak mati dibunuh sebab mereka tidak memiliki meterai antikris (Wah 14 : 9-10)
Siapa saja orang2 ini ?
Orang2 Israel, sebab mereka tidak percaya pada Tuhan Yesus, mereka tidak ikut dalam pengangkatan. Tetapi mereka juga tidak mau menyembah antikris, mereka tetap menyembah Allah seperti dalam PL
Daniel 12 : 1
Dalam masa kesukaran yang paling besar inilah Mikhail diberi tugas oleh Tuhan untuk khusus melindungi orang2 Israel
Orang2 kafir juga masuk dalam Kerajaan 1000 tahun. Mengapa demikian ?
(Yes 2 : 3-4 & Yes 66 : 19)
Demikian sedikit dari apa yang sudah saya ketahui tentang Kerajaan Damai 1000 tahun, semoga menjadi berkat bagi semua pembaca katolisitas.org
Salam
Machmud
Jawaban:
Shalom Machmud,
Gereja Protestan memang mengajarkan pandangan tentang Kerajaan literal 1000 tahun ini, namun jika kita pelajari, ternyata sangatlah bervariasi. Teori yang anda tuliskan di atas, merupakan pandangan aliran Pre-millennialism, dan jika digabungkan dengan teori Secret Rapture yang pernah anda tuliskan tempo hari, maka teori yang anda percayai termasuk golongan Pre- tribulational (dispensational) Premillennialism. Silakan anda klik di Wikipedia ini (silakan klik), dan anda akan dapat melihat bahwa teori yang anda percayai itu hanya merupakan teori sebagian dari gereja Protestan, dan tidak mewakili semua gereja Protestan di dunia. Karena gereja Protestan mengenal teori-teori yang lain, yaitu Postmillennialism dan Amillennialism. Sedangkan di dalam pandangan Premillennialism sendiri, terbagi dua golongan, ada yang Post-tribunal Premillennialism dan Pre-tribulational (dispensational) Premillennialism yang anda imani.
Maksud saya mengatakan demikian adalah supaya anda melihat dengan objektif bahwa tidak semua umat beriman, bahkan di kalangan gereja Protestan sendiri yang sependapat dengan anda. Saya ingin mengusulkan agar anda mengunjungi juga link-link ini, supaya anda mendapat gambaran yang lebih objektif tentang paham Premillennialism ini:
1. Postmillennialism, yang mengimani bahwa Gereja akan mengalami perkembangan, sehingga mendekati akhir jaman nanti, terjadi Kristenisasi di dunia, terjadilah kerajaan 1000 tahun. Kemudian sesaat menjelang kedatangan Yesus, Antikristus akan datang, membawa kesesatan, namun kemudian dikalahkan oleh Kristus yang datang dengan mulia pada akhir jaman untuk mengadili segenap umat manusia. Lebih lanjut tentang ini, silakan klik di sini, di sini Saya sengaja hanya memilih dua link saja dari link yang begitu banyak, namun jika anda ingin mengetahui lebih lanjut, silakan klik sendiri dengan kata kunci Postmillennialism. Semua argumen yang disampaikan di sana juga mengambil ayat-ayat Alkitab.
2. Amillennialism, (yang paling mendekati ajaran Gereja Katolik) yang mengimani bahwa kerajaan 1000 tahun tersebut merupakan masa yang terbentang antara kedatangan Yesus yang pertama dengan Kedatangan Yesus yang kedua, sehingga di sini 1000 tahun merupakan angka simbolis dari jangka waktu yang lama. Sesaat sebelum kedatangan Yesus, Antikristus datang, membawa kesesatan, namun kemudian dikalahkan oleh Yesus, pada saat Kedatangan-Nya yang kedua, yang bersamaan dengan kebangkitan orang mati, dan segera diikuti dengan Pengadilan Terakhir. Silakan klik di sini untuk membaca lebih lanjut tentang Amillenialism.
3. Mengapa Premillennialism yang anda imani itu ternyata tidak sesuai dengan ayat-ayat Alkitab, silakan klik di sini. Artikel ini ditulis oleh Sam Storms, seorang Protestan, yang tadinya mempercayai Premillennialism, namun setelah mempelajari ayat-ayat Alkitab lebih lanjut menjadi yakin bahwa Premillennialism adalah teori yang keliru, sehingga ia kemudian beralih kepada pandangan Amillennialism.
Saya tak ingin berpanjang lebar di sini, namun saya hanya ingin menggarisbawahi beberapa hal yang saya pikir perlu untuk anda renungkan, jika sungguh-sungguh anda berniat untuk mencari kebenaran. Mohon maaf jika uraian di bawah ini kelihatan menyudutkan, tetapi saya rasa, jika kita membacanya dengan keterbukaan hati, kita tidak akan lekas tersinggung, sebab semuanya ini berdasarkan Alkitab.
Pada dasarnya, Premillennialism mempunyai kesulitan untuk menjelaskan beberapa hal:
1. 1 Kor 15:22-28, 50-57, terutama ayat 25-26 mengisahkan bahwa ketika Yesus kembali datang sebagai Raja pada kedatangan-Nya yang kedua, Ia akan mengalahkan musuh-Nya yang terakhir, yaitu maut. Maka, jika anda percaya bahwa pada sebelum kerajaan damai 1000 tahun itu, Yesus turun sebagai Raja, maka anda harus juga percaya bahwa seharusnya tidak ada lagi maut sesudah itu, sebab maut sudah dikalahkan. Sebab, “yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa.” (ay. 50) Maka deskripsi ini tidak cocok dengan kondisi kerajaan 1000 tahun di mana disebutkan ada “anak-anak dan bayi” bermain dengan singa dan ular (Yes 11:8), atau umur orang direstorasi menjadi ratusan tahun (seperti yang pernah anda tuliskan dalam surat tgl 29 Mei 09). Karena tetap saja pada kerajaan 1000 tahun itu orang lahir, bertumbuh dan mati, seperti juga tumbuhan dan hewan. Padahal seharusnya sesudah kedatangan Kristus tidak ada lagi kematian, seperti jelas dikatakan di Alkitab. Rasul Paulus berkata menggambarkan kedatangan Yesus sebagai Raja, “Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah…. Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” (ay. 52- 55)
2. 2 Pet 3:8-13: Rasul Petrus mengatakan, “bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun…” Rasul Petrus tidak mengatakan bahwa satu hari sama dengan 1000 tahun tetapi sama seperti seribu tahun. Maka sesungguhnya kita mengetahui bahwa bukan maksud Rasul Petrus untuk menyamakan kedua hal itu sebagai sesuatu yang identik dan literal, tetapi lebih merupakan simbol jangka waktu yang lama. Rasul Petrus mengatakan bahwa Tuhan seolah masih menunda kedatangan-Nya karena ingin memberi kesempatan kepada kita untuk bertobat. Tetapi Dia pasti akan datang, walaupun, “hari Tuhan akan tiba seperti pencuri” (ay.10) Dan pada saat kedatangan-Nya, segalanya akan hancur, langit akan binasa, dan diikuti oleh langit dan bumi yang baru. (lih ay.10-13). Maka berdasarkan ayat ini sepertinya tidak mungkin ada lagi kerajaan di bumi selama 1000 tahun, sebab pada saat kedatangan Yesus yang kedua itu, bumi dan langit hancur, dan langsung digantikan dengan langit dan bumi yang baru.
3. Mat 25:31-46: Dikatakan bahwa Kedatangan Yesus yang kedua akan segera diikuti oleh Penghakiman Terakhir. Orang yang jahat akan segera dihukum masuk neraka, dan orang yang baik langsung masuk surga. Bagaimana ini dijelaskan dengan pandangan kerajaan 1000 tahun ini? Apakah penghukuman untuk orang-orang yang masuk neraka itu harus “ditunda” selama 1000 tahun”? Atau jika tidak ada penundaan, maka akan terjadi setidak-tidaknya dua kali kebangkitan orang mati, dan dua kali Penghakiman Terakhir, yaitu di awal dan di akhir kerajaan 1000 tahun. Ini tidak sesuai dengan ayat 1 Kor 15:54-55, di mana seharusnya kebangkitan orang mati terjadi satu kali saja, karena sesudah maut dikalahkan oleh Yesus, maka tidak ada kematian lagi, otomatis tidak ada kebangkitan orang mati lagi. Juga, yang dikisahkan oleh Yesus dalam Mat 25 adalah satu kali Penghakiman Terakhir, maka dua tahap Pengadilan Terakhir juga tidak disebutkan di Alkitab. Jikapun sampai ada, maka, manakah yang disebut sebagai Penghakiman Terakhir? (karena “terakhir” seharusnya adalah “paling akhir”, semacam titik, dan bukan koma.)
Ada yang mengatakan bahwa Penghakiman Terakhir pada saat Kedatangan Yesus yang kedua adalah untuk menentukan siapa-siapa yang masuk neraka dan siapa yang masuk kerajaan 1000 tahun. Tetapi teori ini juga kurang jelas. Sebab pada saat itu, dimana setelah kebangkitan orang mati, maka tubuh dan jiwa seseorang yang jahat masuk neraka. Lalu ada kerajaan 1000 tahun, dan diakhir kerajaan 1000 tahun ini orang itu akan ‘dikeluarkan sebentar’ dari neraka, diadili lagi di Pengadilan [yang benar-benar paling] Terakhir di hadapan semua orang-termasuk generasi 1000 tahun itu-lalu tubuh dan jiwanya dikembalikan lagi ke neraka. Sam Storm dalam artikelnya pada link yang saya sebutkan di atas mengatakan, ini tidak masuk akal, dan menunjukkan kelemahan dari ajaran Premillennialism. Sayapun berpikir demikian.
Mari sekarang kita melihat ajaran Gereja Katolik tentang dua macam pengadilan, yaitu: Pengadilan Khusus dan Pengadilan Umum/ Terakhir. Pengadilan khusus diadakan segera setelah seseorang meninggal (sebelum akhir jaman), sedangkan Pengadilan umum terjadi pada akhir jaman. Orang yang sungguh-sungguh kudus dan beriman, maka setelah ia wafat dan diadili dalam Pengadilan Khusus (hanya antara orang itu pribadi dengan Tuhan) maka jiwanya akan segera masuk ke surga. Namun orang yang wafat dalam keadaan berdosa berat, maka jiwanya akan masuk ke neraka. Pada saat Kedatangan Tuhan yang kedua, terjadi kebangkitan orang mati dan diikuti oleh Pengadilan Umum/ Terakhir, di mana semua orang akan diadili di hadapan semua ciptaan yang lain. Maka Pengadilan Terakhir ini merupakan pengulangan dari Pengadilan Khusus, namun dilakukan/ diumumkan di hadapan semua mahluk (jadi melibatkan orang itu, Tuhan dan disaksikan semua orang). Di saat ini, tidak ada yang disembunyikan, yang salah dinyatakan salah, yang benar dinyatakan benar. Setelah itu, orang yang dibenarkan akan masuk ke Surga, tubuh dan jiwa-nya, sedangkan yang jahat, ke neraka tubuh dan jiwa-nya. Maka walaupun ada dua macam Pengakiman, tetapi tidak persis sama, karena yang pertama bersifat khusus untuk orang yang bersangkutan, sedangkan yang kedua, untuk diumumkan kepada semua ciptaan, di mana keadilan Tuhan dinyatakan di hadapan semua bangsa. Silakan membaca lebih lanjut dalam jawaban ini tentang Pengadilan Khusus dan Umum ini, silakan klik
Ini berbeda dengan ajaran Premillennialism, setidak-tidaknya dari pengajaran yang saya ketahui dari link di atas, bahwa menurut sebagian penganut Premillennialism, terjadi 2 kali (atau 2 tahap?) Pengadilan Terakhir. Pada kasus orang yang dihukum, hukuman diterima tubuh dan jiwa sesudah Pengadilan pertama, lalu dikeluarkan sementara untuk diadili lagi pada Pengadilan kedua, lalu dimasukkan lagi tubuh dan jiwa ke neraka. Suatu yang layak kita renungkan, jadi beda antara pengadilan yang pertama dengan yang kedua itu apa?
4. 2 Tes 1:5-10 dan Why 20: 7-15. Dikatakan di sini bahwa setelah Kedatangan Yesus yang kedua dengan kemuliaan-Nya, maka Ia akan mendatangkan hukuman bagi orang yang tidak mau mengenal Allah (2 Tes 1:9-10). Jika kita membacanya paralel dengan Why 20, maka kita ketahui bahwa penghukuman tersebut terjadi setelah kerajaan 1000 tahun (lih. Why 20:11-15). Maka, jika kedua peristiwa tersebut: Kedatangan Kristus yang kedua dan Pengadilan terakhir terjadi [hampir] bersamaan, dan kedua kejadian itu terjadi di akhir kerajaan 1000 tahun, maka kesimpulannya, saat menjelang Kedatangan Yesus yang kedua yaitu masa sekarang ini, adalah masa 1000 tahun tersebut. Atau, dengan kata lain, kita berada dalam masa 1000 tahun yang sifatnya simbolis/ jangka waktu yang lama.
5. Yoh 19:30: Kata terakhir Yesus sebelum wafat-Nya adalah: “Sudah selesai” (Yoh 19:30), artinya sudah selesailah misi Inkarnasi-Nya di dunia. Rencana keselamatan Allah telah mencapai puncaknya dengan wafat-Nya di salib yang kemudian diikuti oleh kebangkitan-Nya. Maka Ia tidak perlu lagi datang ke dunia untuk menjadi pemimpin dunia selama 1000 tahun. Ia hanya perlu datang ke dunia yang kedua kalinya di akhir jaman untuk menjadi Hakim dan Raja, untuk kemudian menjadi Raja di Surga dan bumi yang baru, dimana tidak ada lagi kematian.
Terus terang, dalam membaca dan mempelajari hal kerajaan 1000 tahun ini, saya semakin sadar pentingnya Wewenang Mengajar Gereja (Magisterium) untuk menginterpretasikan ayat-ayat yang memang cukup sulit dimengerti. (Selanjutnya tentang Apa dan siapa itu Magisterium, sudah pernah dibahas dalam tanya jawab ini , silakan klik) Sebab kenyataannya, terdapat banyak sekali interpretasi bahkan dari ayat yang sama. Masing- masing teori mengutip banyak ayat, namun diartikan berlainan. Maka banyaknya ayat yang dikutip tidak menjadi jaminan bahwa interpretasinya pasti benar. Marilah kita renungkan, bagaimana mungkin orang-orang yang sama-sama mengklaim dipimpin oleh Roh Kudus bisa sampai pada pengertian yang berbeda-beda, bahkan saling bertentangan? Jika kita percaya akan adanya kebenaran yang sifatnya objektif, maka kita akan bertanya, jadi yang benar yang mana, sebab tidak mungkin semuanya benar, apalagi jika yang diajarkan berlawanan. Sesudah vs sebelum; 1000 tahun literal vs 1000 tahun simbolis, Kedatangan kedua sekali saja vs dua kali/ 2 tahap; sekali saja kebangkitan vs dua kali. Jadi yang benar yang mana?
Bagi saya, saya mempercayai pengajaran Magisterium Gereja Katolik, karena:
1) lebih konsisten dan sesuai dengan apa yang dikatakan di Alkitab;
2) tidak mengandaikan asumsi yang rumit, dan jika ditelusuri malah bertentangan dengan ayat Alkitab.
3) tidak menjadikan hitungan akhir jaman seolah seperti hitungan matematika seolah bisa dihitung oleh manusia. Sejarah membuktikan bahwa siapapun yang berusaha ‘menghitung’ tidak ada yang berhasil.
4) mengajarkan kita kerendahan hati, untuk menerima bahwa kita tidak dapat sepenuhnya memahami misteri akhir jaman ini
5) menitik beratkan pada ajaran yang terpenting: yaitu bagaimana mempersiapkan Kedatangan Tuhan yang kedua tersebut dengan berjaga-jaga dan hidup kudus.
Sekali lagi, inilah inti ajaran Gereja Katolik tentang akhir jaman. Kedatangan Yesus yang kedua akan terjadi hanya satu kali, dapat diketahui secara publik, datangnya tiba-tiba seperti pencuri, dan tidak dapat diketahui sebelumnya oleh manusia. Kedatangan Yesus itu disambut oleh orang-orang beriman di awan-awan. Pada saat itu, orang-orang mati dibangkitkan, dan kejahatan Antikristus dan maut dikalahkan. Segera sesudah itu terjadi Pengadilan Terakhir, di mana setiap orang dihakimi di hadapan semua ciptaan. Di saat inilah keadilan Tuhan dinyatakan, dan Kristus meraja di langit (surga) dan bumi yang baru, di mana semua dipersatukan di dalam Kristus, sehingga Allah ada di dalam semua.
Jadi kerajaan 1000 tahun menurut Gereja Katolik adalah Masa Gereja, yang terbentang antara kedatangan Yesus yang pertama dengan Kedatangan-Nya kembali di akhir jaman. 1000 tahun di sini diinterpretasikan sebagai waktu simbolis yang menggambarkan jangka waktu yang lama. Kebangkitan pertama yang disebutkan di Why 20:5 adalah kebangkitan karena Pembaptisan. Oleh rahmat Allah yang kita terima dalam Pembaptisan, kita mati terhadap dosa untuk bangkit dan hidup bersama Kristus (lih. Rom 6: 1-14). Ini dimungkinkan karena Gereja Katolik yang meneruskan karya Kristus untuk menyelamatkan kita dengan memberikan sakramen-sakramen, di mana rahmat Allah sendiri diberikan untuk menguduskan umat-Nya.
“Sebab itu saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia.” (2 Pet 3:14)
Demikian yang dapat saya tuliskan tentang mengapa Gereja Katolik tidak mengajarkan kerajaan literal 1000 tahun ini. Lebih lanjut tentang kerajaan 1000 tahun ini (dengan kaitannya dengan akhir jaman) menurut ajaran Gereja Katolik, silakan klik di sini. Semoga bermanfaat.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- www.katolisitas.org
Dear Ibu Ingrid.
Mohon pencerahan,
Ada yang mengatakan bahwa Surga itu ada tingkatannya, dan juga tentang purgatory ada tingkatannya juga,
Bagaimana 2 hal tersebut menurut ajaran dan penjelasan Gereja Katolik ??
Terima Kasih Bu Ingrid.
[Dari Katolisitas: Silakan membaca jawaban kami terhadap pertanyaan serupa di jawaban ini, silakan klik. Silakan juga untuk membaca artikel di atasnya. Rasul Paulus dalam 2 Kor 12:2 berbicara dalam gaya bahasa kiasan untuk menggambarkan Surga, namun ayat itu tidak dimaksudkan untuk menunjukkan adanya tingkatan-tingkatan tertentu dalam Surga. Demikian pula dalam Purgatorium/ Api Penyucian. Purgatorium adalah proses jiwa-jiwa dimurnikan, dan hanya jika jiwa tersebut telah dipandang Allah sempurna/ siap untuk bersatu dengan-Nya, jiwa itu dapat masuk dalam Kerajaan Surga. Maka memang Purgatorium tidak untuk diartikan sebagai tempat jasmani yang ada tingkat-tingkatannya, sebab yang sedang dimurnikan di sana adalah jiwa-jiwa, bukan tubuh yang bersifat jasmani. Tentang berapa lamanya proses ini, kita tidak mengetahuinya, dan bukan bagian kita untuk menentukan ataupun mengukurnya. Allah sajalah yang dalam kebijaksanaan-Nya menentukan hal ini, walaupun dalam prosesnya Ia dapat melibatkan juga doa-doa kita yang ditujukan untuk memohon belas kasihan Allah kepada jiwa-jiwa di Api Penyucian ini.]
Sdr. Ingrid, Anda menulis: […..] Ada yang mengatakan bahwa Penghakiman Terakhir pada saat Kedatangan Yesus yang kedua adalah untuk menentukan siapa-siapa yang masuk neraka dan siapa yang masuk kerajaan 1000 tahun. Tetapi teori ini juga kurang jelas. Sebab pada saat itu, dimana setelah kebangkitan orang mati, maka tubuh dan jiwa seseorang yang jahat masuk neraka. Lalu ada kerajaan 1000 tahun, dan diakhir kerajaan 1000 tahun ini orang itu akan ‘dikeluarkan sebentar’ dari neraka, diadili lagi di Pengadilan [yang benar-benar paling] Terakhir di hadapan semua orang-termasuk generasi 1000 tahun itu-lalu tubuh dan jiwanya dikembalikan lagi ke neraka. Sam Storm dalam artikelnya pada link yang saya sebutkan di atas mengatakan, ini tidak masuk akal, dan menunjukkan kelemahan dari ajaran Premillennialism. Sayapun berpikir demikian.
=> Anda keberatan dengan kondisi “Sebab pada saat itu, dimana setelah kebangkitan orang mati, maka tubuh dan jiwa seseorang yang jahat masuk neraka. Lalu ada kerajaan 1000 tahun, dan diakhir kerajaan 1000 tahun ini orang itu akan ‘dikeluarkan sebentar’ dari neraka, diadili lagi di Pengadilan [yang benar-benar paling] Terakhir di hadapan semua orang-termasuk generasi 1000 tahun itu-lalu tubuh dan jiwanya dikembalikan lagi ke neraka,” sebagai bertentangan dengan akal.
Urut-urutannya: Orang jahat mati => tubuhnya masuk bumi => jiwanya diadili oleh Tuhan => jiwanya masuk siksaan neraka => pada zaman millennium tubuh dan jiwa disatukan kembali atau bangkit dari kubur (ada semacam waktu istirahat dari siksaan neraka) => diadili di pengadilan terakhir => masuk siksaan neraka lagi = TIDAK MASUK AKAL.
Kemudian anda menulis: Mari sekarang kita melihat ajaran Gereja Katolik tentang dua macam pengadilan, yaitu: Pengadilan Khusus dan Pengadilan Umum/ Terakhir. Pengadilan khusus diadakan segera setelah seseorang meninggal (sebelum akhir jaman), sedangkan Pengadilan umum terjadi pada akhir jaman. Orang yang sungguh-sungguh kudus dan beriman, maka setelah ia wafat dan diadili dalam Pengadilan Khusus (hanya antara orang itu pribadi dengan Tuhan) maka jiwanya akan segera masuk ke surga. Namun orang yang wafat dalam keadaan berdosa berat, maka jiwanya akan masuk ke neraka. Pada saat Kedatangan Tuhan yang kedua, terjadi kebangkitan orang mati dan diikuti oleh Pengadilan Umum/ Terakhir, di mana semua orang akan diadili di hadapan semua ciptaan yang lain. Maka Pengadilan Terakhir ini merupakan pengulangan dari Pengadilan Khusus, namun dilakukan/ diumumkan di hadapan semua mahluk (jadi melibatkan orang itu, Tuhan dan disaksikan semua orang). Di saat ini, tidak ada yang disembunyikan, yang salah dinyatakan salah, yang benar dinyatakan benar. Setelah itu, orang yang dibenarkan akan masuk ke Surga, tubuh dan jiwa-nya, sedangkan yang jahat, ke neraka tubuh dan jiwa-nya. Maka walaupun ada dua macam Pengakiman, tetapi tidak persis sama, karena yang pertama bersifat khusus untuk orang yang bersangkutan, sedangkan yang kedua, untuk diumumkan kepada semua ciptaan, di mana keadilan Tuhan dinyatakan di hadapan semua bangsa. Silakan membaca lebih lanjut dalam jawaban ini tentang Pengadilan Khusus dan Umum ini.
=> Menurut anda, keterangan Katolik masuk akal.
Mari kita buat urut-urutannya: orang jahat mati => tubuhnya masuk bumi => jiwanya diadili pengadilan khusus => jiwanya masuk neraka => pada zaman kedatangan Yesus kedua tubuh dan jiwa disatukan kembali atau bangkit dari kubur (ada semacam waktu istirahat dari siksaan neraka) => diadili pengadilan umum => masuk siksaan neraka lagi = MASUK AKAL.
Jadi sesudah kita buat urut-urutannya, pandangan non Katolik dan Katolik tidak ada perbedaan sama sekali tentang bagaimana kondisi orang jahat sesudah mati. Pada kematian pertama atau pengadilan khusus jiwa si jahat dalam siksaan neraka, sedangkan tubuhnya hancur di kuburan. Sampai pada masa millennium atau kedatangan Yesus kedua kali digelar pengadilan terakhir atau pengadilan umum. Pada saat itu, tubuh dan jiwa disatukan, dengan demikian jiwa terpidana yang tersiksa istirahat sejenak didalam tubuh yang dipulihkan. Pengadilan akhir atau umum tidak mengubah vonis terdahulu, si terpidana tetap menjadi si terhukum abadi. Sesudah statusnya dibacakan, si pesakitan dalam keadaan seutuhnya (tubuh dan jiwa) kembali dimasukkan ke neraka. Entah, dalam keadaan jiwa saja atau dengan tubuh si terhukum merasakan mana siksaan yang lebih ringan atau berat?
Saya tidak melihat ada perbedaan apapun dari keterangan Ingrid Listiati, sehingga anda mengambil kesimpulan pandangan non Katolik adalah irasional, dan pemahaman Katolik rasional?
Tampaknya, keterangan anda di atas KONTRADIKSI.
Shalom Kim Thong,
Nampaknya, perbedaannya terletak pada pernyataan jeda literal 1000 tahun itu. Sebab menurut pandangan Kerajaan literal 1000 tahun itu, bahwa setelah manusia wafat, lalu jiwanya diadili oleh Kristus, namun eksekusinya masih harus menunggu 1000 tahun lagi (entah masuk neraka atau masuk Surga). Sebab dikatakan menurut teori itu, ada kehidupan dunia selama 1000 tahun lagi yang menandakan kehidupan normal, ada masa anak-anak (sebagaimana interpretasi Why 11:8 menurut sejumlah orang tertentu dari kalangan non- Katolik), dan ada kematian manusia lagi dalam masa ini, yang artinya masa tersebut belum merupakan kehidupan kekal.
Sedangkan kalau pengajaran Gereja Katolik, setelah manusia wafat, diadili oleh Kristus dalam Pengadilan Khusus, yaitu hanya antara jiwa yang bersangkutan dan Kristus. Sesudah itu jiwa itu ditentukan apakah langsung masuk Surga, Api Penyucian atau neraka. Lalu di akhir zaman nanti setelah kedatangan Kristus yang kedua, jiwa setiap manusia disatukan dengan tubuhnya (setelah kebangkitan badan), lalu ada Pengadilan Terakhir/ Pengadilan Umum, yang merupakan pengulangan dari keputusan Pengadilan Khusus, di mana keputusan Pengadilan tersebut diumumkan di hadapan semua mahluk ciptaan. Tentang prosesnya bagaimana persisnya, tidak disebutkan oleh Gereja Katolik. Namun jika kita melihat definisi neraka, maka hal ‘istirahat sementara dari neraka’ pada saat Pengadilan Terakhir ini nampaknya terjadi. Neraka menurut Gereja Katolik adalah suatu keadaan keterasingan kekal dari Allah (lih. KGK 1033-1034). Maka neraka ini adalah sesuatu yang kekal, sehingga tidak masuk akal jika jiwa yang sudah ditentukan masuk neraka, dapat keluar darinya untuk sementara waktu, apalagi jika bisa hidup lagi di suatu dunia lain, yang terjadi di dalam jangka waktu tertentu dalam rentang waktu 1000 tahun literal tersebut.
Maka tidak ada kontradiksi dalam ajaran Gereja Katolik.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- katolisitas.org
Shalom Bu Inggrid.
Berkaitan dgn bahasan diatas, saya ingin ketahui apa yg diartikan bhw jiwa2 orang yg telah meninggal sebelom kedatangan Tuhan ke 2 (pengadilan akhir), semua berada berada di Hadez….
Note : Hadez itu apa dan bagaimana hubungannya dgn ajaran Gereja Katolik.
Terima kasih.
Salam
Felix Sugiharto
Shalom Felix,
Berikut ini adalah keterangan tentang hades/sheol dari Katekismus Gereja Katolik:
KGK 633 Kitab Suci menamakan tempat perhentian orang mati, yang dimasuki Kristus sesudah kematian-Nya “neraka”, “sheol” atau “hades” (bdk. Flp 2:10; Kis 2:24; Why 1:18; Ef 4:9), karena mereka yang tertahan di sana tidak memandang Allah (bdk. Mzm 6:6; 88:11-13). Itulah keadaan semua orang yang mati sebelum kedatangan Penebus, apakah mereka jahat atau jujur (bdk. Mzm 89:49; I Sam 28:19; Yeh 32:17-32). Tetapi itu tidak berarti bahwa mereka semua mempunyai nasib sama. Yesus menunjukkan hal itu kepada kita dalam perumpamaan tentang Lasarus yang miskin, yang diterima (bdk. Luk 16:22-26) “dalam pangkuan Abraham”. “Jiwa orang jujur, yang menantikan Penebus dalam pangkuan Abraham, dibebaskan Kristus Tuhan waktu Ia turun ke dunia orang mati” (Catech. R. 1,6,3). Yesus tidak datang ke dunia orang mati untuk membebaskan orang-orang terkutuk dari dalamnya (bdk. Sin. Roma 745: DS 587), juga tidak untuk menghapuskan neraka (bdk. DS 1011; 1077), tempat terkutuk, tetapi untuk membebaskan orang-orang benar, yang hidup sebelum Dia (bdk. Sin Toledo IV 625: DS 485; bdk juga Mat 27:52-53).
Jadi hades adalah tempat penantian, di mana jiwa-jiwa yang dibenarkan oleh Allah tidak bisa naik ke Sorga, karena Kristus belum naik ke Sorga. Namun, tempat penantian ini tidak ada lagi setelah Kristus yang naik ke Sorga, membawa semua jiwa di tempat penantian ke Sorga. Semoga dapat membantu.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
stef – katolisitas.org
hm…. menarik
tapi disini saya mencoba untuk memberi opini
setahu saya yang namanya alkitab itu isinya tidak saling bertentangan
namun inggrid sepertinya memper-tentangkan Yesaya (11:8) dengan 1Kor 15:22-28
trus hal lainya adalah saya baca di Wahyu 20:4-6; silakan anda baca
kemudian baca lagi pada wahyu 20:7-15; silakan anda baca
semoga bermanfaat
thanks
Shalom Andreas,
Terima kasih atas kunjungan ke situs Katolisitas dan opini anda. Benar, sebenarnya memang Alkitab tidak mungkin bertentangan. Mungkin saya kurang lengkap dalam menjelaskan di jawaban di atas sana, sehingga kurang jelas. Maaf ya. Tetapi maksud saya begini:
1). Menurut interpretasi Alkitab Douay Rheims, terjemahan bahasa Inggris dari Vulgate, dengan komentar dari Rev. George Leo Haydock, p. 919, Yes 11:6-9 adalah untuk menggambarkan secara simbolis keadaan ideal jika Sang Raja Damai itu meraja di hati umat-Nya. Maka ayat 6-9 menggambarkan secara simbolis apa yang terjadi pada bangsa pilihan yang dipimpin oleh Allah, atau pada saat Kristus meraja melalui Gereja-Nya, yaitu bahkan bangsa yang terkejam (diumpamakan serigala) sekalipun akan menerima Injil, dan para raja (diumpamakan singa) akan menaati arahan dari para pastor/ gembala Gereja. Maka ayat 8 yang mengatakan "anak-anak yang menyusu bermain-main dengan ular" juga seharusnya diartikan sebagai para rasul (dan semua orang yang percaya) yang seperti anak-anak kecil, aman dalam perlindungan Allah, yang dengan pengajarannya membuat raja dan para filsuf tunduk. Jadi, karena Gereja Katolik menganggap Yes 11:6-9 adalah ungkapan simbolis maka tidaklah bertentangan dengan 1 Kor 15: 22-28 tersebut. Sedangkan kalau Yes 11:6-9 tersebut diartikan literal (seperti yang dituliskan dalam surat pembaca di atas, yang mewakili pendapat dispensational premillennialist), maka ayat-ayat tersebut dapat menjadi bertentangan dengan 1 Kor 15:22-28.
Mungkin untuk menyelesaikan pertentangan kedua perikop itu, maka para dispensationalist mengartikan secara literal, baik Yes 11:6-9 dan Why 20, namun akibatnya, ada cukup banyak asumsi dan pertentangan lain yang terlibat. Bahwa adanya asumsi lonceng nubuatan yang berhenti, lalu asumsi mengkaitkan Yes 11:6-9 tadi dengan kerajaan 1000 tahun, dan bahkan ide pengangkatan/ rapture tersebut yang sebetulnya juga tidak secara eksplisit disebutkan dalam Alkitab. Jika kita melihat secara obyektif, maka kita melihat bahwa para dispensationalist hanya mengambil kesimpulan dari mengkaitkan ayat- ayat yang ada. Misalnya, bahwa akan ada rapture secara rahasia, dan Yesus datang dalam dua tahap; padahal teks Alkitab tidak mengatakan demikian secara eksplisit. Kedatangan Yesus dalam dua tahap dan kerajaan literal 1000 tahun ini malah mengakibatkan interpretasi yang cukup "rumit" seperti: kedatangan "Anak Manusia" (Mat 24:27) dianggap sebagai kejadian yang berbeda dengan kedatangan "Tuhan sendiri" (1 Tes 4:16). "Sangkakala Allah" (1 Tes 4:16) dianggap tidak sama dengan sangkakala yang ditiup oleh para malaikat (Mat 24:31); ataupun "Injil Kerajaan" (Mat 24:14) dianggap tidak sama dengan "Injil kasih karunia Allah" (Kis 20:24).
Silakan anda melihat tabel yang ada dalam artikel ini, silakan klik, dan dari tabel itu sendiri sesungguhnya tidak terlihat ada yang eksplisit tentang pengangkatan rahasia tersebut. Yang eksplisit perkataannya malah, "demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan DiriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka yang menantikan Dia." (Ibr 9:28). Karena inilah maka Gereja Katolik mengajarkan bahwa kedatangan Kristus yang kedua akan terjadi hanya sekali saja, tidak ada tahapannya, sebab demikianlah yang jelas dikatakan oleh Alkitab.
2). Gereja Katolik berpegang pada pengajaran St. Agustinus dalam mengartikan kitab Wahyu 20 tersebut. Kerajaan 1000 tahun yang dituliskan di sini bukan bermaksud literal 1000 tahun, seperti yang telah saya sampaikan dalam tulisan di atas. Maka, 1000 tahun ini adalah jangka waktu di mana Kristus meraja di dalam masa Gereja-Nya (atau jika dikaitkan dengan tradisi bangsa Israel, maka maknanya adalah masa mereka mengikuti tuntunan Allah sebagai Raja).
Jadi kaitannya dengan kitab Wahyu 20 adalah: Why 20:4, menggambarkan para kudus dan martir yang dibunuh karena iman mereka akan Kristus. Why 20:5 yang menyebutkan "kebangkitan pertama", diartikan sebagai sebagai Pembaptisan dan kehidupan yang diberikan kepada umat Allah melalui sakramen-sakramen dalam Gereja. Dan memang, jika kita melihat pengertian Pembaptisan maknanya adalah mati terhadap dosa, untuk hidup bersama Kristus, seperti ditulis dalam Rom 6: 5-11. Maka, Why 20:7-15, itu selayaknya diartikan bahwa di akhir masa Gereja yaitu menjelang akhir jaman, memang Allah akan mengizinkan adanya kesesatan terjadi untuk menguji iman para umat beriman, namun kemudian Iblis itu akan dikalahkan selamanya. Pada akhir jaman itu juga semua orang akan dihakimi menurut perbuatannya (Why 20:13).
Dengan uraian di atas, maka memang sesungguhnya tidak ada pertentangan antara kitab Yesaya 11:6-9 dengan 1 Kor 15:22-28 di mana dikatakan tentang kebangkitan orang mati, bahwa pada Kedatangan Kristus yang kedua, semua orang mati akan dibangkitkan dan karenanya setelah itu tidak ada lagi maut. Implikasinya, tidak ada lagi kerajaan literal 1000 tahun di dunia di mana masih akan berakhir lagi dengan kematian mereka yang termasuk di dalamnya.
3) Untuk memahami lebih lanjut interpretasi Yes 11:6-9, berikut ini saya sertakan komentar dari Dr. David Twellman, D. Min., Th.M, pembimbing Biblikal website ini:
"I’m always reluctant to adopt a view (and expect others to do so) which is a departure from the Catholic Church’s traditional understanding. To readily dispense with the Church’s traditional interpretation is a sort of hermeneutical hubris. Now, of course there are instances where a human so-called "tradition" has developed apart from the Magisterium of the Catholic Church that has been in error (for instance, the current Jewish interpretations of Isaiah 53 which are deliberately anti-Christian and thus anachronistic, or the tradition of dispensational premillennialism, which is a novelty, willfully scornful of the wisdom of the Church). But in this passage (Isaiah 11:6-9), the traditional understanding of the symbolic nature of these promises of blessing is sound, and was universally held throughout nearly the entire history of God’s people since these prophecies were written in the eighth century B.C.
Thus we shall return to the universal testimony of the Church Fathers with regard to the interpretation of this passage. Yes, the Church (and Israel, for that matter) has always regarded passages such as these as metaphors for the blessedness and peace of living in accordance with God’s reign over his people (at every time, not just the "the Millennium"). So it applies to the Church and not just to "Israel" in a non-Christian and "millenarian" sense (Premillennialists always bifurcate the Church and Israel as a hermeneutical principle, despite what St. Paul says in Romans 9-11).
There are literally hundreds of symbolic promises of blessedness throughout the Old Testament. See, for instance, Deuteronomy 28. Some of them are plausible to the point of being mundane, and their ‘realization’ or ‘fulfillment’ might be seen in any generation. Others are fanciful to a wild degree, powerfully expressing, in poetic terms, God’s strong desire to bless his creatures, inspite of their rebelliousness (as if God were saying to a rebellious child, "Do I have to draw you a picture?").
Often in retrospect, these indications of blessedness or a lack thereof are hauntingly correspondent to a given set of events (so much so that those who are willing to break with tradition in another way insist that they were written after the fact). But at the time when they are written and thence for all time, they are meant to be motivators to proper action through the persuasive power of poetic expression. This involves figures of speech such as what we see in Isaiah 11:6-9. What premillennialists do is select from prophetic scriptures the more "implausible" of these, and insist that they must be situated in the future. But premillennialists violate the intended meaning of the text. In addition, by doing so they suggest that the vast majority of readers of this divine revelation throughout history have gotten it wrong. But those who hold the Church tradition know that it is the premillennialists who are wrong in this matter.
Thus, Haydock is right. The "apostles" (and all believers) are the child, and the "kings and philosophers" (the atheists, unbelievers, those in worldly power, enemies of the Church) are the asp. What’s the point? We are blessed with the security of God’s love and protection. Their claims, arguments, threats, taunts, and even violence will not destroy our serene confidence in God, nor stand in the way of his blessing being poured out upon us. In any case, the challenges to our faith should not trouble us. We should be like the child at play."
Terjemahannya adalah sebagai berikut:
"Saya selalu enggan untuk mempercayai suatu pandangan (dan saya berharap orang-orang lain juga demikian) yang menjauhi/ bertentangan dengan pengertian tradisional Gereja Katolik. Membuang interpretasi tradisional Gereja [sebenarnya] adalah suatu kesombongan dalam menjelaskan. Sekarang, tentu saja terdapat kejadian di mana yang disebutkan orang sebagai ‘tradisi’ telah berkembang di luar pengajaran Magisterium Gereja Katolik, yang tidak dapat dibenarkan (misalnya, interpretasi Yahudi tentang Yesaya 53 yang jelas-jelas anti Kristen, dan karena bertentangan dengan ajaran Kristiani, atau juga pengertian dispensational premillennialism, yang merupakan penemuan baru yang dengan sengaja menentang kebijaksanaan Gereja Katolik). Tetapi di dalam perikop ini (Yesaya 11:6-9), pengertian tradisional tentang keadaan simbolis tentang janji-janji rahmat Tuhan ini sangatlah jelas, dan telah dipegang secara universal sepanjang hampir di seluruh sejarah bangsa pilihan Tuhan, sebab nubuatan ini telah dituliskan pada abad ke-8 sebelum Masehi.
Oleh karena itu, kita seharusnya kembali kepada kesaksian para Bapa Gereja dalam menginterpretasikan perikop ini. Ya, Gereja (dan Israel, dalam hal ini) selalu menganggap perikop-perikop semacam ini sebagai metafor untuk keadaan rahmat dan damai dalam kehidupan sesuai dengan merajanya Tuhan di atas umat-Nya (pada setiap waktu, tidak hanya "Millennium/ Kerajaan 1000 tahun"). Maka hal ini terjadi pada Gereja, dan tidak hanya pada bangsa Israel dalam pengertian non-Kristen, dan ‘millenarian’. (Para premeillennialists selalu memisahkan antara Gereja dan Israel sebagai prinsip penjelasan mereka, walaupun Rasul Paulus dalam Rom 9-11 menghubungkan antara keduanya).
Secara literal, terdapat beratus-ratus janji simbolis tentang kondisi rahmat/ keselamatan di seluruh Perjanjian Lama. Lihatlah, sebagai contohnya, Ulangan 28. Beberapa [janji] di sana masuk di akal, sampai pada kesan keduniaan, dan perwujudan atau pemenuhannya dapat terjadi dalam generasi manapun. [Namun] beberapa janji yang lain terlihat fantastis sampai ke tingkat ajaib, suatu ekspresi yang sangat kuat, dalam gaya bahasa puitis untuk menggambarkan keinginan Tuhan yang kuat untuk memberkati ciptaan-ciptaan-Nya, meskipun mereka kadang memberontak terhadap-Nya (seperti ingin mengatakan kepada anak yang memberontak, "Apakah Aku harus menggambarkan sebuah gambar [tentang Aku] bagi-Mu?")
Seringkali dalam peninjauan kembali, petunjuk-petunjuk tanda rahmat atau sebuah kekurangan tentangnya tetap tidak terlupakan sesuai dengan kejadian-kejadian yang telah ditentukan (begitu jelasnya, sehingga mereka yang ingin memisahkan diri dari tradisi berkeras bahwa petunjuk-petunjuk itu dituliskan setelah kejadian). Tetapi pada saat mereka dituliskan dan lalu untuk sepanjang waktu, petunjuk-petunjuk itu diartikan sebagai pendorong terhadap tindakan yang layak melalui kuasa persuasif atau ekspresi puitis. Ini melibatkan gaya bahasa seperti yang kita lihat dalam Yes 11:6-9. Yang dilakukan oleh para pre-millenniarist adalah memilih dari nubuatan-nubuatan Alkitab hal-hal yang lebih "tidak masuk akal" seperti ini dan berkeras menyatakan bahwa hal-hal tersebut pasti terjadi di waktu yang akan datang. Tetapi premillenialist melanggar arti yang sebetulnya ingin disampaikan oleh teks. Tambahan lagi, dengan mengatakan demikian, mereka menyatakan bahwa sebagian besar pembaca Wahyu Ilahi sepanjang sejarah telah mengartikannya secara keliru. Tetapi mereka yang berpegang pada tradisi Gereja mengatahui bahwa yang keliru dalam hal ini adalah para premillennialist tersebut.
Maka, Haydock benar. Para "rasul" (dan semua umat beriman) adalah anak-anak, dan "raja dan para fisuf" (mereka yang atheis, tidak percaya, yang memegang kekuasaan dunia, penganiaya Gereja) adalah sang ular. Mengapa? Kita sebagai umat beriman diberkati dengan keamanan kasih dan perlindungan Allah. Apapun klaim, argumen, ancaman, hinaan dan bahkan kekerasan tidak akan menghancurkan kepercayaan kita kepada Tuhan, tidak juga menghalangi berkatNya untuk dicurahkan kepada kita. Dalam situasi apapun, tantangan terhadap iman kita tidak boleh membuat kita gundah. Kita harus [tenang] seperti anak-anak yang sedang bermain."
Demikian yang dapat kami sampaikan tentang pertanyaan anda. Semoga tulisan ini dapat menjadi masukan bagi anda.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Tuhan menggunakan “satuan waktu”… Sbrnya manusialah yang menggunakan satuan waktu, karena cara kita memahami segala sesuatu selalu dgn kategori ruang dan waktu. Tuhan melampaui ruang dan waktu.
Shalom Anton,
Ya, Tuhan yang Maha Besar dan Maha kuasa memang melampaui ruang dan waktu. Oleh karena itu kasih-Nya yang terbesar diwujudkan di dalam dan melalui Kristus Putera-Nya, yang diutus untuk menjelma menjadi manusia, agar “memasuki ruang dan waktu”, menjadi sama seperti manusia dalam segala hal, kecuali dalam hal dosa. Kristus memang merendahkan Diri-Nya serendah-rendahnya, lahir sebagai hamba, dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib (lih. Fil 2: 6-8). Dengan kerendahan hatinya, Yesus mematahkan belenggu dosa manusia pertama yaitu kesombongan. Dengan kematian-Nya di kayu salib, Kristus mendamaikan manusia dengan Allah, sebab Ia sendiri menjadi korban yang menghapus dosa-dosa manusia, seperti dikatakan dalam Ibr 9: 28, “demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.”
Dengan demikian jelaslah bahwa penjelmaan Yesus menjadi manusia (Inkarnasi) mencapai puncaknya dalam korban salib dan kebangkitan-Nya demi menghapus dosa manusia, dan setelah itu, di akhir jaman nanti Kristus akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa harus menanggung dosa manusia. Maka dari ayat ini sendiri, tidak dimungkinkan adanya Yesus yang kembali memerintah di bumi dalam Kerajaan Literal 1000 tahun, karena jika demikian, maka Kristus akan datang kembali di bumi lebih dari sekali (atau setidak-tidaknya 2 kali). Padahal, ayat di atas mengatakan dengan jelas bahwa kedatangan Yesus di akhir jaman akan terjadi satu kali saja, pada saat Ia menganugerahkan keselamatan kepada yang menantikan Dia dengan setia.
Salam kasih dalam Kristus Tuhan,
Ingrid Listiati- http://www.katolisitas.org
Salam damai sejahtera
Dear Ingrid
Sekali lagi tentang Kerajaan 1000 tahun damai KERAJAAN 1000 TAHUN Ini adalah : A.Hari Sabat Allah Di dalam rencana dan pekerjaanNya, Allah biasanya memakai satuan waktu : SABAT, yaitu : 6 hari kerja + 1 hari perhentian = 7 hari Penciptaan alam semesta ……. [diedit]
Salam Machmud
[Dari Katolisitas: Pertanyaan lengkap dan jawaban telah dicantumkan di atas. Silakan klik]
Comments are closed.